Efektivitas Metode SAS (Struktur Analitik Sintetik) Dalam Meningkatkan Keterampilan Membaca Bagi Anak Lambat Belajar (Slow Learner) Di SDN Demangan

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 20

Jurnal Psikologi Integratif Prodi Psikologi UIN Sunan Kalijaga

Vol. 6, Nomor 1, 2018


Halaman 81-100

Efektivitas Metode SAS (Struktur Analitik Sintetik) dalam Meningkatkan


Keterampilan Membaca bagi Anak Lambat Belajar (Slow Learner)
di SDN Demangan

Lisnawati1, Muthmainah2
1,2
Prodi Psikologi UIN Sunan Kalijaga; Jl. Marsda Adisucipto Yogyakarta 55281, Telp. +62-
274-512474
e-mail : [email protected]

Abstract. This research aims to know the effectiveness of the SAS method
(Structure Analytic Synthetic) for improving the reading skills to slow learner
children in SDN Demangan. The subject were 8 slow learner student, who were
divided into two groups, 4 student in experimenal group and 4 student in control
group. The characteristics subjects in this research was slow learner children and
indicated a low reading skills. The hypothesis of this research was SAS method
effective in improving reading skills for slow learner studentin SDN Demangan.
This research was a pure experiment research with randomized pretest-posttest
control group design or using two independent groups with pretest-postets design.
Mann Whitney U and Wilcoxon were used as data analisys technique. The result of
Wilcoxon analysis, between the scores of pretest and posttest in experimental
group is p = 0,011 (p < 0.05). These results indicated that there was differencess
between the scores before and after in reading skills of group experiments. The
results of Mann Whitney U analysis between a score of posttest control group and
the experimental value obtained p = 0.019 (p < 0.05). These results indicated that
there was a difference reading skills between the control group and experimental
group. So it can be concluded that the SAS method is effective for improving the
reading skills at subjects in this research.
Keywords : Method Of Reading, SAS (Structure Analytic Synthetic), Reading Skills

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas metode SAS


(Struktur Analitis Sintetis) dalam meningkatkan keterampilan membaca bagi anak
lambat belajar (slow learner) di SDN Demangan. Subjek dalam penelitian ini
terdiri dari 8 orang siswa slow learner yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu 4
orang siswa sebagai kelompok eksperimen dan 4 orang siswa sebagai kelompok
kontrol. Siswa slow learner yang memiliki keterampilan rendah dalam membaca,
menjadi karakteristik subyek penellitian. Hipotesis dalam penelitian ini adalah
metode SAS efektif dalam meningkatkan keterampilan membaca bagi subyek
penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu eksperimen murni,
dengan tipe randomized pretest-posttest control group design. Teknik analisis data
menggunakan Mann Whitney U dan Wilcoxon. Hasil analisis Wilcoxon pada skor
pre test dan skor post test kelompok eksperimen, diperoleh nilai p = 0.011 (p <
0.05). Artinya terdapat perbedaan skor antara sebelum dan sesudah diberikan
perlakuan keterampilan membaca pada kelompok eksperimen. Ssedangkan hasil
analisis Mann Whitney U antara kelompok kontrol dan eksperimen diperoleh p =
0.019 (p<0.05). Hasil ini menunjukkan bahwa ada perbedaan keterampilan
membaca antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Disimpulkan bahwa
metode SAS efektif untuk meningkatkan keterampilan membaca bagi subyek
penelitian.
Kata Kunci : Metode Membaca, SAS (Struktur Analitik Sintetik), Keterampilan
Membaca.

81
Jurnal Psikologi Integratif Prodi Psikologi UIN Sunan Kalijaga
Vol. 6, Nomor 1, 2018
Halaman 81-100

Membaca merupakan keterampilan Berdasarkan uraian tersebut,


yang harus dicapai pada masa pertengahan keterampilan membaca menjadi pentng
dan akhir kanak-kanak, selain dimiliki seorang anak, sebagai salah satu
perbendaharaan kata dan tata bahasa. bekal untuk meraih tujuannya di masa
Keterampilan khusus ini dipelajari selama dewasa. Dan biasanya keterampilan ini
tahun-tahun sekolah dasar (Santrock, dikuasai anak di awal tahun sekolah dasar.
2002). Beberapa anak dapat mempelajari
Anak belajar membaca agar ia keterampilan ini tanpa kendala yang
dapat menyelesaikan tugas-tugasnya dalam berarti. Namun beberapa anak yang lain
proses pembelajaran. Sesuai yang dapat mengalami kesulitan.
dikemukakan oleh Burns (Rahim, 2005) Melalui wawancara studi
bahwa kemampuan membaca merupakan pendahuluan yang dilakukan pada hari
sesuatu yang vital dalam suatu masyarakat Kamis tanggal 5 Maret 2016 terhadap wali
terpelajar atau masyarakat sekolah. Lerner kelas 2 di SDN Demangan diperoleh data
(Mulyono, 1999) mengatakan bahwa bahwa sebanyak 8 orang siswa kelas 2 SD
kemampuan membaca merupakan dasar belum mampu membaca dengan lancar.
untuk menguasai berbagai bidang studi. Mereka adalah 3 siswa kelas 2A dan 5
Apabila pada usia sekolah kemampuan siswa kelas 2 B. Siswa tersebut
membaca belum dimiliki, maka anak akan membutuhkan waktu yang cukup lama
mengalami banyak kesulitan dalam untuk membaca. Kesulitan inilah yang
mempelajari berbagai bidang studi pada menjadi hambatan siswa dalam memahami
kelas berikutnya. dan menarik kesimpulan dari suatu bacaan
Membaca juga merupakan sarana yang dipelajari. Siswa tersebut mengalami
yang tepat untuk mempromosikan suatu hambatan dalam memahami pelajaran dan
pembelajaran sepanjang hayat (life long tentu saja hal ini menjadi penghambat
learning). Mengajarkan membaca pada proses pembelajaran berikutnya.
anak berarti memberi anak tersebut sebuah Berdasarkan hasil pemeriksaan
masa depan, yaitu memberi teknik psikologis berupa tes IQ, terindikasi
bagaimana cara mengeksplorasikan bahwa delapan orang siswa tersebut
“dunia” manapun yang dia pilih dan tergolong slow learner atau lambat belajar
memberikan kesempatan untuk dengan IQ 80-89. Siswa yang lambat
mendapatkan tujuan hidupnya (Bowman belajar ini harus mendapatkan perhatian
dalam Mulyono,1999). khusus agar memiliki kemampuan
membaca untuk memudahkan siswa
82
Jurnal Psikologi Integratif Prodi Psikologi UIN Sunan Kalijaga
Vol. 6, Nomor 1, 2018
Halaman 81-100

