Pencegahan Fraud Pengadaan Barang/Jasa Dan Implikasinya Terhadap Kinerja Keuangan

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 25

PENCEGAHAN FRAUD PENGADAAN BARANG/JASA DAN

IMPLIKASINYA TERHADAP KINERJA KEUANGAN


(Studi pada Rumah Sakit Umum Daerah di Kabupaten Banyumas)

Oleh:
Havid Sularso , Dwiwiyati Astogini1, Putri Saraswati Dewi2
1

email: [email protected]
1
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsoed
2
Alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsoed

ABSTRACT

This study analyzes the factors that influence fraud prevention procurement of
goods/services as well as its implications on financial performance. There are several facts
relating to fraud procurement of goods/services in Indonesia, especially fraud in the health
sector in Banyumas Regency. Object of this research is the fraud prevention of
procurement of goods/services, financial performance, internal control, suitability of
compensation, and organizational commitment. The data analysis technique used is
multiple regression to examine the first and second models, and simple regression to
examine the third models. This study found evidence that supports and that in contrast to
some previous studies, related to the factors that influence fraud prevention goods/services
procurement and financial performance. The findings in this study are: 1) internal control
effect on fraud prevention procurement of goods/services, 2) the suitability of the
compensation effect on fraud prevention procurement of goods/services, 3) the
organization's commitment does not affect to the prevention of fraud procurement of
goods/services, 4) internal control has no effect on the financial performance, 5) the
suitability of compensation does not affect the financial performance, 6) organizational
commitment influence on financial performance, 7) fraud prevention procurement of
goods/services affect the financial performance.

Keywords: internal control, suitability of compensation, organizational commitment,


procurement fraud prevention, financial performance

PENDAHULUAN

Membahas akuntansi sektor publik khususnya akuntansi pemerintahan di Indonesia


akan sangat terkait dengan pengendalian internal. Organisasi pemerintah di Indonesia
relatif baru mengenal akuntansi, sehingga pengendalian internal yang ada masih cenderung
kurang memadai. Kesalahan dan praktek-praktek kecurangan (fraud) pada organisasi
pemerintah di Indonesia masih banyak ditemukan. Jenis fraud yang terjadi pada organisasi
pemerintahan di Indonesia umumnya berbentuk korupsi, bentuk fraud lain seperti
penyalahgunaan aset dan fraud laporan keuangan cenderung lebih sedikit terjadi. Korupsi
di Indonesia terjadi hampir diseluruh tingkatan pemerintahan dan hampir diseluruh bidang,
seperti penyalahgunaan anggaran, perijinan, penyuapan, pungutan liar dan kecurangan
dalam pengadaan barang/jasa (procurement).
Korupsi yang merupakan extraordinary crime dan crime against humanity terbukti
telah membawa banyak dampak buruk dalam kehidupan bernegara (Indrayana, 2011).
Korupsi umumnya juga dianggap sebagai salah satu kendala yang paling signifikan untuk
pembangunan ekonomi (Mauro, 1995). Indrayana (2011) merumuskan korupsi adalah:
Corruption (C) = Authority (A) + Monopoly (M) – Transparency (T), yang berarti bahwa
korupsi lahir dari kewenangan yang terpusat, dimonopoli, tanpa kontrol dan kurangnya
transparansi.Lebih dari 20 tahun yang lalu begawan ekonomi Indonesia Soemitro
Djojohadikusumo sudah mensinyalir bahwa 30-50 persen kebocoran anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara akibat praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme yang berkaitan dengan
kegiatan pengadaan barang dan jasa pemerintah. Ironisnya hal tersebut terjadi pada
Kementerian/Lembaga yang memperoleh opini tertinggi yaitu Wajar Tanpa Pengecualian
(BPKP, 2013).
Menurut data Transparency International tahun 2014, skor Corruption Perceptions
Index (CPI) Indonesia hanya sebesar 34, dimana Indonesia menempati urutan ke 104 dari
177 negara. Skor dan urutan tersebut sama dengan Mesir. Skor CPI Indonesia sangat jauh
di bawah beberapa negara tetangga seperti Singapura yang memiliki skor CPI 86 dan
menempati urutan ke-5, Malaysia yang dengan skor CPI 50 dan menempati urutan ke-53,
Brunei Darussalam dengan skor CPI 60 menempati urutan ke 38.
Laporan Tahunan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tahun 2014, menyatakan
bahwa sejak tahun 2004 sampai dengan tahun 2014 terdapat 402 kasus korupsi yang
ditangani KPK. Jumlah kasus korupsi tersebut 126 (31,3%) kasus adalah yang terkait
dengan masalah pengadaan barang/jasa pemerintah. Berdasarkan kasus tindak pidana
korupsi (TPK) tersebut, terdapat 1.794 tersangka dan 768 (42,8%) diantaranya merupakan
tersangka kasus TPK pengadaan barang/jasa.Indonesian Corruption Watch (ICW) juga
menemukan sepanjang semester satu tahun 2013, terdapat 560 kasus korupsi (42% kasus
korupsi pengadaan barang/jasa), dengan 1.191 orang tersangka.(www.tribunnews.com,
diakses pada 27 Maret 2014)
Perkembangan jumlah kasus korupsi per jenis perkara sebagaimana tersaji dalam
Grafik 1.

2
60
Pengadaan
Barang/Jasa
50
Perijinan

40
Penyuapan

30 Pungutan

18 Penyalahgunaan
20 16 16
14 Anggaran
12 13
10 9
8 8 TPPU
10
2
Merintangi
0 Proses KPK
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Sumber: Data diolah dari Laporan KPK 2014

Grafik 1. Perkembangan Penanganan Korupsi oleh KPK Berdasarkan Jenis Perkara Tahun

2004-2014

Sejak tahun 2004 – 2009 kasus korupsi dalam bidang pengadaan/barang jasa
pemerintah selalu lebih tinggi jika dibandingkan dengan kasus korupsi lainnya seperti
penyalahgunaan anggaran, pungutan liar, penyuapan maupun perijinan. Kemudian sejak
tahun 2010 menjadi lebih kecil dibandingkan dengan kasus penyuapan. Namun demikian,
kasus korupsi dalam bidang pengadaan barang/jasa pemerintah tetap menarik perhatian
untuk dicermati, karena anggaran pemerintah yang diproses melalui pengadaan barang dan
jasa tidak kurang dari Rp 350 triliun setiap tahunnya. Sebagai contoh, tercatat kurang lebih
Rp 350,27 triliun dana yang dialokasikan pada APBN TA 2012 untuk keperluan belanja
barang, belanja modal, bantuan sosial pada program PNPM Mandiri, serta hibah
pemerintah yang mencapai kira-kira 36,30% dari keseluruhan belanja pemerintah pusat.
Jumlah dana transfer ke daerah tercatat sebesar Rp 38,07 triliun yang dialokasikan dalam
DAK dan Dana Otsus yang dialokasikan untuk membiayai sebagian besar kegiatan
infrastruktur di daerah yang pelaksanaan dilaksanakan oleh pemerintah daerah
provinsi/kabupaten/kota (Hadisaputra, 2012).
Khusus di Kabupaten Banyumas, praktek korupsi dalam pengadaanbarang/jasa di
sektor kesehatan telah terjadi lebih dari 10 tahun yang lalu. Tercatat pada tahun 2002 dan
2003, terungkap kasus korupsi pengadaan obat-obatan dan alat kesehatan yang berasal dari
dana APBD senilai Rp. 3,98 miliar, dengan kerugian Rp. 521 juta. (www.antikorupsi.org,
diakses pada 27 Maret 2014). Kemudian pada tahun 2007, terungkap kasus korupsi
pengadaan alat CT Scan pada sebuah rumah sakit pemerintah di Purwokerto, Banyumas.
(Kompas, 2007)
Tingginya intensitas frauddalam bidang pengadaan barang/jasa dengan berbagai
macam modusnya, seharusnya menyadarkan semua pihak untuk membangun komitmen
terhadap pencegahan fraud secara konsisten, dalam rangka pencapaian good and clean
governance. Tanpa adanya kesadaran dan komitmen dalam mencegah fraud, dapat

