Analisis Balance Scorecard Sebagai Alat-Dikonversi
Analisis Balance Scorecard Sebagai Alat-Dikonversi
Analisis Balance Scorecard Sebagai Alat-Dikonversi
Soraya Hanuma
Endang Kiswara SE., M.Si., Akt.
ABSTRACT
dalam hal persaingan, produksi, pemasaran, pengelolaan sumber daya manusia, dan
perusahaan lain. Persaingan yang bersifat global dan tajam menyebabkan terjadinya
dunia. Hanya perusahaan yang mempunyai keunggulan yang mampu memuaskan atau
memenuhi kebutuhan konsumen, mampu menghasilkan produk yang bermutu, dan cost
bisa diterima di lingkungan global. Kunci persaingan dalam pasar global adalah kualitas total
yang mencakup penekanan-penekanan pada kualitas produk, kualitas biaya atau harga,
kualitas pelayanan, kualitas penyerahan tepat waktu, dan kepuasan-kepuasan lain yang terus
dalam pengelolaan usahanya. Penentuan strategi akan dijadikan sebagai landasan dan
kerangka kerja untuk mewujudkan sasaran – sasaran kerja yang telah ditentukan oleh
manajemen. Oleh karena itu dibutuhkan suatu alat untuk mengukur kinerja sehingga dapat
diketahui sejauh mana strategi dan sasaran yang telah ditentukan dapat tercapai. Penilaian
kinerja memegang peranan penting dalam dunia usaha, dikarenakan dengan dilakukanya
penilaian kinerja dapat diketahui efektivitas dari penetapan suatu strategi dan penerapannya
dalam kurun waktu tertentu. Penilaian kinerja dapat mendeteksi kelemahan atau kekurangan
yang masih terdapat dalam perusahaan, untuk selanjutnya dilakukan perbaikan dimasa
mendatang.
Penilaian atau pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor penting dalam
juga dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan sistem imbalan dalam perusahaan,
misalnya untuk menentukan tingkat gaji karyawan maupun reward yang layak. Pihak
manajemen juga dapat menggunakan pengukuran kinerja perusahaan sebagai alat untuk
Selama ini yang umum digunakan dalam perusahaan adalah pengukuran kinerja
tradisional yang hanya menitikberatkan pada sektor keuangan saja. Pengukuran kinerja
dengan sistem ini menyebabkan orientasi perusahaan hanya pada keuntungan jangka pendek
Pengukuran kinerja yang menitikberatkan pada sektor keuangan saja kurang mampu
mengukur kinerja harta- harta tak tampak (intangible assets) dan harta-harta intelektual
(sumber daya manusia) perusahaan. Selain itu pengukuran kinerja dengan cara ini juga
kurang mampu bercerita banyak mengenai masa lalu perusahaan, kurang memperhatikan
sektor eksternal, serta tidak mampu sepenuhnya menuntun perusahaan ke arah yang lebih
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kaplan dan Norton pada tahun 1990 yaitu
tentang ”Pengukuran Kinerja Organisasi Masa Depan”. Penelitian tersebut berkaitan dengan
kinerja perusahaan secara keseluruhan. Penelitian ini didorong oleh kesadaran pada saat itu
dimana ukuran kinerja keuangan yang digunakan oleh semua perusahaan untuk mengukur
kinerja eksekutif tidak lagi memadai. Hasil penelitian menyebutkan bahwa untuk mengukur
kinerja eksekutif di masa depan diperlukan ukuran komprehensif yang meliputi empat
perspektif, yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif bisnis internal, serta
Balance Scorecard
digunakan untuk menyeimbangkan usaha dan perhatian eksekutif ke kinerja keuangan dan
perusahaan yang ikut serta dalam penelitian tersebut menunjukkan perlipatgandaan kinerja
keuangan perusahaan. Keberhasilan ini disadari sebagai akibat dari penggunaan ukuran kinerja
seperti kepuasan pelanggan, produktivitas dan cost effectiveness proses bisnis internal, dan
(Mulyadi, 2001)
dan tujuan jangka panjang, antara ukuran keuangan dan nonkeuangan, antara indicator lagging
dan indicator leading. Balance Scorecard cukup komprehensif untuk memotivasi eksekutif
dalam mewujudkan kinerja dalam keempat perspektif tersebut, agar keberhasilan keuangan yang
Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan masalah yaitu Bagaimana kinerja PT Astra
Kinerja adalah suatu tampilan keadaan secara utuh atas perusahaan selama periode waktu
tertentu, merupakan hasil atau prestasi yang dipengaruhi oleh kegiatan operasional perusahaan
dalam memanfaatkan sumber-sumber daya yang dimiliki (Helfert, 1996 dalam Srimindarti
2004). Menurut Mulyadi (2001), kinerja adalah istilah umum yang digunakan untuk
menunjukkan sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu
periode.
