Analisa Sea Level Rise Dari Data Satelit Altimetri
Analisa Sea Level Rise Dari Data Satelit Altimetri
Analisa Sea Level Rise Dari Data Satelit Altimetri
net/publication/303478893
Analisa Sea Level Rise Dari Data Satelit Altimetri Topex/Poseidon, Jason-1 Dan
Jason-2 Di Perairan Laut Pulau Jawa Periode 2000 – 2010
CITATIONS READS
2 808
3 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Mohtar Yunianto on 22 June 2016.
ABSTRACT
It has been conducted a research about sea level rise (SLR) in surrounding Jawa island by using
satellite altimetry data Topex/Poseidon, Jason-1 dan Jason-2 for period 2000 – 2010. Satellite
altimetry is satellite which specially design for measuring dynamics of sea water. Those
satellite lauched firstly in 1992 incorporation between National Aeronautics and Space
Administration (NASA) dan European Space Agency (ESA). There are six locations for
measuring SLR i.e. Jakarta, Semarang, Surabaya, Pangandaran, Jogjakarta dan Prigi. We chose
locations based on alongtrack of satellite and near the big cities in Jawa island with dimension
area around 0.5ox0.5o degrees. We found SLR rate for Jakarta (2.5 ± 0.24 mm/yr), Semarang
(2.16 ± 0.20 mm/yr), Surabaya (2.72 ± 0.19 mm/yr), Pangandaran (0.71 ± 0.33 mm/yr),
Jogjakarta (0.91 ± 0.38 mm/yr) and Prigi (1.3 ± 0.38 mm/yr). The average SLR rate for North
coast is (2.46 ± 0.21 mm/yr) and for South coast (0.97 ± 0.36 mm/yr). This results are well
correlated with data from tide gauge stations.
ABSTRAK
Telah dilaksanakan penelitian mengenai kenaikan permukaan air laut (sea level rise) di sekitar
perairan Pulau Jawa mengunakan data satelit altimetri Topex/Poseidon, Jason-1 dan Jason-2
periode tahun 2000 – 2010. Satelit altimetri merupakan satelit yang dikhususkan untuk
mengukur dinamika air laut. Satelit ini diluncurkan ke angkasa kerjasama antara badan
antariksa Amerika dan Eropa, yang terdiri dari satelit Topex/poseidon (1992 – 2002), Jason-1
(2002 – 2008) dan Jason-2 (2008 – sekarang). Lokasi pengukuran kenaikan permukaan laut
dilakukan di 6 lokasi, yaitu di perairan laut Jakarta, Semarang, Surabaya, Pangandaran,
Jogjakarta dan Prigi. Posisi pemilihan data ketinggian air laut adalah pada track satelit
(alongtrack) dengan luasan 0.5ox0.5o derajat. Berdasarkan hasil penelitian telah terjadi
fenomena sea level rise (SLR) yang bervariasi. Diperoleh sea level rise di Jakarta sebesar 2.5 ±
0.24 mm/tahun, Semarang sebesar 2.16 ± 0.20 mm/tahun, Surabaya 2.72 ± 0.19 mm/tahun,
Pangandaran 0.71 ± 0.33 mm/tahun, Jogjakarta 0.91 ± 0.38 mm/tahun dan Prigi 1.3 ± 0.38
mm/tahun. Sehingga rata – rata sea level rise di wilayah perairan laut utara pulau jawa sebesar
2.46 ± 0.21 mm/tahun dan di wilayah perairan laut selatan pulau jawa sebesar 0.97 ± 0.36
mm/tahun. Berdasarkan pola grafik altimetri dan grafik pasang surut terdapat adanya korelasi
antara data altimetri dan data pasang surut, dimana terbentuk pola grafik yang sama.
