0% found this document useful (0 votes)
38 views12 pages

Ssssss

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1/ 12

HUBUNGAN ASUPAN SERAT DENGAN KADAR KOLESTEROL PADA

PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER RAWAT JALAN DI RSUD Dr.


MOEWARDI SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Oleh :

SELLY SHINTA DEWI

J 300 120 020

PROGRAM STUDI ILMU GIZI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
HUBUNGAN ASUPAN SERAT DENGAN KADAR KOLESTEROL PADA
PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER RAWAT JALAN DI RSUD Dr.
MOEWARDI SURAKARTA

Oleh:
Selly Shinta Dewi*, Nur Lathifah Mardiyati**, Elida Soviana***
*Mahasiswa DIII Prodi Ilmu Gizi FIK UMS, **Dosen Prodi Ilmu Gizi FIK UMS,
***Dosen Prodi Ilmu Gizi FIK UMS
*Email: [email protected]

ABSTRACT

RELATIONSHIP BETWEEN FIBER INTAKE AND LEVEL OF CHOLESTEROL


IN CORONARY HEART DISEASE OUTPATIENTS AT DR. MOEWARDI
HOSPITAL OF SURAKARTA

Introduction: Coronary Heart Disease (CHD) is still the highest cause of death in
Indonesia. The risk factors that contribute to the incidence of CHD is the risk
factors that can not be modified (age, sex, gender) and the risk factors that can
be modified (smoking, dyslipidemia, hypertension, obesity, lack of physical
activity, diabetes mellitus). Intake of fiber can reduce cholesterol levels by
reabsorsing bile in the body, so it can reduce the availability of cholesterol and
cholesterol in the blood stream can be reduced.

Objective: This study aimed to determine the relationship between fiber intake
with cholesterol level in CHD outpatients at Dr. Moewardi Hospital of Surakarta.

Methods: The research was an observational design with cross-sectional design.


The number of respondents this study amounted to 24 respondents with
sequential sampling technique of random sampling. Data collection was
conducted in 24 hour recall for 4 days to respondents. The statistical test used
Pearson Product Moment tests.

Results: The results showed that most respondents had good fiber intake
(91.7%) and good cholesterol (95.7%).Statistical test of the relationship between
the two variables was obtained with r = 0.035 with significance (p) value of 0.872.
Value (p) > 0.05 means that the test was not significant ( H0 ) .

Conclusion: There was no significant association between fiber intake and


cholesterol level inCHD outpatients at Dr. Moewardi Hospital of Surakarta.

