Protap Post Natal

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 18

BAB I

KAJIAN TEORI

A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi


Anatomi fisiologi sistem reproduksi wanita dibagi menjadi 2 bagian yaitu:
alat reproduksi wanita bagian dalam yang terletak di dalam rongga pelvis, dan alat
reproduksi wanita bagian luar yang terletak di perineum.
1. Alat Reproduksi Wanita Bagian Luar
a. Mons veneris / Mons pubis
Disebut juga gunung venus merupakan bagian yang menonjol di
bagian depan simfisis terdiri dari jaringan lemak dan sedikit jaringan ikat
setelah dewasa tertutup oleh rambut yang bentuknya segitiga. Mons
pubis mengandung banyak kelenjar sebasea (minyak) berfungsi sebagai
bantal pada waktu melakukan hubungan seks.
b. Bibir besar (Labia mayora)
Merupakan kelanjutan dari mons veneris berbentuk lonjong, panjang
labia mayora 7-8 cm, lebar 2-3 cm dan agak meruncing pada ujung
bawah. Kedua bibir ini dibagian bawah bertemu membentuk perineum,
permukaan terdiri dari: 1) Bagian luar Tertutup oleh rambut yang
merupakan kelanjutan dari rambut pada mons veneris. 2) Bagian dalam
Tanpa rambut merupakan selaput yang mengandung kelenjar sebasea
(lemak).
c. Bibir kecil (labia minora)
Merupakan lipatan kulit yang panjang, sempit, terletak dibagian dalam
bibir besar (labia mayora) tanpa rambut yang memanjang kea rah bawah
klitoris dan menyatu dengan fourchette, semantara bagian lateral dan
anterior labia biasanya mengandung pigmen, permukaan medial labia
minora sama dengan mukosa vagina yaitu merah muda dan basah.
d. Klitoris
Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil,
dan letaknya dekat ujung superior vulva. Organ ini mengandung banyak
pembuluh darah dan serat saraf sensoris sehingga sangat sensitive analog
dengan penis laki-laki. Fungsi utama klitoris adalah menstimulasi dan
meningkatkan ketegangan seksual.
e. Vestibulum
Merupakan alat reproduksi bagian luar yang berbentuk seperti perahu
atau lonjong, terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette.
Vestibulum terdiri dari muara uretra, kelenjar parauretra, vagina dan
kelenjar paravagina. Permukaan vestibulum yang tipis dan agak berlendir
mudah teriritasi oleh bahan kimia, panas, dan friksi.
f. Perinium
Merupakan daerah muskular yang ditutupi kulit antara introitus vagina
dan anus. Perinium membentuk dasar badan perinium.
g. Kelenjar Bartholin
Kelenjar penting di daerah vulva dan vagina yang bersifat rapuh dan
mudah robek. Pada saat hubungan seks pengeluaran lendir meningkat.
h. Himen (Selaput dara)
Merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina bersifat rapuh dan
mudah robek, himen ini berlubang sehingga menjadi saluran dari lendir
yang di keluarkan uterus dan darah saat menstruasi.
i. Fourchette
Merupakan lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, terletak
pada pertemuan ujung bawah labia mayoradan labia minora. Di garis
tengah berada di bawah orifisium vagina. Suatu cekungan kecil dan fosa
navikularis terletak di antara fourchette dan himen
2. Alat Reproduksi Wanita Bagian Dalam
a. Vagina
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan
mampu meregang secara luas karena tonjolan serviks ke bagian atas
vagina. Panjang dinding anterior vagina hanya sekitar 9 cm, sedangkan
panjang dinding posterior 11 cm. Vagina terletak di depan rectum dan di
belakang kandung kemih. Vagina merupakan saluran
muskulomembraneus yang menghubungkan rahim dengan vulva.
Jaringan muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter ani
dan muskulus levator ani oleh karena itu dapat dikendalikan.
Pada dinding vagina terdapat lipatan-lipatan melintang disebut rugae
dan terutama di bagian bawah. Pada puncak (ujung) vagina menonjol
serviks pada bagian uterus. Bagian servik yang menonjol ke dalam
vagina di sebut portio. Portio uteri membagi puncak vagina menjadi
empat yaitu: fornik anterior, fornik posterior, fornik dekstra, fornik
sinistra.
Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang menghasilkan