belajar. Anak kelas dua SD seharusnya Banyak faktor yang mempengaruhi


sudah mulai lancar dalam membaca dan perkembangan membaca seorang anak.
mampu mengetahui maksud dari bacaan Faktor tersebut adalah faktor fisiologis,
pendek. Pada pelajaran Bahasa Indonesia faktor intelektual, faktor lingkungan,
yang karakteristiknya terdapat banyak faktor sosial ekonomi dan faktor
bacaan, anak-anak tersebut mengalami psikologis (Lamb dan Arnold dalam
kesulitan. Pada sebagian besar nilai yang Rahim, 2007). Menurut Simbiak (Kartika,
dicapai, siswa-siswa tersebut masih 2013), dalam penelitiannya yang berjudul
memiliki nilai dibawah Kriteria “Metode SAS Simflikasi” menjelaskan
Ketuntasan Minimal (KKM). bahwa secara umum, rendahnya hasil
Melalui wawancara juga diperoleh belajar siswa pada pembelajaran membaca
informasi jika guru mengalami dipengaruhi oleh banyak faktor, antara
kebingungan dan kesulitan bagaimana cara lain: (1) Kompetensi awal siswa, kualitas
mengajari keterampilan membaca pada guru, ketersediaan dan pemanfaatan
anak-anak tersebut. Secara khusus, sumber belajar, materi pembelajaran, dan
kesulitan yang kebanyakan dialami pada lingkungan belajar siswa yang tidak
siswa tersebut adalah kesulitan membaca menyenangkan. (2) Proses pembelajaran
kata demi kata, kesalahan pengucapan, yang bersumber pada intensitas interaksi
kecepatan membaca yang masih lambat, belajar mengajar, keterampilan bertanya
kesulitan memahami makna kata dan guru/siswa, gaya mengajar guru, cara
maksud dari sebuah bacaan. Bahkan ada belajar siswa, dan implementasi metode
juga diantara siswa tersebut yang kesulitan pembelajaran. (3) Variasi model
mengenali huruf, sehingga guru harus pembelajaran yang dilakukan oleh guru
mengulanginya kembali sampai siswa sehingga siswa merasa bosan dan kurang
tersebut mampu memahaminya. Akan tertarik pada materi pembelajaran yang
tetapi jika guru terus mengulang-ulang dan disajikan guru. (4) Hasil belajar siswa,
tidak melanjutkan ke materi berikutnya, daya ingat siswa, sikap negatif siswa, dan
maka standar kompetensi yang harus motivasi siswa yang tidak sesuai dengan
dicapai menjadi terhambat (wawancara, 5 standar Kriteria Ketuntasan Minimal
Maret 2016) (KKM).
Melihat dampak terkait membaca Rendahnya kemampuan membaca
pada siswa-siswa tersebut di atas, maka terkait dengan kemampuan kognitif anak,
perlu adanya upaya untuk meningkatkan dalam hal ini dialami oleh anak slow
keterampilan membaca siswa.
83
Jurnal Psikologi Integratif Prodi Psikologi UIN Sunan Kalijaga
Vol. 6, Nomor 1, 2018
Halaman 81-100

learner yang memiliki taraf intelektual Anak lambat belajar merupakan


berada di bawah rata-rata. anak yang berbeda karakteristiknya dari
Slow Learner atau lambat belajar anak seusianya karena mempunyai
merupakan anak yang mempunyai beberapa masalah dalam tumbuh
kemampuan belajar di bawah rata-rata kembangnya. Menurut Sudrajat (2008)
dengan IQ sekitar 70-90. Anak lambat anak lambat belajar memiliki dua
belajar mempunyai kondisi fisik serta karakteristik. Pertama, anak lambat belajar
perkembangan yang sama dengan anak umumnya mengalami kegagalan dalam
normal, hanya saja dalam segi memahami pelajaran dan konsep-konsep
kemasakannya anak lambat belajar dasar di bidang akademik, misalnya
mengalami kelambatan, misalnya membaca, menulis, matematika dan
kemampuan berbicara dan berbahasa anak bahasa. Kedua, anak lambat belajar
lambat belajar lebih lambat dari mempunyai daya ingat yang rendah. Anak
kemampuan anak seusianya (Yusuf, M., lambat belajar umumnya sangat cepat lupa
Sunardi & Abdurrahman M, 2003). dengan informasi-informasi baru yang
Sejalan dengan pengertian di atas, diterimanya.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Cara belajar yang efektif bagi anak
Republik Indonesia menyatakan anak lambat belajar adalah dengan mengulang-
lambat belajar adalah anak yang di sekolah ulang pelajaran atau informasi yang baru
mempunyai rata-rata di bawah enam didapatkannya agar tidak cepat lupa
sehingga mempunyai resiko cukup tinggi (Mumpuniarti, 2007). Mereka butuh waktu
untuk tinggal kelas, dikarenakan yang lebih lama dan berulang-ulang untuk
mempunyai tingkat intelegensi yang dapat menyelesaikan tugas-tugas akademik
rendah yaitu di bawah rata-rata sekitar 75- maupun non-akademik. Di antara tindakan
90. Pada umumnya anak mempunyai nilai yang utama dalam pembelajaran siswa
prestasi yang cukup buruk untuk semua lamban belajar adalah pengajaran remedial
mata pelajaran, karena anak tersebut atau pengajaran perbaikan. Isi pengajaran
kesulitan menangkap pelajaran. Anak-anak harus sangat hati- hati ditahap - tahapkan
ini membutuhkan penjelasan dengan sesuai dengan kapasitas pikiran siswa,
menggunakan berbagai metode dan keperluan, level pengalaman dan
berulang-ulang agar dapat memahami pendidikan siswa. Frekuensi pelajaran
dengan baik (Yusuf, M., Sunardi & yang pendek mengantarkan pengganti dari
Abdurrahman M, 2003). pelajaran panjang setiap minggu. Selain itu
juga harus melakukan pola pengajaran
84
Jurnal Psikologi Integratif Prodi Psikologi UIN Sunan Kalijaga
Vol. 6, Nomor 1, 2018
Halaman 81-100

terstruktur. Tujuan-tujuan pengajaran yang dahulu, kemudian kalimat itu dianalisis


harus dicapai ditetapkan secara tegas menjadi unsur-unsur yang lebih kecil dan
(Mumpuniarti, 2007). pada akhirnya kembali pada bentuk
Berdasarkan karakteristik dan cara semula. Dengan kata lain, metode SAS
yang efektif dalam proses belajar anak berarti cara penyampaian bahan
dengan slow learner seperti yang telah pembelajaran dengan cara menganalisis
diuraikan tersebut diatas, metode atau dan mensintesiskan struktur bahan
strategi khusus perlu diberikan kepada pembelajaran dan pencapaian tujuan
anak dengan slow learner untuk pendidikan.
meningkatkan kemampuan membacanya. Metode SAS adalah suatu metode
Salah satu metode yang menarik yang diawali secara keseluruhan yang
untuk diteliti dalam meningkatkan kemudian dari keseluruhan itu dicari dan
kemampuan membeca pada anak dengan ditemukan bagian-bagian tertentu dan
slow learner ini adalah Struktural Analitik fungsi-fungsi bagian itu. Setelah mengenal
Sintetik (SAS). Menurut Supriyadi (1992), bagian-bagian serta fungsinya kemudian
metode ini menganut prinsip ilmu bahasa dikembangkan pada struktur totalitas
umum, bahwa bentuk bahasa yang terkecil seperti penglihatan semula. Metode SAS
ialah kalimat. Kemudian metode ini dapat merangsang anak didik untuk
memperhitungkan pengalaman bahasa melibatkan diri secara aktif, karena anak
anak dan metode ini menganut prinsip didik selain mendengarkan, melafalkan,
menemukan sendiri. dan mencatat, juga mempergunakan alat
Metode SAS ini sudah pernah peraga. Metode Struktur Analisis Sintaksis
dilakukan untuk meningkatkan (SAS) merupakan metode membaca
kemampuan membaca permulaan siswa permulaan yang dalam operasionalnya
normal kelas rendah. Metode ini memiliki langkah membaca secara
bersumber pada ilmu jiwa Gestalt yaitu, struktur, analisis, dan sistaksis. Dalam
“Suatu aliran dengan ilmu jiwa totalitas penerapannya, metode SAS dibagi menjadi
yang timbul sebagai reaksi terhadap unsur” dua jenis, yaitu metode SAS tanpa buku
(Dewi, 2014). Ilmu jiwa Gestalt dan dengan buku (Momo, 1987).
menganggap segala penginderaan dan Selain itu metode SAS ini dalam
kesadaran sebagai suatu keseluruhan. penyajiannya dilakukan secara berulang-
Karena, itu, metode SAS dapat diartikan ulang sehingga membantu anak agar tidak
sebagai suatu metode dengan mudah lupa, karena pada dasarnya cara
menampilkan struktur kalimat secara utuh belajar yang efektif bagi anak lambat
85
Jurnal Psikologi Integratif Prodi Psikologi UIN Sunan Kalijaga
Vol. 6, Nomor 1, 2018
Halaman 81-100