tindakan pengukuran yang dapat dilakukan terhadap berbagai aktifitas dalam rantai nilai yang
ada pada perusahaan. Hasil pengukuran tersebut kemudian digunakan sebagai umpan balik yang
akan memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan titik di mana
Pengukuran kinerja mempunyai tujuan pokok yaitu untuk memotivasi karyawan dalam
mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan
Menurut Mulyadi (2001), manfaat sistem pengukuran kinerja adalah sebagai berikut:
1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan
secara maksimum.
kinerja mereka.
Dengan munculnya berbagai paradigma baru di mana bisnis harus digerakkan oleh
konsumen-focused, suatu sistem pengukuran kinerja yang efektif paling tidak harus memiliki
a. Didasarkan pada masing-masing aktivitas dan karakteristik organisasi itu sendiri sesuai
perspektif pelanggan;
validated;
c. Sesuai dengan seluruh aspek kinerja aktivitas yang mempengaruhi pelanggan, sehingga
d. Memberikan umpan balik untuk membantu seluruh anggota organisasi mengenali masalah-
Menurut Kaplan dan Norton (1996), Balanced Scorecard merupakan alat pengukur
kinerja eksekutif yang memerlukan ukuran komprehensif dengan empat perspektif, yaitu
pertumbuhan dan pembelajaran. Sementara itu Anthony, Banker, Kaplan, dan Young (1997)
views a business unit’s performance from four perspectives: financial, customer, internal
perusahaan yang mengukur kinerja perusahaan secara keseluruhan, baik secara keuangan
perspektif pelanggan, perspektif bisnis internal, dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran.
Pendekatan Balance Scorecard dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan pokok, yaitu (Kaplan
4. Apa perusahaan harus terus menerus melakukan perbaikan dan menciptakan nilai secara
Selain itu, Balanced Scorecard juga memberikan kerangka berpikir untuk menjabarkan
strategi perusahaan ke dalam segi operasional. Kaplan dan Norton (1996) mengatakan bahwa
manajemen, meliputi :
Dengan Balanced Scorecard, tujuan suatu perusahaan tidak hanya dinyatakan dalam
ukuran keuangan saja, melainkan dinyatakan dalam ukuran dimana perusahaan tersebut
menciptakan nilai terhadap pelanggan yang ada pada saat ini dan akan datang, dan bagaimana
manusia, sistem, dan prosedur yang dibutuhkan untuk memperoleh kinerja yang lebih baik di
masa mendatang.