asam susu dengan PH 4,5. Keasaman vagina memberikan proteksi
terhadap infeksi. Fungsi utama vagina yaitu sebagai saluran untuk
mengeluarkan lendir uterus dan darah menstruasi, alat hubungan seks dan
jalan lahir pada waktu persalinan.
b. Uterus
Merupakan jaringan otot yang kuat, berdinding tebal, muskular, pipih,
cekung dan tampak seperti bola lampu / buah peer terbalik yang terletak
di pelvis minor di antara kandung kemih dan rectum. Uterus normal
memiliki bentuk simetris, nyeri bila ditekan, licin dan teraba padat.
Uterus terdiri dari tiga bagian yaitu: fundus uteri yaitu bagian corpus
uteri yang terletak di atas kedua pangkal tuba fallopi, corpus uteri
merupakan bagian utama yang mengelilingi kavum uteri dan berbentuk
segitiga, dan seviks uteri yang berbentuk silinder. Dinding belakang,
dinding depan dan bagian atas tertutup peritoneum sedangkan bagian
bawahnya berhubungan dengan kandung kemih.
Untuk mempertahankan posisinya uterus disangga beberapa
ligamentum, jaringan ikat dan peritoneum. Ukuran uterus tergantung dari
usia wanita, pada anak-anak ukuran uterus sekitar 2-3 cm, nullipara 6-8
cm, dan multipara 8-9 cm.
Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan yaitu peritoneum, miometrium /
lapisan otot, dan endometrium.
1) Peritoneum
a) Meliputi dinding rahim bagian luar
b) Menutupi bagian luar uterus
c) Merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan
d) Pembuluh darah limfe dan urat saraf
e) Meliputi tuba dan mencapai dinding abdomen
2) Lapisan otot
a) Lapisan luar: seperti “Kap” melengkung dari fundus uteri
menuju ligamentum
b) Lapisan dalam: berasal dari osteum tuba uteri sampai osteum
uteri internum
c) Lapisan tengah: terletak di antara kedua lapisan tersebut
membentuk lapisan tebal anyaman serabut otot rahim. Lapisan
tengah ditembus oleh pembuluh darah arteri dan vena.
Lengkungan serabut otot ini membentuk angka dan sehingga
saat terjadi kontraksi pembuluh darah terjepit rapat dengan
demikian perdarahan dapat terhenti.
3) Semakin ke arah serviks otot rahim makin berkurang dan jaringan
ikatnya bertambah. Bagian rahim yang terletak antara osteum uteri
internum anatomikum yang merupakan batas dan kavum uteri dan
kanalis servikalis dengan osteum uteri histologikum (dimana
terjadi perubahan selaput lendir kavum uteri menjadi selaput lendir
serviks) disebut istmus. Istmus uteri ini akan menjadi segmen
bawah rahim dan meregang saat persalinan.
4) Kedudukan uterus dalam tulang panggul ditentukan oleh tonus
otot rahim sendiri, tonus ligamentum yang menyangga, tonus otot-
otot dasar panggul, ligamentum yang menyangga uterus adalah
ligamentum latum, ligamentum rotundum (teres uteri),
ligamentum infindibulo pelvikum (suspensorium ovarii),
ligamentum kardinale machenrod, ligamentum sacro uterinum dan
ligamentum uterinum.
5) Pembuluh darah uterus
a) Arteri uterina asenden yang menuju corpus uteri sepanjang
dinding lateral dan memberikan cabangnya menuju uterus dan
di dasar endometrium membentuk arteri spinalis uteri
b) Di bagian atas ada arteri ovarika untuk memberikan darah
pada tuba fallopi dan ovarium melalui ramus tubarius dan
ramus ovarika.
6) Susunan saraf uterus Kontraksi otot rahim bersifat otonom dan
dikendalikan oleh saraf simpatis dan parasimpatis melalui
ganglion servikalis fronkenhouser yang terletak pada pertemuan
ligamentum sakro uterinum.
c. Tuba Fallopi
Tuba fallopi merupakan saluran ovum yang terentang antara kornu
uterine hingga suatu tempat dekat ovarium dan merupakan jalan ovum
mencapai rongga uterus. terletak di tepi atas ligamentum latum berjalan
ke arah lateral mulai dari osteum tubae internum pada dinding rahim.
Panjang tuba fallopi 12cm diameter 3-8cm. Dinding tuba terdiri dari tiga
lapisan yaitu serosa, muskular, serta mukosa dengan epitel bersilia.
Tuba fallopi terdiri atas :
1) Pars interstitialis (intramularis) terletak di antara otot rahim mulai
dari osteum internum tuba.
2) Pars istmika tubae, bagian tuba yang berada di luar uterus dan
merupakan bagian yang paling sempit.
3) Pars ampuralis tubae, bagian tuba yang paling luas dan berbentuk