3
berdampak padakurang baiknya kinerja keuangan pemerintah, dalam hal ini adalah rumah
sakit pemerintah.Salah satu cara untuk mencegah fraudadalah dengan menerapkan
pengendalian internal yang memadai. Cuomo (2007) menyatakan bahwa dengan
diterapkannya pengendalian internal pada organisasi profit ataupun nonprofit dapat
melindungi aset perusahaan dari fraud dan membantu manajemen dalam melaksanakan
segala aktivitasnya. Hermiyetti (2010) menemukan bahwa terdapat dampak dari
pengendalian internal dalam pencegahan penyimpangan dalam proses pelelangan. Hal ini
berarti bahwa risiko penyimpangan dalam proses pelelangan dapat ditekan dengan adanya
sistem pengendalian internal yang baik.
Selain pengendalian internalterdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi
pencegahan fraud. Thoyibatun (2009) menemukan bahwa sistem kompensasi mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap kecurangan akuntansi. Hal ini mengindikasikan bahwa
adanya kesesuaian kompensasi karyawan akan dapat mencegah fraud, karena dengan
adanya kesesuaian kompensasi, karyawan akan bekerja lebih baik dan menciptakan
kesadaran untuk mencapai kinerja optimal.
Komitmen organisasi juga dapat berpengaruh terhadap pencegahan fraud. Hasil
penelitian yang dilakukan Najahningrum (2013) menunjukkan adanya pengaruh negatif
antara komitmen organisasi dengan fraud di sektor pemerintahan. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa semakin tinggi komitmen seseorang terhadap organisasi
tempatnya bekerja maka semakin rendah kemungkinan untuk melakukan fraud.
Salah satu indikator kinerja keuangan pemerintah daerah yang baik adalah
dicapainya opini wajar tanpa pengecualian atas audit pengelolaan keuangan daerah. Opini
tersebut dapat dicapai salah satunya jika proses pengadaan barang/jasa dilakukan dengan
baik, sesuai dengan peraturan perundang-undangan serta memadainya sistem pengendalian
internal. Dengan demikian maka tingginya fraud dalam pengadaan barang/jasa akan
berdampak pada kinerja keuangan.
Berdasarkan fenomena dan hasil-hasil penelitian empiris tersebut diatas, penelitian
ini akan menggali faktor-faktor yang mempengaruhi pencegahan fraud pengadaan
barang/jasa pada rumah sakit umum daerah. Beberapa pertanyaan yang akan dijawab
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah pengendalian internal berpengaruh terhadap pencegahan fraud pengadaan
barang/jasa pada rumah sakit umum daerah?
2. Apakah kesesuaian kompensasi berpengaruh terhadap pencegahan fraud pengadaan
barang/jasa pada rumah sakit umum daerah?
3. Apakah komitmen organisasi berpengaruh terhadap pencegahan fraud pengadaan
barang/jasa pada rumah sakit umum daerah?
4. Apakah pengendalian internal berpengaruh terhadap kinerja keuangan rumah sakit
umum daerah?
5. Apakah kesesuaian kompensasi berpengaruh terhadap kinerja keuangan rumah sakit
umum daerah?
6. Apakah komitmen organisasi berpengaruh terhadap kinerja keuangan rumah sakit
umum daerah?
7. Apakah pencegahan fraud pengadaan barang/jasa berpengaruh terhadap kinerja
keuangan rumah sakit umum daerah?

4
Kerangka Teoritis Dan Pengembangan Hipotesis
Meskipun Pemerintah melalui Perpres Nomor54 Tahun 2010 dan perubahannya
yakni Perpres Nomor 70 Tahun 2012,mengamanatkan bahwa prosespengadaan barang/jasa
pemerintah harus dapat berjalan denganefektif, efisien, adil, terbuka, bersaing, transparan
dan akuntabel. Namun demikian pengadaan barang/jasa masih merupakan salah satu
sumber korupsi terbesar dalam sektor keuangan publik di Indonesia. Salah satu hal yang
menjadikan masih tingginya fraud dalam pengadaan barang/jasa adalah lemahnya
pengendalian internal. Cuomo (2007) menyatakan bahwa dengan diterapkannya
pengendalian internal pada organisasi akan dapat melindungi aset perusahaan dari fraud.
Hermiyetti (2010) menemukan bahwa terdapat dampak dari pengendalian internal dalam
pencegahan penyimpangan dalam proses pelelangan. Hal ini berarti bahwa risiko
penyimpangan dalam proses pengadaan barang/jasa dapat ditekan dengan adanya sistem
pengendalian internal yang baik. Wilopo (2006) menjelaskan bahwa perilaku tidak etis dan
kecenderungan akuntansi dapat diturunkan dengan meningkatkan keefektifan pengendalian
intern, ketaatan aturan akuntansi, moralitas manajemen serta menghilangkan asimetri
informasi.
Faktor lain yang mempengaruhi terjadinya fraud adalah kompensasi atau insentif
bagi pegawai. Thoyibatun (2009) menemukan bahwa sistem kompensasi mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap kecurangan akuntansi. Hal ini mengindikasikan bahwa
adanya kesesuaian kompensasi pegawai akan dapat mencegah fraud, karena dengan
adanya kesesuaian kompensasi, pegawai akan bekerja lebih baik dan menciptakan
kesadaran untuk mencapai kinerja optimal. Sartono (2006) menemukan bukti bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan dalam penilaian terhadap penghasilan panitia
pengadaan barang/jasa, sistem dan prosedur pengadaan barang/jasa, etika pengadaan
barang/jasa, dan lingkungan pengadaan barang/jasa. Namun, Sulistiyowati (2007)
menemukan bahwa secara parsial kepuasan gaji tidak berpengaruh terhadap persepsi
aparatur pemerintah daerah tentang tindak korupsi. Akan tetapi secara simultan, terbukti
bahwa kepuasan gaji dan kultur organisasi berpengaruh terhadap persepsi aparatur
pemerintah daerah tentang tindak korupsi.
Komitmen organisasi juga memiliki pengaruh terhadap pencegahan fraud.
Najahningrum (2013) menyatakan adanya pengaruh negatif antara komitmen organisasi
dengan fraud di sektor pemerintahan. Sulistiyowati (2007) menemukan bahwa secara
parsial kultur organisasi berpengaruh terhadap persepsi aparatur pemerintah daerah tentang
tindak korupsi. Hal tersebut mengindikasikan bahwa semakin tinggi komitmen seseorang
terhadap organisasi tempatnya bekerja maka semakin rendah kemungkinan untuk
melakukan fraud.
Salah satu indikator kinerja keuangan pemerintah daerah yang baik adalah
dicapainya opini wajar tanpa pengecualian atas audit pengelolaan keuangan daerah. Opini
tersebut dapat dicapai salah satunya jika proses pengadaan barang/jasa dilakukan dengan
baik, sesuai dengan peraturan perundang-undangan serta memadainya sistem pengendalian
internal. Dengan demikian maka tingginya fraud dalam pengadaan barang/jasa akan
berdampak pada kinerja keuangan.

