Penilaian Risiko Kesehatan Kerja Di Bengkel Auto 2000

You are on page 1of 15

p-ISSN 2086-6380 Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, November 2017, 8(3):145-159

e-ISSN 2548-7949 DOI: https://doi.org/10.26553/jikm.2017.8.3.145-159


Available online at http://www.jikm.unsri.ac.id/index.php/jikm

PENILAIAN RISIKO KESEHATAN KERJA DI BENGKEL AUTO 2000

Mona Lestari, Imelda G Purba, Anita Camelia1


Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya

HEALTH RISK ASSESSMENT IN BENGKEL AUTO 2000

ABSTRACT
Background: Health Risk Assessment (HRA) was a tool used to determine the hazards and their impact on
health in the workplace by conducting hazard identification, exposure assessment, risk assessment, control
and documentation. Bengkel AUTO 2000 Cabang Plaju Palembang has a variety of hazards as well as
having a high enough exposure so that the health risk assessment needs to be done. The purpose of this study
was to determine the description of work activities, identify potential hazards, exposure level, know to the
risks that may arise, and to determine the priority control based on the Risk Management Matrix.
Method: This study used descriptive survey, observational approach that uses Walk Through Survey, where
results are walking through the checklist, and then analyzed in Matrix Hazard Rating, Matrix Exposure
Rating, Risk Matrix, and developed into Risk Manageable Matrix.
Result: The results of this study found hazards included in the high risk category was Noise, medium risk
categories was Illumination, Dust (TSP), Gas (CO, NO2, SO2), solvent, heavy metal, food sanitation, and
ergonomic, and low risk categories was vibration, thermal stress, water supply, and psychosocial.
Conclusion: Based on these results, expected in Bengkel AUTO 2000 Cabang Plaju Palembang can be done
by applying noise control with Hearing Conservation Program, such as evaluating noise exposure, employee
training, audiometric evaluation, control engineering/administrative control, and Personal Protective
Equipment, such as earplug.
Keywords: Health Risk Assessment (HRA), potensial health hazard in workshop, noise

ABSTRAK
Latar Belakang: Penilaian risiko kesehatan adalah suatu alat yang digunakan untuk mengetahui bahaya dan
dampaknya terhadap kesehatan di tempat kerja dengan melakukan identifikasi bahaya, penilaian exposure,
penilaian risiko, serta pengendalian dan dokumentasi. Bengkel AUTO 2000 Cabang Plaju Palembang
memiliki hazard yang beragam serta memiliki exposure yang cukup tinggi sehingga perlu dilakukan
penilaian risiko kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui deskripsi aktivitas kerja,
mengidentifikasi potensial hazard, tingkatan keterpajanan, mengetahui risiko-risiko yang mungkin timbul,
serta mengetahui prioritas pengendalian berdasarkan Risk Manageability Matrix.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode penelitian survey deskriptif dengan pendekatan observasional
yang menggunakan teknik Walk Through Survey, dimana hasil Walk Through dibuat Check list, lalu di
analisa dalam Matrix Hazard Rating, Matrix Exposure Rating, Risk Matrix, dan dikembangkan dalam Risk
Manageability Matrix.
Hasil Penelitian: Hasil penelitian ini didapatkan potensial hazard yang masuk dalam kategori risiko tinggi
yaitu kebisingan (noise), kategori risiko sedang yaitu pencahayaan (illumination), dust (TSP), gas (CO, NO2,
SO2), solvent, heavy metal, sanitasi makanan, serta faktor ergonomi, dan kategori risiko rendah, yaitu :
getaran (vibration), iklim kerja panas (thermal stress), water supply, dan faktor psikososial.
Kesimpulan: Potensial hazard dengan risiko tertinggi adalah kebisingan (Noise) sementara tindakan
pengendalian untuk hazard tersebut belum optimal, sehingga diharapkan pada pihak Bengkel AUTO 2000
Cabang Plaju Palembang dapat melakukan pengendalian kebisingan dengan melaksanakan Program
Konservasi Pendengaran (Hearing Conservation Programs), seperti mengevaluasi pemajanan kebisingan,
adanya pelatihan para pekerja, evaluasi audiometri, melakukan pengendalian engineering/administative
control, serta memberikan alat pelindung diri seperti earplug pada pekerja.
Kata Kunci: Penilaian risiko kesehatan, potensi bahaya kesehatan di bengkel, kebisingan

Alamat Koresponding: Mona Lestari, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya. Jl. Palembang Prabumulih KM. 32,
Indralaya Indah Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan, email : monalestari.fkmunsri@gmail.com

November 2017 145


Lestari et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, November 2017, 8(3):145-159

PENDAHULUAN akan terus meningkat seiring dengan


meningkatnya mobilisasi dan perekonomian
Bengkel merupakan salah satu
masyarakat, khususnya di Kota Palembang
lingkungan kerja yang memiliki jenis bahaya
dan sekitarnya.
kesehatan yang beragam, mulai dari faktor
Penggunaan teknologi dalam setiap
fisik, kimia, biologi, ergonomi dan
kegiatan perbengkelan di Bengkel AUTO
psikososial.1 Berbeda halnya dengan bahaya
2000, selain membantu dalam pekerjaan, tidak
keselamatan, dampak bahaya kesehatan tidak
jarang juga dapat menimbulkan pengaruh
dapat langsung terlihat. Penyakit yang
buruk apabila tidak dikelola dengan baik.
diakibatkan oleh bahaya kesehatan lebih
Bahaya kesehatan di lingkungan kerja dapat
banyak berkontribusi dalam kematian
dilihat pada flow sheet yaitu melihat dari awal
dibandingkan dengan bahaya keselamatan.
proses kegiatan perbengkelan hingga akhir
Hal ini terlihat dari data International
kegiatan.
Labour Organization (ILO) yang menyatakan
Berdasarkan studi literatur, bahaya
bahwa setiap tahun terjadi 1,1 juta kematian
kesehatan yang dapat muncul di lingkungan
yang disebabkan oleh karena penyakit atau
kerja bengkel yaitu bising dan getaran untuk
yang disebabkan oleh pekerjaan. Sekitar
faktor fisik, penggunaan thinner pada proses
300.000 kematian terjadi dari 250 juta
pengecatan untuk faktor kimia, sanitasi
kecelakaan, dan sisanya adalah kematian
lingkungan untuk faktor biologi, dan adanya
karena penyakit akibat kerja dimana
bahaya ergonomi, serta stress kerja untuk
diperkirakan terjadi 160 juta penyakit akibat
faktor psikosial.1,4 Bahaya yang dapat muncul
hubungan pekerjaan baru setiap tahunnya.2
di lingkungan kerja memiliki batasan yang
Sementara data dari Dewan Keselamatan dan
perlu diperhatikan, yang sering disebut Nilai
Kesehatan Kerja Nasional (DK3N), setiap
Ambang Batas (NAB). Nilai Ambang Batas
tahun di dunia terjadi 270 juta kecelakaan
(NAB) untuk setiap bahaya pun berbeda-beda
kerja, 160 juta pekerja menderita penyakit
berdasarkan regulasi yang telah ditetapkan
akibat kerja.3Dengan melihat angka kejadian
suatu negara.
tersebut, perlu adanya upaya yang dilakukan
Setiap bahaya yang ada di lingkungan
untuk mencegah terjadinya penyakit akibat
kerja tidak diperbolehkan melampaui Nilai
kerja pada pekerja, salah satunya adalah
Ambang Batas (NAB) yang telah ditentukan
dengan melakukan penilaian risiko kesehatan.
karena sangat berbahaya bagi kesehatan
Penilaian risiko kesehatan terdiri dari
pekerja. Menjamin kesehatan pekerja
identifikasi bahaya, penilaian exposure,
berbanding lurus dengan meningkatnya
penilaian risiko, serta penentuan prioritas
produktivitas kerja sehingga dapat
tindakan pengendalian terhadap bahaya.
meningkatkan produktivitas perusahaan.
Bengkel AUTO 2000 merupakan salah
Untuk mencapai hal tersebut, perlu adanya
satu bengkel terbesar dan terlengkap di Asia
pengendalian khusus untuk menangani
Tenggara, yang menyediakan pelayanan
bahaya-bahaya yang ada di lingkungan kerja.
dalam bentuk perbaikan, pengecatan,
Namun, sebelum menetapkan pengendalian
pengelasan serta perawatan kendaraan.
bahaya yang tepat perlu dilakukannya
Cabang Bengkel AUTO 2000 tersebar di
penilaian risiko. Bengkel AUTO 2000 saat ini
berbagai kota besar di Indonesia, salah
belum melakukan penilaian risiko kesehatan
satunya yaitu Bengkel AUTO 2000 cabang
sehingga belum mengetahui secara pasti
Plaju Palembang. Saat ini, Bengkel AUTO
bahaya apa saja yang dapat muncul di
2000 cabang Plaju Palembang dapat mencapai
lingkungan kerjanya, serta seberapa besar
jumlah entry sebanyak 1.788 unit dengan
bahaya tersebut bagi pekerja. Untuk itulah,
jumlah pekerja sebanyak 41 orang. Jumlah ini
penilaian risiko kesehatan penting dilakukan