“s”. 4) Pars infindibulo tubae, bagian akhir tubae yang memiliki
lumbai yang disebut fimbriae tubae.
Fungsi tuba fallopi :
1) Sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai kavum
uteri.
2) Untuk menangkap ovum yang dilepaskan saat ovulasi.
3) Sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi.
4) Tempat terjadinya konsepsi.
5) Tempat pertumbuahn dan perkembangan hasil konsepsi sampai
mencapai bentuk blastula yang siap mengadakan implantasi.
d. Ovarium
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel
menjadi ovum, ovulasi, sintesis, dan sekresi hormon – hormon steroid.
Letak: Ovarium ke arah uterus bergantung pada ligamentum
infundibulo pelvikum dan melekat pada ligamentum latum melalui
mesovarium.
B. Post Partum
Periode postpartum (nifas/puerperium) adalah masa setelah keluarnya
plasenta sampai alat–alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara
normal berlangsung selama enam minggu atau 42 hari (Ambarwati & Wulandari,
2008).
Masa nifas adalah waktu untuk perbaikan tubuh selama persalinan dan
kelahiran. Periode ini juga merupakan waktu untuk mempelajari perawatan diri
dan keterampilan perawatan bayi, penyatuan peran baru dan kelanjutan ikatan
keluarga serta penilaian terhadap bayi baru lahir (Novak & Broom, 1999). Masa
nifas berlangsung sejak ibu melahirkan sampai ibu berhenti mengeluarkan darah,
lamanya sekitar 40 hari setelah melahirkan (Nasedul, 2000).
1. Periode Post Partum
Periode postpartum terdiri dari tiga periode, immediate postpartum yaitu
masa 24 jam pertama setelah persalinan, early postpartum yaitu satu minggu
pertama setelah persalinan dan late postpartum yaitu setelah satu minggu
pertama persalinan sampai periode postpartum selesai (Coad & Dunstall,
2006).
Periode immediate postpartum merupakan masa kritis bagi ibu maupun
bayinya. Ibu sedang menjalani pemulihan fisik dan hormonal yang
disebabkan oleh proses kelahiran serta pengeluaran plasenta. Menurunnya
hormon-hormon plasenta memberi isyarat kepada tubuh ibu untuk mulai
memproduksi ASI dalam jumlah cukup untuk segera menyusui bayinya. Bayi
baru lahir yang lahir sehat secara normal akan terlihat sadar dan waspada,
serta memiliki refleks rooting dan refleks sucking untuk membantunya
mencari puting susu ibu, mengisapnya dan mulai minum ASI (Linkages,
2004).
2. Perubahan Fisiologis pada Masa Post Partum
a. Perubahan pada Sistem Reproduksi
1) Involusi Uteri.
Involusi uteri terjadi segera setelah melahirkan dan berlangsung
cepat. Dalam 12 jam pertama setelah melahirkan fundus uteri teraba
satu cm dibawah pusat, lima sampai enam minggu kemudian kembali
ke dalam ukuran tidak hamil. Dinding endometrium pada bekas
implantasi plasenta pada lapisan superfisial akan mengalami nekrotik
dan akan keluar cairan berupa sekret sebagai lochea. Luka bekas
implantasi plasenta akan sembuh sempurna sekitar enam minggu
setelah kelahiran (Bobak dkk., 2004).
Kegagalan penyembuhan tempat menempelnya plasenta dapat
menyebabkan pengeluaran lochea terus menerus, perdarahan
pervaginam tanpa nyeri. Menyusui dan mobilisasi menyebabkan
ekskresi lochea sedikit lebih banyak dibandingkan posisi tidur saja,
karena itu menyusui dan mobilisasi dini yang disertai asupan nutrisi
yang adekuat mempercepat proses involusi uteri (Coad & Dunstall,
2006).
2) Serviks, Vagina dan Perineum
Serviks dan segmen bawah uterus menjadi lebih tipis selama
immediate postpartum. Pada beberapa persalinan terjadi laserasi pada
serviks. Vagina dan perineum dapat mengalami robekan, edema dan
memar (Ambarwati & Wulandari, 2009).
3) Payudara
Perkembangan kelenjar mamae secara fungsional lengkap pada
pertengahan masa kehamilan, tetapi laktasi terhambat sampai kadar
estrogen menurun, yakni setelah janin dan plasenta lahir. Konsentrasi
hormon yang menstimulasi perkembangan payudara selama hamil
menurun dengan cepat setelah bayi lahir. Waktu yang dibutuhkan
hormon kembali ke kadar sebelum hamil sebagian ditentukan oleh
apakah ibu menyusui atau tidak.
