Pengaruh Faktor Ibu Dan Pola Menyusui Terhadap Stunting Baduta 6-23 Bulan Di Kota Palu Propinsi Sulawesi Tengah
Pengaruh Faktor Ibu Dan Pola Menyusui Terhadap Stunting Baduta 6-23 Bulan Di Kota Palu Propinsi Sulawesi Tengah
Pengaruh Faktor Ibu Dan Pola Menyusui Terhadap Stunting Baduta 6-23 Bulan Di Kota Palu Propinsi Sulawesi Tengah
Sumiaty
(Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palu)
ABSTRACT
The success of national development can not be separated from the availability of qualified human
resources. Malnutrition can damage the quality of human resources, one of which is stunting. Basic Health
Research (Riskesdas) The Ministry of Health in Indonesia reported a prevalence of stunting in 2013 is
37.2%, an increase compared to 2010 (35.6%) and 2007 (36.8%). Total stunting in Central Sulawesi in
2013 by 41% and in the city of Palu at 21.42%. Stunting risk factors include household and family factors,
complementary feeding and breastfeeding practices were inadequate, and infection. This study aims to
determine the effect of maternal factors and patterns of breastfeeding against stunting in baduta 6-23
months in Palu, Central Sulawesi Province.
This research was conducted in the city of Palu for three months from August to November 2015.
Retrospective cohort study design, the total sample of 65 households using sampling techniques “purposive
sampling”. Measuring instruments used prior trials conducted to standardize the instrument. Data was
analyzed by univariate, bivariate and multivariate analyzes.
Results of multivariate analysis (OR, 95% CI) showed that the factors that influence stunting in this
study was not done antenatal care with OR = 4.57 (3.05 to 6.85), maternal height <150 cm with OR = 3.57
(2.47 to 5.16), no early initiation of breastfeeding with OR = 3.04 (2.71 to 3.40) and distance Birth <3
years OR = 2.81 (1.78 to 4, 42).
The conclusion that the risk factors for stunting is high maternal weight, birth spacing, no early
initiation of breastfeeding and did Antenatal Care.
Keywords : Stunting, Maternal Factors, Breastfeeding.
ABSTRAK
Keberhasilan pembangunan Nasional tidak terlepas dari ketersediaan sumber daya manusia yang
berkualitas. Kekurangan gizi dapat merusak kualitas sumber daya manusia, salah satunya adalah stunting.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melaporkan prevalensi
stunting tahun 2013 adalah 37,2%, terjadi peningkatan dibandingkan tahun 2010 (35,6%) dan 2007 (36,8%).
Total stunting di Sulawesi Tengah tahun 2013 sebesar 41% dan di Kota Palu sebesar 21,42%. Faktor risiko
Stunting meliputi faktor rumah tangga dan keluarga, makanan pendamping ASI dan praktek pemberian ASI
yang tidak memadai, serta infeksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor ibu dan pola
menyusui terhadap stunting pada BADUTA 6-23 bulan di Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah.
Penelitian ini dilaksanakan di Kota Palu selama 3 bulan mulai bulan Agustus sampai dengan Nopember
2015. Desain penelitian Kohort Retrospective, jumlah sampel sebanyak 65 Rumah Tangga dengan teknik
pengambilan sampel “purposive sampling”. Alat ukur yang digunakan terlebih dahulu dilakukan uji coba
untuk standarisasi instrumen. Data dianalisis secara Univariat, Bivariat dan Multivariat.
Hasil analisis multivariat (OR ; 95% CI) menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap
stunting dalam penelitian ini adalah tidak melakukan antenatal care dengan OR=4,57 (3,05-6,85), tinggi
badan ibu <150 cm dengan OR=3,57 (2,47-5,16), tidak inisiasi menyusu dini dengan OR=3,04 (2,71-3,40)
dan Jarak Kelahiran <3 tahun OR=2,81 (1,78-4,42).
