Kti Selly Alvionita Tanjung

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 57

KARYA TULIS ILMIAH

UJI EFEK ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN ILER


(Coleus atropurpureus L. Benth) TERHADAP
PERTUMBUHAN BAKTERI
Escherichia coli

SELLY ALVIONITA TANJUNG


P07539016051

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN


JURUSAN FARMASI
2019
KARYA TULIS ILMIAH

UJI EFEK ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN ILER


(Coleus atropurpureus L. Benth) TERHADAP
PERTUMBUHAN BAKTERI
Escherichia coli

Sebagai Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program Studi


Diploma III Farmasi

SELLY ALVIONITA TANJUNG


P07539016051

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN


JURUSAN FARMASI
SURAT PERNYATAAN

UJI EFEK ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN ILER


(Coleus atropurpureus L. Benth) TERHADAP
PERTUMBUHANBAKTERI
Escherichia coli

Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini tidak
terdapat karya pernah diajukan disuatu perguruan tinggi dan
sepanjang pengetahuan Saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali
yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar
pustaka.

iv
MEDAN HEALTH POLYTECHNICS OF MINISTRY OF HEALTH
PHARMACY DEPARTMENT
SCIENTIFIC PAPER, July 2019

SELLY ALVIONITA TANJUNG

Effect Test of Antibacterial of Ethanol Extract from Iler Leaves (Coleus


atropurpureus L. Benth) to the Growth of Escherichia coli Bacteria

xii + 42 Pages, 1 Table, 19 Attachments

ABSTRACT

Infection is the process of organisms (eg bacteria, viruses, fungi) that can
cause disease into tissue and cause damage. Most infections are caused by
bacteria. The bacteria that cause infection are generally pathogenic like
Escherichia coli. Escherichia coli is gram negative bacterium which is common
cause of infection, especially diarrheal disease. One of the plants that can treat
diarrheal diseases is iler leaves.
The purpose of this study was to determine the antibacterial effect of ethanol
extract of ilerleaves toEscherichia coli bacteria. Dilution of ethanol extract of iler
leaves was made in three concentrations, namely 40%, 50% and 60%.
Chloramphenicol 0.03 mg as a positive control and 70% alcohol as negative
control.
The method used in this study is an experimental method with Postest only
control group design and purposive sampling. This test is carried out by agar
diffusion using paper discs.
The results showed that ethanol extract of iler leaves had an antibacterial
effect on Escherichia coli bacteria. The average inhibition zone for Escherichia
coli bacteria at concentration of 40%, 50%, and 60% ethanol extract of iler leaves
13.38 mm, 14.84 mm and 15.97 mm
It was concluded that ethanol extract of iler leaves (Coleus atropurpureus L.
Benth) could inhibit the growth of Escherichia coli bacteria.

Keywords : Antibacterial, Iler Leaf Extract, Escherichia coli


Reference : 23 (1979-2019)

v
POLITEKNIK KESEHETAN KEMENKES MEDAN
JURUSAN FARMASI
KTI, Juli 2019

SELLY ALVIONITA TANJUNG

Uji Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Iler (Coleus atropurpureus L.


Benth) terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli

xii + 42 Halaman, 1 Tabel, 19 Lampiran

ABSTRAK
Infeksi adalah proses saat organisme (misal : bakteri, virus, jamur) yang
mampu menyebabkan penyakit masuk ke dalam tubuh/jaringan dan
menyebabkan kerusakan. Sebagian besar infeksi disebabkan oleh bakteri.
Bakteri yang menyebabkan infeksi pada umumnya bersifat patogen seperti
Escherichia coli. Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif yang
merupakan penyebab umum infeksi, khususnya penyakit diare. Salah satu
tumbuhan yang dapat mengobati penyakit diare yaitu daun iler.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui efek antibakteri ekstrak
etanol daun iler terhadap bakteri Escherichia coli. Pengenceran ekstrak etanol
daun iler dibuat dalam tiga konsentrasi yaitu 40%, 50% dan 60%. Kloramfenikol
0,03 mg sebagai kontrol positif dan alkohol 70% sebagai kontrol negatif.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental
dengan desain Postest Only Control Group Desain serta pengambilan sampel
secara Purposive Sampling. Pengujian ini dilakukan secara difusi agar dengan
menggunakan kertas cakram.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun iler memiliki efek
sebagai antibakeri terhadap bakteri Escherichia coli. Rata-rata zona hambat
untuk bakteri Escherichia coli pada konsentrasi 40%, 50%, dan 60% ekstrak
etanol daun iler 13,38 mm, 14,84 mm dan 15,97 mm
Disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun iler (Coleus atropurpureus L.
Benth) dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli.

Kata Kunci : Antibakteri, Ekstrak Daun Iler, Escherichia coli


Daftar Bacaan : 23 (1979-2019)

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan Kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala
berkat dan rahmat-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
ini. Adapun judul karya tulis ilmiah ini adalah “Uji Efek Antibakteri Ekstrak
Etanol Daun Iler (Coleus atropurpureus L. Benth) terhadap Pertumbuhan
Bakteri Escherichia coli”.
Karya tulis ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan pendidikan program Diploma III di Jurusan Farmasi
Poltekkes Kemenkes Medan.
Penyusunan dan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, dalam rangka
penyelesaian pendidikan di Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Medan
Penulis banyak mendapatkan bimbingan, saran, serta bantuan dari berbagai
pihak.
Untuk itu Penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Dra. Ida Nurhayati, M.Kes., selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Medan.
2. Ibu Dra. Masniah, M.Kes., Apt selaku Ketua Jurusan Farmasi Poltekkes
Kemenkes Medan.
3. Ibu Rosnike Merly Panjaitan, S.T, M.Si selaku Pembimbing Akademik Penulis
selama menjalani perkuliahan di Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes
Medan.
4. Ibu Dra. Amriani, M.Kes., Apt selaku Pembimbing Karya Tulis Ilmiah ini dan
mengantarkan Penulis mengikuti Ujian Akhir Program (UAP).
5. Ibu Maya Handayani Sinaga, S.S., M.Pd dan Ibu Ernoviya, S. Farm., Apt
selaku Penguji I dan II Karya Tulis Ilmiah ini dan Ujian Akhir Program (UAP)
yang telah menguji dan memberi masukan kepada penulis serta Seluruh
Dosen dan pegawai Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Medan yang telah
membimbing dan mendidik Penulis selama melaksanakan perkuliahan dan
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Teristimewa kepada orang tua tercinta Bapak Jubnizal Tanjung dan Ibu
Agustinar Pulungan yang telah banyak memberi do’a, dukungan dan
masukan Baik secara moril maupun materil selama melaksanakan
perkuliahan sampai penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.

vii
7. Adik Jossy Fareza Tanjung, Adik Silvi Mutiarani Tanjung dan Adik Rafa
Ardiansyah Tanjung dan anggota keluarga lainnya yang selalu memberikan
do’a, dukungan serta arahan dalam menjalani setiap proses perkuliahan.
8. Semua pihak yang telah memberikan dukungan yang tidak dapat Penulis
sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih terdapat
kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, Penulis menerima segala
saran dan kritik yang bersifat membangun dari setiap pembaca demi
penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Semoga Tuhan yang Maha Esa senantiasa melimpahkan rahmat-Nya
dan Penulis berharap kiranya Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2019


Penulis

Selly Alvionita Tanjung


P07539016051

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
SURAT PERNYATAAN ...................................................................................... iv
ABSTRAC ........................................................................................................... v
ABSTRAK .......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 2
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 3

