Skripsi Diajukan Guna Memenuhi Persayaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep)

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 150

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP

PENGETAHUAN IBU HAMIL USIA GESTASI 36-40 MINGGU


TENTANG CARA MENYUSUI DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PISANGAN

Skripsi

Diajukan Guna Memenuhi Persayaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep)

OLEH

YULI SRI MULYANI

1112104000033

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

TAHUN 2016 M/ 1438 H


ii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
SCHOOL OF NURSING
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA
Undergraduate Thesis, June 2016

Yuli Sri Mulyani, NIM : 1112104000033


The Effect Of Health Education On The Knowledge Of 36-40 Weeks
Prenatal Mother About Breastfeeding Technique At Job Region of Pisangan
Community Health Center
Xx + 87 pages + 2 images + 10 attachments

ABSTRACT
Breastfeeding is a natural process and is an art that must be learned back in. The
ignorance of mother about breastfeeding technique properly and correctly will
have an impact on the exclusive breastfeeding. Therefore it required a knowledge
so that the mother will be able to do breastfeeding properly. One of the effort to
improve mother’s knowledge about breastfeeding technique is through health
education. Health education delivered using an individual technique with lecture
technique and demonstration with a model instrument. The purpose of this
research was to determine the effect of health education on the knowledge of 36-
40 weeks prenatal mother about breastfeeding technique at at job region of
Pisangan Community Health Center. This quasy experimental study was using
one group pre post test repeated measured design and conducted in 16 pregnant
mothers aged 36-40 weeks by using convenience sampling. On the statistical
calculation, the result of Paired T-test on the 1st pretest and posttest showed an
escalation in the knowledge level C1 and C2 significantly between before and
after the intervention (p=0,000). While on the 1st posttest and 2nd posttest that
were tested using Wilcoxon test showed there’s no significant difference
(p=0,059). On the knowledge level C3 also showed a significant escalation after
the intervention (p=0,003) during the pretest and 1st posttest. While during 1st
posttest and 2nd posttest showed there’s also no difference (p=0,687). So, it can be
concluded that health education could affect an improvement of the mother’s
knowledge significantly about breastfeeding technique.

Keywords: knowledge, health education, breastfeeding technique

Reference: 106 references

iii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


Skripsi, Juni 2016
Yuli Sri Mulyani, NIM : 1112104000033
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Ibu Hamil Usia
Gestasi 36-40 Minggu Tentang Cara Menyusui Di Wilayah Kerja Puskesmas
Pisangan

Xx + 87 halaman + 14 tabel + 2 Gambar + 10 lampiran

ABSTRAK
Menyusui adalah suatu proses alamiah dan merupakan suatu seni yang harus
dipelajari kembali. Ketidaktahuan ibu tentang cara menyusui secara baik dan
benar akan berdampak pada pemberian ASI Eksklusif. Untuknya diperlukan
pengetahuan yang agar ibu mampu menyusui dengan benar. Maka salah satu
upaya untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang cara menyusui ini adalah
dengan cara pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan individual ini
disampaikan menggunakan penyampaian materi dan demonstrasi menggunakan
alat peraga. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan
kesehatan individual terhadap pengetahuan ibu hamil dengan usia gestasi 36-40
minggu di wilayah kerja puskesmas Pisangan. Penelitian quasy experiment ini
menggunakan metode one group pre post test repeated measured design yang
dilakukan pada 16 ibu hamil usia 36-40 minggu menggunakan convenience
sampling. Pada perhitungan statistik, hasil uji paired t-test pada pretest dan
postest 1 menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan tingkat C1 dan C2 yang
signifikan antara sebelum dan sesudah intervensi (p = 0.000). sedangkan pada
postest 1 dan postest 2 yang diuji menggunakan uji Wilcoxon menunjukkan tidak
ada perbedaan yang signifikan (p = 0.059). Pada pengetahuan tingkat C3
menunjukkan peningkatan yang signifikan pula setelah diintervensi (p=0.003)
pada saat pretest dan postest 1. Sedangkan pada saat postest 1 dan postest 2 tidak
terdapat perbedaan (p=0.687). Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendidikan
kesehatan yang dilakukan dapat berpengaruh secara signifikan meningkatkan
pengetahuan ibu tentang cara menyusui.

Kata Kunci : Pengetahuan, Pendidikan Kesehatan, Cara Menyusui


Referensi : 106 referensi

iv
v
vi
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Yuli Sri Mulyani

Tempat, Tanggal Lahir : Pandeglang, 15 Juli 1995

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Kp. Cimeong RT 002 RW 002 Desa Ramaya


Kecamatan Menes Kabupaten Pandenglang, Banten
42262

Nomor HP : 089634367574

Email : [email protected]

Fakultas/Jurusan : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/ Program Studi


Ilmu Keperawatan

PENDIDIKAN

1. RA Mathla’ul Anwar Cibongkok Lulus tahun 2000


2. MI Mathla’ul Anwar Cibongkok Lulus tahun 2006
3. MTs Mathla’ul Anwar Pusat Menes Lulus tahun 2009
4. MA Mathla’ul Anwar Pusat Menes Lulus tahun 2012
5. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2012 - sekarang

ORGANISASI

1. Dewan Kerja Ranting Menes 2009-2011


2. Dewan Ambalan 2011-2012
3. CSSMoRA (LSO Majalah Denta) 2012-2013
4. CSSMoRA (Staf Ahli Depkominfo) 2013-2014
5. HMPSIK (Staf Ahli Pengsosmas) 2014-2015

viii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Ibu Hamil

Usia Gestasi 36-40 Minggu Tentang Cara Menyusui Di Wilayah Kerja

Puskesmas Pisangan” yang disusun dan diajukan sebagai salah satu persyaratan

memperoleh gelar sarjana.

Selama proses pendidikan dan penyusunan skripsi ini, penulis banyak

menerima bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih dan

penghargaan sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., M.Sc. selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ns. Kustati Budi Lestari, M.Kep., Sp. Kep. An selaku dosen pembimbing I

dan sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang senantiasa membimbing,

meluangkan waktu, pikiran, tenaga, memberi arahan,semangat dan motivasi

hingga saat ini.

4. Ns. Eni Nur’aini Agustini, S.Kep, MSc selaku dosen pembimbing II yang

senantiasa memberi arahan dan waktu serta pikiran dalam proses penyusunan

skripsi ini.

ix
5. Ns. Waras Budi Utomo, S.Kep.,MKM selaku dosen pembimbing II pengganti

yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga serta pikiran dalam proses

bimbingan selama ini dengan penuh keikhlasan dan kesabaran.

6. Yenita Agus, SKp.,M.Kep.,PhD dan Puspita Palupi, M.Kep, Ns.Sp.Kep.Mat.

selaku dosen penguji skripsi, terimakasih penulis haturkan atas saran dan

kritik yang membangun demi memperbaiki skripsi ini. Segenap staff pengajar

dan karyawan di lingkungan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Segenap staff bidang akademik dan karyawan perpustakaan yang telah banyak

membantu kelancaran administratif dan membantu pengadaan referensi-

referensi sebagai bahan rujukan skripsi.

8. Staff karyawan puskesmas Pisangan yang telah membantu dan memberikan

kesempatan peneliti untuk melakukan penelitian.

9. Orangtuaku yang selalu mendukung dan memberikan kasih sayang dengan

tulus, doa, serta semangat yang tulus dan ikhlas, Bapak E. Lukman Sama dan

Mamah Neni Suherni. Semua ketulusan dan keikhlasanmu semoga menjadi

jalan untuk kita bertemu di tempat terindah kelak.

10. Kakak-kakakku tersayang, Enong Agustina Ferianti dan E. Rian Feriana yang

selalu memberikan dukungan dan kasih sayang kepada peneliti. Tidak ada

langit yang selalu biru, begitu pula tidak ada langit yang selalu hitam.

Insyaallah kebahagiaan akan menyertai kita di dunia dan akhirat nanti.

11. Adik-adikku terkasih, Ismi Baetuljannah dan Silmi Kaffah yang selalu

memberikan semangat kepada peneliti.

x
12. Kementrian Agama yang telah memberikan kesempatan sehingga peneliti

mampu berkuliah yang menerima beasiswa penuh hingga saat ini.

13. Sahabat-sahabatku PSIK angkatan 2012, CSSMoRA UIN Jakarta angkatan

2012, serta CSSMoRA UIN Jakarta. Kita bersama-sama bersusah payah,

bercanda gurau, dan berjuang bersama menuju kesuksesan yang untuk

mendapatkannya tentu tidaklah mudah. Semua keluh, kesah, kasih, tangis,

tawa, serta semangat yang kalian membuat kita semakin erat. Terimakasih atas

semuanya, semoga kita semua senantiasa diberi rahmat dan lindungan-Nya.

Ciputat, Juni 2016

Yuli Sri Mulyani

xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. ii

ABSTRACT .......................................................................................................... iii

ABSTRAK ............................................................................................................ iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN....................................................................... v

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. vi

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP .......................................................................... viii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvi

DAFTAR BAGAN ............................................................................................. xvii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xviii

DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xx

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A.Latar Belakang .................................................................................................... 1

B.Rumusan Masalah ............................................................................................... 4

C.Pertanyaan Penelitian .......................................................................................... 5

D.Tujuan Penelitian................................................................................................. 6

E.Manfaat Penelitian ............................................................................................... 6

F.Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 9

A.Kehamilan ........................................................................................................... 9

xii
1. Definisi ..................................................................................................................... 9

2. Pendidikan Prenatal Pada Usia Kehamilan Trimester Tiga ...................................... 9

B.Anatomi Payudara ............................................................................................. 11

C.Fisiologi Laktasi ................................................................................................ 11

D.Menyusui/Laktasi .............................................................................................. 13

1. Pengertian ............................................................................................................... 13

2. Manfaat Menyusui .................................................................................................. 13

3. Faktor yang Mempengaruhi Sikap Ibu Terhadap Pemberian ASI .......................... 15

4. Persiapan Agar Ibu Berhasil Menyusui .................................................................. 15

5. Cara Menyusui yang Benar .................................................................................... 15

6. Tanda Menyusu yang Benar ................................................................................... 19

E.Konsep Pengetahuan .......................................................................................... 19

1. Pengertian Pengetahuan .......................................................................................... 19

2. Tingkat Pengetahuan .............................................................................................. 20

3. Cara Memperoleh pengetahuan .............................................................................. 22

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ................................................... 24

5. Pengukuran Pengetahuan ........................................................................................ 26

F.Pendidikan Kesehatan ........................................................................................ 27

1. Pengertian ............................................................................................................... 27

2. Tujuan Pendidikan Kesehatan ................................................................................ 27

3. Metode Pendidikan Kesehatan Individual .............................................................. 28

4. Alat Bantu Pendidikan Kesehatan .......................................................................... 29

G.Teori Memori .................................................................................................... 32

H. Precede-Proceed Model ............................................................................................... 34

I. Penelitian Terkait ......................................................................................................... 35

J. Kerangka Teori ................................................................................................ 39

xiii
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ............ 40

A.Kerangka Konsep .............................................................................................. 40

B.Definisi Operasional .......................................................................................... 41

C.Hipotesis ............................................................................................................ 44

BAB IV METODE PENELITIAN .................................................................... 45

A.Desain Penelitian .............................................................................................. 45\

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................ 46

C.Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................................ 46

D.Instrumen Penelitian .......................................................................................... 47

E.Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................................................. 49

F.Pengumpulan Data ............................................................................................. 50

G.Prosedur Intervensi ............................................................................................ 51

H.Pengolahan Data ................................................................................................ 52

I.Metode Analisis Data.......................................................................................... 53

J.Etika Penelitian ................................................................................................... 55

BAB V HASIL PENELITIAN ........................................................................... 57

A.Analisis Univariat .............................................................................................. 57

B.Analisa Bivariat ................................................................................................. 63

BAB VI PEMBAHASAN.................................................................................... 67

A.Karakteristik Responden ................................................................................... 67

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ........................................................... 67

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ................................................. 68

xiv
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ................................................... 69

4. Karakteristik Responden Berdasarkan Suku........................................................... 69

5. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Paritas ............................................. 70

B.Pengetahuan Responden .................................................................................... 71

C.Keterbatasan Penelitian ..................................................................................... 81

BAB VII PENUTUP............................................................................................ 82

A.Kesimpulan........................................................................................................ 82

B.Saran ................................................................................................................. 83

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional ............................................................................. 41

Tabel 4.1 Kisi-kisi Kuesioner Pengetahuan Ibu Tentang Cara Menyusui ............ 59

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Usia Responden ................................................... 59

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Terakhir Responden.......................... 60

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden........................................... 61

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Suku Responden .................................................. 61

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Status Paritas Responden ..................................... 62

