Keragaan Dan Analisis Finansial Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah Di Provinsi Bali
Keragaan Dan Analisis Finansial Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah Di Provinsi Bali
Keragaan Dan Analisis Finansial Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah Di Provinsi Bali
Suharyanto
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali
Jl. Bypass Ngrurah Rai, Pesanggaran, Denpasar 80222
email : [email protected]
Abstract: Various efforts to increase food production, especially rice has long been a
national policy. Strategy to increase rice productivity through improved cultivation
pursued by implementing ICM (Integrated Crop Management) which is accompanied
by escorts, assistance, and coordination.This research aims to analyze the impact of
ICM on income and the structure of household income.The research was conducted in
three rice-producing district in the province of Bali i.e. Tabanan, Buleleng and
Gianyar by involving as many as 216 respondent farmers consisting of 122 alumni of
ICM and 94 farmers are not alumni ICM in the two season.The sampling method is
stratified random sampling.The data were analyzed descriptively and cross-tabulation
the use of farm inputs and outputs and performed statistically by t test.The analysis
showed the largest share in the cost structure of rice farming both ICM alumni and
nonICM alumni is the cost of labor and fertilizer.Increased lowland rice farming
income by implementing ICM increased 53-54% both in wet and dry season.The results
of the financial analysis shows the value of BC ratio farmers alumni on wet season
2.98 and 1.87 at the farmers are non alumni of ICM, while the dry season farmers
alumni 2.94 and non alumni 1.92.The largest share of farm household income structure
derived from on-farm activities, where rice farming income is the largest contribution.
Abstrak: Berbagai upaya peningkatan produksi pangan terutama beras telah lama
menjadi sebuah kebijakan nasional. Strategi peningkatan produktivitas padi ditempuh
melalui perbaikan budidaya dengan menerapkan PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu)
yang disertai dengan pengawalan, pendampingan, dan koordinasi. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis dampak penerapan PTT terhadap pendapatan dan struktur
pendapatan rumahtangga petani padi sawah. Penelitian dilaksanakan di 3 kabupaten
sentra produksi beras di Provinsi Bali yakni, Tabanan, Buleleng dan Gianyar dengan
melibatkan sebanyak 216 responten yang terdiri dari 122 petani alumni PTT dan 94
petani bukan alumni PTT selama dua musim tanam. Penarikan sampel dengan
menggunakan metode acak sederhana berstrata (stratified random sampling). Analisis
data dilakukan secara deskriptif dan tabulasi silang terhadap penggunaan input maupun
output usahatani dan secara statistik dilakukan dengan uji t. Hasil analisis menunjukkan
pangsa terbesar dalam struktur biaya usahatani padi sawah baik petani alumni maupun
bukan alumni PTT adalah biaya tenaga kerja dan pupuk. Peningkatan pendapatan
usahatani padi sawah dengan menerapkan PTT meningkat 53-54% baik pada musim
hujan maupun musim kemarau. Hasil analisis finansial menunjukkan nilai BC ratio
petani alumni pada musim hujan sebesar 2.98 dan 1,87 pada petani bukan alumni PTT,
sedangkan pada musim kemarau petani alumni 2.94 dan bukan alumni 1.92. Pangsa
terbesar struktur pendapatan rumahtangga padi sawah berasal dari kegiatan on farm,
dimana pendapatan usahatani sawah merupakan kontribusi terbesar.
186
Suharyanto: Keragaan dan Analisis Finansial Penerapan Pengelolaan Tanaman …
187
Suharyanto: Keragaan dan Analisis Finansial Penerapan Pengelolaan Tanaman …
188
Suharyanto: Keragaan dan Analisis Finansial Penerapan Pengelolaan Tanaman …
Tabel 1. Hasil Analisis Uji Beda Rata-rata Penggunaan Input Produksi Padi Sawah pada Petani Alumni PTT
dan Bukan Alumni PTT.
Penggunaan varietas padi sawah diketiga lokasi 2007 tentang Rekomendasi pemupukan N, P
penelitian juga telah mengalami pola dan K padi sawah spesifik lokasi. Sedangkan
pergeseran terutama pada petani alumni PTT, pada petani bukan alumni PTT penggunaan
dimana sebelumnya varietas IR 64 merupakan pupuk N sudah mendekati batas takaran
varietas yang dominan digunakan hampir tertinggi yang direkomendasikan.