Keywords: fiber intake, cholesterol levels, CHD

Bibliography: 34 : 2001 - 2012


PENDAHULUAN kurangnya mengkonsumsi makanan
yang mengandung serat, merokok,
Penyakit Jantung Koroner kurang berolahraga dan stress akan
(PJK) merupakan penyakit jantung mempengaruhi kadar kolesterol
yang timbul akibat penyempitan dalam darah (Soeharto, 2004).
pada arteri koronaria, sehingga Penyakit jantung koroner
mengganggu aliran darah ke otot adalah keadaan dimana terjadi
jantung. Penyempitan dan ketidakseimbangan antara
penyumbatan pada arteri kebutuhan miokardium atas oksigen
disebabkan oleh aterosklerosis dengan penyediaan yang diberikan
(Lubis,2007). Proses arterosklerosis, oleh pembuluh darah koroner
berawal dari penumpukan kolesterol (Nazpi, 2010). PJK disebabkan oleh
terutama Low Density Lipoprotein terjadinya penyempitan dan
(LDL) di dinding arteri (Kusmana, hambatan arteri yang mengalirkan
2007). Hal tersebut dapat darah ke otot jantung. Apabila
mengakibatkan pembuluh darah penyempitan semakin parah maka
koroner menyempit, sehingga akan menyebabkan serangan
pasokan oksigen dan darah jantung (Soeharto, 2004).
berkurang yang mengakibatkan
kinerja jantung terganggu dan Penyempitan pembuluh
menimbulkan nyeri dada (Maulana, darah terjadi karena proses
2007). aterosklerosis atau spasme atau
Pada pasien penyakit PJK kombinasi keduanya. Aterosklerosis
rata-rata memiliki kadar kolesterol yang terjadi karena timbunan
melebihi batas normal. Semakin kolesterol dan jaringan ikat pada
banyak konsumsi makanan dinding pembuluh darah secara
berlemak, maka akan semakin besar perlahan-lahan, hal ini sering
peluangnya untuk menaikkan kadar ditandai dengan keluhan nyeri pada
kolesterol total dan menurunkan dada. Pada waktu jantung harus
kadar High Density Lipoprotein bekerja lebih keras terjadi
(HDL). Kadar HDL darah yang ketidakseimbangan antara
rendah akan berpengaruh pada kebutuhan dan asupan oksigen, hal
rasio total kolesterol dan HDL, yang inilah yang menyebabkan nyeri
dapat digunakan untuk memprediksi dada. Apabila pembuluh darah
risiko PJK. Semakin tinggi angka tersumbat sama sekali, pemasokan
rasio total kolesterol dan LDL akan darah ke jantung akan terhenti dan
semakin tinggi pula risiko kejadian kejadian inilah yang disebut dengan
PJK (Bronchu, 2000). serangan jantung (Soeharto, 2004).
Kadar kolesterol dalam
jumlah terlalu banyak di dalam darah Menurut WHO setiap
dapat membentuk endapan pada tahunnya PJK mengakibatkan lebih
dinding pembuluh darah sehingga dari 4,5 juta kematian setiap
menyebabkan penyempitan. tahunnya di negara-negara
Penyempitan terjadi pada pembuluh berkembang (WHO, 2012). Hasil
darah jantung dapat menyebabkan Riskesdas tahun 2013 menunjukkan
PJK. Gaya hidup modern sangat prevalensi jantung koroner
berkaitan dengan faktor yang dapat berdasarkan wawancara
mempengaruhi kadar kolesterol terdiagnosis dokter di Indonesia
dalam darah, misalnya dengan sebesar 0,5 %, dan berdasarkan
sering mengkonsumsi makanan terdiagnosis dokter atau gejala
yang mengandung lemah jenuh, sebesar 1,5 %.
Kadar kolesterol serum dan penyakit PJK di RSUD Dr Moewardi
trigliserida yang tinggi dan dapat Surakarta.
menyebabkan pembentukan
aterosklerosis. Kolesterol dalam METODE PENELITIAN
darah terbungkus oleh lipoprotein.
Lipoprotein yang tinggi (HDL) Penelitian ini menggunakan
membawa lemak keluar kemudian penelitian observasional dengan
diuraikan dan diketahui bersifat pendekatan cross-sectional yang
protektif terhadap ateroklerosis. bertujuan untuk mencari hubungan
Lipoprotein yang berdensitas rendah asupan serat dengan kadar
(LDL) dan yang sangat rendah kolesterol pada penderita penyakit
(VLDL) membawa lemak ke sel jantung koroner di RSUD Dr.
tubuh. Moewardi Surakarta.