Tabel 5.6 Gambaran Rata-rata Pengetahuan Responden Sebelum dan Sesudah


Diberikan Intervensi Penddidikan Kesehatan Tentang Cara Menyusui ............... 63

Tabel 5.7 Gambaran Pengetahuan Tingkat C1 dan C2 Responden ...................... 63

Tabel 5.8 Gambaran Pengetahuan Tingkat C3 Responden ................................... 64

Tabel 5.9 Distribusi Hasil Normalitas Pengetahuan Ibu Prenatal dengan Usia
Kehamilan 36-40 minggu Tentang Cara Menyusui .............................................. 65

Tabel 5.10 Analisa Beda Rerata Skor Pengetahuan Tingkat C1 dan C2 Responden
Pretest dan Postest 1 ............................................................................................. 66

Tabel 5.11 Analisa Beda Rerata Skor Pengetahuan Domain C1 dan C2 Responden
Postest 1 Dan Postest 2 ......................................................................................... 67

Tabel 5.12 Distribusi Analisa Beda Rerata skor Pengetahuan Domain C3


Responden Pretest dan Postest 1 .......................................................................... 68

Tabel 5.13 Distribusi Analisa Beda Rerata skor Pengetahuan Domain C3


Responden Postest 1 dan Postest 2 ....................................................................... 68

xvi
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Urutan Pemprosesan Informasi ........................................................ 34

Bagan 2.2 Model Precede Proceed.................................................................... 35

Bagan 2.3 Kerangka Teori Penelitian ............................................................... 39

Bagan 3.1 Kerangka Konsep ............................................................................. 40

xvii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Perlekatan Bayi Saat Menyusu .................................................... 18

Gambar 2.2 Kerucut Elgar Dales ...................................................................... 31

xviii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Persetujuan Responden

Lampiran 2. Kuesioner Penelitian

Lampiran 3. Cheklist Observasi

Lampiran 4. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas

Lampiran 5. Satuan Acara Penyuluhan

Lampiran 6. Media Leaflet

Lampiran 7. Rekapitulasi Skor Pengetahuan Responden

Lampiran 8. Hasil Uji Validitas

Lampiran 9. Hasil Uji Reliabilitas

Lampiran 10. Analisis Univariat

Lampiran 11. Analisis Bivariat

xix
DAFTAR SINGKATAN

ASI = Air Susu Ibu

Depkes RI = Departemen Kesehatan Republik Indonesia

KB = Keluarga Berencana

Puskesmas = Pusat Kesehatan Masyarakat

Riskesdas = Riset Kesehatan Dasar

WHO = World Health Organization

xx
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persentase pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan di Indonesia pada

tahun 2013 sebesar 54,3%, sedikit meningkat bila dibandingkan dengan tahun

2012 yang sebesar 48,6%. Kondisi ini dapat terwujud karena usaha-usaha yang

dilakukan oleh Dinas Kesehatan, seperti konseling menyusui, pemberdayaan ibu,

keluarga, dan masyarakat dalam praktek pemberian ASI dan kegiatan promotif

dan preventif lain yang telah dilakukan (Kementrian Kesehatan RI, 2014).

Bayi yang mendapatkan ASI segera setelah lahir memiliki kesempatan

hidup sebanyak 22% dari bayi yang meninggal sebelum usia satu bulan. Menyusui

sejak dini dapat menurunkan risiko kematian karena hypothermia (kedinginan)

serta dapat menjamin kelangsungan hidupnya. Persentase pemberian ASI

eksklusif pada bayi 0-6 bulan tertinggi pada tahun 2013 terdapat di Nusa

Tenggara Barat sebesar 79,74%, diikuti oleh Sumatera Selatan sebesar 74,49%,

dan Nusa Tenggara Timur sebesar 74,37%. Sedangkan persentase pemberian ASI

eksklusif terendah terdapat di Provinsi Maluku sebesar 25,21%, diikuti oleh Jawa

Barat sebesar 33,65% dan Sulawesi Utara sebesar 34,67%. Di Banten presentase

pemberian ASI eksklusif yaitu sebesar 58,37%. Angka ini tentu masih rendah jika

dibandingkan dengan target pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan

sebesar 80% yang dicanangkan oleh pemerintah (Kementrian Kesehatan RI,

2014). Sehingga diperlukan upaya-upaya untuk mengatasi hal tersebut.

1
2

Air Susu Ibu (ASI) merupakan satu jenis makanan yang mencukupi

seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual. ASI

mengandung nutrisi, hormon, unsur kekebalan faktor pertumbuhan, antialergi

serta anti inflamasi. Zat- zat anti infeksi yang terkandung dalam ASI membantu

melindungi bayi terhadap penyakit, selain itu terdapat hubungan penting antara

menyusui dengan penjarangan kehamilan (KB). Keunggulan ASI tersebut perlu

ditunjang dengan cara pemberian ASI yang benar, antara lain pemberian ASI

segera setelah lahir (30 menit pertama bayi harus sudah disusukan) kemudian

pemberian ASI saja sampai bayi umur 6 bulan (ASI eksklusif), selanjutnya

pemberian ASI sampai 2 tahun dengan pemberian makanan pendamping ASI

yang benar (Purwanti, 2004).

Menyusui merupakan suatu hal yang alamiah, namun untuk keberhasilan

dalam menyusui tetap memerlukan pengetahuan tentang ASI dan tatalaksananya

(Roesli, 2009). Menyusui mempunyai peran penting untuk menunjang

pertumbuhan, kesehatan, dan kelangsungan hidup bayi karena ASI kaya dengan

zat gizi dan antibodi. Selain itu bagi ibu, menyusui dapat mengurangi morbiditas

dan mortalitas karena proses menyusui akan merangsang kontraksi uterus

sehingga mengurangi perdarahan pasca melahirkan (postpartum) (RISKESDAS,

2013).

Ketidaktahuan ibu tentang cara menyusui secara baik dan benar akan

berdampak pada pemberian ASI Eksklusif. Ketidaktahuan ini dapat menyebabkan

ketidaktepatan dalam meletakan dan memposisikan bayi saat menyusui yang

termasuk dalam salah satu dari penyebab utama terjadinya kegagalan laktasi

(Gadhavi, 2013). Pemberian ASI eksklusif berpengaruh pada kualitas kesehatan


3

bayi. Semakin sedikit jumlah bayi yang mendapat ASI eksklusif, maka kualitas

kesehatan bayi dan anak balita akan semakin buruk, karena pemberian makanan

pendamping ASI yang tidak benar menyebabkan gangguan pencernaan yang

selanjutnya menyebabkan gangguan pertumbuhan (Sukmawati, 2014). Untuk itu

diperlukan adanya upaya untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang pemberian

ASI.

Penelitian yang dilakukan oleh Nurbaeti & Lestari (2013) menyatakan

penting adanya pendidikan tentang menyusui dan membimbing ibu agar dapat

melakukan posisi perlekatan bayi yang benar, hal ini bertujuan agar dapat

mengurangi masalah-masalah yang berkaitan dengan perlekatan bayi tidak benar

pada saat menyusui, seperti puting perih, lecet atau berdarah, dan bayi kurang

puas dalam menyusu, sehingga mengakibatkan gagalnya program ASI ekslusif.

Penelitian yang dilakukan oleh Lin, Chien, Tai, & Lee (2008)

menunjukkan bahwa breastfeeding education pada masa prenatal dengan usia

kehamilan 20-36 minggu, efektif untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan

kepuasan mereka dalam menyusui. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa

breastfeeding education pada masa prenatal mampu menurunkan masalah saat

menyusui setelah postpartum.

Peningkatan pengetahuan ibu dalam pemberian ASI dapat dilakukan

dengan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan dapat menggunakan berbagai

metode, salah satunya yaitu dengan metode penyuluhan secara individual.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Haroon, Das, Salam, Imdad, & Bhutta

(2013) menunjukkan bahwa penyuluhan individual tentang menyusui lebih efektif

dibandingkan dengan penyuluhan kelompok. Hal ini sesuai dengan penelitian


4

Hanum, Nurchayati, & Hasneli (2015) yang menyatakan bahwa pendidikan

kesehatan secara individual mampu meningkatkan pengetahuan seseorang.

Hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada 10 ibu menyusui di

wilayah kerja puskesmas Pisangan menunjukkan bahwa pengetahuan tentang cara

menyusui masih kurang. Sebanyak 7 (tujuh) ibu mengatakan bahwa mereka tidak

mengetahui bagaimana posisi dan pelekatan yang benar saat menyusui, tidak

mengetahui manfaat posisi dan pelekatan yang benar saat menyusui, serta tidak

mengetahui dampak bagi ibu dan bayi jika ibu menyusui bayi dalam posisi dan

pelekatan yang salah. Apabila hal ini tidak diatasi maka akan berdampak buruk

bagi kesehatan ibu dan bayi. Oleh karena itu peneliti ingin melakukan penelitian

tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan ibu hamil usia

gestasi 36-40 minggu tentang cara menyusui di wilayah kerja puskesmas

Pisangan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diketahui bahwa cakupan

pemberian ASI di provinsi Banten masih rendah yaitu 58,37%. Salah satu faktor

yang menyebabkan hal tersebut merupakan kurangnya pengetahuan ibu tentang

pemberian ASI. Apabila hal ini terus berlangsung maka akan berdampak buruk

bagi ibu dan terutama bagi anak yang membutuhkan ASI untuk keberlangsungan

pertumbuhan dan perkembangannya. Selain itu masalah lainnya seperti terjadinya

puting lecet, puting perih, berdarah dan masalah lainnya. Hasil studi pendahuluan

yang peneliti lakukan di wilayah kerja puskesmas Pisangan menunjukkan bahwa

pengetahuan tentang cara menyusui masih kurang. Meskipun di puskemas ini


5

pernah dilakukan pendidikan kesehatan tentang ASI dengan metode ceramah,

namun hasilnya belum begitu memuaskan.

Hal tersebut di atas menunjukkan pentingnya pendidikan kesehatan

dengan metode pendidikan kesehatan individual untuk mencegah terjadinya

masalah yang berlanjut saat pemberian ASI. Peneliti telah melakukan studi

literatur tentang pendidikan kesehatan dengan metode pendidikan kesehatan

individual efektif untuk meningkatkan pengetahuan ibu, serta mampu mengubah

sikap dan perilaku. Di puskesmas Pisangan ini belum pernah dilakukan

pendidikan kesehatan individual kepada ibu hamil tentang cara menyusui. Oleh

karena itu peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh pendidikan kesehatan terhadap

tingkat pengetahuan ibu hamil tentang cara menyusui di wilayah kerja Puskesmas

Pisangan.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana karakteristik ibu hamil dengan usia gestasi 36-40 minggu di

wilayah kerja puskesmas Pisangan?

2. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil dengan usia gestasi

36-40 minggu di wilayah kerja puskesmas Pisangan sebelum diberikan

pendidikan kesehatan?

3. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil dengan usia gestasi

36-40 minggu di wilayah kerja puskesmas Pisangan setelah diberikan

pendidikan kesehatan?

4. Bagaimana pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan

tentang cara menyusui?


6

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan

ibu hamil dengan usia gestasi 36-40 minggu tentang cara menyusui.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik ibu hamil dengan usia gestasi 36-40 minggu

di wilayah kerja Puskesmas Pisangan.

b. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil dengan usia gestasi 36-40

minggu tentang cara menyusui di wilayah kerja Puskesmas Pisangan

sebelum diberikan pendidikan kesehatan.

c. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil dengan usia gestasi 36-40

minggu tentang cara menyusui di wilayah kerja Puskesmas Pisangan

setelah diberikan pendidikan kesehatan.

d. Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat

pengetahuan ibu hamil tentang cara menyusui di wilayah kerja

Puskesmas Pisangan.

E. Manfaat Penelitian

1. Pelayanan Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan bagi perawat dalam

menjalankan perannya sebagai pendidik kesehatan dan penyuluh

kesehatan dalam melaksanakan program penyuluhan atau pendidikan

kesehatan bagi ibu hamil tentang cara menyusui.


7

2. Institusi Pendidikan Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam pendidikan

keperawatan terutama keperawatan maternitas dan anak yang berguna

dalam mengembangkan metode yang efektif untuk melakukan promosi

kesehatan.

3. Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi masyarakat untuk

semakin meningkatkan pengetahuannya, serta mampu mengubah perilaku

masyarakat saat menyusui bayi mereka.