Kesimpulan bahwa faktor risiko stunting adalah tinggi badan ibu, jarak kelahiran, tidak inisiasi
menyusu dini dan tidak melakukan Antenatal Care.
Kata Kunci: Stunting, Faktor ibu, Menyusui.
satu risiko stunting anak usia 0-23 bulan di Bali, Populasi penelitian ini adalah semua anak
Jabar dan NTT. usia 6–23 bulan di daerah penelitian. Besar
Penelitian di Ethiopia menunjukkan faktor populasi BADUTA di wilayah Kota Palu adalah
risiko stunting antara lain usia ibu >30 tahun, ibu 15.897 orang dengan prevalensi stunting adalah
tanpa pendidikan formal, ibu yang bekerja setiap 21,4%, sehingga sampel dalam penelitian ini
hari, ibu yang tidak melakukan PNC serta ibu adalah sebagian anak usia 6–23 bulan yang terpilih
yang sakit dalam masa kehamilannya (Agedew & dari rumah tangga yang memiliki baduta sebesar 65
Chane, 2015). Penelitian di Bhutan menunjukkan anak usia 6-23 bulan.
faktor risiko stunting pada anak 6-23 bulan adalah Teknik pengambilan sampel secara
faktor ANC ≤3 kali, tidak melakukan ANC pada purposive sampling. Data diolah dan dianalisis
dokter, perawat dan Bidan serta Ibu berusia <18 dengan analisis univariat, bivariat dan multivariat.
tahun. Adapun status menyusui merupakan faktor
protektif stunting (Aguayo et al, 2015). HASIL
Penelitian di Malawi menunjukkan bahwa
prevalensi stunting sebesar 39% ASI Eksklusif Hasil analisis univariat pada penelitian ini
43%. Terdapat perbedaan rerata TB/U (-1,13) diperoleh bahwa jumlah stunting sebanyak 17
pada anak yang menyusu dibanding yang tidak anak (26,2%), ibu yang menderita KEK sebesar
tidak menyusu eksklusif (-1,59) (Kuchenbecker 20% dan ibu yang memiliki tinggi badan ≤150
et al, 2015). Penelitian di Zambia menunjukkan cm sebesar 63,1%. Responden yang melakukan
faktor risiko stunting adalah usia ibu, anak yang Inisiasi Menyusui Dini sebanyak 49,2%,
tidak menyusu sedangkan faktor protektifnya memberikan Kolostrum pada responden sebanyak
adalah kunjungan ANC dan asupan Tablet Fe ibu 70,8%, memberikan makanan pralakteal 15,4%,
selama kehamilan (Bwalya et al, 2015). Jarak yang menyelesaikan pemberian ASI Ekslusif
persalinan yang dekat meningkatkan risiko untuk sebanyak 70,8%. Saat ini responden yang masih
menghabiskan cadangan ibu pada kehamilan menyusu anaknya sebanyak 70,8%. Responden
berikutnya dan memberi konsekuensi negatif bagi yang menyatakan Durasi Menyusu <6 kali/sehari
ibu dan anak (Dewey & Begum, 2011). sebanyak 12,3% dan lama menyusu <10 Menit/
sekali menyusu sebanyak 98,5%.
TUJUAN PENELITIAN Responden yang memperoleh akses
pelayanan kesehatan seperti pelayanan ANC
Tujuan penelitian ini adalah untuk sebanyak 84,6%, pelayanan PNC sebanyak 72,3%.
mengetahui bagaimana pengaruh faktor ibu dan Mengikuti Kelas ibu hamil sebanyak 29,2%,
pola menyusui pada bayi dibawah dua tahun memperoleh asupan Tablet Fe sebanyak 87,7%.
(BADUTA) 6-23 bulan di Kota Palu Sulawesi Responden yang memperoleh asupan Tablet
Tengah. Kalsium sebanyak 81,5%. Hasil analisis bivariat
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
METODE PENELITIAN Analisis multivariat yang digunakan adalah
regresi logistik dengan tujuan untuk melihat
Jenis penelitian ini adalah observasional pengaruh masing-masing variabel independen
analitik dengan desain Kohort Retrospective. dengan variabel dependen secara bersamaan.