146 November 2017


Lestari et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, November 2017, 8(3):145-159

di Bengkel AUTO 2000 Cabang Plaju Matrix (Boston Square).6 Adapun langkah-
Palembang. langkah yang akan dilakukan dalam penelitian
ini, yaitu: mempelajari hasil walk through
METODE survey dalam bentuk check list dan flow sheet,
Penelitian ini menggunakan metode kemudian mengidentifikasi seluruh potensi
penelitian survey deskriptif, dengan bahaya kesehatan dalam bentuk fisik, kimia,
pendekatan observasional yang menggunakan biologi, ergonomi, dan psiko-sosial pada
teknik Walk Through Survey, dimana hasil seluruh kegiatan perbengkelan serta
Walk Through dibuat check list, lalu di menilainya dengan standar penilaian bahaya
analisa dalam matrix Hazard Rating,5 Matrix (hazard ratings) dan dikembangkan ke dalam
Exposure Rating,5 Risk Matrix,5 dan matrik hazard.
dikembangkan dalam Risk Manageability
Tabel 1.
Hazard Rating

Hazard Definisi
Rating (Potensi hazard dalam menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia)
0 Tidak menimbulkan cidera/gangguan kesehatan
1 Slight injury/Illness
(Menyebabkan cidera ringan dan sakit yang ringan. Biasanya menyebabkan gangguan kenyamanan, tidak
mengganggu kinerja atau tidak menyebabkan kecacatan)
2 Minor injury/Illness
(Menyebabkan cidera ringan dan penyakit ringan yang mengganggu kinerja atau menyebabkan kehilangan
waktu kerja)
3 Major injury/Illness
(Menyebabkan cidera serius dan penyakit yang berat, yang menyebabkan kecacatan dan mengganggu
kinerja dan kehilangan waktu kerja yang lama)
4 Permanent total disability atau fatality
(Menyebabkan kecacatan total permanen atau kematian, misalnya: hidrogen sulfide, asbestos, dan
benzene)
5 Multiple fatalities
(Menyebabkan kematian dalam jumlah yang banyak)

Lalu, seluruh bahaya yang telah diidentifikasi dilakukan penilaian dampak terhadap pekerja
(exposure) dengan standar penilaian keterpajanan (exposure rating) dan dikembangkan ke dalam
matrik Exposure.
Tabel 2.
Exposure Rating

Exposure Rating Definisi


A Very Low Exposure tidak menimbulkan gangguan kesehatan
B Low Exposure masih dibawah ambang batas, masih terkontrol dengan baik melalui kriteria
screening dan performance
C Medium Exposure mendekati ambang batas, masih memenuhi kriteria screening dan performance.
Namun kontrol terhadap nilai exposure dapat mengalami perubahan
D High Exposure diatas ambang batas, sudah tidak dapat dikontrol melalui kriteria screening dan
performance, secara kontinu terus bertambah, jauh melebihi ambang batas
E Very High Exposure jauh melebihi ambang batas, sudah menimbulkan gangguan kesehatan pada individu
yang terpapar

Setelah itu melakukan penilaian dan terakhir membuat Risk Manageability


terhadap risk masing-masing hazard Matrix (Boston Square).
berdasarkan jenis hazard dan exposure-nya
dalam lingkungan kerja dengan cara matrik
exposure dikalikan dengan matrik hazard,

November 2017 147


Lestari et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, November 2017, 8(3):145-159

