Majalah IKORTI Juni 2015

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 50

ISSN 1411 - 7843

MAJALAH ORTODONTIK
Edisi Kedua Juni 2015

Ikatan Ortodontis Indonesia

Majalah Jakarta
Ortodontik
Vol. 14 Nomor 1 Hlm. 1-52
Juni 2015
ISSN 1411-7843
ISSN 1411-7843

MAJALAH ORTODONTIK
Edisi Kesatu Juni 2015

DAFTAR ISI
1. The measurement between conventional method and computerized method (vistadent) of holdaway 1-4
soft tissue analysis (Research)
Ali Ramis Bachmid, Thalca Hamid, Narmada

2. Treatment of class ii skeletal malocclusion with severe posterior crowding using headgear and 5-8
standard edgewise (Case Report)
Ajeng Sulistyaningrum, Jono Salim

3. Treatment of class III dentoskeletal malocclusion with agenesis of upper canine using edgewise 9-12
appliances (Case Report)
Danila Barasiska, Endah mardiati

4. Orthodontic treatment in winged maxillary central incisors (Case Report) 13-15


Dhani Agustina, Anang Soejono

5. The management of class i malocclusion with anterior openbite and Mutilated front tooth 16-19
(Case Report)
Endriyana Novitasari, Jusuf Sjamsudin

6. Compromised treatment of dentoskeletal class III malocclusion with maxillary pegshape Lateral 20-23
incisivus (Case Report)
Lisye, Tono Hambali

7. Treatment of angle class i malocclussion with closed bite and anterior crowding using begg 24-27
technique (Case Report)
Setiarini Widiarsanti, Soekarsono, Sri Suparwitri

8. Treatment of class ii malocclusion with mandible retrognation using activator (Case Report) 28-31
Teguh Aryo N, Amalia Oeripto

9. Effects of application fluoride Varnish on tensile strenght Attachment metal bracket (Research) 32-35
Anugra Eka Putra, Thalca Hamid Agusni, Achmad Sjafei

10. Efect fluoride aplication in metal bracket bonding to buccal enamel cracking (Research) 36-39
Nimas Ayu Rizkita, Ida Bagus Narmada, Irwadi Djaharuddin

11. Interceptive orthodontics in early permanent dentition with lip sucking and biting habits 40-43
(Case Report)
Siska Septania Krisnanda, Darmawan Sutantyo, Pinandi Sri Pudyani

12 Comparison coefficient friction niti se wire to coated niti wire against ceramic (Research) 44-48
Bhakti Prasetyo Danaryudho, Jusuf Sjamsudin, Achmad Sjafei, Yuli Setyorini
1

THE MEASUREMENT BETWEEN CONVENTIONAL


METHOD AND COMPUTERIZED METHOD
(VISTADENT) OF HOLDAWAY
SOFT TISSUE ANALYSIS
(Research)
Ali Ramis Bachmid*, Thalca Hamid**, Narmada**
*Orthodontic Resident
**Lecturer, Department of Orthodontics
Faculty of Dentistry, University of Airlangga

ABSTRACT
Background and Objectives: Contemporary Orthodontic therapy usually requires the synthesis of functional and esthetic treatment
goals. Tooth movement, growth modification and orthognathic surgery are all design not only to attain appropriate occlusal
relationship, but also to maximize (or at least not to compromise) the aesthetic outcome. To achieve that goals, we need strong
diagnostic tools which is not time consuming. cephalometric analysis using computer technology has grown rapidly. Nowadays, there
were number of computer products at the market, making researcher want to know the difference in measurement results of the
cephalogram. Design and setting: The measurement result of the cephalogram tracing manually and the other hand cephalogram
scanned into a computer program and analysis with computer programs. Material and Methods: The sample were 18 sefalogram
that have been selected at random according to specific criteria (soft tissue facial angle, nose prominence, superior sulcus depth,
subnasale to H-line, skeletal profile convexity, basic upper lip thickness, upper lip strain, H angle, lower lip to H line, inferior sulcus
to H line, soft tissue thickness chin). The author used a computer program by Vistadent and 11 determines measurement variables,
including angle and distance measurements. cephalogram that selected, tracing manually using acetate paper and given landmark
to determine the distance and angle measurements. On the other hand cephalogram analysis with computer programs, 18 cephalogram
scanned into a computer program and identifying landmark manually. Measurement of 11 variables including distance and angle
measurement. Result and Conclussions: Statistically the result showed no significant difference between tracing between manually
and computer analysis.

Key words: Tracing, Cephalometry Measurement, Soft tissue, Holdaway Analysis, Computerized Method

PENDAHULUAN dua cara analisis sefalometri, yaitu: manual dan secara


Perkembangan ilmu pengetahuan dan komputer (analisis digital). Tracing manual dapat
teknologi dibidang kesehatan gigi pada umumnya dan dilakukan dengan cara tracing sefalogram dilakukan
di bidang ortodonti pada khususnya telah banyak diatas kertas asetat dan klinisi menentukan titik-titik
membantu para klinisi dan tenaga kesehatan untuk anatomical landmark yang nantinya akan digunakan
mencapai tujuan dari perawatan, yaitu memberikan untuk menentukan besar jarak dan sudut. Dalam
perawatan terbaik agar pasien dapat mencapai taraf melakukan proses tracing manual ini dibutuhkan waktu
hidup sebaik mungkin. Sebagai penyedia layanan yang cukup banyak, selain itu karena jarak dan sudut
kesehatan, para klinisi sudah semestinya terus diukur dengan penggaris dan protactor maka dapat
meningkatkan dan mempelajari perkembangan menyebabkan terjadinya beberapa kesalahan.
pengetahuan dibidangnya, selain untuk meningkatkan Sedangkan pada analisis digital, hal tersebut lebih
kompetensi juga untuk memenuhi tuntutan dan sedikit terjadi (Gregston, 2004).
kebutuhan pasien yang juga meningkat seiring dengan Analisis sefalometri secara digital ada dua cara,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yaitu sefalogram dipindahkan dengan alat scan atau
tersebut. Sejak sefalometri dikembangkan oleh dengan foto digital sefalometri ke monitor komputer.
Broadbent dan Hofrath pada tahun 1931, teknik Identifikasi landmark dilakukan dengan cara manual,
pengukuran sefalometri telah berkembang menjadi kemudian secara otomatis sistem menganalisis
sarana yang penting bagi ortodontis untuk mempelajari sefalometri dengan cara mengukur sudut dan jarak
maloklusi dental dan skeletal (Gregston, 2004). dengan cepat. Selain itu analisis secara komputer memiliki
Salah satu cara untuk menegakkan diagnosis, cara lain yang dapat mendigitasi landmark dan
rencana perawatan, prediksi pertumbuhan dan evaluasi pengukuran secara otomatis.
hasil perawatan adalah dengan analisis sefalometri. Ada Cukup dengan memindahkan sefalogram
2 Majalah Ortodontik Juni 2015, Edisi kesatu 1-4

dengan alat scan atau foto digital kedalam komputer, program computer, 18 sefalogram tersebut di scan ke
lalu program secara otomatis melakukan analisanya dalam program komputer lalu identifikasi landmark
(Leonardi, 2008). dilakukan secara manual.
Dalam karya tulis ini sefalogram yang
dipindahkan dengan alat scan dan digitasi secara manual HASIL
dalam program komputer, menjadi salah satu aspek yang Pada penelitian ini terdapat dua tahap analisis
diperhatikan. Bagi informasi yang merata dan tepat waktu. data, yaitu tahap validitas dan tahap uji statistik data
Perkembangan teknologi mempengaruhi penerapan hasil penelitian. Pada tahap validitas, dilakukan
ortodonti, sistem komputer digitalisasi adalah secara luas pengujian hasil pengukuran oleh peneliti utama dan
telah digunakan (Sarver, 1998). peneliti pendamping, untuk menguji validitas
pengukuran peneliti utama. Pada tahap uji statistik data
SASARAN DAN TUJUAN hasil penelitian, dilakukan uji statistik untuk melihat
Menurut Jacobson, perkembangan teknologi perbandingan hasil pengukuran antara metode
saat ini telah berkembang dengan cukup pesat bahkan konvensional dengan metode komputerisasi oleh peneliti
telah mencapai teknik sefalometri 3 dimensi (Jacobson utama.
dan Jacobson, 2006). Maka dengan adanya Uji validitas dan reabilitas antara hasil pengukuran
perkembangan ilmu dan teknik yang sangat pesat ini, metode konvensional oleh dua peneliti
jika kita tidak memanfaatkan dan mengetahui Hasil analisis validitas pengukuran metode
perbedaannya terhadap pengukuran sefalometri dengan konvensional terhadap 18 sefalogram oleh dua orang
cara manual maka akan sangat rugi, karena tidak peneliti, yang sebelumnya telah dilakukan kesepakatan
menggunakan fasilitas dan kemudahan yang telah terhadap penentuan titik landmark dan penggunaan
tersedia. analisis Holdaway adalah sebagai berikut.
Klinik Spesialis Ortodonti, Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Airlangga memiliki fasilitas Tabel 1. Hasil pengukuran metode konvensional yang
dilakukan oleh dua peneliti
untuk melakukan analisi sefalometri secara manual
maupun digital. Pada penelitian sebelumnya telah
dilakukan penelitian mengenai perbedaan hasil
pengukuran sefalometri yang dilakukan secara manual
dan secara komputerisasi.
Kemajuan dari analisi sefalometri membuat
ortodontis memiliki kesempatan besar untuk mencapai
kesuksesan perawatan, Maka sudah menjadi kewajiban
semua tenaga kesehatan untuk meningkatkan kualitas
hidup manusia yang meliputi segala aspek.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut diatas
mendorong peneliti untuk mengetahui “Perbandingan
pengukuran tracing sefalogram secara manual dengan
digital (Vistadent) pada analisis Holdaway jaringan lunak.

BAHAN DAN CARA KERJA


Pada penellitian ini, penulis menggunakan
program komputer Vistadent dan menentukan 11 variabel
pengukuran, meliputi pengukuran sudut dan jarak,yatu: Uji analisis paired t-test digunakan untuk
1. P-Or - N’-Pog’ Soft Tissue Facial Angle mendapatkan hasil pengukuran yang tampak pada Tabel
2. SS - Ns Nose Prominence diatas..dari hasil tersebut terlihat bahwa semua variable
3. SS - Ls Superior Sulcus Depth pengukuran memiliki nilai p > 0.05. Hal ini menunjukkan
4. Sn - H Line Subnasale to H Line tidak ada perbedaan signifikan secara statistik dari hasil
5. A - N-Pog Skeletal Profile Convexity pengukuran sefalometri melalui metode konvensional
6. A’ - SS Basic Upper Lip Thickness yang dilakukan oleh kedua peneliti, sehingga hasil
7. Ls1u - Ls Upper Lip Strain pengukuran peneliti utama dapat digunakan dalam
8. N’-Pog’ - H line H Angle perbandingan hasil pengukuran dengan metode
9. Li - H line Lower Lip to H Line komputerisasi.
10. Sm - H line Inferior Sulcus to H Line
11. Pog - Pog’ Soft Tissue Thickness Chin Uji validitas dan reabilitas antara hasil pengukuran
Sefalogram yang terseleksi di tracing secara metode komputerisasi oleh dua peneliti
manual dengan menggunakan kertas asetat dan Hasil analisis validitas pengukuran metode
diberikan landmark untuk menentukan hasil pengukuran komputerisasi terhadap 18 sefalogram oleh dua orang
jarak dan sudut. Sedangkan analisis sefalogram dengan peneliti, terhadap penentuan titik landmark dan
Ali, dkk: The measurement between conventional 3

penggunaan analisis Holdaway adalah. statistik mendekati tidak ada perbedaan yang signifikan.

Tabel 2. Hasil pengukuran metode komputerisasi yang PEMBAHASAN


dilakukan oleh dua peneliti Sejak Broadbent (1931) merintis pemakaian
radiograf sefalometrik lateral sebagai sarana pembantu
untuk menegakkan diagnose kelainan ortodonti, banyak
sarjana-sarjana lain telah mengembangkan nila-nilai
diagnostik sefalometrik lateral untuk mengukur kranio
fasial. Pentingnya sefalometri dalam bidang ortodonti
tidak dapat disangkal lagi, dan pembakuan dari pada
ukuran-ukuran yang dipakai sebagai alat pembanding
dan sarana untuk menegakkan diagnose terus
dikembangkan dan terus dilakukan atas dasar perbedaan
pola profil fasial antar ras (Lemeshow, 1990).
Kriteria bahan yang dipakai dalam penelitian
tersebut bermacam-macam, tetapi kebanyakan yang
dipilih adalah dengan cara konvensional yaitu memakai
sampel yang mempunyai oklusi normal dan muka yang
umum /acceptable face (Jacobson, 2006).
Analisis sefalometri telah berkembang dan
memberi kontribusi yang banyak terhadap metode
standar diagnosis dalam penelitian dan praktek yang
dilakukan oleh ortodontis. Ada dua cara yang dapat
Uji analisis paired t-test digunakan untuk dipakai dalam analisis sefalometri, yaitu: analisis secara
mendapatkan hasil pengukuran yang tampak pada Tabel manual dan analisis secara komputer atau digital.
diatas. dari hasil tersebut terlihat bahwa semua variable Analisis secara manual yaitu dengan di tracing
pengukuran memiliki nilai p > 0.05, dan didapatkan pula dan menentukan letak landmark di atas kertas asetat,
beberapa pasang dengan nilai yang sama. setelah itu pengukuran jarak dan sudut yang diinginkan
Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan dapat dilakukan. dengan adanya perkembangan
secara statistik dari hasil pengukuran sefalometri melalui teknologi yang sangat maju pada decade terakhir ini,
metode komputerisasi yang dilakukan oleh kedua peneliti telah membawa ilmu ortodonti pada umumnya dan ilmu
sefalometri pada khususnya ke tatanan yang belum
Hasil penelitian tentang perbedaan hasi pengukuran pernah dicapai pada masa sebelumnya, salah satunya
sefalogram manual dengan sefalogram program adalah berkembangnya teknologi komputer dan program
komputer. analisis sefalometri yang telah berkembang dan sangat
Sebelum melakukan uji perbedaan pengukuran, membantu para klinisi dalam mendata, mempelajari,
perlu dilakukan test distribusi untuk mengetahui menganalisa dan merencanakan perawatan juga
distribusinya normal atau sebaliknya, yaitu uji memprediksi hasil perawatan dengan lebih mudah.
Kolmogorov-Smirnov. Pada test ini semua pengukuran (Gregston, 2004)
sefalometri yang di tracing secara manual maupun Pada penelitian ini, penulis menggunakan
secara digital mempunyai nila p > 0.05. hal ini program analisis sefalometri Vistadent dimana
menunjukkan bahwa semua nilai mempunyai distribusi sefalogram di scan terlebih dahulu. Ketika gambar telah
normal. terdata didalam program komputer, dan landmark
Karena hasil distribusinya normal, maka peneliti ditentukan sebelumnya, maka program komputer akan
dapat melakukan uji statistik paired “t”test. Data hasil dapat dilaksanakan dan program komputer akan
pengukuran perbandingan menggunakan analisa paired menganalisisnya dengan sangat cepat.
“t” test tampak pada table. Pada penelitian ini penulis ingin melihat
Pada analisis statistik hasil pengukuran, perbedaan hasil pengukuran sefalogram yang di tracing
didapatkan hasil bahwa variabel memiliki nilai p > 0,05, secara manual dan sefalogram yang di tracing secara
hal tersebut menyatakan bahwa terdapat perbedaan digital dengan program komputer Vistadent. Cara
yang tidak signifikan secara statistik antara pengukuran penentuan sampel penelitian ini menggunakan simple
metode konvensional dengan metode komputerisasi random sampling. Semua subyek yang memenuhi kriteria
pada sudut tersebut. Sedangkan pada variabel yang pemilihan sampel dimasukkan ke dalam penelitian. 18
memiliki nilai mendekati nilai p < 0,05, hal tersebut sampel foto sefalogram yang memenuhi kriteria di tracing
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang tidak dan 18 variabel yang yang terpilih di analisis secara
signifikan secara statistik antara pengukuran metode manual, lalu pada pengukuran dengan menggunakan
konvensional dengan metode komputerisasi pada kedua computer, 18 sampel tadi diletakkan pada alat scan yang
pengukuran sudut tersebut, walaupun secara statistik digunakan dan kemudian dilanjutkan dengan
nilai p hampir mendekati 0.05 dalam artian hasil pengujian menggunakan program analisis digital Vistadent. Dalam
4 Majalah Ortodontik Juni 2015, Edisi kesatu 1-4

uji distribusi dari variabel-variabel yang diukur Landmark identification in traditional versus Computer
didapatkan nilai p> 0.05 sehingga test distribusi normal Aided Digital Cephalometry. AngleOrthod; 2000; 70
(5):387
dan dapat memakai paired “t” test. Hasil penelitian oleh
5. Covey S Kebiasaan remaja yang sangat efektif. Binarupa
penulis menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan Aksara; 2007.
yang signifikan antara pengukuran sefalogram secara 6. Goncalves FA, Schiavon L, Pereira Neto JS, Nouer.
manual maupun pengukuran sefalogram secara Comparison Of Cephalometric Measurement from thre
computer. Hasil penelitian ini berkesinambungan dengan Radiological clinics. Braz Oral Res; 2006; 20 (2): 162.
penelitian sebelumnya (Chen, 2004). 7. Gregston M, Kula T, Hardman P, Glaros A, Kula K A
Comparison Of Conventional And Digital Radiographic
Hasil penelitian oleh penulis kali ini, menunjukkan bahwa Methods and Cephalometric Analysis Software: I Hard
tidak terdapat perbedaan yang signifikan diantara Tissue. Seminar in Orthodontics; 2004; 10(3):204.
8. Huja SS, Grubaugh EL, Rummel AM, Fields HW, Beck
pengukuran secara manual dan pengukuran secara
FM. Comparison of Hand Traced and Computer Based
digital. Cephalometric Superimposition. Angle Orthod; 2009;
Dari penelitian ini disadari bahwa manfaat dari 79(3): 428.
program computer seperti pengarsipan, transfer data dan 9. Jacobson A, Jacobson RL Radographic cephalometry
keunggulan kualitas lain yang telah teruji dari teknologi frombasic to 3D Imaging. Canada: Quintessence
computer dan juga digunakan untuk tujuan penelitian Publishing Co Inc; 2006.
(Sayinsu, 2007). Evolusi dari manual menuju 10. Jones ML, Oliver RG Walter and Houston Orthodontic
komputerisasi memiliki tujuan untuk mengeksplorasi Notes. Great Britain, Butterworth. Heinemann Ltd; 1994.
kemampuan diagnosis sefalometri. Karena dapat 11. Lemeshow S Adequacy of Sample Size in Health studies.
Wiley, John & Sons, Inc; 1990.
mengurangi kesalahan dan menghemat waktu. Tracing
12. Leonardi R, Giordano D, Maioroma F, Spampinato
secara manual lebih banyak menghabiskan waktu dan C Automatic Cephalometric Analysis. Angle Orthod; 2008;
memiliki tingkat kesalahan yang lebih tinggi, sedangkan 78: 145
pada komputer, jika sudah terdigitasi dengan tepat maka 13. Sayinsu K, Isik F, Trakyali G, Arun T. An Evaluation Of
pengukuran sudut dan jarak secara otomatis dapat Errors in Cephalometric Measurements on Scanned
dikalkulasi dimana dapat mengurangi kesalahan. Cephalometric Images and Conventional Tracing.
Karena variasi pada hasil studi ini, ortodontis European Journal of Orthodontics; 2007; 29:105. Sarver
disarankan untuk mendiskusikan pengukuran dan DM. Esthetic Orthodontic Surgery. Mosby (St.Louis);
penilaiannya serta melihat komponen lain yang 1998.
14. Turner PJ, Weerakone S An Evaluation of The
mendukung diagnosis seperti klinis radiografi,
Reproductibility of Landmark Identification Using
anamnesa, model dan fotografi (Goncalves, 2006). Scanned Cephalometric Images. Journal of Orthodontics;
Dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan 2001; 28(3): 221
memberikan kesempatan bagi ortodontis untuk
melakukan penelitian lebih lanjut. Dengan
meminimalisasi segala kekurangan yang ada, maka
program komputer dapat dirasakan manfaatnya serta
memberikan hasil perawatan yang memuaskan bagi
pasien dan ortodontis.