diseluruh Provinsi Bali. Pada saat ini petani Pupuk P yang banyak digunakan petani
telah menggunakan varietas-varietas unggul di lokasi penelitian umumnya adalah SP 36,
baru seperti Ciherang, Cigeulis, Cibogo, dimana pada petani alumni PTT rata-rata
Mekongga, Inpari dan beberapa varietas unggul penggunaan pupuk P sebanyak 25,42 per hektar
baru lainnya, hal ini dikarenakan varietas IR 64 atau setara dengan 70,61 SP 36 kg per hektar
telah mengalami penurunan daya hasil dan masih dalam rekomendasi maksimal pemberian
rentan terhadap hama dan penyakit, terutama pupuk P. Sementara pada petani bukan alumni
Tungro jika ditanam pada saat musim hujan. PTT rata-rata pemberian pupuk P sebanyak
Pada petani alumni PTT rata-rata 34,98 kg per hektar atau setara dengan 97.17 kg
penggunaan benih per hektar mencapai 22.85 per hektar yang sudah melebihi rekomendasi
kg per hektar masih dibawah takaran anjuran pemberian pupuk P. Sebaran pemberian pupuk
yang digunakan yaitu sekitar 20-30 kg per P baik pada petani alumni PTT maupun petani
hektar, sedangkan pada petani bukan alumni bukan alumni PTT dominan pada penggunaan
PTT sebaran rata-rata penggunaan benih per pupuk P sebanyak 25 – 50 kg per hektar. Pada
hektar sebanyak35 – 40 kg per hektar. petani alumni PTT penggunaan pupuk K
Penggunaan benih pada petani alumni PTT sebanyak 29.14 kg per hektar atau setara
lebih rendah dibandingkan pada petani bukan dengan KCL sebanyak 48.57 kg per hektar
alumni PTT, hal ini diduga terdapat keterkaitan sedangkan petani bukan alumni PTT
dengan sistem tanam jajar legowo dan jumlah menggunakan pupuk K sebanyak 57,67 kg per
bibit per lubang yang digunakan oleh petani hektar atau setara dengan 96.12 kg per hektar.
alumni PTT. Pemberian pupuk K pada petani alumni PTT
Rata-rata penggunaan pupuk N pada ataupun bukan alumni PTT sebenarnya sudah
petani alumni PTT sebanyak k 86,63 kg per melebihi dari rekomendasi pemupukan spesifik
hektar setara dengan 188.33 Urea per hektar, lokasi, sehingga apabila ditingkatkan justru
sedangkan pada petani bukan alumni PTT mengakibatkan pemborosan biaya produksi.
sebanyak 114.21 kg per hektar atau setara
dengan 248,28 Urea per hektar. Penggunaan
pupuk N pada petani alumni PTT masih dalam
takaran anjuran sesuai Permentan No. 40 Tahun
189
Suharyanto: Keragaan dan Analisis Finansial Penerapan Pengelolaan Tanaman …
Rata-rata penggunaan pupuk organik HOK dan petani bukan alumni PTT sebanyak
pada petani alumni PTT maupun bukan alumni 58,28 HOK.
PTT masih dibawah rekomendasi anjuran, yaitu Penggunaan bibit muda (< 21 hari)
sebanyak 661,27 dan 195, 74 kg per hektar. pada Pengelolaan Tanaman Terpadu sangat
Bahkan masih terdapat petani yang masih dianjurkan, hal ini untuk menghindari stress
belum menggunakan pupuk organik, terutama pada tanaman akibat pencabutan bibit di
pada petani bukan alumni PTT. Penggunaan persemaian, pengangkutan dan penanaman
pupuk organik di lokasi penelitian umumnya kembali di sawah. Selain itu penanaman bibit
adalah kotoran ternak dan kompos yang terbuat muda juga akan memperbaiki struktur
dari jerami. Penggunaan pestisida pada petani perakaran tanaman, sehingga pertumbuhan
alumni PTT relatif lebih sedikit secara tanaman akan lebih baik. Petani alumni PTT
kuantitas dibandingkan pada petani bukan rata-rata menggunakan bibit tanaman padi pada
alumni PTT. Hal ini dikarenakan pada petani umur 21,05 hari setelah semai sedangkan pada
alumni PTT mereka telah memulai menerapkan petani bukan alumni PTT menggunakan bibit
prinsip PHT dalam pengendalian OPT tanaman padi pada umur 24,43 hari. Petani
sebagaimana yang mereka peroleh pada saat bukan alumni PTT menggunakan umur yang
mengikuti sekolah lapang PTT. Rata-rata lebih tua selain karena kebiasaaan, mereka juga
penggunaan pestisida oleh petani alumni PTT memiliki kekuatiran jika menanam bibit muda
sebanyak 541,65 ml per hektar sedangkan pada kuatir tanaman akan lama beradaptasi dengan
petani bukan alumni PTT 865,58 ml per hektar. kondisi lingkungan tumbuh yang baru sehingga
Penggunaan tenaga kerja mencakup akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja Jumlah bibit yang ditanam per lubang
upahan (buruh).Dalam pengelolaan tanah, juga akan mempengaruhi pertumbuhan
penggunaan tenaga kerja ternak ataupun tanaman. Bibit yang ditanam 1 - 3 bibit per
manusia semakin langka dijumpai dan sebagian lubang akan mengurangi persaingan antar bibit
besar menggunakan tenaga mekanis terutama dalam rumpun yang sama, selain itu juga
traktor roda dua. Demikian halnya penanaman, semakin sedikit bibit yang ditanam akan
untuk kegiatan penanaman dominan dilakukan memperbaiki sistem perakaran tanaman
oleh tenaga kerja luar keluarga yang sehingga anakan produktif yang dihasilkan
diperhitungkan berdasarkan luas areal akan semakin banyak. Pada lokasi penelitian
tanamnya. Kelangkaan tenaga kerja akan rata-rata penggunaan bibit per lubang pada
sangat terlihat apabila musim panen mulai tiba, petani alumni PTT 3,04 bibit per lubang
hampir secara keseluruhan tenaga kerja untuk sedangkan pada petani bukan alumni PTT rata-
panen merupakan tenaga kerja yang berasal rata 4,05 bibit per lubang.
