Bab Ii Pembahasan: 2.1 Pengertian
Bab Ii Pembahasan: 2.1 Pengertian
Bab Ii Pembahasan: 2.1 Pengertian
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
1
2.2 Etiologi
2
b. Wanita usia produktif (15 – 44 tahun)
c. Wanita yang memiliki siklus menstruasi yang pendek (<27 hari)
d. Menstruasi yang lama (>7 hari)
e. Spotting sebelum menstruasi
f. Peningkatan jumlah estrogen dalam darah
g. Keturunan: memiliki ibu yang menderita penyakit yang sama.
h. Memiliki saudara kembar yang menderita endometriosis
i. Terpapar Toksin dari lingkungan
Biasanya toksin yang berasal dari pestisida, pengolahan kayu dan produk kertas,
pembakaran sampah medis dan sampah-sampah perkotaan.
Penderita endometriosis bisa datang dengan keluhan nyeri panggul, terutama bila
datang haid, infertilitas, disparenia, perdarahan uterus abnormal, rasa nyeri atau berdarah
ketika kencing atau pada rectum dalam masa haid. Gejala-gejala endometriosis
datangnya berkala dan bervariasi sesuai datangnya haid tetapi bisa menetap. Banyak
penderita endometriosis yang tidak bergejala, dan terdapat sedikit korelasi antara
hebatnya gejala dengan beratnya penyakit.
Adapun gambaran klinis endometriosis menurut Scott (2002) yaitu:
1. Nyeri:
a) Dismenore sekunder
b) Dismenore primer yang buruk
c) Dispareunia
d) Nyeri ovulasi
e) Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada bagian
abdomen bawah selama siklus menstruasi.
f) Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual
g) Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter
2. Perdarahan abnormal
a) Hipermenorea
b) Menoragia
c) Spotting sebelum menstruasi
3
d) Darah menstruasi yang bewarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di
akhir menstruasi
3. Keluhan buang air besar dan buang air kecil
a) Nyeri sebelum, pada saat dan sesudah buang air besar
b) Darah pada feces
c) Diare, konstipasi dan kolik.
2.5 Klasifikasi
4
Setiap nyeri yang timbul pada organ tubuh tertentu pada organ tubuh tertentu
bersamaan dengan datangnya haid harus dipikirkan adanya endometriosis.
2.6 Patofisiologi
Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang memiliki ibu atau
saudara perempuan yang menderita endometriosis memiliki resiko lebih besar terkena
penyakit ini juga. Hal ini disebabkan adanya gen abnormal yang diturunkan dalam tubuh
wanita tersebut.
Gangguan menstruasi seperti hipermenorea dan menoragia dapat mempengaruhi
sistem hormonal tubuh. Tubuh akan memberikan respon berupa gangguan sekresi
estrogen dan progesteron yang menyebabkan gangguan pertumbuhan sel endometrium.
Sama halnya dengan pertumbuhan sel endometrium biasa, sel-sel endometriosis ini akan
tumbuh seiring dengan peningkatan kadar estrogen dan progesteron dalam tubuh.
Faktor penyebab lain berupa toksik dari sampah-sampah perkotaan menyebabkan
mikoroorganisme masuk ke dalam tubuh. Mikroorganisme tersebut akan menghasilkan
makrofag yang menyebabkan resepon imun menurun yang menyebabkan faktor
5
pertumbuhan sel-sel abnormal meningkat seiring dengan peningkatan perkembangbiakan
sel abnormal.
Jaringan endometirum yang tumbuh di luar uterus, terdiri dari fragmen endometrial.
Fragmen endometrial tersebut dilemparkan dari infundibulum tuba falopii menuju ke
ovarium yang akan menjadi tempat tumbuhnya. Oleh karena itu, ovarium merupakan
bagian pertama dalam rongga pelvis yang dikenai endometriosis.
Sel endometrial ini dapat memasuki peredaran darah dan limpa, sehingga sel endomatrial
ini memiliki kesempatan untuk mengikuti aliran regional tubuh dan menuju ke bagian
tubuh lainnya.
Dimanapun lokasi terdapatnya, endometrial ekstrauterine ini dapat dipengaruhi siklus
endokrin normal. Karena dipengaruhi oleh siklus endokrin, maka pada saat estrogen dan
progesteron meningkat, jaringan endometrial ini juga mengalami perkembangbiakan.
Pada saat terjadi perubahan kadar estrogen dan progesteron lebih rendah atau berkurang,
jaringan endometrial ini akan menjadi nekrosis dan terjadi perdarahan di daerah pelvic.