HASIL PENELITIAN Batas (NAB) Kebisingan berdasarkan


Penilaian risiko kesehatan dilakukan Permenkes Nomor 70 Tahun 2016 yaitu 85
pada dua lokasi di Bengkel AUTO 2000, yaitu dBA,7yaitu pada Lokasi Stall General Repair
Lokasi Stall General Repair dan lokasi Body (dekat ruang Spooring), dengan tingkat
and Paint Repair. Lokasi Stall General kebisingan sebesar 86,4 dBA. Sementara di
Repair merupakan area perbaikan mesin lokasi Body and Paint Repair, area di dekat
kendaraan, seperti penggantian oli, service Oven Pengecatan berada di atas NAB, dengan
berkala, serta kerusakan-kerusakan mesin tingkat kebisingan yaitu 85,7 dBA.
lainnya. Sedangkan lokasi Body and Paint Pengukuran kebisingan pada sumber
Repair merupakan area perbaikan kendaraan dilakukan pada sumber bising. Untuk di lokasi
berupa pengecatan, penggantian body Stall General Repair, dilakukan pada mesin
kendaraan, pemolesan, serta perbaikan kompresor yang ada di lokasi tersebut. Untuk
kerusakan-kerusakan berat yang lainnya. di lokasi Body and Paint Repair, pengukuran
dilakukan pada mesin kompresor, mesin oven
Identifikasi dan Tingkat Keterpajanan pengecatan, dan pada peralatan kerja seperti
Faktor Fisik gerinda tangan, dan pengetokan. Dari hasil
Bising (Noise) pengukuran, semua sumber bising berada di
atas Nilai Ambang Batas Kebisingan (86,8-
Sumber bising pada lokasi Stall
106 dBA).
General Repair di Bengkel AUTO 2000 yaitu
bersumber dari kegiatan running test (tes
Pencahayaan (Illumination)
kendaraan), mesin kompresor yang berada di
Stall, dan Air Gun. Pada lokasi Body and Pada lokasi Stall General Repair,
Paint Repair, sumber bising berasal dari pekerja membutuhkan pencahayaan lokal
mesin oven pengecatan, mesin kompresor untuk menunjang kegiatan pemeriksaan serta
yang berada di dekat mesin oven pengecatan, perbaikan mesin kendaraan dimana pekerjaan
gerinda tangan, spray painting, kegiatan tersebut tergolong pada pekerjaan yang teliti
pengetokan, dari kegiatan pengelasan, serta yaitu melihat benda yang kecil serta dilakukan
dari kegiatan pemolesan. Keterpajanan tinggi secara rutin, seperti pekerjaan memasang baut
dan terus-menerus terhadap bising dapat pada mesin di bawah mobil. Sedangkan untuk
mengakibatkan Noise Induced Hearing Loss lokasi Body and Paint Repair merupakan area
(NIHL) bagi pekerja yang terpajan. Untuk terbuka sehingga untuk pencahayaan sendiri
mengetahui tingkat kebisingan di Bengkel cukup memenuhi standar yang ditetapkan.
AUTO 2000 dilakukan pengukuran Pencahayaan yang tidak baik atau tidak
kebisingan dengan menggunakan Sound Level memenuhi standar yang telah ditetapkan dapat
Meter (SLM).Pengukuran dilakukan pada berakibat terjadinya kelelahan kerja, kelalaian
lingkungan kerja dan pada sumber di dua kerja, yang berakibat terjadinya kecelakaan
lokasi tersebut. Untuk lokasi Stall General kerja. Pengukuran Pencahayaan/Intensitas
Repair dilakukan pada lima titik, yaitu Cahaya dengan menggunakan Lux Meter.
masing-masing sudut lokasi dan di tengah- Pengukuran dilakukan hanya pada lokasi Stall
tengah lokasi. Untuk lokasi Body and Paint General Repair karena pada lokasi Body and
Repair dilakukan pada tiga titik, yaitu pada Paint Repair merupakan area terbuka
area dekat oven pengecatan, dekat pintu sehingga pencahayaan berasal dari
darurat dan area pemolesan. pencahayaan alami yaitu sinar matahari. Pada
Berdasarkan hasil pengukuran di saat dilakukan pengukuran cuaca sedang
Lokasi Stall General Repair, terdapat nilai cerah dan tanpa menggunakan pencahayaan
tingkat kebisingan melebihi Nilai Ambang buatan/lampu.

148 November 2017


Lestari et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, November 2017, 8(3):145-159

Pengukuran dilakukan terhadap serta dengan beban kerja sedang dengan NAB
pencahayaan umum dengan menentukan lima yaitu 28,0 oC,7 maka hasil pengukuran Iklim
titik pada lokasi Stall General Repair dan Kerja Panas pada lokasi Stall General Repair
pencahayaan lokal, dengan pengukuran masih berada dibawah NAB yaitu 26,2 oC
dilakukan pada pekerja yang bekerja di bawah (pada semua titik). Sementara di Lokasi Body
mobil. Standar minimal pencahayaan and Paint Repair berada di atas NAB yaitu
berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI 28,8oC(area di dalam Oven Pengecatan).
Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002, dimana
untuk pekerjaan rutin dan pekerjaan halus Getaran (Hand Arm Vibration)
standar minimal secara berurutan adalah 300 Pada lokasi Stall General Repair,
dan 1000 lux.8 Dari hasil pengukuran getaran dapat ditimbulkan dari Air Gun. Pada
menunjukkan bahwa masih ada intensitas lokasi Body and Paint Repair, pekerja yang
cahaya yang belum memenuhi standar terpajan getaran adalah pekerja yang
minimal pencahayaan, yaitu untuk menggunakan peralatan kerja seperti gerinda
pencahayaan umum, titik 1 (dekat ruangan tangan, mesin las, dan mesin bor. Getaran-
spare part) dengan intensitas cahaya 295 lux getaran yang ditimbulkan dari peralatan kerja
dan untuk pencahayaan lokal berkisar antara tersebut dapat mengakibatkan efek pada
23-39 lux. tangan dan lengan (Hand Arm Vibration),
seperti White Finger (tangan pucat),
Iklim Kerja Panas (Thermal Stress) degenerasi saraf, hilangnya indera peraba dan
Iklim kerja panas dapat terjadi pada perasa (untuk rasa panas), terhentinya
lokasi Stall General Repair pada saat volume pertumbuhan otot dan tenosynovitis, serta
kendaraan yang meningkat sehingga lokasi dapat menyebabkan kelainan pada otot dan
tersebut padat akan kendaraan, ditambah lagi rangka. Penilaian dampak keterpajanan pada
dengan cuaca cerah pada siang hari. bahaya getaran dilakukan dengan observasi.
Sedangkan pada lokasi Body and Paint Berdasarkan hasil observasi, pekerjaan-
Repair, iklim kerja panas dapat dihasilkan pekerjaan yang telah disebutkan di atas tidak
dari oven pengecatan. Iklim kerja yang panas dilakukan terus-menerus, dan dilakukan
dapat berpengaruh pada kesehatan pekerja, dalam frekuensi waktu yang tidak terlalu lama
meliputi Heat Stroke, Heat Cramps, Heat sehingga efek bagi kesehatan masih dapat
Exhaustion, serta kemudian Heat Disorder. dikontrol.
Pengukuran Iklim Kerja Panas dilakukan
dengan menggunakan Indeks Suhu Basah dan Faktor Kimia
Bola (ISBB) atau Welt Bulb Globe Dust (TSP) dan Gas
Temperature (WBGT) Index. Pengukuran Debu (Dust) dalam hal ini merupakan
dilakukan selama 30 menit. Total Suspended Particulate (TSP), dapat
Pengukuran iklim kerja panas dihasilkan dari emisi gas buang kendaraan.
dilakukan pada kedua lokasi. Pada lokasi stall Selain itu, berasal juga dari tanah kering yang
General Repair, pengukuran dilakukan pada menempel pada kendaraan dan komponen
dua titik, yaitu di tengah pada sebelah kiri dan kendaraan, seperti rem dan Air Cleaner. Jika
di tengah pada sebelah kanan. Pada lokasi kadar TSP yang dihirup pekerja melebihi
Body and Paint Repair, pengukuran dilakukan NAB berdasarkan Baku Mutu Udara Ambien
di area yang berada di bawah atap, serta di menurut Peraturan Gubernur Sumatera
dalam oven pengecatan. Berdasarkan Selatan Nomor 17 Tahun 2005 yaitu 230
Permenkes Nomor 70 Tahun 2016 untuk µg/Nm3/24 jam,9 maka dapat menimbulkan
waktu kerja 75% dan waktu istirahat 25% gangguan kesehatan berupa Pneumoconiosis,