belajar adalah dengan mengulang-ulang yang disusun oleh siswa secara


pelajaran atau informasi yang baru berkelompok, (5) membaca bacaan yang
didapatkannya agar tidak cepat lupa disusun oleh siswa secara individual.
(Mumpuniarti, 2007). Pola pengajaran Pengukuran keterampilan membaca
SAS dilakukan secara terstruktur sehingga dalam penelitian ini diukur berdasarkan
memudahkan anak menangkap aspek-aspek keterampilan membaca oleh
pembelajaran. Anak lambat belajar Broughton yakni keterampilan yang
memerlukan pengajaran remedial teaching bersifat mekanis (mechanical skills) dan
atau pengajaran perbaikan yang dilakukan keterampilan yang bersifat pemahaman
secara terstruktur dan instruksional yang (comprehension skills). Keterampilan yang
harus dicapai dan ditetapkan secara tegas. bersifat mekanis yaitu keterampilan
Salah satunya dengan menggunakan modul membaca pada tahap pengenalan yang
agar pembelajaran bisa dilakukan secara dapat dianggap berada pada urutan yang
terstruktur. lebih rendah (lower order), aspek ini
Pelatihan metode SAS yang mencakup : pengenalan bentuk huruf,
digunakan dalam penelitian ini pengenalan unsur-unsur linguistik,
menggunakan teori dari Momo (1987). pengenalan hubungan pola ejaan dan
Terdapat dua tahapan mengajar membaca bunyi, kecepatan membaca ke taraf
yakni tahap tanpa buku dan tahap lambat. Kemudian keterampilan yang
menggunakan buku. Tahap tanpa buku bersifat pemahaman (comprehension
dilakukan dengan (1) Merekam bahasa skills), dianggap berada pada urutan yang
siswa, (2) Menampilkan gambar sambil lebih tinggi, aspek ini mencakup :
cerita, (3) Membaca gambar, (4) Membaca memahami pengertian sederhana,
gambar dengan kartu kalimat, (5) memahami signifikansi atau makna kata,
Membaca secara struktural atau maksud dan tujuan bacaan, evaluasi atau
keseluruhan, (6) Membaca secara analisis penilaian bacaan dan kecepatan membaca
atau melakukan proses penguraian dan (7) yang fleksibel, yang mudah disesuaikan
Membaca secara sintesis atau melakukan dengan keadaan
penggabungan kembali kepada bentuk Modul pelatihan membaca dalam
struktural semula. Selanjutnya tahap penelitian ini menggunakan pendekatan
menggunakan buku, yakni (1) membaca terpadu. Pemilihan pendekatan terpadu
buku pelajaran, (2) membaca majalah dikarenakan pendekatan ini memiliki
bergambar, (3) membaca bacaan yang komponen-komponen yang telah
disusun oleh guru, (4) membaca bacaan digariskan dan diramu secara jelas serta
86
Jurnal Psikologi Integratif Prodi Psikologi UIN Sunan Kalijaga
Vol. 6, Nomor 1, 2018
Halaman 81-100

terpadu dengan bidang-bidang lain. Penyusunan modul metode SAS


Komponen-komponen yang diajarkan dilakukan sebagai panduan dalam
kepada anak mencakup (1) lafal, intonasi, pemberian perlakuan. Pelatihan metode
ejaan, dan tanda baca, (2) struktur, dan (3) SAS yang akan digunakan dalam
kata. Pendekatan terpadu ini dalam penelitian ini menggunakan teori dari
pelaksanaannya memadukan aspek-aspek Momo (Ernalis, 2006). Terdapat dua
bahasa tersebut sehingga dengan seksama tahapan mengajar membaca, antara lain :
meningkatkan penguasaan bahasa anak 1) tahap tanpa buku yakni : (a) Merekam
dan dapat dikatakan bahwa anak banyak bahasa siswa, (b) Menampilkan gambar
bergaul dengan literatur atau bacaan serta sambil cerita, (c) Membaca gambar, (d)
anak merasakan peningkatan dalam Membaca gambar dengan kartu kalimat,
belajarnya (Slamet, 2007). (e) Membaca secara struktural atau
Berdasarkan uraian diatas, peneliti keseluruhan, (f) Membaca secara analisis
menggunakan metode SAS untuk atau melakukan proses penguraian dan (g)
meningkatkan keterampilan membaca Membaca secara sintesis atau melakukan
siswa lambat belajar di SDN Demangan. penggabungan kembali kepada bentuk
Pelatihan metode SAS ini diharapkan struktural semula. Pada tahap ini dalam
dapat meningkatkan keterampilan proses operasionalnya metode SAS tanpa
membaca siswa lambat belajar, sehingga buku mempunyai langkah-langkah
nantinya dapat membantu siswa dalam berlandaskan operasional dengan urutan :
proses kegiatan belajar mengajar. Struktural menampilkan keseluruhan;
Metode Analitik melakukan proses penguraian;
Identifikasi subyek Sintetik melakukan penggabungan kembali
Subyek dalam penelitian ini adalah kepada bentuk struktural semula. Tahap
8 orang siswa kelas 2 SD belum mampu kedua yakni tahap menggunakan buku : (a)
membaca dengan lancar, yang tergolong Membaca buku pelajaran, (b) Membaca
sebagai slow learner atau lambat belajar majalah bergambar, (c) Membaca bacaan
dengan IQ 80-89, berdasarkan hasil yang disusun oleh guru, (d) Membaca
pemeriksaan tes IQ. Pada sebagian besar bacaan yang disusun oleh siswa secara
nilai yang dicapai, siswa-siswa tersebut berkelompok, (e) Membaca bacaan yang
masih memiliki nilai dibawah Kriteria disusun oleh siswa secara individual.
Ketuntasan Minimal (KKM). Metode pengumpulan data yang
Instrumen Penelitian digunakan dalam penelitian ini adalah
metode tes. Alat ukur dalam penelitian ini
87
Jurnal Psikologi Integratif Prodi Psikologi UIN Sunan Kalijaga
Vol. 6, Nomor 1, 2018
Halaman 81-100