Perdarahan di daerah pelvis ini disebabkan karena iritasi peritonium dan
menyebabkan nyeri saat menstruasi (dysmenorea). Setelah perdarahan, penggumpalan
darah di pelvis akan menyebabkan adhesi/perlekatan di dinding dan permukaan pelvis.
Hal ini menyebabkan nyeri, tidak hanya di pelvis tapi juga nyeri pada daerah permukaan
yang terkait, nyeri saat latihan, defekasi, BAK dan saat melakukan hubungan seks.
Adhesi juga dapat terjadi di sekitar uterus dan tuba fallopii. Adhesi di uterus
menyebabkan uterus mengalami retroversi, sedangkan adhesi di tuba fallopii
menyebabkan gerakan spontan ujung-ujung fimbriae untuk membawa ovum ke uterus
menjadi terhambat. Hal-hal inilah yang menyebabkan terjadinya infertil pada
endometriosis.
2.7 Penatalaksanaan
a. Tindakan paliatif
6
Tindakan ini mencakup medikasi (analgestik, inhibitor prostaglandin) dan kehamilan,
yang menghilangkan gejala karena tidak adanya menstruasi selama gestasi.
b. Pengobatan Hormonal
Prinsip pertama pengobatan hormonal ini adalah menciptakan lingkungan hormone
rendah estrogen dan asiklik. Kadar estrogen yang rendah menyebabkan atrofi jaringan
endometriosis. Keadaan yang asiklik mencegah terjadinya haid, yang berarti tidak
terjadi pelepasan jaringan endometrium yang normal ataupun jaringan endometriosis.
Dengan demikian dapat dihindari timbulnya sarang endometriosis yang baru karena
transport retrograde jaringan endometrium yang lepas serta mencegah pelepasan dan
perdarahan jaringan endometriosis yang menimbulkan rasa nyeri karena rangsangan
peritoneum.
Prinsip kedua yaitu menciptakan lingkungan tinggi androgen atau tinggi
progesterone yang secara langsung dapat menyebabkan atrofi jaringan
endomeetriosis.
c. Pembedahan
Adanya jaringan endometrium yang berfungsi merupakan syarat mutlak
tumbuhnya endometriosis. Oleh krarena itu pada waktu pembedahan harus dapat
menentukan apakah ovarium dipertahankan atau tidak. Pada andometriosis dini, pada
wanita yang ingin mempunyai anak fungsi ovarium harus dipertahankan. Sebaliknya
pada endometriosis yang sudah menyebar luas pada pelvis, khususnya pada wanita
usia lanjut. Umumnya pada terapi pembedahan yang konservatif sarang endometriosis
diangkat dengan meninggalkan uterus dan jaringan ovarium yang sehat, dan
perlekatan sedapatnya dilepaskan. Pada operasi konservatif, perlu pula dilakukan
suspensi uterus, dan pengangkatan kelainan patologik pelvis. Hasil pembedahan untuk
infertile sangat tergantung pada tingkat endometriosis, maka pada penderita dengan
penyakit berat, operasi untuk keperluan infertile tidak dianjurkan.
d. Radiasi
Pengobatan ini bertujuan menghentikan fungsi ovarium, tapi sudah tidak dilakukan
lagi, kecuali jika ada kontraindikasi terhadap pembedahan.
7
2.8 Pencegahan
Meigs berpendapat bahwa kehamilan adalah cara pencegahan yang paling baik
untuk endometriosis. Gejala-gejala endometriosis memang berkurang atau hilang pada
waktu dan sesudah kehamilan karena regresi endometrium dalam sarang – sarang
endometriosis. Oleh sebab itu hendaknya perkawinan diusahakan supaya mendapat anak
– anak yang diinginkan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Sikap demikian itu tidak
hanya merupakan profilaksis yang baik terhadap endometriosis, melainkan menghindari
terjadinya infertilitas sesudah endometriosis. Selain itu jangan melakukan pemeriksaan
yang kasar atau melakukan kerokan pada waktu haid, oleh karena hal itu dapat
menyebabkan mengalirnya darah haid dari uterus ke tuba dan ke rongga panggul.
(Wiknjosastra, 2005)
2.9 Komplikasi
1. Obstruksi ginjal dan penurunan fungsi ginjal karena endometriosis dekat dengan kolon
atau ureter
2. Torsi ovarium atau rupture ovarium sehingga terjadi peritonitis karena endometrioma
3. Calamenial seizure atau pnemotoraks karena eksisi endometriosis
8
(Taber, 1994)
9
Serum CA 125 adalah petanda tumor yang sering digunakan pada kanker ovarium.