4. Bagi Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi evidence base practice

dalam upaya mencegah masalah pemberian ASI pada ibu menyusui.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifiksi pengaruh pendidikan kesehatan

terhadap pengetahuan ibu hamil dengan usia gestasi 36-40 minggu di wilayah

kerja Puskesmas Pisangan tahun 2016. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan

Maret-April 2016. Sasaran penelitian ini adalah ibu prenatal 36-40 minggu di

Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan. Penelitian ini menggunakan pendekatan

kuantitatif, desain quasi eksperiment dengan pendekatan one group pre post test

repeated measured design. Intervensi pendidikan kesehatan yang dilakukan sekali

melalui penyuluhan individual. Penelitian ini menggunakan metode pengambilan

data primer berupa wawancara menggunakan kuesioner pengetahuan dan

observasi. Penelitian ini dilakukan karena masih rendahnya pengetahuan ibu


8

tentang bagaimana cara menyusui bayi dengan benar dan perlunya pendidikan

kesehatan baginya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan

1. Definisi

Kehamilan merupakan proses yang terjadi jika ada pertemuan dan

persenyawaan antara sel telur (ovum) dan sel mani (spermatozoa)

(Saminem, 2009). Kehamilan adalah suatu kondisi seorang wanita

memiliki janin yang tengah tumbuh dalam tubuhnya (Molika, 2015). Masa

kehamilan normal berlangsung 40 minggu, yang dihitung dari haid

pertama haid terakhir (Boswick, 1997). Kehamilan dibagi menjadi tiga

trimester, yaitu trimester pertama (0-12 minggu), trimester kedua (13-27

minggu), dan trimester ketiga (28-40 minggu) (Saminem, 2009).

2. Pendidikan Prenatal Pada Usia Kehamilan Trimester Tiga

Pendidikan prenatal merupakan tanggung jawab pemberi asuhan

keperawatan (Hamilton, 1995). Pada saat seorang wanita memasuki usia

kehamilan trimester tiga maka wanita menjadi lebih tertarik dengan

kebutuhan bayi sebagai sesuatu yang wajar terhadap kebutuhannya seniri

saat ini dan setelah melahirkan, mengantisipasi pendekatan perawatan

untuk bayinya setelah lahir, dan sudah merasa siap untuk melahirkan dan

untuk menerima tangguang jawab perawatan bayi, walaupun ia merasa

waspada tentang kedua hal tersebut. Hal ini akan diuraikan sebagai

berikut.

9
10

a. Wanita akan lebih tertarik dengan kebutuhan bayi sebagai sesuatu yang

wajar terhadap kebutuhannya sendiri saat ini dan setelah melahirkan.

Pada masa ibu seorang ibu akan menentukan rencana cara memberi

makan bayi, persiapan untuk memberikan susu botol atau menyusui

(persiapan puting susu dan masase serta pengeluaran kolostrum),

persiapan untuk bayi (peralatan dan bantuan di rumah), dan tanda-

tanda bahaya kehamilan seperti preeklamsia, sakit kepala, bengkak

yang berlebihan, penglihatan ganda dan lingasi tuba.

b. Wanita mengantisipasi pendekatan perawatan untuk bayinya setelah

lahir. Pada masa ini ibu akan mengawasi pertumbuhan dan status janin,

kebersihan personal, penurunan rasa tak nyaman, pengenalan

persalinan palsu, sifat persalinan yang benar, apa yang terjadi selama

persalinan, teknik relaksasi, teknik pernapasan, melibatkan suatu atau

orang terdekat dan pembagian terhadap kebutuhan anak yang lain.

c. Wanita merasa siap untuk melahirkan dan menerima tanggung jawab

perawatan bayi. Pada masa ini ibu akan meninjau kembali tanda-tanda

persalinan, mempelajari atau melanjutkan instruksi tentang teknik

relaksasi dan pernapasan, persiapan akhir di rumah, antisipasi

perawatan di rumah sakit, menentukan rencana untuk pergi ke rumah

sakit, pertimbangan kebutuhan keluarga berencana, dan pengaturan

dalam keadaan darurat.

Menurut Livingstone (1994) pengkajian laktasi harus dilakukan pada masa

prenatal secara formal harus dilakukan dan itu harus menjadi komponen rutin

perawatan antenatal untuk semua wanita. Pada trimester ketiga seorang ibu harus
11

dilatih atau diajarkan tentang bagaimana cara menyusui bayi menggunakan alat

peraga seperti boneka, bola dan balon (Wood, Hineman, & Meyers, 2009).

B. Anatomi Payudara

Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di

atas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi.

Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200

gram, saat hamil 600 gram dan saat menyusui 800 gram (Sari, 2012).

Menurut Roesli (2005) payudara terdiri dari bagian luar (eksternal) dan

bagian dalam (internal). Bagian luar terdiri dari: sepasang buah dada yang terletak

di dada, puting susu, dan daerah kecokelatan di sekitar puting susu (areola

mammae). Sementara bagian dalam terdiri dari empat jaringan utama: kelenjar

susu (mamary alveoli) merupakan pabrik susu, gudang susu (sinus lactiferous)

yang berfungsi menampung ASI, terletak di bawah daerah kecokelatan di sekitar

puting susu, saluran susu (ductus lactiferous) yang mengalirkan susu dari pabrik

susu ke gudang susu, serta jaringan penunjang dan pelindung, seperti jaringan ikat

dan sel lemak yang melindungi.

C. Fisiologi Laktasi

Selama kehamilan, hormon estrogen dan progesteron menginduksi

perkembangan alveolus dan duktus laktiverus di dalam mamae atau payudara dan

juga merangsang produksi kolostrum. Namun, produksi ASI tidak berlangsung

sampai sesudah kelahiran bayi ketika kadar hormon sterogen ini menurun.

Penurunan kadar estrogen ini memungkinkan meningkatnya kadar prolaktin dan


12

produksi ASI pun dimulai. Produksi prolaktin yang berkesinambungan

disebabkan oleh proses menyusui (Bahiyatun, 2009).

Pelepasan ASI berada di bawah kendali neuroendokrin. Rangsangan

sentuhan pada payudara yaitu bayi menghisap akan merangsang produksi

prolaktin yang memicu sel-sel kelenjar memproduksi ASI, sehingga semakin

sering bayi menysuu semakin banyak prolaktin yang diproduksi sehingga makin

banyak produksi air susu. Proses ini dikenal dengan refleks prolaktin (Pitriani,

2014).

Prolaktin menstimulasi produksi air susu, tetapi diperlukan hormon lain

untuk mengeluarkan air susu ke permukaan puting susu. Stimulasi

mekanoreseptor areolar oleh isapan bayi akan mengaktivasi jalur saraf yang naik

ke nukleus paraventrikel dan nukleus supraoptik hipotalamus melalui nukleus

servikalis lateral pada batang otak. Jalur saraf ini mengeksitasi neuron

magnoselular untuk menyekresi oksitosin secara pulsatil ke dalam darah dalam

interval 10-20 menit. Masih belum jelas bagaimana stimulus pengisapan, yang

berlangsung terus-menerus, dapat ditranslasi menjadi aktivitas sel penyekresi

oksitosin secara episodik. Sekresi pulsatil oksitosin tampaknya terjadi karena

aktivasi stimultan semua neuron oksitosin di kedua nukleus.

Hormon oksitosin merupakan stimulan sel mioepitel yang poten, yang

memompa air susu dari sinus laktiferus ke luar puting hingga sampai ke mulut

bayi. Keluarnya air susu ini menigkatkan refleks isapan bayi lebih lanjut,

menyebabkan lebih banyak oksitosin yang disekresi, sehingga terbentuklah sistem

umpan balik positif lainnya yang bekerja sampai bayi kenyang. Refleks
13

pengeluaran (ejeksi) air susu juga distimulasi sebagai respons terhadap tangisan

bayi sebagai akibat pengkondisian psikologis. Namun demikian, stres pada ibu

bisa menginhibisi dengan kuat refleks pengeluaran air susu ini, sehingga stres

pada ibu ini merupakan salah satu penyebab kegagalan laktasi tersering pada para

ibu baru (Ward, 2009).

D. Menyusui/Laktasi

1. Pengertian

Menyusui merupakan salah satu komponen dari komponen dari sistem

reproduksi: hamil, melahirkan, dan menyusui. Proses menyusui tidak selalu

berjalan baik karena menyusui itu bukan sesuatu yang terjadi dengan

sendirinya, tetapi merupakan suatu keterampilan yang perlu diajarkan dan

dipersiapkan sejak hamil (Yuliarti, 2010).

Menyusui adalah suatu proses ilmiah dan merupakan suatu seni yang

haru dipelajari kembali. Untuk keberhasilan menyusui tidak diperlukan alat-

alat khusus dan biaya mahal. Yang diperlukan hanyalah kesabaran, waktu,

sedikit pengerahuan tentang menyusui, dan dukungan dari lingkungan

terutama suami (Roesli, 2005).

2. Manfaat Menyusui

Jika seorang ibu memberikan air susu ibu kepada bayi akan

menguntungkan baik bagi bayi tersebut maupun untuk ibu sendiri.

Manfaat menyusu bagi bayi


14

a) Air susu ibu merupakan makanan bayi yang mudah dicerna, bersih,

aman dari kuman, selalu siap disajikan, mengandung zat gizi dan zat

pelindung yang dibutuhkan bayi.

b) Bayi yang mendapat ASI jarang mengalami mencret atau diare, alergi,

sembelit, terhindar dari kelebihan kalori, dan mendapat perasaan aman

dalam dekapan ibu.

c) Gerakan menghisap payudara ibu tiap menyusui akan memperkuat

rahang dan merangsang pertumbuhan gigi bayi tersebut.

Manfaat menyusui bagi ibu

a) Mempercepat proses pemulihan rahim ke ukuran sebelum melahirkan.

b) Mengurangi kemungkinan terjadinya kanker payudara di kemudian

hari.

c) Mempercepat jalinan kasih sayang antara ibu dan bayi.

d) Menghemat serta mudah mendapatkannya (Manuaba, 2009).

Manfaat menyusui sangat menonjol bagi ibu dan bayi yang memiliki

kebutuhan khusus. Bagi bayi menyusu menawarkan kenyamanan dan manfaat

kesehatan. Bagi Ibu, ada berbagai keuntungan praktis dan terangakatnya

moral ketika Ibu berhasil melakukannya. Baik Ibu maupun bayi

membutuhkan bantuan dan dukungan yang sebaik mungkin untuk

membangun proses menyusui, dengan mempertimbangkan kebutuhan dan

situasi perorangan (Moody, 2006).


15

3. Faktor yang Mempengaruhi Sikap Ibu Terhadap Pemberian ASI

Menurut Megasari (2015) faktor yang mempengaruhi sikap ibu terhadap

pemberian ASI antara lain: adat, kebiasaan, kepercayaan tentang menyusui

di daerah masing-masing, pengalaman menyusui pada kelahiran anak

sebelumnya, kebiasaan menyusui dalam keluarga atau kerabat, pengetahuan

ibu dan keluarganya tentang manfaat ASI dan sikap ibu terhadap

kehamilannya (diinginkan atau tidak).

4. Persiapan Agar Ibu Berhasil Menyusui

Menurut Yuliarti (2010) persiapan yang perlu dilakukan pada ibu agar

berhasil dalam menyusui yaitu persiapan fisik berupa makanan yang bergizi

disesuaikan dengan keperluan ibu hamil agar kenaikan berat badan ibu

selama hamil adalah sekitar 11 kg, senam hamil, pemeriksaan kehamilan

yang teratur dan cukup istirahat. Selanjutnya yaitu persiapan mental ibu

berupa meyakinkan ibu bahwa menyusui merupakan proses alamiah dan

setiap ibu dapat menyusui asalkan dilaksanakan dengan baik, menambah

pengetahuan ibu tentang manfaat ASI dan menjelaskan tentang mitos seputar

ASI sehingga ibu termotivasi untuk menyusui dan mengikutsertakan suami

dan anggota keluarga lain untuk mendukung ibu dalam menyusui (Manuaba,

2007).

5. Cara Menyusui yang Benar

Menurut Yuliarti (2010) jika seorang ibu menyusui dengan posisi dan

cara meletakan yang salah akan menyebabkan terjadinya sindrom ASI

kurang. Sindrom ASI kurang ini akan menyebabkan terhambatnya


16

pertumbuhan pada bayi. Seringkali payudara mengalami pecah-pecah dan

terdapat fisura disebabkan oleh kelalaian menyusui dan tindakan aseptik.

Kebutuhan belajar yang penting bagi ibu baru adalah teknik menyusui dan

mencuci tangan yang baik. Bila terjadi abses maka ibu harus menghentikan

menyusui, berikan dorongan pada mereka untuk menyatakan

ketidakpuasannya dan menikmati saat menggendong dan mengasuh bayinya

(Hamilton, 1995).

Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada

puting dan di sekitar kalang payudara. Cara ini mempunyai manfaat sebagai

desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu. Jika ibu duduk saat akan

menyusui maka lebih baik menggunakan kursi yang rendah (agar kaki ibu

tidak menggantung) dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.