SIMPULAN
Dari Penelitian ini dapat disimpulkan hal
berikut: tidak terdapat perbedaan yang signifikan secara
statistik antara hasil pengukuran sefalogram yang di
tracing secara manual dan sefalogram yang di tracing
secara digital dengan program komputer Vistadent

DAFTAR PUSTAKA
1. Bishara S.E. Textbook of Orthodontics, Step in Orthodon-
tic Treatment. W.B. Saunders Company, Philadelphia;
2001.
2. Chen YJ, Chen SK, Yao JCC, Chang HF. The Effect of
Differences in Landmark Identification on the Cephalom-
etric Measurement in Traditional Versus Digitized Cepha-
lometry. Angled Orthod , 2004; 74(2) : 155
3. Chen SK, Chen YJ, Yao JCC, Chang HF. Enhanched Speed
and Precision Of Measurement in a Computer-Asisstes
DigitalCephalometric Analysis System. Angle Orthod
2004; 74 (4): 501
4. Chen SK, Chen YJ, Yao JCC, Chang HF. Comparison of
5

TREATMENT OF CLASS II SKELETAL


MALOCCLUSION WITH SEVERE POSTERIOR
CROWDING USING HEADGEAR
AND STANDARD EDGEWISE
(Case Report)
Ajeng Sulistyaningrum *, Jono Salim **
*Orthodontic Resident
**Lecturer, Department of Orthodontic
Faculty of Dentisty, University of Padjadjaran Bandung

ABSTRACT
Background: Class II skeletal malocclusion usually shows protruded face. A camouflage treatment is needed to make class I molar
relation and this case was to overcome severe posterior crowding. Generally, headgear is capable in growth modification, molar
distalisation and extraoral anchorage. In this case headgear is functioning as maximal anchorage as well as molar distalisation on
upper jaw. Objectives: Correcting profile, to achieve class I molar relation, correcting crowding, anterior and posterior crosssbite,
and mesial drifting, also preventing anchorage loss. Case Management: A 14 years old female patient with class II skeletal
malocclusion. Facial angle 78°, convexity angle 13°, ANB angle 6° and AO-BO 5 mm. Treatment is using Edgewise orthodontic fixed
appliance with 4 premolar extraction as well as distalisation using headgear on right side upper jaw. Result: The result of this
treatment (13 months) showed the crowding on both upper and lower jaw were corrected, class I molar relation on the right side,
mesial drifting and anterior-posterior crossbite were corrected, and discontinue headgear. This patient is still under treatment until
today. Conclusion: Headgear is the best option to prevent anchorage loss.

Key words: Headgear, Severe posterior crowding,Class II skeletal, Standard Edgewise

PENDAHULUAN gigi molar dengan innerbow headgear, dan


Maloklusi kelas II skeletal merupakan kelainan mempertahankan panjang lengkung rahang dengan
yang terjadi karena kombinasi maksila prognati – mencegah pergerakan mesial dari gigi molar8.
mandibula normal, maksila normal – mandibula Dalam makalah ini, penulis ingin memaparkan laporan
retrognati, maupun maksila prognati – mandibula kasus perawatan ortodonti pada maloklusi skeletal kelas
retrognati3,4. Etiologi maloklusi skeletal kelas II dapat II yang disertai dengan crowding gigi posterior berat
disebabkan oleh faktor keturunan, lingkungan maupun dengan penjangkaran maksimal menggunakan
patologi. Menurut Angle, keadaan ini biasanya disertai headgear sekaligus berperan dalam distalisasi gigi molar
dengan hubungan molar kelas II, walaupun tidak jarang kanan rahang atas.
ditemukan pada hubungan molar kelas I seperti pada
kasus ini. LAPORAN KASUS
Perawatan pada maloklusi ini dapat dilakukan Pasien perempuan usia 14 tahun datang ke
dengan berbagai macam alat seperti misalnya klinik ortodonti fakultas kedokteran gigi UNPAD
menggunakan alat fungsional (aktivator, bionator, dengan keluhan crowding gigi atas dan bawah dan
Frankel, twin-block) untuk menstimulasi dan penampilan tidak estetis karena pasien merasa dagunya
meningkatkan pertumbuhan mandibula, sementara tidak simetris. Pada anamnesa diketahui pasien
headgear digunakan untuk menghambat pertumbuhan mempunyai kebiasaan buruk menopang dagu dengan
maksilla6. Pemilihan alat dapat disesuaikan dengan tangan. Pada pemeriksaan ekstra oral (Gambar 1A-C)
diagnosis dan rencana perawatan sehingga dapat tipe wajah sempit, asimetris, profil muka sedikit
dicapai hasil yang memuaskan. Perawatan dengan cembung, bibir hipotonus, dan tidak ada kelainan TMJ.
menggunakan alat fungsional sebaiknya dilakukan Pemeriksaan intra oral (Gambar 2 A-F) menunjukkan
sebelum pasien mencapai puncak pertumbuhan agar kebersihan mulut baik, garis median rahang atas
hasilnya maksimal. Penggunaan headgear bermacam- bergeser ke kanan 1 mm sementara garis median rahang
macam diantaranya mencegah pertumbuhan ke depan bawah bergeser juga ke kanan 2 mm, overbite normal 2
dan ke bawah mandibula, distalisasi molar, mm dan overjet1 mm, crowding anterior dan posterior,
penjangkaran maksimal ektraoral, perbaikan rotasi pada crossbite anterior dan posterior, erupsi gigi lambat
6 Majalah Ortodontik Juni 2015, Edisi kesatu 5-8

dapat dilihat gigi 15 dan 25 keduanya tumbuh di palatal. Pada pemeriksaan analisis model studi didapat hubungan
molar kanan kelas I, hubungan molar kiri kelas III.
Hubungan kaninus kanan dan kiri kelas III. Overbite
sebesar 2 mm dan overjet 1 mm. Garis median rahang
atas bergeser ke kanan 1 mm sedangkan garis median
rahang bawah bergeser ke kanan 2 mm. Crossbite anterior
antara gigi 12 dan 42 , crossbite posterior antara gigi 14
dan 45.

Gambar 1. Foto ekstra oral sebelum perawatan. A. Gambar 3. A. Radiografi sefalometri lateral sebelum
Depan, B. Depan (senyum), C. Samping perawatan, B. Radiografi panoramik sebelum
perawatan, C. Radiografi Frontal (AP) sebelum
perawatan

Pemeriksaan radiografi panoramik sebelum


perawatan terlihat adanya impaksi gigi 35. Analisis
sefalogram lateral sebelum perawatan menunjukkan pola
skeletal kelas II dengan sudut SNA normal dan sudut
SNB menunjukkan retrognati mandibula, sudut fasial
menunjukkan retrusi dagu dan sudut konveksitas
cembung. Sebagai pemeriksaan tambahan dilakukan
radiografi frontal (AP) yang menunjukkan adanya
asimetri dagu (Gambar 3A –C).

Analisis sefalometri dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Analisis sefalometri sebelum dilakukan perawatan


Downs

Gambar 2. Foto intraoral sebelum perawatan. A. Samping


kanan, B. Depan, C. Samping kiri, D. Oklusal
rahang atas, E. Oklusal rahang bawah. F.
Overjet
Ajeng, dkk: Treatment of class II skeletal 7

Steiners KEMAJUAN PERAWATAN


Alat cekat standar edgewise slot 0.018
digunakan bersama dengan headgear. Perawatan dimulai
dengan tahap leveling dan alignment menggunakan
kawat stainlesssteel 0.014 inch multiple loop untuk
mengkoreksi crowding anterior dan posterior serta
crossbite anterior dan posterior. Headgear digunakan
12 jam/hari dengan daya 350 gr/ sisi. Inner bow sebelah
kanan dibuat lebih pendek agar mendapatkan daya lebih
besar untuk mendistalisasi gigi molar pada regio kanan
atas, selain itu headgear berfungsi untuk penjangkaran
maksimal agar tidak terjadi flaring pada saat perawatan.
Setelah 6 bulan dan distalisasi gigi molar pada
regio kanan telah tercapai, pemakaian headgear
dihentikan. Pada 8 bulan perawatan dilakukan leveling
dan alignment tahap kedua dengan kawat stainless steel
0.014 inch multiple loop untuk membawa kedua gigi
Wits premolar dua atas yang berada di palatal ke dalam
lengkung gigi. Dalam 13 bulan perawatan
(Gambar 5A-F), crowding anterior dan posterior rahang
atas dan bawah telah terkoreksi, crossbite anterior dan
posterior terkoreksi, gigi impaksi premolar pada regio
Wendel – Wylie kiri bawah telah terkoreksi. Hubungan molar kanan kelas
I, sementara hubungan molar kiri masih kelas III.
Hubungan kaninus kanan kelas II, hubungan kaninus
kiri kelas I. Overjet normal 1 mm demikian pula overbite
normal 2 mm. Perawatan ortodonti masih akan berlanjut
ETIOLOGI hingga saat ini dengan melanjutkan leveling dan
Etilogi kasus ini kemungkinan besar adalah alignment,menutup spasing pada anterior rahang
akibat adanya kehilangan dini gigi sulung rahang bawah, bawah, selain itu memperbaiki inklinasi dan interdigitasi,
persistensi dari gigi sulung rahang atas. serta artistik.

DIAGNOSIS
Maloklusi skeletal kelas II dental kelas I disertai
crowding anterior dan posterior, protrusif, crossbite
anterior dan posterior, mesial drifting, asimetri dagu ke
kanan, garis median rahang atas bergeser ke kanan 1mm
dan bawah bergeser ke kanan 2 mm, profil wajah
cembung dan adanya impaksi gigi premolar kiri bawah.

TUJUAN PERAWATAN
Perawatan dilakukan untuk mengkamuflase
kelainan skeletal kelas II pasien dengan mengoreksi
crowding pada anterior dan posterior serta mengoreksi
crossbite anterior dan posterior.

RENCANA PERAWATAN
Perawatan dilakukan dengan alat cekat standar
Edgewise dan pencabutan 4 gigi premolar untuk
mengatasi crossbite anterior dan posterior yang terjadi,
dan crossbite anterior dan posterior. Selain itu perawatan
juga menggunakan headgear. Headgear merupakan alat
ekstra oral yang dapat digunakan untuk modifikasi
pertumbuhan, distalisasi molar, serta sebagai
penjangkaran maksimal. Pada kasus ini headgear
berfungsi sebagai penjangkaran maksimal sekaligus
untuk mendistalisasi gigi molar rahang atas pada sisi Gambar 4. Foto ekstra oral setelah 13 bulan perawatan.A.
kanan atas. Depan, B. Depan (senyum), C. Samping
Majalah Ortodontik Juni 2015, Edisi kesatu 5-8
8

selain itu distalisasi gigi molar kanan rahang atas


bergerak secara bodily karena daya diberikan pada pusat
resistensi gigi molar.1,5

DAFTAR PUSTAKA
1. Bhalajhi SI. Orthodontics the Art and Science. New Delhi
: Arya (MEDI) Publishing House.2006. p.366-369
2. Bishara SE. Textbook of Orthodontics. W. B Saunders
Company. 2001. p. 218-222
3. English JD, Peltomaki T, Pham-Litschel K. Orthodontic
review.1st ed. St Louis: Mosby; 2009.p.152-163.
4. McNamara J, Brudon WL. Orthodontic and orthopedic
treatment in the mixed dentition.1st ed. Ann Arbor:
Needham Press; 1993.p.1-8.
5. Nanda R, Kapila S. Current therapy in Orthodontics. St.
Louis : Mosbby.2010 p. 103
6. Proffit WR, Field HW, Sarver DM, Ackerman JL. Con-
temporary Orthodontontics. 5th ed. Mosby; 2013. p.
131, 476, 507-511
7. Renfroe EW. Edgewise. Lea & Febiger; 1975. p. 171-179
8. Singh G. Textbook of orthodontics. 2004. New Delhi :
Jaypee Brothers. p. 454-459

Gambar 5. Foto intra oral setelah 13 bulan perawatan. A.


Samping kanan, B. Depan, C. Samping kiri, D.
Oklusal rahang atas, E. Oklusal rahang bawah. F.
Overjet

PEMBAHASAN
Pemilihan alat yang digunakan tergantung dari
diagnosis dan rencana perawatan yang telah ditetapkan.
Pada kasus ini dilakukan perawatan kompromi untuk
mengkamuflase keadaan skeletal kelas II.
Jenis headgear yang digunakan adalah medium
pull atau intermediate atau occipital pull headgear atau
combination pull karena diharapkan efek yang timbul
adalah pergerakan gigi molar kanan atas ke distal tanpa
disertai intrusi ataupun ektrusi gigi sekaligus sebagai
penjangkaran maksimal7. Pemakaian headgear 12 jam/
hari dimulai sejak sore hari hingga keesokan harinya1,7.
Daya yang diberikan adalah 350 gr/ sisi dengan
penggunakan karet elastik no 2. Inner bow sebelah kanan
dibuat lebih pendek agar mendapatkan daya lebih besar
untuk mendistalisasi gigi molar pada regio kanan atas,
sekaligus untuk penjangkaran maksimal ektra oral.
Ruangan yang diinginkan dalam distalisasi gigi
molar rahang atas tercapai dalam waktu 6 bulan dan
pemakaian headgear dihentikan. Hingga saat ini (13 bulan
perawatan) masih dilanjutkan leveling dan alignment agar
didapatkan lengkung gigi yang sempurna dan perawatan
masih akan dilanjutkan hingga didapatkan oklusi yang
baik.

SIMPULAN
Perawatan ortodonti maloklusi skeletal kelas II
dengan crowding yang berat menggunakan headgear
sebagai penjangkaran maksimal ektra oral merupakan
rencana perawatan yang tepat untuk kasus ini.
Penggunaan headgear mencegah terjadinya flaring,
9

TREATMENT OF CLASS III DENTOSKELETAL


MALOCCLUSION WITH AGENESIS OF UPPER
CANINE USING EDGEWISE APPLIANCES
(Case Report)
Danila Barasiska*, Endah Mardiati **
*Orthodontic Resident
**Lecturer, Department of Orthodontics
Faculty of Dentistry, University of Padjajaran

ABSTRACT
Introduction: Class III type 3 dentoskeletal malocclusion with the agenesis of upper canine often shows maxilla constriction and
retruded face. The treatment can be done by anterior expansion of maxillary dental arch to correct anterior crossbite and replace the
agenesis of upper canine with first premolar. Objectives: correction class III type 3 dentoskeletal malocclusion with the agenesis of
upper canine and retruded face cause maxilla constriction. Case management: 25 years old female patient with class III type 3
malocclusion, -1,5mm overjet, agenesis upper canine, missing teeth 24 and 46, SNA 79°, SNB 84°, ANB -5°, Wits -8mm. The
treatment of class III type 3 malocclusion with replacment of agenesis canine with first premolar and anterior expansion provide a
good correction of maxilla constriction and retruded face. This case was treated with standard edgewise appliance to correct anterior
crossbite, and replace agenesis upper canine with first premolar. Result: After a year, the treatment showed the correction of
anterior crossbite and canine replacment with first premolar is still on progress. Conclusion: Class III type 3 malocclusion with the
agenesis of upper canine can be treated by standard edgewise appliance with anterior expansion of maxillary dental arch, and
replace upper canine with first premolar.

Key words: class III type 3 dentoskeletal malocclusion, canine agenesis, Edgewise appliance.

PENDAHULUAN defisiensi dan infeksi, kelainan prenatal dan pengaruh


Gigi agenesis dikenal sebagai gigi yang hilang lingkungan pada waktu anak dalam masa pertumbuhan.
secara kongenital dan merupakan gigi yang benihnya Maloklusi kelas III mempunyai karakteristik rahang
tidak berkembang secara baik untuk terjadinya bawah yang besar, rahang atas retrusif dan terkadang
diferensiasi jaringan gigi sehingga tidak erupsi. 1 juga mengalami gigi yang berjejal atau gigitan bersilang
Menurut Moyers, salah satu penyebab terjadinya gigi pada gigi anteriornya1,5.
agenesis adalah herediter.1 Adanya kondisi sistemik Tujuan perawatan ortodonti kompromi pada
seperti rickets, syphilis dan gangguan intra uterine yang kasus ini adalah untuk mengkoreksi gigitan bersilang,
parah juga menyebabkan kerusakan pembentukan benih menggantikan agenesi kaninus dengan gigi premolar
gigi sehingga gigi tidak erupsi. Penyebab lainnya adalah pertama, dan memperbaiki profil wajah yang cekung.
inflamasi atau infeksi lokal, perubahan evolusi pada gigi Diagnosis yang tepat diperlukan dalam merencanakan
dan faktor iradiasi, trauma, hormonal, tumor, rubella dan perawatan untuk maloklusi dentoskeletal kelas III tipe 3
thalidomide. 1,3 Diagnosis gigi agenesis ditetapkan ini.5,6
berdasarkan pemeriksaan klinis dan interpretasi Perawatan kompromi yang biasa dilakukan
radiografi.1 untuk maloklusi dentoskeletal kelas III tipe 3 yang
Gigi agenesis dapat menyebabkan terjadinya disertai agenesi adalah dengan membuka ruangan untuk
maloklusi seperti celah diantara gigi, tongue thrust, protesa atau menutup ruangan pada daerah agenesi.
inklinasi atau lokasi gigi sebelahnya menjadi tilting Pada penatalaksanaan dengan menutup ruangan
selain itu juga menimbulkan masalah estetik.4 Pada biasanya perawatan ortodonti dilakukan dengan
laporan kasus ini yang terjadi adalah terjadi konstriksi reshaping gigi premolar pertama.2
rahang atas akibat agenesi yang menyebabkan Laporan kasus ini memaparkan mengenai
terjadinya gigitan bersilang di anterior dan memperparah perawatan ortodonti pada pasien dengan maloklusi
kondisi maloklusi kelas III. dentoskeletal kelas III tipe 3 disertai agenesi gigi kaninus
Maloklusi kelas III menunjukkan hubungan atas, gigitan bersilang di anterior dan posterior,
molar kelas III dengan letak bonjol mesio bukal dari molar menggunakan alat ortodonti cekat standar edgewise
permanen pertama rahang atas beroklusi dengan ruang dengan pendekatan kompromi.
interdental antara molar pertama dan molar kedua
mandibula. Etiologi maloklusi kelas III meliputi faktor LAPORAN KASUS
keturunan, gangguan hormonal, penyakit-penyakit Seorang wanita berusia 25 tahun datang ke
Majalah Ortodontik Juni 2015, Edisi kesatu 9-12
10

klinik Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Pada analisa model, terlihat hubungan molar
Padjadjaran dengan keluhan gigi depan rahang atas kiri kelas 3 sedangkan hubungan molar kanan tidak dapat
berada di belakang gigi depan rahang bawah, dan ingin dinilai karena kehilangan gigi 46, hubungan kaninus kiri
merapihkan gigi rahang atas yang bercelah. Pada dan kanan juga tidak dapat dinilai karena agenesi gigi 13
pemeriksaan ekstra oral (Gambar 1) tampak tipe wajah dan 23, overbite 3mm, overjet -1,5mm, diastema pada
sempit, simetris dan profil wajah cekung. Relasi bibir rahang atas dengan total sebesar 3mm, garis median
normal dan tidak ditemukan adanya kelainan pada TMJ. rahang atas bergeser 2 mm. ALD rahang atas kanan
sebesar +3 mm dan kiri sebesar +7 mm, sedangkan ALD
rahang bawah kanan +10 mm dan kiri 0 mm.

PEMERIKSAAN SEFALOMETRI
Analisa sefalogram lateral sebelum perawatan
(Gambar 4) menunjukkan pola skeletal kelas III dengan
sudut SNA 79° (maksila normal), SNB 84° (mandibula
normal), dan sudut ANB -5° (kelas III). Jarak insisiv
rahang atas ke NA 6mm sedangkan sudutnya 30°
(normal), jarak insisiv rahang bawah ke NB 3mm dan
sudutnya 22° (normal), bidang mandibula 31°(high
angle), sudut konveksitas -9° (profil skeletal cekung),
jarak pogonion ke NB 0mm (dagu normal), AO-BO -8mm
(kelas III), tinggi wajah bagian bawah lebih pendek dari
proporsi seharusnya.

Gambar 1. Foto Ekstra Oral Pasien Sebelum Perawatan


Gambar 3. Foto Panoramik Sebelum Perawatan
Pada pemeriksaan intra oral (Gambar 2) tampak
gigitan bersilang di anterior dan posterior gigi 45
terhadap 14, overbite normal, diastema pada gigi anterior
rahang atas, garis median rahang atas bergeser ke kanan,
kehilangan gigi 24 dan 46 dan disertai persistensi gigi
63. Pada pemeriksaan rontgenologis foto panoramik
(Gambar 3) terdapat agenesi pada gigi 13 dan 23, abses
periapikal pada gigi 36, tidak ada resorbsi akar dan posisi
M3 normal.

Gambar 4. Foto Sefalometri Lateral Sebelum Perawatan

Tabel 1. Analisa Sefalometri Metode Downs Sebelum


Perawatan

Gambar 2. Foto Intra Oral Pasien Sebelum Perawatan


Danila, dkk: Treatment of class III dentoskeletal 11

Tabel 2. Analisa Sefalometri Metode Steiner Sebelum SS 0,016 inch multiple loop, kemudian tahap leveling
Perawatan dan alignment dilanjutkan dengan menggunakan kawat
SS 0,016, 0,018 plain arch. Setelah gigitan bersilang di
anterior terkoreksi, tahap selanjutnya adalah koreksi
garis median sebesar 2 mm ke regio kiri dengan
menggunakan kawat SS Recta 0,016 x 0,022 plain arch
serta tahap leveling dan alignment rahang bawah
dimulai. Tahap berikutnya adalah mesialisasi gigi-gigi
posterior rahang atas kanan untuk menggantikan
agenesi gigi 13 dengan gigi 14 menggunakan power
chain. Bila diperlukan, gunakan elastik intermaksiler
kelas III untuk penyesuaian oklusi.
Setelah 12 bulan perawatan, leveling dan
alignment rahang atas telah tercapai, gigitan bersilang
telah terkoreksi, dan pada saat ini sedang dilakukan
pengkoreksian garis median rahang atas ke arah kiri,
Tabel 3. Analisa Sefalometri Metode Wits Sebelum Perawatan serta proses leveling dan alignment rahang bawah
sedang berlangsung (Gambar 5 dan 6).