5
Berdasarkan bukti empiris tersebut di atas, penelitian ini mengembangkan 3 (tiga)
model penelitian sebagai berikut:
Model Pertama

Pengendalian
Internal (X1)

Pencegahan
Kesesuaian Fraud
Kompensasi (X2) Pengadaan
Barang/Jasa
(Y)

Komitmen
Organisasi (X3)

Model Kedua

Pengendalian
Internal (X1)

Kesesuaian Kinerja
Kompensasi (X2) Keuangan (Z)

Komitmen
Organisasi (X3)

Model Ketiga
Pencegahan
Kinerja
Fraud Pengadaan
Keuangan (Z)
Barang/Jasa (Y)

Berdasarkan fenomena dan hasil-hasil penelitian sebelumna, penelitian ini


mengajukan hipotesis sebagai berikut:
H1a : Pengendalian internal berpengaruh positif signifikan terhadap pencegahan fraud
pengadaan barang/jasa.
H1b : Kesesuaian kompensasi berpengaruh positif signifikan terhadap pencegahan fraud
pengadaan barang/jasa.
H1c : Komitmen organisasi berpengaruh positif signifikan terhadap pencegahan fraud
pengadaan barang/jasa.
H2a : Pengendalian internal berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja keuangan.

6
H2b : Kesesuaian kompensasi berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja keuangan.
H2c : Komitmen organisasi berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja keuangan.
H3 : Pencegahan fraud pengadaan barang/jasa berpengaruh positif signifikan terhadap
kinerja keuangan.

Metodologi Penelitian
Desain Penelitian danTeknik Sampling
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode explanatory. Objek
penelitian ini adalah implementasi pencegahan fraud pengadaan barang/jasa yang
dihubungkan dengan pengaruh pengendalian internal, kesesuaian kompensasi, dan
komitmen organisasi, serta implikasinya pada kinerja keuangan. Populasi dalam penelitian
ini adalah pegawai yang terlibat dalam pengadaan barang/jasa pada 2 (dua) RSUD di
Kabupaten Banyumas, yakni RSUD Banyumas dan RSUD Ajibarang. Sedangkan sampel
dalam penelitian ini diambil menggunakan teknik sensus dimana semua anggota populasi
dijadikan sampel.

Operasionalisasi dan Pengukuran Variabel


1) Pengendalian Internal (X1)
Pengendalian internal merupakan kebijakan dan prosedur yang melindungi aset
perusahaan, menciptakan keandalan pelaporan keuangan, memastikan kepatuhan terhadap
hukum dan peraturan yang berlaku, serta mencapai efektivitas dan efisiensi operasi
(Cuomo, 2007). Variabel pengendalian internal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
pengendalian internal pada pengadaan barang/jasa.Instrumen yang digunakan untuk
variabel pengendalian internal dikembangkan oleh Nugroho (2012) yang terdiri dari 30
item pertanyaan dengan indikator: (1) lingkungan pengendalian, (2) penilaian risiko, (3)
kegiatan pengendalian, (4) informasi dan komunikasi, dan (5) pemantauan. Variabel ini
diukur dengan skala Guttman, untuk jawaban “Ya” diberi skor 1 dan untuk jawaban
“Tidak” diberi skor 0.
2) Kesesuaian Kompensasi (X2)
Kesesuaian kompensasi didefinisikan sebagai persepsi pegawai berkaitan dengan
kesesuaian atau tingkat kepuasan individu mengenai kompensasi yang mereka terima atas
kinerja dan kontribusi mereka dalam organisasi tempat mereka bekerja.Instrumen yang
digunakan untuk variabel kesesuaian kompensasi yang dikembangkan dari Rivai (2005)
yang terdiri dari 8 item pernyataan dengan indikator: (1) gaji, (2) upah, (3) insentif, dan (4)
kompensasi tidak langsung. Variabel ini diukur dengan skala Likert, dengan kriteria:
a) Jawaban “Sangat Setuju” diberi skor 5.
b) Jawaban “Setuju” diberi skor 4.
c) Jawaban “Netral” diberi skor 3.
d) Jawaban “Tidak Setuju” diberi skor 2.
e) Jawaban “Sangat Tidak Setuju” diberi skor 1.

3) Komitmen Organisasi (X3)


Komitmen organisasi menunjukkan penerimaan seseorang terhadap nilai-nilai, aturan-
aturan, dan tujuan organisasi serta sikap yang diambil berkaitan dengan pencapaian tujuan
tersebut.Instrumen untuk variabel komitmen organisasi yang digunakan dalam penelitian
ini dikembangkan oleh Prasetyono & Kompyurini (2007) yang terdiri dari 12 item
pernyataan dengan indikator: (1) komitmen afektif, (2) komitmen kelanjutan, dan (3)
komitmen normatif. Variabel ini diukur dengan skala Likert, dengan kriteria:
a) Jawaban “Sangat Setuju” diberi skor 5.

7
b) Jawaban “Setuju” diberi skor 4.
c) Jawaban “Netral” diberi skor 3.
d) Jawaban “Tidak Setuju” diberi skor 2.
e) Jawaban “Sangat Tidak Setuju” diberi skor 1.

4) Pencegahan Fraud Pengadaan Barang/Jasa (Y)


Pencegahan fraud pengadaan barang/jasa berarti serangkaian proses untuk memberikan
kepastian bahwa pelaksanaan kegiatan untuk memperoleh barang/jasa dilakukan
sebagaimana peraturan yang ada dan tidak ada maksud untuk melanggar prosedur yang
berlaku. Instrumen untuk variabel pencegahan fraud pengadaan barang/jasa yang
digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen yang dikembangkan oleh peneliti
berdasarkan Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, yang
terdiri dari 22 item pernyataan dengan indikator: (1) organisasi pengadaan, (2) pengkajian
ulang Rencana Umum Pengadaan (RUP) dan Kerangka Acuan Kerja (KAK), (3) pemilihan
sistem pengadaan barang/jasa, (4) dokumen pengadaan, (5) penerimaan hasil pekerjaan.
Variabel ini diukur dengan skala Guttman, untuk jawaban “Ya” diberi skor 1 dan untuk
jawaban “Tidak” diberi skor 0.
5) Kinerja Keuangan (Z)
Kinerja keuangan dapat diartikan sebagai tingkat prestasi atau keberhasilan keuangan yang
dicapai pada suatu periode tertentu. Variabel kinerja keuangan dinilai dengan analisis rasio
berkenaan dengan pengadaan barang/jasa. Rasio keuangan yang relatif sesuai untuk
dijadikan indikator dalam penelitian ini adalah rasio aktivitas (activity ratio), yaitu total
asset turnover (TATO), dengan rumus:

Teknik Analisis Data


1) Uji kualitas data yang meliputi uji validitas dan uji reliabilitas. Untuk menguji validitas
instrumen dalam penelitian ini, digunakan Pearson Product Moment Correlation.
Sedangkan reliabilitas diuji berdasarkan nilai Cronbach Alpha, yang pada umumnya
sebuah variabel dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha> 0,6.
2) Uji asumsi klasik berupa uji normalitas(Kolmogorov Smirnov), uji multikolonearitas
(dengan melihat nilai tolerance dan Variance Inflation Factor), uji heterokedastisitas
(uji Glejser), uji autokorelasi dan uji linearitas (uji Durbin Watson)
3) Analisis Regresi Berganda
(1)
(2)
(3)

Dimana,
Y: pencegahan fraud pengadaan barang/jasa
Z: kinerja keuangan
Α: konstanta
β1: koefisien regresi pengendalian internal
β2: koefisien regresi kesesuaian kompensasi
β3: koefisien regresi komitmen organisasi

8
X1: pengendalian internal
X2: kesesuaian kompensasi
X3: komitmen organisasi
ε : variabel pengganggu

4) Uji Goodness of Fit yang diukur dari nilai statistik fungsi F


5) Uji Koefisien Determinasi R2
6) Uji hipotesis menggunakan uji t (one-tailed test).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Responden

Tabel 1. Gambaran Umum Responden


Jumlah
No. Keterangan Persentase
(orang)
Panel A. Responden berdasarkan jenis kelamin
1 Laki-laki 22 70,97%
2 Perempuan 9 29,03%
Jumlah 31 100,00%
Panel B. Responden berdasarkan usia
1 < 30 th 2 6,45%
2 30 s/d 40 th 14 45,16%
3 41 s/d 50 th 12 38,71%
4 > 50 th 3 9,68%
Jumlah 31 100,00%
Panel C. Responden berdasarkan tingkat pendidikan
1 Diploma 10 32,26%
2 S1 16 51,61%
3 S2 4 12,90%
4 S3 1 3,23%
Jumlah 31 100,00%
Panel D. Responden berdasarkan lama bekerja
1 ≤ 10 th 11 35,48%
2 10 s/d 20 th 8 25,81%
3 > 20 th 12 38,71%
Jumlah 31 100,00%
Panel E. Responden berdasarkan jabatan
1 Pimpinan 15 48,39%
2 Staf 16 51,61%
Jumlah 31 100,00%

Panel F. Responden berdasarkan jabatan dalam pengadaan


1 PPK 3 9,68%
2 ULP 6 19,35%
3 PP 8 25,81%
4 Pokja 4 12,90%
5 PPTK 5 16,13%
6 PPHP 5 16,13%
Jumlah 31 100,00%

9
Tanggapan terhadap Variabel Penelitian

Tabel 2. Tanggapan Responden Terhadap Variabel X dan Y


Total
Kriteria Presentase
Jawaban
Panel A. Variabel Pengendalian Internal (X1)
Sangat Baik 24 77,42%
Baik 1 3,23%
Cukup Baik 3 9,68%
Tidak Baik 3 9,68%
Sangat Tidak Baik 0 0%
Jumlah 31 100,00%
Panel B. Variabel Kesesuaian Kompensasi (X2)
Sangat Sesuai 1 3,23%
Sesuai 19 61,29%
Cukup Sesuai 9 29,03%
Tidak Sesuai 2 6,45%
Sangat Tidak Sesuai 0 0%
Jumlah 31 100,00%
Panel C. Variabel Komitmen Organisasi (X3)
Sangat Tinggi 2 6,45%
Tinggi 19 61,29%
Cukup Tinggi 9 29,03%
Rendah 1 3,23%
Sangat Rendah 0 0%
Jumlah 31 100,00%
Panel D. Variabel Pencegahan Fraud Pengadaan Barang/Jasa (Y)
Sangat Baik 26 83,87%
Baik 2 6,45%
Cukup Baik 2 6,45%
Tidak Baik 1 3,23%
Sangat Tidak Baik 0 0%
Jumlah 31 100,00%

Tabel 3. Tanggapan terhadap Variabel Z


TATO
No. Nama Instansi Kriteria
Naik Turun
1. RSUD Ajibarang 2 2 Cukup Baik
2. RSUD Banyumas 4 0 Sangat Baik

10
Hasil Analisis

Tabel 4. Hasil Uji Asumsi Klasik


Jenis Uji Hasil Simpulan
Panel A. Uji Validitas
Pearson Product Moment nilai rhitung setiap semua item valid sebagai
Correlation item instrument penelitian
pertanyaan/pern
yataan pada
semua variabel >
nilai rtabel
Panel B. Uji Reliabilitas
Cronbach Alpha:
Pengendalian Internal (X1) 0,919 Nilai Cronbach Alpha> 0,6
Kesesuaian Kompensasi (X2) 0,884 sehingga seluruh item reliabel
Komitmen Organisasi (X3) 0,876 sebagai instrumen penelitian
Pencegahan Fraud Pengadaan 0,905
Barang/Jasa (Y)
Panel C. Uji Normalitas
Kolmogorov-Smirnovasymp.sig (2- nilai asym.sig setiap model >
tailed): nilai α (0,05), maka data
Model 1 0,145 berdistribusi normal
Model 2 0,461
Model 3 0,055
Panel D. Uji Multikolinearitas
Model 1& 2: tidak terjadi multikolinearitas
VIF X1; X2; X3 0,800; 0,802; dalam persamaan model regresi
0,997
Tolerance X1; X2; X3 1,2050; 1,247;
1,003
Panel E. Uji Heteroskedastisitas
Model 1:
Pengendalian Internal (X1) 0,206 model regresi tidak terjadi gejala
Kesesuaian Kompensasi (X2) 0,349 heteroskedastisitas
Komitmen Organisasi (X3) 0,454
Model 2:
Pengendalian Internal (X1) 0,909
Kesesuaian Kompensasi (X2) 0,065
Komitmen Organisasi (X3) 0,062
Model 3:
Pencegahan Fraud Pengadaan 0,169
Barang/Jasa (Y)
Panel F. Uji Autokorelasi
Durbin-Watson:
Model 1 2,003 model persamaan regresi tidak
Model 2 2,284 ada masalah autokorelasi
Model 3 2,240
nilai dL = 1,023
dan dU = 1,425
Panel G. Uji Linearitas
Durbin-Watson:
Model 1 2,003 spesifikasi ketiga model regresi
Model 2 2,284 sudah benar menggunakan
Model 3 2,240 model regresi linear
nilai dL = 1,023
dan dU = 1,425

11
Hasil analisis pengaruh pengendalian internal (X1), kesesuaian kompensasi (X2), dan
komitmen organisasi (X3) terhadap pencegahan fraud pengadaan barang/jasa (Y), yang
dilakukan dengan teknik analisis regresi linier berganda, menghasilkan persamaan sbb:
(1)