Pada endometriosis juga terjadi peningkatan kadar CA 125. Namun, pemeriksaan ini
mempunyai nilai sensitifitas yang rendah. Kadar CA 125 juga meningkatkan pada
keadaan infeksi radang panggul, mioma, dan trimester awal kehamilan. CA 125 dapat
digunakan sebagai monitor prognostic pascaoperatif endometriosis bila nilainya tinggi
berarti prognostic kekambuhannya tinggi. Bila didapati CA 125>65 mIU/ml
praoperatif menunjukkan derajat beratnya endometriosis.
10
2.11 PNP
Toksik
3.
Masuknya
Mikroorganisme
Gangguan
Makrofag Menstruasi
Gangguan Pertumbuhan
Sel Endometrium
Infidubulum Tuba Falopi
ENDOMETRIOSIS
Gangguan Citra
Tubuh
Sel Endometrial
11
Endometrial Perekembangbiakan Ansietas Kurang
nekrosis Endometrial Pengetahuan
Perdarahan Pelvic
Penggumpalan
Adhesi Nyeri
Pelvic
Uterus Tubafallopi
Gangguan Harga
Diri
12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Identitas Pasien
Penyakit endometriosis ini biasanya menyerang pada wanita yang usia
produktif yaitu sekitar 15- 44 tahun alasan salah satunya karena pada usia tersebut
terjadi peningkatan estrogen dan progesterone yang tinggi. Insiden yang jelas belum
diketahui, namun prevalensinya pada kelompok tersebut cukup tinggi. Pekerjaan
sangat mempengaruhui juga, insidenya terjadi pada pekerja yang langsung terpapar
dengan toksik dari pepsida, pengolahan kayu dan produk kertas, pembakaran sampah
medis dan sampah-sampah perkotaan.
2. Keluhan Utama
Pasien dengan endometriosis biasanya mengeluh Nyeri abdomen (pelvis), yaitu
disminore dan dispareunia merupakan gejala-gejala yang paling karakteristik. Nyeri
pelvis yang berat dan mendadak dapat disebabkan oleh iritasi perinoteum akibat
rupturnya endometrioma atau hemoperitoneum. Nausea, vomitus dan nyeri bahu
dapat merupakan gejala-gejala penyerta.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien datang dengan nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam
paha, dan nyeri pada bagian abdomen bawah selama siklus menstruasi, serta nyeri
akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual, Nyeri pada saat
pemeriksaan dalam oleh dokter, Hipermenorea, Menoragia, Feces berdarah, Nyeri
sebelum, sesudah dan saat defekasi, Konstipasi, diare, kolik.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Untuk mengetahui penyakit-penyakit yang pernah diderita klien, apakah klien
mempunyai riwayat penyakit tertentu terutama yang berhubungan dengan alat
reproduksi maupun penyakit lain yang mungkin dapat memicu terjadinya
endometriosis serta bisa menjadi pertimbangan untuk keperluan terapi atau
pengobatan lebih lanjut seperti gangguan hormone, kanker, tumor PMS dll.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan apakah pasien dan keluarga, apakah memiliki ibu atau saudara
perempuan (terutama saudara kembar) yang menderita endometriosis, karena
13
penyakit endometriosis penyebabnya karena factor genetic yang memiliki resiko
tinggi terhadap angka kejadian endometriosis.
6. Riwayat Obstetri dan Menstuasi
a. Riwayat Menstruasi
Biasanya pasien mengeluh mengalami hipermenorea, menoragia, siklus menstruasi
pendek, darah menstruasi yang bewarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau
di akhir menstruasi
b. Riwayat Pernikahan
Bahwa endometriosis lebih sering di temukan pada wanita yang tidak kawin pada
usia muda dan yang tidak memiliki banyak anak
c. Riwayat Kehamilan
Pasien endometriosis biasanya jarak kehamilannya yang sangat terlalu jauh antara
anak yang satu dengan anak yang lain.
7. Pola Fungsional Kesehatan
a. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
Klien kurang mendapatkan paparan informasi mengenai penyakitnya
b. Nutrisi/metabolic
Terdapat beberapa klien yang kadang mengalami gejala mual, distensi abdomen,
dan anoreksia.
c. Pola eliminasi
Untuk mengetahui apakah ada keluhan atau masalah dengan pola BAK maupun
BAB. Pada endometriosis biasanya mengalami defekasi yang sukar dan sakit
terutama pada waktu haid disebabkan oleh karena adanya endometriosis pada
dinding rektosigmoid.
d. Pola tidur dan istirahat
Klien endometritis dapat mengalami gangguan pola tidur apabila nyeri timbul pada
malam hari atau saat istirahat.
e. Pola perceptual
Nyeri bisa berupa akut dengan lokasi di perut bagian bawah atau perineum (daerah
antara paha). Nyeri dapat pula muncul saat berhubungan seksual, akibat tekanan
pada jaringan yang terinfeksi selama penetrasi. Nyeri dirasakan pula pada perut
bagian bawah, punggung, panggul belakang, dan vagina.