Aterosklerosis dapat timbul Penelitian dilakukan di RSUD


karena konsumsi makanan yang Dr. Moewardi Jl. Kolonel Sutarto No.
mengandung kadar kolesterol tinggi 132, Surakarta, Jawa Tengah
misalnya jeroan, kuning telur, udang, dengan alasan : RSUD Dr.
kerang-kerangan dan daging Moewardi merupakan Rumah Sakit
berlemak. Kolesterol dari makanan terbesar yang ada di daerah
diserap oleh usus dan bergabung karesidenan Surakarta, RSUD Dr.
dengan kilomikron dan diangkut oleh Moewardi memiliki ruang instalasi
LDL dalam darah untuk dialirkan ke rawat jalan poli jantung untuk pasien
seluruh jaringan tubuh (Tirtawinata, PJK, RSUD Dr. Moewardi
2006). merupakan salah satu rumah sakit
rujukan daerah, sehingga
Hasil penelitian dari Sugeng diharapkan sampel yang akan
(2013) menyebutkan bahwa serat di didapatkan bisa mewakili populasi
dalam tubuh bersifat daerah karesidenan Surakarta.,
hipokolesterolemik, mempunyai efek RSUD Dr. Moewardi merupakan
perlawanan terhadap PJK melalui rumah sakit kelas A sehingga lebih
penurunan kolesterol. Beberapa kondusif untuk peneliti menjalankan
mekanisme penurunan kolesterol proses penelitian.
oleh serat adalah menghambat Populasi merupakan semua
absorbsi kolesterol, menurunkan pasien yang akan diteliti. Pada
ketersediaan kolesterol sehingga penelitian ini yang menjadi populasi
transfer ke aliran darah berkurang, adalah seluruh penderita penyakit
mencegah sintesis kolesterol, jantung koroner rawat jalan di poli
menurunkan energi makanan jantung RSUD Dr Moewardi
sehingga mengurangi sintesis Surakarta.
kolesterol dan meningkatkan
ekskresi empedu. Sampel Penelitian
Berdasarkan hasil survey
pendahuluan peneliti sebelumnya Sampel merupakan sebagian
pada tahun 2015 didapatkan 1014 dari anggota populasi yang telah
pasien penyakit jantung koroner di dipilih menggunakan prosedur
RSUD Dr Moewardi. Oleh karena itu tertentu, sehingga dapat mewakili
penulis tertarik melakukan penelitian populasinya. Sampel mempunyai
mengenai asupan serat, dengan kriteria inklusi dan eksklusi dari
kadar kolesterol pada penderita populasi yang diteliti. Sampel
penelitian ini yaitu seluruh penderita
penyakit jantung koroner di RSUD Variabel Penelitian
Dr Moewardi Surakarta.
Variabel bebas adalah suatu
Jumlah sampel yang variabel yang menjadi penyebab
dibutuhkan dalam penelitian ini munculnya atau berubahnya variabel
ditentukan dengan menggunakan terikat atau yang mempengaruhi
rumus besar sampel minimal stimulus atau input. Variabel bebas
(Lameshow, dkk, 1997), yaitu : pada penelitian ini adalah asupan
serat.

Variabel terikat merupakan


variabel yang dipengaruhi atau
menjadi akibat adanya variabel
bebas, variabel terikat juga sering
disebut dengan respon. Variabel
terikat pada penelitian ini adalah
Keterangan : kadar kolesterol pada penderita
penyakit jantung koroner.
N : Jumlah sampel
Definisi Operasional
P: Proporsi populasi sebesar 0,15
Definisi operasional
Z : nilai sebaran normal baku, merupakan definisi yang membatasi
besarnya tingkat kepercayaan ruang lingkup atau pengertian
sebesar 1,96 variabel-variabel yang diteliti
(Notoatmodjo, 2010).
d : penyimpangan maksimal yang
diinginkan (15%) Tabel 1. Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Skala Ukur

Asupan serat Jumlah asupan serat yang diamati Rasio


selama 4 hari, diukur dengan
metode recall 24 jam serta di hitung
menggunakan software nutrisurvey.
Kadar Data kadar kolesterol yang dilihat Rasio
Kolesterol dari data laboratorium pasien

Teknik Pengambilan Sampling Pengumpulan Data

Pengambilan sampel dalam a. Data Primer


penelitian ini menggunakan Simple Data primer merupakan data
Random Sampling, adapun langkah- yang di kumpulkan secara
langkahnya antara lain sebagai langsung dari responden
berikut : Membuat data dan alamat yaitu asupan serat yang di
pasien Penyakit Jantung Koroner, dapatkan dengan recall
Merecall pasien Penyakit Jantung selama 4 hari berturut turut.
Koroner selama 4 hari. b. Data Sekunder