2.1 Uraian Tumbuhan.............................................................................. 3


2.1.1 Nama Lain dan Nama Daerah .................................................. 3
2.1.2 Sistematika Tumbuhan .............................................................. 3
2.1.3 Morfologi Tumbuhan Iler ............................................................ 4
2.1.4 Zat Yang Dikandung dan Kegunaannya .................................... 4
2.2 Bakteri .............................................................................................. 4
2.2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakteri ........ 5
2.2.2 Media Pertumbuhan Bakteri .................................................... 7
2.3 Gambaran Umum Bakteri Escherichia coli ....................................... 7
2.4 Antibakteri ........................................................................................ 8
2.4.1 Metode Pengujian Antibakkteri ................................................ 9
2.5 Simplisia ......................................................................................... 10
2.6 Ekstrak ............................................................................................ 10
2.6.1 Jenis-jenis Ekstrak ................................................................. 10
2.6.2 Cara Pembuatan Ekstrak ........................................................ 10

ix
2.7 Antibiotik.......................................................................................... 13
2.8 Kloramfenikol................................................................................... 14
2.9 Kerangka Konsep ............................................................................ 15
2.10 Definisi Operasional ...................................................................... 15
2.11 Hipotesa ........................................................................................ 15

BAB IIIMETODE PENELITIAN .......................................................................... 16

3.1 Jenis dan Desain Penelitian ......................................................................... 16


3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................ 16
3.2.1 Lokasi...................................................................................... 16
3.2.2 Waktu Penelitian ..................................................................... 16
3.3 Teknik Pengambilan Sampel ............................................................ 16
3.4 Pengelolaan Sampel ........................................................................ 16
3.5 Alat dan Bahan ................................................................................ 17
3.5.1 Alat.......................................................................................... 17
3.5.2 Bahan...................................................................................... 17
3.6 Perhitungan Cairan Penyari Simplisia Secara Maserasi ................... 17
3.7 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Iler................................................ 18
3.8 Pembuatan Konsentrasi Ekstrak Daun Iler ....................................... 18
3.9 Prosedur Kerja ................................................................................. 19
3.9.1 Sterilisasi Alat dan Bahan........................................................ 19
3.9.2 Pembuatan Media Eosin Methylene Blue Agar (EMBA) .......... 19
3.9.3 Pembuatan Media Mueller Hilton Agar (MHA) ......................... 20
3.9.4 Pembuatan Media Nutrient Agar (NA) ..................................... 20
3.9.5 Suspensi Standart Mc. Farland ............................................... 21
3.9.6 Larutan NaCl 0,9 % ................................................................. 21
3.9.7 Antibiotik Kloramfenikol ........................................................... 21
3.9.8 Pembiakan Bakteri Escherichia coli ......................................... 22
3.9.9 Pengenceran Bakteri Escherichia coli ................................... 23
3.9.10 Pengujian Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Iler
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli .................... 23

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 24


4.1 Hasil ................................................................................................ 24
4.2 Pembahasan .................................................................................... 25

x
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 26
5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 26
5.2 Saran ............................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 27

xi
DAFTAR GAMBAR

Halaman
2.1 Daun Iler ........................................................................................................ 3
2.2 Bakteri Escherichia coli .................................................................................. 8
2.3 Rumus Bangun Kloramfenikol ...................................................................... 14
2.4 Kerangka Konsep ........................................................................................ 15
1.1 Serbuk Daun Iler .......................................................................................... 29
1.2 Ekstrak Cair Daun Iler .................................................................................. 29
1.3 Rotary Evaporator ........................................................................................ 30
1.4 Ekstrak Kental Daun Iler .............................................................................. 30
1.5 Konsentrasi Ekstrak Etanol Daun Iler ........................................................... 31
1.6 Media EMBA ................................................................................................ 31
1.7 Media NA ..................................................................................................... 32
1.8 Media MHA .................................................................................................. 32
1.9 Pewarnaan Bakteri Escherichia coli ............................................................. 33
1.10 Pengenceran Bakteri Escherichia coli ........................................................ 33
1.11 Jangka Sorong........................................................................................... 34
1.12 Paper Disc Blank dan Paper Disc Kloramfenikol ........................................ 34
1.13 Hasil Pengamatan...................................................................................... 35

xii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan EEDI Terhadap Bakteri Escherichia coli ............... 23

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian.................................................................. 29
Lampiran 2. Surat Keterangan Layak Etik .......................................................... 36
Lampiran 3. Surat Balasan USU Medan ............................................................ 37
Lampiran 4. Surat Determinasi .......................................................................... 38
Lampiran 5. Surat Izin Penelitian Di Laboratorium Terpadu ............................... 39
Lampiran 6. Surat Hasil Penelitian ..................................................................... 40
Lampiran 7. Kartu Laporan Bimbingan............................................................... 42

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Undang-undangKesehatan No.36 Tahun 2009 menyatakan bahwa


kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual
maupunsocial yang memungkinkan setiap orang
untukhidupproduktifsecarasosial dan ekonomis. Faktor utama yang menentukan
kesehatan seseorang adalah pola hidup. Salah satu dampak pola hidup yang
tidak sehat adalah tingginya penyakit infeksi di masyarakat (Hembing, 2008).
Infeksi adalah proses saat organisme (misal : bakteri, virus, jamur) yang
mampu menyebabkan penyakit masuk ke dalam tubuh/jaringan dan
menyebabkan kerusakan (Pierce & Neil, 2006). Pada negara-negara
berkembang seperti halnya indonesia, penyakit infeksi masih merupakan
penyebab utama tingginya angka kesakitan (mordibity) dan angka kematian
(mortality) (dr. Darmadi, 2008).
Sebagian besar infeksi disebabkan oleh bakteri. Bakteri yang
menyebabkan infeksi pada umumnya bersifat patogen seperti Escherichia coli.
Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif yang merupakan penyebab
umum infeksi, khususnya penyakit diare. Penyebaran Escherichia colidapat
terjadi dengan cara kontak langsung misalnya bersentuhan, berjabat tangan dan
lain sebagainya. Kemudian diteruskan melalui mulut, akan tetapi Escherichia
colipun dapat ditemukan tersebar di alam sekitar kita. Penyebaran secara pasif
dapat terjadi melalui makanan atau minuman (Jawetz, 2014).
Pencegahan terhadap penyakit terus dilakukan, salah satunya dengan
pemberian obat tradisional. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan
yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian
(galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun menurun telah
digunakan untuk pengobatan dan dapat di terapkan sesuai norma yang berlaku
di masyarakat (Menkes RI, 2009).
Salah satu jenis tumbuhan obat yang diketahui berkhasiat sebagai obat adalah
tumbuhan iler (Coleus atropurpureus L. Benth) yaitu dapat mengobati bisul,

1
2

borok, cacingan, gangguan pencernaan, stroke, keputihan, perut mules (diare),


radang telinga, terlambat haid, wasir (Hariana, 2013).
Kandungan kimia yang terdapat didalam daun iler yaitu alkaloid, etil
salisilat, metil eugenol, timol karvakrol, dan mineral (Widya, 2011).
Sebelumnya Yesi (2017) telah melakukan penelitian terhadap ekstrak
etanol daun iler (Coleus atropurpureus L. Benth) dapat menghambat
pertumbuhan bakteri Stapyhoccous aureus dengan menggunakan metode difusi
kertas cakram. Hasil pengujian menunjukkan bahwa rata-rata zona hambat untuk
bakteri Staphylococcus aureus pada konsentrasi 20% , 30% , dan 40% ekstrak
daun iler adalah 11,6 mm, 13,5 mm, dan 16,5 mm. Dapat disimpulkan bahwa
ekstrak etanol daun iler pada konsentrasi 40% dapat menghambat pertumbuhan
bakteri Staphyloccus aureus dengan rata-rata zona hambat 16,5 mm.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “Uji Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Iler (Coleus
atropurpureus L. Benth) terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli”.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakahekstraketanoldauniler (Coleus atropurpureus L. Benth)


dapatmenghambatpertumbuhanbakteriEscherichia coli ?
2. Padakonsentrasiberapaekstraketanoldauniler (Coleus atropurpureus L.
Benth) dapatmenghambatpertumbuhanbakteriEscherichia coli?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untukmengetahuiefekekstraketanoldauniler (Coleus atropurpureus L.