Pada ibu yang tidak menyusui kadar prolaktin akan turun dengan
cepat. Pada hari ketiga dan keempat postpartum bisa terjadi
pembengkakan (engorgement), payudara teregang, keras, nyeri bila
ditekan dan hangat jika diraba. Distensi payudara terutama disebabkan
oleh kongesti sementara vena dan pembuluh limfatik bukan akibat
penimbunan air susu. Pembengkakan dapat hilang dengan sendirinya
dan rasa tidak nyaman biasanya berkurang dalam 24 jam sampai 36
jam.
Pada ibu yang menyusui, sebelum laktasi dimulai payudara teraba
lunak dan suatu cairan kekuningan yakni kolostrum dikeluarkan dari
payudara. Setelah laktasi dimulai, payudara teraba hangat dan keras
ketika disentuh (Bobak dkk., 2005).
4) Sistem Urinaria
Uretra, kandung kemih dan jaringan sekitar meatus urinarius
dapat mengalami trauma mekanik akibat desakan oleh bagian yang
berpresentasi selama persalinan kala II, Hal ini dapat menyebabkan
kehilangan sensasi untuk buang air kecil (Ambarwati & Wulandari,
2009).
5) Sistem sirkulasi dan Vital Sign
Adanya hipervolemi, dimana terjadi peningkatan plasma darah
saat persalinan menyebabkan ibu toleran terhadap kehilangan darah
saat persalinan. Segera setelah kelahiran terjadi peningkatan cardiac
output yang dapat tetap ada selama 28 jam setelah kelahiran dan akan
turun secara perlahan pada keadaan normal sekitar 12 minggu setelah
persalinan (Bobak dkk., 2004; Derek & Jones, 2005).
6) Sistem Muskuloskeletal
Selama beberapa hari hormon relaxin menurun, dan ligamen
kartilago pelvis mulai kembali ke keadaan sebelum hamil. Pada
sebagian ibu, otot abdomen dapat melemah dan kendur. Hal ini
mempengaruhi resiko konstipasi selama postpartum karena penurunan
tonus dinding abdomen mempengaruhi motilitas usus. Stasis vena
yang dapat terjadi selama hamil tua, berkontribusi terhadap
terbentuknya bekuan darah (trombosis) pada ekstremitas bawah. Hal
ini dapat dicegah dengan mobilisasi dini setelah persalinan.( Burrougs
& Leifer, 2001; Bobak dkk., 2004).
7) Sistem Gastrointestinal
Ibu akan sering haus dan lapar setelah melahirkan, akibat
kehabisan tenaga dan restriksi cairan selama persalinan. Pembatasan
asupan nutrisi dan cairan dapat menyebabkan gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit serta keterlambatan pemulihan fungsi tubuh (
Bobak dkk., 2004; Derek & Jones 2005).
8) Sistem Endokrin
Level estrogen dan progesteron menurun setelah ekspulsi
plasenta. Jika ibu tidak menyusui, level estrogen akan kembali
meningkat sekitar tiga minggu setelah kelahiran yang diikuti dengan
kembalinya menstruasi. Pada ibu menyusui level estrogen dan
progesteron lebih lambat kembali pada level sebelum hamil.; Derek &
Jones, 2005 ; Ambarwati & Wulandari, 2009).
3. Perubahan Psikologi pada Masa Post Partum
Ada tiga fase penyesuaian Ibu terhadap perannya sebagai orang tua yaitu :
a. Fase Dependen
Selama satu atau dua hari pertama setelah melahirkan, ketergantungan
ibu menonjol. Pada waktu ini ibu mengharapkan segala kebutuhannya
dapat dipenuhi orang lain. Rubin (1961) menetapkan periode ini sebagai
fase menerima (taking-in phase), suatu waktu dimana ibu memerlukan
perlindungan dan perawatan (Bobak dkk., 2004).
b. Fase Dependen-Mandiri
Apabila ibu telah menerima asuhan yang cukup selama beberapa jam
atau beberapa hari pertama setelah persalinan, maka pada hari kedua atau
ketiga keinginan untuk mandiri timbul dengan sendirinya. Secara
bergantian muncul kebutuhan untuk mendapat perawatan dan penerimaan
dari orang lain dan keinginan untuk bisa melakukan segala sesuatu secara
mandiri. Keadaan ini disebut juga fase taking-hold yang berlangsung
kira-kira sepuluh hari (Bobak dkk., 2004).
c. Fase Interdependen
Pada fase ini perilaku interdependen muncul, ibu dan para anggota
keluarga saling berinteraksi. Hubungan antar pasangan kembali
menunjukkan karakteristik awal. Fase yang disebut juga letting-go ini
merupakan fase yang penuh stres bagi orangtua. Suami dan Istri harus
menyesuaikan efek dan perannya masing-masing dalam hal mengasuh
anak, mengatur rumah dan membina karier (Bobak dkk., 2004).
BAB II