Melalui Balanced Scorecard diharapkan bahwa pengukuran kinerja keuangan dan
nonkeuangan dapat menjadi bagian dari sistem informasi bagi seluruh pegawai dan tingkatan
dalam organisasi. Saat ini Balance Scorecard tidak lagi dianggap sebagai pengukur kinerja,
saat ini berbeda secara signifikan dengan sistem manajemen strategik dalam manajemen
perspektif yang luas yaitu keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan
pertumbuhan. Selain itu berbagai sasaran strategik yang dirumuskan dalam sistem manajemen
strategik tradisional tidak koheren satu dengan lainnya, sedangkan berbagai sasaran strategik
dalam sistem manajemen strategic kontemporer dirumuskan secara koheren. Di samping itu,
yang tidak dimiliki oleh sistem manajemen strategik tradisional, yaitu dalam karakteristik
perencanaan strategic adalah mampu menghasilkan rencana strategic yang memiliki karakteristik
sebagai berikut:
1. Komprehensif
Balanced Scorecard menambahkan perspektif yang ada dalam perencanaan strategic, dari
yang sebelumnya hanya pada perspektif keuangan, meluas ke tiga perspektif yang lain, yaitu :
pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Perluasan perspektif
2. Koheren
antara berbagai sasaran strategik yang dihasilkan dalam perencanaan strategik. Setiap sasaran
strategik yang ditetapkan dalam perspektif nonkeuangan harus mempunyai hubungan kausal
perencanaan strategik memotivasi personel untuk bertanggung jawab dalam mencari inisiatif
strategik yang bermanfaat untuk menghasilkan kinerja keuangan. Sistem perencanaan strategic
yang menghasilkan sasaran strategik yang koheren akan menjanjikan pelipatgandaan kinerja
keuangan berjangka panjang, karena personel dimotivasi untuk mencari inisiatif strategik yang
proses bisnis internal, pembelajaran dan pertumbuhan. Kekoherenan sasaran strategic yang
3. Seimbang
penting untuk menghasilkan kinerja keuangan berjangka panjang. Jadi perlu diperlihatkan garis
perspektif.
4. Terukur
menjanjikan ketercapaian berbagai sasaran strategik yang dihasilkan oleh sistem tersebut.
Semua sasaran strategik ditentukan oleh ukurannya, baik untuk sasaran strategik di perspektif
Dengan Balanced Scorecard, sasaran-sasaran strategik yang sulit diukur, seperti sasaran-
sasaran strategik di perspektif nonkeuangan, ditentukan ukurannya agar dapat dikelola, sehingga
Perspektif keuangan tetap digunakan dalam Balance Scorecard, karena ukuran keuangan
atau tidak bagi peningkatan keuntungan perusahaan. Perbaikan-perbaikan ini tercermin dalam
sasaran-sasaran yang secara khusus berhubungan dengan keuntungan yang terukur, pertumbuhan
bisnis, yaitu: growth, sustain, dan harvest (Kaplan dan Norton, 2001). Tiap tahapan memiliki
1. Growth (berkembang) adalah tahapan awal siklus kehidupan perusahaan dimana perusahaan
memiliki produk atau jasa yang secara signifikan memiliki potensi pertumbuhan yang baik.
Di sini manajemen terikat dengan komitmen untuk mengembangkan suatu produk atau jasa
menambah
kemampuan operasi, mengembangkan system, infrastruktur, dan jaringan distribusi yang akan
mendukung hubungan global, serta membina dan mengembangkan hubungan dengan pelanggan.
2.Sustain (bertahan) adalah tahapan kedua di mana perusahaan masih melakukan investasi dan
konsisten. Sasaran keuangan pada tahap ini diarahkan pada besarnya tingkat pengembalian
atas investasi yang dilakukan. Tolak ukur yang kerap digunakan pada tahap ini, misalnya
hasil investasi di tahap-tahap sebelumnya. Tidak ada lagi investasi besar, baik ekspansi
perbaikan fasilitas. Sasaran keuangan adalah hal yang utama dalam tahap ini, sehingga
diambil sebagai tolak ukur, yaitu memaksimumkan arus kas masuk dan pengurangan modal
kerja.