Benth) dapatmenghambatpertumbuhanbakteriEscherichia coli.
2. Untuk mengetahui konsentrasi berapakah ekstrak etanol daun iler (Coleus
atropurpureus L. Benth) yang paling efektif untuk menghambat
pertumbuhan bakteri Escherichia coli.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagaisumberinformasikepadamasyarakattentangkhasiatdauniler (Coleus
atropurpureus L. Benth) khususnyasebagaiantibakteri.
2. Untukmenambahilmupengetahuansertamemberikanpengalamankepadapen
elitidalamhalmelakukanpenelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan

Uraian tumbuhan meliputi : Nama lain dan nama daerah, sistematika tumbuhan,
morfologi tumbuhan, zat-zat yang dikandung dan kegunaannya.

Gambar 2.1 Daun Iler (Coleus atropurpureus L. Benth)

2.1.1 Nama Lain dan Nama Daerah

Batak : Si gresing
Palembang : Adang-adang
Jawa : Kentangan
Sunda : Jawer kotok
Minahasa : Serewung
Bugis : Saru-saru
Manado : Majana

2.1.2 Sistematika Tumbuhan

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotylendonae
Ordo : Lamiales
Familia : Laminaceae
Genus : Coleus
Spesies : Coleus atropurpureus L. Benth

3
4

2.1.3 Morfologi Tumbuhan Iler

Umumnya, iler ditanam diperkarangan sebagai tanaman hias atau tanaman


obat. Herba yang berasal dari asia tenggara ini, ditemukan tumbuh liar pada
tempat-tempat yang lembab dan terbuka, seperti di pinggir selokan, pematang
sawah, atau tepi jalan perdesaan pada ketinggian sekitaran 1.300 m dpl.
Tumbuhan berbatang basah ini tingginya sampai 0,5 – 1,5 m. Batangnya
berbentuk segi empat dan mudah patah karena lunak. Batang yang patah bisa
langsung ditancapkan ke tanah untuk mendapatkan tanaman baru.
Daun tanaman iler berbentuk bulat melancip, berbulu, serta bergerigi pada
bagian ujung dan tepinya. Warna daunnya ungu tua atau merah. Daunnya yang
berwarna merah kehitaman mempunyai berbagai khasiat. Sedangkan, yang
berwarna lain biasanya hanya untuk hiasan.
Adapun bunga iler berwarna putih keunguan atau merah. Bunga tersebut
berbentuk untaian bersusun yang muncul pada pucuk tangkai batang. Tanaman
yang apabila dirasakan agak pahit tapi baunya harum.

2.1.4 Zat Yang Dikandung dan Kegunaannya

Berdasarkan kandungan kimia yang terdapat didalam daun iler


mengandung alkaloid, etil salisilat, metil eugenol, timol karvakrol, dan mineral
(Widya, 2011).
Karvakrol bersifat sebagai antibakteri, eugenol berguna untuk mengurangi
nyeri, dan etil salisilat berguna untuk mencegah iritasi (Latief, 2012).
Daun tumbuhan iler mempunyai khasiat dalam pengobatan yaitu
mengobati bisul, borok, cacingan, gangguan pencernaan, keputihan, perut
mules, radang telinga, terlambat haid, wasir (Hariana, 2013).

2.2 Bakteri

Nama bakteri berasal dari kata “bakterion” (bahasa Yunani) yang berarti
tongkat atau batang. Bakteri adalah sekelompok mikroorganisme yang bersel
satu, berkembang biak membelah diri, ukuran sangat kecil dengan diameter 0,5–
1,0 mikron dan panjang 1,5-2,5 mikron sehingga hanya bisa dilihat dibawah
mikroskop.
5

Berdasarkan bentuk morfologinya, bakteri dapat di bagi atas tiga golongan


yaitu :
a. Bentuk Basil
Berbentuk seperti tongkat pendek atau silinder. Basil dapat bergandengan
panjang seperti rantai (streptobasil) dan bergandengan dua-dua
(diplobasil).
b. Bentuk Kokus
Bakteri berbentuk kokus adalah bakteri yang bentuknya seperti bola-bola
kecil. Kokus ada yang kecil dan tunggal (mikrokokus), bergandengan dua-
dua (diplokokus), bergandengan empat dan membentuk bujursangkar
(tetrakokus), mengelompok seperti kubus (sarsina), mengelompok
membentuk satu untaian (stafilokokus) dan bergandengan panjang seperti
rantai (streptokokus).
c. Bentuk Spiral
Bakteri yang berbentuk spiral adalah bakteri yang berbengkok-bengkok
seperti spiral. Bakteri yang berbentuk spiral tidak banyak dijumpai
(Dwijoseputro, 2005).
Bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :
1. Bakteri gram positif, jika mengalami pewarnaan gram maka bakteri tampak
biru/ungu. Contoh :Clostridium butolinum, Clostridium perfringerns,
Clostridium tetani, Steptococcus mutans, Staphylococcus aureus.
2. Bakteri gram negatif, jika mengalami pewarnaan gram maka bakteri
tampak merah muda. Contoh :Escherichia coli, Salmonella, typhimorium,
Shigella flesneri.

2.2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Bakteri

Pertumbuhan bakteri dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :


1. Nutrisi
Nutrisi harus mengandung seluruh elemen yang paling penting sintesis
biologik organisme baru. Nutrisi ini terdiri dari sumber karbon, nitrogen,
belerang, fosfor, mineral dan faktor pertumbuhan (vitamin dan asam
amino).
6

2. Tingkat Keasaman (pH)


pH mempengaruhi pertumbuhan bakteri. Kebanyakan bakteri yang patogen
mempunyai pH optimum 7,2-7,6.
3. Temperatur (suhu)
Setiap bakteri mempunyai temperatur optimum untuk dapat tumbuh dan
batas-batas suhu agar dapat tumbuh. Berdasarkan batas-batas temperatur
pertumbuhan, bakteri dibagi atas tiga golongan, yaitu :
a) Bakteri Psikhrofilik yaitu bakteri yang dapat hidup pada temperatur -50C-
300C dengan temperatur optimum 100C-200C.
b) Bakteri Mesofilik yaitu bakteri yang dapat hidup pada temperatur 100C-
450C dengan temperatur optimum 200C-400C.
c) Bakteri Termofilik yaitu bakteri yang dapat hidup pada temperatur 250C-
800C dengan temperatur optimum 500C-600C.
Bakteri yang patogen bagi manusia biasanya tumbuh dengan baik pada
temperatur 370C.
4. Oksigen
Gas yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri adalah oksigen (O2) dan
karbondioksida (CO2). Berdasarkan kebutuhan oksigen, bakteri dibagi
empat bagian yaitu :
a) Bakteri Aerob, yaitu bakteri yang dapat tumbuh subur bila ada oksigen
dalam jumlah besar.
b) Bakteri Mikroaerofilik, yaitu bakteri yang hanya tumbuh baik dalam
tekanan oksigen yang rendah.
c) Bakteri Anaerob Obligat, yaitu bakteri yang hidup tanpa oksigen toksis
terhadap bakteri ini.
d) Bakteri Anaerob Fakultatif, yaitu bakteri yang dapat tumbuh baik dalam
suasana dengan atau tanpa oksigen.
5. Tekanan Osmotik
Bakteri yang membutuhkan kadar garam yang tinggi disebut halofilik,
sedangkan bakteri yang memerlukan tekanan osmotik tinggi disebut
osmofilik (Staf Pengajar FK-UI, 1994 ).
7

2.2.2 Media Pertumbuhan Bakteri

Media atau medium adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi
atau zat-zat hara (nutrien) yang digunakan untuk menumbuhkan bakteri. Selain
itu, media dapat dipergunakan pula untuk isolasi, perbanyakan, pegujian sifat-
sifat fisiologis, dan penghitungan jumlah bakteri.
Syarat-syarat media :
1. Media harus mengandung semua nutrien yang mudah digunakan oleh
bakteri.
2. Media harus mempunyai tekanan osmosis, tegangan permukaan, dan pH
yang sesuai dengan pertumbuhan bakteri.
3. Media tidak mengandung zat-zat yang menghambat pertumbuhan bakteri.
4. Media harus steril sebelum digunakan, supaya bakteri dapat tumbuh dengan
baik (Waluyo, 2010).