Data sekunder dalam


penelitian ini didapatkan dari
data pasien yang mengalami
penyakit jantung koroner di Pengolahan Data
RSUD Dr. Moewardi Pengolahan data dilakukan
Surakarta. dengan lima tahapan, yaitu editing
(penyuntingan), entry (pemasukan
Langkah-langkah Penelitian data), tabulating (tabulasi).
1. Instrumen Penelitian Penjelasan dari masing-masing
Instrumen penelitian yang pengolahan data adalah sebagai
digunakan adalah : berikut :
1) Form Recall 24 jam
2) Kuesioner 1. Editing( penyuntingan )
ketersediaan Editing yaitu
responden memeriksa data, kejelasan
3) Software Nutri Survey penulisan data identitas, data
4) Program SPSS for kadar kolesterol responden.
windows 2. Entry ( pemasukan data)
2. Jalannya Penelitian Entry yaitu
Proses pengumpulan memasukkan data-data
materi yang akan digunakan penelitian pada program
untuk proses pembuatan pengolahan data ke dalam
proposal. Apabila proposal komputer.
disetujui dan mendapat ijin dari 3. Tabulating ( tabulasi )
kepala RSUD Dr. Moewardi Tabulasi merupakan
peneliti dapat melakukan pembuatan tabel semua
penelitiannya. Proses jalannya jawaban yang sudah diberi
penelitian adalah sebagai skor. Dimana memasukkan
berikut: skor hasil pengambilan data
a. Tahap Persiapan ke dalam tabulasi sehingga
1) Pembuatan proposal memudahkan pengolahan
penelitian data.
2) Ujian proposal Analisis Data
penelitian
3) Melakukan koordinasi Analisis data dilakukan untuk
dengan meminta ijin mengelompokkan data berdasrkan
pada pimpinan tempat variabel dan jenis responden,
penelitian dengan mentabulasi data berdasarkan
menyerahkan surat izin variabel dari seluruh responden,
dari dinas yang terkait. menyajikan data tiap variabel yang
b. Tahap Pelaksanaan diteliti, melakukan perhitungan untuk
1) Pengumpulan menjawab rumusan masalah, dan
data primer melakukan perhitungan untuk
Data primer menguji hipotesis yang telah
adalah data yang diajukan (Sugiono, 2013). Cara
diperoleh analisis yang digunakan dalam
langsung dari penelitian ini adalah :
responden.
c. Tahap Akhir 1. Analisis univariat
Tahap akhir dari Analisis univariat
penelitian adalah dilakukan pada data tunggal
pengolahan data dan dalam bentuk frekuensi dan
analisis data. prosentase. Analisis univariat
dilakukan untuk mengetahui a.
Karakteristik Jenis
frekuensi dari data-data yang Kelamin
diolah antara lain jenis kelamin, Data karakteristik
umur, berat badan, tinggi badan, subyek berdasarkan
asupan serat dan kadar jenis kelamin di Poli
kolesterol. Jantung Rawat Jalan
2. Analisis Bivariat RSUD Dr. Moewardi
Analisis bivariat yaitu dapat dilihat pada tabel 2
analisis yang dilakukan untuk berikut :
mengetahui hubungan dua Jenis Frekuensi Persentase
variabel meliputi variabel bebas Kelamin (%)
dan variabel terikat. Data yang L 22 91,7%
telah diperoleh dalam penelitian P 2 8,3%
ini diuji kenormalan datanya Jumlah 24 100
dengan menggunakan uji
Shapiro-Wilk yang menunjukkan Berdasarkan Tabel 2
semua data berdistribusi normal menunjukkan jumlah subjek laki-laki
dengan menggunakan uji lebih dominan daripada perempuan.
statistik Pearson’s Product Frekuensi subjek laki-laki sebanyak
Moment. 22 orang (91,7 %) sedangkan
Interprestasi analisis frekuensi perempuan sebanyak 2
hubungan asupan serat dengan orang (8,3 %). Prevalensi pada
kadar kolesterol yaitu : wanita PJK terjadi sekitar 10-15