dibuat sendiri oleh peneliti yang disusun terindikasi anak lambat belajar atau slow
berdasarkan aspek keterampilan membaca learner.
yang dijelaskan oleh Broughton dalam Prosedur penelitian eksperimen ini
Tarigan, 1986. Alat ukur ini terdiri dari terbagi ke dalam (1) persiapan penelitian,
beberapa aitem tipe jawaban pilihan ganda. (2) penyusunan alat ukur, (3) penyusunan
Aitem tipe pilihan ganda terdiri dari satu modul metode SAS, (4) Training for
jawaban benar dan beberapa jawaban Trainer, dan (5) pelaksanaan eksperimen.
distraktor. Jika jawaban benar maka Persiapan penelitian meliputi persiapan
skornya adalah satu (1) dan jika jawaban perizinan, studi awal untuk mendapatkan
salah maka skornya adalah nol (0). Tes informasi mengenai subjek penelitian dan
keterampilan membaca ini disajikan dalam sosialisasi mengenai eksperimen yang
bentuk pre-test dan post-test dan langsung akan dilakukan. Penyusunan alat ukur tes
diisi oleh subjek penelitian. keterampilan membaca berdasarkan aspek-
Metode penelitian aspek keterampilan membaca yang
Desain eksperimen dalam dijelaskan oleh Broughton dalam H.G.
penelitian ini merupakan true experiment Tarigan, 1986.
design atau desain eksperimen murni, yaitu Teknik analisis
eksperimen yang dilakukan dengan Data yang dihasilkan dari
melakukan pengendalian secara ketat penelitian ini berupa data kuantitatif,
veriabel-variabel yang dikehendaki sehingga menggunakan metode analisis
pengaruhnya terhadap variabel terkait. statistik dan pengujian hipotesis. Subjek
Selain itu, desain eksperimen murni dalam penelitian ini kurang dari 30 siswa,
menggunakan metode randomized pretest- sehingga metode analisis yang digunakan
posttest control group design yaitu dengan bersifat non-parametrik. Statistik non-
melakukan pengukuran atau observasi parametrik merupakan suatu tes dengan
awal sebelum perlakuan dan setelah tidak menetapkan terhadap parameter
perlakuan diberikan pada kelompok populasi yang menjadi sampel penelitian
kontrol dan kelompok eksperimen (Suseno, 2012). Analisis statistik non-
(Latipun, 2011). Sehingga teknik yang parametrik pada penelitian ini
digunakan dalam penelitian ini adalah two menggunakan uji perbedaan Mann
independent groups with pretest-postets Whitney U. Teknik Mann Whitney U
design. Subjek dalam penelitian ini ialah merupakan teknik statistik untuk menguji
siswa SDN Demangan kelas 2 yang perbedaaan median dua kelompok bebas
apabila skala variabel tergantungnya
88
Jurnal Psikologi Integratif Prodi Psikologi UIN Sunan Kalijaga
Vol. 6, Nomor 1, 2018
Halaman 81-100

bersifat interval atau rasio tetapi tidak keterampilan membaca dari skor pre-test
berdistribusi normal. Data yang diperoleh ke skor post-test. Untuk kategorisasi
berasal dari dua kelompok yang berbeda. rendah pada kelompok kontrol terjadi
Selanjutnya dilakukan uji statistik perubahan prosentase, awalnya 100 %
menggunakan teknik Wilcoxon untuk menurun menjadi 75 % dan kategorisasi
menguji kelompok subjek yang sama, sedang pada awalnya 0 % meningkat
yaitu mengetahui sejauh mana perbedaan menjadi 25 % . Kemudian pada kelompok
antara hasil pretest dan posttest pada eksperimen kategorisasi rendah awalnya
kelompok kontrol dan eksperimen. Proses 100 % menurun menjadi 0 %, kategorisasi
analisis data ini dibantu dengan software sedang pada awalnya 0 % meningkat
SPSS (Statistical Package Sicial Science) menjadi 25 % dan kategorisasi tinggi pada
versi 16,0 for windows. awalnya 0 % meningkat menjadi 75 %.
Hasil Selanjutnya uji hipotesis dalam
Uji perhitungan selisih skor penelitian ini menggunakan dua teknik
dilakukan untuk mengetahui perubahan analisis Mann Whitney U dan Wilcoxon
skor pretest dan posttest pada kelompok dengan bantuan program SPSS versi 16.0
eksperimen dan kontrol. Adapun deskripsi for windows. Teknik analisis dengan
data pretest dan posttest subjek dapat Mann Whitney U digunakan untuk
dilihat pada tabel berikut 17. menganalisis perbedaan hasil antara skor
Berdasarkan tabel tersebut, post test keterampilan membaca pada
diketahui bahwa subjek pada kelompok kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen mengalami peningkatan skor eksperimen. Sedangkan teknik analisis
keterampilan membaca. Peningkatan Wilcoxon digunakan untuk menguji
tersebut dapat dilihat dari selisih antara kelompok subjek yang sama yaitu
skor pretest dan skor posttest. Peningkatan mengetahui sejauh mana perbedaan antara
skor keterampilan membaca pada hasil pretest dan posttest pada kelompok
kelompok eksperimen berkisar antara 8 kontrol dan eksperimen. Kaidah yang
sampai 15. digunakan ialah apabila nilai p < 0.05
Adapun prosentase kategorisasi maka dapat dikatakan bahwa ada
skor pre-test dan post-test dapat dilihat perbedaan skor yang signifikan dan
pada tabel 18 dan 19. Berdasarkan data sebaliknya, apabila nilai p > 0.05 maka
pada tabel tersebut, terlihat bahwa subjek dapat dikatakan tidak ada perbedaan yang
pada kelompok kontrol dan kelompok signifikan antara kedua kelompok tersebut.
eksperimen mengalami peningkatan
89
Jurnal Psikologi Integratif Prodi Psikologi UIN Sunan Kalijaga
Vol. 6, Nomor 1, 2018
Halaman 81-100

Hasil analisis tersebut dapat dilihat pada eksperimen. Hasil uji tersebut dapat dilihat
tabel 20. pada tabel 20.
Uji statistik dengan menggunakan Berdasarkan tabel diatas,
teknik analisis Mann Whitney U menunjukkan bahwa skor pretest dan
menghasilkan nilai Z = -2.337 dan P = posttest pada kelompok eksperimen
0.019 (p < 0.05). Sehingga dapat memiliki nilai P = 0.011 (p < 0.05) atau
disimpulkan bahwa hipotetsis diterima signifikan, yang artinya menunjukkan
yaitu metode SAS efektif dalam adanya perbedaan skor antara sebelum dan
meningkatkan keterampilan membaca bagi sesudah diberikan perlakuan keterampilan
anak lambat belajar (slow learner) di SDN membaca pada kelompok eksperimen.
Demangan. Subjek yang mendapatkan Sedangkan skor pretest dan
perlakuan berupa pelatihan keterampilan posttest pada kelompok kontrol yaitu P =
membaca dengan metode SAS mempunyai 0.785 (p > 0.05) atau tidak signifikan,
tingkat keterampilan membaca lebih tinggi artinya tidak ada perubahan skor
dibandingkan subjek yang tidak keterampilan membaca pada kelompok
mendapatkan perlakuan berupa pelatihan kontrol. Sehingga dapat disimpulkan
membaca dengan metode SAS. bahwa hipotesis dalam penelitian diterima,
Selanjutnya dilakukan uji statistik yakni metode SAS efektif dalam
menggunakan Wilcoxon untuk mengetahui meningkatkan keterampilan membaca bagi
sejauh mana perbedaan antara hasil pretest anak lambat belajar (slow learner) yang
dan posttest pada kelompok kontrol dan merupakan subyek penelitian.