Penelitian dilaksanakan di Kota Palu dengan Hasil analisis multivariat menunjukkan
pertimbangan berdasarkan data Riskesdas 2013 bahwa faktor yang berpengaruh terhadap stunting
bahwa Kota Palu memiliki prevalensi balita dalam penelitian ini adalah (OR ; 95% CI) : tidak
stunting yang cukup tinggi yakni 21,4%. melakukan antenatal care dengan OR=4,57 (3,05-
Tabel. Hubungan Faktor Ibu, Pola Menyusui dan Akses Pelayanan Kesehatan dengan
kejadian Stunting Anak Usia 6-23 Bulan di Kota Palu Tahun 2015
Normal Stunting
N % N %
Pendidikan Ibu
< 9 tahun 11 64,7 6 35,5 17 0,318
≥ 9 tahun 37 77,1 11 22,9 48
ASI Eksklusif
Ya 34 73,9 12 26,1 46 0,985
Tidak 14 73,7 5 26,3 19
Usia Melahirkan
18-30 Tahun 32 78,0 9 22,0 41 0,314
<18 &> 30 Tahun 16 66,7 8 33,3 24
Usia Kehamilan
≥ 37 Minggu 47 81,0 11 19,0 58 0,000*
< 37 Minggu 1 14,3 6 85,7 7
Jarak Kelahiran
≥ 3 tahun 45 81,8 10 18,2 55 0,001*
< 3 tahun 3 30,0 7 70,0 10
Hipertensi Kehamilan
Tidak 46 76,7 14 23,3 60 0,073
Ya 2 40,0 3 60,0 5
Diabetes Kehamilan
Tidak 47 75,8 15 24,2 62 0,102
Ya 1 33,3 2 66,7 3
Paritas
< 3 anak 45 76,3 14 23,7 59 0,163
≥ 3 anak 3 50,0 3 50,0 6
Kolostrum
Ya 27 65,9 14 34,1 41 0,055
Tidak 21 87,5 3 12,5 24
Makanan Pralakteal
Tidak 44 80,0 11 20,0 55 0,008
Ya 4 40,0 6 60,0 10
Durasi Menyusu
≥ 6 kali sehari 47 82,5 10 17,5 57 0,000*
< 6 kali sehari 1 12,5 7 87,5 8
Lama Menyusu
≥ 10 Menit 17 94,4 1 5,6 18 0,019*
< 10 Menit 31 66,0 16 34,0 47
Asupan Fe
Ya 47 82,5 10 17,5 57 0,000*
Tidak 1 12,5 7 87,5 8
Tabel. Analisis Multivariat Faktor Risiko Stunting (Faktor Ibu, Pola Menyusui, Akses
Pelayanan Kesehatan) pada anak usia 6-23 bulan di Kota Palu.
Faktor Ibu:
Tinggi badan Ibu
>=150cm 1 1 0,009*
<150cm 6,346 (1,306-30,837) 3,574 (2,473-5,166)
Jarak Kelahiran
≥ 3 tahun 1 1 0,018*
< 3 tahun 10,50 (2,30-47,82) 2,811 (1,78-4,422)
≥ 3 anak 3,214 (0,582-17,754)
Pola Menyusui:
IMD
Ya 1 1 0,006*
Tidak 12,50 (2,55-61,10) 3,041 (2,718-3,403)
Akses Yankes:
Antenatal Care (ANC)
Ya 1 1 0,006*
Tidak 10,50 (2,30-47,82) 4,578 (3,059-6,854)
dengan stunting menunjukkan bahwa p-value tahun adalah sebesar 2,8 kali dibanding ibu yang
sebesar 0,012. Risiko ibu yang memiliki tinggi memiliki jarak kelahiran ≥3 tahun .