Sedangkan posisi berbaring miring merupakan posisi yang amat baik unTuk

pemberian ASI yang pertama kali atau bila ibu merasa lelah atau merasa nyeri

(Bahiyatun, 2009).

a) Posisi dan Pelekatan Saat Menyusui

Posisi menyusui sangat menentukan kenyamanan bayi dan ibu sendiri,

maka dari ibu perlu mengetahui bagaimana posisi yang benar saat menyusui

(Sulistianingsih, 2012). Dengan posisi menyusui yang benar, puting susu

lecet tidak terjadi. Selain itu, ASI pun mengalir secara optimal sehingga

mempengaruhi produksi ASI selanjutnya (Priyono, 2010).

Depkes RI (2002) membagi posisi menyusui ke dalam tiga macam

posisi, yaitu:
17

1. Posisi madona atau menggendong

Bayi berbaring menghadap ibu, leher dan punggung atas bayi diletakan

pada lengan bawah lateral payudara. Ibu menggunakan tangan lainnya

untuk memegang payudara jika diperlukan.

2. Posisi football atau menggepit

Bayi berbaring atau punggung melingkar antara lengan dan samping

dada ibu. Lengan bawah dan tangan ibu menyangga bayi, dan ia

menggunakan tangan sebelahnya untuk memegang payudara jika

diperlukan.

3. Posisi berbaring miring

Ibu dan bayi berbaring miring saing berhadapan. Posisi ini merupakan

posisi yang paling aman bagi ibu yang mengalami penyembuhan dari

proses persalinan melalui pembedahan.

Berikut ini penjelasan tentang posisi dan pelekatan saat menyusui

yang benar menurut Depkes RI (2010).

a) Posisi. Pada saat menyusui seorang ibu harus memperhatikan beberapa hal

yaitu menyangga seluruh tubuh bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja,

kepala dan tubuh bayi lurus, menghadapkan bayi ke dada ibu, sehingga

hidung bayi berhadapan dengan puting susu dan mendekatkan badan bayi

ke badan ibu.

b) Pelekatan. Pada saat menyusui seorang ibu harus memperhatikan beberapa

hal yaitu menyentuhkan puting susu ke bibir bayi, menunggu sampai

mulut bayi terbuka lebar, dan segera mendekatkan bayi ke arah payudara
18

sedimikian rupa sehingga bibir bawah bayi terletak di bawah puting susu.

Cara melekatkan yang benar ditandai dengan dagu bayi menempel pada

payudara ibu, mulut bayi terbuka lebar, bibir bawah bayi membuka

keluar, dan areola tampak lebih banyak di bagian atas daripada bagian

bawah.

1. Pegang bayi 2. Pindahkan bagian 3. Jika bayi tidak


menghadap kepala ke belakang membuka ulutnya,
tubuh dan satu atau dua inchi. sentuhkan puting ke
dekatkan hidung Pastikan mulut bayi bibirnya hingga
ke puting. terbuka lebar. terbuka.

4. Hadapkan dan 5. Sebagian 6. Lihat apakah


pindahkan bayi ke besar areoala bayi menelan da
puting. harus masuk ke mengisap dengan
mulut bayi. mudah.

Gambar 2.1 Perlekatan Bayi Saat Menyusu (Bloomberg & Farley, 2012)

c) Pengisapan ASI. Bayi mengisap dengan efektif jika bayi mengisap secara

dalam, teratur yang diselingi istirahat. Pada saat bayi mengisap ASI, hanya

terdengar suara bayi menelan. Amati apakah perlekatan dan posisi bayi

sudah benar dan bayi sudah mengisap dengan efektif. Jika belum, cobalah

sekali lagi.
19

6. Tanda Menyusu yang Benar

Tanda-tanda ibu telah menyusui bayi dengan benar yaitu mulut bayi terbuka

lebar dan bibir terlibat ke luar, dagu dan hidungnya menempel payudara, bayi

telah memasukkan sebanyak mungkin bagian areola ke dalam mulutnya, bayi

menyusu dengan teratur dan mendalam, sebentar-bentar berhenti sesaat, bayi

menelan susu yang diminum secara teratur, dan puting susu terasa nyaman setelah

beberapa kali pemberian susu pertama (Yuliarti, 2010).

Adapun tanda-tanda ibu belum menyusui bayi dengan benar, antara lain:

kepala bayi tidak lurus dengan badannya, bayi hanya menyusu pada puting susu,

tidak menyusu pada areola dengan puting susu masuk jauh ke dalam mulutnya,

bayi menyusu dengan ringan, cepat, dan gugup, tidak menyusu dengan sungguh-

sungguh dan teratur, pipinya berkerut ke arah dalam atau ibu mendengar suara

“cik-cik”, dan ibu tidak mendengar bayinya menelan secara teratur setelah

produksi air susu meningkat (Yuliarti, 2010).

E. Konsep Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini

terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Penghindraan terjadi melalui pacaindra manusia, yakni: indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang (overt behaviour).


20

2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan yang tercakup dalam domain

kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni:

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab

itu, ‘tahu’ ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang

dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,

menyatakan, dan sebagainya. Contoh: dapat menyebutkan tanda-tanda

kekurangan kalori dan protein pada anak balita.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi

tersebut secara benar. Orang telah paham terhadap objek atau materi

harus dapat menjelaskan, menyebutkkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya

dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).

Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-


21

hukum, rumus, metode, prinsip,dan sebagainya dalam konteks atau

situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam

perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-

prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) dalam

pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu

struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja:

dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memsahkan,

mengelompokkan, dan sebagainya.

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya: dapat

menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat

menyesuaikan,dan sebagainya, terhadap suatu teori atau rumusan-

rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-

penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau


22

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya: dapat

membandingkan antara anak-anak yang cukup gizi dengan anak yang

kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya wabah diare di suatu

tempat, dapat menafsirkan sebab ibu-ibu tidak mau ikut KB dan

sebagainya.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari

subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin

kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat

tersebut di atas.

3. Cara Memperoleh pengetahuan

Imron (2010) menggolongkan cara memperoleh atau asal pengetahuan

digolongkan menjadi beberapa cara, yakni:

(1) Konvensional/tradisional atau cara non ilmiah

Cara ini digunakan orang pada saat sebelum ditemukannya suatu

metode ilmiah atau metode penemuan ilmu pengetahuan secara sistematik

dengan berdasarkan ilmu logika. Penemuan pengetahuan secara

konvensional/tradisional ini meliputi:

a. Pengalaman Pribadi (Auto Experience)

Berbagai pengalaman seseorang tentang sesuatu hal, akan menjadi

sangat berguna bagi orang lain. Suatu pengalaman dapat menjadi suatu

ilmu manakala seseorang menghadapi masalah yang sama dan

menggunakan pengalaman orang lain. Jika cocok masalah tersebut


23

akan selesai. Namun, bila ternyata tidak cocok maka orang tersebut

akan mencari cara lain, sehingga masalahnya selesai. Hal ini akan

menjadi sumber kebenaran pengetahuan. Metode berfikir kritis dan

logis diperlukan karena tidak semua pengalaman pribadi dapat

menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar.

b. Belajar dari Kesalahan (Trial and Error)

Cara ini digunakan semenjak belum ditemukannya caa dan metode

untuk menggali pengetahuan secara sistematik dan berdasarkan logika.

Sampai sekarang cara ini masih digunakan dalam memperoleh

pengetahuan baru, khususnya pada aspek tertentu.

c. Kekuasaan/otoritas (Authority)

Pemegang otoritas/kekuasaan pada aspek tertentu sangat dominan

untuk mempengaruhi komunitas masyarakat tertentu, tanpa penalaran

dan bukti-bukti dengan fakta yang mendukung. Para pemegang

otoritas seperti pemimpin pemerintahan, tokoh agama, tokoh adat serta

ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya mempunyai suatu mekanisme

yang hampir sama atau bahkan sama dalam menemukan suatu ilmu

pengetahuan. Dimana orang lain menerima pendapat yang

dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih

dahulu menguji atau membuktikan kebenarannya berdasarkan

penalarannya sendiri berdasar logika dan dianggap benar.

d. Melalui Logika/Pikiran (To Mind)

Dengan semakin maju dan berkembangnya peradaban dan kebudayaan

umat manusia, maka cara berfikirnyapun mulai sedikit demi sedikit


24

mengalami perubahan dan kemajuan. Manusia telah mulai mampu

menggunakan akal pikiran dan penalarannya guna menganalisa suatu

kondisi di sekitarnya.

(2) Melalui Cara Ilmiah

Cara ilmiah merupakan cara yang lebih modern yang dilakukan untuk

memperoleh suatu pengetahuan yang sistematis, logis dan ilmiah. Cara-

cara semacam ini disebut dengan metode penelitian ilmiah atau

metodologi penelitian (research methodology). Pengamatan secara

langsung di lapangan atas suatu gejala atau fenomena alam atau

kemasyarakatan, untuk kemudian dibuat suatu klasifikasi yang pada

gilirannya ditarik suatu kesimpulan.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007) faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan yaitu:

a. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kemampuan dan

kepribadian seseorang di dalam maupun di luar sekolah yang berlangsung

seumur hidup. Pendidikan dapat mempengaruhi proses belajar seseorang,

semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin mudah untuk

menerima informasi. Pendidikan merupakan proses untuk mempelajari dan

meningkatkan ilmu yang diperoleh. Pendidikan yang lebih tinggi akan

secara otomatis berbanding lurus dengan pengetahuan yang dimiliki.


25

b. Media Massa/Informasi

Informasi yang seseorang peroleh baik dari pendidikan formal atau non

formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek, sehingga

menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.

c. Sosial Budaya dan Ekonomi

Tradisi dan kebiasaan dilakukan masyarakat tanpa melalui penalaran

apakah yang dilakukan baik atau buruk. Status ekonomi seseorang dapat

menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan

tertentu, sehingga status sosial ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan

seseorang.

d. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik

lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan dapat berpengaruh

terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada

dalam lingkungan tersebut.

e. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan menjadi cara untuk memperoleh

pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh

dalam pemecahan masalah yang dihadapi di masa lalu.

f. Umur

Umur dapat mempengaruhi daya tangkap serta pola pikir seseorang.

Semakin bertambah umur maka daya tangkap dan pola pikirpun akan

meningkat, sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin membaik.


26

g. Jenis Kelamin

Jenis kelamin merupakan faktor yang mempengaruhi pengetahuan

seseorang. Angka dari luar negri menunjukan wanita memiliki angka

kesakitan yang lebih tinggi dan pria memiliki angka kematian lebih tinggi

pada semua golongan umur.

h. Pekerjaan

Pekerjaan merupakan faktor yang juga dapat berpengaruh terhadap

pengetahuan seseorang dimana pekerjaan merupakan suatu kegiatan atau

aktivitas seseorang untuk memperoleh penghasilan agar dapat terpenuhi.

5. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek

penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui

atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut di atas

pada domain kognitif (Notoatmodjo, 2007).

Tes pengetahuan dilakukan untuk mengukur kemampuan meilih

alternatif pilihan yang merupakan repons yang benar dan bukan untuk

mengukur apakah seseorang dapat bereaksi sesuai dnegan pengetahuan

dasarnya. Mengetahui sesuatu yang benar tidaklah selalu menjamin akan

melakukan sesuatu yang benar (Nursalam & Efendi, 2008).

Nursalam (2008) membagi pengetahuan dalam 3 kategori, yaitu:

a. Baik : Bila 76%-100% dari seluruh pertanyaan mampu dijawab dengan

benar.
27

b. Cukup : Bila 56% - 75% dari seluruh pertanyaan mampu dijawab

dengan benar.

c. Kurang : Bila ≤56% dari seluruh pertanyaan mampu dijawab dengan

benar.

F. Pendidikan Kesehatan

1. Pengertian

Menurut Nyswander (1947) dalam Maulana (2009) pendidikan

kesehatan merupakan proses perubahan perilaku yang dinamis, bukan

hanya proses pemindahan materi dari individu ke orang lain dan bukan

seperangat prosedur yang akan dilaksanakan ataupun hasil yang akan

dicapai.

Pendidikan kesehatan didefinisikan sebagai suatu proses dimana

individu atau sekelompok individu belajar untuk berprilaku dalam suatu

kebiasaan yang kondusif terhadap peningkatan, pemeliharaan dan

pemulihan kesehatan (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, 2007).

2. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Menurut Maulana (2009) pendidikan kesehatan bertujuan untuk:

1) Menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di masyarakat. Oleh

sebab itu, pendidik kesehatan bertanggung jawab mengarahkan cara-cara

hidup sehat menjadi kebiasaan hidup masyarakat sehar-hari.

2) Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok

mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.


28

3) Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan

kesehatan yang ada. Adakalanya, pemanfaatan sarana pelayanan yang ada

dilakukan secara berlebihan atau justru sebaliknya, kondisi sakit, tetapi

tidak menggunakan sarana kesehatan yang ada dengan semestinya.