14
f. Pola persepsi diri
Kadang klien dengan endometritis dapat mengalami gangguan citra tubuh akibat
tanda dan gejala penyakit yang muncul yaitu aroma cairan vagina yang bau akibat
adanya infeksi di endometritis klien.
g. Pola peran-hubungan
Klien dengan endometritis dapat mengalami gangguan peran dan hubungan jika
klien harus dirawat di rumah sakit. Nyeri yang dirasakan klien juga menyebabkan
klien mengalami keterbatasan dalam menjalankan peran dan hubungannya sehari-
hari.
h. Pola manajemen koping stres
Pada klien dengan endometritis biasanya akan cemas dengan kondisinya, apalagi
bila disertai dengan terjadinya perdarahan abnormal pada vagina dan keluarnya
cairan vagina berlebih yang beraroma tidak sedap, berwarna putih atau kekuningan,
dan disertai kurangnya paparan informasi yang klien peroleh mengenai
penyakitnya.
15
oleh ibu, serta dilakukan inspikulo untuk melihat apakah ada tanda-tanda
endometriosis pada vagina.
16
Analgesic Administration
Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya nyeri
Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
Evaluasi efektivitas analgesik, tanda
dan gejala (efek samping)
2. Ansietas b.d Anxiety control Anxiety Reduction (penurunan
ancaman atau Coping kecemasan)
perubahan Impulse control
pada status Identifikasi tingkat kecemasan
kesehatan.
Kriteria Hasil : Gunakan pendekatan yang
Klien mampu menenangkan
mengidentifikasi dan Jelaskan semua prosedur dan apa
mengungkapkan gejala yang dirasakan selama prosedur
cemas penanganan endometriosis
Mengidentifikasi, Temani pasien untuk memberikan
mengungkapkan dan keamanan dan mengurangi takut
menunjukkan tehnik Berikan informasi faktual mengenai
untuk mengontol cemas diagnosis endometriosis, tindakan
Vital sign dalam batas prognosis
normal Dorong pasien untuk
Postur tubuh, ekspresi mengungkapkan perasaan,
wajah, bahasa tubuh dan ketakutan, persepsi
tingkat aktivitas Instruksikan pasien menggunakan
menunjukkan teknik relaksasi
berkurangnya kecemasan Barikan obat untuk mengurangi
kecemasan
5. Kurang Knowledge : disease Teaching : disease Process
pengetahuan process
b.d Knowledge : health Berikan penilaian tentang tingkat
keterbatasan Behavior pengetahuan pasien tentang proses
kognitif, tidak penyakit endometriosis
mengetahui Kriteria Hasil : Gambarkan tanda dan gejala yang
sumber Pasien dan keluarga biasa muncul pada penderita
informasi. menyatakan pemahaman endometriosis dengan cara yang tepat
tentang penyakit, kondisi,
Sediakan informasi pada pasien
prognosis dan program
tentang kondisi, dengan cara yang
pengobatan
tepat
Pasien dan keluarga
Diskusikan perubahan gaya hidup
mampu melaksanakan
yang mungkin diperlukan untuk
17
prosedur yang dijelaskan mencegah komplikasi di masa yang
secara benar akan datang dan atau proses
Pasien dan keluarga pengontrolan penyakit
mampu menjelaskan Diskusikan pilihan terapi atau
kembali apa yang penanganan endometriosis
dijelaskan perawat/tim
kesehatan lainnya.
3.5 Evaluasi
1. Tingkat nyeri yang dialami pasien berkurang hingga tak dirasakan pasien lagi.
2. Pasien merasa rileks dan tidak menunjukkan ekspresi cemas.
3. Pasien menerima penyakit endometriosis yang dialaminya dan tetap merasa percaya
diri.
4. Pasien mempunyai kekuatan untuk menyembuhkan penyakitnya dan bekerjasama
dengan petugas kesehatan.
5. Pasien mengetahui informasi tentang penyakit endometriosis, mulai dari proses
hingga cara penanganannya.
18
DAFTAR PUSTAKA
Scott, R. J., dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica: Jakarta.
Smelizer, Suzanne C. (alih bahasa oleh Brunner & Suddart). 2001. Keperawatan Medical
Bedah - ed.8. Jakarta: EGC
Taber, Ben-zion. 1994. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC
19