1) Jika P-value< 0,05 maka tahun lebih lambat daripada pria dan
H0 ditolak, berarti ada resiko meningkat secara drastis
hubungan yang bermakna setelah monopouse. Menurut Huon
antara asupan serat (2002) morbiditas penyakit PJK pada
dengan kadar kolesterol laki-laki dua kali lebih besar
pada pasien penyakit dibandingkan dengan wanita dan
jantung koroner di RSUD kondisi ini terjadi hampir 10 tahun
Dr. Moewardi lebih dini pada laki-laki daripada
2) Jika P-value ≥ 0,05 maka perempuan. Esterogen endogen
H0 diterima, berarti tidak bersifat protektif pada perempuan,
ada hubungan yang namun setelah menopouse
bermakna antara asupan perempuan menjadi sama rentannya
serat dengan kadar dengan laki-laki.
kolesterol pada pasien
Menurut Silvia dan Loraine
penyakit jantung koroner
(2006) penderita PJK berdasarkan
di RSUD Dr. Moewardi
jenis kelamin terbanyak adalah laki-
Karakteristik Jenis Kelamin
laki karena merupakan faktor risiko
1. Karakteristik Subjek yang tak dapat diubah. Namun
Penelitian seiring berjalannya usia, kejadia PJK
Subjek penelitian ini antar pria dan wanita pada usia > 60
adalah pasien PJK yang tahun menjadi setara.
melakukan rawat jalan di Poli
Hal ini sejalan dengan teori
Jantung di RSUD Dr.
laki-laki mempunyai resiko PJK 2-3x
Moewardi Surakarta yang
lebih besar daripada wanita. Selain
memenuhi kriteria inklusi dan
itu gaya hidup laki-laki juga
eksklusi. Jumlah subjek
berpengaruh dalam kejadian PJK
penelitian adalah 24 pasien.
diantaranya adalah merokok, pola Karakteristik Subjek menurut
makan, tingkat stress, dan lain-lain Asupan Serat
yang dalam kemaknaannya tidak
diteliti pada penelitian ini. Asupan serat merupakan
karakteristik sampel yang diteliti.
Karakteristik Umur Asupan serat yang dikonsumsi oleh
sampel. Asupan serat antara sampel
Data karakteristik subyek satu dengan sampel lainnya memiliki
berdasarkan umur di Poli Jantung perbedaan. Karakteristik sampel
Rawat Jalan RSUD Dr. Moewardi menurut asupan serat dapat dilihat
dapat dilihat pada Tabel 3 pada Tabel 4.
Umur Frekuensi Persentase Asupan Frekuensi Persentase
(tahun) (%) Serat (%)
40 – 50 2 8,3% (gram/hari)
51 – 60 13 54,2% 10 – 20 22 91,7%
61 – 70 7 29,2% 21 – 30 2 8,3%
71 – 80 2 8,3% Jumlah 24 100
Jumlah 24 100
Berdasarkan tabel 3
menunjukkan rata-rata pasien PJK Berdasarkan Tabel 4 yang
mayoritas pasien berusia antara 51 merupakan tabel distribusi sampel
– 60 dengan persentase 54,2% menurut asupan serat menyatakan
dengan jumlah pasien 13 orang. bahwa sebagian besar sampel
Pasien berusia antara 61 – 70 tahun memiliki asupan serat yang
dengan persentase 29,2% dengan tergolong cukup baik. Asupan serat
jumlah pasien 7 orang. Pasien yang tergolong baik adalah 25-35
berusia 40 – 50 dan 71 – 80 dengan g/hari. Menurut mayer konsumsi
persentase yang sama yaitu 8,3 makanan berserat bagi orang
dengan jumlah pasien 2 orang. Hal dewasa dianjurkan paling sedikit 10-
tersebut sesuai dengan pendapat 13 gram per 1000 kalori. Konsumsi
Stangl (2002) bahwa usia antara 40- serat makanan yang dianjurkan
60 tahun merupakan usia yang untuk pria dewasa sebanyak 27-35
rentan mengalami PJK. Periode usia gram perhari (rata-rata konsumsi
yang rentan terkena PJK adalah pria energi 2100 kalori perhari).
> 45 tahun dan wanita pada usia American Diet Associaton (ADA)
setelah monopouse yaitu > 45 juga merekomendasikan serat