November 2017 149


Lestari et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, November 2017, 8(3):145-159

yaitu terjadinya penimbunan debu pada paru- kandungan solvent, hanya dilakukan observasi
paru. dengan melihat jenis solvent yang digunakan
Gas berupa CO, NO2, dan SO2, dapat dan melihat dampak kesehatan pada pekerja
dihasilkan dari proses pembakaran tidak dengan mempelajari Material Safety Data
sempurna pada mesin kendaraan yang keluar Sheet (MSDS).
melalui knalpot kendaraan pada saat running Ditinjau dari MSDS, thinner dapat
test. Sehingga hal tersebut juga dapat mengganggu kesehatan pekerja. Thinner dapat
mempengaruhi kualitas udara pada Bengkel menimbulkan iritasi pernafasan, iritasi mata,
AUTO 2000. Kadar maksimum yang dermatitis, sakit kepala, kehilangan kesadaran,
diperbolehkan berdasarkan Baku Mutu Udara gangguan pada ginjal dan jantung, bahkan
Ambien menurut Peraturan Gubernur dapat berakibat pada kematian. Komposisi
Sumatera Selatan Nomor 17 Tahun 2005 thinner terdiri dari toluene dan aseton,
untuk gas-gas tercemar ini adalah masing- dimana toluene dan aseton juga dapat
masing untuk CO yaitu 30.000 µg/Nm3/1 jam berbahaya bagi pekerja, baik melalui
atau 10.000 µg/Nm3/24 jam, untuk NO2 yaitu kontak mata, kulit, dan terhirup oleh
400 µg/Nm3/1 jam atau 150 µg/Nm3/24 jam, pekerja. Target organ untuk toluene yaitu
dan untuk SO2 yaitu 900 µg/Nm3/1 jam atau ginjal, sistem saraf pusat, dan hati. Toluene
365 µg/Nm3/24 jam.9 dapat menyebabkan iritasi mata, iritasi kulit,
Untuk mengetahui kadar TSP dan gas iritasi sistem pencernaan, dan dampak-
di Bengkel AUTO 2000 Cabang Plaju dampak yang sama seperti yang disebabkan
Palembang dilakukan pengukuran kualitas oleh thinner. Adapun untuk aseton dapat
udara ambien dengan menggunakan metode menyerang sistem saraf pusat pada
Impinger. Hasil pengukuran kualitas udara konsentrasi tinggi, iritasi mata, iritasi kulit,
ambien dust (TSP) dan gas CO, SO2, NO2) kehilangan koordinasi dan keseimbangan,
telah dilakukan oleh hyperkes (data serta kematian.
perusahaan) sehingga tidak dilakukan lagi
pengukuran. Dari data hasil pengukuran,
Heavy Metal
diketahui bahwa kadar debu dan gas di
Bengkel AUTO 2000 tidak ada yang melebihi Heavy Metal terkandung dalam bahan
NAB, dimana kadar debu berada antara kawat las yang digunakan pada kegiatan
109,66-197,68 µg/Nm3, CO berada antara pengelasan. Bahan kawat las yang digunakan
202,2-569,4 µg/Nm3, SO2 berada antara berupa Electrode LB-52. Berdasarkan MSDS,
39,34-56,22 µg/Nm3, dan NO2 berada antara kandungan logam berat dalam Electrode LB-
35,52-39,78µg/Nm3. 52 terdiri dari Besi (Fe) dan Mangan (Mn).
Sedangkan jenis bahan/benda yang di las
Solvent berupa Stainless. Berdasarkan MSDS,
komposisi logam berat yang terkandung
Keterpajanan solvent dapat ditemukan dalam Stainless terdiri dari Cromium (Cr),
pada pekerja yang sedang melakukan Mangan (Mn), Nikel (Ni), Selenium (Se),
pengecatan dan perbaikan kendaraan di lokasi Molibenum (Mo) dan Besi (Fe).Tidak
Body and Paint Repair. Pekerja menggunakan dilakukan pengukuran terhadap kadar Heavy
solvent sebagai pencampuran bahan cat serta Metal, hanya dilakukan observasi dengan
untuk membersihkan beberapa bagian melihat jenis Heavy Metal apa yang
kendaraan yang sulit dibersihkan dengan digunakan dan melihat dampak kesehatan
menggunakan air biasa. Jenis solvent yang pada pekerja dengan mempelajari Material
digunakan di Bengkel AUTO 2000 berupa Safety Data Sheet (MSDS).
thinner. Tidak dilakukan pengukuran terhadap

150 November 2017


Lestari et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, November 2017, 8(3):145-159

Ditinjau dari MSDS, Cromuim (Cr) makanan yang dikonsumsi oleh para pekerja
dapat berbahaya bagi kesehatan, seperti tidak dapat diketahui apakah sudah memenuhi
kanker, iritasi hidung, gangguan pencernaan, persyaratan hygiene sanitasi makanan sesuai
iritasi mata dan bisa menyebabkan kematian. dengan Keputusan Menteri Kesehatan
Pajanan Nikel (Ni) dapat terjadi melalui Republik Indonesia Nomor
kontak kulit, inhalasi dan saluran pencernaan. 715/Menkes/SK/2003.10 Perusahaan juga
Pajanannya dapat berakibat iritasi pada kulit, belum pernah melakukan uji laboratorium
gangguan pada alat pernapasan, gangguan terhadap makanan tersebut.
gastrointestinal, serta kanker. Pajanan Besi
(Fe) melalui inhalasi dapat menyebabkan Water Supply
kanker paru-paru dan fibrosis pada paru-paru. Untuk memenuhi kebutuhan air minum
Sedangkan Mangan (Mn) dapat para pekerja, Bengkel AUTO 2000 Cabang
mengakibatkan gangguan sistem saraf, sirosis Plaju Palembang menyediakan air galon.
hati, kerusakan otak, dan infeksi saluran Sedangkan untuk kebutuhan air sanitasi,
pernafasan bagian atas. Akibat dari pajanan perusahaan mensuplai air dari Perusahaan
Molibdenum (Mo) adalah iritasi pada hidung Daerah Air Minum (PDAM). Air minum dari
dan tenggorokan. Dan akibat dari Selenium air galon yang dibeli dari Air Minum Depot
(Se) berupa gangguan hati, muntah, sakit Isi Ulang (AMSIU) yang berada di sekitar
perut, iritasi mukosa, serta gangguan alat lokasi perusahaan, serta untuk suplai air
pencernaan. sanitasi dari PDAM. Sementara, beberapa
penelitian menyatakan bahwa masih banyak
Faktor Biologi AMDIU serta PDAM yang belum memenuhi
Sanitasi Makanan
persyaratan berdasarkan Peraturan Menteri
Bengkel AUTO 2000 Cabang Plaju Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Palembang bekerja sama dengan jasa catering 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang
untuk memenuhi kebutuhan makan pekerja Persyaratan Kualitas Air Minum.11 Dampak
pada hari kerja Senin sampai Jumat. kesehatan bagi pekerja yaitu berupa Water
Sedangkan untuk hari Sabtu dan Minggu, Borne Diseases yang merupakan jenis-jenis
perusahaan memakai jasa nasi bungkus dari penyakit yang ditularkan air.
rumah makan yang berada di sekitar
perusahaan. Seperti yang diketahui bahwa Ergonomi
masih ada beberapa jasa boga yang tidak
Pengukuran ergonomi menggunakan
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan
kuesioner dari Washington Administrative
dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
Code (WAC). Bahaya ergonomi yang
715/MENKES/SK/V/2003.10 Apabila
ditimbulkan dalam melakukan kegiatan
makanan yang dikonsumsi pekerja Bengkel
perbengkelan di Bengkel AUTO 2000 yaitu
AUTO 2000 tidak memenuhi persyaratan,
awkward posture, yang terjadi pada saat
maka dapat menimbulkan masalah kesehatan
jongkok, membungkuk, berdiri di bawah
berupa Food Borne Diseases, keracunan
kendaraan yang menggunakan lift car dengan
makanan, serta dapat berakibat fatal berupa
posisi kepala mendongak ke atas atau posisi
kematian.
berbaring di bawah kendaraan yang tidak
Berdasarkan hasil observasi di
menggunakan lift car. Posisi kerja seperti itu
lapangan, Bengkel AUTO 2000 Cabang Plaju
terjadi berulang-ulang meski tidak dalam
Palembang belum mempunyai tim khusus
frekuensi waktu yang lama. Namun jika posisi
untuk melakukan inspeksi terhadap makanan
kerja tersebut dilakukan secara berulang-ulang
pada jasa catering maupun terhadap makanan
dengan posisi kerja yang berganti-ganti, maka
pekerja berupa nasi bungkus. Sehingga