Hasil analisis pengaruh pengendalian internal (X1), kesesuaian kompensasi (X2), dan
komitmen organisasi (X3) terhadap kinerja keuangan (Z), yang dilakukan dengan teknik
analisis regresi linier berganda, menghasilkan persamaan sbb:
(2)

Hasil Analisis pengaruh pencegahan fraud pengadaan barang/jasa (Y) terhadap kinerja
keuangan (Z) dilakukan dengan teknik analisis regresi linier sederhana, menghasilkan
persamaan sbb:
(3)

Selanjutnya hasil uji Goodness of Fit, diketahui sbb:

Tabel 5. Hasil Uji Goodness of Fit


Keterangan Fhitung Ftabel Simpulan
Model 1 7,66 2,96 fit (cocok)
Model 2 4,70 2,96 fit (cocok)
Model 3 5,46 4,18 fit (cocok)

Hasil perhitungan Koefisien Determinasi R2 dapat dilihat bahwa untuk model pertama nilai
Adjusted R Square adalah sebesar 0,400 yang berarti bahwa pengendalian internal,
kesesuaian kompensasi, dan komitmen organisasi mempengaruhi pencegahan fraud
pengadaan barang/jasa sebesar 40% dan 60% dapat ditentukan oleh variabel lainnya yang
tidak digunakan dalam penelitian ini. Untuk model kedua nilai Adjusted R Square adalah
sebesar 0,270 yang berarti bahwa pengendalian internal, kesesuaian kompensasi, dan
komitmen organisasi mempengaruhi kinerja keuangan sebesar 27% dan 73% dapat
ditentukan oleh variabel lainnya yang tidak digunakan dalam penelitian ini. untuk model
ketiga nilai Adjusted R Square adalah sebesar 0,13 yang berarti bahwa pencegahan fraud
pengadaan barang/jasa mempengaruhi kinerja keuangan sebesar 13% dan 87% dapat
ditentukan oleh variabel lainnya yang tidak digunakan dalam penelitian ini.

Pengujian Hipotesis
Berdasarkan pengujian secara parsial terhadap H1a, H1b, H1c, H2a, H2b, H2cdengan
menggunakan uji t, dengan tingkat kesalahan α = 0,05 dan degree of freedom (n – k),
diketahui nilai t tabel sebesar 1,703, dijelaskan sebagai berikut:
a) Nilai thitung variabel pengendalian internal (X1) sebesar 2,312 (t hitung> t tabel) dan sig. t >
α (0,029 > 0,05). Dengan demikian hipotesis pertama (H1a) yang menyatakan
pengendalian internal berpengaruh positif signifikan terhadap pencegahan fraud
pengadaan barang/jasa, didukung oleh penelitian ini.
b) Nilai thitung variabel kesesuaian kompensasi (X2) sebesar 2,520 (t hitung> t tabel) dan nilai
sigifikansi 0,018. Dengan demikian hipotesis kedua (H1b) yang menyatakan kesesuaian
kompensasi berpengaruh positif signifikan terhadap pencegahan fraud pengadaan
barang/jasa, didukung oleh penelitian ini.

12
c) Nilai thitung variabel komitmen organisasi (X3) sebesar 1,549 (t hitung< t tabel) dan nilai
signifikansi 0,133. Dengan demikian hipotesis ketiga (H1c) yang menyatakan komitmen
organisasi berpengaruh positif signifikan terhadap pencegahan fraud pengadaan
barang/jasa, tidak didukung oleh penelitian ini.
d) Nilai thitung variabel pengendalian internal (X1) sebesar 0,833 (t hitung< t tabel) dan nilai
signifikansi 0,412. Dengan demikian hipotesis keempat (H2a) yang menyatakan
pengendalian internal berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja keuangan, tidak
didukung oleh penelitian ini.
e) Nilai thitung variabel kesesuaian kompensasi (X2) sebesar -0,503 (t hitung< t tabel) dan nilai
signifikansi 0,619 < 0,05. Dengan demikian hipotesis kelima (H2b) yang menyatakan
kesesuaian kompensasi berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja keuangan, tidak
didukung oleh penelitian ini.
f) Nilai thitung variabel komitmen organisasi (X3) sebesar 3,700 (t hitung> t tabel) dan nilai
signifikansi 0,001. Dengan demikian hipotesis keenam (H2c) yang menyatakan
komitmen organisasi berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja keuangan,
didukung oleh penelitian ini.
Berdasarkan pengujian secara parsial terhadap H3 dengan menggunakan uji t dengan
tingkat kesalahan α = 0,05 dan degree of freedom (n – k), diketahui nilai t tabel sebesar
1,699. Hasil uji t menunjukkan bahwa nilai thitung variabel komitmen organisasi (X3)
sebesar 2,338 (t hitung> t tabel) dan nilai signifikansi 0,026. Dengan demikian hipotesis
ketujuh (H3) yang menyatakan pencegahan fraud pengadaan barang/jasa berpengaruh
positif signifikan terhadap kinerja keuangan, didukung oleh penelitian ini.
Berdasarkan hasil pengujian Adjusted R Squaremodel pertama diketahui bahwa nilai
koefisien determinasi (adjusted R2) sebesar 0,400, yang berarti bahwa 40% perubahan naik
atau turunnya pencegahan fraud pengadaan barang/jasa dapat dijelaskan oleh faktor-faktor
pengendalian internal, kesesuaian kompensasi, dan komitmen organisasi. Untuk model
kedua diketahui bahwa nilai koefisien determinasi (adjusted R2) sebesar 0,270, yang berarti
bahwa 27% perubahan naik atau turunnya kinerja keuangan dapat dijelaskan oleh faktor-
faktor pengendalian internal, kesesuaian kompensasi, dan komitmen organisasi. Model
ketiga diketahui bahwa nilai koefisien determinasi (adjusted R2) sebesar 0,13, yang berarti
bahwa 13% perubahan naik atau turunnya kinerja keuangan dapat dijelaskan oleh
pencegahan fraud pengadaan barang/jasa.

Pembahasan
Hasil penelitian ini menunjukkan semakin baik pengendalian internal maka akan
semakin baik tingkat pencegahan fraud pengadaan barang/jasanya. Hasil penelitian ini
mendukung penelitian Hermiyetti (2010) yang menyatakan bahwa pengendalian internal
berpengaruh terhadap pencegahan fraud pengadaan barang yang dapat diartikan bahwa
risiko fraud dalam pengadaan barang dapat ditekan dengan adanya sistem pengendalian
internal yang baik.Hasil ini juga tidak berbeda dengan hasil penelitian Singleton (2002)
bahwa kebijakan bisnis dan hukum yang berlaku pada perusahaan membutuhkan
manajemen yang menekankan pada keefektifan pengendalian internal untuk melindungi
aset perusahaan sehingga dapat mencegah terjadinya fraud.Pengendalian internal
mempunyai peranan yang sangat penting untuk mencegah fraud pengadaan barang/jasa
pada RSUD. Pada hakikatnya, pengendalian internal merupakan suatu proses yang
dijalankan oleh manajemen rumah sakit yang ditujukan untuk memberikan keyakinan yang
memadai tentang pencapaian efektivitas dan efisiensi operasi, keandalan laporan keuangan,
dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Oleh karena itu, manajemen
dan pegawai rumah sakit harus melaksanakan prosedur-prosedur kegiatan maupun aturan-

