Panduan Outbreak New

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 17

1

PEDOMAN MONITORING OUTBREAK

BAB I
PENDAHULUAN

A. LatarBelakang
Dalam menentukan kejadian luar biasa/ epidemi perlu batasan yang jelas tentang
komunitas, daerah,dan waktu terjadinya peningkatan kasus. Untuk dapat dikatakan
kejadian luar biasa/epidemi, jumlah kasus tidak harus luar biasa banyak dalam arti
absolut, melainkan luar biasa banyak dalam arti relatif, ketika dibandingkan dengan
insidensi biasa pada masa yang lalu, disebut tingkat endemis (Greenberg et al., 2005).
Segelintir kasus bisa merupakan epidemi jika muncul pada kelompok,tempat, dan
waktu yang tidak biasa. Ditemukannya dua kasus penyakit yang telah lama absen
(misalnya, variola), atau pertama kali invasi di suatu populasi dan wilayah (misalnya,
HIV/ AIDS), dapat dikatakan epidemi, dan otoritas kesehatan dapat mulai melakukan
penyelidikan dan pengendalian terhadap epidemi itu (Last, 2001).
Konsep epidemi berlaku untuk penyakit infeksi, penyakit non-infeksi, perilaku
kesehatan,maupun peristiwa kesehatan lainnya, misalnya epidemi kolera, epidemi
SARS, epidemi gizi buruk anak balita, epidemi merokok, epidemi stroke, epidemi Ca
paru, dan sebagainya (Gerstman, 1998;Last, 2001; Greenberg et al., 2005; Barreto et
al., 2006). Misalnya ditemukan di kalangan pria homoseksual sejumlah kasus (disebut
“cluster”) radang paru langka, yaitu “pneumonia pneumocystis carinii” (kini
pneumocystis jiroveci pneumonia). Meski hanya menyangkut segelintir kasus (rare
events), peristiwa itu merupakan peristiwa luar biasa (extra-ordinary events) yang dapat
disebut epidemi, karena belum pernah dijumpai sebelumnya. Penyakit itu lalu dikenal
sebagai AIDS (Acquired Immuno-Deficiency Syndrome). Kejadian luar biasa terjadi jika
terdapat ketidakseimbangan antara penjamu, agen, dan lingkungan:
1. Keberadaan patogen (agen yang menimbulkan penyakit) dalam jumlah cukup untuk
menjangkiti sejumlah individu;
2. Terdapat modus transmisi patogen yang cocok kepada individu-individu rentan;
3. Terdapat jumlah yang cukup individu-individu rentan yang terpapar oleh
patogen(Greenberg et al., 2005).
Tujuan pedoman kejadian luar biasa adalah sebagai pedoman bagi seluruh unit
yang terkait dalam pelaksanaan kejadian kejadian luar biasa.Sasaran dari pedoman ini
2

untuk pengambil kebijakan dan pelaksana kesehatan di Rumah Sakit Bhayangkara


Tingkat III Kendari.
3

BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup panduan Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah untuk memberikan
panduan bagi Petugas Kesehatan di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat III Kendari guna
berperan dalam pencegahan infeksi nosokomial (baik dari pasien ke petugas maupun dari
pasien ke pasien lainnya) yang diakibatkan karena timbulnya atau meningkatnya kejadian
kesakitan (infeksi rumah sakit) yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah
dalam kurun waktu tertentu
RuangLingkupKejadianLuarBiasa (KLB)meliputi :
a. Verifikasi
b. Memastikan kasus dan kontak
c. Analisa data
d. Buat hipotesa tentang sumber penularan dan penyebarannya.
e. Penanggulangan dan pencegahan.
f. Surveilans
g. Komunikasi
4