PENDAHULUAN
Meningkatnya suhu global bumi yang sering disebut dengan Global Warming merupakan
faktor utama yang menyebabkan kenaikan tinggi muka air laut. Global warming dapat
menyebabkan terjadinya perubahan kedudukan muka laut termasuk di Indonesia yang
memiliki luas perairan sekitar 77% dari luas keseluruhan wilayahnya.[1,2]
Sea level rise (kenaikan muka air laut) ini dalam waktu yang cukup lama akan
mengakibatkan pemuaian air laut sehingga akan meningkatkan intensitas dan frekuensi
banjir serta dapat terjadi penggenangan suatu wilayah daratan. Efek yang cukup signifikan
dari adanya kenaikan muka air laut ini akan dirasakan oleh penduduk Indonesia yang
mayoritas penduduknya berada di pesisir pantai. Khususnya di daerah pulau Jawa yang
memiliki jumlah penduduk terbanyak di Indonesia. Dari data BPS tahun 2010 prosentase
penduduk pulau Jawa sekitar 58,70% dari total jumlah penduduk Indonesia[3].
Perubahan ketinggian permukaan air laut ini akan berpengaruh terhadap stabilitas
pembangunan di pulau Jawa terutama untuk kota-kota besar yang mempunyai tingkat
pembangunan yang tinggi, sehingga perencanaan pembangunan harus benar-benar matang.
Oleh karena itu data-data mengenai kenaikan permukaan air laut sangat diperlukan untuk
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di suatu daerah, khususnya daerah pesisir
pantai.
Satelit altimetri merupakan wahana satelit yang dikhususkan untuk memonitor dinamika
lautan. Satelit altimetri mengunakan gelombang mikro dengan frekuensi pada rentang 0,3
– 300 GHz antara gelombang inframerah dan gelombang radio.[4] Salah satu kegunaan
satelit altimetri adalah mengamati kedudukan ketinggian muka laut termasuk dalam hal ini
pemantauan ketinggian muka laut di pulau Jawa. Teknologi satelit altimetri sangat bagus
jika dikombinasikan dengan peralatan pasang surut tradisional di pantai dalam memantau
ketinggian muka air laut [5].
METODOLOGI
Bahan dan Alat Penelitian
Penelitian ini menggunakan data Sea Level Anomaly (SLA) Monomission yang diperoleh
dengan cara mengunduh di salah satu server penyedia data satelit altimetri yaitu di CNES
(Centre National d’Etudes Spatiales), Perancis dengan alamat www.aviso.oceanobs.com .
Dalam proses pengolahannya menggunakan software Matlab 7.0 dan Origin 8.
Metode Penelitian
a. Identifikasi Awal
Ditentukan 6 lokasi penelitian, 3 titik di pantai utara pulau Jawa dan 3 titik di pantai selatan
pulau Jawa. Lokasi yang dipilih adalah berdekatan dengan kota besar di Pulau Jawa dan
terletak di lintasan (alongtrack) satelit. Adapun keenam lokasi tersebut adalah di Jakarta,
Semarang, Surabaya, Pangandaran, Jogjakarta dan Prigi. Luasan area untuk data satelit
yang digunakan adalah (lintang-bujur) 0,5ox 0,5o.
Analisa Sea Level Rise dari Data Satelite Altimetri... halaman 69
b. Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data satelit altimetri Topex/Poseidon,
Jason-1 dan Jason-2 dari tahun 2000-2010. Data diperoleh dengan cara download dari
server penyedia data satelit tersebut. Topex/poseidon untuk data SLA tahun 2000-2002,
Jason-1 untuk data tahun 2002-2008 dan Jason-2 untuk data SLA tahun 2008-2010.
c. Tahap Pengolahan Data
Tahapan ini merupakan tahapan utama yang dilakukan untuk pemrosesan data agar
mendapatkan hasil pada penelitian ini. Data SLA merupakan hasil perhitungan yang telah
dihitung oleh Aviso Altimetry dengan persamaan: [6]
Pada tahap ini dilakukan analisa hasil visualisasi sehingga dapat diketahui kecenderungan
perubahan tinggi muka air laut yang kemudian dapat di analisa kenaikan tinggi muka air
lautnya (sea level rise). Analisa dilakukan dengan mengambil 6 lokasi pengamatan.