November 2017 151


Lestari et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, November 2017, 8(3):145-159

aktivitas semacam ini dapat mengakibatkan Berdasarkan hasil kuesioner NIOSH, dari 41
nyeri pada leher, nyeri pada bagian kaki, serta pekerja di Bengkel AUTO 2000 Cabang Plaju
cedera muskuloskeletal, seperti nyeri Palembang, didapatkan 3 pekerja yang
pinggang (low back pain). mengalami stress kerja. Pengolahan kuesioner
Psikososial dengan penentuan scoring menggunakan
Faktor psikososial yang dapat muncul Skala Likert. Pekerja dapat dinyatakan
di Bengkel AUTO 2000 Cabang Plaju mengalami stress kerja apabila jumlah scoring
Palembang yaitu stress kerja. Stress kerja dari kuesioner tersebut diatas 75%. Dilihat
dapat disebabkan oleh beberapa hal dari hasil kuesioner ketiga pekerja tersebut,
berdasarkan NIOSH, seperti adanya konflik stress kerja yang dialami oleh pekerja tersebut
pada peran, pimpinan bertindak tidak fair, yaitu karena adanya konflik pada peran
suasana kerja yang kurang harmonis, mereka sebagai anggota kerja, selain itu juga
upah/gaji kurang atau bahkan tidak menurut mereka pimpinan di unit kerja
mencukupi.12Serta, pekerja kurang atau tidak mereka seringkali bertindak tidak fair, serta
mendapat kesempatan untuk mengembangkan pekerjaan yang mereka kerjakan terlalu berat
keahlian dan tidak mendapat kesempatan dan mereka tidak punya kekuasaan untuk
untuk dipromosikan ke jabatan yang lebih mengubahnya. Stress kerja juga dapat saja
baik, serta pekerjaan terlalu berat dan tidak timbul akibat pekerjaan yang monoton. Selain
punya kekuasaan untuk mengubahnya. Selain itu, beban untuk mencapai target yang
itu, pekerjaan yang monoton, pekerja ditetapkan oleh perusahaan. Perusahaan
diharuskan untuk melakukan pekerjaan secara mengharuskan pekerja untuk bekerja dengan
cepat dan target entry yang harus dicapai cepat, serta adanya rasa takut tidak dapat
pekerja tiap bulannya juga dapat menjadi memberikan pelayanan yang baik kepada
penyebab timbulnya stress pada pekerja. pelanggan atau pekerja tidak dapat meng-
Pengukuran faktor psikososial handle pekerjaan akibat over target.
menggunakan kuesioner baku dari NIOSH.13

Tabel 3.
Matrik Penilaian Potensial Hazard (Hazard Rating)

Elemen Potensi Bahaya Score


Faktor Fisik
Bising (Noise) NIHL 4
Pencahayaan (Illumination) Accident 2
Iklim Kerja Panas (Thermal Stress) Heat Disorders 2
Getaran (Hand Arm Vibration) White Finger, Kelainan Otot dan Rangka 3
Faktor Kimia
Dust (TSP) Pneumokoniosis 4
Gas (CO, SO2, NO2) Chemical asphyxiants 4
Solvent Iritasi respirasi, Kematian 4
Heavy Metal Metal Fume Fever, Cancers 4
Faktor Biologi
Sanitasi Makanan Food Borne Diseases, Kematian 4
Water Supply Water Borne Diseases 3
Ergonomi Musculoscletal Diseases (MSDs) 3
Psikososial Stress Kerja 2

Hasil kajian terhadap bahaya yang ada matrik identifikasi bahaya (hazard rating) dan
di Bengkel AUTO 2000 kemudian diberi matrik exposure rating, masing-masing score
score. Penilaian bahaya dimasukkan kedalam dapat dilihat pada Tabel 3. dan Tabel 4.

152 November 2017


Lestari et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, November 2017, 8(3):145-159

Tabel 4.
Matrik Penilaian Pemajanan (Exposure Rating)

Elemen Exposure Level Score


Faktor Fisik
Bising (Noise) High (NAB) 4
Pencahayaan (Illumination) High (NAB) 4
Iklim Kerja Panas (Thermal Stress) Medium (NAB) 3
Getaran (Hand Arm Vibration) Normal (NAB) 2
Faktor Kimia
Dust (TSP) Normal (NAB) 2
Gas (CO,SO2,NO2) Normal (NAB) 2
Solvent Medium (Data Sekunder) 3
Heavy Metal Medium (Data Sekunder) 3
Faktor Biologi
Sanitasi Makanan Medium (Observasi) 3
Water Supply Good (Observasi) 2
Ergonomi Awkward posture 3
Psikososial Good (Quisioner) 2

Penilaian Risiko Kesehatan adalah melakukan penilaian risiko. Penilaian


Setelah melakukan penilaian pada Risk Matrix didapatkan dari hasil perkalian
potensial hazard dan tingkat keterpajanan antara Hazard Rating dengan Exposure
(exposure) di Bengkel AUTO 2000 Cabang Rating (R=HxE).
Plaju Palembang, maka langkah selanjutnya

Tabel 5.
Matrik Risiko (Risk Matrix)

Exposure Rating
Hazard
1 2 3 4 5
Rating
1
2 Stress Kerja Iklim Kerja Panas Pencahayaan
Getaran, Water
3 Ergonomi
Supply
Solvent, Heavy Metal,
4 Dust, Gas Bising (Noise)
Sanitasi Makanan
5
Keterangan :
: Kategori Risiko Tinggi
: Kategori Risiko Sedang
: Kategori Risiko Rendah

Selanjutnya data yang telah didapat yang telah dilakukan oleh Bengkel AUTO
dimasukkan dalam Risk Manageability 2000, maka daftar pada Risk Matrix diatas
Matrix. Namun terlebih dahulu memasukan dimasukkan ke dalam Risk Manageability
tingkat pengendalian yang telah dilakukan Matrix guna menentukan prioritas
oleh Bengkel AUTO 2000 Cabang Plaju pengendalian yang harus dilakukan
Palembang untuk tiap-tiap variabel hazard. perusahaan.
Setelah menetapkan tingkat pengendalian

November 2017 153


Lestari et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, November 2017, 8(3):145-159

Tabel 6.
Matrik Risiko (Risk Matrix)