tahun. Pendapat yang sama makanan bagi orang dewasa
disebutkan oleh Anwar (2004) sebanyak 25-30 gr/hr. Hal tersebut
sebagian besar kasus kematian tidak sesuai dengan hasil penelitian
terjadi pada laki-laki umur 35-44 Puslitbang Gizi Depkes RI tahun
tahun dan mengalami peningkatan 2007 menunjukkan bahwa rata-rata
dengan bertambahnya umur. Kadar konsumsi serat penduduk Indonesia
kolesterol laki-laki dan perempuan perhari hanya 12,5 atau baru
meningkat sampai umur 20 tahun, sepertiga dar kecukupan serat yang
pada laki-laki meningkat sampai dianjurkan 25-35 g perhari.
umur 50 tahun sedangkan pada
perempuan sebelum menopouse Penelitian yang dilakukan
(45-50 tahun) lebih rendah daripada Yuli (2008) membuktikan bahwa diet
laki-laki dengan umur yang sama. pemberian tinggi serat berpengaruh
terhadap kadar kolesterol pasien
PJK dengan jumlah serat yang kolesterol yang normal. Hal itu dapat
diberikan tinggi yang dihitung dalam disebabkan karena para pasien rutin
gram rata-rata asupan seratnya berobat jalan selama > 2 tahun
sebesar 32,3920 gram/2000 kalori sehingga pasien telah mendapatkan
perhari kemudian diberikan asupan edukasi dan materi dari dokter yang
serat tinggi yaitu 25 gram/1000 kalori menangani setiap bulannya.
perhari atau 46,0073 gram/2000
kalori perhari. Hubungan Asupan Serat dengan
Kadar Kolesterol
Karakteristik Subjek menurut
Kadar Kolesterol Analisa bivariat dilakukan
untuk menegetahui hubungan antara
Asupan kolesterol variable bebas dan variable terikat.
merupakan karakteristik subjek yang Analisa bivariat dilakukan dengan
diteliti. Asupan kolesterol antara menggunakan korelasi pearson.
subjek satu dengan subjek lainnya
memiliki perbedaan. Karakteristik Berdasarkan hasil
sampel menurut asupan kolesterol perhitungan analisis hubungan
dapat dilihat pada Tabel 5. asupan dengan kadar kolesterol
pada penderita PJK diperoleh hasil
Kadar Frekuensi Persentase bahwa hubungan kedua variabel
Kolesterol (%) sebesar 0,035 dengan keeratan
(mg/dl) hubungan lemah, sedangkan
100 – 150 13 54,1% signifikansi (p) sebesar 0,872. Nilai
151 – 200 10 41,6% (p) > 0,05 berarti bahwa pengujian
201 – 250 1 4,16% tidak signifikan (H0 ditolak). Dengan
Jumlah 24 100 demikian tidak ada hubungan yang
signifikan antara asupan serat
Berdasarkan Tabel 5 yang
dengan kadar kolesterol pada pasien
merupakan tabel distribusi sampel
PJK rawat jalan di RSUD Dr.
menurut kadar kolesterol
Moewardi. Hal ini tidak sesuai
menyatakan bahwa sebagian besar
dengan teori yang menyatakan
sampel memiliki kadar kolesterol
bahwa asupan serat yang tinggi
yang baik. Kadar kolesterol minimal
dapat menurunkan kadar kolesterol.
dalam penelitian yaitu 100-150 mg/dl
dengann persentase 54,1% dan Serat larut dapat
frekuensi 13 orang. Kadar kolesterol menurunkan kadar kolesterol darah.
antara 151-200 mg/dl dengan Pada saluran pencernaan, serat
persentase 41,6% dan frekuensi 10 larut dapat mengikat empedu dan
orang. Kadar kolesterol maksimal menurunkan jumlah empedu yang
antara 201-250 mg/dl dengan ada dalam tubuh untuk direabsorbsi.
persentase 4,16% dan frekuensi 1 Dengan mereabsorbsi empedu,
orang. Kadar kolesterol total tubuh dapat menggunakan
diklasifikasikan menjadi tiga jenis ( kolesterol dari darah untuk membuat
Bahri, 2004) yang pertama adalah empedu yang baru dimana empedu
klasifikasi tinggi yaitu >240 mg/dl, berfungsi untuk membantu