Analisa Sea Level Rise dari Data Satelite Altimetri... halaman 70
Data satelit Altimetri Topex/Poseidon, Jason-1 dan Jason-2 yang digunakan adalah data
SLA yang merupakan data dalam format network common (.nc) sehingga agar data dapat
diproses dilakukan konversi ke format data (.dat) terlebih dahulu, dalam proses konversi
ini menggunakan software Matlab.
Sebelum digunakan untuk memproses data sebenarnya program yang telah dibuat di uji
cobakan terlebih dahulu pada data contoh yang ada kemudian hasil konversi menggunakan
program tersebut dibandingkan dengan hasil konversi data contoh, setelah seluruh data
sesuai dengan yang diharapkan, program digunakan untuk konversi terhadap data lainnya.
Hasil konversi yang dilakukan pada program tersebut dihasilkan data SLA.
Dari hasil pengolahan grafik tersebut dihasilkan nilai trendline sea level rise di perairan
utara pulau Jawa yaitu di Jakarta, Semarang dan Surabaya dihasilkan nilai kenaikan per
tahunnya masing – masing adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Sea level rise utara pulau Jawa
Pola naik turunnya grafik sea level rise juga dipengaruhi oleh adanya fenomena El-nino
dan La-nina. El-nino adalah fenomena meningkatnya suhu permukaan laut sehingga
menaikkan tinggi permukaan air laut. La-nina merupakan fenomena sebaliknya yaitu
menurunnya suhu permukaan laut sehingga menurunkan tinggi permukaan air laut. Seperti
pada tahun 2002 terjadi fenomena El-Nino di Samudera Pasifik daerah katulistiwa.
Sehingga juga mempengaruhi SLA di perairan pulau Jawa. Untuk membuktikannya maka
dilakukan perbandingan antara grafik dari data yang diperoleh dan kontur saat terjadi El-
Nino dari CNES (Centre National d’Etudes Spatiales) pada tahun 2002. Seperti
ditunjukkan pada Gambar 3.
Pada Gambar 3, menunjukkan kenaikan tinggi permukaan air laut pada daerah yang sedang
terjadi peristiwa El-Nino di Samudera Pasifik. Namun terjadi penurunan permukaan air
laut di Indonesia karena perbedaan suhu di perairan Indonesia dengan suhu di Samudera
Pasifik, khususnya di lautan pulau Jawa. Sehingga terjadi pula perbedaan tekanannya yang
mengakibatkan perubahan ketinggian permukaan air laut. Hal tersebut akan menyebabkan
mengalirnya air laut dari suhu yang lebih rendah ke yang bersuhu lebih tinggi.
Untuk membuktikan grafik sea level rise (SLR) dari data satelit altimetri telah
menunjukkan fenomena kenaikan muka air laut dengan benar, maka grafik dibandingkan
dengan grafik pasang surut. Dalam penelitian ini grafik SLR di Pangandaran dibandingkan
dengan grafik pasang surut di stasiun pasut Cilacap milik Bakosurtanal, yang ditunjukkan
oleh Gambar 4.
Dari hasil penelitian muka laut telah terjadi fenomena sea level rise (SLR) yang bervariasi.
Diperoleh SLR di Jakarta sebesar 2,5 mm/tahun, Semarang sebesar 2,16 mm/tahun,
Surabaya 2,72 mm/tahun, Pangandaran 0,71 mm/tahun, Jogjakarta 0,91 mm/tahun dan
Prigi 1,3 mm/tahun. Sehingga rata – rata sea level rise di wilayah perairan utara pulau jawa
sebesar 2,46 mm/tahun dan di wilayah perairan selatan pulau jawa sebesar 0,97 mm/tahun.
Analisa Sea Level Rise dari Data Satelite Altimetri... halaman 74
DAFTAR PUSTAKA