dari luar Bali (umumnya Jawa Timur). Para Adanya penurunan penggunaan input
tenaga kerja tersebut akan tiba menjelang produksi tentunya berkaitan dengan total biaya
musim panen raya dan biasanya kembali usahatani yang dikeluarkan oleh petani,
setelahmasa panen selesai. Rata-rata sehingga pendapatan yang diterima juga akan
penggunaan tenaga kerja usahatani padi sawah meningkat. Lebih lanjut apabila terjadi
per hektar selama satu musim sebanyak 56,3 pengurangan jumlah input produksi namun
HOK, pada petani alumni PTT sebanyak 54,32 disisi lain jumlah output yang diterima sama
atau bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan
190
Suharyanto: Keragaan dan Analisis Finansial Penerapan Pengelolaan Tanaman …
Tabel 3. Analisis Finansial Usahatani Padi Sawah MH di Provinsi Bali Tahun 2012
191
Suharyanto: Keragaan dan Analisis Finansial Penerapan Pengelolaan Tanaman …
Tabel 4. Analisis Finansial Usahatani Padi Sawah MK di Provinsi Bali Tahun 2012
192
Suharyanto: Keragaan dan Analisis Finansial Penerapan Pengelolaan Tanaman …
193
Suharyanto: Keragaan dan Analisis Finansial Penerapan Pengelolaan Tanaman …
Tabel 5. Hasil Uji Beda Rata-rata dan Persentase Perubahan Keuntungan pada Petani Bukan Alumni PTT
dan Alumni PTT.
Peningkatan keuntungan petani alumni PTT sehingga sektor pertanian masih menjadi
sedikit lebih besar pada musim kemarau (54,90 tumpuan sumber pendapatan rumahtangga di
persen), sedangkan pada musim hujan pedesaan. Pada sektor pertanian selain
peningkatan keuntungan sebesar 53,80 persen. usahatani padi sawah para petani juga
Peningkatan keuntungan tersebut disebabkan umumnya melakukan usahatani lainnya seperti
produksi petani alumni PTT yang lebih besar palawija, hortikultura dan peternakan (ternak
dibandingkan produksi petani bukan alumni sapi, babi dan ayam buras) sebagai sumber
PTT. pendapatan rumahtangga lainnya.
194
Suharyanto: Keragaan dan Analisis Finansial Penerapan Pengelolaan Tanaman …
penyumbang terbesar terhadap pendapatan dari usahatani padi sawah terhadap total
rumahtangga (47,40%). Hal senada juga terlihat pendapatan rumahtangga tani di Provinsi Bali
pada petani padi sawah di Kabupaten sebesar 38 persen pada petani bukan alumni
Grobogan, proporsi pendapatan cukup PTT dan 41 persen pada petani alumni PTT.
berimbang antara usaha pertanian dan non Dalam rangka peningkatan produksi
pertanian (49,91% vs 50,09 %). Pada kegiatan dan pendapatan petani melalui efisiensi
usaha pertanian, usahatani padi sawah masih enggunaan input produksi, maka peran
menjadi penyumbang terbesar terhadap pemerintah daerah dan lembaga penelitian
pendapatan rumahtangga (23,87%). sangat diharapkan dalam mendiseminasikan
Peranan pendapatan yang berasal dari PTT padi sawah baik melalui kegiatan
usahatani padi sawah terhadap total pendapatan penyuluhan, sekolah lapang, demplot dan
rumahtangga tani di Provinsi Bali sebesar 38 kegiatan lainnya.