MANAJEMEN FISIOTERAPI

A. Identitas Pasien

Nama : Ny. Byun


Usia : 24 tahun
Jenis Kelamin : Wanita
Alamat : Jalan Hasanuddin
Pekerjaan : Dosen
Status : Menikah
Agama : Islam
Hobi : Menjahit

Vital Sign
Tekanan Darah : 120/ 90 mmHg
Pernapasan : 30 x/menit
Denyut Nadi : 105 x /menit
Suhu : 36.5 derajat celcius
Berat badan : 49 kg
Tinggi Badan :153 cm
IMT : 20.93
B. Chief Complain

Nyeri perut bawah pasca melahirkan


C. History Taking
No. Fisioterapis Pasien
1. Kapan ibu melahirkan? 3 hari yang lalu
Apa ibu melahirkan normal? Alhamdulillah saya melahirkan normal
2.
Atau cecar?
3. Apa yang ibu keluhkan? Perut bagian bawah saya masih terasa
nyeri. Selain itu saya juga masih merasa
sesak nafas dan pinggang saya terasa
sakit
Bagaimana nyeri pada perut Nyerinya di bagian situ saja dan
4. yang ibu rasakan? nyerinya terasa seperti seluruh rahim
saya akan luruh
Seberapa sering ibu Nyerinya kadang hilang kadang
merasakan nyeri itu? Apa muncul.
5.
nyerinya menetap atau hilang
timbul?
Dalam posisi apa nyeri ibu Saat berbaring dengan kedua kaki saya
6. terasa berkurang? sedikit dibengkokkan. Dan terasa
sangat jika saya berdiri sangat lama.
Bagaimana sesak nafas yang Sudah tidak terlalu parah. Tapi masih
7.
ibu rasakan? terasa sesak.
Ini kehamilan ibu yang Yang pertama
8.
keberapa?
Saat persalinan ibu dibantu Dibantu dokter. Kemudian dokter
dokter, bidan atau dukun? menyarankan saya untuk ke fisioterapis.
9.
Untuk membantu nyeri perut dan
punggung yang saya rasakan.
Bagaimana buang air kecil Saya masih sering buang air kecil. Bisa
10
ibu? sampai 10 kali per hari
Bagaimana kegiatan sehari- Saya masih belum bisa melakukan
hari ibu pekerjaan sehari-hari saya seperti
11.
menyapu ataupun hal lainnya. saya
hanya bisa berjalan-jalan sebentar
12. Ada keluhan lain? Tidak ada.