Tabel 1. Deskripsi Data Hasil Pre-test dan Post-test


Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen
No Nama Pre-test Post-test No Nama Pre-test Post-test
1. OV 7 8 1. SK 7 22
2. RD 6 8 2. MW 8 21
3. HK 8 10 3. DT 10 18
4. IN 7 7 4. YL 8 21

Tabel 2. Prosentase Kategorisasi Skor Pre-Test


Kontrol Eksperimen
Kategori Skor
Jumlah Prosentase Jumlah prosentase
Rendah X<9 4 100 % 4 100 %
Sedang 9 < X < 18 0 0% 0 0%
Tinggi 18 < X 0 0% 0 0%
Jumlah 4 100 % 4 100 %

90
Jurnal Psikologi Integratif Prodi Psikologi UIN Sunan Kalijaga
Vol. 6, Nomor 1, 2018
Halaman 81-100

Tabel 3. Prosentase kategorisasi Skor Post-Test


Kontrol Eksperimen
Kategori Skor
Jumlah Prosentase Jumlah prosentase
Rendah X<9 3 75 % 0 0%
Sedang 9 < X < 18 1 25 % 1 25 %
Tinggi 18 < X 0 0% 3 75 %
Jumlah 4 100 % 4 100 %

Tabel 4. Hasil Analisis Mann Whitney U


Uji kelompok Z P Keterangan
Post KK-Post KE -2.337 0.019 Signifikan

Tabel 5. Hasil Analisis Wilcoxon


Uji kelompok Z P Keterangan
Pre-Post KE -2.536 0.011 Signifikan
Pre-Post KK -0.272 0.785 Tidak Signifikan

Diskusi 2.5. Hal ini menunjukkan bahwa


Berdasarkan hasil analisis teknik kelompok eksperimen memiliki skor
Mann Whitney U diketahui bahwa skor rerata keterampilan membaca lebih tinggi
post test pada kelompok kontrol dan dibandingkan kelompok kontrol.
kelompok eksperimen diperoleh nilai p = Diterimanya hipotesis dalam
0.019 (p < 0.05). Hal ini menunjukkan penelitian ini menunjukkan bahwa
bahwa ada perbedaan yang signifikan pembelajaran membaca menggunakan
antara post-test kedua kelompok, atau ada metode SAS efektif dalam meningkatkan
perbedaan peningkatan keterampilan keterampilan membaca pada anak lambat
membaca antara kelompok yang diberi belajar (slow learner). Dari hasil pre-test
perlakuan dengan yang tidak diberikan dan post-test kelompok eksperimen juga
perlakuan. Adanya peningkatan menunjukkan adanya peningkatan
keterampilan membaca pada kelompok keterampilan membaca. Sebanyak 75%
eksperimen, menjadi bukti bahwa metode kelompok eksperimen mengalami
SAS mampu meningkatkan keterampilan peningkatan keterampilan membaca
membaca pada anak lambat belajar (slow setelah mendapatkan perlakuan yang
learner). Hal ini juga dapat dilihat pada berada pada kategori tinggi. Kemudian
skor rerata (mean rank). Skor rerata pada Sebanyak 25% kelompok eksperimen
kelompok eksperimen sebesar 6.5, mengalami peningkatan keterampilan
sedangkan pada kelompok kontrol sebesar membaca pada kategori sedang. Adanya

91
Jurnal Psikologi Integratif Prodi Psikologi UIN Sunan Kalijaga
Vol. 6, Nomor 1, 2018
Halaman 81-100

peningkatan keterampilan membaca ini kemudian siswa diminta untuk


menunjukkan bahwa metode SAS membacanya. Proses membaca dilakukan
membantu proses kegiatan belajar dengan vokalisasi. Menurut Mumpuniarti
membaca siswa. (2007), metode vokalisasi ini membantu
Metode pembelajaran membaca anak lambat belajar dalam menyuarakan
dengan menggunakan metode SAS dalam lambang tertulis, karena pada dasarnya
penelitian ini terdiri dari sembilan anak lambat belajar kesulitan mengenali
pertemuan. Pada pertemuan pertama yaitu bunyi-bunyi bahasa atau fonem. Melalui
merekam bahasa siswa. Merekam bahasa kegiatan ini, siswa dapat meningkatkan
siswa dilakukan fasilitator dengan kecepatan membaca dan mengenal unsur-
memberikan pertanyaan-pertanyaan sesuai unsur linguistik seperti fonem, kata, frase
gambar sebagai kontak permulaan. Pada dan kalimat. Aspek kecepatan membaca
pertemuan pertama siswa aktif menjawab dan mengenal unsur linguistik dapat
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan meningkat karena siswa dilatih mengenali
oleh fasilitator. Melalui kegiatan merekam bunyi-bunyi kalimat dan menyuarakan
bahasa siswa, maka siswa dapat mengenal lambang tertulis. Dalam hal ini Akhadiah,
bentuk huruf dan mengenal unsur-unsur dkk. (1992) mengungkapkan bahwa
linguistik seperti fonem dan kata. dengan metode membaca teknis ini
Sehingga aspek pengenalan bentuk huruf bertujuan untuk melatih siswa dalam
dan mengenal unsur linguistik dalam menyuarakan lambang-lambang tertulis.
keterampilan membaca dapat meningkat Kegiatan membaca ini di samping
karena siswa diajarkan mengenali huruf- berfungsi untuk pemahaman diri sendiri
huruf dan bunyi dari sebuah kalimat. juga untuk orang lain. Dengan demikian,
Menurut Yusuf (2003) di dalam membaca pelaksanaan pengajarannya menekankan
teknis terdapat proses pengenalan kata pada segi penguasaan lafal bahasa
yang membantu anak mengenal huruf, Indonesia dengan baik dan benar, intonasi
mengucapkan bunyi huruf dan yang tepat, dan penggunaan tanda-tanda
menggabungkan bunyi membentuk kata. baca yang benar. Pada pertemuan ini
Pada pertemuan kedua yaitu siswa terlihat aktif, hal ini terlihat ketika
menampilkan gambar sambil bercerita dan semua siswa menirukan apa yang dibaca
membaca gambar. Menampilkan gambar oleh fasilitator.
sambil bercerita dan membaca gambar Pada pertemuan ketiga, kegiatan
dilakukan fasilitator dengan menuliskan yang dilakukan yaitu membaca gambar
cerita tersebut di papan tulis dan dengan kartu kalimat. Membaca gambar
92
Jurnal Psikologi Integratif Prodi Psikologi UIN Sunan Kalijaga
Vol. 6, Nomor 1, 2018
Halaman 81-100