BAB III
TATALAKSANA

A. Tata Laksana Kejadian Luar Biasa (KLB)


Tujuan Menanggulangi dan mengendalikan KLB yang sedang terjadi
danmencegah kemungkinan terjadinya KLB serupa dimasa yang akan datang.
Kegiatanpenanganan Kejadian Luar Biasa (KLB)meliputi :
1. Verifikasi
Memastikan bahwa diagnosa ditegakkan dengan benar secara klinis dan
laboratoris (jika memungkinkan) atau Diagnosa ditegakkan berdasarkan kriteria
standart untuk definisi kasus yang dipakai.
Bagaimana melakukan Verifikasi Diagnosa:
a. Kumpulkan informasi lebih detail akan gejala klinis dan kriteria yang
digunakan untuk menegakan diagnosa.
b. Kunjungi dan wawancara tanyakan ke dokternya untuk membantu menegakan
diagnosa.
2. Memastikan kasus dan kontak
Cara untuk menentukan Kejadian Luar Biasa (KLB) terjadi bila :
a. Adanya peningkatan jumlah kasus/insidens suatu penyakit adalah KLB dapat
dilakukan dengan cara : membandingkan kasus/insidens dengan jumlah
kasus/insidens pada minggu, bulan atau beberapa tahun sebelumnya dalam
periode waktu yang sama.
b. Harus selalu diingat bahwa peningkatan jumlah kasus insidens dibandingkan
periode waktu sebelumnya belum tentu merupakan suatu KLB.
c. Selain karena KLB peningkatan seperti ini dapat disebabkan antara lain :
1) Perubahan sistem pelaporan, definisi kasus.
2) Peningkatan kualitas pelayanan yang menyebabkan masyarakat lebih
antusias untuk berobat.
3) Peningkatan kualitas diagnosa penyakit.
3. Pengumpulan Data
a. Tujuan pengumpulan data
Untuk mendapatkan informasi mengenai sumber penularan atau penyebab
KLB, cara penularan,dan population at risk dalam suatu KLB.
b. Langkah-langkah dalam pengumpulan data :
1) Tentukan definisi kasus
5

2) Tentukan Informasi yang akan dikumpulkan


3) Susun kuesioner pengumpulan data
4) Pencarian kasus baru dan kontak
4. Analisa data
Sebelum melaksanakan analisa data, harus melakukan pembersihan data (data
claining) yang tujuannya adalah untuk mendapatkan data yang dipercaya
kebenarannya, bebas dari salah ketik atau tulis, konsisten.
5. Buat hipotesa tentang sumber penularan dan penyebarannya.
Setelah data dianalisa dilakukan langkah berikutnya adalah membuat hipotesa
mengenai sumber penularan, cara penularan dan population at risk.
6. Penanggulangan dan pencegahan.
Tindakan pencegahan dan penanggulangan KLB harus dilaksanakan sedini
mungkin sebenarnya pada saat diagnosa telah diverifikasi. Dengan mengetahui
diagnosa suatu penyakit, tindakan pengobatan sudah dilaksanakan segera.
7. Surveilans
Surveilans adalah kegiatan pengamatan sistematis aktif dan terus menerus
terhadap timbulnya dan penyebaran infeksi nosokomial pada suatu peristiwa yang
menyebabkan peningkatan atau penurunan resiko tersebut.
8. Komunikasi
Kejadian Luar Biasa dapat dikomunikasikan dengan jalur komunikasi yang berlaku
di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat III Kendari.
6

B. ALUR MONITORING OUTBREAK


Tim Penanggulangan Kejadian Luar Biasa Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat III
Kendari.

Kepala Rumah Sakit

Komite Medis

Jangmed Yanwat IPPRS

Tim PPI Ketua Tim KLB

Anggota:
1. IPCLN dan IPCN
2. IRNA
3. K3
4. Farmasi
5. Laboratorium
7

Uraian tugas pokok Tim Penanggulangan KLB Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat III
Kendari:

BAGIAN URAIAN TUGAS

Kepala Rumah Pelindung:


Sakit
1. Melakukan kajian bersama tim terkait tentang KLB dan
merencanakan upaya penanggulangan KLB secara menyeluruh.
2. Menentukan saat awal dan berakhirnya KLB.
3. Menyampaikan pernyataan resmi kepada seluruh unit kerja hal-hal
terkait KLB agar tidak menimbulkan keresahan.

Komite medic 1. Pelindung:


2. Membantu tugas Karumkit dalam merencanakan upaya
penanggulangan KLB serta koordinasi dengan stake-holder

Yanwat Melakukan koordinasi lintas bidang dalam perencanaan


penanggulangan KLB

Ketua Tim KLB Melakukan tindakan penanggulangan KLB sesuai alur dan SPO KLB.

IRNA Melakukan penyesuaian/perubahan system pelayanan IRNA sebagai


dampak KLB

Farmasi Menyediakan fasilitas obat-obatan dan disinfektan terkait KLB

K3 Upaya untuk kebersihan dan penyehatan lingkungan

Jangmed Menyediakan seluruh kebutuhan APD yang diperlukan untuk KLB

Laboraturium Melakukan pemeriksaan laboratorium untuk membantu menegakkan


diagnosis laboratorium pasien KLB
8

BAB IV
INVESTIGASI OUTBREAK

A. DEFINISI
Kejadian luar biasa adalah peningkatan insidensi kasus yang melebihi ekspektasi
normal secara mendadak pada suatu komunitas, di suatu tempat terbatas.

