Pengaruh Breathing Exercise Terhadap Level Fatigue Pasien Hemodialisis Di Rspad Gatot Subroto Jakarta

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 8

Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 8, No.

1, Maret 2013

PENGARUH BREATHING EXERCISE TERHADAP LEVEL FATIGUE PASIEN


HEMODIALISIS DI RSPAD GATOT SUBROTO JAKARTA

Cahyu Septiwi
Jurusan Keperawatan STIKES Muhammadiyah Gombong

ABSTRACT
The dependence of kidney failure patients on dialysis machine, malnutrition and anemia can
create fatigue. Fatigue can cause the malaise, sleep and emotional disturbances, decrease in
concentration and the patient's ability to perform daily activities, andalso reduce the quality of
life. This study aimed to determine the influence of breathing exercise to the fatigue level of
hemodialisays patients in Gatot Subroto Hospital of Jakarta. The study used a quasi-
experimental research with pre and post test design, and purposive sampling technique with
the inclusion criteria. The fatigue level was measured by the Fatigue Visual Numeric Scale.
The results of paired T test obtained p value of 0.000 that indicate that there are significant
differences between the levels of fatigue before and after breathing exercise. Those results
indicate that breathing exercises influence the fatigue level of hemodialisys patients. Nurses
need to improve the quality of nursing care by implementing effective and efficient nursing
interventions to solve the problem of hemodialysis patients and improve their quality of life.

Keywords: fatigue level, breathing exercise, hemodialisys

ABSTRAK
Hemodialisis yang membutuhkan waktu selama 5 jam dan jika status nutrisi buruk dapat
menyebabkan malaise dan fatigue. Breathing exercise adalah teknik penyembuhan alami
terhadap fatigue. Penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan pendekatan pre-post test
design yang dilaksanakan di RSPAD Gatot Subroto Jakarta. Data diuji dengan uji t
berpasangan. Hasil uji T berpasangan didapatkan nilai p 0,000 (p < 0,05) sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara level fatigue sebelum dan
sesudah breathing exercise. Rata-rata level fatigue responden sebelum dilakukan breathing
exercise adalah 5,70, sesudah breathing exercise adalah 3,80.

Kata Kunci : hemodialisis, latihan nafas, kelelahan

14
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 8, No.1, Maret 2013

PENDAHULUAN mencegah penurunan kualitas hidup


Kejadian penyakit gagal ginjal di pasien, diantaranya dengan pemberian
Indonesia semakin meningkat. Penyakit ini breathing exercise yang dapat membantu
digambarkan seperti fenomena gunung es, menurunkan level fatigue pada pasien
dimana hanya sekitar 0,1% kasus yang hemodialisis (Black, 2005). Fatigue adalah
terdeteksi, dan 11-16% yang tidak perasaan subyektif yang tidak
terdeteksi. Menurut data statistik yang menyenangkan berupa kelelahan,
dihimpun oleh Perhimpunan Nefrologi kelemahan, dan penurunan energi dan
Indonesia (PERNEFRI), jumlah pasien merupakan keluhan utama pasien dengan
gagal ginjal di Indonesia mencapai 70.000 dialisis (prevalensinya mencapai 60-97%).
orang dan hanya sekitar 13.000 pasien Kondisi fatigue pada pasien hemodialisis
yang melakukan cuci darah atau dapat menyebabkan konsentrasi menurun,
hemodialisis. (Roesli, 2005 ; Simatupang, malaise, gangguan tidur, gangguan
2006 ; Suharjono, 2010 ; Santoso, 2010). emosional, dan penurunan kemampuan
Hemodialisis merupakan terapi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-
pengganti ginjal yang dilakukan 2-3 kali harinya, sehingga pada akhirnya dapat
seminggu dengan lama waktu 4-5 jam, menurunkan kualitas hidup pasien
yang bertujuan untuk mengeluarkan sisa- hemodialisis (Jhamb, 2008).
sisa metabolisme protein dan mengoreksi Terdapat beberapa kondisi yang
gangguan keseimbangan cairan dan dapat mempengaruhi kondisi fatigue pada
elektrolit. Proses terapi hemodialisis yang pasien hemodialisis menurut Jhamb (2008)
membutuhkan waktu selama 5 jam, dan Brunner & Suddarth (2001) yaitu
umumnya akan menimbulkan stres fisik uremia, anemia, malnutrisi, depresi, dan
pada pasien setelah hemodialisis. Pasien kurangnya aktivitas fisik. Uremia pada
akan merasakan kelelahan, sakit kepala pasien hemodialisis dapat menyebabkan
dan keluar keringat dingin akibat tekanan pasien kehilangan nafsu makan, mual,
darah yang menurun, sehubungan dengan muntah, kehilangan energi dan protein,
efek hemodialisis. Adanya status nutrisi dan penurunan produksi karnitin yang
yang buruk juga dapat menyebabkan menyebabkan penurunan produksi energi
penderita mengeluh malaise dan fatigue. untuk skeletal dan mengakibatkan fatigue.
Selain itu kadar oksigen rendah karena Anemia adalah kondisi dimana
anemia akan menyebabkan tubuh tubuh tidak mempunyai cukup sel darah
mengalami kelelahan yang ekstrem merah atau eritrosit. Kerusakan fungsi
(fatigue) dan akan memaksa jantung ginjal menyebabkan penurunan produksi
bekerja lebih keras untuk mensuplay hormon eritropoietin yang berperan dalam
oksigen yang dibutuhkan (Black, 2005). proses eritropoiesis atau pembentukan
Ketergantungan pada mesin eritrosit. Penurunan jumlah eritrosit
dialisis seumur hidupnya, kondisi menyebabkan anemia yang menyebabkan
malnutrisi dan anemia yang terjadi pada penurunan jumlah sel darah yang
pasien dialisis mengakibatkan terjadinya mengangkut oksigen dan nutrisi ke seluruh
fatigue yang mempengaruhi fungsi tubuh. Penurunan suplay oksigen dan
kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, nutrisi ke seluruh jaringan tubuh
penatalaksanaan fatigue yang tepat dapat menyebabkan pasien mengalami
15
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 8, No.1, Maret 2013