3. Metode Pendidikan Kesehatan Individual

Metode ini digunakan untuk membina perubahan perilaku baru,

atau membina seseorang yang mulai tertarik kepada suatu perubahan

perilaku. Dasar digunakannya pendekatan individual ini karena setiap

orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan

dengan perilaku tersebut (Notoatmodjo, 2003).

Sasaran pendidikan kesehatan dalam 3 kelompok, yaitu pendidikan

kesehatan individual dengan sasaran individu, pendidikan kesehatan

kelompok dengan sasaran kelompok dan pendidikan kesehatan masyarakat

dengan sasaran masyarakat (Suliha, 2002). Sasaran pendidikan kesehatan

meliputi masyarakat umum dengan berorientasi pada masyarakat

pedesaan, kelompok tertentu (misalnya, wanita, pemuda, remaja, termasuk

lembaga pendidikan), dan individu dengan teknik pendidikan kesehatan

individual (Maulana, 2009).

Menurut Peraturan Presiden No. 12 tahun 2013 tentang jaminan

kesehatan penyuluhan kesehatan perorangan meliputi paling sedikit

penyuluhan mengenai pengelolaan faktor resiko penyakit dan perilaku

hidup bersih dan sehat.


29

Menurut Notoatmodjo (2003) pendidikan kesehatan individual dibagi

menjadi dua, yaitu bimbingan dan konseling (guidance and counseling)

dan wawancara (interview).

1. Bimbingan dan konseling (guidance and counseling)

Bimbingan merupakan penyampaian informasi yang berkenaan dengan

masalah pendidikan, pekerjaaan, pribadi, dan masalah sosial yang

disajikan dalam bentuk pelajaran. Informasi dalam bimbingan

dimaksudkan memperbaiki dan mengembangkan pemahaman diri dan

orang lain, sedangkan perubahan sikap merupakan tujuan tidak langsung.

Konseling merupakan suatu strategi utama dalam proses bimbingan,

dan merupakan teknik standar dan tugas pokok seorang konselor di pusat

pendidikan. Konseling membantu konseli memecahkan masalah-masalah

pribadi (sosial atau emosional), mengerti diri, mengeksploitasi diri, dan

dapat memimpin diri dalam suatu masyarakat serta membantu

mengembangkan kesehatan mental, perubahan sikap, dan tingkah laku.

2. Wawancara (interview)

Wawancara merupakan bagian dari bimbingan dan konseling.

Wawancara dilakukan bertujuan untuk menggali informasi mengapa ia

tidak atau belum menerima perubahan, apakah tertarik atau tidak terhadap

perubahan dan untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau belum

diadopsi memiliki pengertian dan kesadaran yang kuat.

4. Alat Bantu Pendidikan Kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2007) mengungkapkan secara garis besar

membagi alat bantu pendidikan (alat peraga) sebagai berikut:


30

1) Alat Bantu Lihat (Visual Aids)

Alat ini berguna dalam membantu menstimulasi indra mata

(penglihatan) pada waktu terjadinya proses pendidikan. Alat ini ada 2

bentuk: alat yang diproyeksikan, misalnya: slide, film, film strip, dan

sebagainya serta alat-alat yang tidak diproyeksikan: dua dimensi,

misalnya gambar peta, bagan, dan sebagainya. Serta tiga dimensi,

misalnya bola dunia, boneka, dan sebagainya.

2) Alat Bantu Dengar (Audio Aids)

Alat bantu dengar merupakan alat yang dapat membantu menstimulasi

indra pendengar saat proses penyampaian bahan

pendidikan/pengajaran. Misalnya: piringan hitam, radio, pita suara,

dan sebagainya.

3) Alat Bantu Lihat-Dengar

Alat bantu lihat-dengar ini misalnya televisi dan video cassette. Alat-

alat bantu pendidikan ini lebih dikenal dengan Audio Visual Aids

(AVA).

Menurut Maulana (2009) cara penggunaan alat peraga sangat bergantung pada

jenis alat peraga, termasuk perlu dipertimbangkan faktor sasaran pendidikan

seperti dalam penggunaan metode, penggunaan media atau alat peraga tidak dapat

berlaku umum. Dalam penerapannya, penting untuk mempertimbangkan metode

yang digunakan, sasaran, tempat, dan waktu.

Manfaat penggunaan alat peraga sendiri yaitu menimbulkan minat sasaran,

mencapai sasaran yang lebih banyak, membantu mengatasi banyak hambatan

dalam pemahaman, merangsang sasaran untuk meneruskan pesan pada orang lain,
31

memudahkan penyampaian informasi, memudahkan penerimaan informasi oleh

sasaran, mendorong keinginan untuk mengetahui, mendalami, dan mendapat

pengertian yang lebih baik, dan membantu menegakkan pengertian yang

diperoleh, yaitu mengenai pengetahuan yang diterima sehingga apa yang diterima

lebih lama tersimpan dalam ingatan serta penggunaan alat-alat visual akan

mempermudah cara penyampaian dan penerimaan informasi oleh masyarakat.

Alat peraga atau media mempunyai intensitas yang berbeda dalam membantu

permasalahn seseorang. Elgar Dale menggambarkan intesitas setiap alat peraga

dalam suatu kerucut. Intensitas paling tinggi adalah benda asli dan yang paling

rendah adalah kata-kata. Hal ini berarti menunjukkan bahwa penyampaian materi

hanya dengan kata-kata saja kurang efektif.

1. Kata-kata

2. Tulisan

3. Rekaman, radio

4. Film

5. Televisi

6. Pameran

7. Field trip

8. Demonstrasi

9. Sandiwara

10. Benda Tiruan

11. Benda Asli

Gambar 2.2 Kerucut Elgar Dale (Maulana, 2009)


32

G. Teori Memori

a. Pengertian

Memori merupakan fungsi intelektual yang terkait dengan proses-

proses lain. Memori berperan khusus dalam menyimpan informasi dan

mengintegrasikannya (Lawlis, 2006). Memori merupakan bagian integral

dari eksistensi manusia. Memori atau ingatan, membuat manusia mampu

menginterpretasi dan bereaksi terhadap persepsi baru dan pengacu pada

pengalaman masa lampau (Satyanegara, 2010).

b. Klasifikasi Memori

Menurut William James (1890) dalam Dardjiwidjojo (2008)

Memori dibagi menjadi dua yaitu memori jangka pendek (short-term

memory) dan memori jangka panjang (long-term memory).

1. Memori jangka pendek (short-term memory)

Memori atau ingatan jangka pendek yaitu suatu sisten penyimpanan

sementara yang dapat menyimpan informasi secara terbatas. Ingatan

jangka pendek ini adalah bagian dari ingatan, dimana informasi yang

baru saja didapat disimpan (Djiwandono, 2010). Memori jangka

pendek hanya berlangsung beberapa detik atau menit, sebaliknya

memori jangka panjang berlangsung harian, mingguan, bulanan,

tahunan, dan bahkan bisa juga seumur hidup (Dardjiwidjojo, 2008).

Kapasitas ingatan jangka pendek hanya terbatas pada 7 item dan

berlangsung sekitar 30 detik (Semiun, 2006).


33

2. Memori jangka panjang (long-term memory)

Memori jangka panjang merupakan proses penyimpanan kenangan

dalam waktu yang lama dan berlangsung tanpa batas serta dapat

meninggalkan bekas di dalam otak manusia (Priyasudiarja &

Purwaningsih, 2014). Ingatan jangka panjang adalah sistem ingatan

yang relatif menetap, tempat menyimpan sejumlah besar informasi

untuk jangka waktu lama (Santrock, 2003). Informasi yang didapat

dapat diingat lebih lama bahkan permanen jika informasi lebih sering

diulang (Santoso & Ismail, 2009).

c. Tahapan Proses Mengingat

Menurut Santoso & Ismail (2009) ada tiga tahapan proses mengingat,

yaitu sebagai berikut.

1. Tahap pertama adalah belajar atau mempelajari informasi yang

diterima dan seolah-olah mencatat (encoding) informasi tersebut.

Proses ini membutuhkan usaha untuk belajar tentang sesuatu yang

baru.

2. Tahap kedua adalah menyimpan informasi yang telah dipelajari dalam

pola penyimpanan ingatan. Pola penyimpanan ingatan ada dua macam,

yaitu penyimpanan klinis yang berkaitan dengan kondisinya dan

penyimpanan secara psikologis yang berkaitan dengan rentang waktu

ingatan yang dapat dipertahankan, yaitu ingatan sensori (sensory

memory), ingatan jangka pendek dan ingatan jangka panjang.

3. Tahap akhir ialah mengingat atau mengambil kembali ingatan yang

sudah tersimpan.
34

Ingatan jangka panjang


Penghafalan
Register Proses awal dan
Stimulus pengkodean
Sensoral
Eksternal
Restorasi

Ingatan jangka pendek

Terlupakan Pengulangan

Terlupakan

Bagan 2.1

Urutan pemrosesan informasi (Morris (1982) dalam Wright (2005))

H. Precede-Proceed Model

Model yang dikembangkan oleh Green dan Kreuter pada tahun 1980 ini

merupakan model yang paling cocok diterapkan dalam perencanaan dan evaluasi

promosi kesehatan, yang dikenal dengan model PRECEDE (predisposing,

reinforcing and enabiling causes in educational diagnosis and evaluation).

PRECEDE merupakan kerangka untuk membantu perencana mengenal masalah,

mulai dari kebutuhan pendidikan sampai pengembangan program. PROCEED

merupakan singkatan dari policy, regulatory, and organizational contructs in

educational and enviromental development (Maulana, 2009). Model PROCEED

ini menekankan pada tiga fase terakhir yaitu evaluasi proses, evaluasi dampak,

dan evaluasi hasil (Warner, 2014).

Model ini dimulai dengan pengkajian/penelitian-diri populasi yang

berkaitan dengan kualitas kehidupan kehidupan di dalam fase 1 dan diakhiri

dengan evaluasi hasil pada fase 9. Pendidikan merupakan dimensi kunci dan

sangat penting yang secara khusus dibahas di dalam fase 4 dan 5. Pada fase
35

diagnosis pendidikan pada model ini terdiri dari faktor predisposisi, faktor

penguat, dan faktor pemungkin) menggabungkan Health Belief Model, Sel-

Efficacy Theory, dan Theory of Reasoned Action (Bastable, 2002).

PRECEDE-PROCEED harus dilakukan secara bersama-sama dalam

proses perencanaan, implementasi dan evaluasi. PRECEDE digunakan pada fase

diagnosis masalah, penetapan prioritas masalah dan tujuan program, sedangkan

PROCEED digunakan untuk menetapkan sasaran dan kriteria kebijakan, serta

implementasi dan evaluasi (Notoatmodjo, 2010).


Fase 5 Fase 4 Fase 3 Fase 2 Fase 1
Diagnosis Diagnosis Pendidikan Diagnosis Perilaku Diagnosis Diagnosis Sosial
Administratf dan dan Organisasi dan Lingkungan Epidemiologis
Kebijakan

Faktor
Predisposisi
Pendidikan
Kesehatan
Perilaku dan
Faktor Penguat Gaya Hidup
Kesehatan Kualitas
hidup
Kebijakan
Peraturan
Organisasi Faktor Lingkungan
Pemungkin

Fase 6 Fase 7 Fase 8 Fase 9


Implementasi Evaluasi Proses Evaluasi Dampak Evaluasi Hasil

Bagan 2.2 Model Precede Proceed (Green & Kreuter, 1999)

I. Penelitian Terkait

1. Penelitian Septiana (2014) tentang pengaruh pendidikan kesehatan

terhadap tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi di SMP


36

Islam Ruhama Ciputat. Penelitian ini menggunakan metode pre

eksperimental design dengan one group pretest-posttest design. Jumlah

sampel dalam penelitian ini sebanyak 24 orang. Kelompok eksperimen

diberikan intervensi berupa pendidikan kesehatan dengan metode ceramah

menggunakan media power point. Teknik pengambilan sampel

menggunakan teknik convience sample. Menggunakan uji wilcoxon

didapatkan nilai Asymp. Sig. =0.051 nilai ini lebih besar dari nilai α

(alpha) sebesar 0.05. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa

tidak ada perbedan yang signifikan pengetahuan siswa antara sebelum dan

sesudah diberikan intervensi.

2. Penelitian Sulistianingsih (2012) tentang tingkat pengetahuan ibu

menyusui tentang cara menyusui yang benar di Dusun Lemahbang

Plosokerep Kara Ngmalang, Kabupaten Sragen. Penelitian ini

menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif, teknik pengambilan

sampel dengan total sampling dengan jumlah responden 32 orang. Hasil

penelitian diperoleh hasil yang memiliki pengetahuan berkategori baik

sebesar 46,8% responden, cukup baik sebesar 43,8% reponden, kurang

baik sebesar 12,5% reponden dan yang berkategori tidak baik tidak

ditemukan dalam penelitian ini.