13
aturan yang telah ditentukan sebelumnya agar pencegahan terhadap tindakan-tindakan
fraud dapat ditingkatkan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan adanya kesesuaian kompensasi
maka akan semakin baik pencegahan fraud pengadaan barang/jasanya.Hasil penelitian ini
mendukung penelitian Wulandari (2013) yang menemukan bahwa kesesuaian kompensasi
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pencegahan fraud pengadaan
barang/jasa.Kompensasi harus dikelola dengan baik dengan didasari asas adil dan layak
karena tanpa pengelolaan kompensasi yang baik akan menimbulkan ketidakpuasan
karyawan akan mengurangi kinerja, meningkatkan keluhan-keluhan, penyebab mogok
kerja, dan dapat mengarah pada tindakan-tindakan penyimpangan atau kecurangan (fraud).
Namun hasil penelitian menunjukkan bahwa komitmen pegawai terhadap instansi
tempat mereka bekerja tidak dapat mencegah fraud pengadaan barang/jasa. Hasil ini
sejalan dengan Pristiyanti (2012) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh negatif antara
komitmen organisasi terhadap fraud di sektor pemerintahan.Hasil penelitian ini
mengindikasikan bahwa komitmen pegawai terhadap instansi tempat mereka bekerja tidak
menjadikan mereka untuk tidak melakukan fraud. Hal ini bertentangan dengan teori yang
ada, yang menyebukan bahwa komitmen organisasi merupakan sikap yang merefleksikan
loyalitas karyawan pada organisasi dan proses berkelanjutan dimana anggota organisasi
mengekspresikan perhatiannya terhadap organisasi dan keberhasilan serta kemajuan
organisasi yang berkelanjutan. Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia dalam teori
keagenan, pada umumnya manusia selalu mementingkan kepentingan diri sendiri (self
interest) dan akan bertindak opportunistic. Hal ini mengindikasikan bahwa meskipun
pegawai loyal terhadap instansi tempat mereka bekerja, ketika terbuka peluang yang
memungkinkan mereka melakukan fraud, selama mereka mendapatkan keuntungan dari
tindakan tersebut dan tidak terdeteksi, maka mereka akan tetap melakukan fraud.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa pengendalian internal tidak dapat
meningkatkan kinerja keuangan. Hasil ini berbeda dari hasil penelitian Mappanyukki,
Setyawati, dan Muti’ah (2012), Arfah (2011) yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
positif dan signifikan antara pengendalian internal terhadap kinerja keuangan. Hasil ini
tidak sesuai dengan teori yang ada yang menyebutkan bahwa salah satu tujuan
pengendalian internal adalah tercapainya keandalan pelaporan keuangan. Peneliti tidak
cukup banyak data dan bukti untuk menjelaskan hal ini, akan tetapi hal ini terjadi diduga
karena RSUD di Kabupaten Banyumas pada kenyataannya dalam pelaksanaan pengadaan
barang/jasa sebagaian besar melalui proses lelang, yang tidak dilaksanakan sendiri tetapi
oleh Unit Layanan Pengadaan (ULP) Pemerintah Kabupaten Banyumas, sehingga
mengakibatkan pengendalian pada pengadaan barang/jasa tidak berpengaruh secara
langsung pada kinerja keuangan RSUD.
Hasil lain dari penelitian bahwa kesesuaian kompensasi tidak dapat meningkatkan
kinerja keuangan. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil dari Manaroinsong (2011)
yang menunjukkan bahwa manajemen kompensasi memiliki pengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja keuangan daerah.Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa
meskipun kompensasi sudah dikelola dengan baik, akan tetapi hal tersebut tidak dapat
memotivasi pegawai untuk mencapai tingkat performance atau kinerja sesuai dengan
harapan, terutama kinerja keuangan. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Wilopo
(2006) yang menunjukkan bahwa pemberian kompensasi berupa kompensasi keuangan dan
promosi tidak menurunkan kecenderungan kecurangan akuntansi, yang terutama berbentuk
kecenderungan untuk melakukan manipulasi, pemalsuan, atau perubahan akuntansi dan
dokumen pendukungnya, yang dapat mengakibatkan informasi dalam laporan keuangan

14
menjadi tidak wajar sedangkan laporan keuangan merupakan salah satu dasar penentu
penilaian kinerja keuangan.
Hasil penelitian menemukan bahwa semakin tinggi komitmen pegawai terhadap
instansi tempat mereka bekerja maka akan dapat meningkatkan kinerja keuangan instansi
tersebut. Hasil ini mendukung penelitian Anwar (2010) yang menemukan bahwa
komitmen organisasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan
perusahaan. Hasil ini juga mendukung teori yang dikemukakan Keller (1997), bahwa inti
dari komitmen organisasi adalah adanya kesamaan tujuan (goal congruence) antara
individu dalam organisasi dengan perusahaan.Kesamaan tujuan antara pegawai dan
instansi akan mendorong pegawai tersebut untuk bekerja keras dan mengerahkan segala
kemampuan untuk mencapai keberhasilan instansi tempat mereka bekerja tersebut,
terutama keberhasilan keuangan yang dapat dilihat dari kinerja keuangannya.
Hasil penelitian ini menemukan bukti bahwa semakin baik pencegahan fraud
pengadaan barang/jasa maka akan semakin baik pula kinerja keuangannya. Hasil ini tidak
berbeda dengan Mappanyukki, Setyawati, dan Muti’ah (2012), Arfah (2011) yang
menemukan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara pencegahan fraud
pengadaan barang terhadap kinerja keuangan. Fraudmemang dapat mengurangi efektivitas
dan efisiensi, serta mengonsumsi biaya yang sangat tinggi karena kerugian yang
dihasilkannya. Oleh karena itu, dengan mencegah fraud maka dampaknya sangat baik
terhadap kinerja keuangan.Pada rumah sakit pemerintah daerah yang mendapatkan dana
dari masyarakat dan APBD, harus dengan sungguh-sungguh menjalankan pencegahan
fraudpengadaan barang/jasa.Jenis fraud ini adalah penyumbang terbesar kerugian paling
besar bagi negara/daerah, sehingga tanggung jawab terhadap pengelolaan keuangan daerah
dapat terlaksana dengan baik.

SIMPULAN DAN IMPLIKASI


Simpulan
Penelitian ini menemukan bukti yang mendukung beberapa penelitian sebelumnya terkait
dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pencegahan fraud pengadaan barang/jasa dan
kinerja keuangan rumah sakit umum daerah. Namun demikian, beberapa temuan dari
penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya. Temuan-temuan dalam
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1) pengendalian internal berpengaruh terhadap
pencegahan fraud pengadaan barang/jasa, 2) kesesuaian kompensasi berpengaruh terhadap
pencegahan fraud pengadaan barang/jasa, 3) komitmen organisasi tidak berpengaruh
terhadap pencegahan fraud pengadaan barang/jasa, 4) pengendalian internal tidak
berpengaruh terhadap kinerja keuangan, 5) kesesuaian kompensasi tidak berpengaruh
terhadap kinerja keuangan, 6) komitmen organisasi berpengaruh terhadap kinerja
keuangan, 7) pencegahan fraud pengadaan barang/jasa berpengaruh terhadap kinerja
keuangan.
Implikasi
1) Salah satu faktor yang mempengaruhi pencegahan fraud pengadaan barang/jasa adalah
adanya pengendalian internal yang memadai. Oleh karena itu, rumah sakit umum daerah
di Kabupaten Banyumas perlu meningkatkan efektivitas pengendalian internal,
pembentukan atau optimalisasi peran satuan pengawasan internal khususnya dalam
proses pengadaan barang/jasa.
2) Rumah sakit umum daerah di Kabupaten Banyumas perlu membangun kultur dan nilai-
nilai organisasi yang lebih baik, agar tercapai komitmen yang tinggi seluruh pihak
didalam internal rumah sakit, khususnya terkait dengan komitmen untuk tidak akan
melakukan kecurangan dalam pengadaan barang/jasa.