B. TUJUAN INVESTIGASI KEJADIAN LUAR BIASA


Intinya, investigasi Kejadian luar biasa dilakukan untuk dua tujuan:
1. Mengetahui penyebab Kejadian luar biasa;
2. Menyetop Kejadian luar biasa sekarang dan mencegah Kejadian luar biasa di masa
mendatang (Greenberg et al., 2005).

Tujuan khusus investigasi Kejadian luar biasa adalah mengidentifikasi:


1. Agen kausa Kejadian luar biasa;
2. Cara transmisi;
3. Sumber Kejadian luar biasa;
4. Carrier;
5. Populasi berisiko;
6. Paparan yang menyebabkan penyakit (faktor risiko)

C. LANGKAH-LANGKAH INVESTIGASI KEJADIAN LUAR BIASA


Tabel dibawah ini menyajikan 7 langkah investigasi Kejadian luar biasa. Perhatikan,
jumlah langkah dan sekuensi investigasi Kejadian luar biasa bisa bervariasi, tetapi
intinya mencakup prinsip seperti disajikan Tabel dibawah ini :
No Langkah langkah investigasi Kejadian luar biasa
1 Identifikasi Kejadian luar biasa
2 Investigasi kasus
3 Investigasi kausa
4 Langkah pencegahan dan pengendalian
5 Studi Analitik (jika perlu)
6 Komunikasikan temuan
7 Evaluasi dan teruskan surveilans
9

Langkah pencegahan kasus dan pengendalian Kejadian luar biasa dapat dimulai
sedini mungkin (do early) setelah tersedia informasi yang memadai. Bila investigasi
Kejadian luar biasa telah memberikan fakta yang jelas mendukung hipotesis tentang
kausa Kejadian luar biasa, sumber agen infeksi, dan cara transmisi yang menyebabkan
Kejadian luar biasa, maka upaya pengendalian dapat segera dimulai tanpa perlu
menunggu pengujian hipotesis oleh studi analitik yang lebih formal.
1. Identifikasi Kejadian luar biasa
Kejadian luar biasa adalah peningkatan kejadian kasus penyakit yang lebih banyak
daripada ekspektasi normal di suatu area atau pada suatu kelompok tertentu, selama
suatu periode waktu tertentu.
Sumber data kasus untuk menenetukan terjadinya Kejadian luar biasa:
(1) Catatan surveilans dinas kesehatan;
(2) Catatan morbiditas dan mortalitas di rumah sakit;
(3) Catatan morbiditas dan mortalitas di puskesmas;
(4) Catatan praktik dokter, bidan, perawat;
(5) Catatan morbiditas upaya kesehatan sekolah (UKS).
Faktor mempengaruhi dilakukan atau tidaknya investigasi Kejadian luar biasa:
(1) Keparahan penyakit;
(2) Potensi untuk menyebar;
(3) Pertimbangan politis;
(4) Perhatian dan tekanan dari masyarakat;
(5) Ketersediaan sumber daya.

2. Investigasi kasus
Kejadian luar biasa mendefinisikan kasus dengan menggunakan seperangkat kriteria
sebagai berikut:
(1) Kriteria klinis (gejala, tanda, onset);
(2) Kriteria epidemiologis (karakteristik orang yang terkena, tempat dan waktu terjadinya
Kejadian luar biasa);
(3) Kriteria laboratorium (hasil kultur dan waktu pemeriksaan) (Bres, 1986).
Definisi kasus harus valid (benar), baku, dan sebaiknya seragam.
10

Tabel : Klasifikasi kasus menurut kriteria pemeriksaan klinis, epidemiologis, dan


laboratorium

No Klasifikasi kasus Kriteria


1 Kasus suspek (suspected 1. Tanda dan gejala klinis cocok dengan penyakit,
case, syndromis case) terdapat bukti epidemiologi.
2. Tetapi tidak terdapat bukti laboratorium yang
menunjukkan tengah atau telah terjadi infeksi
(bukti laboratorium negatif, tidak ada, atau belum
ada)

2 Kasus mungkin (probable 1. Tanda dan gejala klinis cocok dengan penyakit,
case, presumptive case) terdapat bukti epidemiologis
2. Terdapat bukti laboratorium yang mengarah
tetapi belum pasti, yang menunjukkan tengah
atau telah terjadi
3. infeksi (misalnya, bukti dari sebuah tes serologis
tunggal
3 Kasus pasti Terdapat bukti pasti laboratorium (serologis,
(confirmed case, biokimia,bakteriologis, virologis, parasitologis)
definite case) bahwa tengah atau telah terjadi infeksi, dengan atau
tanpa kehadiran tanda, gejala klinis, atau bukti
epidemiologis
Sumber: Bres (1986)