konsumen focus dan konsumen satisfaction. Perspektif ini merupakan leading indicator. Jadi,
jika pelanggan tidak puas maka mereka akan mencari produsen lain yang sesuai dengan
kebutuhan mereka. Kinerja yang buruk dari perspektif ini akan menurunkan jumlah pelanggan
pengukuran, yaitu: customer core measurement dan customer value prepositions. Customer Core
1. Market Share (pangsa pasar); Pengukuran ini mencerminkan bagian yang dikuasai
perusahaan atas keseluruhan pasar yang ada, yang meliputi: jumlah pelanggan, jumlah
3. Customer Acquisition (akuisisi pelanggan); mengukur tingkat di mana suatu unit bisnis
Sedangkan Customer Value Proposition merupakan pemicu kinerja yang terdapat pada
1. Product/service attributes
Meliputi fungsi dari produk atau jasa, harga, dan kualitas. Pelanggan memiliki preferensi
yang berbeda-beda atas produk yang ditawarkan. Ada yang mengutamakan fungsi dari produk,
kualitas, atau harga yang murah. Perusahaan harus mengidentifikasikan apa yang diinginkan
pelanggan atas produk yang ditawarkan. Selanjutnya pengukuran kinerja ditetapkan berdasarkan
hal tersebut.
2. Konsumen relationship
perusahaan. Perasaan konsumen ini sangat dipengaruhi oleh responsivitas dan komitmen
menganggap penyelesaian order yang cepat dan tepat waktu sebagai faktor yang penting bagi
kepuasan mereka.
berhubungan dengan perusahaan. Membangun image dan reputasi dapat dilakukan melalui iklan
Analisis proses bisnis internal perusahaan dilakukan dengan menggunakan analisis value-
chain. Disini manajemen mengidentifikasi proses internal bisnis yang kritis yang harus
mengetahui seberapa baik bisnis mereka berjalan dan apakah produk dan atau jasa mereka sesuai
dengan spesifikasi pelanggan. Perspektif ini harus didesain dengan hati-hati oleh mereka yang
paling mengetahui misi perusahaan yang mungkin tidak dapat dilakukan oleh konsultan luar.
Kaplan dan Norton (1996) membagi proses bisnis internal ke dalam tiga tahapan, yaitu:
1. Proses inovasi
Dalam proses penciptaan nilai tambah bagi pelanggan, proses inovasi merupakan salah
satu kritikal proses, dimana efisiensi dan efektifitas serta ketepatan waktu dari proses inovasi ini
akan mendorong terjadinya efisiensi biaya pada proses penciptaan nilat tambah bagi pelanggan.
Dalam proses ini, unit bisnis menggali pemahaman tentang kebutuhan dari pelanggan dan
menciptakan produk dan jasa yang mereka butuhkan. Proses inovasi dalam perusahaan biasanya
dilakukan oleh bagian marketing sehingga setiap keputusan pengeluaran suatu produk ke pasar
telah memenuhi syarat-syarat pemasaran dan dapat dikomersialkan (didasarkan pada kebutuhan
pasar).
2. Proses Operasi
Proses operasi adalah proses untuk membuat dan menyampaikan produk/jasa. Aktivitas
di dalam proses operasi terbagi ke dalam dua bagian: 1) proses pembuatan produk, dan 2) proses
penyampaian produk kepada pelanggan. Pengukuran kinerja yang terkait dalam proses operasi
Proses ini merupakan jasa pelayanan pada pelanggan setelah penjualan produk/jasa
tersebut dilakukan. Aktivitas yang terjadi dalam tahapan ini, misalnya penanganan garansi dan
perbaikan penanganan atas barang rusak dan yang dikembalikan serta pemrosesan pembayaran
pelanggan. Perusahaan dapat mengukur apakah upayanya dalam pelayanan purna jual ini telah
memenuhi harapan pelanggan, dengan menggunakan tolak ukur yang bersifat kualitas, biaya, dan
waktu seperti yang dilakukan dalam proses operasi. Untuk siklus waktu, perusahaan dapat
menggunakan pengukuran waktu dari saat keluhan pelanggan diterima hingga keluhan tersebut
diselesaikan.