kelelahan yang ekstrematau fatigue, hipoalbuminemia sehingga menimbulkan


anoreksia, gangguan tidur, dan penurunan fatigue.
toleransi terhadap aktivitas. Anemia pada Ketergantungan pasien terhadap
pasien dialisis juga disebabkan karena mesin hemodialisis seumur hidup,
kurangnya zat besi akibat dari pembatasan perubahan peran, kehilangan pekerjaan
asupan karena diet, penurunan dan pendapatan merupakan stressor yang
kemampuan tubuh untuk menyerap zat dapat menimbulkan depresi pada pasien
besi, dan kehilangan darah akibat terapi hemodialisis dengan prevalensi 15%-69%.
hemodialisa, perdarahan gastrointestinal, Kondisi depresi dapat mempengaruhi fisik
dan perdarahan pada saat akses vaskuler. pasien sehingga timbul fatigue, gangguan
Penurunan kadar Hb pada pasien tidur, dan penurunan minat untuk
hemodialisis menyebabkanpenurunan melakukan aktivitas. Penurunan aktivitas
level oksigen dan sediaan energi dalam fisik pada pasien hemodialisis
tubuh, yang mengakibatkan terjadinya mempengaruhi level fatigue. Sebagian
fatigue dan kelemahan dalam melakukan besar pasien hemodialisis (75%) hanya
aktivitas sehingga pada akhirnya dapat berpartisipasi dalam aktivitas rumah
menurunkan kualitas hidup pasien. Hasil tangga yang dianggap ringan. Aktivitas
penelitian menyebutkan bahwa penurunan fisik yang menurun mengakibatkan
kualitas hidup pasien hemodialisis penurunan massa otot, atropi otot,
disebabkan oleh anemia dengan kadarHb< kelemahan dan fatigue.
11 gr/dL. Koyama (2010) meneliti 788
Mal nutrisi energi protein adalah pasien hemodialisis dan menemukan
kondisi berkurangnya energi dan protein bahwa terdapat hubungan antara level
tubuh yang disebabkan oleh ketidak fatigue dengan meningkatnya resiko
seimbangan antara asupan dan kebutuhan penyakit cardiovaskuler. Oleh karena itu
nutrisi serta peningkatan katabolisme pengukuran fatigue diperlukan untuk
protein. Diperkirakan 50%-70% penderita menentukan level dan meminimalkan
dialisis menunjukkan tanda dan gejala progresifitas dan komplikasi yang terjadi
malnutrisi serta peningkatan petanda akibat fatigue pada pasien hemodialisis.
inflamasi seperti sitokin pro-inflamasi. Jham et al (2008) juga mengemukakan
Peningkatan sitokin akan meningkatkan bahwa 94% pasien hemodialisis
hipersensitifitas otot-otot ergoreseptor mengalami peningkatan level fatigue dan
sehingga kemampuan otot menurun dan penurunan skor kualitas hidup.
menimbulkan sensasi kelemahan dan Breathing exercise adalah teknik
kelelahan. Sitokin yang berlebihan juga penyembuhan yang alami dan merupakan
dapat menekan aktivasi susunan saraf bagian dari strategi holistic self-care untuk
pusat, hipotalamik pituitari, dan kelenjar mengatasi berbagai keluhan seperti
adrenal sehingga mensupresi terjadinya fatigue, nyeri, gangguan tidur, stress dan
eritropoiesis yang menyebabkan kecemasan. Secara fisiologis, breathing
penurunan produksi eritrosit (anemia). exercise akan menstimulasi sistem saraf
Tingginya kadar sitokin juga dapat parasimpatik sehingga meningkatkan
menurunkan sintesis albumin di hepar produksi endorpin, menurunkan heart rate,
yang mengakibatkan terjadinya meningkatkan ekspansi paru sehingga
16
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 8, No.1, Maret 2013