dengan kartu kalimat dilakukan dengan melalui pemberian beberapa bacaan oleh
kegiatan mengelompokkan kata dan fasilitator, kemudian siswa diminta untuk
kalimat sesuai gambar. Melalui kegiatan membaca bersama observer, kemudian
membaca gambar dengan kartu kalimat, observer menilai bagaimana tingkat
maka siswa dapat mengenal hubungan membaca siswa. Melalui kegitan ini,
pola ejaan dan bunyi. Aspek mengenal siswa dapat lancar dalam membaca serta
hubungan pola ejaan dan bunyi dalam mengenal ejaan dan bunyi bacaan. Aspek
keterampilan membaca dapat meningkat kecepatan membaca dan mengenal
karena siswa menjadi lebih faham hubungan pola ejaan dan bunyi dalam
bagaimana menyusun sebuah kalimat atau keterampilan membaca dapat meningkat
bacaan sederhana. karena anak terbiasa membaca serta
Menurut Supriyadi (1992) kegiatan mengenal bunyi-bunyi dalam bacaan.
mengelompokan kata dan kalimat ke Pada pertemuan keenam, kegiatan
dalam satuan-satuan ide dan berekspresi yang dilakukan adalah membaca buku
mampu melatih anak memahami kalimat pelajaran. Siswa ditugaskan untuk
yang dibacanya. Kegiatan membaca sebuah bacaan dalam buku
mengelompokkan kata juga membiasakan pelajaran Bahasa Indonesia, serta
siswa untuk membaca dengan benar menjawab pertanyaan-pertanyaan
(Sabarti Akhadiah, dkk. (1992). Hal ini mengenai bacaan tersebut. Siswa tampak
juga akan membantu anak lambat belajar aktif menjawab pertanyaan-pertanyaan
dalam memahami struktur kata yang yang diberikan oleh fasilitator. Melalui
dibacanya. Pada umumnya anak lambat kegiatan membaca buku pelajaran, maka
belajar mengalami kesulitan dalam siswa dapat memahami pengertian
mengartikan dan mengenali struktur kata- sederhana, memahami makna, maksud
kata yang dibaca. Dengan demikian, anak dan meningkatkan kecepatan
lambat belajar dapat meningkat membacanya. Aspek memahami makna,
kemampuannya dalam mengelompokkan maksud, tujuan pengarang dan kecepatan
kata dan kalimat. Pada pertemuan ini membaca dalam keterampilan membaca
siswa aktif menyusun kata-kata acak. dapat meningkat karena siswa dilatih
Pada pertemuan keempat dan mengerjakan soal-soal bacaan. Sesi
kelima, kegiatan yang dilakukan yaitu membaca buku pelajaran juga bertujuan
membaca kalimat secara struktur analitik agar anak lambat belajar terbiasa
dan sintetik. Membaca kalimat secara mengerjakan tugas belajar. Menurut
struktur analitik dan sintetik dilakukan Wheeler (Brata, 2009) anak lambat belajar
93
Jurnal Psikologi Integratif Prodi Psikologi UIN Sunan Kalijaga
Vol. 6, Nomor 1, 2018
Halaman 81-100

pada umumnya kurang terbiasa (1988), sikap berpartisipasi dalam


melakukan tugas belajar sendiri terutama kelompok akan menentukan keberhasilan
membaca buku-buku pelajaran. Sehingga dalam mendiskusikan hasil bacaan dan
melalui kegiatan ini, siswa dilatih untuk menambah pengalaman membaca siswa.
terbiasa membaca buku pelajaran. Wheeler (Brata, 2009) mengungkapkan
Pada pertemuan ketujuh dilakukan bahwa siswa lambat belajar kurang
kegiatan membaca bacaan yang disusun menaruh perhatian terhadap tugas-tugas
oleh siswa secara berkelompok dan membaca yang diberikan gurunya.
individu. Membaca bacaan yang disusun Dengan demikian, melalui kegiatan pada
oleh siswa secara berkelompok dan sesi ini, dapat membantu anak lambat
individu dilakukan dengan memberikan belajar lebih memperhatikan tugas-tugas
siswa sebuah bacaan bergambar kemudian yang diberikan, terutama tugas membaca.
diminta untuk menilai isi dari sebuah Karena selain saling belajar satu dengan
bacaan tersebut. Secara berkelompok, yang lain, anak lambat belajar juga
siswa membuat cerita pendek mengenai berpartisispasi dalam mengerjakan tugas.
sebuah gambar. Melalui kegiatan ini, Pada pertemuan kedelapan,
siswa dapat memahami pengertian kegiatan yang dilakukan yaitu membaca
sederhana, memahami makna, maksud bacaan yang disusun oleh guru. Membaca
bacaan serta aspek evaluasi atau penilaian bacaan yang disusun oleh guru dilakukan
isi dan bentuk. Aspek memahami dengan cara memberikan siswa sebuah
pengertian sederhana, memahami makna, bacaan, kemudian siswa diminta untuk
maksud bacaan serta evaluasi isi dan membaca bersama observer. Observer
bentuk dalam keterampilan membaca menilai bagaimana perkembangan tingkat
dapat meningkat, karena siswa dilatih membaca siswa. Melalui kegiatan
mengerjakan soal-soal mengenai evaluasi, membaca bacaan yang disusun oleh guru,
makna dan maksud dari sebuah bacaan. maka siswa dapat meningkatkan
Pada sesi ini, siswa aktif berpartisipasi kecepatan membaca yang fleksibel dan
dalam kegiatan kelompok, mereka memahami pengertian sederhana, makna
membuat karangan cerita secara bersama- dan maksud bacaan. Aspek kecepatan
sama. membaca dan memahami pengertian
Adanya aktivitas penugasan sederhana dalam keterampilan membaca
kelompok dan membaca di depan kelas meningkat karena siswa dilatih membaca
membuat siswa saling belajar antar satu beberapa bacaan serta dilatih mengerjakan
dengan yang lain. Menurut Soeatminah soal-soal mengenai makna dan maksud
94
Jurnal Psikologi Integratif Prodi Psikologi UIN Sunan Kalijaga
Vol. 6, Nomor 1, 2018
Halaman 81-100

dari sebuah bacaan. Melalui observasi Aspek-aspek tersebut akan selalu tampil
pada saat kegiatan ini dilakukan, terlihat bersama dalam praktek membaca yang
bahwa, siswa semakin meningkat dilakukan oleh siswa. Dalam pendekatan
kecepatan membacanya. Pada tiap ini guru juga memberikan pengetahuan
pertemuan yang dilakukan, siswa (kognitif) kepada siswa, seperti
mengalami peningkatan kemampuan menjelaskan arti kata atau maksud dalam
membaca yang semakin baik dari sebuah bacaan.
pertemuan sebelumnya. Siswa mampu Menurut Widyana (Firdaus, 2010)
mengucapkan lafal yang benar, intonasi salah satu faktor yang mempengaruhi
yang wajar dan kecepatan membaca yang kemampuan membaca awal adalah sosial
baik. budaya. Di antaranya pengalaman-
Pada pertemuan kesembilan pengalaman dari keluarga, pendidikan
dilakukan kegiatan flashback pada materi atau program pengajaran bahasa dan
yang telah diberikan, serta kegiatan situasi sekolah termasuk didalamnya
posttest. Flashback materi bertujuan agar pendekatan-pendekatan yang digunakan
siswa mengingat materi-maeri yang telah oleh guru, kemampuan dan karakteristik
diberikan. Adapun kegiatan posttest guru dan buku-buku yang tersedia
bertujuan untuk mengetahui bagaimana disekolah. Dalam hal ini metode membaca
keterampilan membaca anak setelah merupakan salah satu yang berpengaruh
mengikuti pelatihan. Pelaksaan posstest terhadap keterampilan membaca anak.
berjalan dengan lancar. Siswa Dengan metode SAS, siswa diberi
mengerjakan soal di mejanya masing- kesempatan untuk mengkonstruksikan
masing dan siswa menjawab pertanyaan- pengalaman belajar membaca selama
petanyyan di lembar jawab yang telah kegiatan membaca berlangsung.
disediakan. Pengalaman belajar membaca diperoleh
Penelitian menggunakan dari langkah-langkah pembelajaran SAS.
pendekatan terpadu yang dalam Seperti yang dikemukakan oleh
pelaksanaannya mempunyai tujuan Massofa (2008) bahwa metode ini
pembelajaran dengan memadukan aspek- dapat sebagai landasan berpikir analisis
aspek bahasa yakni: (1) lafal, intonasi, dengan langkah-langkah yang diatur
ejaan dan tanda baca, (2) struktur, dan (3) sedemikian rupa membuat anak mudah
kata. Siswa diajarkan untuk mengeja, mengikuti prosedur dan akan dapat
merangkai kata dan kalimat serta cepat membaca pada kesempatan
membaca dengan tanda baca yang benar. berikutnya.
95
Jurnal Psikologi Integratif Prodi Psikologi UIN Sunan Kalijaga
Vol. 6, Nomor 1, 2018
Halaman 81-100