persen pada petani bukan alumni PTT dan 41
persen pada petani alumni PTT. Implikasi dari DAFTAR PUSTAKA
temuan ini adalah walaupun usahatani padi
tidak sepenuhnya dilandasi oleh motif ekonomi Agustian, A dan N Ilham.2009. Analisis
namun juga oleh kondisi fisik sumberdaya Proporsi Pendapatan dan Pengeluaran
lahan dan sosial budaya, padi sebagai bahan Rumah Tangga Petani Padi pada
pangan utama penduduk dan juga merupakan Beberapa Agroekosistem. Prosiding
komoditas strategis di tingkat nasional maka Seminar Nasional Dinamika Pembangunan
upaya peningkatan pendapatan petani padi Pertanian dan Perdesaan : Tantangan dan
sawah melalui penerapan PTT (varietas unggul Peluang bagi Peningkatan Kesejahteraan
baru, efisiensi penggunaan input, sistem Petani. Pusat Sosial Ekonomi dan
pengairan, pascapanen), keterjaminan harga Kebijakan Pertanian. Badan Litbang
dan pemasaran input-output merupakan strategi Pertanian. Jakarta. hal 135-147.
kebijakan yang patut dikedepankan.
Andriati dan W. Sudana. 2007. Keragaan dan
Analisis Finansial Usahatani Padi (Kasus
KESIMPULAN DAN SARAN
Desa Primatani, Kabupaten Karawang,
Jawa Barat). Jurnal Pengkajian dan
Keuntungan usahatani padi sawah petanialumni
Pengembangan Teknologi Pertanian 10
PTT lebih tinggi 53,80 persen dibandingkan
(2) :105-117
dengan petani bukan alumni PTT pada MH dan
pada MK meningkat 54,90 persen. Pangsa Anonim.2008. Panduan Pelaksanaan Sekolah
terbesar dalam struktur biaya usahatani padi Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu
sawah petani alumni PTT terbesar berturut- (SL-PTT) Padi. Departemen Pertanian.
turut adalah biaya tenaga kerja (57 persen), Jakarta.
pupuk (23 persen), pestisida (7 persen), lain- Mariyono, J., T Kompas andR.Q, Grafton.
lain (6 persen) dan benih (3 persen), sedangkan
2010. Shifting from Green Revolution
pada petani bukan alumni PTT biaya tenaga toenvironmentally sound policies :
kerja (57 persen), pupuk (25 persen), pestisida technological change in Indonesian rice
(9persen), lain-lain (5 persen) dan benih (4 agriculture. Journal of the Asia
persen). Secara financial usahatani padi sawah
PacificEconomy 15 (2) : 128 — 147
baik petani alumni maupun bukan alumni PTT
menguntungkan, hal ini terlihat dari BC rasio Nurasa, T dan A Purwoto.2012. Analisis
untuk petani alumni sebesar 2,98 dan 1,87 pada Profitabilitas Usaha Tani Padi pada
petani bukan alumni PTT pada MH danpada Agroekosistem Lahan Sawah Irigasi di
MK petanialumni 2,94 sedangkan petani bukan Jawa dan Luar Jawa Perdesaan Patanas.
alumni PTT sebesar 1,92. Prosiding Seminar Nasional Petani dan
Struktur pendapatan rumahtangga Pembangunan.Pusat Sosial Ekonomi dan
petani padi sawah baik pada petani alumni Kebijakan Pertanian. Badan Litbang
maupun alumni PTT kontribusi terbesar berasal Pertanian. Jakarta. hal 405-424.
dari kegiatan on farm yang mencapai kisaran
60 persen.Peranan pendapatan yang berasal
195
Suharyanto: Keragaan dan Analisis Finansial Penerapan Pengelolaan Tanaman …
Sembiring, H dan IN. Widiarta. 2008. Inovasi Mendukung Ketahanan Pangan. Prosiding
Teknologi Padi Menuju Swasembada Seminar Nasional Teknik Pertanian.
Beras Berkelanjutan. Dalam : A.K. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas
Makarim et al. (eds.): Inovasi Teknologi Gadjah Mada. Yogyakarta
Tanaman Pangan. Prosiding Simposium V
Suratiyah, K. 2009. Ilmu Usahatani. Cetakan
Tanaman Pangan. Pusat Penelitian
ke-3. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.
Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Pangan. Bogor. Susilowati,S.H., Supadi dan C. Saleh. 2002.
Diversifikasi Sumber Pendapatan
Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. Penerbit
Rumahtangga di Pedesaan Jawa Barat.
Universitas Indonesia. UI Press. Jakarta.
Jurnal Agro Ekonomi 20 (1) : 85 – 109.
Suhendrata, T. 2008. Peran Inovasi Teknologi
Tarigan, H. 2010. SL-PTT Berhasil Tingkatkan
Pertanian dalam Peningkatan
Pedapatan Petani.Warta Penelitian dan
Produktivitas Padi Sawah Untuk
Pengembangan Pertanian 32 (1) : 16-19.
196