dapat berkembang maksimal, dan otot-otot Gatot Soebroto Jakarta yang memenuhi
menjadi rileks. Breathing exercise kriteria inklusi yaitu pasien yang menjalani
membuat tubuh kita mendapatkan input hemodialisis reguler 2 kali/minggu, usia
oksigen yang adekuat. dimana oksigen pasien 20-60 tahun, dapat berkomunikasi
memegang peran penting dalam sistem dengan baik, tidak menderita kelainan
respirasi dan sirkulasi tubuh. Saat kita mental, dan tidak mempunyai komplikasi
melakukan breathing exercise, oksigen penyakit yang membahayakan. Data diuji
mengalir ke dalam pembuluh darah dan menggunakan uji statistik uji T
seluruh jaringan tubuh, membuang racun berpasangan (paired t test).
dan sisa metabolisme yang tidak terpakai,
meningkatkan metabolisme dan
memproduksi energi. Breathing exercise HASIL DAN BAHASAN
akan memaksimalkan jumlah oksigen yang 1. Level fatigue sebelum breathing
masuk dan disuplay ke seluruh jaringan exercise
sehingga tubuh dapat memproduksi energi Dari tabel 1 terdapat 1 responden (10%)
dan menurunkan level fatigue. yang mempunyai level fatigue 4,
Breathing exercise merupakan sedangkan 3 responden (30%) berada
teknik yang mudah dilakukan, mudah pada level5, 4 responden (40%) berada
dipelajari, tidak membahayakan, dan tidak pada level 6, dan 2 responden (20%).
memerlukan biaya besar. Perawat dapat Keluhan fatigue pada pasien hemodialisis
mengajarkan breathing exercise untuk prevalensinya mencapai 60-97% dan
menurunkan level fatigue dan keluhan lain merupakan salah satu efek dari terapi
yang dialami oleh pasien hemodialisis. dialisis yang harus dijalani oleh pasien
Latihan ini dilakukan dalam waktu yang penyakit ginjal terminal.
tidak lama dan dapat dilakukan sebelum, Responden dalam penelitian ini
selama, sesudah proses hemodialisis, dan mengalami fatigue dengan level yang
selama pasien di rumah (Tsay, 1995; Kim, bervariasi, yang disebabkan oleh kondisi
2005; Zakerimoghadam, 2006; Stanley, uremia dengan kadar ureum di atas
2011). normal, anemia dengan Hb rata-rata 9
g/dL, dan kurang intake nutrisi karena
adanya mual dan muntah akibat uremia.
METODE PENELITIAN Fatigue yang dialami oleh responden
Desain yang digunakan dalam menyebabkan penurunan konsentrasi,
penelitian ini adalah quasi eksperimen malaise, gangguan tidur, gangguan
dengan pendekatan pre-post test design. emosional, dan penurunan kemampuan
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien dalam melakukan aktivitas sehari-
semua pasien di Unit Hemodialisis RSPAD harinya.