badan ibu <150 cm untuk menyebabkan anak Penelitian Bwalya et al, 2015 di Zambia
menjadi stunting sebesar 3,5 kali dibanding ibu yang bahwa jarak kelahiran >2 tahun merupakan faktor
memiliki tinggi badan ≥150cm. Hasil penelitian protektif terjadinya stunting dengan OR=0,827
ini didukung oleh penelitian Nadiyah (2013) yang (0,05-13,775). Meta analisis Dewey (2007)
menemukan bahwa TB ibu <150 cm merupakan memperkirakan penurunan kejadian stunting pada
faktor risiko stunting pada anak usia 0-23 bulan anak berkaitan dengan jarak kelahiran ≥3 tahun
dengan OR=1,77 dan proporsi baduta stunting yang berkisar antara 10% hingga 50%. Asfaw
pada ibu yang memiliki TB <150 cm ditemukan (2015) meneliti di Ethopia Selatan melaporkan
20,2% lebih tinggi daripada baduta yang memiliki bahwa ibu yang tidak ber-KB berisiko melahirkan
ibu dengan TB ≥150 cm. Hasil penelitian Zottarelli anak stunting 2.3 kali (1.7-3.1) dibanding ibu yang
(2007) di Mesir juga menunjukkan bahwa anak ber-KB.
yang lahir dari ibu yang tinggi badan <150 cm
memiliki risiko lebih tinggi untuk tumbuh menjadi KESIMPULAN
stunting.
Perilaku memberikan kesempatan IMD pada Faktor Ibu yang berpengaruh terhadap
bayi akan mengurangi kejadian penyakit infeksi dan kejadian stunting pada anak usia 6-23 bulan
menyukseskan pemberian ASI eksklusif. Penelitian di Kota Palu adalah tinggi badan ibu <150 cm
ini juga menunjukkan bahwa faktor tidak IMD sedangkan Pola menyusu dan Akses kesehatan
merupakan faktor risiko kejadian stunting pada yang berpengaruh terhadap kejadian stunting pada
anak 6-23 bulan di Kota Palu. Faktor risiko yang anak usia 6-23 bulan di Kota Palu adalah tidak
diperoleh sebesar OR=3,04 (2,71-3,40). melakukan antenatal care, tidak menginisiasi
Menurut analisis Black (2013) melaporkan menyusu dini dan jarak kelahiran < 3 tahun. Maka
bahwa perilaku IMD tertinggi di Amerika Latin saran dari penelitian ini antara lain; (1) program
(rata-rata 58%, 95% CI 50–67), menyusul di mengatasi stunting perlu dimulai dari peningkatan
Africa (50%, 45–55) dan di Asia (50%, 42–58), kualitas antenatal care dengan memperbaiki
dan paling rendah di Eropa Barat (36%, 23–50). manajemen perencanaan, pengadaan, distribusi,
IMD merupakan faktor protektif kematian neonatal dan pengawasan pelaksanaan bantuan suplemen
dengan RR 0,56 (95% CI 0,46–0,79). tablet besi-folat, dan pendidikan gizi yang intensif
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu pada ibu hamil. (2) Kualitas pelayanan kesehatan
yang memiliki jarak kelahiran <3 tahun memiliki neonatus dasar dengan melakukan inisiasi
lebih banyak anak yang stunting yaitu sebanyak 7 menyusu dini serta penyuluhan tentang menyusui
orang (70%) sedangkan ibu yang memiliki jarak secara eksklusif kepada ibu perlu ditingkatkan
kelahiran <3 tahun memiliki anak normal lebih dalam mengurangi masalah pemberian makanan
sedikit yaitu hanya 3 orang (30%). Analisis regresi prelakteal dan (3) pelayanan KB perlu ditingkatkan
logistik menunjukkan bahwa risiko anak menjadi untuk mengatur jarak kelahiran dalam upaya
stunting bila ibunya memiliki jarak kelahiran <3 pencegahan anak stunting di Kota Palu.