15
Keterbatasan dan Saran Penelitian Selanjutnya
Penelitian ini hanya dilakukan pada dua rumah sakit umum daerah milik
Pemerintah Kabupaten Banyumas, sehingga sample penelitian sangat terbatas. Hal ini
menjadikan hasil dari penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan pada rumah sakit
pemerintah daerah lainnya. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya diharapkan dapat
mengambil sample yang lebih luas.
Penelitian ini hanya mampu menjelaskan pengaruh variabel independen kurang dari
lima puluh persen, yang berarti masih banyak variabel lainnya diluar model penelitian ini
yang dapat mempengaruhi variabel dependen. Penelitian selanjutnya sebaiknya dapat
menambahkan atau menggunakan variabel lain seperti intelectual capital, moral literacy,
keandalan sistem informasi, dan variabel-variabel lain yang relevan mempengaruhi baik
pencegahan fraud pengadaan barang/jasa maupun kinerja keuangan.
Penelitian ini tidak melakukan uji response bias, sehingga masih terdapat
kemungkinan bias persepsi dari responden khususnya untuk pengukuran variabel
kesesuaian kompensasi dan komitmen organisasi, karena pengambilan data hanya
menggunakan kuesioner dengan jumlah sampel yang terbatas. Penelitian selanjutnya
sebaiknya melakukan uji response bias dan tidak hanya menggunakan kuesioner tetapi
ditambahkan dengan deep interviewsehingga objektivitas jawaban responden lebih dapat
dibuktikan.
Penelitian ini menggunakan analisis rasio aktivitas dalam mengukur variabel
kinerja keuangan organisasi, yang sebenarnya analisis rasio aktifitas ini kurang tepat
digunakan untuk mengukur kinerja keuangan pada sektor publik. Untuk penelitian
selanjutnya sebaiknya menggunakan analisis rasio efektivitas, efisiensi dan keekonomisan
(value for money).

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Adli. 2010. Pengaruh Komitmen Organisasional dan Pengetahuan Manajer terhadap
Keberhasilan Penerapan Sistem Informasi Akuntansi dan Dampaknya terhadap
Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi pada BUMN di Indonesia). Disertasi.
Universitas Padjajaran. Bandung.
Arfah, Eka Ariaty. 2011. Pengaruh Penerapan Pengendalian Internal terhadap Pencegahan
Fraud Pengadaan Barang dan Implikasinya pada Kinerja Keuangan (Studi pada
Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta di Kota Bandung). Jurnal Investasi, Vol. 7, No.
2: 137-153.
Arifin, Johar dan Heru Adi Prasetya. 2006. Manajemen Rumah Sakit Modern Berbasis
Komputer. PT Elex Media Komputindo. Jakarta.
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. 2013. Wajar Tanpa Korupsi. Warta
Pengawasan, Vol XX, pp. 8-10.
Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston. 2010. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Salemba
Empat. Jakarta.
Cuomo, Andrew. 2007. Internal Controls and Financial Accountability for Not-for-Profit
Boards. www.oag.state.ny.us/charities/charities.html, diakses pada 27 Maret 2014.

16
Ghozali, Imam. 2009. Ekonometrika: Teori, Konsep dan Aplikasi dengan SPSS 17. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Gujarati, Damodar N. 2006. Essentials of Econometrics. McGraw-Hill. Boston.
Hadisaputra, M. T. (2012). “Porsi Anggaran Pengadaan Barang/Jasa pada APBN”. Jurnal
Pengadaan, Vol. 2 (2).
Hermiyetti. 2010. Pengaruh Penerapan Pengendalian Intenal terhadap Pencegahan Fraud
Pengadaan Barang. Jurnal Akuntansi & Auditing Indonesia, Vol. 14, No. 2: 185-196.
Indrayana, D. (2011). Cerita di Balik Berita: Jihad Melawan Mafia. Bhuana Ilmu Populer.
Jakarta.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi
dan Manajemen. BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta.
Jatiningtyas, Nurani. 2011. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fraud Pengadaan
Barang/Jasa pada Lingkungan Instansi Pemerintah di Wilayah Semarang. Skripsi.
Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Semarang.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). 2014. Laporan Tahunan 2014.
Kompas. 2007. Kejari Purwokerto Menduga Ada Korupsi Pengadaan Obat; Kepala dan Pejabat
Dinkes Ditahan. www.antikorupsi.org, diakses pada tanggal 27 Maret 2014.
Manaroinsong, Johny. 2011. Pengaruh Faktor Kompetensi Individu dan Manajemen
Kompensasi terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Keuangan Daerah di Provinsi
Sulawesi Utara. Jurnal Aplikasi Manajemen, Vol. 9, No. 3: 1090-1099.
Mappanyukki, Ratna, Hari Setyawati, & Muti’ah. 2012. Pengaruh Penerapan Pengendalian
Internal terhadap Pencegahan Fraud Pengadaan Barang dan Implikasinya pada Kinerja
Keuangan (Studi pada Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta Jakarta). Profita
(Komunikasi Ilmiah Akuntansi dan Perpajakan), No. 4: 11-26.
Mauro, P. (1995). Corruption and Growth. The Quarterly Journal of Economics, Vol. 110, No.
3: 681-712.
Najahningrum, Anik Fatun. 2013. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecenderungan
Kecurangan (Fraud): Persepsi Pegawai Dinas Provinsi DIY. Skripsi. Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Nugroho, Tomi. 2012. Analisis Sistem Pengendalian Intern Pemerintah pada Pelaksanaan
Barang dan Jasa (Studi Kasus Proyek Peningkatan Jalan dan Jembatan Kota
Administrasi Jakarta Utara). Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Depok.
Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden
No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.
Prasetyono, Nurul Kompyurini. 2007. Analisis Kinerja Rumah Sakit Daerah Dengan
Pendekatan Balanced Scorecard Berdasarkan Komitmen Organisasi, Pengendalian
Intern Dan Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance (GCG).
Simposium Nasional Akuntansi (SNA) X. Makassar.
Pristiyanti, Ika Ruly. 2012. Persepsi Pegawai Instansi Pemerintah Mengenai Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Fraud di Sektor Pemerintahan. Accounting Analysis Jurnal, Vol. 1,
No. 1: 1-14.