3. Penelitian Muliawati (2012) tentang pelaksanan teknik menyusui bayi

tunggal di RB MTA Semanggi Surakarta tahun 2011. Metode penelitian

deskriptif dengan pendekatan observasi. Teknik pengambilan sampel

menggunakan total sampling dengan jumlah responden sebanyak 37

responden. Hasil penelitian yang didapat dari 37 responden adalah 2


37

responden (5%) ibu melakukan teknik menyusui dengan hasil baik, 15

responden (41%) dengan hasil cukup dan hanya 20 responden (54%) ibu

melakukan teknik menyusui kurang.

4. Penelitian Nurbaeti & Lestari (2013) tentang efektivitas comprehensive

breastfeeding education terhadap keberhasilan pemberian Air Susu Ibu

postpartum. Metode penelitian yang digunakan yaitu quasi ekperimen

dengan one group pre post test repeated measured design. Jumlah sampel

sebanyak 22 ibu dengan menggunkan teknik accidental sampling.

Intervensi dilakukan selama 30 menit. Pengumpulan data dilakukan

sebelum intervensi, 3 hari setelah intervensi (post 1), dan 10 hari setelah

intervensi (post 2). Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan

observasi. Keberhasilan pemberian ASI berdasar pada parameter

pengetahuan, langkah menyusui, perlekatan bayi, dan kecukupan ASI.

Analisis data menggunakan general linear model repeated measure

ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan adanya signifikansi

comprehensive breastfeeding education (p=0.001). Rata-rata keberhasilan

pemberian ASI sebelum dan setelah intervensi meningkat. Sebesar 93,9%

intervensi memengaruhi tingkat keberhasilan. Rata-rata sebelum intervensi

56,74 (SD 5,92), post 1 sebesar 60,83 (SD 6,38) dan post 2 sebesar 74,55

(SD 5,32). Subvariabel yang memiliki efek secara signifikan setelah

intervensi adalah pengetahuan (p=0.001) dan langkah menyusui (p=0.001),

sedangkan subvariabel perlekatan bayi (p=0.061) dan kecukupan ASI

(p=0.162) tidak secara signifikan berbeda antara sebelum dan setelah

intervensi.
38

5. Penelitian yang dilakukan oleh Imdad, Yakoob, & Bhutta (2011) yang

berjudul effect of breastfeeding promotion interventions on breastfeeding

rates, with special focus on developing countries. Metode penelitian yang

dilakukan adalah sistematik literatur dengan mengidentifikasi semua studi

dan dievaluasi dampak strategi promosi menyusi dan pemberian lama ASI

pada 4-6 minggu dan 6 bulan. Hasil penelitian ini, setelah mereview 968

abstrak, 268 studi yang dipilih sesuai inklusi, 53 yang dirandomisasi dan

quasi-randomized controlled trials yang dipilih untuk abstrak lengkap.

Ada peningkatan signifikan secara statistik dalam hasil ini 43%, dengan

89% dan 20% peningkatan yang signifikan di negara maju dan

berkembang . Lima belas studi melaporkan hasil ASI di 6 bulan. Terjadi

peningkatan secara keseluruhan 137%, dengan signifikan 6 kali

peningkatan EBF di negara-negara berkembang, dibandingkan dengan 1,3

kali lipat peningkatan dalam studi negara maju. Analisis sub-kelompok

lanjut membuktikan bahwa konseling prenatal memiliki dampak yang

signifikan pada hasil menyusui di 4-6 minggu, sedangkan kedua prenatal

dan postnatal konseling yang penting bagi ASI pada 6 bulan.


39

J. Kerangka Teori

Alat bantu pendidikan


Faktor yang mempengaruhi kesehatan: alat peraga
pengetahuan:
boneka bayi dan payudara
a. Pendidikan
b. Media massa/informasi
Pendidikan
c. Sosial budaya dan Faktor Predisposisi:
ekonomi kesehatan Perilaku
individual Pengetahuan : tentang
d. Lingkungan cara menyusui (posisi,
pelekatan dan Domain Pengetahuan:
e. Pengalaman
pengisapan ASI) 1. Tahu (know)
f. Umur 2. Memahami
g. Jenis kelamin (conprehension)
3. Aplikasi (Aplication)
h. Pekerjaan (Notoatmodjo, 4. Analisis (anlysis)
2007). 5. Sintesis (synthesis)
6. Evaluasi (evaluation)
(Notoatmodjo, 2007).

Bagan 2.3 Kerangka Teori Penelitian dimodifikasi dari konsep Precede-Procede Model, Green & Kreuter (1999) dan

Notoatmodjo (2010)
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan

dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antarvariabel (baik

variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti). Kerangka konsep merupakan

konsep yang dipakai sebagai landasan berpikir dalam kegiatan ilmu. Kerangka

konsep akan membantu peneliti menghubungkan hasil penemuan dengan teori

(Nursalam, 2008).

Kerangka konsep dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu:

1. Variabel utama adalah pendidikan kesehatan.

2. Variabel tergantung adalah pengetahuan ibu prenatal dengan usia

kehamilan 36-40 minggu tentang cara menyusui bayi yang diukur dengan

kusioner pengetahuan.

Input Output
Intervensi
Pengetahuan ibu Perbedaan tingkat
Pendidikan kesehatan pengetahuan ibu tentang
tentang cara menyusui
cara menyusui

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

40
41

B. Definisi Operasional
Variabel Definisi Alat Ukur Cara ukur Hasil Ukur Skala
Pengetahuan tingkat C1 dan Pengetahuan ibu Kuesioner Pengisian a. Baik jika 76-100% dari seluruh Ordinal
C2 prenatal dengan Pre-post test kuesioner; pertanyaan dijawab dengan benar.
usia kehamilan jawaban benar b. Cukup jika 56-75% dari
36-40 minggu diberi skor 1; seluruh pertanyaan dijawab
tentang jawaban salah dengan benar.
bagaimana cara diberi skor 0. c. Kurang jika ≤56% dari seluruh
menyusui baik pertanyaan dijawab dengan benar
dari posisi dan (Nursalam, 2008).
perlekatan dan
pengisapan bayi
saat menyusui.
Pengetahuan tingkat C3 Bagaimana ibu Checklist Pengamatan a. Tepat jika semua pernyataan Ordinal
prenatal Observasi yang dilakukan dalam kuesioner dilakukan.
mengaplikasikan oleh peneliti. b. Tidak tepat jika salah satu
cara menyusui. pernyataan dalam kuesioner
tidak dilakukan.
Pendidikan Pendidikan Kuesioner Pengisian 1. Pendidikan Dasar: SD/se- Ordinal
formal terakhir Kuesioner derajat
yang diikuti SMP/se-derajat
responden. 2. Pendidikan Menengah:
SMA/se-derajat
3. Pendidikan Tinggi:
Sarjana/se-derajat (Undang-
Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan
Nasional & Undang-undang
Republik Indonesia Nomor
42

14 Tahun 2005 tentang Guru


dan Dosen, 2007)
Status Paritas Banyaknya anak Kuesioner Pengisian 1. Primipara adalah seorang Ordinal
yang hidup yang Kuesioner wanita yang telah pernah
dilahirkan melahirkan satu kali
responden. dengan janin yang telah
mencapai batas viabilitas.
2. Multipara adalah seorang
wanita yang telah
mengalami dua atau lebih
kehamilan yang telah
mencapai batas viabilitas
(Oxorn & Forte, 2010).
Pekerjaan Status pekerjaan Kuesioner Pengisian 1. Bekerja Ordinal
responden saat Kuesioner 2. Tidak bekerja
dilakukan
wawancara.
Usia Usia biologis Kuesioner Pengisian 1. 17-25 (remaja akhir) Interval
yang Kuesioner 2. 26-35 (dewasa awal)
menunjukkan 3. 36-45 (dewasa akhir)
pada jangka
waktu seseorang
sejak lahirnya,
berada dalam
keadaan hidup,
tidak mati
(Efendi, 2009).
Pendidikan kesehatan Pendidikan Pendidikan Dilakukan
individual kesehatan yang Kesehatan pretest
dilakukan secara sebelum
43

penyuluhan responden
secara individual diberikan
kepada pendidikan
responden kesehatan dan
tentang cara pos test setelah
menyusui. diberikan
pendidikan
kesehatan pada
ibu.

Tabel 3.1 Definisi Operasional


44

C. Hipotesis

Hipotesis berasal dari bahasa Yunani, yaitu hupo dan thesis. Hupo berarti

lemah, kurang, atau di bawah dan thesis berarti teori, proporsi. Ataupun

pernyataan yang disajikan sebagai bukti. Jadi, hipotesis dapat diartikan

sebagai dugaan yang sifatnya masih sementara (Harianti, 2012). Hipotesis

dapat diformulasikan tentang rataan, ragam, proposi, perbedaan dua rataan,

perbedaan dua ragam, perbedaan dua proporsi atau bentuk fungsi kepekatan

peluang (Nugroho, 2008).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Ha = Adanya pengaruh pendidikan kesehatan terhadap peningkatan

pengetahuan ibu tentang cara menyusui.

2. Ho = Tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap peningkatan

pengetahuan ibu tentang cara menyusui.


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan studi desain

quasi eksperiment dengan pendekatan one group pre post test repeated

measured design. Penelitian quasi eksperiment design yaitu suatu penelitian

yang termasuk dalam penelitian eksperimen, penelitian ini bertujuan untuk

mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan kelompok

kontrol disamping kelompok eksperimental (Nursalam, 2008). Model

penelitian ini sangat berbeda dengan penelitian-penelitian eksperimen lain.

Dalam model penelitian quasi eksperiment ini tidak digunakan suatu

pembatasan-pembatasan yang sangat ketat terhadap keharusan randomisasi

atau acak (Imron, 2010).

Kelompok eksperimen diberikan pendidikan kesehatan tentang cara

menyusui bayi pada masa prenatal dengan usia kehamilan 36-40 minggu.

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh

pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan ibu prenatal dengan usia

kehamilan 36-40 minggu tentang cara menyusui bayi.


Washout
Intervensi
Pretest 1 Postest 1 Period
Eksperimental

Postest 2

Bagan 4.1 Research design reapeted measures (Gresham, 2016).

45
46

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1) Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Pisangan.

2) Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-April tahun 2016.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1) Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil dengan usia gestasi 36-40

minggu di wilayah kerja Puskesmas Pisangan.

2) Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik convenience sampling

yaitu pengambilan sampel dari anggota populasi yang memang tersedia

sehingga pengambilan data secara acak tidak diperlukan (Asnawi &

Wijaya, 2005). Adapun kriteria inklusi dan ekslusi sampel penelitian ini

adalah sebagai berikut.

a. Sampel

2. Kriteria Inklusi

a) Ibu hamil dengan usia kehamilan 36-40 minggu.

b) Bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Pisangan.

c) Dapat membaca, melihat dan mendengar dengan baik.

d) Bersedia menjadi responden.

3. Kriteria Eksklusi

a) Mengundurkan diri dari penelitian.


47

b) Ibu yang mengalami kecacatan fisik (tidak memiliki tangan,

baik salah satu atau keduanya dan tidak memiliki payudara).

c) Ibu yang memiliki kontraindikasi menyusui.

b. Besar Sampel

Menurut Gay ukuran minimum sampel yang dapat diterima

berdasarkan pada desain penelitian yang digunakan. Besar sampel pada

metode ekperimental, minimal 15 subyek per kelompok (Umar, 2007).

Pada penelitian ini terdapat 16 responden sebagai subyek penelitian.

D. Instrumen Penelitian

1) Kuesioner

Kuesioner yang digunakan bertujuan untuk megetahui biodata dari

responden dan untuk menentukan skor pengetahuan ibu menyusui tentang

cara menyusui. Kuesioner berisi beberapa pertanyaan, pertanyaan untuk

biodata berisi nama, usia, status paritas, pendidikan terakhir, pekerjaan,

nomor telepon, serta alamat responden. Sedangkan untuk pertanyaan

pengetahuan, berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai bagaimana

pengetahuan ibu tentang cara menyusui. Peneliti menggunakan kuesioner

yang peneliti kembangkan sendiri yang mangacu pada MTBS 2011.

Pertanyaan dalam kuesioner penelitian ini terdiri dari 30 soal tentang

pengetahuan ibu tentang cara menyusui. Dalam penelitian ini skala yang

digunakan adalah skala Guttman yaitu jika responden menjawab

pertanyaan dengan benar mendapat nilai 1 dan jika salah mendapat nilai 0

(Siregar, 2013). Setelah itu dipresentasikan dan dimasukan kedalam

kategori baik, kurang dan cukup.