meningkatkan pertumbuhan dan kinerja jangka panjang. Proses pembelajaran dan pertumbuhan
ini bersumber dari faktor sumber daya manusia, sistem, dan prosedur organisasi. Yang termasuk
dalam perspektif ini adalah pelatihan pegawai dan budaya perusahaan yang berhubungan dengan
kesenjangan yang besar antara kemampuan orang, system, dan prosedur yang ada saat ini dengan
yang dibutuhkan untuk mencapai kinerja yang diinginkan. Inilah alasan mengapa perusahaan
harus melakukan investasi di ketiga faktor tersebut untuk mendorong perusahaan menjadi sebuah
Dalam perspektif ini, ada factor-faktor penting yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Kapabilitas pekerja
Dalam hal ini manajemen dituntut untuk memperbaiki pemikiran pegawai terhadap
organisasi. Untuk itu perencanaan dan upaya implementasi reskilling pegawai yang menjamin
Bagaimanapun juga, meski motivasi dan keahlian pegawai telah mendukung pencapaian
kemampuan sistem informasi yang memadai, kebutuhan seluruh tingkatan manajemen dan
pegawai atas informasi yang akurat dan tepat waktu dapat dipenuhi dengan sebaik-baiknya.
Perspektif ini penting untuk menjamin adanya proses yang berkesinambungan terhadap
upaya pemberian motivasi dan inisiatif yang sebesar-besarnya bagi pegawai. Paradigma
manajemen terbaru menjelaskan bahwa proses pembelajaran sangat penting bagi pegawai untuk
melakukan trial and error sehingga turbulensi lingkungan sama-sama dicoba-kenali tidak saja
oleh jenjang manajemen strategis tetapi juga oleh segenap pegawai di dalam organisasi sesuai
kompetensinya masing-masing. Upaya tersebut perlu didukung dengan motivasi yang besar dan
pemberdayaan pegawai berupa delegasi wewenang yang memadai untuk mengambil keputusan.
Selain itu, upaya tersebut juga harus dibarengi dengan upaya penyesuaian yang terus menerus
Dari keempat perspektif tersebut terdapat hubungan sebab akibat yang merupakan
penjabaran tujuan dan pengukuran dari masing-masing perspektif. Hubungan berbagai sasaran
strategic yang dihasilkan dalam perencanaan strategic dengan kerangka Balanced Scorecard
Kemampuan ini sangat diperlukan oleh perusahaan yang memasuki lingkungan bisnis yang
kompetitif.
III. METODE PENELITIAN
Tingkat pengembalian investasi dari pendapatan operasi atau yang biasa disebut
dengan ROI yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal
yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan laba bersih. ROI
dapat dikatakan baik jika rata-rata industrinya sebesar 9,8% (Keown, 2008).
EAT
ROI = x 100% (1)
Total aktiva
Profit Margin
Profit margin digunakan untuk melihat besar kecilnya laba usaha dalam hubungannya
baik jika rata-rata nilainya adalah sebesar 8,3% (Keown, 2008). Semakin tinggi nilai
profit margin berarti semakin baik, karena dianggap kemampuan perusahaan dalam
EAT
Profit margin = x 100% (2)
Penjualan
Operating Ratio
Merupakan biaya operasi dibagi dengan penjualan bersih, dan dinyatakan dalam
persen. Biaya operasi sendiri terdiri dari harga pokok penjualan (HPP) ditambah
dengan beban usaha. Semakin tinggi rasio operasi, berarti menunjukkan bahwa
bersih.