Tabel 4. Analisa Sefalometri Metode Wendel Wylie Sebelum


Perawatan

Simpulan Analisa Sefalometri


Maloklusi Skeletal Kelas III disertai profil skeletal
cekung, maksila mundur mandibula maju, sudut bidang
mandibula tinggi.

DIAGNOSIS
Berdasarkan hasil pemeriksaan ekstra oral,
intra oral, analisis model studi, dan sefalometri, maka
diagnosis pada kasus ini adalah maloklusi dentoskeletal
kelas III disertai gigitan bersilang anterior dan posterior
gigi 45 terhadap 14, tipe muka sempit, profil wajah
cekung, garis median bergeser ke kanan, overjet -1,5mm,
agenesi 13 dan 23, kehilangan gigi 24 dan 46, diastema
Gambar 5. Foto Wajah Setelah 12 Bulan Perawatan
pada anterior rahang atas, dan konstriksi rahang atas.

ETIOLOGI
- Agenesi gigi 13 dan 23
- Kehilangan gigi 24 dan 46
- Konstriksi rahang atas

TUJUAN PERAWATAN
Pasien ini telah berusia dewasa sehingga
dilakukan perawatan kompromi untuk mengkoreksi
maloklusi kelas III tipe 3 disertai agenesi gigi 13, 23 dan
profil muka cekung akibat konstriksi rahang atas.

KEMAJUAN PERAWATAN
Perawatan dilakukan dengan menggunakan
alat ortodonti cekat standar edgewise slot 0,018 inch.
Perawatan dimulai dengan tahap leveling dan alignment
pada rahang atas terlebih dahulu menggunakan kawat
SS 0,014 inch multiple loop untuk melakukan ekspansi
pada gigi anterior rahang atas, lalu diganti dengan kawat Gambar 6. Foto Intra Oral Pasien Setelah 12 Bulan Perawatan
Majalah Ortodontik Juni 2015, Edisi kesatu 9-12
12

PEMBAHASAN
Pasien pada laporan kasus ini telah berusia
dewasa sehingga dilakukan perawatan ortodonti
kompromi maloklusi kelas III dentoskeletal.
Diagnosa dari pasien ini adalah maloklusi
dentoskeletal kelas III disertai gigitan bersilang anterior
dan posterior gigi 45 terhadap 14, tipe muka sempit, profil
muka cekung, garis median bergeser ke kanan,
overjet -1,5mm, agenesi 13 dan 23, kehilangan gigi 24
dan 46, diastema pada anterior rahang atas, dan
konstriksi rahang atas, dimana tujuan perawatannya
adalah untuk memperbaiki maloklusi dan profil wajah
yang cekung.
Perawatan yang dilakukan adalah dengan
melakukan ekspansi lengkung gigi maksila ke anterior
dengan menggunakan kawat SS 0,014 dan 0,016 multiple
loop, kemudian menggantikan posisi agenesi gigi 13
dengan gigi 14 melalui cara mesialisasi menggunakan
kawat SS recta 0,016x 0,018 inch dan power chain. Setelah
12 bulan perawatan, leveling dan alignment rahang atas
telah tercapai, gigitan bersilang telah terkoreksi, dan pada
saat ini sedang dilakukan pengkoreksian garis median
rahang atas ke arah kiri, serta proses leveling dan
alignment rahang bawah sedang berlangsung.
Perawatan masih akan dilanjutkan hingga tercapai
hubungan oklusi yang normal.

SIMPULAN
Perawatan ortodonti kompromi terhadap
maloklusi dentoskeletal kelas III tipe 3 menggunakan
alat cekat standar edgewise adalah salah satu pilihan
jenis perawatan terhadap kasus maloklusi kelas III pada
pasien dewasa. Tujuan dari perawatan ini adalah untuk
memperbaiki estetik akibat gigitan bersilang di anterior,
serta profil wajah yang cekung akibat konstriksi maksila.

DAFTAR PUSTAKA
1. Moyers, R.E. Handbook of Orthodontics.4th edition.
United states. 1988; 348-51.
2. Castaldi CR, George AB. Dentistry for the Adolescent.
Philadelphia: W.B. Saunders.1980;181-84
3. Dermaut L.R., K.R. Goeffers, A.A De Smit. Prevalence of
Tooth Agenesis Correlated With Jaw Relationship and
Dental Crowding. American Journal Orthodontics. 1986;
90:204-210.
4. Singh G. Textbook of Orthodontics.1st ed. New Delhi:
Jaypee Brothers Medical Publisher.2004;174.
5. Lowenhaupt EB. Compromised Nonsurgical Treatment
of A Patient with A Severe Class III Malocclusion.
International Dentistry SA Vol 11 No.3;52-61.
6. Foster, TD. Buku Ajar Ortodonsi. EGC. 1993 h 287-298.
13

ORTHODONTIC TREATMENT IN WINGED


MAXILLARY CENTRAL INCISORS
(Case report)
Dhani Agustina* Anang Soejono**
*Orthodontic Resident
**Lecturer, Departement of Orthodontics
Faculty of Dentistry University of Airlangga Surabaya

ABSTRACT
Background : Winged incisors are well-recognized clinical finding. In this report, the disorder is briefly reviewed and a unique case
of winging of the two maxillary central incisors. Objective : The two winged maxillary central incisors were derotated using edgewise
technique. Case management : This case report is about orthodontic treatment in 19 years old female. Clinical examination shows
winged maxillary central incisors, with class 1 malocclusion and crowded mandibular teeth. The patient was treated with the edgewise
technique. Three months after levelling and aligning. The two central incisors were derotated using edgewise bracket, A 0.016-Inch
NiTi wire was used for the initial correction. Derotation and diastema closure were achieved in eight weeks, when the SS wire was
replaced with a 0.016 x 0.22-Inch stainles steel wire. Complete derotation was achieved after another 12 weeks, and appliance was
removed after 96 weeks of the retention phase. A posttreatment panoramic radiograph showed normal development and divergence
of the roots of 11and 21. Result : The final position and anatomy of maxillary central incisors was succeded in replacing the position
and anatomy. Conclusion : The two winged maxillary central incisors were derotated and the patient was satisfied with better smile.

Key word : Winged maxillary central incisors, orthodontic treatment, edgewise technique

PENDAHULUAN tidak rapi. Sebelumnya belum pernah mendapatkan


Perawatan ortodonti pada kasus rotasi gigi perawatan kawat gigi. Pasien ingin dirawat dengan
insisif central rahang atas bilateral yang sering disebut tujuan merapikan giginya agar lebih baik secara estetik.
winging menjadi tantangan tersendiri bagi para praktisi. Pada pemeriksaan ekstra oral didapatkan: profil penderita
Resorpsi akar dan resesi gingiva di sekitar gigi adalah lurus, tipe muka sedang dan tipe kepala mesosefalik.
komplikasi umum yang sering terjadi.1 Penderita mempunyai bentuk muka yang simetris dan
Winging adalah rotasi yang melibatkan insisif didapatkan bibir yang kompeten (Gambar 1).
sentral rahang atas bilateral yang menyerupai sayap. Pemeriksaan intra oral terlihat: jaringan mukosa, bentuk
Winging insisif central rahang atas merupakan morfologi lidah dan bentuk palatum normal. Gigi terletak
insisif yang tidak biasa, namun terdapat penelitian yang berdesakan di rahang atas anterior (Gambar 1).
menyatakan dalam delapan tahun terdapat pasien laki- Pemeriksaan foto radiografi panoramik terlihat
laki dengan rotasi gigi insisif sentral rahang atas impaksi gigi 18, 28,38, dan 48 (Gambar 2).
bilateral.1,2
Gigi insisif central rahang atas biasa pada posisi Analisis sefalometri
yang normal. Namun, beberapa penelitian dilaporkan Tipe muka mesognati dengan retrognati
Indian Amerika, margin distal dari gigi seri yang berputar mandibula dan profil muka lurus (< FH-NP 80º,
dalam arah labial atau lingual. dengan prevalensi 41,5% < NAP 4º). Hubungan maksila dan mandibula terhadap
di Makiritare India,3 49% di Zunis, 2 dan 52,75% di basis kranium menunjukkan tendensi relasi skeletal klas
Yanomama, Indians3; kelompok Amerika Selatan seperti I (< SNA 82º, < SNB 79º, Ð ANB 3º dan Wits appraisal
Pewenche, yang Diaguitas, dan Jivars pameran AO-BO 3 mm) dengan inklinasi insisif RA dan RB normal
prevalensi wingingdari 55,5%, 66,2% 4, 5 dan 50-70%, 6 (< I-NA 29º, < I-NB 26º). Analisis sefalometri jaringan
masing-masing. 1,2 lunak Rickett’s Lip Analysis: bibir atas berimpit garis E
dan bibir bawah 2 mm di depan garis E. Analisis jaringan
LAPORAN KASUS lunak Steiner’s Lip Analysis: bibir terletak di depan
RIWAYAT KASUS garis S.
Seorang penderita perempuan, umur 19 tahun,
ras Deutromelayu datang ke klinik pendidikan spesialis Rencana Perawatan dan Tujuan Perawatan
Ortodonti FKG. Pasien merasa kurang percaya diri saat Tujuan perawatan pada pasien ini mengkoreksi
tersenyum dikarenakan gigi atasnya miring dan terlihat letak gigi 11 dan 21 yang winging.
14 Majalah Ortodontik Juni 2015, Edisi kesatu 13-15

Rencana perawatan adalah mengkoreksi berdesakan


anterior rahang atas dan bawah. Mengkoreksi kurva
spee yang positif. Dalam perawatan ini tanpa dilakukan
pencabutan, untuk mendapatkan tempat dilakukan
stripping pada gigi anterior rahang atas dan bawah.

Gambar 3. Foto ektraoral dan intraoral setelah perawatan

Gambar 1. Foto ektraoral dan intraoral sebelum perawatan

PERAWATAN
Perawatan ortodonti dimulai pada tanggal 11
Oktober 2011, diawali dengan pemasangan molar band
dan welding tube pada gigi molar pertama rahang atas
dan bawah. Braket standard edgewise slot 0,018 inch
dipasang pada semua gigi rahang atas dan bawah.
Leveling dan aligning menggunakan busur NiTi round
0.012, round 0.014, round 0.016 di rahang atas maupun
rahang bawah. Dua bulan berikutnya, dilakukan derotasi
gigi 11 dan 21. Setelah 2 tahun perawatan selesai, terlihat
gigi 11 dan 21 serta berdesakan anterior rahang bawah
terkoreksi dan tidak terdapat resorbsi pada akar gigi 11
dan 21 (Gambar 3 dan 4). Gambar 4. Foto Panoramik dan Sefalometri Setelah Perawatan
Dhani, dkk: Orthodontic treatment in winged 15

PEMBAHASAN
Winging adalah rotasi yang melibatkan insisif
sentral rahang atas bilateral yang menyerupai sayap.
Winging insisif central rahang atas merupakan morfologi
insisif yang tidak biasa, namun sering terjadi.
Pada kasus ini dilakukan levelling dan aligning serta
derotasi pada gigi insisif rahang atas. Derotasi sempurna
terjadi dalam kurun waktu 16 minggu.

SIMPULAN
Pada laporan kasus ini dilakukan derotasi
dengan kekuatan ringan sehingga Resorpsi akar dan
resesi gingiva di sekitar gigi tidak terjadi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Prasad V N. Utreja A. Goyal A. Chawla H S. Winged
Maxillary Incisors with Unusual Morphology: A Unique
Presentation and Early Treatment. Angle Orthodontist,
Vol 75, No 3, 2005; 75:478–482.
2. Ling John Y.K. Wong Ricky Y.K. Incisors Winging in
Chinese. The Open Anthropology Journal, 2010, 3, 8-11
16

THE MANAGEMENT OF CLASS I MALOCCLUSION


WITH ANTERIOR OPENBITE AND
MUTILATED FRONT TOOTH
(Case Report)
Endriyana Novitasari*, Jusuf Sjamsudin**
* Orthodontic Resident
**Lecturer, Departement of Orthodontics
Faculty of Dentistry University of Airlangga Surabaya

ABSTRACT
Background: Anterior openbite, which means no contact between anterior teeth, stands out in current orthodontic by the complexity
of the treatment, associated with the high level of instability and recurrence. The open bite is characterized by the lack of vertical
contact, between the opposite segments of teeth, or between teeth and gums, in a limited region, not throughout the dental arch like it
normally would in centric occlusion. Anterior openbite has multifactorial origin, such as suction of objects, premature dental loss,
tongue thrusting, temporomandibular joint internal disorder, accident among others. Objective: This is a case report of 19 years old
male, with front teeth opened. Class I malocclusions and skeletal; dental open with mutilated front tooth, which was first upper right
incisor; without abnormal measures to the vertical cephalometric analysis. Case management: First premolars were extracted.
Patient was treated with Roth braces slot 0,018". Space gaining of front teeth was done and replaced it with temporary Maryland
Bridge, that had been attached to the arch wire for aesthetic purpose. Result:The anterior openbite was corrected by camouflage
which extruded anterior segment and adjusted the bridge position in every single step of orthodontic treatment. The outcome
undergoes better teeth occlusion and proper appearance. Patient has satisfied with it. Conclusion: Anterior openbite is considered
one of the most challenging dentofacial deformities to be diagnosed and to treat.

Key words: anterior openbite, mutilated front tooth, Maryland Bridge

INTRODUCTION thrusting, temporomandibular joint internal disorder,


The term of anterior openbite, which means no accident, mouth breathing or airways obstruction
contact between anterior teeth, stands out in current among others. Despite of it, the skeletal openbite is
orthodontic by the complexity of the treatment, often related to excessive vertical growth of the dento-
associated with the high level of instability and alveolar complex, especially in the posterior molar region.
recurrence. It can be defined as a malocclusion without Thus, in the posterior teeth there is no contact among
contact in the anterior region of the dental arches, the posterior teeth.2
being the posterior teeth in occlusion. The open bite
is characterized by the lack of vertical contact, between CASE REPORT
the opposite segments of teeth, or between teeth and This is a case report of 19 years old male, with
gums, in a limited region, not throughout the dental arch front teeth opened. Based on extraoral examination,
like it normally would in centric occlusion1. Anterior patien had three maxillary incisors and undererupted
openbite has incidency rate ranges from 1.5% to 11% one. There was no contact within the area of the cuspids
and varies between races and with dental age. The and incisors. Patient had neither history of dental
complexity of anterior open bite due to a combination extraction nor family history of openbite. Patient had
of skeletal, dental, soft tissue, and habitual factors. Thus, mesosefalic and convex facial profile (Figure 1).
multiple treatment strategies aimed at different etiologies
of anterior open bite have been proposed.2
Diagnosis of openbites have to be viewed first
in the context of skeletal structures. Generally, open bite
is classified as either skeletal or dental3. Dental open
bite is generally found in front region, in which there is
no occlusion within the area of the cuspids and incisors
and is associated with normal craniofacial pattern,
proclined and undererupted anterior teeth. However,
thumb or finger sucking habits are contributing on it.
Anterior openbite has multifactorial origin, such as
suction of objects, premature dental loss, tongue Figure 1. Extraoral examination (before treatment)
Endriyana, dkk: The management of class I 17

In intraoral examination, it was found mutilated


11; oral hygiene was good enough; low caries frequency;
square maxilla arch with normal mandible arch; proclined
of upper and lower incisors and no diastema among
that; normal tounge size and there was no scallop on its
the surface; the fourth of third molars well erupted;
normal adenoid and patient did not has mouth breathing
history even any respiratory disturbance. First
permanent molar and permanent canine relations were
Class I on the right side and edge to edge on the left
side in centric occlusion. The anterior openbites
presented on front region that involved tooth elements
12, 21, 22, 31, 32, 42, and 42. Overjet and overbite was 0
mm and -1,5 mm. There was maxillary midline shift 5 mm Figure 3. Airways pharyngeal analysis
to the right side. The curve of spee was approximated 3
mm. Based on dental case examination, it was 16 mm
and 9,5 mm for upper and lower discrepancy (figure 2).

Figure 4. Radiograph examination before treatment.


Chepalometric (left), Panoramic (right)

ETIOLOGY
When patient was childhood, around 11 years
old, he frontally felt down from his bicycle, then one of
upper tooth forsook. He had gone to visit dentist to
cure that traumatic wound. As long as growth, he feel
something bad with front teeth appearance. In other
hand, he had thumb sucking until he reached 6 years
old. He complained why anterior teeth opened and there
was shifted on upper teeth.

AIM OFTREATMENT
Figure 2. Intraoral examination before treatment
The treatment objective was to correct anterior
DIAGNOSIS openbite through extracted the fourth of first premolar
Patient was diagnosed as Angle Class I and achieved space on front tooth to replace it with
malocclusion with upper and lower dental protrusion prosthesis.
with anterior openbite and midline shift to the right 6
mm with skeletal Class I. TREATMENT PROGRESS AND RESULT
The orthodontic treatment started with
RADIOGRAPHIC EXAMINATION maximum anchorage in upper arch using double
Chepalometric analysis had shown skeletal anchorage on first and second molar, then bonded 0,018"
class I relation with downward and backward mandibular Roth braces. In the lower arch, here was used minimum
rotation, yet there was not found abnormal measures to anchorage. Leveling and aligning in upper and lower
the vertical cephalometric analysis. Airway pharyngeal started with 0,012" of NiTi SE. Space gaining of ex-
analysis was normal (18 mm) and no obstruction. mutilated 11 and upper midline correction was achieved
In the panoramic features, mandible ramus were with open coil spring that was inserted in 0,016" of
symmetrical, 47 had been treated endodontic. Patient Australian wire between 12 and 21 after canine retraction
undergoes permanent teeth phase. (figure 5).
18 Majalah Ortodontik Juni 2015, Edisi kesatu 16-19

Figure 5. Canines retraction and midline shift correction

There was few space remaining among upper


canines and front teeth. This space was utilized for
anterior retraction and torque. Due to aesthetic purpose,
we used Maryland bridge that must be adjusted along
with space opening until the end of the orthodontic
phase be done. The attachment of Maryland bridge
was on palatal 12 and 21 through adhesive bonding
attachment then it was continued with ligature wire
0,008" that was put across the occlusal surface and
contact point of upper canines with front teeth. This
tying was to avoid bridge fall down during occlusion,
speech, chew food or other patient’s activity (figure 6a
and 6b).

Figure 6a. Bridge during leveling and aligning after 2 months


of treatment

Figure 7. Treatment outcome of this case

In table 1, case was merely treated by


camouflage. Therefore, it was found only inter-incisors
angle significantly changed from 990 become 1300.
Proclinated incisors diminished 100 of upper incisors
and 120 of lower incisors. The curve of spee also
corrected. Although facial convexity unsignificantly
Figure 6b. Bridge during upper anterior retraction until pas- decreased (Figure 8 and 9).
sive treatment

During torque management, here was utilised


negative torque with 0,017 x 0,025’ of Stainless Steel
wire in order to achieve proper overjet and overbite.
Anterior openbite had been corrected for 24 months
and 2 weeks later (figure 7). The anterior openbite was
corrected by camouflage which extruded anterior
segment and adjusted the bridge position in every
single step of orthodontic treatment. Finally, we utilized
the lastest Maryland bridge either prosthesis aim or
modified fixed retainer that combined with Hawley
retainer. The outcome undergoes better teeth occlusion
and proper appearance. Patient has satisfied with it. Figure 8. Chepalometric after treatment
Dhani, dkk: Orthodontic treatment in winged 19

Tabel 1. Chepalometric value of before and 22 months of There was resported that airways pharyngeal has relation
treatment (degree) with malocclusion4,5. In this case, patient did not has
any problem with his respiratory. Therefore, anterior
9DULDEOH %HIRUH $IWHU openbite was treated by convensional technique such
)+13   camouflage. Although there was extrusion effect of
1$3   anterior incisors, but this condition could be accepted
61$   by patient.
61%  
CONCLUSIONS
,QWHULQFLVRUV  
Anterior openbite is one of the challenging case
1$   in orthodontics. Treatment planning can be done by
1%   improving proper diagnosis that include etiology of
618SSHURFFOXVDO   open bite, x-ray analysis, dental cast analysis, and clinical
61/RZHURFFOXVDO   examination. Several approaches have been addressed.
Following treatment, patients is expected to improve
ability to incise and chew food, improve esthetics, and
improve speech. However, it must be kept in mind that
treatment strategies should always address the etiology
of the malocclusion. Successful identification of the
etiology anterior openbite could enhance the probability
of treatment success.