Keseluruhan kegiatan dapat Keberhasilan penelitian juga tidak


meningkatkan kemampuan membaca lepas dari kemampuan fasilitator dalam
siswa yang mengikuti program pelatihan. menyampaikan materi. Fasilitator yang
Faktor yang berpengaruh terhadap merupakan guru kelas sudah terbiasa
keberhasilan penelitian ini ialah faktor menyampaikan materi, sehingga proses
latar belakang pengalaman yang diperoleh pembelajaran dalam penelitian ini berjalan
anak melalui lingkungannya. Pengalaman dengan baik. Hal ini dapat dilihat
membaca membuat anak terbiasa dengan berdasarkan observasi dan evaluasi yang
kata-kata tertulis yang akan di pelajari menyatakan bahwa guru memiliki
sehingga ia dapat merespon arti dan kemampuan yang baik dalam penguasaan
maksud bacaan. Pengalaman membaca materi dan menjelaskan makna atau
juga mendukung anak untuk mendapatkan maksud bacaan. Selanjutnya, subjek
suatu ide tertentu dan pemahamannya penelitian yang kooperatif dalam
akan semakin baik karena ia dapat mengikuti proses pembelajaran
menghubungkan pengalamannya dengan memudahkan fasilitator dalam
simbol-simbol tertulis (Burns dalam menyampaikan materi dan dapat berjalan
Firdaus 2010). dengan semestinya.
Selain beberapa faktor di atas, Adapun kelemahan penelitian ini
faktor lain yang juga berpengaruh yaitu masih terdapat sedikit kendala yang
terhadap hasil penelitian adalah membuat proses pembelajaran terganggu.
karakteristik subyek yang cenderung Kendala tersebut yakni adanya gangguan
homogen, yaitu memiliki tingkat dari siswa lain yang bukan merupakan
keterampilan membaca yang berada pada partisipan penelitian. Siswa tersebut ingin
kategori rendah. Hal ini menjadikan siswa memasuki ruang kelas dimana penelitian
lebih terbuka dan saling belajar satu dilaksanakan. Akan tetapi kendala
dengan yang lain karena memiliki tersebut dapat teratasi sehingga proses
permasalahan yang cenderung sama yaitu penelitian dapat berjalan lancer kembali.
tingkat keterampilan membaca yang Selain itu, walaupun semua sesi dalam
rendah. Selain itu keadaan ruangan yang penelitian ini berjalan dengan baik namun
kondusif dan tidak bising juga waktu pelaksanaan dalam beberapa sesi
berpengaruh terhadap keberhasilan terkesan buru-buru karena jam sekolah
penelitian ini. Hal ini dapat dilihat dari siswa mundur sehingga waktu
hasil observasi, terkait kondisi ruangan pelaksanaan penilitian juga mundur. Oleh
penelitian yang baik dan nyaman. karena itu, durasi penelitian dipersingkat
96
Jurnal Psikologi Integratif Prodi Psikologi UIN Sunan Kalijaga
Vol. 6, Nomor 1, 2018
Halaman 81-100

karena ada siswa yang menginginkan kelompok kontrol dan kelompok


pulang terlebih dahulu. eksperimen.
Kesimpulan Kepustakaan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat Akhadiah, S. (1991). Bahasa Indonesia 1.
disimpulkan bahwa hipotesis pada Jakarta: Depdikbud.
penelitian ini diterima, sehingga metode Akhadiah, S., Arsjad, M. G., Ridwan, S.
SAS efektif dalam meningkatakan K., Zulfahnur Z. F., & Mukti, U.
keterampilan membaca anak slow learner S. (1992). Bahasa Indonesia I.
di SDN Demangan yang menjadi Jakarta: Departemen Pendidikan
partisipan penelitian. Keterampilan dan Kebudayaan Direktorat
membaca siswa yang mengikuti pelatihan Jenderal Pendidikan Tinggi
membaca meningkat, antara sebelum dan Proyek Pembinaan Kependidikan.
setelah mengikuti pelatihan. Azwandi, Y. (2007). Media Pembelajaran
Saran Anak Berkebutuhan Khusus.
Setelah melihat dan mengkaji hasil Jakarta: Depdiknas
penelitian ini, peneliti memberikan Azwar, S. (2007). Metode Penelitian.
beberapa saran. Kepada sekolah Yogyakarta : Pustaka Pelajar
disarankan untuk dapat menggunakan Azwar, S. (2008). Pengantar Psikologi
metode SAS dalam rangka meningkatkan Intelegensi. Yogyakarta : Pustaka
keterampilan membaca anak lambat Pelajar
belajar. Metode SAS ini digunakan agar Broto A.S. (1980). Pengajaran Bahasa
memudahkan siswa lambat belajar dalam Indonesia Sebagai Bahasa Kedua
mengikuti kegiatan belajar membaca di SD Berdasarkan Pendekatan
dengan menciptakan suasana pembelajaran Linguistik Kontrastif. Jakarta:
yang menyenangkan. Selain itu Bulan Bintang.
disarankan pula kepada orang tua untuk
dapat menerapkan metode SAS ini untuk Chaplin, J.P. (2005). Kamus Lengkap
meningkatkan keterampilan membaca Psikologi (Diterjemahkan Oleh
pada anak lambat belajar. Untuk Kartini Kartono). Jakarta: Raja
penelitian selanjutnya disarankan agar Grafindo Persada.
menambah jumlah subyek penelitian, agar Dwimayanti, N. K., Kristiantari, M. R., &
dapat menghasilkan data yang dapat Wiyasa, K. N. (2013). Penerapan
digeneralisasikan. Selain itu juga akan Metode SAS untuk Meningkatkan
terlihat lebih jelas perbedaan antara Keterampilan Membaca dan Hasil
97
Jurnal Psikologi Integratif Prodi Psikologi UIN Sunan Kalijaga
Vol. 6, Nomor 1, 2018
Halaman 81-100