2. Perspektif Pelanggan
pelanggan. Kepuasan pelanggan dikatakan baik apabila skor rata-rata pada skala likert
Dalam perspektif ini komponen pengukuran yang digunakan yaitu inovasi, untuk
produk/jasa yang sudah ada. Semakin tinggi nilai yang dihasilkan, maka semakin baik
Pengukuran kinerja pada perspektif ini adalah tingkat kepuasan karyawan dengan
cara mengukur seberapa besar kepuasan karyawan terhadap perusahaan. Data diperoleh
dari penyebaran kuesioner kepada karyawan. Kepuasan karyawan dapat dikatakan baik
Yang menjadi objek penelitian adalah perusahaan otomotif, yaitu PT Astra Honda Motor.
penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah pelanggan dan karyawan PT Astra Honda Motor,
sedangkan sample yang diambil masing-masing adalah 100 responden untuk karyawan dan 100
1. Kuesioner
Kuesioner disebar kepada karyawan dan pelanggan PT Astra Honda Motor masing-
masing sebanyak 100 lembar. Sedangkan perhitungan bobot penilaian kuesioner karyawan dan
pelanggan menggunakan skala Likert. Skala Likert ini berhubungan dengan pernyataan tentang
2. Studi Pustaka
Metode pengumpulan data dengan cara mempelajari literatur-literatur yang relevan guna
Pengujian ini dilakukan untuk menguji kuesioner yang nantinya dipergunakan untuk
mengukur kepuasan karyawan dan kepuasan pelanggan. Berdasarkan dari hasil penelitian ini
diharapkan dapat diperoleh hasil yang benar-benar objektif (validitas). Selain itu perlu diuji
konsistensinya (reliabilitas). Validitas dan reliabilitas merupakan dua syarat dalam menentukan
kualitas alat ukur. Kualitas tersebut akan menentukan baik atau tidaknya suatu penelitian.
Pengujian instrumen penelitian dengan menggunakan uji validitas dengan menghitung korelasi
menggunakan teknik korelasi pearson dengan tarif signifikan = 5% dan uji reliabilitas
menggunakan Alpha dengan nilai Croanbach’s Alpha > 60. Teknik yang digunakan dalam
pengambilan sampel adalah teknik pemilihan sampel probabilitas, yaitu dengan pemilihan
sampel acak sederhana (simple random sampling), yang memberikan kesempatan yang sama dan
bersifat tidak terbatas pada setiap elemen populasi untuk dipilih sebagai sampel.
menggunakan Skala Likert. Skala Likert berhubungan dengan pertanyaan tentang sikap
seseorang terhadap sesuatu. Skala likert berisi lima tingkat jawaban dengan pilihan berupa angka
2 Tidak puas
3 Cukup puas
4 Puas
5 Sangat puas
Cara pengukuran dalam Balanced Scorecard adalah mengukur secara seimbang antara
perspektif yang satu dengan perspektif yang lainnya dengan tolok ukur masing-masing
perspektif. Menurut Mulyadi (2001), kriteria keseimbangan digunakan untuk mengukur sampai
Skor dalam tabel kriteria keseimbangan adalah skor standar, jika kinerja semua aspek
dalam perusahaan adalah “baik”. Skor diberikan berdasarkan rating scale berikut:
Tabel 3.1
Rating Scale
Skor Nilai
-1 Kurang
0 Cukup
1 Baik
Tabel 4.1
Hasil Penilaian Kinerja Secara Keseluruhan
Tahun Rata-
Perspektif Kriteria Skor
2005 2006 rata
Perspektif Keuangan
ROI 10,55% 5,13% 7,84% Cukup 0
Perspektif Pelanggan
Kepuasan Pelanggan(*) - - 3,71 Baik 1
Perspektif
mempunyai rata-rata yang cukup, sehingga diberi skor 0. Karena rata-rata ROI sudah hampir
mendekati standar yang telah ditetapkan. Sedangkan profit margin diberi skor -1. Karena nilai