REFERENCES
1. De Oliveira J, Dutra A, Pereira C, Orland. Etiology and
treatment of anterior open bite. Etiologia e : tratamento da
mordida aberta anterior. Journal of Health and Science. 2 0
11 ; 2 9 ( 2 ) : 9 2 – 5
2. Lin L. H, Huang G., Chen C., Etiology and Treatment
Modalities of Anterior Open Bite Malocclusion. Journal
of Experimental and Clinical Medicine. 2013;5(1):1e4
3. Ngan P, Henry W. Open bite: a review of etiology and
management. American Academy of Pediatric Dentist.
19:2, 1997
4. Mucedero M, Baccetti T, Franchi L, Cozza P. Effects of
maxillary protraction with or without expansion on the
sagittal pharyngeal dimensions in Class III subjects.
American Journal of Orthodontics and Dentofacial
Orthopedics. 2009.Juni
5. Richard L, Jacobson. Radiographic Chepalometric from
Basic to 3-D Imaging. Canada: Quintescene
Figure 9. Superimpose before and after treatment Black line
Publishing. 2006.122
show before treatment; red line show treatment

DISCUSSION
Malocclusion can be treated, if necessary, in
many ways or other multidiscipline of dentistry. In this
case, extraction of fourth first premolar were determined
to provide enough space for closing anterior openbite
and making tooth prosthesis. Treatment of mutilated
front tooth was difficult and complex because it need
more consideration and aesthetic problem. Combined
orthodontic treatment with prosthodontics
multidiscipline was better choice for this case. The
anterior openbite was corrected by camouflage which
extruded anterior segment to gain appropriate overjet
and overbite. Hence, negative torque had role during
this step.
Airway pharyngeal analysis could help
clinicians to determine the necessity of treatment
planning such mandibular advance in order to enhance
its airways and produce good respiration for patient.
20

COMPROMISED TREATMENT OF
DENTOSKELETAL CLASS III MALOCCLUSION
WITH MAXILLARY PEGSHAPE
LATERAL INCISIVUS
(Case Report)
Lisye*, Tono Hambali **
* Orthodontic Resident
** Lecturer, Departement of Orthodontics,
Faculty of Dentistry Padjajaran University, Indonesia
ABSTRACT
Background : Class III malocclusion with crowding and pegshape lateral insisivus often shows maxilla and mandible constriction.
Objectives: to correct the anterior and posterior crossbite, crowding and esthetic. Case management : This is a case of 31 years
old female patient with class III dentoskeletal malocclusion, overjet -1 mm, maxilla and mandible crowding, SNA 81°, SNB 87°, ANB
-6°, Wits: -3mm. This case was treated with standar edgewise fixed appliance to move dental arch maxilla anteriorly and correct
crowding and crossbite anterior and treated overjet by extracting two premolars of mandibula. Result : after 13 months treatment,
crossbite anterior and posterior was corected, and overjet : 2mm. Conclusion : class III with anterior crowding, anterior and
posterior crossbite with pegshape lateral incisivus treated with lateral expansion and moving maxilla anteriorly, while mandibula
treated by extracting two premolars.

Key words: compromised treatment, class III malocclusion, pegshape, crowding, crossbite

PENDAHULUAN untuk memperbaiki overjet.


Prevalensi terjadi nya maloklusi kelas III pada 2. Melakukan ekspansi dan memperbaiki gigitan
berbagai ras terjadi sekitar 1-5 %. Pada ras kulit hitam bersilang pada gigi posterior dan memperbesar
sebesar 5-8% dan prevalensi terbesar pada masyarakat lengkung gigi sekaligus memperbaiki malposisi.
Asia sebesar 4-14%. Maloklusi ini nerupakan salah satu 3. Kombinasi perawatan pada lengkung atas dan bawah.
tipe maloklusi yang sulit ditangani, dimana biasanya Perawatan bedah merupakan perawatan yang
ditangani dengan tindakan bedah ortognatik atau lebih stabil untuk pasien dewasa dengan maloklusi kelas
perawatan ortodontik kamuflase.1,2,4 III yang berat. Sedangkan pasien dengan kompensasi
Karakteristik dentoalveolar pada maloklusi dentoalveolar dianjurkan untuk melakukan perawatan
kelas III menurut angle adalah gigi-gigi dan lengkung kompromi mengingat tindakan bedah memiliki tingkat
gigi bawah letaknya lebih mesial dari pada normal dalam resiko yang lebih tinggi, biaya yang lebih besar, potensi
hubungan dengan gigi-gigi dan lengkung gigi atas. komplikasi yang lebih besar, dan pasien lebih tidak
Puncak bonjol mesiobukal molar satu atas letaknya lebih nyaman. Perawatan maloklusi kelas III dilakukan dengan
ke distal dari pada bukal groove molar satu bawah dan berbagai tahapan:1
cross bite pada bagian anterior. Secara skeletal 1. Pada tahap pertumbuhan biasanya dilakukan dengan
menunjukkan adanya penyimpangan skeletal antero- memanipulasi perkembangan tulang rahang, seperti
posterior, penyimpangan lebar rahang dan dimensi menghambat pertumbuhan rahang bawah dengan
vertikal wajah.5 menggunakan chin-cup atau dengan face-mask untuk
Maloklusi kelas III memiliki karakteristik, yaitu memacu pertumbuhan rahang atas ke anterior.
tipe wajah yang cekung, nasomaksilla yang retrusif, 2. Perawatan kamuflase atau kompromi pada maloklusi
lengkung rahang atas lebih sempit daripada lengkung kelas III dentoskeletal biasanya dengan dilakukannya
rahang bawah, overjet sangat kecil atau bahkan gigitan pencabutan gigi pada rahang bawah.
terbalik, wajah bagian bawah lebih panjang.1,2 3. Bedah orthognatik.
Etiologi maloklusi kelas III disebabkan oleh berbagai Laporan kasus ini menjelaskan mengenai
faktor diantaranya faktor herediter, pengaruh lingkungan perawatan ortodonti terhadap pasien dengan diagnosa
dan patologi. Perawatan kelas III dilakukan untuk maloklusi kelas III dentoskeletal disertai crowding
memperbaiki estetik, fungsi dan stabilitas dengan cara:3 anterior, gigitan bersilang anterior dan posterior, kurva
1. Melakukan pencabutan pada rahang bawah untuk spee yang dalam, pergeseran garis median rahang bawah
mendapatkan ruangan sehingga dapat dilakukan ke kiri 1 mm, serta profil wajah cekung yang di rawat
distalisasi pada gigi anterior rahang bawah sekaligus menggunakan alat ortodonti standard edgewise dengan
Lisye, dkk: Compromised treatment 21

pendekatan kompromi.

LAPORAN KASUS
Seorang wanita berusia 31 tahun 4 bulan
datang ke klinik ortodonti FKG Unpad dengan keluhan
gigi tidak teratur, gigi bawah cenderung maju kedepan.
Riwayat kesehatan umum baik dengan tinggi badan 153
cm dan berat badan 52 kg. Pada pemeriksaan ekstra oral
tipe wajah normal, simetris, profil muka cekung, dan
terdapat protrusi dagu, relasi bibir normal.
Pada pemeriksaan intra oral, terdapat crossbite
anterior dan posterior, crowding pada gigi anterior
rahang atas dan bawah, gigi yang berbentuk pegshape
yaitu gigi 22, palatoversi gigi insisif pada rahang atas,
curve of spee dalam, palatum yang tinggi, Overbite
dalam, overjet besar dan terdapat pergeseran garis median
rahang bawah ke kiri sebesar 2 mm.

Gambar 2. Foto intra oral pasien sebelum perawatan

Pada pemeriksaan analisis model studi didapat


hubungan molar kanan dan kiri menunjukan hubungan
maloklusi kelas III, begitu juga dengan hubungan
kaninus kanan dan kiri menunjukkan hubungan
maloklusi kelas III. ALD (arch length discrepancy)
rahang atas kanan sebesar -1mm dan kiri sebesar -2 mm
sedangkan ALD rahang bawah kanan sebesar -4 mm
dan kiri - 6mm.
Kesimpulan analisa sefalometrik ( Gambar 3 )
sebelum perawatan menunjukkan pola skeletal kelas III,
jarak I ke NB menunjukkan proposisi gigi geligi rahang
bawah, sudut fasial memperlihatkan protusi ringan dan
sudut konvektivitas cekung. Sudut insisif rahang bawah
ke bidang mandibula retrusi, sudut bidang mandibula
A normal. Analisa Wits -3 mm, menunjukan hubungan
rahang kelas III skeletal. Bibir atas dan bawah berada di
belakang E-line. Pemeriksaan sefalogram juga tidak
menunjukkan adanya kelainan pertumbuhan wajah
secara vertical.

Gambar 1. Foto ekstra oral pasien sebelum perawatan Gambar 3. Foto sefalometri dan panoramik sebelum perawatan
22 Majalah Ortodontik Juni 2015, Edisi kesatu 20-23

Tabel 1. Analisis sefalometrik sebelum perawatan malposisi gigi geligi yang crowding, memperbaiki
crossbite, overjet, curve of spee dan memperbaiki garis
Downs median. Perawatan yang dilakukan bersifat kompromi
untuk memperbaiki estetik wajah pasien dan mencapai
hubungan oklusi dan interdigitasi yang baik.

Rencana perawatan
Perawatan dimulai dengan pencabutan gigi 34
dan 44 serta menggunakan alat cekat standar edgewise
dengan pendekatan kompromi. Dimulai dengan level-
ing dan alignment pada rahang atas dan bawah, flar-
ing pada rahang atas dengan melebarkan lengkung gigi
rahang atas ke anterior, mengkoreksi gigitan bersilang
anterior. Selanjutnya tahapan artistic positioning,
penyesuaian oklusal, stabilisasi dan retensi. sedangkan
pada rahang bawah , setelah leveling dan alignment
dilakukan distalisasi gigi kaninus dilanjutkan dengan
retraksi gigi anterior dengan menggunakan kawat SS
rektangular 016 x022 inch dengan T loop, dilanjutkan
Steiner dengan tahapan artistic positioning, penyesuaian
oklusal, stabilisasi dan retensi

Kemajuan perawatan
Setelah 13 bulan perawatan, crowding pada
gigi anterior rahang atas dan bawah serta gigitan
bersilang anterior dan posterior telah terkoreksi, curve
of spee yang dalam telah menjadi datar, garis median
pada rahang bawah yang sebelum perawatan bergeser
2 mm ke kiri telah terkoreksi, hubungan kaninus sudah
hampir mencapai hubungan kaninus kelas I. Perawatan
ortodonti masih dilanjutkan untuk memperbaiki oklusi
gigi dan menutup sisa ruangan yang ada.

Wits

Wendel-Wylie

DIAGNOSIS
Maloklusi kelas III dentoskeletal disertai
crowding anterior,crossbite anterior dan posterior,
pergeseran garis median rahang bawah ke kiri 2 mm ,
curve of spee dalam, palatum yang tinggi, overjet
-2 mm, profil wajah cekung dan prognati mandibula.

Tujuan perawatan Gambar 4 . Foto Ekstra oral Pasien Setelah 13 Bulan


Tujuan perawatan yaitu mengkoreksi Perawatan
Lisye, dkk: Compromised treatment 23

Class III malocclusion and missing maxillary lateral inci-


sor: A combined orthodontic-phrosthodontic approach.
J. Contemp Dent. 2012; 2 ; 57-63.
2. He S, Gao J, Wamalwa P, Wang Y, Zou S, Chen S. Camou-
flage treatment of skeletal Class III malocclusion with
multiloop edgewise archwire and modified Class III elas-
tics by maxillary mini-implant anchorage. Angle orthod
2013; 83: 630-640.
3. Lowenhaupt EB. Compromised nonsurgical treatment of
apatient with a severe Class III malocclusion. Internasional
Dentistry SA Vol 11 No.3 ; 52-61. Perception of comfort-
able mandibular occlusal positions. J Oral Rehabil.1977;
4 ; 17-21.
4. Lin J, Gu Y. Preeliminary investigation of nonsurgical
treatment of severe skeletal Class III maloclussion in the
permanent dentition. Angle Orthod. 2003; 73 (4) ; 401-
410.
5. Proffit WR, Fields HW. Contemporary orthodontics. 4th
Ed. Mosby Co, St Louis Mosby. 2000 ; 566.

Gambar 5. Foto intra oral setelah 13 bulan perawatan

PEMBAHASAN
Diagnosa dari pasien ini adalah Maloklusi kelas III
dentoskeletal disertai crowding anterior, crossbite an-
terior dan posterior, curve of spee dalam , prognati
mandibula, protusif menton, dan profil wajah yang
cekung. Dimana tujuan perawatannya adalah bersifat
kompromi untuk memperbaiki profil pasien, mengkoreksi
gigitan bersilang anterior dan mencapai hubungan oklusi
normal.
Perawatan yang dilakukan adalah melebarkan
lengkung gigi rahang atas untuk memperbaiki gigitan
bersilang anterior, sedangkan pada rahang bawah
dilakukan pencabutan dua gigi premolar pertama. Setelah
leveling dan alignment dilakukan distalisasi gigi kaninus
dilanjutkan dengan retraksi gigi anterior dengan
menggunakan kawat SS rektangular 016 x022 inch
dengan T loop.
Setelah 13 bulan perawatan gigitan bersilang,
overjet dan garis median terkoreksi. Perawatan masih
akan dilanjutkan untuk memperbaiki angulasi, inklinasi
dan interdigitasi serta posisi artistik.

SIMPULAN
Perawatan ortodonti maloklusi dentoalveolar
kelas III menggunakan alat cekat standard edgewise
dengan pendekatan kompromi adalah salah satu pilihan
jenis perawatan terhadap kasus maloklusi kelas III tanpa
tindakan bedah. Perawatan ini memberikan hasil yang
cukup baik dimana gigitan bersilang anterior dan poste-
rior, crowding dan garis median terkoreksi, curve of
spee yang dalam menjadi datar, sehingga di dapatkan
estetik dan fungsi oklusi serta interdigitasi yang lebih
baik.

DAFTAR PUSTAKA
1. Doshi Sachin, Non surgical treatment of a patient with
24

TREATMENT OF ANGLE CLASS I


MALOCCLUSSION WITH CLOSED BITE AND
ANTERIOR CROWDING USING BEGG TECHNIQUE
(Case Report)
SetiariniWidiarsanti*, Soekarsono**, Sri Suparwitri**
*Orthodontics Resident
**Lecturer Department of Orthodontic
Faculty of Dentistry, University of Gadjah Mada

ABSTRACT
Background: Treatment of closed bite is considered as a challenging case in the orthodontic specialty. Technique with
an adequate force is needed to open the bite correctly. Begg technique is suggested to be an effective technique in
treating several malocclusions such as Angle class II div 1 and div 2. Objectives: The purpose of this report is to give
an alternative treatment of Angle class I malocclusion with closed bite and anterior crowding with a technique that align
the teeth in a short period of time and still comfort the patient. Case Management: A 20 years old female presented with
a chief complaint of crowding of both anterior arches and a gummy smile, those affects the confidence in patient. The
patient had a skeletal Class II pattern and Angle Class I malocclusion with closed bite. The case was treated with an
extraction of four second premolars. Begg technique appliance was performed in 3 stages;namely (a) Stage I : Distalization
of first premolars using open coil. General alignment with multiple loops to correct malposition, combined by anchorage
bend 45° and intermaxillary class II elastic to open the bite., (b) Stage II: Space closing, (c) Stage III: finishing and root
paralleling. Gummy smile will be treated in periodontology department. Result: After 6 months the closed bite was
corrected and general alignment achieved. Conclusion: Begg technique provides a light continuous force that effective
to correct a closed bite and align the teeth in a short period of time and still comfort the patient.

Key words: Angle class I malocclusion, closedbite, crowding, Begg Technique.

PENDAHULUAN untuk finishing dan rootparalleling.4


Closed bite anterior merupakan suatu kondisi Prinsip pergerakan dalam perawatan
dimana seluruh permukaan mahkota gigi incisivus ortodontik menggunakan teknik Begg adalah adanya
rahang bawah tertutup oleh gigi incisivus rahang atas.1 gerakan dengan kekuatan ringan dan continous. Hal
Closed bite merupakan salah satu keadaan deep bite tersebut dimungkinkan karena bentuk slot braket dan
dengan kategori berat yaitu overbite e”5 mm.2 Deep penggunaan round wire yang akan menghasilkan one
bite dapat diklasifikasikan dalam dua tipe yaitu deep point contact sehingga terjadi gerakan tipping. Selain
bite skeletal dan dental. Tipe skeletal biasanya itu kombinasi penggunaan anchorage bend dan elastik
merupakan suatu pola genetik. Tipe dental disebabkan intermaksiler klas II menyebabkan terjadinya intrusi gigi
oleh adanya supraklusi gigi anterior, infraklusi gigi anterior atas dan bawah. Gaya dari elastik intermaksiler
posterior atau kombinasi keduanya.3 klas II akan menyebabkan ekstrusi molar bawah dan
Deepbite merupakan suatu kasus yang cukup menambah gaya intrusi pada gigi anterior bawah
sulit dalam perawatan ortodontik. Membutuhkan suatu sehingga akan menghasilkan pergerakan bite opening
teknik yang tepat dalam membuka gigitan untuk yang cepat.5,6,7
mengurangi overbite. Teknik Begg merupakan salah satu
teknik dalam perawatan ortodontik cekat yang dapat LAPORAN KASUS
digunakan untuk merawat kasus dengan deepbite Riwayat Kasus
seperti pada kasus maloklusi Angle klas II divisi 1, klas Pasien wanita berusia 20 tahun datang ke
II divisi 2 dan klas I dengan overbite besar. Perawatan Rumah Sakit Gigi dan Mulut Prof Dr Soedomo FKG
teknik Begg dibagi dalam 3 tahap. Tahap 1 bertujuan UGM dengan keluhan utama keadaan gigi depan pada
untuk mencapai general alignment, koreksi median rahang atas dan bawah susunannya tidak beraturan
line, bite opening dan retraksi anterior. Tahap 2 dan saat tersenyum terlihat bagian gusi. Kedua hal
bertujuan untuk space closing dan tahap 3 bertujuan tersebut sangat mengganggu penampilan dan
Setiarini, dkk: Treatment of angle class I 25

mempengaruhi kepercayaan diri pasien. Secara umum


kesehatan pasien baik, namun oral hygiene pasien
dalam kategori sedang karena beberapa gigi malposisi
sehingga pembersihan cukup sulit dilakukan pada
bagian tersebut. Pasien memiliki kebiasaan buruk yaitu
mengunyah satu sisi pada sisi kanan.

DIAGNOSIS
Pemeriksaan ekstra oral menunjukkan profil
wajah pasien tampak cembung normal, simetris dan saat
tersenyum tampak bagian gingiva (gummy smile)
(gambar 1 A, B, C). Pada rahang atas terdapat retroklinasi
gigi incisivus sentral dan labioversi gigi incisivus lateral Gambar 3. Foto Intraoral sebelum perawatan, (A) Tampak
sebelah kanan. Pada rahang bawah tampak susunan depan, (B)Tampak samping kiri, (C) Tampak
gigi anterior dan gigi premolar berjejal (gambar 2 A, B). samping kanan.
Pasien memiliki bentuk lidah normal, palatum tinggi
dengan torus palatinus dan mukosa normal. Pemeriksaan Lanjutan
Berdasarkan pemeriksaan foto panoramik
tampak ada keberjejalan gigi dan adanya benih gigi 18,
28, 38 dan 48. Hasil pemeriksaan sefalometri lateral
sebelum perawatan, pasien memiliki tipe skeletal kelas II
dengan bidental retrusif. Hal tersebut ditunjukkan
dengan keadaan maksila protrusif (SNA 87O) , mandibula
normal (SNB 80O) , ANB 7O, IMPA 89O dan jarak I atas –
NA 0,5 mm.

Gambar 1. Fotografi ekstraoral pasien sebelum perawatan,


(A) Tampak samping , (B) Tampak depan, (C)
Tampak depan dengan tersenyum.
Gambar 4. Foto radiografi sebelum perawatan, (A) Foto
panoramik, (B) Foto sefalometri lateral

Etiologi
Kemungkinan etiologi maloklusi adalah faktor
skeletal klas II yang diakibatkan oleh faktor herediter
dan adanya supraklusi gigi anterior.

Gambar 2. Fotografi Intraoral sebelum perawatan, (A) Rahang Tujuan Perawatan


Atas pada cermin intraoral, (B) Rahang Bawah. Tujuan perawatan pada pasien ini adalah untuk
memperbaiki estetika dengan mengkoreksi crowding,
Hasil pemeriksaan intraoral tampak adanya menghilangkan relasi closed bite dan keadaan gummy
relasi closed bite pada bagian anterior. Relasi molar smile. Tujuan tersebut dicapai dengan perencanaan
pertama kanan dan kiri klas I, overbite 5,6 mm dan overjet perawatan dalam beberapa tahapan. Perawatan diawali
2,8 mm (gambar 3 A, B, C). Pada pemeriksaan fungsional dengan pencabutan gigi 15, 25, 35 dan 45 untuk
tidak terdapat kelainan, TMJ normal dan tidak terdapat memenuhi kebutuhan ruang pada perawatan ortodontik
klicking.Terdapat relasi palatal bite antara gigi 31 dan menggunakan teknik Begg. Dalam teknik Begg sendiri
41, open bite antara gigi 12 dengan 42 dan gigi 15 dengan terdiri dari 3 tahapan yang harus berurutan yaitu tahap
46, 45. Pergeseran median line pada rahang atas kearah I (general alignment) menggunakan multiple loops dan
kanan sebesar 0,4 mm dan pada rahang bawah bergeser open coil yang bertujuan untuk distalisasi gigi 14,24,34
ke kanan sebesar 1,5 mm. dan 44, leveling dan unraveling. Kombinasi anchorage
26 Majalah Ortodontik Juni 2015, Edisi kesatu 24-27

bend 45O bertujuan untuk bite opening dan elastik sisa ruang bekas pencabutan. Namun pasien sudah
intermaksiler klas II bertujuan untuk retraksi anterior cukup puas dengan kemajuan perawatan karena secara
serta koreksi pergeseran median line menggunakan estetika sudah mengalami perubahan (gambar 7 A,B,C).
elastik intramaksiler pada sisi kiri rahang bawah. Tahap Dari hasil perbandingan pemeriksaan penunjang yaitu
II bertujuan untuk space closing dan tahap III bertujuan foto panoramik sebelum dan setelah 6 bulan perawatan
untuk rootparalleling. Setelah perawatan aktif akan menunjukkan keadaan keberjejalan anterior sudah
dilanjutkan dengan perawatan di bagian periodonsia terkoreksi namun masih membutuhkan tahap
untuk mengkoreksi gummy smile apabila masih rootparalelling (gambar 8 A,B). Berdasarkan hasil
memungkinkan dilakukan crown lenghtening dengan pemeriksaan penunjang foto sefalometri lateral setelah
membandingkan terlebih dahulu lebar mesiodistal 6 bulan perawatan SNA : 87O, SNB : 80O, ANB : 7O,
dengan lebar cervicoincisal gigi incisivus setelah selesai IMPA : 98 O dan jarak I atas terhadap NA : 1 mm
perawatan ortodontik aktif. Kemudian dilanjutkan (gambar 9).
dengan penggunaan retainer jenis Hawley Retainer.