Belajar Siswa Kelas II Pada Mata Anak Slow Learner. Jurnal


Pelajaran Bahasa Indonesia di SD. Mimbar Pendidikan, 3 (15), 1-10
Jurnal Mimbar Pendidikan, 2(1), Kartika, E. (2013). Peningkatan
1-11. Kemampuan Membaca Permulaan
Dewi, K (2014). Penggunaan Metode Menggunakan Metode SAS di
Stuktur Analitik Sintetik (SAS) Kelas I SDN 44 Pulau Nyamuk.
untuk Meningkatkan Kemampuan Artikel Penelitian. Fakultas
Membaca Menulis Permulaan Pada Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Siswa Kelas I SD Negeri 7 Universitas Tanjungpura Pontianak
Bungkulan. e-Journal Mimbar Latipun, (2011). Psikologi Eksperimen.
PGSD Universitas Pendidikan Malang : UMM Press
Ganesha, 2(1), 1-10. Lisnawati dan Sari. (2012). Modul
Ernalis, dkk. (2006). Penggunaan Metode Praktikum Inteligensi dan Bakat.
SAS dalam Pembelajaran Yogyakarta : Laboratorium
Membaca dan Menulis Permulaan Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan
di Sekolah Dasar. Jurnal Mimbar Humaniora UIN Sunan Kalijaga.
Pendidikan, 4 (15), 1-12. Misdar. (2013). Meningkatkan
Firdaus, K. (2010). Efektivitas Permainan Kemampuan Membaca Permulaan
Flashcard dalam Meningkatkan Melalui Media Kartu Kata Bagi
Kemampuan Membaca Anak Anak Lambat Belajar. Jurnal
Prasekolah di TK Sunan Pandan Ilmiah Pendidikan Khusus, 1(1), 1-
Aran Ngaglik Sleman Yogyakarta. 13
Skripsi (Tidak diterbitkan). Momo. (1987). Penggunaan Metoda SAS
Yogyakarta : Fakultas Ilmu Sosial dalam Pengajaran Membaca di
dan Humaniora Universitas Islam Sekolah Dasar. Jakarta : P3G
Negeri Sunan Kalijaga Depdikbud
Harjasujana, Slamet, A., & Damaianti, V. Mulyadi. (2009). Peningkatan
(2003). Membaca dalam Teori dan Kemampuan Membaca Permulaan
Praktik. Bandung: Mutiara. Melalui Model Pembelajaran
Kooperatif Pada Siswa Kelas 1
Herlinda, F (2014) Meningkatkan Sekolah Dasar Senden Kecamatan
Kemampuan Membaca Kata Selo Kabupaten Boyolali Tahun
Melalui Media Audio Visual Bagi Pelajaran 2009 /2010. Skripsi.
Surakarta : Fakultas Keguruan dan
98
Jurnal Psikologi Integratif Prodi Psikologi UIN Sunan Kalijaga
Vol. 6, Nomor 1, 2018
Halaman 81-100

Ilmu Pendidikan Universitas Santrock, J. W. (2002). Life – Span


Sebelas Maret Development Jilid I (Alih Bahasa:
Mulyati, Y. (2014). Bahasa Indonesia. Juda Damanik dan Achmad
Tangerang Selatan : Universitas Chusairi). Jakarta: Erlangga
Terbuka Sessiani, L. A. (2007). Pengaruh Metode
Mulyono, A. (1999). Pendidikan Bagi Multisensori Dalam Meningkatkan
Anak Berkesulitan Belajar . Jakarta Kemampuan Membaca Permulaan
: Rineka Cipta Pada Anak Taman Kanak – Kanak
(Studi Eksperimental di TK ABA 52
Mumpuniarti. (2007). Pembelajaran Bagi Semarang). Skripsi. Semarang :
Anak Hambatan Mental. Fakultas Psikologi Universitas
Yogyakarta : Kanwa Publisher Diponegoro
Mumpuniarti, Rudiyati S., & Slamet, S. Y (2007). Dasar-dasar
Cahyaningrum, E. S. (2011). Keterampilan Berbahasa
Kebutuhan Belajar Siswa Lamban Indonesia. Surakarta : UNS Press
Belajar (Slow Learner) di Kelas Subana & Sunarti. (2008). Strategi
Awal Sekolah Dasar Daerah Belajar Mengajar Bahasa
Istimewa Yogyakarta. Artikel Indonesia. Bandung : Pustaka Setia
Penelitian. Pendidikan Luar Biasa Sudrajat. (2008). Pendidikan Anak
Fakultas Ilmu Pendidikan Berkebutuhan Khusus Lamban
Universitas Negeri Yogyakarta Belajar (Slow Learner). Jakarta :
Nurjanah, N. (2011). Perbandingan Gramedia
Keefektifan Metode Abjad, Metode Sumaryati & Astutik, S. (2013). Family
Global, dan Metode SAS dalam Therapy Dalam Menangani Pola
Proses Belajar Mengajar Membaca Asuh Orangtua yang Salah Pada
Permulaan Di Sekolah Dasar (Studi Anak Slow Learner. Jurnal
Kuasi Eksperimen Di Sekolah Bimbingan dan Konseling Islam,
Dasar Negeri Banjaran). Jurnal 3(1), 17 – 35
Mimbar Pendidikan, 2(1), 1-13 Supriyadi. (1992). Materi Pokok
Rahim, F. (2007). Pengajaran Membaca Pendidikan Bahasa Indonesia 2,
di Sekolah Dasar. Jakarta : Bumi Buku II. Jakarta : Depdikbud
Aksara. Suryabrata, S. (2008). Metodologi
Sakri, A. (1993). Bangun Kalimat Bahasa Penelitian. Jakarta: PT Raja
Indonesia. Bandung: ITB Grafindo Persada
99
Jurnal Psikologi Integratif Prodi Psikologi UIN Sunan Kalijaga
Vol. 6, Nomor 1, 2018
Halaman 81-100

Syah, M. (2000). Psikologi Pendidikan. Dini, C. (2012). Ciri-Ciri Siswa Lamban


Bandung : PT. Remaja Rosda Belajar Dan Berprestasi Rendah.
Karya Diakses dari
Tarigan, H.G. (1986). Membaca Sebagai http://cucurdini.blogspot.co.id/201
Suatu Keterampilan Berbahasa. 2/07/ciri-ciri-siswa-lamban-belajar-
Bandung : Angkasa dan_25.html pada tanggal 2
Yusuf, M., Sunardi & Abdurrahman M. Februari 2016
(2003). Pendidikan Bagi Anak Fitrika. (2012). Slow learner. Diakses dari
Dengan Problema Belajar. http://fitrika1127.blogspot.com/201
Bandung : Wacana Prima 2/05/slowlearner.html pada tanggal
Zuchdi, D. (2007). Strategi Meningkatkan 27 Desember 2015 pukul 09.08
Kemampuan Membaca . Massofa. (2008). Metode SAS (Struktural
Yogyakarta : UNY Press Analitik Sintetik). Diakses dari
Zuchdi, D & Budiasih. (2000). Pendidikan http://massofa.wordpress.com/2008
Bahasa Dan Sastra Indonesia di /06/29/metode-sas-struktural-
Kelas Rendah. Yogyakarta : PAS. analitik-sintetik/ pada tanggal 18
Daftar laman Desember 2015
Ajeng. (2012). Slow Leaner. Diakses Sriyanto. (2010). Pengertian Kemampuan.
dari http://ajenganjar.blogspot.com http://ian43.wordpress.com/2010/1
/2014/04/ slow- learner.html pada 2/23/pengertian- kemampuan.
tanggal 12 Desember 2015 Diakses pada tanggal 26 Agustus
Brata. (2009). Keterampilan Membaca. 2016 pukul 09.35)
Diakses dari http://mbahbrata- Suhendi, H. (2012). Proses membaca dan
edu.blogspot.com/2010/03/keteram menulis permulaan pada anak SD
pilan-membaca.html pada tanggal dikelas rendah. Diakses dari
18 Desember 2015 http://hendisuhendi.wordpress.com
/2012/05/19/metode-sas-struktural-
analitik-sintetik/ pada tanggal 15
September 2015.

100

You might also like