2.3 Gambaran Umum Bakteri Escherichia coli

Escherichia coli pertama kali di jumpai pada tahun 1885 oleh Theodor
Escheric. Bakteri ini kemudian di kenali bersifat komensal maupun berpotensi
patogen. Escherichia coli adalah bakteri facultatively anaerobic gram negatif
berbentuk batang yang termasuk dalam famili Enterobacteriaceae,
sesungguhnya merupakan penghuni normal usus, selain berkembang biak di
lingkungan sekitar manusia (Arisman, 2009).
Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif berbentuk batang pendek
(kokobasil) yang memiliki ukuran 0,4-0,7 mikron meter x 1,4 mikron meter,
sebagian besar gerak positif dan beberapa strainyang memiliki kapsul (Staff
Pengajar FK UI, 1994). Bakteri ini tumbuh baik pada suhu 80C sampai 460C dan
suhu optimum 370C (Dwidjoseputro, 1998). Tumbuh baik pada pH 4,4-8,5
(Arisman, 2009). Penyakit-penyakit lain yang disebabkan oleh Escherichia coli
adalah infeksi saluran kemij, pneumonia, maningitis, dan infeksi luka (Staff
Pengajar FK UI, 1994).
Escherichia coliatau biasa di singkat dengan E. Coli adalah salah satu jenis
spesies utama bakteri gram negatif. Pada umumnya bakteri ini hidup di tinja dan
dapat menyebabkan masalah kesehatan pada manusia seperti diare, muntaber,
dan masalah pencernaan lainnya (Murwani dkk, 2017).
8

Escherichia coli adalah bakteri gram negatif bagian dari anggota flora
normal usus dan memiliki peranan dalam beberapa proses pencernaan makanan
namun dapat berubah menjadi patogen jika jumlah dalam saluran pencernaan
meningkat atau berpindah tempat dari habitat normalnya di tubuh manusia.
Bakteri Escherichia coli dapat menyebabkan infeksi sistem saluran kemih, diare,
sepsis dan menginitis (Jawetz, 2001).

Gambar 2.2 Bakteri Escherichia coli

Sistematika bakteri Escherichia coli:


Divisio : Bacteriophyta
Klass : Bacteria
Ordo : Eubacteriales
Familia : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia
Species : Escherichia coli

2.4 Antibakteri

Antibakteri adalah bahan yang dapat menghambat pertumbuhan dan


membunuh bakteri. Oleh sebab itu, antibakteri yang bersifat menghambat
pertumbuhan disebut bakteriostatik dan yang membunuh bakteri disebut
bakteriosid.
Antibakteri dikatakan memiliki efek yang memuaskan jika diameter daerah
hambatan pertumbuhan bakteri kurang lebih 14-16 mm dan memberikan suatu
hubungan dosis yang reproduksibel (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
1979).
9

2.4.1 Metode Pengujian Antibakteri

Uji efektivitas antibakteri dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain
1. Metode Dilusi
Pada metode dilusi ini ada dua macam yaitu, dilusi cair dan dilusi padat.
Pada prinsipnya metode ini dilakukan dengan mengencerkan zat yang akan diiuji
menjadi beberapa konsentrasi. Pada dilusi cair, masing-masing konsentrasi
ditambah suspense kuman dalam media, sedangkan pada dilusi padat tiap
konsentrasi zat uji dicampur dengan media agar, lalu ditanami kuman. Hasil yang
di dapat dari metode ini adalah Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh
Minimun (KBM). Uji kepekaan cara dilusi agar memakan waktu dan
penggunaannya dibatasi pada keadaan tertentu saja. Uji kepekaan cara dilusi
cair menggunakan tabung reaksi ataupun microdilution plate. Keuntungan uji
mikrodilusi cair adalah bahwa uji ini memberi hasil kuantitatif yang menunjukkan
jumlah antibakteri yang dibutuhkan untuk mematikan bakteri.
2. Metode Difusi
Metode yang paling sering digunakan adalah metode difusi agar yang
digunakan untuk menentukan aktivitas antimikroba. Kerjanya dengan mengamati
daerah yang bening, yang mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan
mikroorganisme oleh antimikroba pada permukaan media agar.
Metode difusi ini dibagi atas beberapa cara :
1) Cara Cakram
Cakram kertas yang berisi antibiotik diletakkan pada media agar yang telah
ditanami mikroorganisme yang akan berdiffusi pada media agar tersebut. Metode
yang paling sering digunakan adalah uji difusi cakram. Cakram kertas filter yang
mengandung sejumlah tertentu obat ditempatkan di atas permukaan medium
padat yang telah diinokulasi pada permukaan dengan organisme uji. Setelah
inkubasi, diameter zona inhibisi disekitar cakram diukur sebagai ukuran kekuatan
inhibisi obat melawan organisme uji tertentu dengan menggunakan penggaris
atau jangka sorong.
2) Cara Silinder Plat
Cara ini dengan memakai alat pencadang berupa silinder kawat. Pada
permukaan media pembenihan dibiakan mikroba secara merata lalu diletakkan
pencadangan silinder harus benar-benar melekat pada media,
10

kemudiandiinkubasi pada suhu dan waktu tertentu. Setelah inkubasi,


pencadangan silinder diangkat dan diukur daerah hambat pertumbuhan mikroba.
3) Cara Cup Plat
Cara ini juga sama seperti cara cakram, dimana dibuat sumur pada media
agar yang telah ditanami dengan mikroorganisme dan pada sumur tersebut diberi
antibiotik yang akan diuji (Pratiwi, 2008).

2.5 Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain
merupakan bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia
nabati, simplisia hewani, simplisia pelikan atau mineral (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 1979)

2.6 Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat


aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang
sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2014)

2.6.1 Jenis - jenis Ekstrak

a. Ekstrak Cair (Ekstractum liquidum)


b. Ekstrak Kental (Ekstractum spissum)
c. Ekstrak Kering (Ekstractum siccum)

2.6.2 Cara Pembuatan Ekstrak

Proses penyarian zat aktif yang terdapat pada tanaman dapat dilakukan secara :
1. Maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian sederhana. Maserasi dilakukan
dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari
akan menembus dinding sel dan masuk dalam rongga sel yang mengandung zat
aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara
larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat
11