17
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 8, No.1, Maret 2013

Tabel 1 Distribusi level fatigue responden sebelum dilakukan breathing exercise di RSPAD
Gatot Soebroto Jakarta tahun 2012 (n=10)

Level fatigue Frekuensi Prosentase (%)


4 1 10
5 3 30
6 4 40
7 2 20
Jumlah 10 100

2. Level fatigue setelah breathing berdampak positif setelah dilakukan


exercise secara teratur selama 4 minggu,
Dari tabel 2 terdapat 1 responden ditunjukkan dari penurunan level fatigue
(10%) yang mempunyai level fatigue 2, pada semua responden dengan tingkat
sedangkan 4 responden (40%) berada yang bervariasi. Perbedaan penurunan
pada level3, 2 responden (20%) berada level fatigue disebabkan oleh kondisi,
pada level 4, 2 responden (20%) berada frekuensi dan ketekunan responden dalam
pada level 5, dan 1 responden (10%) melakukan latihan ini di rumah, karena
berada pada level 6. Penerapan intervensi latihan ini tidak hanya dilakukan selama
breathing exercise pada 10 responden proses hemodialisis saja.

Tabel 2 Distribusi level fatigue responden setelah dilakukan breathing exercise di RSPAD
Gatot Soebroto Jakarta tahun 2012 (n=10)

Level fatigue Frekuensi Prosentase (%)


2 1 10
3 4 40
4 2 20
5 2 20
6 1 10
Jumlah 10 100

3. Perbedaan level fatigue sebelum dan mean level fatigue sebelum dan setelah
sesudah breathing exercise dilakukan breathing exercise adalah 1,90.
Tabel 3 menunjukkan bahwa rata- Hasil uji T berpasangan (paired t test)
rata level fatigue responden sebelum didapatkan nilai p 0,000 (p < 0,05)
dilakukan breathing exercise adalah 5,70 sehingga dapat disimpulkan bahwa
dengan standar deviasi 0,95. Setelah terdapat perbedaan yang signifikan antara
dilakukan breathing exercise rata-rata level level fatigue sebelum dan sesudah
fatigue responden adalah 3,80 dengan breathing exercise.
standar deviasi 1,23. Perbedaan nilai

18
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 8, No.1, Maret 2013

Tabel 3 Distribusi level fatigue responden sebelum dan setelah dilakukan breathing
exercise di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta tahun 2012 (n=10)

Variabel Mean SD SE p value N


Level fatigue
Sebelum breathing exercise 5,70 0,95 0,30 0,000 10
Setelah breathing exercise 3,80 1,23 0,39

Hal ini sesuai dengan penelitian menurunkan level fatigue. Kim et al (2005)
Stanley et al (2011) yang menerapkan juga meneliti efek breathing exercise
teknik holistic breathing pada 94 pasien selama 6 minggu terhadap fatigue pada 35
penyakit ginjal terminal yang menjalani pasien kanker post transplantasi sumsum
hemodialisis selama 6 minggu. Hasilnya tulang. Hasilnya kelompok pasien
53% responden mengatakan merasa melakukan breathing exercise mengalami
rileks, 27% mengatakan fatigue berkurang penurunan level fatigue lebih besar dari
dan mengalami peningkatan level energi, pada kelompok kontrol yang tidak
12% kecemasan dan gangguan tidurnya melakukan breathing exercise.
berkurang, pasien merasa lebih segar, dan Breathing exercise merupakan
8% mengatakan nyeri/kram saat dialysis teknik penyembuhan yang alami dan
berkurang. Penelitian Tsai et al (1995) juga merupakan bagian dari strategi holistic
menjelaskan bahwa breathing exercise self-care untuk mengatasi berbagai
berpengaruh terhadap kualitas hidup 42 keluhan seperti fatigue, nyeri, gangguan
pasien hemodialisis yang melakukan tidur, stress dan kecemasan. Secara
latihan ini secara teratur selama 3 bulan. fisiologis, breathing exercise akan
Hasilnya kelompok pasien yang menstimulasi sistem saraf parasimpatik
melakukan breathing exercise secara sehingga meningkatkan produksi endorpin,
kontinyu mengatakan nafsu makan lebih menurunkan heart rate, meningkatkan
meningkat, keluhan BAB berkurang, ekspansi paru sehingga dapat
aktivitas sexual meningkat, kelemahan berkembang maksimal, dan otot-otot
berkurang, dan fisik menjadi lebih kuat. menjadi rileks. Breathing exercise
Zakerimoghadam et al (2006) juga membuat tubuh kita mendapatkan input
meneliti efek breathing exercise yang oksigen yang adekuat, dimana oksigen
dilakukan 4 kali perhari selama 10 hari memegang peran penting dalam sistem
terhadap level fatigue pada 60 pasien respirasi dan sirkulasi tubuh. Saat kita
COPD. Hasilnya adalah terdapat melakukan breathing exercise, oksigen
perbedaan yang signifikan dari level mengalir ke dalam pembuluh darah dan
fatigue antara kelompok eksperimen seluruh jaringan tubuh, membuang racun
dengan kelompok control dengan nilai p dan sisa metabolisme yang tidak terpakai,
0.001. Terdapat hubungan antara level meningkatkan metabolisme dan
fatigue dengan breathing exercise, makin memproduksi energi. Breathing exercise
sering exercise dilakukan akan makin akan memaksimalkan jumlah oksigen yang