Low Medium High Tingkat


Elemen
(≤6) (7-12) (≥13) Pengendalian
Faktor Fisik
Bising (Noise) √ S
Pencahayaan (Illumination) √ R
Iklim Kerja (Thermal Stress) √ S
Getaran (Hand Arm Vibration) √ R
Faktor Kimia
Dust (TSP) √ S
Gas (CO,SO2,NO2) √ S
Solvent √ S
Heavy Metal √ S
Faktor Biologi
Sanitasi Makanan √ R
Water Supply √ R
Ergonomi √ S
Psikososial √ S
Keterangan:
Tingkat Pengendalian:
Rendah (R) : Masalah tersebut belum dikelola dan pajanan belum dikendali
Sedang (S) : Masalah tersebut sudah dikelola tapi pajanan masih belumterkendali
Tinggi (T) : Masalah tersebut sudah dikelola dan pajanan sudah terkendali

RISK

High
Noise

Illumination Dust (TSP)


Medium Food Sanitation Gas
Solvent
Heavy Metal
Ergonomi
Vibration Thermal Stress
Low Water Supply Psikososial

Low Medium High

MANAGEABILITY

Gambar 1.
Risk Manageability Matrix

PEMBAHASAN kebisingan yang berbeda. Sumber bising yang


Kategori Risiko Tinggi terdapat pada lokasi Stall General Repair
Berdasarkan hasil penelitian, potensial berasal dari mesin dan alat yang sedang
hazard di Bengkel AUTO 2000 cabang Plaju dioperasikan di lokasi tersebut. Mesin dan alat
Palembang yang termasuk dalam kategori tersebut berupa mesin kompresor dan Air
risiko tinggi adalah bising (Noise). Kebisingan Gun. Jenis kebisingan pada mesin kompresor
pada dua lokasi kerja, yaitu lokasi Stall berupa kebisingan yang kontinu dengan
General Repair dan lokasi Body and Paint spektrum frekuensi yang luas, sedangkan pada
Repair, memiliki sumber dan tingkat Air Gun merupakan jenis kebisingan berupa

154 November 2017


Lestari et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, November 2017, 8(3):145-159

kebisingan intermittent atau terputus-putus.2 (dekat oven pengecatan) melebihi nilai NAB
Lokasi Stall General Repair merupakan area Kebisingan dengan nilai 78,7-85,7 dBA. Hal
tertutup berbeda dengan lokasi Body and tersebut dikarenakan mesin oven pengecatan
Paint Repair yang merupakan area terbuka. dan mesin kompresor sedang dioperasikan
Suara-suara yang ditimbulkan dari mesin secara bersama-sama. Jenis kebisingan ini
kompresor, Air Gun, serta suara deru mesin merupakan kebisingan yang kontinu dengan
kendaraan yang dihidupkan untuk mengecek spektrum frekuensi yang luas.
apakah mesin kendaraan dapat berfungsi Sedangkan hasil pengukuran kebisingan
dengan baik atau tidak, dapat bergema di pada sumber kebisingan, semua sumber
lokasi ini. Hasil pengukuran tingkat melebihi Nilai Ambang Batas Kebisingan
kebisingan pada lingkungan kerja untuk lokasi yaitu melebihi 85 dBA. Serta dilakukan juga
Stall General Repair, menyatakan bahwa pada pengukuran terhadap pekerja yang terpajan,
titik 4 melebihi NAB. Titik 4 tersebut yaitu pekerja yang terpajan dari pekerjaan
merupakan area kerja di depan Ruang pengetokan sebesar 87-97 dBA serta pekerja
Spooring, dengan hasil pengukuran 72,5-86,4 yang terpajan di sekitar mesin oven
dBA. pengecatan sebesar 84,9-86,8 dBA. Dari hasil
Pada saat dilakukan pengukuran di titik pengukuran pada pekerja yang terpajan, dapat
4, sekitar area tersebut sedang banyak disimpulkan bahwa pekerja terpajan
berlangsung kegiatan perbengkelan, seperti kebisingan terputus-putus (intermitent) yang
menaikkan kendaraan dengan menggunakan melebihi NAB setiap harinya.
lift car, suara mesin kendaraan yang sedang
running test, dan suara manusia juga turut Kategori Risiko Sedang
mempengaruhi pengukuran pada titik ini. Potensial hazard yang termasuk dalam
Karena pada saat dilakukan pengukuran, kategori risiko sedang adalah Pencahayaan
terdapat pekerja yang sedang mengobrol di (Illumination), Dust (TSP), Gas (CO, NO2,
ruang spooring, selain itu, juga ada teriakan- SO2), Solvent, Heavy Metal, Food Sanitation,
teriakan pekerja di lokasi Stall General dan Ergonomi. Bahaya dari pencahayaan yang
Repair. Seperti yang dinyatakan oleh Luxson, tidak memadai pada saat melakukan pekerjaan
bahwa tingkat kebisingan suara manusia perbengkelan dapat menyebabkan cidera
memang jauh lebih kecil dibandingkan ringan pada pekerja yang mengganggu kinerja
dengan sumber suara lainnya, namun atau menghilangkan waktu kerja. Kurangnya
demikian, suara manusia tetap diperhitungkan pencahayaan pada saat melakukan pekerjaan
sebagai sumber suara di tempat kerja.14 dapat saja mengakibatkan terjadinya
Sementara, pengukuran kebisingan pada kecelakaan kerja, seperti tangan tertusuk atau
sumber kebisingan yang terdapat pada lokasi terjepit benda tajam pada mesin kendaraan.
Stall General Repair, yaitu pengukuran pada Risiko bahaya akibat kurangnya
mesin kompresor juga melebihi NAB pencahayaan/intensitas cahaya hanya dapat
Kebisingan dengan nilai tingkat kebisingan timbul pada lokasi Stall General Repair.
84,2-86,8 dBA. Sumber bising pada lokasi Karena pada lokasi Body and Paint Repair
Body and Paint Repair berasal dari mesin merupakan area terbuka yang pencahayaannya
oven pengecatan, mesin kompresor yang berasal dari sinar matahari sehingga
berada di samping mesin oven pengecatan, pencahayaan di lokasi tersebut memenuhi
gerinda tangan, pada kegiatan spray painting, standard. Dari hasil pengukuran menunjukkan
kegiatan pengetokan dan kegiatan pemolesan. bahwa masih ada intensitas cahaya yang
Setelah dilakukan pengukuran kebisingan belum memenuhi standar minimal
pada lingkungan kerja di lokasi Body and 8
pencahayaan yang telah ditetapkan, terutama
Paint Repair, didapatkan bahwa pada titik 1