didesak keluar. Dengan peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi


keseimbangan larutan di luar sel dan di dalam sel.
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III 1979, pembuatan maserasi kecuali
dinyatakan lain, dilakukan sebagai berikut : Masukkan 10 bagian simplisia atau
campuran simplisia dengan derajat halus yang cocok ke dalam sebuah bejana,
tuangi dengan 75 bagian penyari dan diamkan selama 5 hari saring, lalu peras
dan cukupkan hingga diperoleh 100 bagian. Pindahkan ke dalam bejana tertutup,
biarkan ditempat sejuk, terlindung dari cahaya, selama 2 hari. Enap tuangkan
atau saring.
2. Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian simplisia yang dilakukan dengan cara
mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Istilah
perkolasi berasal dari bahasa latin per yang artinya melalui dan colare yang
artinya merembes, secara umum dapat dinyatakan sebagai proses dimana
bahan yang sudah halus, zat yang larutannya diekstraksi dalam pelarut yang
cocok dengan cara melewatkan perlahan-lahan.
Menurut Farmakope Indonesia Edisi III 1979, pembuatan perkolasi kecuali
dinyatakan lain, dilakukan sebagai berikut : Basahi 10 bagian simplisia atau
campuran simplisia dengan derajat halus yang cocok dengan 2,5 bagian sampai
5 bagian cairan penyari, masukkan ke dalam bejana tertutup sekurang-
kurangnya selama 3 jam. Pindahkan masa sedikit demi sedikit ke dalam
perkolator sambil tiap kali ditekan hati-hati, tuangi dengan cairan penyari
secukupnya sampai cairan mulai menetes dan di atas simplisia masih terdapat
selapis cairan penyari, tutup perkolator, biarkan selama 24 jam. Biarkan cairan
menetes dengan kecepatan 1 ml per menit, tambahkan berulang-ulang cairan
penyari secukupnya sehingga selalu terdapat selapis cairan penyari diatas
simplisia, hingga diperoleh 80 bagian perkolat. Peras massa, campurkan cairan
perasan ke dalam perkolat, tambahkan cairan penyari secukupnya hingga
diperoleh 100 bagian. Pindahkan ke dalam bejana, tutup, biarkan selama 2 hari
di tempat sejuk, terlindung dari cahaya. Enap tuangkan atau saring.
3. Soxhletasi
Soxletasi merupakan proses ekstraksi panas yaitu ekstraksi dengan cara
pemanasan secara continue atau terus menerus sehingga cairan penyari yang
12

berada pada alat soxlet tidak berwarna lagi. Pada metode soxletasi waktu yang
digunakan dalam mengekstraksi tidak dapat dipastikan atau ditentukan.
4. Refluks
Refluks merupakan metode ekstraksi cara panas (membutuhkan
pemanasan pada prosesnya) secara umum pengertian refluks sendiri adalah
ekstraksi dengan pelarut pada temperature titik didihnya, selama waktu tertentu
dan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Ekstraksi
dengan cara ini pada dasarnya adalah esktraksi berkesinambungan.
5. Destilasi
Destilasi adalah suatu proses penyarian simplisia atau proses pemisahan
suatu senyawa dari simplisia yang dilakukan dengan penyulingan atau dengan
pemanasan dan uap yang terbentuk diembunkan lalu terbentuk destilat. Proses
ekstraksi ini dilakukan berdasarkan perbedaan titik didih kandungan zat yang
terdapat dalam simplisia yang akan kita ekstrak.
6. Infusa
Infusa adalah cara ekstraksi dengan menggunakan pelarut air, pada suhu
96-98 C selama 15-20 menit (dihitung setelah suhu 960C tercapai). Bejana infusa
0

tercelup dalam tangas air. Cara ini sesuai untuk simplisia yang bersifat lunak,
seperti bunga utuh.
7. Dekok
Dekok adalah cara ekstraksi yang mirip dengan infusa, hanya saja waktu
ekstraksinya lebih lama yaitu 30 menit dan suhunya mencapai titik didih air.
8. Lawan Arah (counter current)
Cara ekstraksi ini serupa dengan perkolasi, tetapi simplisia bergerak
berlawanan arah dengan pelarut yang digunakan. Cara ini banyak digunakan
untuk ekstraksi herbal dalam skala besar.
9. Ultrasonik
Ekstraksi ultrasonik melibatkan penggunaan gelombang ultrasonik dengan
frekuensi 20-2000 kHz sehingga permeabilitas dinding sel meningkat dari isi sel
keluar. Frekusensi getaran memengaruhi hasil ekstraksi.
10. Gelombang Mikro (microwave assisted extraction, MAE)
Ekstraksi dengan menggunakan gelombang mikro (2450 MHz) merupakan
ekstraksi yang selektif dan digunakan untuk senyawa yang memiliki dipol polar.
13

Cara ini dapat menghemat waktu ekstraksi dibandingkan dengan cara


konvensional seperti maserasi dan menghemat pelarut.
11. Ekstraksi Gas Superkritis (supercritical gas extraction, SGE)
Metode ekstraksi dilakukan dengan menggunakan CO2 dengan tekanan
tinggi, dan banyak digunakan untuk ekstraksi minyak atsiri atau senyawa yang
bersifat mudah menguap atau termolabil. Penggunaan CO2 lebih disukai karena
bersifat inert, toksisitasnya rendah, aman bagi lingkungan, harga relatif murah,
dan tidak mudah terbakar pada kondisi superkritisnya (Endang, 2015).

2.7 Antibiotik

Antibiotik berasal dari bahasa Yunani yaitu –anti arti (melawan) dan –
bitikos (cocok untuk kehidupan). Istilah ini dikenakan oleh Selman pada tahun
1942 untuk menggambarkan semua senyawa kimia yang diproduksi oleh
mikroorganisme yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain.
Namun, istilah antibiotik kemudian juga mencakup semua senyawa yang dibuat
secara semisintetik ataupun secara sintetik yang bersumber dari mikroorganisme
yang dalam jumlah kecil dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain
dan memiliki sifat toksisitas selektif.

Berdasarkan spektrum kerjanya antibiotik dibagi menjadi 2 kelompok


antara lain :
1. Spektrum sempit (Narrow spectrum)
Merupakan antibiotik dengan sifat kerja terbatas. Antibiotik jenis ini hanya
bekerja pada salah satu kelompok bakteri. Misalnya, antibiotik yang bekerja
hanya pada mikroba gram positif saja contohnya klindamisin, kanamisin, dan
eritromisin. Sedankan antibiotik yang bekerja terhadap bakteri gram negatif
contohnya streptomisin dan gentamisin.
2. Spektrum luas (Board spectrum)
Antibiotik jenis ini dapat melawan bakteri dalam jangkauan yang lebih luas yaitu
gram positif dan gram negatif. Contoh antibiotik yang masuk dalam kelompok ini
adalah ampisilin, sefalosporin, rifampicin, kloramfenikol, dan tetrasiklin.
Antibiotik digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi akibat kuman atau
juga untuk prevensi infeksi. Diperkirakan antibiotik bekerja setempat didalam
14

usus dengan menstabilisir flora. Kuman-kuman “buruk” yang merugikan dikurangi


jumlah aktivitasnya sehingga zat-zat gizi dapat dipergunakan lebih baik.

Cara kerja antibiotik terhadap bakteri adalah sebagai berikut :


1. Penghambat sintesis atau perusak dinding sel
2. Penghambat sintesis protein
3. Penghambat sintesis asam nukleat
4. Mengganggu keutuhan membran sel mikroorganisme
5. Penghambat sintesis metabolit (Radji, 2016).

2.8 Kloramfenikol

Gambar 2.3 Rumus Bangun Kloramfenikol

Rumus Molekul : C11H12Cl2N2O5


Kelarutan : Larut dalam lebih kurang 400 bagian air,
dalam 2,5 bagian etanol (95%) P dan dalam
7 bagian propilenglikol P; sukar larut dalam
kloroform P dan dalam eter P.
Pemerian : Hablur halus berbentuk jarum atau
lempeng memanjang; putih sampai putih
kelabu atau putih kekuningan; tidak berbau;
rasa sangat pahit. Dalam larutan asam
lemah, mantap.
Indikasi : untuk mengobati diare yang disebabkan
oleh infeksi bakteri.
15

Kloramfenikol merupakan antibiotik bakteriostatik berspektrum luas yang


aktif terhadap bakteri aerob dan anaerob gram positif maupun gram negatif.
Sebagian besar bakteri gram positif dihambat pada konsentrasi 1-10 µg/ml,
sementara kebanyakan bakteri gram negatif dihambat pada konsentrasi 0,25-5
µL/mL (Katzung, 2004).
Kloramfenikol termasuk antibiotika yang paling stabil. Larutan dalam air
pada pH menunjukkan kecenderungan terurai yang paling rendah. Dalam basa
akan terjadi penyabunan ikatan amida dengan cepat. Senyawa ini cepat dan
hampir sempurna diabsorpsi dari saluran cerna (Wattimena, 1991).