Tujuan penemuan kasus:


(1) Mengetahui luas Kejadian luar biasa;
(2) Mengetahui populasi berisiko;
(3) Mengidentifikasi kasus sekunder (kemungkinan penyebaran dari orang ke orang);
(4) Mengidentifikasi sumber-sumber infeksi;
(5) Mengidentifikasi kontak dengan kasus terinfeksi.
11

Untuk menemukan kasus-kasus lainnya, peneliti Kejadian luar biasa dianjurkan untuk
menggunakan sebanyak mungkin sumber informasi:
(1) Surveilans aktif dan survei khusus (para peneliti dikirimkan ke daerah yang terkena
Kejadian luar biasa untuk mengumpulkan berbagai informasi tentang kondisi-kondisi
spesifik tertentu dari pelapor potensial, dokter, rumah sakit, sekolah, dan lain-lain);
(2) Surveilans pasif (mengandalkan laporan rutin oleh petugas kesehatan tentang
penyakit-penyakit yang harus dilaporkan);
(3) Pengembangan informasi kasus yang diperoleh dari media (berita yang dilansir media
ditanggapi dengan mengecek kasus di lapangan).

3. Investigasi kausa
Dengan menggunakan kuesioner dan formulir baku, peneliti mengunjungi pasien
(kasus), dokter, laboratorium, melakukan wawancara dan dokumentasi untuk
memperoleh informasi berikut:
(1) Identitas diri (nama, alamat, nomer telepon jika ada);
(2) Demografis (umur, seks, ras, pekerjaan);
(3) Kemungkinan sumber, paparan, dan kausa;
(4) Faktor-faktor risiko;
(5) Gejala klinis (verifikasi berdasarkan definisi kasus, catat tanggal onset gejala
untuk membuat kurva epidemi, catat komplikasi dan kematian akibat penyakit);
(6) Pelapor (berguna untuk mencari informasi tambahan dan laporan balik hasil
investigasi).

4. Melakukan pencegahan dan pengendalian


Prinsipnya, makin cepat respons pengendalian, makin besar peluang keberhasilan
pengendalian. Makin lambat repons pengendalian, makin sulit upaya pengendalian,
makin kecil peluang keberhasilan pengendalian, makin sedikit kasus baru yang bisa
dicegah.

Prinsip intervensi untuk menghentikan Kejadian luar biasa sebagai berikut:


(1) Mengeliminasi sumber patogen;
(2) Memblokade proses transmisi;
(3) Mengeliminasi kerentanan (Greenberg et al., 2005; Aragon et al., 2007).
12

Sedang eliminasi sumber patogen mencakup:


(1) Eliminasi atau inaktivasi patogen;
(2) Pengendalian dan pengurangan sumber infeksi (source reduction);
(3) Pengurangan kontak antara penjamu rentan dan orang atau binatang terinfeksi
(karantina kontak, isolasi kasus, dan sebagainya);
(4) Perubahan perilaku penjamu dan/ atau sumber (higiene perorangan, memasak daging
dengan benar, dan sebagainya);
(5) Pengobatan kasus.

Blokade proses transmisi mencakup:


(1) Penggunaan peralatan pelindung perseorangan (masker, kacamata, jas, sarung
tangan, respirator);
(2) Disinfeksi/ sinar ultraviolet;
(3) Pertukaran udara/ dilusi;
(4) Penggunaan filter efektif untuk menyaring partikulat udara;
(5) Pengendalian vektor (penyemprotan insektisida nyamuk Anopheles, pengasapan
nyamuk Aedes aegypti, penggunaan kelambu berinsektisida, larvasida, dan
sebagainya).