November 2017 155


Lestari et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, November 2017, 8(3):145-159

pada pekerja yang melakukan pekerjaan di Sehingga masih memungkinkan pekerja


bawah mobil dan perbaikan pada mesin di cap terpajan debu dan gas.
mobil. Hasil intensitas cahaya yang diperoleh Kemudian potensi bahaya untuk gas
melalui pengukuran sangat jauh di bawah (CO, NO2, SO2), gas CO dapat mengakibatkan
standar. Chemical Asphyxiants dimana CO berikatan
Pada faktor kimia, didapatkan hazard dengan Hemoglobin (Hb) 200 lebih kuat dari
berupa debu (dust), dalam hal ini berupa Total pada O2 sehingga oksigen tidak dapat
Suspended Particulate (TSP),TSP dihasilkan berikatan dengan Hb. Menurut Departemen
dari emisi gas kendaraan, mengandung timbal Kesehatan, pengaruh utama polutan SOx
hitam (Pb), serta dapat juga berasal dari tanah terhadap manusia adalah iritasi sistem
kering yang menempel pada mesin kendaraan pernafasan.15 Sedangkan untuk gas NO2
seperti rem dan Air Cleaner. Penyakit sangat berbahaya bagi manusia. NO2 bersifat
Pneumokoniosis merupakan salah satu racun terutama terhadap paru. Kadar NO2
penyakit yang diakibatkan oleh keterpajanan yang lebih tinggi dari 100 ppm dapat
debu, yang terjadi karena penimbunan debu mematikan sebagian besar binatang percobaan
dalam paru-paru. Gejala klinis keracunan dan 90% dari kematian tersebut disebabkan
timah hitam pada individu dewasa tidak akan oleh gejala pembengkakan paru (edema
timbul pada kadar Pb yang terkandung dalam pulmonari). Kadar NO2 sebesar 800 ppm akan
darah dibawah 80 mg Pb/100 gram darah mengakibatkan 100% kematian pada
namun hambatan aktivitas enzim untuk binatang-binatang yang diuji dalam waktu 29
sintesa haemoglobin sudah terjadi pada menit atau kurang. Pemajanan NO2 dengan
kandungan Pb normal (30–40 mg).15 Ditinjau kadar 5 ppm selama 10 menit terhadap
dari MSDS, gejala keracunan akut didapati manusia mengakibatkan kesulitan dalam
bila tertelan dalam jumlah besar yang dapat bernafas. Untuk solvent dan heavy metal,
menimbulkan sakit perut muntah atau diare dilihat dari kandungan bahan kimianya dan
akut. Gejala keracunan kronis bisa ditinjau MSDS-nya, diketahui bahwa pekerja
menyebabkan hilang nafsu makan, konstipasi yang terpajan secara terus-menerus akan
lelah sakit kepala, anemia, kelumpuhan mengalami gangguan kesehatan. Untuk
anggota badan, kejang dan gangguan mengurangi keterpajanan, pekerja diberi
penglihatan, serta memiliki efek fasilitas APD berupa masker dan kacamata
karsinogenik.16 Kadar debu di bengkel juga oleh perusahaan. Namun, tetap masih ada saja
diperkuat dengan hasil penelitian Sihombing, pekerja yang tidak menggunakan masker dan
yang menyimpulkan bahwa dari 15 bengkel kacamata yang berstandar.
pandai besi terdapat 9 diantaranya tidak Dalam hal sanitasi makanan Bengkel
memenuhi syarat dengan kadar debu tertinggi AUTO 2000 belum memiliki pengawasan
pada bengkel pandai besi II yaitu 9,37 mg/m3 terhadap penyediaan makanan pekerja
dan 6 bengkel pandai besi memenuhi syarat sehingga tidak diketahui bagaimana sanitasi
dengan kadar debu terendah pada bengkel makanan untuk pekerja. Seperti penelitian
pandai besi XV yaitu 8,96 mg/m3.16 Kadar yang dilakukan oleh Andriani, aplikasi
debu ruang kerja pandai besi baik yang higiene sanitasi makanan di Instalasi Gizi
memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat RSUD Palembang BARI tidak memenuhi
dapat menyebabkan gangguan saluran persyaratan dikarenakan tingkat
17
pernafasan pada pekerja 15 bengkel pandai pencapaiannya hanya sebesar 52,7%. Hal ini
besi.17 Ventilasi yang kurang baik serta alat tidak sesuai dengan Kepmenkes No. 715
penangkap debu yang belum bekerja dengan tahun 2003 tentang Higiene Sanitasi Makanan
sempurna mengakibatkan sirkulasi udara di Jasa boga yang dapat dikategorikan
Bengkel AUTO 2000 masih belum baik. memenuhi persyaratan jika tingkat pencapaian

156 November 2017


Lestari et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, November 2017, 8(3):145-159

penerapan berkisar antara 83%-92%.10 Bahaya kedua titik di lokasi Stall General Repair serta
fatal yang dapat terjadi akibat kurangnya di lokasi Body and Paint Repair masih berada
pengawasan adalah kematian karena dibawah Nilai Ambang Batas. Meskipun
keracunan makanan, selain itu dapat pengukuran iklim kerja panas pada sumber
menimbulkan penyakit berupa Food Borne ditemukan ada yang melebihi NAB yaitu di
Diseases. Lalu, bahaya ergonomi yang dapat dalam oven pengecatan, pekerja tidak terpajan
dialami oleh pekerja terjadi akibat posisi kerja panas secara terus menerus, waktu pajanan
yang dilakukan berulang-ulang, seperti pun bervariasi dan tidak melebihi waktu
jongkok, berdiri dibawah mobil sambil seharian, sehingga untuk bahaya iklim kerja
mendongak, membungkuk, serta posisi kerja panas masih bisa ditoleransi.
yang tidak ergonomis pada saat berbaring di Kemudian, water supply di Bengkel
bawah kendaraan dapat menimbulkan AUTO 2000 menggunakan air galon yang
penyakit yang berat pada pekerja berupa berasal dari Air Minum Depot Isi Ulang
Muskuloskeletal Diseases (MSDs), seperti (AMDIU) serta air sanitasi yang disuplai dari
nyeri pinggang (low back pain). Selain itu, Perusahaan Daerah Air Minum
pekerja juga dapat menderita nyeri pada leher (PDAM).Terdapat perbedaan antara Air
karena pekerjaan dibawah kendaraan yang Minum Dalam Kemasan (AMDK) dengan Air
mengharuskan pekerja untuk mendongak ke Minum Depot Isi Ulang (AMDIU). AMDK
atas, serta nyeri pada bagian kaki karena dihasilkan melalui rangkaian proses
terlalu lama jongkok. pengolahan yang berstandar, selain dengan
Semua potensial hazard yang ini rata- ozonisasi juga memakai fasilitas industri yang
rata masih berada pada batas wajar. Namun qualified, karenanya hampir seluruh AMDK
bukan berarti semuanya berada pada tingkat memiliki sertifikat Standar Nasional Indonesia
aman. Ada beberapa hal yang dapat memicu (SNI). Sedangkan AMDIU tidak sebagus
potensial hazard ini menjadi ancaman bagi AMDK, baik dari proses pengolahan maupun
kesehatan pekerja, diantaranya yaitu sifat pada jaminan kualitas hasil olahannya. Hasil
pajanan kumulatif, dimana apabila pekerja pemeriksaan air minum di 8 AMDIU yang
terpajan bahaya secara terus-menerus tanpa dilakukan oleh Khoeriyah dan Anies diketahui
memberi kesempatan bagi tubuh untuk me- bahwa terdapat 6 AMDIU yang mengandung
recovery, maka dampak kesehatan yang coliform, sebesar 3 MPN/100mL untuk 5
diakibatkan oleh potensial hazard akan AMDIU dan 4 MPN/100 mL untuk 1 AMDIU
terlihat dengan seringnya lama masa kerja. sehingga tidak memenuhi syarat Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Kategori Risiko Rendah Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010.18
Potensial hazard yang tergolong dalam Bahaya psikososial yang mungkin
kategori risiko rendah adalah Getaran muncul di Bengkel AUTO 2000 berupa stress
(Vibration), Iklim Kerja Panas (Thermal kerja, dilihat dari hasil kuesioner NIOSH.
Stress), Water Supply, dan faktor psikososial. Penyebab pekerja tersebut mengalami stress
Dari hasil observasi di lapangan, pekerjaan- kerja jika dilihat dari hasil kuesioner ketiga
pekerjaan yang menggunakan peralatan kerja pekerja tersebut, yaitu karena adanya konflik
yang dapat menimbulkan getaran tidak terlalu pada peran mereka sebagai anggota kerja,
sering digunakan sehingga bahaya ini masih selain itu juga menurut mereka pimpinan di
pada batas toleransi dalam penggunaanya unit kerja mereka seringkali bertindak tidak
dilihat dari frekuensi penggunaan. Sedangkan fair, serta pekerjaan yang mereka kerjakan
mengenai iklim kerja panas, dari hasil terlalu berat dan mereka tidak punya
pengukuran didapatkan hasil bahwa pada kekuasaan untuk mengubahnya. Penyebab
diatas diperkuat oleh pernyataan menurut