2.9 Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter

Ekstrak EtanolDaun Pertumbuhan


IlerKonsentrasi 40%, Bakteri Zona Hambat
50%, 60% Escherichia
coli
Kloramfenikol

Alkohol 70%

Gambar 2.4 Kerangka Konsep

2.10 Defini Operasional

1. Ekstrak etanol daun Iler adalah ekstrak kental daun Iler yang dibuat dengan
masing-masing konsentrasi 40%, 50%, 60%.
2. Kloramfenikol adalah antibakteri yang digunakan untuk kontrol positif.
3. Alkohol 70% adalah etanol yang digunakan untuk kontrol negatif.
4. Zona hambat adalah daerah jernih yang tidak ditumbuhi oleh bakteri
Escherichia coli.

2.11 Hipotesis

Ekstrak etanol daun iler memiliki efek sebagai antibakteri terhadap


pertumbuhan bakteri Escherichia coli.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Eksperimental


dengan design Postest Only Control Group Design yaitu untuk mengukur
pengaruh perlakuan pada kelompok eksperimen dengan cara membandingkan
kelompok tersebut dengan kelompok kontrol (Sugiono, 2014).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Poltekkes Kemenkes
Medan

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan yaitu terhitung mulai bulan April
sampai dengan Juni 2019.

3.3 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel adalah secara purposive sampling yaitu


pengambilan sampel tanpa membandingkan tempat dan letak geografisnya dan
kriteria ditentukan sendiri. Daun yang digunakan adalah daun iler yang masih
segar dan daun yg tidak tua serta tidak muda yaitu 4 tangkai dari pucuk dan 4
tangkai dari bawah . Sampel yang diuji diperoleh di daerah Kaban Jahe.

3.4 Pengelolaan Sampel

Daun iler yang masih segar dibersihkan dari kotoran-kotoran yang


menempel dengan air mengalir, lalu ditiriskan. Iris daun Iler dengan lebar 0,3 cm.
Keringkan di tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung kemudian daun
yang sudah kering dihaluskan hingga menjadi serbuk.

16
17

3.5 Alat dan Bahan

3.5.1 Alat
Adapun alat-alat yang diperlukan untuk penelitian ini, yaitu : Aluminium
Foil, Autoclave, Api bunsen, Batang Pengaduk, Beaker Glass, Benang Wol, Botol
berwarna gelap, Cawan Petri, Erlenmeyer, Gelas Ukur, Gunting, Hotplate,
Inkubator, Jangka Sorong, Kawat Oce, Kertas Saring, Kertas Perkamen, Kain
flanel, Kain kasa, Kapas, Kertas label, Labu Tentukur, Mikroskop, Objek Glass,
Oven,Pipet Tetes, Pipet Volume, Pinset, Pisau, Rak Tabung Reaksi, Tabung
Reaksi, Tissue, Timbangan Digital, Spidol, Vial dan Waterbath.

3.5.2 Bahan

Adapun bahan-bahan yang diperlukan untuk penelitian ini, yaitu : Daun


iler (Coleus atropurpureus L. Benth), Biakan murnibakteri Escherichia coli, Media
Nutrient Agar (NA), Media Mueller Hilton (MHA), Larutan Nacl 0,9%, Larutan
H2SO4, Larutan BaCl2, Paper disc blank dan Paper disc yang berisi
Kloramfenikol.

3.6 Perhitungan Cairan Penyari Simplisia Secara Maserasi

Berat serbuk daun iler 10 bagian = 200g


Berat untuk 100 bagian adalah 2000g
Menurut Farmakope Edisi III, Bj alkohol 70% = 0,884 g/ml
Volume alkohol 70% yang dibutuhkan
𝐵 2000𝑔
V =𝐵𝑗 = 0,884𝑔/𝑚𝑙= 2262,4 ml

Volume alkohol 70% yang digunakan sebanyak 75 bagian merendam :


75
100
x 2262,4 ml = 1696,8 ml

Volume alkohol 70% yang digunakan sebanyak 25 bagian untuk menyerkai :


25
100
x 2262,4 ml = 565,6 ml
18

3.7 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Iler

Pembuatan :
1. Timbang sebanyak 200 gram serbuk daun iler masukkan kedalam beaker
glass dan tuangi dengan cairan penyari 75 bagian yaitu sebanyak 1696,8 ml.
2. Tutup beaker glass dan biarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya
matahari sambil sesekali diaduk minimal 3 kali pengadukan.
3. Setelah 5 hari campuran tersebut diserkai, diperas dan dibilas ampasnya
dengan menggunakan sisa cairan penyari 565,6 ml.
4. Kemudian maserat dibiarkan selama 2 hari lalu ditempat terlindung dari
cahaya matahari lalu dienap tuangkan
5. Maserat kemudian diuapkan dengan alat Rotary Evaporator hingga diperoleh
ekstrak kental daun iler.
6. Ekstrak yang diperoleh lalu ditimbang dan dibuat konsentrasi 40%, 50%,
60%.

3.8 Pembuatan Konsentrasi Ekstrak Daun Iler

Konsentrasi ekstrak daun iler yang dipakai adalah 40%, 50%, 60%.
1. Untuk membuat ekstrak daun iler konsentrasi 40%
40% = 40 g/100 ml
= 0,4 g/1 ml
5 𝑚𝑙
Maka untuk membuat 5 ml =1 𝑚𝑙x 0,4 g = 2 gram

Timbang ekstrak kental daun iler sebanyak 2 gram kemudian cukupkan


dengan aquadest hingga 5ml.
2. Untuk membuat ekstrak daun iler konsentrasi 50%
50% = 50 g/100 ml
= 0,5 g/1 ml
5 𝑚𝑙
Maka untuk membuat 5 ml =1 𝑚𝑙x 0,5 g = 2,5 gram

Timbang ekstrak kental daun iler sebanyak 2,5 gram kemudian cukupkan
dengan alkohol 70% hingga 5 ml.
3. Untuk membuat ekstrak daun iler konsentrasi 60%
60% = 60 g/100 ml
= 0,6 g/1ml
19

5 𝑚𝑙
Maka untuk membuat 5 ml = 1 𝑚𝑙 x 0,6 g = 3 gram

Timbang ekstrak kental daun ilersebanyak 3 gram kemudian cukupkan


dengan alkohol 70% hingga 5 ml.

3.9 Prosedur Kerja

3.9.1 Sterilisasi Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam uji ekstrak etanol daun iler disterilkan terlebih dahulu
sebelum dipakai. Alat-alat gelas disterilkam di dalam oven pada suhu 1700C
selama 1 jam. Media disterilkan di autoclave pada suhu 1210C selama 15 menit,
dan kawat oce disterilkan di api bunsen (Depker RI, 2014).