19
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 8, No.1, Maret 2013

masuk dan disuplay ke seluruh jaringan Management for Possitive


sehingga tubuh dapat memproduksi energi Outcome 7th edition.
dan menurunkan level fatigue. Philadelphia : W.B Saunders
Company
SIMPULAN DAN SARAN Daugirdas, J.T., Blake, P.G., Ing, T.S.
Rata-rata level fatigue responden (2007). Handbook of Dialysis 4th
sebelum dilakukan breathing exercise Edition.Philadelphia : Lippincott
adalah 5,70, sesudah breathing exercise Jhamb, M. (2008). Fatigue in patients
adalah 3,80, dan perbedaan nilai mean receiving maintenance dialysis :
adalah 1,90. Hasil uji T berpasangan a review of definitions,
(paired t test) didapatkan nilai p 0,000 (p < measures, and contributing
0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa factors. American Journal of
terdapat perbedaan yang signifikan antara Kidney Disease 52(2), 353-365
level fatigue sebelum dan sesudah Kim et al (2005). Effects of a relaxation
breathing exercise. Dari hasil penelitian breathing exercise on fatigue in
dapat disimpulkan bahwa teknik holistic haemopoietic stem cell
breathing yang dilakukan secara kontinyu transplantation patients. Journal
dapat mengatasi berbagai masalah yang of Clinical Nursing 14 (1) 51–55
sering dialami oleh pasien hemodialisis Koyama et al (2010). Fatigue predict an
seperti fatigue, gangguan tidur, increase risk for myocardial
kecemasan, dan nyeri/kram saat dialisis. infarction on dialysis patients.
Penelitian ini mudah diterapkan di ruang Clinical Journal of the American
hemodialisis karena mudah dipelajari, Society of Nephrology, 25(2)10-
dapat dilakukan oleh siapa saja dan kapan 22
saja, tidak memerlukan alat dan tempat PERNEFRI. (2003). Konsensus Dialisis
yang khusus, tidak membahayakan, akan Perhimpunan Nefrologi
tetapi memerlukan ketelatenan dan Indonesia. Jakarta
kesabaran karena latihan ini akan efektif Polit, D. F., &Hungler, B.P. (2006). Nursing
bila dilakukan secara kontinyu. Breathing Research : Principles and
exercise merupakan intervensi Methods. 6th Edition.
keperawatan yang dapat dilakukan untuk Philadelphia: Lippincot Williams
mengatasi kelemahan. Latihan yang &Walkins
kontinyu dapat meningkatkan kesehatan, Roesli, R.(2005).Bila Ginjal
sehingga kualitas hidup pasien Aus.http://www.solusi
hemodialisis akan meningkat. kesehatan.com/penyakit-
ginjal/bila-ginjal-aus.html
DAFTAR PUSTAKA Santoso.(2010). Gagal Ginjal
Albano, V.A. (2001). Quality of life in end- Kronik.http://www.antiloans.org
stage renal disease patients. Simatupang, T.(2006).Gangguan
American Journal Kidney Cardiovaskuler Pada Penderita
Disease. 38 (3) :443-64. Ginjal.http://.litbang.depkes.go.id/
Black, J.M., Hawks, J.H. (2005). Medical aktual/kliping/ginjal250406.htm
Surgical Nursing Clinical
20
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 8, No.1, Maret 2013

Smeltzer, S.C., Bare, B.G. (2001). Buku


Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Jakarta :EGC
Stanley et al (2011). Benefits of a holistic
breathing technique in patients
on hemodialysis. Nephrology
Nursing Journal: 38 (2)149-152
Suharjono. (2010). Penderita Gagal Ginjal
di Indonesia.
www.ikcc.or.id/content.php?c=1&
id=275
Tsai et al (1995). Breathing-coordinated
exercise improves the quality of
life in hemodialysis patients.
Journal of The American Society
Of Nephrology 6(5) 1392-1400,
Zakerimoghadam et al (2006). The Effect
of Breathing Exercises on The
Fatigue Levels of Patients with
Chronic Obstructive Pulmonary
Disease. Nursing Journal 38 (2) :
149-152

21

You might also like