klasifikasi sedang yaitu 200-235 mencerna lemak disebut juga
mg/dl dan klasifikasi normal yaitu empedu sebagai ”reabsorbsi” dan
<200 mg/dl. ”recycle” lemak. Tidak adanya
hubungan ini dimungkinkan karena
Pasien yang rawat jalan di
sebagian besar subjek telah
poli jantung rata-rata memiliki kadar
melakukan konsultasi dan antara asupan serat dengan
pengobatan rawat jalan dengan kadar kolesterol penderita
rutin. Subjek penelitian rata-rata cek- penyakit PJK di RSUD Dr.
up satu hingga dua bulan sekali dan Moewardi Surakarta
telah berobat rawat jalan > 2 tahun.
Saran
Hasil penelitian ini tidak
sesuai dengan penelitian yang 1. Bagi RSUD Moewardi
dilakukan oleh Maryanto (2013) Surakarta
bahwa mekanisme penurunan
kolesterol oleh serat adalah Hasil penelitian dapat
menghambat absorbsi kolesterol, digunakan untuk memperoleh
sehingga dapat menurunkan data hubungan asupan serat
ketersediaan kolesterol dan transfer dengan kadar kolesterol pasien
ke aliran darah dapat berkurang. PJK rawat jalan di RSUD Dr
Serat dapat menjerat lemak dalam Moewardi Surakarta.
usus yang berarti serta larut 2. Bagi peneliti selanjutnya
mencegah penyerapan lemak oleh
tubuh, sehingga serat membantu Untuk peneliti lebih lanjut
mengurangi kadar kolesterol dalam disarankan mempertimbangkan
darah. faktor risiko lain yang berkaitan
dengan terjadinya penyakit
Serat bersifat menyerap jantung koroner terutama pola
asam empedu, yang kemudian akan makan yang baik.
terbuang dengan feses. Jumlah
asam empedu akan berkurang DAFTAR PUSTAKA
karena diikat oleh serat makanan
sehingga akan terbentuk asam
empedu baru dari kolesterol dalam Bronchu, M., et al. Coronary risk
darah. Dengan demikian konsentrasi profiles in men with
koleterol dalam darah akan coronary disease: effects
menurun. Penurunan kadar of body composition, fat
kolesterol dalam darah mengurangi distribution, age and
terjadinya kemungkinan fitnes. Coronary Artery
penyumbatan pembuluh darah Diseases. 2000. Dalam:
jantung (Harland, 2001). Lipoeto I, Dr., MMedsci,
PHD. 2006. Zat Gizi dan
Kesimpulan Makanan pada Penyakit
Kordiovaskuler. Andalas,
1. Rata-rata asupan serat cukup University Press.
baik yaitu 91,7% pasien
dengan asupan serat antara Huon H. Gray, Keith D. Dawkins,
10-20 g perhari. John M. Morgan, Iain A.
2. Kadar kolesterol penderita Simpson, Lecture notes
penyakit PJK rata-rata cukup cardiology, Edisi 4,
baik yaitu 95,7% pasien Erlangga Medical Series,
dengan kadar normal (<200 Jakarta, 2002, 107-150.
mg/dl)
3. Berdasarkan penelitian yang Iman Soeharto, 2004. Jantung
telah dilakukan tidak ada Koroner dan Serangan
hubungan yang signifikan
Jantung, Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama.

Maulana, M. 2007. Penyakit Jantung


Pengertian, Penanganan,
dan Pengobatan.
Jogjakarta, Penerbit Kota
Hati

Notoatmodjo, S. 2007. Pendidikan


dan Perilaku Kesehatan.
Cetakan Pertama. PT
Rineka Cipta. Jakarta

S.L., Jameson, J. L., eds., Harrison’s


Principles of Internal
Medicine . 16th ed. USA:
McGraw-Hill 1434-1435.

Sylvia A. Price, Lorraine M. Wilson,


2006 Patofisiologi –
konsep klinis proses
proses penyakit, Edisi 4,
Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta, 1994, 528-
556.

Tirtawinata, Tien Ch.2006. Makanan


dalam perspektif Al Quran
dan ilmu gizi Jakarta: Balai
penerbit FKUI.

You might also like