3.9.2 Pembuatan Media Eosin Methylene Blue Agar (EMBA)


Komposisi : Peptone : 10,0 g
Lactose : 10,0 g
Dipotasium hydroden phosphate : 2,0 g
Eosin Y : 0,4 g
Methylene blue : 0,06 g
Agar : 15,0 g
Jumlah media yang harus dilarutkan dalam 1 liter aquadest pada etiket adalah
37g/l. Banyaknya EMBA yang diperlukan untuk 50 ml adalah :

50 𝑚𝑙
1000 𝑚𝑙
x 37 gram = 1,85 gram

Pembuatan :
1. Timbang EMBA sebanyak 1,85 gram
2. Masukkan kedalam erlenmeyer, larutkan dengan aquadest sampai 50 ml,
panaskan sampai mendidih.
3. Angkat dan tutup erlenmeyer dengan kapas kemudian lapisi dengan
aluminium foil lalu ikat dengan benang bola
4. Sterilkan didalam autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit
5. Setelah steril, angkat dari autoklaf dengan perlahan-lahan dan hati-hati
6. Dinginkan sejenak, buka lembaran aluminium foil yang terikat pada
erlenmeyer kemudian tuang kedalam cawan petri secara aseptis.
7. Biarkan media dingin dan memadat.
20

3.9.3 Pembuatan Media Mueller Hinton Agar (MHA)

Komposisi: Infusion from meat : 2,0 g


Casein hydrolysate : 17,5 g
Starc : 1,5 g
Agar : 13,0 g

Jumlah media yang dilarutkan dalam 1 liter aquadest pada etiket adalah 34g/l.
Banyaknya MHA yang diperlukan 100 ml adalah :
100 𝑚𝑙
1000 𝑚𝑙
x 34 gram = 3,4 gram

Pembuatan :
1. Timbang MHA sebanyak 3,4 gram.
2. Masukkan ke dalam erlenmeyer, larutkan dengan aquadest sampai 100 ml.
3. Panaskan sampai mendidih sambil diaduk - aduk.
4. Angkat dan tutup erlenmeyer dengan kapas, lapisi dengan aluminium foil,
kemudian ikat dengan benang bola.
5. Sterilkan dalam autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit.
6. Setelah steril angkat dari autoklaf dengan perlahan-lahan dan hati-hati.

3.9.4 Pembuatan Media Nutrient Agar (NA)

Komposisi: Pepton from meat : 5,0 g


Meat extract : 3,0 g
Agar : 12,0 g
Jumlah media yang harus dilarutkan dalam 1 liter aquadest pada etiket adalah
20g/l. Banyaknya NA yang diperlukan untuk 20 ml adalah :
20 𝑚𝑙
1000 𝑚𝑙
x 20 gram = 0,4 gram

Pembuatan :
1. Timbang NA 0,4 gram.
2. Masukkan kedalam erlenmeyer, larutkan dalam aquadest sampai 20 ml.
3. Panaskan sampai mendidih sambil diaduk-aduk.
4. Angkat, lalu bagi dalam beberapa tabung reaksi (sesuai kebutuhan), tutup
dengan kapas, lapisi dengan aluminium foil, kemudian ikat dengan benang
bola.
21

5. Sterilkan dengan autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit.


6. Setelah steril, angkat dan buka pembungkus aluminium foil pada tabung
kemudian miringkan tabung yang berisi Nutrient Agar untuk memperoleh
agar miring. Biarkan sampai membeku, setelah itu lakukan penanaman
bakteri dengan menggoreskan bakteri secara zig-zag pada media.

3.9.5 Suspensi Standart Mc. Farland

Komposisi : Larutan Asam Sulfat 1% v/v : 99,5 ml


Larutan Barium Klorida 1,175% b/v : 0,5 ml

Pembuatan :
Campurkan larutan asam sulfat dan larutan barium klorida kedalam tabung reaksi
dan dikocok homogen. Apabila kekeruhan suspensi bakteri uji sama dengan
kekeruhan suspensi standart Mc. Farland, maka konsentrasi suspense bakteri
adalah 108 koloni/ml.

3.9.6 Larutan NaCl 0,9%

Larutan ini digunakan untuk mensuspensikan bakteri dan pengenceran bakteri.


Pembuatan :
NaCl ditimbang sebanyak 0,9 gram lalu larutkan dengan aquadest hingga 100 ml
dalam labu ukur, kemudian disterilkan dalam autoklaf pada suhu 1210C selama
15 menit.

3.9.7 Antibiotik Kloramfenikol

Antibiotik pembanding yang digunakan adalah paper disc yang telah berisi
antibiotikkloramfenikoldengan kadar 0,03 mg (Harmita dan Radji, 2008)
22

3.9.8 Pembiakan Bakteri Escherichia Coli


1. Ambilkan satu ose koloni dari suspensi bakteri Escherichia Coli, kemudian
tanam ke media EMBA secara zig-zag, lalu tutup media.
2. Inkubasi dalam inkubator pada suhu 370C selama 18-24 jam, amati
pertumbuhan koloni pada media.
3. Pilih warna koloni yang spesifik yatu berwana hijau, dengan kilat logam dan
bintik biru kehijauan ditengahnya, lalu lakukan pengecatan gram dengan
cara:
A. Ambil biakan bakteri yang telah berumur 18 - 24 jam yang berasal dari
media EMBA, letakkan pada kaca objek yang telah diberi aquadest lebih
dahulu, lalu sebar ratakan kemudian fiksasi.
B. Tambahkan Kristal violet, diamkan 5 menit, kemudian bilas dengan
aquadest.
C. Tambahkan larutan lugol biarkan selama 45-60 detik.
D. Bilas dengan alkohol 96% diamkan selama 30 detik, bilas dengan
aquadest.
E. Tambahkan larutan fuchsin diamkan kira-kira 1-2 menit, bilas dengan
aquadest lalu keringkan dengan tissu secara hati-hati.
F. Amati hasilnya dibawah mikroskop dengan perbesaran 10x40 dan
10x100.
G. Jika bakteri tersebut adalah Escherichia coli maka hasil yang diperoleh
dari hasil pengamatan dibawah mikroskop adalah bakteri berwarna merah
berbentuk batang maka bakteri tersebut merupakan bakteri gram negatif.
4. Koloni spesifik Escherichia coli, diambil satu ose lalu ditanamkan dalam
Nutrient Agar miring, inkubasi dalam inkubator pada suhu 370C selama 18 -
24 jam.
23

3.9.9 Pengenceran Bakteri Escherichia coli

1. Masukkan kurang lebih 1 ml larutan NaCl 0,9% kedalam tabung


kosong,kemudian ambil satu ose biakan bakteri Escherichia Coli yang
berasal dari nutrient agar yang telah berumur 18 – 24 jam.
2. Tambahkan sedikit demi sedikit larutan NaCl 0,9% sampai diperoleh suspensi
dengan kekeruhan yang sama dengan suspensi standart Mc. Farland, maka
konsentrasi suspensi bakteri adalah 108 koloni/ml.
3. Lakukan pengenceran dengan memipet 0,1 ml biakan bakteri 108 koloni/ml
dimasukkan ke dalam tabung steril dan di tambahkan larutan NaCl sebanyak
9,9 ml dan dikocok homogen maka diperoleh suspensi bakteri dengan
konsentrasi 106 koloni/ml.

3.9.10 Pengujian Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Iler Terhadap


Pertumbuhan Bakteri Escherichia Coli

1. Sterilkan seluruh alat dan bahan yang akan digunakan.


2. Pipet 0,1 ml suspensi bakteri dengan konsentrasi 106 koloni/ml kedalam 100
ml media MHA dengan suhu 450C - 500C lalu kocok sampai homogen,
kemudian tuang 15 ml ke dalam cawan petri, lalu biarkan memadat.
3. Buat 5 tanda dengan spidol dibawah cawan petri dengan masing-masing
konsentrasi (40%, 50%, 60%), alkohol 70% dan kloramfenikol.
4. Rendam paper disc blank ke dalam ekstrak etanol daun iler dengan masing-
masing konsentrasi (40%, 50%, 60%), alkohol 70% dan kloramfenikol selama
2 menit.
5. Ambil paper disc blank yang telah direndam dengan menggunakan pinset lalu
keringkan.
6. Letakkan paper disc blank ke dalam cawan petri sesuai dengan penandaan
konsentrasi.
7. Inkubasi selama 18 - 24 jam pada suhu 370C.
8. Amati hasilnya dengan mengukur zona hambatan berupa daerah yang tidak
ditumbuhi Escherichia coli dengan menggunakan jangka sorong.
9. Catat hadil dalam satuan milimeter.
10. Percobaan ini dilakukan tiga kali untuk masing-masing konsentrasi ekstrak
daun iler.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Penelitian yang dilakukan di Laboratorium Terpadu Poltekkes Kemenkes
Medan diperoleh hasil uji efek antibakteri ekstrak etanol daun iler (Coleus
atropurpureus L. Benth) terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli.
Pengukuran hasil penelitian dengan mengukur zona hambat ekstrak etanol daun
iler (Coleus atropurpureus L. Benth) dengan konsentrasi 40%, 50%, 60%.
Kloramfenikol sebagai kontrol positif dan Alkohol 70% sebagai kontrol negatif.
Daerah yang diukur yaitu daerah yang tampak jernih yang tidak ditumbuhi oleh
bakteri Escherichia coli, maka diperoleh hasil yang akan dimasukkan kedalam
tabel berikut:

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Zona Hambat Ekstrak Etanol Daun Iler (EEDI)
Terhadap Pertumbuhan Escherichia coli dengan satuan mm.