Eliminasi kerentanan penjamu (host susceptibility) mencakup:


(1) Vaksinasi;
(2) Pengobatan (profilaksis, presumtif);
(3) Isolasi orang-orang atau komunitas tak terpapar (“reverse isolation”);
(4) Penjagaan jarak sosial (meliburkan sekolah, membatasi kumpulan massa).
13

PENANGANAN KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)

KEPALA
RS BHAYANGKARA TINGKAT III
KENDARI

TIM PPI

IPCN

IPCLN

KETERANGAN :
Petugas Pelaksana / IPCN keliling ruangan setiap hari untuk memonitor pada pasien
yang dilakukan tindakan invansif, sehingga Tim PPI bisa mengetahui kejadian infeksi
atau KLB secara dini. Selanjutnya bila terjadi out break petugas pelaksana/ IPCN
Melaporkan ke Tim PPI. Kemudian Tim PPI mengecek kebenarannya ke tempat
yang melaporkan setelah itu dilanjutkan ke kemudian dilaporkan ke Karumkit untuk
mendapatkan tindak lanjut hasil investigasi tersebut.
Kejadian Luar Biasa (KLB)
1. Di dalam jam kerja
a. Pelaksana harian (IPCLN) segera menghubungi IPCN
b. Kepala unit kerja menghubungi Karumkit.
c. IPCN segera berkoordinasi dengan Tim PPI dalam hal ini Ketua Tim PPI.
d. Ketua Tim PPI melaporkan kejadian KLB kepada Karumkit dan melakukan
tindak lanjut.
14

e. Membentuk Panitia Adhock untuk Penelusuran masalah dan melaksanakan


Investegasi.

TINDAK LANJUT

Ketua Pelaksana Karumkit

Ketua Tim PPI

IPCLN IPCN

2. Diluar jam kerja :


a. Perawat jaga yang menemukan KLB melaporkan kepada Kepala
Ruangan,/Supervisi
b. Supervisi menuliskan di catatan keperawatan dan melaporkan kepada Kepala
Irna , IPCLN dan juga melaporkan kepada Dokter Penanggung Jawab Pasien
(DPJP).
c. IPCLN melaporkan KLB kepada Ketua Tim PPI, Supervisi menyampaikan KLB
kepada Kepala Keperawatan, selanjutnya melaksanakan koordinasi dengan
Tim PPI untuk membentuk Panitia Investigasi.
d. Kemudian hasil investigasi di laporkan kepada Karumkit secara tertulis untuk
dilaksanakan tindak lanjut.

Perawat
KaIrna

Perawat Ka Ruangan DPJP Panitia KEPALA


Jaga Investigasi RumahSakit

IPCLN Ketua Tim PPI

Tindak Lanjut
15

SKEMA PENANGANAN :

KASUS INFEKSI

Perawat

IPCLN

IPCN MANAJEMEN RUMAH SAKIT

TIM PPI

Mengkaji kejadian luar Umpan balik dan pembahasan situasi


Biasa dan melakukan dilakukan bersama manajemen rumah
Tindakan/strategi sakit & dokter spesialis

Monitoring pelaksanaan
KLB infeksi
Tindakan/strategi
pencegahan

KLB infeksi teratasi/ Rencana lebih lanjut dibahas dengan dokter


dibatasiagar tidak meluas infeksi dan manajemen rumah sakit
meluas

Pelaksanaan rencana tindakan


Dokumen & Data/
Informasi mengenai KLB
Infeksi Dilakukan pengawasan terus menerus dan
evaluasi hingga KLB teratasi
16

BAB V
MONITORING DAN EVALUASI
A. MONITORING
1. Survey aktif dilakukan oleh IPCN dan IPCLN setiap hari, bila ditemukan kasus baru
dicatat dan dilaporkan dalam formulir KLB kepada ketua tim KLB.
2. Perkembangan hasil laboratorium penunjang (Instalasi Mikrobiologi Klinik atau
Insatalasi Lab Sentral) dilaporkan setiap hari kepada ketua tim KLB.
3. Ketua tim KLB melakukan monitoring terhadap pasien KLB setiap hari dan
dilaporkan kepada Karumkit

B. EVALUASI
1. Tim KLB melakukan analisis rencana tindak lanjut untuk penanggulangan KLB
berkoordinasi dengan Komite PPI
2. Evaluasi penyediaan semua APD, disinfektan, handrub, sabun antiseptik, obat-
obatan.
17

BAB VI
PENUTUP

Pedoman investigasi kejadian luar biasa merupakan acuan untuk penatalaksanaan


dalam penanggulangan kejadian luar biasa di unit pelayanan terkait di Rumah Sakit
Bhayangkara Tingkat III Kendari . Pedoman ini disesuaikan dengan kejadian luar biasa
yang terjadi. dengan perkembangan ilmu dan teknologi serta kebijakan dan peraturan
yang ada dan berlaku di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat III Kendari .Keberhasilan dan
ketepatan penemuan kasus dan penanganan tindak lanjut, sangat tergantung kepada
komitmen, kemampuan dan kecepatan dalam penanggulangan kejadian luar biasa, serta
dukungan stake holder terkait untuk dapat mencapai hasil yang optimal.

You might also like