48

Tabel 4.1 Kisi-kisi Kuesioner Cara Menyusui

No. Aspek Pengetahuan Nomor Pertanyaan Nomor Jumlah


Favorable Pertanyaan Soal
unfavorable
1 Posisi Menyusui 1,2,3,4,6,7,8 5 8

2 Pelekatan saat 9,11,12,13,16,17,18,19 10,14,15 11


menyusui
3 Pengisapan ASI 20,24,25,26,30 21,22,23,27,28,29 11

2) Alat Peraga

Alat peraga berupa boneka bayi dan alat peraga payudara ibu. Boneka

bayi dan alat peraga payudara digunakan sebagai peraga saat dilakukan

pemberian materi penyuluhan tentang cara menyusui yang bertujuan

untuk membantu peneliti dalam menyampaikan pendidikan kesehatan.

Berdasarkan kerucut Edgar Dale alat peraga dalam bentuk benda tiruan

memiliki intensitas yang tinggi kedua setelah benda asli untuk

mempersepsikan bahan pendidikan/pengajaran (Notoatmodjo, 2007).

3) Checklist Observasi

Checklist observasi digunakan untuk melihat tingkat pengetahuan

responden pada domain aplikasi yang penilaiannya dilakukan dengan cara

observasi menggunakan checklist. Pengamat akan memberikan tanda

check (√) pada lembar observasi. Kusioner ini diambil dari buku bagan

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) tahun 2011.


49

E. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Uji Validitas

Uji validitas merupakan ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan suatu

instrumen atau kuesioner (Sitinjak, Durianto, Sugiarto, & Yunarto, 2004).

Peneliti menggunakan kuesioner yang peneliti kembangkan sendiri yang

mangacu pada MTBS 2011 untuk itu peneliti melakukan uji keterbacaan

kepada 10 ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan.

Lalu setelah melakukan uji keterbacaan peneliti melakukan uji

konten kepada pakar yaitu Yenita Agus,M.Kep.,Sp.,PhD., Puspita Palupi,

M.Kep, Ns.Sp.Kep.Mat. dan Ns. Kustati Budi Lestari, M.Kep,Sp.Kep.An.

Selanjutnya peneliti melakukan uji validitas. Uji validitas dilakukan

kepada 34 ibu yang karakteristiknya hampir sama dengan karakteristik

responden di wilayah kerja Puskesmas Pisangan. Kemudian ibu yang

datanya telah dipakai untuk uji valid tidak dijadikan responden oleh

peneliti. Peneliti melakukan analisa dengan menggunakan komputer

menggunakan uji Pearson Product Moment menggunakan software

komputer. Dengan hasil dari analisis terdapat 14 pertanyaan yang valid

dari 30 pertanyaan yang ada. Selanjutnya pertanyaan yang tidak valid

dimodifikasi setelah itu barulah kuesioner digunakan.

2. Uji Reliabilitas

Reabilitas (keandalan) merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi

responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan konstruk-konstruk

pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel dan disusun dalam


50

suatu bentuk kuesioner (Gumilar, 2007). Untuk menguji kuesioner

menggunakan dengan KR 20 dengan nilai reliabilitas 0.81255.

F. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang

dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Data yang dikumpulkan

ditentukan oleh variabel-variabel yang ada dalam hipotesis (Gulo, 2002).

Dalam penelitian ini data primer diperoleh dari penghitungan skor

pengetahuan ibu prenatal dengan usia kehamilan 36-40 minggu tentang cara

menyusui yang telah diisi oleh responden melalui pre-test, post-test 1 dan

post-test 2. Serta skor untuk aplikasi cara menyusui dilakukan dengan

pengamatan menggunakan checklist observasi pada saat pre-test, post-test 1

dan post-test 2.

Adapun prosedur pengumpulan data yang akan dilakukan peneliti, yaitu:

1) Melakukan pengumpulan data setelah mendapat izin dari Puskesmas

Pisangan sebagai tempat penelitian.

2) Menjelaskan tentang rencana penelitian kepada staf Puskesmas Pisangan

yang bertanggung jawab bidang dalam penelitian yang dilakukan oleh

peneliti.

3) Selanjutnya peneliti mendatangi Ketua RT setempat dan menanyakan

apakah terdapat ibu hamil yang masuk ke dalam kriteria inklusi

responden.

4) Meminta calon responden untuk bersedia menjadi responden. Responden

yang bersedia akan diberikan surat persetujuan (informed consent)

menjadi responden untuk ditanda tangani tanpa paksaan.


51

5) Setelah kuesioner dan cheklist observasi diisi, peneliti akan memeriksa

kembali kuesioner yang sudah diisi oleh reponden.

6) Setelah lembar kuesioner dan cheklist observasi terkumpul, peneliti akan

mengolah data.

G. Prosedur Intervensi

Prosedur intervensi yang akan dilakukan merupakan prosedur pendidikan

kesehatan secara individual dengan teknik peneliti mendatangi rumah

responden satu demi satu. Berikut prosedur intervensi yang dilakukan peneliti.

1) Sebelum memberikan pendidikan kesehatan tentang cara menyusui,

peneliti membuat ringkasan materi sebagai media pembantu peneliti dalam

memberikan materi dan menyiapkan boneka bayi sebagai alat peraga.

2) Sebelum diberikan pendidikan kesehatan, responden akan diberikan soal

kuesioner sebagai evaluasi awal tingkat pengetahuan tentang cara

menyusui (pretest).

3) Selanjutnya, peneliti akan melakukan pendidikan kesehatan tentang

Pengertian menyusui, anatomi payudara dan fisiologi menyusui, manfaat

menyusui jika dilakukan dengan cara yang benar, dampak menyusui jika

dilakukan dengan cara yang salah, cara menyusui yang benar, tanda

menyusui yang benar, dan tanda kecukupan ASI bagi bayi dengan durasi

30 menit, setelah responden mengisi semua kuesioner tahap awal.

4) Setelah itu akan dilakukan postest pertama untuk evaluasi tingkat

pengetahuan responden.
52

5) Selanjutnya akan ada masa washout period yaitu setelah pendidikan

kesehatan pertama kali dilakukan sampai satu minggu setelah ibu

melahirkan.

6) Satu minggu setelah kelahiran, peneliti akan melakukan postest kedua

untuk mengetahui tingkat akhir pengetahuan responden.

H. Pengolahan Data

Sebuah data akan dapat banyak bercerita, apabila telah dilakukan

pengolahan dan analisa, sehingga dapat dengan mudah dipahami untuk

kemudian disimpulkan. Pengolahan data digunakan agar data kasar atau data

dasar tersebut dapat diorganisir, disajikan serta dianalisa untuk kemudian

ditarik suatu kesimpulan (Imron, 2010). Menurut Imron (2010) proses

kegiatan pengolahan data (data procesing) terdiri dari 3 jenis kegiatan, yaitu:

1. Memeriksa data (editting)

Memeriksa data atau editting merupakan memeriksa data hasil

pengumpulan data, yang berupa kuesioner dan cheklist obsevasi. Peneliti

memeriksa data dengan melakukan perhitungan dan penjumlahan serta

koreksi hasil yang telah peneliti dapatkan, jika data yang terdapat pada

kuesioner kurang maka peneliti akan meminta kepada responden untuk

mengisinya dengan lengkap.

2. Memberi kode (koding)

Semua jawaban atau data hasil penelitian akan disederhanakan supaya

pada saat pengolahan dapat dilakukan dengan mudah. Hasil penelitian

tersebut akan diberikan simbol-simbol tertentu untuk masing-masing data

yang sudah diklasifikasikan. Peneliti memberikan kode-kode yaitu dengan


53

memberikan nomor responden sesuai dengan tahapan pengambilan, untuk

pretest peneliti memberikan kode A di depan nomor responden, untuk

postest 1 peneliti memberikan kode B, dan untuk postest 2 peneliti

memberikan kode C.

3. Pemindahan data

Setelah pemberian simbol atau pemberian kode pada jawaban kuesioner

yang dibagikan kepada responden selesai, maka data yang sudah diberi

kode dipindahkan ke dalam software untuk pengolahan data selanjutnya.

Pengolahan data dapat dilakukan dengan menggunakan software

komputer.

4. Tabulasi data (tabulating)

Peneliti menyusun dan menyajikan data dalam bentuk tabel sehingga dapat

memudahkan untuk dilakukan penjumlahan.

I. Metode Analisis Data

Data yang telah terkumpul selama penelitian akan peneliti olah menggunakan

software pengolah data. Data akan dimasukkan, diolah, dan hasil analisis

dapat dilakukan langsung.

1. Analisis Univariat

Analisis univariat adalah cara analisis untuk variabel tunggal.

Analisis univariat data sampel dapat menunjukkan komposisi populasi yang

lebih besar sehubungan dengan variabel penelitian untuk mana informasi

seperti itu tidak tersedia (Lapau, 2013). Dalam penelitian ini analisis yang

digunakan untuk mengetahui frekuensi sebaran karakteristik yang ada pada

responden dan proporsi masing-masing variabel independen yaitu


54

pendidikan kesehatan serta variabel dependen yaitu pengetahuan ibu

tentang cara menyusui.

2. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi

sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi

data dengan bentuk lonceng (bell shaped). Data yang baik adalah data yang

mempunyai pola seperti distribusi normal, yakni distribusi data tersebut

tidak menceng ke kanan atau kekiri (Santoso, 2010). Pada penelitian ini

data pretest dan postest 1 terdistribusi normal (>0.05) sedangkan data

postest 2 tidak terdistribusi normal (<0.05).

3. Analisis Bivariat

Menurut Lapau (2013) analisis bivariat adalah analisis yang

menunjukkan hubungan antara satu variabel independen dengan satu

variabel dependen. Analisis bivariat ini dilakukan untuk mengetahui

perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah diberi intervensi. Uji bivariat

yang digunakan pada penelitian ini menggunakan uji Wilcoxon untuk

melihat perbedaan pengetahuan tingkat C1 dan C2 antara pretest dan

postest 1, sedangkan pada postest 1 dan postest 2 menggunakan uji t

paired. Sedangkan uji data kategorik untuk pengetahuan tingkat C3

menggunakan uji McNemar.


55

J. Etika Penelitian
Menurut Wasis (2008) prinsip etik menurut ANA yang berkaitan

dengan peran perawat sebagai seorang peneliti adalah sebagai berikut.

a. Otonomi

Peneliti memberikan hak atau kebebasan kepada calon responden untuk

memilih apakah bersedia atau tidak untuk menjadi bagian dalam

penelitian sebagai subjek penelitian dengan menanyakan terlebih dahulu

kesediaan calon responden dengan tanpa memaksa.

b. Informed Consent

Peneliti memberikan informed consent agar responden mendapatkan

informasi tentang prosedur penelitian ini dan menentukan keputusan

untuk berpartisipasi atau tidak berpartisipasi dalam penelitian.

c. Beneficence

Peneliti berupaya agar segala tindakan yang diberikan kepada responden

adalah baik baginya.

d. Nonmaleficence

Peneliti mengupayakan agar responden tidak mengalamai bahaya dan

tidak mengalami kerugian saat penelitian dilakukan dengan selalu

menanyakan keadaan responden saat penelitian berlangsung.

e. Confidentiality

Peneliti merahasiakan data-data yang sudah dikumpulkan. Data-data

pribadi seperti nama, nomor telepon, alamat atau data lain yang diperoleh

peneliti jaga kerahasiaannya dengan tidak mempublikasikan hal-hal yang

berkaitan dengan responden di luar kehendak responden.


56

f. Veracity

Peneliti menjelaskan manfaat dan efek penelitian yang melibatkan

responden dengan jujur kepada responden.

g. Justice

Peneliti berbuat adil kepada subjek penelitian dengan cara tidak membeda-

bedakan perlakuan saat prosedur penelitian berlangsung maupun pada saat

pemberian reward kepada responden.


BAB V

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian disajikan dalam bentuk analisa univariat yang

menggambarkan distribusi frekuensi dari responden.

A. Analisis Univariat

1. Karakteristik Responden

Penelitian ini dilakukan pada 16 responden yang sesuai dengan

kriteria inklusi penelitian. Responden diambil tidak bersamaan namun

sesuai dengan jadwal posyandu, kedatangannya ke Puskesmas dan tempat

responden berdomisili. Hasil pengolahan data akan ditampilkan dalam

bentuk tabel dan menggunakan data numerik.

a. Usia

Data usia responden disajikan dalam bentuk tabel dan menggunakan

data numerik.

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Usia Responden

Usia Frekuensi Persentase (%)

Remaja Akhir (17-25 12.5


2
tahun)
Dewasa Awal (26-35 68.8
11
tahun)
Dewasa Akhir (36-45 18.8
3
tahun)
Total 16 100

57
58

Dari data di atas menunjukkan bahwa usia responden yang hamil

pada usia kehamilan 36-40 minggu sebagian besar (68.8%) berada

pada kelompok dewasa awal yaitu berusia 26-35 tahun (11 orang).