Pengamatan Zona Hambat Rata- Zona Hambat


(mm) rata Antibakteri
Konsentrasi
No Zona yang efektif
EEDI
Hambat (Depkes,
Petri I Petri II Petri III
(mm) 2010)

1 40% 13,53 13,47 13,15 13,38

2 50% 14,80 14,93 14,78 14,84*

3 60% 16,05 15,88 15,98 15,97* 14-16


Kloramfenikol
4 24,28 23,45 23,73 23,82
0,03 mg
5 Alkohol 70% - - - -
Keterangan: * = Telah efektif sebagai antibakteri

24
25

4.2 Pembahasan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya efek antibakteri dari ekstrak
etanol daun iler (Coleus atropurpureus L. Benth) terhadap bakteri Escherichia
colidalam konsentrasi tertentu dengan cara mengukur diameter daerah
hambatan di sekitar paper disc. Menurut Farmakope Indonesia Edisi V bahwa
hasil batas daerah hambatan yang memuaskan yaitu diameter 14 - 16 mm.
Berdasarkan tabel 4.1, konsentrasi 40% ekstrak etanol daun iler (Coleus
atropurpureus L. Benth) menghasilkan rata-rata daerah hambatan yaitu 13,38
mm yang belum dapat dikatakan sebagai antibakteri yang efektif. Pada
konsentrasi 50% dan 60% daerah hambatan sudah menghasilkan efek
antibakteri yang dapat dikatakan sebagai antibakteri yang efektif yaitu 14,84 mm
dan 15,97 mm terhadap bakteri Escherichia coli.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan paper disc yang berisi
Kloramfenikol 30 µg sebagai kontol positif. Kloramfenikol 30 µg menghasilkan
rata-rata daerah hambat yaitu 23,82 mm dan sebagai kontrol negatif
menggunakan Alkohol 70% yang tidak menghasilkan daerah hambatan.
Dari hasil pengamatan terlihat bahwa perbedaan konsentrasi menyebabkan
daerah hambatannya berbeda. Semakin besar konsentrasi ekstrak etanol daun
iler (Coleus atropurpureus L. Benth) maka semakin besar daerah hambatan yang
dihasilkan, karena kosentrasi yang lebih besar mengandung lebih banyak zat
aktif yang berkhasiat sebagai antibakteri.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran zona hambatan ekstrak
etanol daun iler (Coleus atropurpureus L. Benth) terhadap bakteri Escherichia
coli, maka dapat disimpulkan bahwa :
a) Ekstrak etanol daun iler (Coleus atropurpureus L. Benth) mempunyai efek
antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli.
b) Ekstrak etanol daun iler (Coleus atropurpureus L. Benth) dengan
konsentrasi 50% dan 60% dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Escherichia coli secara efektif dengan rata-rata zona hambat 14,84 mm
dan 15,97 mm.
5.2 Saran
Disarankan pada peneliti selanjutnya untuk :
a) Membandingkan efek antibakteri ekstrak etanol daun iler
(Coleusatropurpureus L. Benth) dengan antibiotik lain.
b) Meneliti efek antibakteri ekstrak etanol daun iler (Coleus atropurpureus L.
Benth) terhadap bakteri lain.
c) Meneliti khasiat lain dari ekstrak etanol daun iler (Coleus atropurpureus L.
Benth) selain sebagai antibakteri.

26
DAFTAR PUSTAKA

Darmadi., 2008. Infeksi Taksonomia. Jakarta : Salembang Medika.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia., 1979. Farmakope Indonesia Edisi


III. Jakarta.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia., 2014. Farmakope Indonesia Edisi


V. Jakarta.

Dwidjoseputro., 1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi 13. Jakarta : Djambatan.

Dwidjoseputro., 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan.

Grace, Pierce and Neil R. Borley., 2006. At a Glance Ilmu Bedah Edisi III. Jakarta
: Erlangga.

Hanani, Endang., 2015. Analisis Fitokimia. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Hariana, A., 2013. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta : Penebar Swadaya.

Hembing., 2008. Ramuan Lengkap Herbal Taklukan Penyakit.Jakarta : Pustaka


Bunda.

Jawetz, Melnick, Adelberg’s., 2001. Mikrobiologi Kedokteran Edisi I. Jakarta :


Salemba Medika.

Katzung, B.G., 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik Buku 3 Edisi 8. Surabaya :
Salemba Medika

Latief, Abdul H., 2012. Obat Tradisional. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC

Menkes RI., 2009. Undang-undang Kesehatan No 36 Pasal 1. Jakarta.

Pratiwi, S.T., 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta : Erlangga.

Radji, M., 2016. Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi dan
Kedokteran. Jakarta : EGC.

Sugiono, 2014. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Cetakan 20.
Bandung : Alfabeta.

Staf Pengajar FK-UI., 1993. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi.
Jakarta : Binarupa Aksara

27
Staff Pengajar FK-UI., 1994. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi.
Jakarta : Binarupa Aksara.

Tilong, Adi D., 2013. Kitab Herbal Khusus Terapi Stroke. Yogyakarta : D-Medika.

Waluyo, L., 2010. Teknik dan Metode Dasar dalam Mikrobiologi. Malang : UPT
Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang.

Wattimena, J.R., 1991. Farmakodinamik dan Terapi Antibiotik. Yogyakarta : Gaja


Mada University Press.

Widyaningrum, H., 2011. Kitab Tanaman Obat Nusantara. Yogyakarta : Media


Pressindo.

28
29

LAMPIRAN 1 : Dokumentasi Penelitian

Gambar 1. Serbuk Daun Iler

Gambar 2. Ekstrak Cair Daun Iler


30

Gambar 3. Rotary Evaporator

Gambar 4. Ekstrak Kental Daun Iler


31

Gambar 5. Konsentrasi Ekstrak Etanol Daun Iler

Gambar 6. Media Eosin Methylene Blue Agar (EMBA)


32

Gambar 7.Media Nutrient Agar (NA)

Gambar 8. Media Mueller Hilton Agar (MHA)


33

Gambar 9. Pewarnaan Bakteri Escherichia coli

Gambar 10. Pengenceran Bakteri Escherichia coli


34

Gambar 11. Jangka Sorong

Gambar 12. Paper Disc Blank dan Paper Disc Kloramfenikol


35

50%
50%

60%
60% KN
KN
40%

40%

KP

KP

50%

60%
KN 40%

KP

Gambar 13. Hasil Pengamatan


36

LAMPIRAN 2 : Surat Keterangan Layak Etik


37

LAMPIRAN 3 : Surat Balasan USU Medan


38

LAMPIRAN 4 : Surat Determinasi


39

LAMPIRAN 5 : Surat Izin Penelitian Di Laboratorium Terpadu


40

LAMPIRAN 6 : Surat Hasil Penelitian


41
42

LAMPIRAN 7. Laporan Kartu Bimbingan

You might also like