profit margin masih jauh dibawah standar yang telah ada. Dan untuk operating ratio diberi
skor 1 karena dinilai sudah baik. Untuk perspektif pelanggan diberi skor 1. Karena skor rata-
rata kepuasan pelanggan sebesar 3,71. Kepuasan pelanggan dikatakan baik apabila skor
Karena serta .Dan untuk perspektif pertumbuhan dan pembelajaran diberi skor 1. Karena skor
kepuasan karyawan menunjukkan angka rata-rata sebesar 3,63. Dimana angka tersebut pada
skala likert sudah menunjukkan angka diatas 3. Total bobot skor dapat diketahui, yaitu 3 skor
Langkah selanjutnya adalah membuat skala untuk menilai total skor tersebut,
sehingga kinerja perusahaan dapat dikatakan “kurang”, “cukup”, dan “baik”. Dengan
menggunakan skala, maka dapat diketahui kinerja suatu perusahaan. Berikut adalah gambar
Gambar
4.1 Skala
Kinerja
Setelah membuat skala, selanjutnya adalah menentukan batas area ”kurang”, ”cukup”,
dan ”baik” adalah kurang dari 50% (skor 0). Kinerja dikatakan ”baik” apabila lebih dari 80%
dan diasumsikan bahwa 80% adalah sama dengan 0,6. Sisanya adalah daerah ”cukup”, yaitu
antara 0- 0,6.
Dengan demikian dapat diartikan bahwa kinerja PT Astra Honda Motor jika
menggunakan Balance Scorecard terdapat pada daerah “cukup”. Karena rata-rata skor yang
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai
berikut:
1. Pengukuran pada perspektif keuangan yang meliputi ROI, profit margin, dan
operating ratio diperoleh hasil bahwa kinerja perusahaan dapat dikatakan cukup baik,
3. Pengukuran pada perspektif bisnis internal yang meliputi inovasi juga menunjukkan
VI. SARAN
Ghozali, I. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Kaplan, R. S. dan David P. Norton. 2000. Balance Scorecard: Menerapkan Strategi Menjadi
Aksi, Terjemahan: Pasla Yosi Peter R. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Kumalasari, Y. S. 2010. “Evaluasi Terhadap Kinerja Unit Usaha Syariah Pada Bank
Konvensional Dengan Perspektif Balance Scorecard”. Skripsi Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro.
Lubis, Arfan I. dan Sutopo. 2003. “Implementasi Konsep Balance Scorecard bagi Small and
Medium Business di Indonesia: Suatu Tinjauan Teoritis”. Jurnal EKOBIS, Vol. 4, No.
1, h. 15 – 28.
Mas’ud, F. 2004. Survai Diagnosis Organisasional: Konsep dan Aplikasi. Badan Penerbit
Undip. Mulyadi. 2001. Balanced Scorecard: Alat Manajemen Kontemporer untuk
Pelipatganda Kinerja
Keuangan Perusahaan. (edisi ke-2). Jakarta: Salemba Empat.
Mulyadi. 2005. System Manajemen Strategic Berbasis Balance Scorecard. UPP AMP
YKPN. Prakosa, Yuniarsa A. 2006. “Pengukuran Kinerja Perusahaan Dengan Pendekatan
Balance
Scorecard (Studi Kasus Pada PT Waskita Karya (Persero))”. Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Diponegoro.
Sudibyo, B. 1997. “Pengukuran Kinerja Perusahaan Dengan Balance Scorecard: Bentuk,
Mekanisme, dan Prospek Aplikasinya pada BUMN”. JEBI, Vol. 12, No.2, h. 35 – 49.
Yuwono, S. 2002. Petunjuk Praktis Penyusunan Balanced Scorecard :Menuju Organisasi
Yang Berfokus Pada Strategi, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama.
Zudia, M. 2010. “Analisis Penilaian Kinerja Organisasi Dengan Menggunakan Konsep
Balance Scorecard Pada PT Bank Jateng Semarang”. Skripsi Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro.
www.astra-honda.com