HASIL PERAWATAN
Setelah 6 bulan perawatan ortodontik dengan
teknik Begg terlihat bahwa tujuan perawatan mulai
tercapai, yaitu terkoreksinya crowding dan closed bite
anterior. Malposisi gigi incisivus atas yang retroklinasi
dan incisivus lateral kanan atas yang labioversi serta
gigi anterior bawah yang crowding telah terkoreksi.
Terlihat relasi hampir edge to edge dengan overbite
awal 5,6 mm menjadi 1 mm dan overjet awal 2,8 mm
menjadi 1 mm. Relasi molar kanan dan kiri serta caninus
kiri klas I, median line rahang atas telah terkoreksi dan
sisa pencabutan telah berkurang baik pada rahang atas
maupun pada rahang bawah (gambar 5 A,B dan gambar
6 A,B,C).

Gambar 5. Foto intraoral pasien (6 bulan setelah


perawatan), (A) Rahang atas pada cermin Gambar 7. Foto ekstra oral pasien 6 bulan setelah perawatan,
intraoral, (B) Rahang bawah (A) Tampak samping, (B) Tampak depan, (C)
Tampak depan dengan tersenyum.

Gambar 6. Foto intraoral pasien setelah 6 bulan perawatan,


(A) Tampak depan, (B) Tampak samping kiri,
(C) Tampak samping kanan.

Perawatan pasien yang belum selesai antara Gambar 8. Perbandingan foto panoramik pasien sebelum dan
lain adalah belum terkoreksi median line rahang bawah, setelah 6 bulan perawatan, (A) Sebelum
relasi caninus kanan belum klas I dan belum habisnya perawatan, (B) Setelah 6 bulan perawatan.
Setiarini, dkk: Treatment of angle class I 27

crowding dalam waktu yang cukup singkat yaitu 6 bulan


dan pasien dalam menjalani perawatan tersebut masih
dalam kondisi nyaman.

DAFTAR PUSTAKA
1. Sreedhar C. and Baratam S. Deep overbite-A review (Deep
Bite, Deep Overbite, Excessive Overbite). Annals amd
Essencens of Dentistry. 2009; 1(1): 1-18
2. Proffit W.RContemporary Orthodontics.. . 2013. 5th Ed.
Mosby, Inc. p 8.
3. Iyyer B.S.. Orthodontics-The Art and Science. 3th Ed.
Gambar 9. Foto sefalometri lateral pasien setelah 6 bulan
Arya (MEDI) Publishing House. New Delhi. 2003.p
perawatan
433-435.
4. Begg P.R. and Kesling P.C.1971. Begg Orthodontic Theory
PEMBAHASAN And Technique. 2nd Ed. W.B. Saunders Co, Philadel-
Perawatan menggunakan alat cekat teknik Begg phia.1971; p 191-193.
dilakukan untuk mengkoreksi crowding, closed bite dan 5. Fletcher G.G.T. The Begg Appliance And Technique. J.
pergeseran median line. Berdasarkan beberapa analisis Wright and Sons (print) Ltd, Bristol. 1981; p 15-25.
dan perhitungan, kebutuhan ruang yang dibutuhkan 6. Cadman G.R. A Vade Mecum for The Begg Technique:
akan dipenuhi dengan pencabutan empat gigi premolar Thecnical Principles. Am J Orthod Dentofacial Orthop.
kedua untuk mengatur gigi geligi dalam lengkung gigi 1975. 67(5):175-186 Salzmann J.A. 1974. Orthodontics
in Daily Prac
yang baik. Hasil perawatan selama 6 bulan pada tahap I
teknik Begg, didapatkan hasil pengurangan overbite dan
overjet hingga hampir mencapai relasi edge to edge.
Crowding sudah terkoreksi pada tahap leveling dan
unraveling dalam 3 bulan perawatan.
Tahap I teknik Begg diawali dengan distalisasi
gigi premolar pertama menggunakan Australian wire
diameter 0,014", opencoil disertai multiple loops.
Distalisasi premolar pertama pada posisi yang
diharapkan tercapai selama 1 bulan perawatan, kemudian
gigi tersebut diligasi dengan gigi molar pertama untuk
fiksasi posisi yang telah diperoleh. Multiple loops
digunakan untuk mengkoreksi keadaan crowding baik
pada rahang atas dan bawah. Kegunaan multiple loops
adalah untuk menambah kelentingan kawat sehingga
rasa sakit yang dirasakan pasien minimal.
Kombinasi anchorage bend 45Odan elastik
intermaksiler klas II sangat efektif dalam membuka
gigitan. Anchorage bend sebesar 45O memberikan efek
intrusi pada gigi-gigi anterior rahang atas dan bawah
yang mengalami supraklusi. Elastik intermaksiler klas II
menyebabkan ekstrusi gigi molar pertama rahang bawah
sekaligus menambah gaya intrusi pada gigi anterior
rahang bawah. Ketidaknyamanan pasien yang dirasakan
selama perawatan ortodontik cekat menggunakan teknik
Begg dapat sangat minimal. Hal tersebut dimungkinkan
karena prinsip pergerakan adalah gerakan dengan
kekuatan ringan dan continous karena bentuk slot braket
dan penggunaan round wire yang akan menghasilkan
one point contact sehingga terjadi gerakan tipping.

SIMPULAN
Perawatan kasus dengan closed bite sangat
tergantung pada faktor penyebabnya dan ketepatan
dalam pemilihan teknik untuk perawatan. Pada laporan
kasus ini menunjukkan penatalaksanaan kasus closed
bite dengan menggunakan teknik Begg yang dapat
menghasilkan pengurangan overbite dan koreksi
28

TREATMENT OF CLASS II MALOCCLUSION WITH


MANDIBLE RETROGNATION USING ACTIVATOR
(Case Report)
Teguh Aryo N*, Amalia Oeripto**
*Orthodontic Resident
**Lecturer, Department of Orthodontics
Faculty of Dentistry, University of Airlangga university

ABSTRACT
Background: Class II malocclusion can be caused by maxillary normal and mandibular retrognation. Class II malocclusion cases
with mandibular retrognation during growth is one condition that requires early treatment to prevent severity. Early treatment of
Class II malocclusion with mandibular retrognation in growing patient can be done with a functional appliance to inhibit the growth
of the maxilla, and simultaneously stimulate mandible growth. Objective: The objective of this treatment was to correct the skeletal
relationship, inhibit the growth of the maxilla, and accelerate the growth of the mandible. Case management: A female patient aged
8 years and 9 months came to Orthodontic Clinic Faculty of Dentistry USU with a chief complaint of aesthetic problems. Diagnosis
showed Class II malocclusion (SNA 80°, SNB 75°, ANB 5°) with a large overjet (10 mm), and profunda caries at 26, and 46. In this
case report patient was treated with Class II activator. Result: Skeletal problems corrected (SNA 80°, SNB 78°, ANB 2°) and overjet
4 mm. Malposition of the teeth will be treated with fixed appliance. Conclusion: Class II activator treatment can be used as early
treatment in mandible retrognation in Class II Malocclusion. Especially in growing and compliance patient.

Key words: Class II malocclusion, Mandible retrognation, Activator, ANB.

PENDAHULUAN memajukan mandibula.7 Dengan demikian tekanan otot


Maloklusi Klas II ditandai dengan hubungan otot seperti masseter, temporalis, pterygoideus lateral,
rahang disto-oklusi, mandibula berada lebih ke distal akan diteruskan dan menimbulkan perubahan-perubahan
dari maksila. Hal ini dapat disebabkan oleh ukuran pada rahang dan gigi.5 Perubahan yang terjadi pada
rahang dalam arah antero-posterior tidak seimbang atau rahang berupa terhambatnya perkembangan maksila
oleh karena posisi maksila dan mandibula yang tidak yang berlebihan dan menstimulasi pertumbuhan kondilus
sesuai. Maloklusi Klas II dapat terjadi karena maksila serta mempengaruhi glenoid fossa sehingga memacu
prognasi, mandibula retrognasi atau kombinasi dari pertumbuhan mandibula.7 Pada gigi dapat menghasilkan
keduanya, dapat juga terjadi pada maksila normal retroklinasi insisivus maksila dan proklinasi insisivus
dengan disertai mandibula yang retrognasi.1 bawah.8,9,10
Perawatan ortodonti pada maloklusi Klas II Perawatan maloklusi Klas II pada usia
sebaiknya dilakukan pada usia pertumbuhan, karena pertumbuhan bersifat ortopedik dan ini didapatkan
pada masa ini jaringan akan tumbuh dan memiliki respon dengan pemakaian aktivator.7
adaptif yang mengakibatkan perubahan struktur skeletal
wajah secara normal. Perawatan ini digolongkan sebagai LAPORAN KASUS
tindakan ortodonti preventif, dapat dilakukan dengan Riwayat Kasus
menggunakan pesawat myofungsional. Salah satu cara Seorang anak perempuan umur 8 tahun 9 bulan
untuk mengetahui apakah pasien masih dalam usia datang ke Klinik Ortodonti FKG USU dengan keluhan
pertumbuhan dapat didiagnosa dengan menggunakan utama gigi depan yang terlihat lebih maju. Hasil
analisa cervical vertebral.2,3 anamnese menunjukkan kesehatan umum baik dan
Pemakaian pesawat myofungsional seperti riwayat anomali protrusi pada abang kandungnya.
aktivator Klas II sangat efisien untuk memperbaiki
hubungan rahang. Mekanisme aktivator Klas II dalam Pemeriksaan Klinis
perawatannya adalah dengan melakukan perubahan Pada pemeriksaan ekstraoral, tipe wajah
yang mengaitkan tiga komponen yakni aksi otot, mesocephaly, simetris, profil cembung, bibir atas
perubahan kedudukan rahang dan perubahan hipotonus, bibir bawah hipertonus dengan relasi terbuka
kedudukan gigi dalam mencapai oklusi. perawatan dan pada sendi temporomandibular tidak dijumpai
maloklusi Klas II pada usia pertumbuhan bersifat kelainan (Gambar 1).
ortopedik dan mengoreksi proklinasi dapat dilakukan Dari pemeriksaan intra oral terlihat kebersihan
dengan pemakaian aktivator 4,5,6,7 Aktivator yang mulut cukup baik dengan mukosa normal. Overjet 10
didisain longgar akan memudahkan pasien untuk mm dengan overbite normal 4 mm. Gigi 26 radiks, dan
mempertahankan kedudukannya di dalam mulut dengan terdapat karies profunda pada gigi 46 (Gambar 2).
Teguh, dkk: Treatment of Class II Malocclusion 29

Diagnosa sefalometri menunjukkan relasi


rahang Klas II (SNA 80O, SNB 75O, ANB 5O), konveksitas
wajah skeletal cembung, pola pertumbuhan vertikal, dan
insisivus bimaksiler proklinasi. Analisis cervical vertebra
menunjukkan pasien berada pada tahap awal
pertumbuhan dengan harapan pertumbuhan 80-100%
(Gambar 3.)

Gambar 3. Sefalometri sebelum perawatan

Sasaran Perawatan
Pasien masih dalam usia pertumbuhan, maka
perawatan dilakukan dua tahap. Pada tahap pertama
bertujuan untuk mengoreksi hubungan rahang dengan
menggunakan aktivator. Pasien di-instruksikan memakai
aktivator selama 14 jam dalam sehari. Dengan demikian
diharapkan pertumbuhan maksila akan dihambat.
Peninggi gigitan dengan pembuatan gigitan kerja adalah
kunci terjadinya perubahan secara massal. Gigitan kerja
berperan sebagai dataran penuntun agar posisi
mandibula terhadap maksila akan terkoreksi. Pasien
dilatih menutup mulut yang berguna untuk koreksi relasi
Gambar 1. Foto profil sebelum perawatan.
bibir atas dan bawah.
Setelah hubungan rahang terkoreksi, kemudian
dilakukan perawatan tahap kedua yaitu perawatan
dengan pesawat ortodonti cekat

Kemajuan Perawatan
Setelah aktivator dipasangkan kepada pasien
diinstruksikan untuk memakainya 14 jam sehari. Pada
waktu kontrol dilakukan pengasahan pelat akrilik pada
bagian mesial gigi geligi posterior mandibula, untuk
memberi ruangan mandibula tumbuh kedepan, dan
memungkinkan terjadinya pergerakkan gigi secara
massal. Kontrol dilakukan setiap dua minggu sekali.
Latihan untuk memperbaiki pola penutupan mulut terus
diamati. Dilakukan perawatan saluran akar pada gigi 46,
sedangkan pencabutan pada gigi 26 dilakukan setelah
hubungan rahang terkoreksi
Setelah 7 bulan perawatan dilakukan evaluasi
ulang. Terlihat peningkatan estetik pada pemeriksaan
ekstraoral, tipe wajah mesocephaly, simetris, profil
terlihat normal, bibir atas dan bibir bawah normal, dengan
relasi bibir tertutup dan tidak dijumpai kelainan pada
sendi temporomandibular (Gambar 4.). Pada gigi geligi
terjadi perubahan, overjet berkurang dari 10 mm menjadi
4 mm, sedangkan diastema dan malposisi gigi masih ada
(gambar 5.). Superimposisi sefalometri lateral sebelum
dan setelah perawatan baik menggunakan S-N maupun
ANS-PNS sebagai acuan menunjukkan terjadi
Gambar 2. Model studi sebelum perawatan peningkatan pada sudut SNB, dan perbaikan pada profil
30 Majalah Ortodontik Juni 2015, Edisi kesatu 28-31

jaringan lunak (Gambar 6.). Analisa Sefalometri setelah


perawatan memperlihatkan SNA dari tetap 80O, SNB
dari 75O menjadi 78O, ANB dari 5O menjadi 2O, NaPog
dari 7o menjadi 1o (Gambar 7.).

Gambar 6. Superimposisi sefalometri. A. Acuan pada S-N. B.


Acuan pada ANS-PNS

Gambar 4. Foto profil setelah perawatan

Gambar 7. Sefalometri setelah perawatan

HASIL PERAWATAN
Hasil pengukuran sefalometri dapat dilihat
pada tabel 1.

Tabel 1. Data sefalometri sebelum dan setelah perawatan

PEMBAHASAN
Kerja aktivator pada prinsipnya adalah
menyalurkan, mengubah dan mengarahkan daya-daya
alami seperti aktivitas otot dan jaringan sekitarnya untuk
diteruskan ke gigi, jaringan pendukung dan rahang
sewaktu aktivator berada dalam mulut atau sewaktu otot
Gambar 5. Model studi setelah perawatan
melaksanakan fungsinya seperti berbicara, menelan dan
Teguh, dkk: Treatment of Class II Malocclusion 31

lain-lain. Aktivator dapat memacu terjadinya perubahan kondilus serta mandibula ke depan.
secara massal dalam tiga dataran, yaitu dataran sagital, Perawatan maloklusi Klas II skeletal dengan
transversal dan vertikal.4,5,6,9 aktivator hendaknya dilakukan pada usia pertumbuhan,
Menurut Graber (1985) efisiensi kerja aktivator karena pada masa ini jaringan sedang tumbuh dan
dapat ditentukan melalui peninggi gigitan. Mandibula memberikan respon adaptif. Dengan demikian
yang dibawa pada posisi lebih ke depan dan ke bawah pertumbuhan rahang bisa diarahkan, dihambat atau
akan merangsang pertumbuhan kondilus sehingga dipacu sesuai dengan yang diinginkan.
aktivator dapat menjadi pengontrol vektor pertumbuhan Pada kasus maloklusi Klas II skeletal dengan
mandibula yang paling efektif. Graber juga menyatakan pola pertumbuhan vertikal, disarankan agar pemakaian
bahwa perubahan skeletal diharapkan terjadi pada pasien pesawat aktivator tidak dilakukan dalam waktu yang
yang masih usia pertumbuhan.4 terlalu lama, karena kemungkinan besar akan
Pasien pada usia puncak pertumbuhan dapat meningkatkan pola pertumbuhan vertikal tersebut.
dilihat dari analisis cervical vertebral. Usia kronologis Tetapi pada kasus ini hal tersebut tidak terjadi, pola
pasien adalah 8 tahun 9 bulan, pada tahap tumbuh pertumbuhan yang sebelumnya 69,5 O menjadi 68O
kembang usia ini dikenal growth spurt atau percepatan setelah perawatan.
pertumbuhan.11
Menurut analisa cervical vertebrae maturasi DAFTAR PUSTAKA
skeletal pasien berada pada awal pertumbuhan dengan 1. Bishara SE. Text book of orthodontics. WB.Saunders Co,
harapan pertumbuhan 80-100%. Cervical vertebrae 2, Toronto 2001: p. 328-36.
cervical vertebrae 3, dan cervical vertebrae 4 batas 2. Mokhtar M. Dasar-dasar ortodonti perkembangan dan
inferior flat. Vertebra berbentuk wedges. Batas superior pertumbuhan kraniodentofasial. Yayasan Penerbit IDI.
Jakarta. 1998: p. 21-4.
vertebra tappered dari posterior ke anterior. Maturasi
3. Mitho T, Sato K, Mitani H. Cervical vertebral bone age in
skeletal menunjukan bahwa usia ini merupakan waktu girls. Am J Orthod Dentofacial Orthop. 2002; 380-5.
yang tepat dalam melakukan perawatan dengan pesawat 4. Graber TM , Rakosi T , Petrovic AG . Dentofacial
myofungsional aktivator untuk memperbaiki hubungan orthopedics with functional Appliances, Mosby Co,
skeletal Klas II menjadi Klas I. 12 St.Louis, 1985 : p. 150-155, 157-158, 206-208, 346-352.
Menurut Paola, Laura, Stefania (2004) 5. Foster TD . alih bahasa Yuwono L. Buku ajar ortodonsi.
pemakaian aktivator selama 2 tahun memiliki efek pada Edisi III, EGC, 1997: p. 70-72, 253-270.
maksila. Titik A dihambat sebesar 1,26 mm dan terhadap 6. Adams CP . alih bahasa Yuwono L. Desain, konstruksi
mandibula berupa pertumbuhan ke depan sebesar 3 mm. dan kegunaan pesawat ortodonti lepas, Widya Medika,
Jakarta,1991: p. 116-136.
Efek pada gigi geligi terjadi tiping insisivus maksila ke
7. Proffit WR, Henry WF. Contemporary orthodontics. 4th
palatal dan insisivus mandibula ke labial, pengurangan ed. St Louis Missouri: Mosby Co.2000: p. 228-45.
overjet dan pergerakan gigi molar pertama mandibula ke 8. Cozza P, Toffol LD, Lacopini L. An analysis of the
depan sebesar 2 mm.10 corrective contribution in activator treatment. Angle
Pada kasus ini dari tabel 1. dapat dilihat bahwa Orthod ,2004, 74(6): 741-8.
penggunaan aktivator dapat menghambat pertumbuhan 9. Oeripto A, Susanto F. Aktivator sebagai alat fungsional
maksila. Pengukuran SNA sebelum perawatan sama ortopedi dalam perawatan ortodonti. Laboratorium
dengan setelah perawatan, yaitu 80o. Pertumbuhan Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
mandibula ke depan terbukti dari pengukuran SNB dari Sumatera Utara, 1994: p. 1-10.
10. Cozza P, Toffol LD . Colagrossi S. Dentoskeletal effects
75O menjadi 78O, dan perubahan Y-aksis dari 69,5O
and facial profile changes during activator therapy. Euro J
menjadi 68O, pertumbuhan kondilus meningkat terlihat Ortho, 2004,26(3) : 293-301.
jelas pada superimposisi sefalometri. 11. Koesoemahardja HD, Jenie I, Tumbuh kembang
Insisivus mandibula juga bergerak lebih ke kraniodentofasial. FKG USAKTI, 2004; p. 11-12.
depan bersamaan dengan pertumbuhan mandibula. 12. Bhalajhi SI. Orthodontics the art and science. 3rd Ed. Arya
Peninggi gigitan dari hasil gigitan kerja memposisikan (Medi) publishing house. 2003: p. 329-48.
mandibula dan gigi molar mandibula lebih ke depan
sehingga menghasilkan pengurangan overjet dari 10
mm menjadi 4 mm.