17
Purnomo, Murmulia Rekso. 2014. Trend Korupsi 2013 Didominasi Pengadaan Barang dan
Jasa. www.tribunnews.com, diakses pada 27 Maret 2014.
Rivai, Veithzal. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan dari Teori ke
Praktik. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta.
Sartono. 2006. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyimpangan dalam
pengadaan barang/jasa di lingkungan instansi pemerintah. Tesis. Magister Akuntansi
FEUI. Jakarta.
Singleton, Tommie. 2002. Stop Fraud Cold with Powerful Internal Controls. The Journal of
Corporate Accounting & Finance, Vol. 13, No. 4: 29-39.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta. Bandung.
Suliyanto. 2011. Ekonometrika Terapan: Teori dan Aplikasi dengan SPSS. Penerbit ANDI.
Yogyakarta.
Sulistiyowati. 2007. Pengaruh Kepuasan Gaji Dan Kultur Organisasi Terhadap Persepsi
Aparatur Pemerintah Daerah Tentang Tindak Korupsi. Jurnal Akuntansi dan Auditing
Indonesia, Vol. 11 No. 1: 47-66.
Thoyibatun, Siti. 2009. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Perilaku Tidak Etis dan
Kecenderungan Kecurangan Akuntansi serta Akibatnya terhadap Kinerja Organisasi.
Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan, Vol. 16, No. 2: 245-260.
Wilopo. 2006. Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Kecenderungan Kecurangan
Akuntansi: Studi pada Perusahaan Publik dan Badan Usaha Milik Negara di Indonesia.
Simposium Nasional Akuntansi (SNA). Padang.
Wulandari, Meidita Pangestika. 2013. The Influence of Internal Control and Suitability of
Compensation on Fraud Prevention of Procurement of Goods/Services at Government
Institutions in Banyumas Regency. Thesis. Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal
Soedirman. Purwokerto. (Tidak Dipublikasikan)

18
Lampiran 1. Hasil Uji Normalitas

UJI NORMALITAS MODEL PERTAMA


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Standardized
Residual
N 31
Normal Parametersa,,b Mean .0000000
Std. Deviation .94868330
Most Extreme Differences Absolute .206
Positive .130
Negative -.206
Kolmogorov-Smirnov Z 1.145
Asymp. Sig. (2-tailed) .145

UJI NORMALITAS MODEL KEDUA


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Standardized
Residual
N 31
a,,b
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation .94868330
Most Extreme Differences Absolute .153
Positive .086
Negative -.153
Kolmogorov-Smirnov Z .853
Asymp. Sig. (2-tailed) .461

UJI NORMALITAS MODEL KETIGA


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Standardized
Residual
N 31
Normal Parametersa,,b Mean .0000000
Std. Deviation .98319208
Most Extreme Differences Absolute .240
Positive .144
Negative -.240
Kolmogorov-Smirnov Z 1.339
Asymp. Sig. (2-tailed) .055

19
Lampiran 2. Hasil Uji Multikolinearitas

UJI MULTIKOLINEARITAS MODEL PERTAMA


a
Coefficients
Standardized
Unstandardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) .358 7.781 .046 .964
X1 .331 .143 .366 2.312 .029 .800 1.250
X2 .451 .179 .398 2.520 .018 .802 1.247
X3 .204 .132 .220 1.549 .133 .997 1.003

a. Dependent Variable: Y

UJI MULTIKOLINEARITAS MODEL KEDUA


Coefficientsa
Standardized
Unstandardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) -108.042 65.899 -1.640 .113
X1 1.008 1.211 .145 .833 .412 .800 1.250
X2 -.762 1.515 -.088 -.503 .619 .802 1.247
X3 4.125 1.115 .578 3.700 .001 .997 1.003

a. Dependent Variable: Z

20
Lampiran 3. Hasil Uji Heteroskedastisitas

UJI HETEROSKEDASTISITAS MODEL PERTAMA

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 12.178 5.255 2.317 .028
X1 -.125 .097 -.256 -1.296 .206
X2 -.115 .121 -.188 -.954 .349
X3 -.068 .089 -.135 -.760 .454
a. Dependent Variable: ABRESID

UJI HETEROSKEDASTISITAS MODEL KEDUA

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 34.440 31.568 1.091 .285
X1 -.067 .580 -.022 -.115 .909
X2 1.395 .726 .362 1.923 .065
X3 -1.041 .534 -.329 -1.949 .062
a. Dependent Variable: ABRESID

UJI HETEROSKEDASTISITAS MODEL KETIGA

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 4.772 19.460 .245 .808
Y .869 .616 .253 1.410 .169
a. Dependent Variable: ABRESID

21
Lampiran 4. Hasil Uji Durbin Watson
MODEL PERTAMA

Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate Durbin-Watson
1 .678a .460 .400 4.07509 2.003
a. Predictors: (Constant), X3, X2, X1
b. Dependent Variable: Y

MODEL KEDUA

Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate Durbin-Watson
a
1 .610 .372 .350 .44867260 2.284
a. Predictors: (Constant), Xt_1
b. Dependent Variable: Unstandardized Residual

MODEL KETIGA
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate Durbin-Watson
a
1 .839 .704 .694 .31850959 2.240
a. Predictors: (Constant), Yt_1
b. Dependent Variable: Unstandardized Residual

22
Lampian 5. Output Regresi

REGRESI MODEL PERTAMA


Regression
Variables Entered/Removed
Variables Variables
Model Entered Removed Method
a
1 X3, X2, X1 . Enter
a. All requested variables entered.

Model Summary
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate
a
1 .678 .460 .400 4.07509
a. Predictors: (Constant), X3, X2, X1

ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 381.822 3 127.274 7.664 .001a
Residual 448.371 27 16.606
Total 830.194 30
a. Predictors: (Constant), X3, X2, X1
b. Dependent Variable: Y

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) .358 7.781 .046 .964
X1 .331 .143 .366 2.312 .029
X2 .451 .179 .398 2.520 .018
X3 .204 .132 .220 1.549 .133
a. Dependent Variable: Y

23
REGRESI MODEL KEDUA
Regression
Variables Entered/Removed
Variables Variables
Model Entered Removed Method
1 X3, X2, X1a . Enter
a. All requested variables entered.
Model Summary
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate
1 .586a .343 .270 34.51500
a. Predictors: (Constant), X3, X2, X1
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 16796.328 3 5598.776 4.700 .009a
Residual 32164.702 27 1191.285
Total 48961.031 30
a. Predictors: (Constant), X3, X2, X1
b. Dependent Variable: Z

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -108.042 65.899 -1.640 .113
X1 1.008 1.211 .145 .833 .412
X2 -.762 1.515 -.088 -.503 .619
X3 4.125 1.115 .578 3.700 .001
a. Dependent Variable: Z

24
REGRESI MODEL KETIGA
Regression

Variables Entered/Removedb
Variables Variables
Model Entered Removed Method
1 Ya . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: Z

Model Summary
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate
1 .398a .159 .130 37.68993
a. Predictors: (Constant), Y

ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 7765.646 1 7765.646 5.467 .026a
Residual 41195.384 29 1420.530
Total 48961.031 30
a. Predictors: (Constant), Y
b. Dependent Variable: Z

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -14.791 41.320 -.358 .723
Y 3.058 1.308 .398 2.338 .026
a. Dependent Variable: Z

25

You might also like