November 2017 157


Lestari et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, November 2017, 8(3):145-159

Greenberg dalam Situngkir, yang menjelaskan (vibration), iklim kerja panas (thermal stress),
bahwa ada beberapa faktor yang dapat water supply, dan faktor psikososial.
menyebabkan stress kerja seperti beban kerja Saran dari penelitian ini adalah sebagai
berlebih, konflik peran dalam organisasi, berikut:
pengembangan karier misalnya promosi 1. Tingkat Kebisingan di Bengkel AUTO
jabatan, hubungan antar pribadi, hubungan 2000 Cabang Plaju Palembang tergolong
tenaga kerja dengan rekan kerja, atasan dan dalam Kategori Risiko Tinggi sehingga
klien, serta ketidakpuasan tenaga kerja pada perusahaan diharapkan dapat melakukan
gaji.19 Potensial hazard berikut berada pada pengendalian kebisingan dengan
batas yang dapat diterima oleh tubuh pekerja. melaksanakan Program Konservasi
Salah satu penyebabnya dikarenakan lama Pendengaran (Hearing Conservation
pajanan terhadap bahaya tidak berlangsung Programs), seperti mengevaluasi
lama dan terus-menerus. Selain itu, adanya pemajanan kebisingan, adanya pelatihan
tindakan pencegahan dan pengendalian para pekerja, evaluasi audiometri,
terhadap bahaya pun dapat mempengaruhi melakukan pengendalian
tingkat risiko yang ditimbulkan. Faktor engineering/administrative control, serta
psikososial tidak tampak pada pekerja memberikan Alat Pelindung Diri seperti
dikarenakan perusahaan secara rutin earplug pada pekerja.
mengadakan program-program kesejahteraan 2. Diharapkan Bengkel AUTO 2000 dapat
pekerja setiap tahunnya. melakukan identifikasi potensial hazard di
KESIMPULAN DAN SARAN lingkungan kerja. Dapat membentuk tim
khusus untuk melakukan penilaian risiko
Pontensial hazard di Bengkel AUTO
kesehatan serta untuk melakukan inspeksi
2000 cabang Plaju Palembang yang termasuk
terhadap semua faktor risiko, serta
dalam kategori risiko tinggi yaitu dari
mensosialisasikan dan menginformasikan
kebisingan (noise), kategori risiko sedang
kepada pekerja mengenai potensi bahaya
yaitu pencahayaan (illumination), dust (TSP),
yang mungkin timbul dari setiap kegiatan
Gas (CO, NO2, SO2), solvent, heavy metal,
serta mengimbau kepada pekerja untuk
sanitasi makanan, dan faktor ergonomic, dan
selalu menggunakan APD.
kategori risiko rendah yaitu getaran

DAFTAR PUSTAKA 5. Shell Health Safety and Environment


(HSE) Committee. Chemical Hazard:
1. Subaris, Heru dan Haryono. Hygiene
Health Risk Assessment and Exposure
Lingkungan Kerja. Jogjakarta: Mitra
Evaluation; September 1995.
Cendika; 2008.
6. Malaka, Tan. Health Risk Assessment of
2. Buchari. Penyakit Akibat Kerja dan
Geothermal Operation: Case Study of
Penyakit Terkait Kerja; 2007 [cited 2011
Geothermal Power Plants in West Java,
Jun 21]. Available
2006; 5 (3): 1-21.
from:library.usu.ac.id/download/ft/07002
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
746.pdf.
Indonesia Nomor 70 Tahun 2016 tentang
3. International Labour Organization
Standar dan Persyaratan Kesehatan
Subregional Office for South-East and
Lingkungan Kerja Industri.
The Pacific. Keselamatan dan Kesehatan
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Kerja (K3) di Indonesia. Manila
Indonesia Nomor
(Filipina); 2004.
1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang
4. Harrianto, Ridwan. Buku Ajar Kesehatan
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Kerja. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
Perkantoran dan Industri.
EGC; 2010.

158 November 2017


Lestari et al. / Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, November 2017, 8(3):145-159

9. Peraturan Gubernur Sumatera Selatan www.depkes.go.id/downloads/Udara.PD


Nomor 17 Tahun 2005 tentang Baku F.
Mutu Udara Amibien. 16. Sihombing, Karel F. Pengukuran Kadar
10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Debu dan Gangguan Saluran Pernafasan
Indonesia Nomor Pekerja Bengkel Pandai Besi di Desa
715/MENKES/SK/V/2003 tentang Sitampurung Kecamatan Siborongborong
Persyaratan Hygiene Sanitasi Jasaboga. Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2006.
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik 2009 [cited 2011 October 06]. Available
Indonesia Nomor from:
492/MENKES/PER/IV/2010 tentang repository.usu.ac.id/handle/123456789/1
Persyaratan Kualitas Air Minum. 4786.
12. National Institute for Occupational 17. Andriani, Mewi, dkk. Analisis Aplikasi
Safety and Health (NIOSH). Exposure to Higiene Sanitasi Makanan di Instalasi
Stress: Occupational Hazards in Gizi Rumah Sakit Umum Daerah
Hospitals.2008 [cited 2011 October 31]. Palembang BARI Tahun 2009.Jurnal
Available from: Kesehatan Bina Husada. 2010; 6 (2): 49-
http://www.cdc.gov/niosh/docs/2008- 59.
136/. 18. Khoeriyah, Ari, dan Anies. Aspek
13. National Institute for Occupational Kulitas Bakteriologis Depot Air Minum
Safety and Health (NIOSH). Quality of Isi Ulang (DAMIU) di Kabupaten
Worklife Questionaire. 2002 [cited 2011 Bandung Barat. MKB. 2015; 47 (3): 137-
July06]. Available from: 143.
http://www.cdc.gov/niosh/topics/ stress/. 19. Situngkir, Decy. Gambaran Stres Kerja
14. Luxson, Muhammad. dkk. Kebisingan di pada Terapis Anak Autisme di Yayasan
Tempat Kerja. Jurnal Kesehatan Bina Terapi Anak Autisme Kecamatan Medan
Husada.2010; 6 (2): 75-85. Baru di Medan Tahun 2010. 2010 [cited
15. Departemen Kesehatan. Parameter 2011 October 06]. Available from:
Pencemar Udara dan Dampaknya repository.usu.ac.id/handle/123456789/2
terhadap Kesehatan. [cited 2011 October 0695.
31]. Available from:

November 2017 159

You might also like