SIMPULAN
Pada maloklusi Klas II mandibula berada lebih
ke distal dari maksila, pada kasus ini disebabkan oleh
mandibula yang kurang berkembang (retrogansi
mandibula). Perawatan maloklusi Klas II dengan
aktivator sangat efisien untuk memperbaiki hubungan
rahang tersebut. Aktivator yang didisain longgar akan
mengaktifkan otot-otot sehingga menghambat
pertumbuhan maksila dan memacu pertumbuhan
32

EFFECTS OF APPLICATION FLUORIDE


VARNISH ON TENSILE STRENGHT
ATTACHMENT METAL BRACKET
(Research)
Anugra Eka Putra* Thalca Hamid Agusni**Achmad Sjafei**
*Orthodontic Resident
**Lecturer, Department of Orthodontics
University of Airlangga,Surabaya Faculty of Dentistry

ABSTRACT
Background: Fluoride varnish is effective to reduce demineralization especially in fix orthodontic treatment. Objective: To determine
the effect of fluoride varnish applications for tensile adhesion strength of brackets to the teeth by using a self-etch bonding primer.Material
and Methods: the samples were first upper premolar teeth, metal brackets .018 standard edgewise orthodontic American brands.
Before soaked artificial saliva, test morphology (SEM). Teeth samples were divided into 4 groups: group 1, fluoride applications and
self-etch primer soaked for 1 day; groups 2, fluoride applications and self-etch primer soaked for 28 days; groups of 3, fluoride
applications and applications without the self-etch primer soaked for 1 day; groups of 4, with no fluoride application and self-etch
primer soaked for 28 days, then put in an incubator temperature of 370C. Tensile strength test and measurement of residual adhesive
attached to the tooth surface. Results: no differences in tensile strength between the fluoride application and without application of
fluoride. For the rest of the adhesive material left on the surface of the teeth found no differences between the groups of applications
without the application of fluoride and fluoride. Conclusion: There was no difference in tensile strength between the group and the
group without application of flouride fluoride application.

Key words: self etch primer, fluoride varnish, tensile strength.

PENDAHULUAN harus lebih memperhatikan kebersihan rongga mulut


Salah satu masalah paling sulit dalam perawatan karena akan mempermudah timbulnya karies. Untuk
ortodonti dengan piranti cekat adalah demineralisasi mengurangi terjadinya karies pada pasien yang akan
enamel. Hal ini di karenakan penderita yang di rawat menjalani perawatan peranti cekat dapat dilakukan
menggunakan peranti cekat sulit untuk membersihkan aplikasi fluoride.
gigi dan mudah terjadi akumulasi plak pada daerah sekitar Berdasarkan dari penjelasan diatas timbul
breket. 1 masalah aplikasi fluoride pada permukaan gigi sebelum
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi perawatan piranti cekat akan mempengaruhi perlekatan
terjadinya demineralisasi yang berhubungan dengan breket logam. Atas dasar masalah tersebut maka
piranti cekat, antara lain pemberian aplikasi fluoride dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh aplikasi
sebelum pemasangan breket. Aplikasi fluoride varnish fluoride terhadap kekuatan tarik breket logam dengan
sebelum pemasangan breket dapat memperkuat enamel menggunakan bonding self etch primer.
disekitar dan di bawah breket.2
Untuk mengendalikan kerusakan enamel yang TUJUAN
berlebihan dan kekuatan perlekatan yang baik diciptakan Penelitian ini secara umum bertujuan untuk
self etch primer yang mengkombinasikan etsa dan primer mengetahui apakah ada pengaruh aplikasi fluoride
dalam satu prosedur untuk digunakan pada enamel dan varnish terhadap kekuatan tarik perekatan breket pada
dentin. Self-etch primer memperlihatkan kemampuan gigi dengan menggunakan bonding self-etch primer
etsa yang lebih sedikit karena pH yang relatif lebih sedangkan secara khusus untuk mengetahui kekuatan
rendah dibandingkan dengan etsa asam fosfat sehingga tarik perekatan breket pada gigi yang telah di aplikasi
potensi kerusakan enamel dan demineralisasi enamel fluoride dengan menggunakan bonding self etch primer.
dapat dikurangi. Keuntungan lain dari self etch primer
adalah efektifitas waktu dan biaya, mengurangi BAHAN DAN CARA KERJA
demineralisasi enamel, tehniknya lebih sederhana dan Bahan penelitian:
karena bersifat hidrofilik, maka dapat bekerja secara 1. Gigi premolar pertama rahang atas
bersifat efektif pada situasi dengan kontaminasi 2. Flouride varnish (Fluor Protector Ivoclair)
kelembaban.3 3. Bonding self-etch primer (Transbond Plus Primer)
Pada pasien yang menjalani perawatan peranti 4. Etsa asam 37 %
cekat lebih mudah terjadi akumulasi plak sehingga pasien 5. Bonding konvensional (Transbond XT)
Anugra, dkk: Effect of ap[plication 33

6. Adhesif ortodonti (Transbond XT Lightcure hari dan dua puluh delapan hari.
Adhesive) Kemudian untuk mengetahui perbedaan Adhesive
7. Breket logam untuk premolar pertama rahang atas (.018 Remnant Index (ARI) antara kelompok gigi diulas
Standard Edgewise American Orthodontic) fluoride dengan kelompok gigi tidak diulas fluoride baik
8. Saliva buatan yang direndam selama satu hari dan dua puluh delapan
hari digunakan uji Anova ARI (Adhesive Remnant Index)
Cara Kerja: antara kelompok gigi diulas fluoride dengan kelompok
gigi tidak diulas fluoride baik yang direndam selama satu
hari dan dua puluh delapan hari hailnya menunjukkan p
= 0.013 (p< 0.05) maka ada perbedaan sisa bahan adesif
antara kelompok gigi diulas fluoride dengan kelompok
gigi tidak diulas fluoride baik yang direndam selama satu
hari dan dua puluh delapan hari. Selanjutnya dilakukan
uji LSD (Least Significant Difference) untuk melihat
besarnya perbedaan ARI (Adhesive Remnant Index)
antara ke empat kelompok dan hasil ujinya dapat dilihat
pada tabel 1:

Tabel 1. Uji LSD Adhesive Remnant Index (ARI)

Dari tabel 1 dapat diambil kesimpulan :


HASIL - Kelompok fluoride yang direndam selama satu hari
Secara deskriptif rata-rata kekuatan tarik antara dengan kelompok fluoride yang direndam dua puluh
kelompok aplikasi F dengan tanpa aplikasi F adalah delapan hari diperoleh hasil p sebesar 0,580, dapat
seperti berikut: disimpulkan tidak ada perbedaan yang bermakna
besar ARI antara kedua kelompok.
- Pada kelompok fluoride yang direndam selama satu
hari dengan kelompok non fluoride yang direndam
satu hari diperoleh hasil p sebesar 0,020 sehingga
dapat disimpulkan ada perbedaan besar ARI antara
kedua kelompok (karena signifikasi lebih kecil a=0,05)
- Pada kelompok fluoride yang direndam selama satu
hari dengan kelompok non fluoride yang direndam
dua puluh delapan hari diperoleh hasil p sebesar 0,580
sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan besar ARI
Gambar 1. Grafik rata-rata kekuatan tarik kelompok aplikasi antara kedua kelompok (karena signifikasi lebih kecil
Flouride dengan tanpa aplikasi F
α=0,05)
- Pada kelompok fluoride yang direndam selama dua
Dari gambar 1 diatas didapatkan rata-rata
puluh delapan hari dengan kelompok non fluoride
kekuatan tarik kelompok gigi diulas fluoride yang
yang direndam satu hari diperoleh hasil p sebesar
direndam satu hari sebesar 8,056 MPa, rata-rata kekuatan
0,009 sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan
tarik kelompok gigi diulas fluoride yang direndam dua
besar ARI antara kedua kelompok (karena signifikasi
puluh delapan hari sebesar 7,83 MPa, rata-rata kekuatan
lebih kecil α=0,05)
tarik kelompok gigi tidak diulas fluoride yang direndam
- Pada kelompok fluoride yang direndam selama dua
satu hari sebesar 8,26 MPa dan rata-rata kekuatan tarik
puluh delapan hari dengan kelompok non fluoride
kelompok gigi tidak diulas flouride yang direndam dua
yang direndam dua puluh delapan hari diperoleh hasil
puluh delapan hari sebesar 7,97 MPa.
p sebesar 0,009 sehingga dapat disimpulkan ada
Hasil uji statistik Anova antara kelompok gigi
perbedaan besar ARI antara kedua kelompok (karena
diulas fluoride dan kelompok gigi tidak diulas fluoride
signifikasi lebih kecil α=0,05)
menunjukkan nilai p= 0.985 (p > 0.05), hal ini menunjukkan
- Pada kelompok non fluoride yang direndam selama
bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna kekuatan
satu hari dengan kelompok non fluoride yang
tarik antara kelompok gigi diulas fluoride dan kelompok
direndam dua puluh delapan hari diperoleh hasil p
gigi tidak diulas fluoride baik yang direndam selama satu
sebesar 0,580 sehingga dapat disimpulkan tidak ada
Majalah Ortodontik Juni 2015, Edisi kesatu 32-35
34

perbedaan yang bermakna besar ARI antara kedua yang diperoleh dengan menggunakan self etch primer
kelompok (karena signifikasi lebih besar a=0,05 adalah 8,032 MPa. Studi terdahulu menyatakan bahwa
kekuatan tarik untuk bonding ortodonti yang adekuat
Gambar salah satu hasil SEM ARI pada gigi dengan minimal sebesar 5 MPa.7 Oleh karena itu, kekuatan tarik
aplikasi F dan tanpa aplikasi F dapat dilihat di bawah ini: dari Transbond plus dapat digunakan untuk bonding
ortodonti. Hal ini juga sesuai dengan penelitian
Rajagopal (2003) yang menyatakan bahwa kekuatan
perlekatan yang maksimal dapat dicapai dengan self
etch primer ketika bonding dilakukan baik pada enamel
yang kering maupun lembab dan dapat melindungi
enamel karena enamel yang mengalami kerusakan lebih
sedikit di bandingkan dengan proses etsa asam.8 Jadi,
self etch primer bisa menjadi salah satu alternatif dalam
memilih bonding breket ortodonti karena mengurangi
Gambar 2. Hasil SEM ARI gigi dengan aplikasi F tahap kerja, meningkatkan kenyamanan pasien dan
mengurangi resiko kontaminasi saliva.9
Hasil penelitian didapatkan nilai Adhesive
Remnant Index (ARI) yang tinggi pada kelompok tanpa
aplikasi fluoride menunjukkan adesif melekat baik
dengan permukaan enamel yang ditandai dengan
banyaknya sisa bahan adesif yang melekat pada
permukaan enamel sehingga kerusakan enamel yang
terjadi besar pada proses membersihkan adesif pada
permukaan enamel. Pada kelompok dengan aplikasi
Gambar 3. Hasil SEM ARI tanpa aplikasi F fluoride, nilai Adhesive Remnant Index (ARI) lebih
rendah dibandingkan kelompok tanpa aplikasi fluoride
PEMBAHASAN menunjukkan adesif tidak melekat baik pada permukaan
Aplikasi fluoride varnish pada permukaan enamel yang ditandai dengan sedikitnya sisa bahan
enamel akan membentuk lapisan bening. Lapisan ini akan adesif yang melekat pada permukaan enamel sehingga
melepaskan fluoride berangsur-angsur ke apatit pada ketika pembersihan adesif kerusakan pada enamel lebih
saat pH menurun. Fluoride akan berikatan dengan kecil. Penambahan fluoride pada permukaan gigi bond
hidroksi apatit menjadi fluorapatit (Ca10(PO4)6F2), failure sebagian besar terjadi resin-enamel interface,
melekat pada struktur kristalin enamel. Fluorapatit ini sedangkan tanpa penambahan fluoride mengakibatkan
tahan terhadap aktivitas asam. bond failure terjadi pada resin-bracket interface.10,11
Adanya kebutuhan akan pengurangan waktu
prosedur bonding dan meminimalkan kerusakan enamel SIMPULAN
tanpa mengurangi kekuatan perlekatan selama - Pemberian fluoride varnish sebelum pemasangan
penggunaan alat ortodonti membuat para peneliti breket tidak mempengaruhi kekuatan perlekatan
menggabungkan prosedur etsa dan bonding dalam satu breket pada permukaan enamel.
aplikasi, yaitu self etch primer.4 - Hasil uji kekuatan tarik menunjukkan tidak ada
Hasil statistik menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna kekuatan tarik antara
perbedaan kekuatan perlekatan pada kelompok yang di kelompok aplikasi fluoride dengan kelompok tanpa
aplikasi fluoride dengan kelompok tanpa aplikasi fluoride. aplikasi fluoride. .
Hal ini sesuai dengan penelitian Todd (2004) yang
menyatakan tidak ada perbedaan bermakna kekuatan DAFTAR PUSTAKA
tarik kelompok yang diaplikasi fluoride dengan kekuatan 1. Kindelan J D. In vitro measurement of enamel deminer-
tarik kelompok tanpa aplikasi fluoride. Dari hasil ini dapat alization in assesment of flouride releasing orthodontic
diketahui kalau pemberian fluoride tidak mempengaruhi bonding agents. Br J Orthod,1996; 23: 343-39
perlekatan adesif pada enamel.5 Wei Nan (1990) dan 2. Yamazaki H, Litman A, Margolis HC. Effect Of Flouride
on Artificial Caries Lesion Progression and Repair in
Kimura (2004) juga menyatakan bahwa aplikasi topikal
Human Enamel: Regulation of Mineral Deposition and
fluoride tidak mempengaruhi kekuatan perlekatan dari Dissolution under In Vivo-Like Conditions. Arch Oral
bonding resin dikarenakan pada saat self etch primer di Biol.2007;52(2):110-120
aplikasikan pada enamel yang sebelumnya sudah diulas 3. Rajagopal R, Padmanabhan S, Gmanani J. A Comparison
fluoride akan membuat kedalaman porositas enamel of Shear Bond Strength and Debonding Characteristics
menjadi berkurang sehingga resin tag yang terbentuk of Conventional, Moisture-Insensitife, and Self-etch
pendek tetapi perlekatan adesif yang terjadi secara Primer In Vitro. Angle Orthodontics.2003;74(2):264-8
mechanic interlocking pada resin tag dapat maksimal.6 4. Bishara SE, Ostby AW, Ajlouni R, Laffon JF, Warron JJ.
Pada penelitian ini didapatkan rata-rata kekuatan tarik Early Shear Bond Strength of a One-step Self-adhesive
on Orthodontic Brackets. Angle Orthodontics.2006;
Anugra, dkk: Effect of ap[plication 35

76(4):689-93.
5. Todd K, William J, Louis J. Effect of Flouride Varnish on
the In Vitro Bond Strength of Orthodontic Brackets Using
a Self-etching Primer System. American J of Ort and
Dentofacial Orthoped.2004;125: 351-56.
6. Wei Nan, Wang BDS, Der Hang. The effect of pretreatment
with flouride on the tensile strenght of orthodontic bond-
ing. Angle Ortodontic.1990; 61(1):31-4
7. Reynolds I R. A review of direct orthodontic bonding.
British Journal of Orthodontics.1975; 2: 171–178
8. Cehreli ZC, Kecik D,Kocadereli I. Effect of Self-etching
Primers and Adhesive Formulations on the Shear Bond
Strength of Ortodontic Brackets. Am. J. Ortod. Dentofac.
Orthop.2005; 127:573-9.
9. Calneto JP, Calvano F, Almeida RC, Miguel JA. Evalua-
tion of a New Self-etching Primer on Bracket Bond Strength
In Vitro. Angle Orthodontics J.2006; 76(3): 466-9.
10. Meng CL, Wang WN, Yeh IS. Flourieded etching on orth-
odontic bonding. Am J Orthod Dentofac Orthop.1997;112:
259-62
11. Masahiro I, Shuichi I, Toshihiro Y, Takeshi M. Bond
strenght comparison and Scaning Electron Microscopic
evaluationof three orthodontic bonding systems. Dental
Material Journal.2008; 27(3):392-99
36

EFECT FLUORIDE APLICATION IN METAL


BRACKET BONDING TO BUCCAL
ENAMEL CRACKING
(Research)
Nimas Ayu Rizkita* Ida Bagus Narmada** Irwadi Djaharuddin**
*Orthodontic Resident
**Lecturer, Department of Orthodontics
Faculty of Dentistry University of Airlangga,Surabaya

ABSTRACT
Background : Research shows enamel cracks can occur while debonding , there is a fracture between the adhesive and the surface of
the enamel . Enamel cracks can also be wider when debonding . Enamel fractures increase the risk to the integrity of the enamel and
reduces the thickness of the enamel . Known prevalence of as much as 6 % . Objective: This study aimed to determine whether there
is influence of fluoride application on enamel cracks on metal brackets compare with attachment using a self - etch bonding primer and
conventional bonding. Materials and Methods: 18 maxillary premolar teeth were divided into three groups, reviews of fluoride with
self etch primer, and not reviewed fluoride using self-etch primer and bonding convensional. Immersed in artificial saliva for 4 weeks.
Universal testing machine used for the release brackets, SEM is used to determine the direction and long rift, AFM is used to determine
the topography and depth of enamel cracks. Results: One Way Anova test with P <0.05. The results showed that there are differences
in the length and depth of the rift between the three groups. The depth of cracks is most severe in the control group.Conclusion:
Application of fluoride before the attachment of metal brackets can reduce the length and depth of the enamel cracking

Key words: Cracks enamel , fluoride varnish , self - etch primer, conventional bonding

PENDAHULUAN yang terdapat pada permukaan enamel. 4 Setelah


Segala perawatan medis dan gigi termasuk Buonocore (1955) memperkenalkan teknik etsa di bidang
perawatan ortodonti memiliki beberapa resiko dan kedokteran gigi, telah banyak didiskusikan oleh para
keterbatasan. Pada perawatan ortodonti terdapat klinisi mengenai efeknya pada keretakan enamel.
beberapa resiko diantaranya adalah kerusakan yang Terjadinya keretakan enamel merupakan hal yang banyak
disebabkan tindakan perawatan medis terhadap gigi dikhawatirkan oleh pasien maupun ortodontis. 5
(kerusakan iatrogenik), yakni keretakan enamel. Zachrisson (1977) memperkenalkan bonding untuk
Keretakan enamel terjadi terutama pada saat debonding. perlekatan breket ortodontik pada permukaan gigi yang
Insiden terbanyak dalam terjadinya keretakan enamel telah di etsa dan memperhatikan kegagalan bonding
adalah pada pemakaian breket keramik, disusul kemudian dan keretakan enamel pada gigi karena bonding dan
breket logam. Keretakan ini akan menyebabkan debonding.6
meningkatnya karies, atau diskolorisasi.1 Beberapa Pada pasien yang menjalani perawatan peranti
penelitian menunjukkan kehilangan lapisan enamel dapat cekat diakhir perawatan saat debonding dikhawatirkan
terjadi saat debonding, terutama pada patahan antara terjadi keretakan enamel, yang kemudian dampak
adhesif dan permukaan enamel. Keretakan enamel ini terparahnya adalah timbul karies apabila pasien tidak
juga dapat menjadi lebih luas saat debonding. Keretakan menjaga kebersihan rongga mulutnya dengan baik,
enamel meningkatkan resiko terhadap integritas enamel sehingga aplikasi fluoride dapat aplikasikan untuk
dan mengurangi ketebalan enamel.2 Zachrisson dkk mengurangi insiden keretakan enamel.
menemukan, prevalensi keretakan enamel yang diketahui Berdasarkan dari penjelasan diatas timbul
sebesar 6% untuk gigi yang debonding maupun masalah setelah aplikasi flouride pada gigi sebelum
debanding.3 perlekatan breket logam akan mempengaruhi keretakan
Banyak peneliti mempelajari perlekatan permukaan bukal enamel. Atas dasar masalah tersebut
terhadap enamel yang bertujuan untuk meningkatkan peneliti ingin mengetahui pengaruh aplikasi flouride
perlekatan antara material kedokteran gigi dan jaringan terhadap keretakan permukaan bukal enamel .
keras gigi. Penyatuannya adalah dengan bahan etsa
dan bahan bonding dan bahan adhesif. Penyatuan TUJUAN
dengan bantuan bahan bonding terjadi karena bahan Penelitian ini secara umum bertujuan untuk
bonding dapat meresap kedalam daerah mikroporus mengetahui apakah ada pengaruh aplikasi flouride
Nimas, dkk: Effect fluoride aplication 37

terhadap keretakan permukaan bukal enamel pada Dari gambar 1 terlihat bahwa rata-rata panjang
perlekatan breket logam dengan menggunakan bond- keretakan permukaan bukal enamel pada kelompok
ing self-etch primer. Sedangkan secara khusus bertujuan pertama mempunyai nilai paling tinggi, yakni sebesar
untuk mengetahui karakteristik (arah, panjang, dan 1086.9333 μm dan pada kelompok ketiga mempunyai nilai
dalam) keretakan permukaan bukal enamel yang paling rendah, yakni sebesar 220.6161 μm, sedangkan
didebonding menggunakan kekuatan tarik pada gigi untuk kelompok 2 dan kelompok 3 memiliki perbedaan
yang telah di aplikasi flouride dengan menggunakan tidak signifikan pada panjang keretakan permukaan
bonding self-etch primer sebelum perlekatan breket bukal enamel.
logam. Dari uji Kolmogorov Smirnov diperoleh bahwa
nilai signifikansi (0.55) > a (5%), jadi dapat disimpulkan
BAHAN DAN CARA KERJA H0 diterima, yang artinya data berdistribusi normal.
Bahan penelitian: Selanjutnya dilakukan uji One way Anova terlihat bahwa
1. Gigi premolar pertama rahang atas terdapat perbedaan panjang keretakan pada ketiga
2. Flouride varnish (Fluor Protector Ivoclair) kelompok yang diuji. Karena uji Homogenity of Vari-
3. Bonding self-etch primer (Transbond Plus Primer) ances (lampiran) p = 0.119 (>0.005), artinya sampel
4. Etsa asam 37 % homogen maka untuk mengetahui rincian perbedaan
5. Bonding konvensional (Transbond XT) panjang keretakan enamel ketiga kelompok maka
6. Adhesif ortodonti (Transbond XT Lightcure Adhe- dilakukan uji LSD yang hasilnya sebagai berikut: (1).
sive) Ada perbedaan panjang keretakan permukaan bukal
7. Breket logam untuk premolar pertama rahang atas (.018 enamel antara kelompok 1 dan kelompok 3 sebesar p=
Standard Edgewise American Orthodontic) 0.016 (< 0.005), ( 2). Ada perbedaan panjang keretakan
8. Saliva buatan permukaan bukal enamel pada kelompok 2 dan
kelompok 3 p=0.044 (< 0.005), (3). Tidak ada perbedaan
Cara Kerja: panjang keretakan permukaan bukal enamel pada
1. 18 gigi premplar dibagi menjadi 3 kelompok masing- kelompok 1 dan kelompok 2 p=0.19 (> 0.005).
masing 6 gigi, kemudian kelompok 1 diulas fluoride Hal ini ditunjukkan pada gambar berikut:
dan self etch primer, kelompok 2 tidak diulas fluoride
dan self etch primer, dan kelompok 3 tidak diulas fluo-
ride dan menggunakan bonding konvensional.
2. Aplikasi adhesive dan pemasangan breket
3. kemudian direndam dalam saliva buatan selama 4
minggu dimasukkan kedalam inkubator dengan suhu
37O
4. Breket di lepaskan menggunakan universal testing
machine
5. Sisa adhesif dibersihkan dengan tungsten carbide bur
6. Uji panjang keretakan dengan SEM serta uji topografi Gambar 2. Gambaran keretakan enamel kelompok 1
dan ukuran kedalaman enamel dengan AFM
7. Uji statistik untuk mengetahui perbedaan panjang
dan kedalaman keretakan enamel tiap kelompok