D. Assymetric

1. Inspeksi Statis

a. Ekspresi wajah

Interpretasi : pasien terlihat cemas, pucat, sesak nafas dan


menahan nyeri
b. Pola napas
Interpretasi : pasien terlihat bernapas agak cepat dan pendek.
c. Memperhatikan postur tubuh
Interpretasi : sedikit lordosis
2. Inspeksi Dinamis
a. Menunduk dan menyentuh lantai :Kesulitan melakukan
b. Berjalan Berjalan Pelan dan
memegang pinggangnya
3. PFGD

Aktif Pasif Resisted


Sendi Gerakan
D S S D D S
Fleksi Terbatas Terbatas Nyeri
Ekstensi Full Full Full
Lumbal
Lat.fleksi Terbatas Terbatas Terbatas Terbatas Nyeri Nyeri
Rotasi Terbatas Terbatas Terbatas Terbatas Nyeri Nyeri
*disertai nyeri gerakan pada akhir ROM VAS : 4

E. Restriktif

 ROM : Fleksi, lateral fleksi dan rotasi Lumbal


 ADL : Berjalan dan kegiatan sehari-hari
 PEKERJAAN : Mengganggu pekerjaan sebagai Dosen
F. Tissue Impairment
Musculotendinogen : spasme otot lumbal (Erector Spine)
Arthrogen : Lordosis
Psikogenik : Cemas
G. Spesific Test
1. Palpasi
- Spasme otot-otot lumbal
- Otot abdominal lemah
2. Indeks Barthel

H. Diagnosis Fisioterapi
Gangguan fungsi gerak akibat postpartum 3 hari yang lalu
I. Problem Fisioterapi
a. Primer
- Nyeri perut bawah
b. Sekunder
- Sesak Nafas
- Spasme otot Erector Spine
- Weakness otot abdominal
- Gangguan postur
c. Kompleks
- Gangguan ADL
J. Program Fisioterapi
a. Tujuan Jangka pendek
- Sesak nafas berkurang
- Spasme otot erector spine berkurang
- Weakness otot abdominal berkurang
b. Tujuan jangka panjang
Mengembalikan aktivitas sesuai dengan kapasitas jantung dan
kemampuan fungsionalnya.
BAB III
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI

A. Intervensi

No Problem Modalitas Dosis


Kecemasan F = 3x perhari
1 Komunikasi terapeutik I = fokus
T = wawancara/ motivasi
T = 10 menit

Gangguan Breathing Exercise F = 1x perhari


2 pernapsan/sesak napas I = 8x1/unit 3 repetisi
T = Breathing exercise
T = 1 menit
Spasme otot erector Exercise therapy F = 1x perhari
4 spine I = 3 kali repetisi
T = Massage
T = 3 menit

Weakness otot Exercise therapy F = 1x perhari


5 abdominal I = 3 kali repetisi
T = Exercise
T = 8 menit

F = 1x perhari
I = 3 kali repetisi
T = Massage
T = 1 menit

Gangguan Postur Exercise Therapy F= setiap hari


6 I= semampu pasien
T= mirror exercise
T= 5-10 menit
Gangguan ADL Excercise Therapy F = 1x perhari
7 I = 1 kali repetisi
T = pelvic floor excercise
T = 8 menit

F = 1x perhari
I = 1 kali repetisi
T = Positioning
T = 8 menit

B. Home Program
1. Mengajarkan kepada pasien cara pasien dalam melakukan duduk, baring,
berdiri, dan menyusui dengan baik
2. Melakukan latihan yang telah diajarkan di rumah
3. Senantiasa menjaga pola makan
DAFTAR PUSTAKA

Pearce, Evelyn C. 1979. Anatomi dan Fisiologi untuk Pramedis. Jakarta : PT.
Gramedia

You might also like