HASIL
Secara deskriptif rata-rata panjang keretakan permukaan
bukal enamel adalah seperti berikut:

Gambar 3. Gambaran keretakan enamel kelompok 2

Gambar 1. Grafik rata-rata panjang keretakan permukaan bukal


enamel Gambar 4. gambaran keretakan enamel pada kelompok 3
38 Majalah Ortodontik Juni 2015, Edisi kesatu 33-39

Kemudian secara deskriptif rata-rata panjang Dalam studi in vitro maupun in vivo menunjukkan
keretakan permukaan bukal enamel adalah seperti pemberian fluoride varnish mensuplai fluoride lebih baik
berikut: dan efisien dibandingkan pemberian fluoride dengan
cara lain terutama dalam menangkal asam sebanyak 50%
- 70%. Indikasi pemberian fluoride adalah pasien dengan
gigi hipersensitif, remineralisasi enamel, profilaksis karies
jangka panjang, dan perlindungan dari erosi atau retak
pada enamel.10
Karan (2010), melakukan uji yang menunjukkan
bahwa permukaan enamel yang diberi fluoride varnish
secara signifikan memberikan perlindungan lebih pada
permukaan enamel dibandingkan produk yang lain dan
tidak terdapat efek yang merugikan kekuatan perlekatan
breket ortodonti 11. Terdapat kemungkinan lain dimana
Gambar 5 Grafik rata-rata kedalaman keretakan enamel saat pembersihan menggunakan tungsten carbide bur
dalam penelitian Karan (2010) kerusakan enamel yang
Dari gambar 5 terlihat bahwa rata-rata ditimbulkan paling sedikit 11, namun dalam penelitian ini
kedalaman keretakan permukaan bukal enamel pada hanya dilihat melalui foto SEM sedangkan kedalamannya
kelompok pertama mempunyai nilai paling tinggi, yakni belum ada penelitian sebelumnya. Secara umum
sebesar 659.33 nm dan pada kelompok ketiga penggunaan fluoride varnish cukup penting digunakan
mempunyai nilai paling rendah, yakni sebesar 137.66 dalam mengatasi keretakan enamel karena pada
nm. kedalaman 20 μm, proses remineralisasi enamel
Selanjutnya diuji One way Anova terdapat perbedaan berkurang, sehingga keretakan enamel yang dalam dapat
kedalaman keretakan pada ketiga kelompok yang diuji. dikurangi dengan pengulasan fluoride varnish. 12
Dilanjutkan dengan uji LSD dengan hasil sbagai berikut: Karena fluoride varnish dapat penetrasi kedalam
(1). Ada perbedaan kedalaman keretakan enamel antara permukaan enamel sedalam 30 μm.
kelompok 1 dan kelompok 3 (p= 0.000 < 0.005). (2). Ada Pada penelitian ini juga ditunjukkan bahwa
perbedaan kedalaman keretakan enamel antara penggunaan self-etch primer pada pemasangan breket
kelompok 1 dan kelompok 2 (p=0.000 < 0.005). (3). jauh lebih baik dan lebih disarankan daripada
Tidak ada perbedaan kedalaman keretakan enamel pada penggunaan etsa asam fosfat dan bonding
kelompok 2 dan 3 (p=0.348 > 0.005). konvensional. Hal ini sesuai dengan penelitian Naini
(2008) yang menyebutkan bahwa lebih disarankan
PEMBAHASAN menggunakan sistem self-etch satu tahap, dimana
Pada penelitian ini variabel penyebab keretakan memiliki kekuatan perlekatan lebih rendah dibandingkan
enamel berusaha diperkecil semaksimal mungkin, baik sistem konvensional dua tahap dengan basis etsa asam
dari jenis breket, bahan bonding dan penambahan fluo- fosfat 37%.13 Pada penelitian ini ditunjukkan bahwa asam
ride yang diulas pada permukaan enamel sebelum fosfat 37% menunjukkan porositas permukaan enamel
pengulasan bonding self-etch primer kemudian breket yang lebih dalam, hal ini sesuai dengan penelitian dari
dilekatkan, selain itu teknik pelepasan breket dan Sayinsu dkk (2006), yang menyatakan bahwa etsa asam
pembuangan sisa adhesif setelah debonding pun telah diteliti menyebabkan kerusakan, termasuk
diminimalisir. kelarutan, dan lubangnya enamel.
Fitzpatrick dan Way dalam Krell (1993), Secara umum dari cara pengambilan sampel
menunjukkan selama debonding, jumlah kehilangan yang meminimalisir kemungkinan adanya keretakan
enamel rata-rata 55,6 μm. Ketebalan enamel normal enamel , maka hasil penelitian ini sesuai dengan
adalah 1500 sampai 2000 μm 7, maka kehilangan enamel Zachrisson (1980) yang menyatakan, bahwa bila
sebanyak 60 μm secara normal dianggap tidak ortodontis melakukan pemilihan teknik bonding dan
merugikan, namun ditemukan bahwa konsentrasi debonding secara hati-hati, maka tidak akan
fluoride tertinggi pada lapisan luar sekitar 20 μm, menunjukkan peningkatan yang signifikan terhadap
sehingga sebaiknya dilakukan pemeliharaan terhadap keretakan enamel 6. Naini (2007) juga menegaskan bahwa
daerah enamel yang kaya fluoride. Fluoride varnish penting untuk melakukan proses debonding secara hati-
dapat melapisi enamel dan berpenetrasi hingga hati dan dengan cermat agar tidak merusak permukaan
kedalaman 30 μm 8. Bila interlocking mekanikal sangat enamel 13.
kuat, keretakan terletak pada bahan adhesif yang masuk
dalam struktur enamel. Pada beberapa kasus lokasi SIMPULAN
keretakan enamel terlihat meluas ke bawah kedalaman - Secara umum arah keretakan enamel adalah oblik.
100 nm 9. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian ini - Terdapat perbedaan panjang keretakan enamel yang
dimana kedalaman keretakan enamel paling dalam adalah signifikan antara gigi yang diulas fluoride varnish dan
pada kelompok kontrol yakni 659.33 nm. tidak diulas fluoride baik pada sampel yang dilakukan
Nimas, dkk: Effect fluoride aplication 39

perlekatan breket menggunakan self-etch primer


maupun bonding konvensional.
- Tidak terdapat perbedaan signifikan pada kedalaman
keretakan enamel antara gigi yang diulas fluoride var-
nish dan yang tidak diulas fluoride pada sampel yang
menggunakan self-etch primer.
- Terdapat perbedaan yang signifikan pada panjang
dan kedalaman keretakan enamel pada sampel yang
menggunakan bonding konvensional.

DAFTAR PUSTAKA
1. Verma D, Grewal SB, Kumar PS, Singh B. Orthodontic
Scars. Orthodontic Cyber Journal 2011(4).
2. Heravi F, Rashed R, Raziee L. The Effects of Bracket
Removal on Enamel. Australian Orthodontic Journal.2008;
24(2): 110-5.
3. Ellis PE, Benson PE. Potensial Hazards of Orthodontic
Treatment-What Your Patient Should Know. Dental Up-
date.2002; (29): 492-6.
4. Crispin B, Howlett ER, and Hornbook DS. (1994). Con-
temporary Esthetic Dentistry: Practise Fundamental,
Quintessence Publishing Co. Ltd, Tokyo.1994; p. 81-103.
5. Dumbryte I, Linkeviciene L, Malinauskas M (2011).
Evaluation of Enamel Micro-cracks Characteristics after
Removal of Metal Brackets in Adult Patients. Europan
Journal of Orthodontics.2011; 137.
6. Zachrisson B U, Skogan O, Hoymyhr S. Enamel Cracks
in Debonded, Debanded, and Orthodontically Untreated
Teeth. Am. J. Orthod.1980; 77: 307 – 19.
7. Krell KV, Courey JM. Orthodontic Bracket Removal
using Conventional and Ultrasonic Debonding Techniques,
Enamel Loss, and Time Requirements. Am. J. Orthod.
Dentofacial Orthop. 1993;103 : 258 - 66.
8. Dijkman AG, Tak J, Arends J. Fluoride Deposited by
Topical Applications in Enamel; Caries Rest.1982; 16:
147-155.
9. Birnie D. Orthodontic Material Update. Br. J. Orthod.
1990;19:171 - 174.
10. Petersson LG. Fluoride Mouth Rinses and Fluoride Var-
nishes. Caries Res.1993; 27: 35-42.
11. Karan, Kircelli B, Tasdelen B. Enamel Surface Roughness
after Debonding. Angle Orthod. 2010;(80), 6 : 1081- 87.
12. O’Reilly MM, Featherstone JDB. Demineralization and
Remineralization Aroun Orthodontic Appliance: An in
vivo Study. Am. J. Orthod. Dentofacial Orthop. 1987;92:
33 – 40.
13. Naini FB, Gill DS. Tooth Fracture Associated with
Debonding a Metal Bracket: A Case Report.World J.
Orthod. 2008;268(9) :32-36.
40

INTERCEPTIVE ORTHODONTICS IN EARLY


PERMANENT DENTITION WITH LIP SUCKING
AND BITING HABITS
(Case Report)
Siska Septania Krisnanda*, Darmawan Sutantyo **, Pinandi Sri Pudyani**
*Orthodontic Resident
**Lecturer, Department of Orthodontics
Faculty of Dentistry, University of Gadjah Mada

ABSTRACT
Background: Interceptive orthodontics can be very helpful in reducing the severity of malocclusion problems especially with oral
bad habits. Objective: This case report will analyze the clinical effects of pre-orthodontic trainer in a patient with a Class I type 2
malocclusion with lip sucking and biting habits. Case Management: A 11-year-old female with lip sucking and biting habits
presented to Prof Soedomo Dental and Oral Hospital, Faculty of Dentistry, Gadjah Mada University with the chief complaint of an
unesthetic appearance of her protruding upper incisors. She had a Class I Angle malocclusion, overjet and overbite of 6 mm and 3,9
mm, and an initial PAR score of 18. S line to upper and lower lip was 4 mm. A pre-orthodontic trainer, was prescribed to treat oral
bad habits, to stimulate jaw growth and to guide erupting teeth into correct alignment. Result: After 8 months of treatment, the oral
bad habits were corrected. The sagital relationship between the arches improved. There was a reduction in PAR score to 5 and S line
to upper and lower lip became 2 mm but the mild crowding in the lower arch has not yet been corrected since the treatment is still on
going until today. Conclusion: Interceptive orthodontics improves malocclusion aside from eliminating patient’s bad habits and
improving their appearance. It may also prevent serious problems from developing and may make treatment at a later stage less
complicated.

Key words: interceptive orthodontics, oral bad habits, protruding, crowding, pre-orthodontic trainer

PENDAHULUAN perawatan yang sederhana dan tidak membutuhkan


Istilah perawatan ortodontik interseptif tidak biaya yang besar.6 Perawatan ortodontik interseptif biasa
selalu mempunyai arti yang sama bagi setiap ortodontis. digunakan untuk mengurangi keparahan maloklusi,
Beberapa ortodontis menggunakan istilah perawatan memperbaiki profil wajah sehingga dapat meningkatkan
ortodontik interseptif ini pada setiap perawatan yang rasa percaya diri, menghilangkan kebiasaan buruk,
dilakukannya untuk periode gigi bercampur dimana memfasilitasi erupsi normal gigi, dan memperbaiki pola
dapat mencegah timbulnya maloklusi.1 Ortodontis pertumbuhan.7
lainnya menggunakan istilah ini pada saat melakukan Alat pre-ortodontik Trainer for Kids (T4K)
perawatan maloklusi pada awal periode gigi permanen didesain untuk perawatan pada periode gigi bercampur
atau sebagai fase perawatan preliminari.2 dimana gigi permanen masih erupsi dan pasien sedang
Menurut Council on Orthodontic Education dalam masa tumbuh-kembang. Alat ini sangat efektif
of American Assosiation of Orthodontist – digunakan sebagai patokan erupsi gigi dan untuk koreksi
Orthodontics Principle and Policies, perawatan kebiasaan buruk miofungsional. Alat ini diindikasikan
ortodontik interseptif dapat didefinisikan sebagai suatu untuk maloklusi kelas II divisi 1 dan 2, crowding anterior
fase perawatan untuk mengenali dan mengeliminasi baik pada rahang atas maupun rahang bawah, gigi-gigi
malrelasi dan malposisi yang terjadi pada tahap yang maloklusi, deep bite, dan open bite.8
perkembangan kompleks dentofasial. 3 Perawatan
ortodontik interseptif sangat berperan dalam LAPORAN KASUS
menghambat dan membantu mengurangi keparahan Riwayat Kasus
maloklusi.4 Perawatan ortodontik interseptif biasa Pasien perempuan berusia 11 tahun datang ke
dilakukan apabila sudah ada tanda-tanda akan timbulnya RSGM Prof. Soedomo dengan keluhan utama gigi depan
maloklusi dan juga untuk mengeliminasi kebiasaan buruk maju sehingga mengurangi rasa percaya diri. Keadaan
yang ada pada pasien sehingga tidak sampai umum pasien baik dan tidak pernah menderita penyakit
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan normal yang menggangu pertumbuhan dan perkembangan gigi
pasien.5 geligi. Pasien mempunyai kebiasaan buruk menggigit
Perawatan ortodontik interseptif merupakan dan menghisap bibir. Riwayat keluarga pasien memiliki
Siska, dkk: Interceptive orthodontics in early 41

ayah dengan susunan gigi yang berjejal sehingga DIAGNOSIS


terdapat faktor genetik pada susunan gigi geligi. Diagnosis kasus adalah maloklusi Angle Kelas
Pemeriksaan ekstra oral menunjukkan bentuk kepala I tipe dentoskeletal dengan skeletal Kelas III dengan
brakisefali, bentuk muka euriprosop simetris, profil muka bimaksiler retrusif dan bidental protrusif disertai overjet
cembung. Pemeriksaan intra oral menunjukkan higiene dan overbite besar, palatal bite dan gigi anterior atas
mulut pasien baik, pola atrisi normal, lingua dan palatum dan bawah crowding ringan dan disertai kebiasaan
sedang, gingiva dan mukosa normal. Pemeriksaan gigi buruk menghisap dan menggigit bibir.
geligi menunjukkan masih terdapat gigi 85 dan gigi 45
yang belum erupsi dan gigi 23 yang belum erupsi Pemeriksaan Lanjutan
sempurna. Analisis sefalometri sebelum perawatan
Analisis model studi menunjukkan bentuk menunjukkan hubungan skeletal Kelas III dengan
lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah parabola bimaksiler retrusif (SNA=72O , SNB=76O , ANB= -4O )
simetris. Gigi-gigi anterior atas protrusif dan gigi-gigi dan bidental protrusi. Hubungan antar insisivus 117p .
anterior atas dan bawah berjejal ringan. Overjet 6 mm, Bidang AB 2O dimana titik A berada di belakang titik B
overbite 3,9 mm dan nilai PAR 18. Terdapat palatal bite menunjukkan kecenderungan kelas III. Jarak tepi insisal
pada regio gigi anterior dan cup to cup bite pada gigi 16 insisivus atas dengan NA 10,5 mm menunjukkan derajat
terhadap gigi 46. Hubungan molar pertama kanan kelas protrusif yang cukup besar. Steiner’s Lip analisis
II dan kiri kelas I Angle. Hubungan kaninus kanan kelas menunjukkan bibir atasa dan bawah berada 4 mm
I Angle. Garis tengah rahang atas terhadap rahang didepan garis S. Analisis foto panoramik menunjukkan
bawah segaris. jaringan periodontal dalam keadaan sehat.

Gambar 3. Foto sefalometri dan panoramik sebelum


perawatan ortodonti

Gambar 1. Foto ekstra oral sebelum perawatan ortodonti

Gambar 4. Foto sefalometri setelah 8 bulan perawatan

Etiologi
Maloklusi Angle Kelas I tipe dentoskeletal
dengan palatal bite disebabkan karena supraklusi gigi
anterior rahang bawah. Hal ini diketahui melalui metode
Thompson-Brodie dimana gigitan malam pada kontak
posterior habis tetapi deep overbite belum terkoreksi.
Insisivus atas inklinasinya protrusif dan crowding pada
rahang bawah kemungkinan disebabkan karena
kebiasaan buruk menghisap dan menggigit bibir yang
dilakukan pasien.

Tujuan Perawatan
Tujuan perawatan pada pasien ini adalah untuk
mendapatkan overjet dan overbite yang normal sehingga
Gambar 2. Foto intra oral sebelum perawatan ortodonti diperoleh profil wajah yang lebih baik serta untuk koreksi
42 Majalah Ortodontik Juni 2015, Edisi kesatu 40-43

crowding rahang atas dan rahang bawah.

Kemajuan Perawatan
Pada pasien ini perawatan dilakukan dengan
menggunakan alat pre-ortodontik Trainer for Kids (T4K)
(Gambar 5). Tahap penggunaan ada 2 yaitu tahap pertama
menggunakan T4K starting dimana alat berwarna biru
dan digunakan selama 6-8 bulan. Alat berfungsi untuk
menghilangkan masalah miofungsional pasien. Setelah
itu akan dilanjutkan pada tahap kedua menggunakan
T4K finishing dimana alat berwarna pink dan digunakan
selama 6-12 bulan yangberfungsi untuk mengoreksi
susunan gigi geligi. Cara penggunaan minimal 1 jam pada
siang hari dan ditambahkan selama tidur. Setelah
penggunaan trainer tahap kedua, dilakukan observasi
bilamana diperlukan akat aktif ortodontik untuk
mengoreksi malposisi dan malrelasi gigi yang belum
terkoreksi sempurna. Gambar 7. Foto intra oral setelah 8 bulan perawatan

Tabel 1. Pengukuran Nilai PAR

Gambar 5. Trainer Pre Orthodontic (T4K)


Tabel 2. Analisis sefalometri sebelum dan setelah 8 bulan
Setelah 8 bulan menggunakan alat pre- perawatan
ortodontik Trainer for Kids (T4K) starting, kebiasaan
menghisap dan menggigit bibir pada pasien hilang.
Overjet berkurang dari 6 mm menjadi 3 mm, overbite
berkurang dari 3,9 mm menjadi 2 mm. Nilai PAR dari 18
menjadi 5. Bibir atas dan bawah yang sebelum perawatan
berada 4 mm di depan garis S sekarang bibir atasnya
berda 2 mm didepan garis S dan bibir bawah nya berada
3 mm di depan garis S. Crowding belum terkoreksi
sempurna dan perawatan dengan alat pre-ortodontik
Trainer for Kids (T4K) ini masih dilanjutkan hingga saat
ini.

PEMBAHASAN
Pada pasien ini dilakukan perawatan ortodonti
interseptif karena pasien masih dalam usia tumbuh
kembang dan pada periode awal gigi permanen. Selain
itu pasien juga memiliki kebiasaan buruk menghisap dan
menggigit bibir. Alat yang dipilih untuk perawatan kasus
ini adalah alat pre-ortodontik Trainer for Kids (T4K).
Diharapkan alat ini dapat merangsang perkembangan
rahang dan mengatasi kebiasaan buruk pasien. Lip
bumper pada alat-pre ortodontik ini dapat mencegah
gigi menerima tekanan dari bibir akibat kebiasaan buruk
pasien sehingga dapat mengkoreksi crowding anterior
bawah akibat tekanan bibir. Alat pre-ortodontik ini juga
dapat menuntun erupsi gigi hingga mencapai susunan
yang benar.
Setelah 8 bulan menggunakan alat pre-
ortodontik Trainer for Kids (T4K), didapatkan hasil
Gambar 6. Foto ekstra oral setelah 8 bulan perawatan pengurangan overjet dan overbite serta pengurangan
Siska, dkk: Interceptive orthodontics in early 43

nilai PAR pada pasien. Selain itu juga profil wajah pasien
juga menjadi lebih baik. Crowding ringan pada gigi
anterior bawah belum terkoreksi sempurna dan
perawatan dengan alat ini masih dilanjutkan hingga saat
ini.

SIMPULAN
Perawatan ortodontik interseptif dapat
memperbaiki maloklusi dengan mengeliminasi kebiasaan
buruk pasien dan juga dapat memperbaiki profilnya.
Selain itu dapat juga mencegah terjadinya maloklusi
yang lebih parah yang dapat memperpanjang waktu
perawatan pada tahap selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
1. Bass, N.M., Interceptive Orthodontics, Keynote Address.
European Orthodontic Society Conference. 1996; Ab-
stracts p.10.
2. Woodside, D.G., Interceptive Orthodontics, Keynote
Address. European Orthodontic Society Conference.
1996; Abstracts p.19.
3. Singh, G., Textbook of Orthodontics, 2nd Ed, Jaypee
Brothers Med Pub; 2007; p.557.
4. Ackermann, J.L., Proffit, W.R., Preventive and
Interceptive Orthodontics: A Strong Theory Proves Weak
in Practice. Angle Orthodontist. 1980; 50; 75-86.
5. Bhalajhi, S.I., Orthodontic The Art and Science. 1st Ed.
New Delhi: Arya Publishing House; 1998: 227.
6. Nimri, K., Richardson, A. Applicability of Interceptive
Orthodontics in Community. British Journal of Orthodon-
tics; 1997; Vol. 24; 223-228.
7. King, G.J., Brudvik, P., Effectiveness of Orthodontic
Treatment in Reducing Malocclusion; Am J Orthod; 2010;
137; 18-25.
8. Myoresearch.com [Internet]. Australia: Myofunctional
Research Co. [cited 2014 Mar 23]. Available from: http:/
/myoresearch.com/appliances/appliances/t4k_phase1.
44

COMPARISON COEFFICIENT FRICTION NITI SE


WIRE TO COATED NITI WIRE AGAINST CERAMIC
(Research)
Bhakti Prasetyo Danaryudho*, Jusuf Sjamsudin **,Achmad Sjafei **, Yuli Setyorini***
**Orthodontic Resident
**Lecturer, Department of Orthodontics
Faculty of Dentistry, Institute of Sepuluh November

ABSTRACT
Background:Friction is the resistance to motion when a moving object intersects with another object. Friction is working on the
contact area between the bracket and archwire opposite the tooth sliding along the archwire and proportional to the normal force
which is forwarded to the contact area. Friction in the trust can affect the speed of tooth movement.Objective: the research to
determine the coefficient of friction between the bracket with translucent coated NiTi wire during sliding mechanic and comparison
with NiTi coated wire and NiTi wire. From the results of this study can determine the amount of friction resistance of each wire and
can be used to determine the amount of pull force effectiveness.Materials and Methods: The sample for this study is composed of
Nickel Titanium Superelastic rectangular American Orthodontic and Nickel Titanium Everwhite (coated wire) rectangular American
Orthodontic Titanium Nickel. SEM examination on the sample, the mass loss and friction testing. Statistic alanalysis on the mass loss
and friction using T test.Results: coated wire showed a reduction coefficient of friction, along with the longer soaking time.
Conclusion:Niti coated wire have lower frition than NiTi wire SE

Key words: friction, coefficient of friction, coated NiTi, NiTi

PENDAHULUAN TUJUAN PENELITIAN


Friksi adalah resistensi terhadap gerakan ketika Untuk mengetahui koefisien friksi antara braket
sebuah objek bergerak bersinggungan dengan objek translusen dengan kawat NiTi berlapis pada saat sliding
lain. Gaya friksi ini bekerja pada bidang kontak antara mechanic dan perbandingan dengan kawat NiTi. Dari
braket dan archwire yang berlawanan dengan sliding hasil penelitian ini dapat mengetahui besaran hambatan
gigi sepanjang archwire dan sebanding dengan gaya friksi masing- masing kawat dan dapat di gunakan untuk
normal yang diteruskan pada bidang kontak. Gaya friksi menentukan efektifitas besaran gaya tarik.
di percaya dapat mempengaruhi kecepatan gerakan gigi,
berpengaruh terhadap rasio momen dengan gaya pada BAHAN DAN METODE
gigi-gigi, serta mempengaruhi pusat rotasi gigi dan pada Sampel untuk penelitian ini adalah busur
akhirnya memperbesar resiko hilangkan penjangkaran.1 Nickel Titanium (n= 9) yang terdiri dari busur rectangular
Faktor yang mempengaruhi friksi di bagi Nickel Titanium Superelastic American Orthodontic
kedalam dua kelompok besar yaitu faktor biologi dan dan busur rectangular Nickel Titanium Everwhite
faktor mekanik. Faktor biologi yang utama adalah saliva American Orthodontic. Adapun kriteria sampel
yang berfungsi sebagai pelumas dan berperan dalam penelitian ini adalah busur berbahan dasar Nickel
mengurangi friksi.2 Faktor yang kedua adalah akumulasi Titanium penampang rectangular, ukuran 0,016 inch.X
sisa makanan dapat membentuk biofilm pada permukaan ,022 inch dengan bentuk lengkung ovoid dan panjang
kawat busur sehinnga menyebabkan kekasaran yang sama yaitu diukur pada model dimulai dari distal
permukaan dan meningkatkan friksi. Hal ini dapat terjadi molar pertama sampai distal kaninus. Kedua busur
setelah pemakaian kawat busur selama delapan minggu dipilih dari manufacture yang sama yaitu American
dalam intraolar.3 Faktor ketiga material ortodonti yang Orthodontic.
mengalami biodegradation setelah penggunaan dalam Perlakuam Sampel
mulut, sebagai contoh braket stainless steel akam Sampel yang disiapkan di bagi dalam 3 grup
mengalami korosi, struktural fatique dan deformation.4 setiap grup terdiri dari 3 buah busur Nickel Titanium
Faktor mekanik yang pertama adalah tipe bahan Superelastic dan 3 buah Nickel Titanium Everwhite.
dari braket. Braket berbahan metal memiliki koefisien Grup pertama tidak di lakukan perendaman. Grup kedua
gesek lebih rendah di banding braket keramik atau diletakkan Pada Tempat penampung saliva (Tupperware)
plastik. Sedangkan plastik braket menunjukan friksi lebih dan disimpan dalam inkubator selama 14 hari. Grup ketiga
rendah dibanding policristaline ceramic.5 diletakkan Pada Tempat penampung saliva(Tupperware)
Bhakti, dkk: Comparison coefficient friction 45

dan disimpan dalam inkubator selama 28 hari. Di dalam suatu proses korosi apabila NiTi SE reaksi dengan
penampung saliva busur diikat pada kedua ujung kaki saliva, dikarenakan pada daerah goresan/scretch telah
dan garis median dengan bantuan tali senar, kemudan terjadi lepasnya ikatan pasivasi layer TiO2 pada
dicelupkan dengan posisi menggantung di tengah- permukaan.
tengah tempat penampung saliva (Tupperware) dan di
penutup penampung sisa tali senar ditempelkan dengan
selotip, panjang busur yang tercelup harus tepat di
tempat yang sudah diberi tanda dengan tali senar.Semua
tempat penampung saliva (Tupperware) diisi dengan
saliva buatan sampai busur tercelup sempurna, diikat
dengan selotip dan disimpan dalam inkubator dengan
suhu 37 0C. A B

Gambar 1: alat universal testing mechine C

Prosedur Penelitian Gambar 2. NiTi SE wire sebelum friction test: a. Tanpa


Setiap grup sebelum dilakukan uji friksi perendaman, b. Perendaman saliva 2 minggu, dan
dilakukan pengukuran berat dengan keakuratan empat c. Perendaman saliva 4 minggu
digit dibelakang nol dan uji morfologi. Uji Morfologi
menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM) Hasil morphology pada everwhite sebelum
adalah jenis mikroskop elektron yang menghasilkan mengalami friction test lapisan pelindung/coating
gambar sampel dengan cara memindai permukaan benda everwhite memperlihatkan permukaan lapisan pelindung
dengan elektron dengan kekuatan sinar energi tinggi. yang homogen dan cukup halus. Proses perendaman
Hasil pemeriksaannya berupa topografi permukaan. SEM dalam saliva selama 2 minggu dan 4 minggu,
mampu menembakkan elektron ke sebuah sampel mengakibatkan mulai terjadinya degradasi lapisan
dengan besar diameter sampel sampai 1 nanometer, dan pelindung/coating sehingga terjadi perubahan
hasil rinciannya sampai dengan 1-20 nm. Setiap grup kekasaran permukaan/roughness surface lapisan
dilakukan Uji friksi dengan menggunakan alat Universal pelindung. Friction test yang dilakukan pada everwhite
testing mechine Setelah di lakukan uji friksi setiap kawat sangat berpengaruh significant terhadap perubahan
di timbang untuk mengetahui kehilangan berat yang di morphology, terutama pada lapisan pelinding/coating.
dapat setelah pengujian. Uji morfologi dilakukan kembali Secara keseluruhan friction test mengakibatkan
untuk mengetahui kondisi permukaan kawat. pelepasan lapisan pelindung/coating baik tanpa
perendaman dan sesudah perendaman saliva. Pada
HASIL everwhite tanpa perendaman memperlihatkan terjadi
Hasil morphology pada NiTi SE sebelum pelepasan lapisan pelindung/coating secara bersamaan
mengalami friction test ditunjukkan pada proses (uniform), hal ini mengindikasikan bahwa lapisan
perendaman dalam saliva selama 2 minggu dan 4 minggu pelindung/coating bersifat getas (britle). Sedangkan
tidak merubah morphology dari NiTi SE secara significant pada everwhite setelah perendaman saliva selama 2
yang diperlihatkan oleh gambar 1. b dan c. Hal ini minggu menunjukkan bahwa mulai terjadi perubahan
mengindikasikan bahwa lapisan pelindung/pasivation ikatan dalam lapisan pelindung/coating, sehingga ketika
layer TiO2 yang berada pada permukaan/surface belum dikenai friction terjadi pengelupasan yang tidak
terjadi degradasi akibat proses elektrokimia. bersama-sama (non-uniform). Sebaliknya akibat
Friction test yang dilakukan pada NiTi SE perendaman saliva selama 4 minggu telah merubah ikatan
memperlihatkan tidak terlalu banyak perubahan pada yang terjadi pada lapisan pelindung/coating, hal ini
morphology, Pada NiTi SE tanpa perendaman diindikasikan pelepasan lebih uniform dengan luas
memperlihatkan bahwa friction test berakibat pada permukaan pengelupasan yang sudah cukup luas/besar.
penambahan goresan/scretch yang terjadi pada Berdasarkan perhitungan, maka diperoleh nilai koefisien
permukaan. Hal ini juga terjadi pada NiTi SE yang gesek yang. Pada NiTi SE trend koefisien gesek
direndam saliva selama 2 minggu dan 4 minggu. Namun memperlihatkan kenaikan terjadi pada waktu
goresan/scretch ini dapat sebagai pemicu terjadinya perendaman 4 minggu. Hal ini disebabkan terjadinya
46 Majalah Ortodontik Juni 2015, Edisi kesatu 44-48

peningkatan lapisan oksida-oksida pada permukaan NiTi Berdasarkan uji statistic disimpulkan bahwa
SE sebagai akibat dari reaksi larutan artificial saliva 1. Tidak ada perbedaan koefisien gesek antara NiTi SE
dengan paduan NiTi SE. Dengan kata lain dapat tanpa direndam, setelah 2 dan 4 minggu direndam.
dikatakan terjadi penebalan permukaan sehingga 2. Tidak ada perbedaan koefisien gesek antara Everwhite
meningkatkan nilai koefisien gesek. yang tidak direndam dan Everwhite yang direndam 2
minggu
3. Ada perbedaan koefisien gesek antara NiTi SE (pada
semua perendaman) dengan everwhite (pada semua
perendaman).

Ada perbedaan koefisien gesek antara Everwhite yang


direndam selama 4 minggu dengan semua bahan
(Everwhite yang tidak direndam dan direndam 2 minggu,
A B serta bahan NiTi SE).Everwhite yang direndam selama 4
minggu mempunyai koefisien gesek paling kecil.

PEMBAHASAN

C
Gambar 3. SEM Images NiTi SE wire sesudah friction test: a.
Tanpa perendaman, b. Perendaman saliva 2
minggu, dan c. Perendaman saliva 4 minggu
A B
Namun akibat perendaman dalam saliva, terjadi
perubahan ikatan dalam lapisan pelindung/coating, hal
ini menyebabkan perubahan terhadap struktur, sifat dan
performa. Hal tersebut secara fisik dapat dilihat dari
perubahan surface/permukaan lapisan pelindung/
coating yang lebih kasar dikarenakan telah terjadi proses
degradasi. Data ini sangat memiliki korelasi dengan hasil
SEM.
C

Gambar 4. Everwhite wire sebelum friction test: a. Tanpa


perendaman, b. Perendaman saliva 2 minggu, dan
c. Perendaman saliva 4 minggu

Berdasarkan penelitian Puspitasari6 dalam uji


SEM crossection di temukan degradasi lapisan
pelindung pada NiTi Everwhitepada perendaman saliva.
Grafik 1. Koefisien gesek dengan variasi waktu perendaman Berdasarkan uji FTIR di bantu uji ICP kawat NiTi
Everwhite ada pelepasan Ion Ni sehingga dapat di
Statistik simpulkan bahwa ada kemungkinan adanya keretakan
Analisis yang akan digunakan adalah Anova pada lapisan pelindung.
two way dengan design Sama Subyek, dan ada Kerusakan dari permukaan lapisan akan
perlakuan. Design Sama Subyek karena ada 3 mengakibatkan meningkatnya kekasaran dari permukaan
pengamatan yang berbeda (awal, setelah direndam 2 kawat busur. Lapisan tersebut rentan terhadap tekanan
minggu, setelah direndam 4 minggu) Perlakuan yang mekanis dan perubahan suhu. Di sisi lain kawat busur
diberikan adalah jenis bahan yang berbeda (NiTi SE dan yang dilapisi epoxy resin memiliki gaya gesek lebih kecil
NiTi everwhite). Dari uji Kolmogorov Smirnov, diperoleh di badingkan kawat busur tanpa lapisan7. Karakteristik
bahwa nilai signifikansi (berwarna merah) > α (5%), jadi dari kawat berlapis polymer menunjukan bahwa ketika
dapat disimpulkan data berdistribusi Normal. Maka di lewatkan ke dalam slot braket, lapisan polymer
Anova Two way (dengan design sama subyek) dapat mengalami deformitas dan relatif tidak menunjukan friksi
digunakan. yang rendah8.
Siska, dkk: Interceptive orthodontics in early 47

menyebabkan proses sliding terhambat oleh karena


terjadi peningkatan kekasaran dari permukaan.
Pada penelitian ini lapisan pelindung Nickel
Titanium Everwhite American Orthodonti terkupas
setelah dilakukan uji friksi sehingga perlu penelitian lebih
lanjut apakah kawat ini tetap memiliki friksi lebih rendah
setelah di gesek/ Sliding atau sebaliknya. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Ellayan dkk11, menunjukan
A B bahwa adanya peningkatan kekasaran permukaan pada
lapisan kawat setelah digunakan di dalam mulut. Setelah
33 hari di dalam mulut estetik dari kawat berlapis menurun
di sertai dengan pelepasan lapisan sampai 25% dari
keseluruhan permukaan dan permukaan morfologi
menunjukan adanya kerusakan yang parah.

SIMPULAN
Dari hasil penelitian laboratoris ini dapat diambil
C simpulan sebagai berikut:
1. Ada perbedaan koefisien gesek antara NiTi SE (pada
semua perendaman) dengan everwhite (pada semua
Gambar 5. SEM Images Everwhite wire sesudah friction
perendaman)
test: a. Tanpa perendaman, b. Perendaman
2. Ada perbedaan koefisien gesek antara Everwhite
saliva 2 minggu, dan c. Perendaman saliva 4
yang direndam selama 4 minggu dengan semua bahan
minggu
(Everwhite yang tidak direndam dan direndam 2
minggu, serta bahan NiTi SE). Everwhite yang
koefisien gesek memperlihatkan kenaikan
direndam selama 4 minggu mempunyai koefisien gesek
terjadi pada waktu perendaman 4 minggu. Hal ini
paling kecil.
disebabkan terjadinya peningkatan lapisan oksida-
oksida pada permukaan NiTi SE sebagai akibat dari reaksi
DAFTAR PUSTAKA
larutan artificial saliva dengan paduan NiTi SE. Dengan 1. Braun S, Bluestein M, Moore K & Benson G.Friction in
kata lain dapat dikatakan terjadi penebalan permukaan Perspective. Am J Orthod Dentofacial Orthop.
sehingga meningkatkan nilai koefisien gesek. 1999;115:619-27
Sebaliknya pada everwhite memperlihatkan 2. Kusy R.P, Whitley J..Influence of fluid media on the fric-
trend penurunan nilai koefisien gesek, seiring dengan tional coefficients in orthodontics sliding. Semin Orthod.
semakin lama waktu perendaman. Everwhite tanpa 2003;9:281-9.
perendaman memperlihatkan nilai koefisien gesek cukup 3. Marques I.S, Araújo A.M, Gurgel J.A, Normando
tinggi, hal ini dikarenakan lapisan pelindung/coating D.Debris, roughness and friction of stainless steel
archwires following clinical use.Angle
masih memiliki sifat yang sama/uniform dengan ikatan
Orthod.2010;80:521-7
yang masih kuat. Namun akibat perendaman dalam 4. Regis S Jr, Soares P, Camargo E.S, Guariza Filho O, Tanaka
saliva, terjadi perubahan ikatan dalam lapisan pelindung/ O, Maruo H. Biodegradation of orthodontic metallic brack-
coating, hal ini menyebabkan perubahan terhadap ets and associated implications for friction. Am J Orthod
struktur, sifat dan performa. Hal tersebut secara fisik Dento facial Orthop. 2011;140:501-9.
dapat dilihat dari perubahan surface/permukaan lapisan 5. Bazakidou E, Nanda R.S, Duncanson M.G Jr, Sinha P.
pelindung/coating yang lebih kasar dikarenakan telah Evaluation of frictional resistance in esthetic brackets. Am
terjadi proses degradasi. J Ortho dDento facial Orthop. 1997;112:138-44.
Efek saliva terhadap friksi braket dan kawat 6. Puspitasari Y. 2013.Pengaruh saliva buatan terhadap
perubahan morfologi, komposisi kimia dan pelepasan ion
masih kontrofersi. artifisial saliva meningkatkan
ni pada busur niti superelastic dan busur nickel titanium
koefisien gesek dari kawat beta-titanium, stainless-steel, ever white (penelitian eksperimental laboratoris), Program
dan nickel titanium yang di lewatkan pada slot braket pendidikan dokter gigi spesialis program studi Ortodonsia
stainlee-steel. saliva menurunkan friksi 15% sampai 19% fakultas kedokteran gigi Universitas Air langga, Surabaya.
antara braket dan kawat stainless-steel. Penelitian yang 7 Elayyan F, Silikas N, Bearn D. Mechanical properties of
lain menunjukan saliva dan artifisial saliva tidak mereduksi coated superelastic arch wires in conventional and self-
friksi secara siknifikan.9 ligating orthodontic brackets. Am J Orthod Dento facial
Menurut Sadique dkk10, friksi di pengaruhi oleh Orthop2010;137:213-7.
ketebalan dari lapisan pelindung. Namun jika kekasaran 8 Utkarsh U. Preeti A. Anju L. Amol H. Friction-An
Overview.Asian J of Oral Health. 2011;1;55-57
permukaan braket lebih besar daripada ketebalan lapisan
9 Thorstenson G, Kusy R. Influence of stainless steel in-
pelindung maka akan terjadi penetrasi pada lapisan serts on the resistance to sliding of esthetic brackets with
pelindung menyebabkan kerusakan pada lapisan secondorder angulation in the dry and wet states. Angle
pelindung hingga terlepas dari kawat. Hal ini akan Orthod.2003;73:167–175
48 Majalah Ortodontik Juni 2015, Edisi kesatu 44-48

10 Sadique S.E, Ramakrishna S, Batchelor A.W, Bing C.H. In


vitro frictional behavior and wear patterns between con-
temporary and aesthetic composite orthodontic brackets
and archwires. Wear. 2006;261:1121–1139
11 Elayyan F, Silikas N, Bearn DEx vivo surface and me-
chanical properties of coated orthodontic archwires.Eur J
Orthod.. 2008;30:661–667

You might also like