Sedangkan responden lainnya berada pada kelompok remaja akhir

sebanyak 12.5% (2 orang) dan kelompok dewasa akhir sebanyak

18.8% (3 orang).

b. Pendidikan Terakhir

Data tingkat pendidikan responden disajikan dalam bentuk tabel

dan menggunakan data numerik.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Terakhir Responden

Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

Pendidikan Dasar 4 25

Pendidikan Menengah 8 50

Pendidikan Tinggi 4 25

Total 16 100

Dari data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden

berada pada tingkat pendidikan menengah yaitu sebanyak 50% (8

orang). Sedangkan frekuensi responden yang berpendidikan dasar dan

berpendidikan tinggi memiliki jumlah yang sama. Responden yang

berpendidikan dasar sebanyak 25% (4 orang) dan responden yang

berpendidikan tinggi juga sebanyak 25% (4 orang).

c. Pekerjaan

Data pekerjaan responden disajikan dalam bentuk tabel dan

menggunakan data numerik.


59

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Responden

Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)

Bekerja 8 50

Tidak Bekerja 8 50

Total 16 100

Dari data di atas diperoleh bahwa presentasi reponden yang bekerja

sama frekuensinya dengan responden yang tidak bekerja yaitu 50%

untuk masing-masing kelompok.

d. Suku

Data suku responden disajikan dalam bentuk tabel dan

menggunakan data numerik.

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Suku Responden

Suku Frekuensi Persentase (%)

Jawa 11 68.8

Sunda 4 23

Betawi 1 6.3

Total 16 100

Dari data di atas menunjukkan distribusi frekuensi

responden berdasarkan suku. Suku Jawa memperoleh presentasi

tertinggi yaitu 68.8% (11 orang), sementara suku Sunda

memperoleh persentase sebanyak 23% (4 orang), dan presentasi

terendah yaitu suku Betawi sebanyak 6.3% (1 orang).


60

e. Status Paritas

Data status paritas responden disajikan dalam bentuk tabel dan

menggunakan data numerik.

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Status Paritas Responden

Status Paritas Frekuensi Persentase (%)

Primipara 5 31.3

Multipara 11 68.8

Total 16 100

Dari data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden

termasuk kelompok multipara yaitu sebanyak 68.8% (11 orang).

Sedangkan untuk jumlah responden primipara memiliki yaitu 31.3 %(5

orang).

2. Gambaran Rata-rata Skor Pengetahuan Responden

a. Tingkat Pengetahuan Tahu (C1) dan Paham (C2)

Tingkat pengetahuan domain C1 dan C2 dalam penelitian ini

dikelompokkan menjadi tiga yaitu baik, cukup dan kurang berdasarkan

nilai titik potong dimana nilai terendah adalah 0 dan nilai tertinggi

adalah 30. Gambaran rata-rata skor pengetahuan responden tentang

cara menyusui dapat dilihat pada tabel berikut.


61

Tabel 5.6 Gambaran Rata-rata Pengetahuan Responden

Sebelum dan Sesudah Diberikan Intervensi Pendidikan Kesehatan

Tentang Cara Menyusui

N Min Mean Max SD Median

Pretest 16 18 21.31 26 1.957 21.00

Postest 1 16 22 25.13 28 1.857 25.00

Postest 2 16 21 26.38 29 2.872 27.50

Berdasarkan tabel 5.6 rata-rata skor pengetahuan pada pretest

adalah 21.31 dengan nilai minimum 18 dan nilai maksimum 26. Saat

postest pertama meningkat menjadi 25.31 dengan nilai minimum 22

dan nilai maksimum 29. Sementara saat postest kedua rata-rata skor

pengetahuan adalah 26.38 dengan nilai minimum 21 dan nilai

maksimum 29.

Gambaran pengetahuan responden tentang cara menyusui dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.7 Gambaran Pengetahuan Tingkat C1 dan C2 Responden

Pretest Postest 1 Postest 2


Kategori
Frekuensi Presentase Presentase Presentase
Pengetahuan Frekuensi Frekuensi (%)
(%) (%)

Baik 1 6.3 7 43.8 10 62.5

Cukup 14 87.5 9 56.3 6 37.5

Kurang 1 6.3 - - - -

Total 16 100 16 100 16 100


62

Berdasarkan tabel 5.7 jumlah responen menunjukkan peningkatan

setelah dilakukan intervensi. Pada saat pretest jumlah reponden yang

berpengetahuan baik sebanyak 1 responden (6.3%) dan jumlah

responden yang berpengetahuan kurang sebanyak 1 orang (6.3%).

Kemudian pada saat postest pertama jumlah responden yang

berpengetahuan baik sebanyak 7 responden (43.8%) dan jumlah

responden yang berpengetahuan kurang tidak ada. Sementara pada saat

postest kedua jumlah responden yang berpengetahuan baik sebanyak

10 responden (62.5%) dan jumlah responden yang berpengetahuan

kurang tidak ada.

a. Tingkat Pengetahuan Aplikasi (C3)

Untuk distribusi tingkat pengetahuan domain C3 responden

sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan disajikan dalam

bentuk tabel dan menggunakan data numerik.

Tabel 5.8 Gambaran Pengetahuan Tingkat C3 Responden

Pretest Postest 1 Postest 2


Kategori
Frekuen Presentase Frekuen Presentase Frekuen Presentase
Aplikasi
si (%) si (%) si (%)

Tepat 1 6,3 12 75 14 87,5

Tidak Tepat 15 93,8 4 25 2 12,5

Total 16 100 16 100 16 100

Berdasarkan tabel 5.8 jumlah responden menunjukkan peningkatan

setelah dilakukan intervensi. Pada saat pretest jumlah reponden yang

mampu melakukan cara menyusui dengan tepat sebanyak 1 responden


63

(6.3%) dan jumlah responden yang melakukan cara menyusui tidak

tepat sebanyak 15 orang (93.8%). Kemudian pada saat postest pertama

jumlah responden yang mampu melakukan cara menyusui dengan

tepat sebanyak 12 responden (75%) dan jumlah responden yang

melakukan cara menyusui dengan tidak tepat sebanyak 4 responden

(25%). Sementara pada saat postest kedua jumlah responden yang

mampu melakukan cara menyusui dengan tepat sebanyak 14

responden (87.5%) dan jumlah responden yang melakukan cara

menyusui dengan tidak tepat sebanyak 2 responden (12.5%).

B. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian yaitu apakah

pendidikan kesehatan yang disampaikan secara individual ini mempengaruhi

tingkat pengetahuan responden tentang cara menyusui atau tidak. Pengujian

keabsahan hipotesis dilakukan dengan menganalisa perbedaan rerata skor nilai

pengetahuan responden sebelum dan setelah intervensi.

1. Uji Normalitas

Sebelum dilakukan uji beda rata-rata maka dilakukan uji normalitas

mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak terdistribusi normal.

Hasil analisis uji normalitas dapat dilihat pada tabel 5.9.

Tabel 5.9 Distribusi Hasil Normalitas Pengetahuan Ibu Hamil dengan Usia

Gestasi 36-40 minggu Tentang Cara Menyusui

Pretest Postest 1 Postest 2

Statistic Df Sig. Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.

.932 16 .265 .921 16 .173 .830 16 .007


64

Uji normalitas ini menggunakan uji Shapiro-Wilk karena sampel dalam

penelitian kurang dari 50 (Dahlan, 2011). Hasil uji normalitas pada pretest

yaitu 0.265 (p > 0.05), postest 1 yaitu 0.830 (p > 0.05) dan postest 2 yaitu

0.007 (p < 0.05). Nilai pretest dan postest 1 menunjukkan bahwa data berasal

dari populasi yang terdistribusi normal, sedangkan nilai postest 2

menunjukkan bahwa p < 0.05, artinya data berasal dari populasi yang tidak

terditribusi normal. Sehingga analisis selanjutnya untuk pretest dan postest 1

menggunakan analisis parametrik dan untuk analisis untuk postest 1 dan

postest 2 menggunakan analisis nonparametrik. Analisis parametrik yang

digunakan yaitu uji paired T-Test dan untuk analisis nonparametrik yang

digunakan untuk mengetahui beda rerata nilai pengetahuan domain C1 dan C2

responden menggunakan uji Wilcoxon. Sementara untuk menguji nilai

pengetahuan domain C3 menggunakan uji McNemar.

2. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Nilai Pengetahuan Tingkat

C1 Dan C2 Responden Tentang Cara Menyusui

Analisa perbedaan rerata nilai pengetahuan tentang cara menyusui ibu

ini menggunakan uji paired T-Test. Hasil uji ini dapat dilihat dalam tabel 5.9

berikut.

Tabel 5.10 Analisa Beda Rerata Skor Pengetahuan Tingkat C1 dan C2

Responden Pretest Dan Postest 1

Nilai Pengetahuan Mean Rank Mean Nilai (p)

Pretest 63.94 .000


-11.438
Postest 1 75.38
Tabel 5.9 menunjukkan bahwa analisa uji paired T-Test pada

pretest dan postest 1 memiliki nilai p = 0.000 (< α 0.05) maka dapat
65

disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan. Hal ini

menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan berpengaruh terhadap tingkat

pengetahuan responden.

Tabel 5.11 Analisa Beda Rerata Skor Pengetahuan Tingkat C1 dan C2

Responden Postest 1 Dan Postest 2

Nilai Pengetahuan Mean Rank Nilai (p)

Postest 1 5.40 .059


Postest 2 9.30

Tabel 5.9 menunjukkan bahwa analisa uji Wilcoxon pada postest 1

dan postest 2 memiliki nilai p = 0.059 (>0.05) maka dapat disimpulkan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Hal ini menunjukkan

bahwa tingkat pengetahuan responden tidak mengalami perubahan yang

signifikan.

3. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Nilai Pengetahuan Tingkat

C3 Responden Tentang Cara Menyusui

Analisa perbedaan rerata nilai pengetahuan tingkat C3 tentang cara

menyusui ibu ini menggunakan uji McNemar. Hasil uji ini dapat dilihat

dalam tabel 5.12 berikut.


66

Tabel 5.12 Distribusi Analisa Beda Rerata Skor Pengetahuan Tingkat C3

Responden Pretest Dan Postest 1

Nilai Pengetahuan Pretest – Postest 1

N 16

Exact Sig. (2-tailed) 0.003

Dari hasil analisa di atas dapat menunjukkan bahwa nilai Exact Sig. (2-

tailed) menunjukkan 0.003 < α 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa

terdapat perbedaan tingkat kemampuan responden saat mengaplikasikan

cara menyusui sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan.

Tabel 5.13 Distribusi Analisa Beda Rerata Skor Pengetahuan Tingkat C3

Responden Postest 1 Dan Postest 2

Nilai Pengetahuan Postest 1- Postest 2

N 16

Exact Sig. (2-tailed) 0.687

Dari hasil analisa di atas dapat menunjukkan bahwa nilai Exact Sig.

(2-tailed) menunjukkan 0.687 > α 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa

terdapat perbedaan tingkat kemampuan responden saat mengaplikasikan

cara menyusui sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan.


BAB VI

PEMBAHASAN

Pada bab ini peneliti akan menjelaskan interprestasi hasil penelitian

tentang pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan ibu hamil

usia gestasi 36-40 minggu tentang cara menyusui dan keterbatasan penelitian ini.

Hasil penelitian akan dibandingkan dengan teori yang telah ada, penelitian

sebelumnya serta kekurangan atau keterbatasan yang ada dalam penelitian ini.

A. Karakteristik Responden

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Penelitian ini menggambarkan satu kelompok saja, yaitu kelompok

intervensi. Karakteristik berdasarkan usia mayoritas responden berada pada

kelompok dewasa awal (26-35 tahun) yaitu sebanyak 11 responden. Menurut

Notoatmodjo (2007) usia mampu mempengaruhi pengetahuan seseorang.

Bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan

pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur tertentu atau

menjelang usia lanjut kemampuan mengingat atau penerimaan suatu

pengetahuan akan berkurang (Notoatmodjo, 2007). Menurut Kramer (1983)

dan Riegel (1973) dalam Bastable (2002) ada kemungkinan bahwa setelah

usia setengah baya, orang dewasa mampu mengatasi kontraindikasi,

mengumpulkan informasi, dan mengintegrasikan apa yang mereka pelajari

dengan lebih efektif.

67
68

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti (2015) didapatkan

bahwa umur merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kehamilan baik

dalam kesiapan organ reproduksi, pengalaman, maupun pengetahuan ibu

hamil. Selain itu menurut Santrock (2003) seseorang yang berada pada masa

dewasa awal memiliki kemampuan kognitif yang amat kuat dan juga

kemampuan penyesuaian terhadap pertimbangan praktis. Namun, usia

bukanlah satu-satunya faktor yang berpengaruh terhadap pengetahuan

seseorang. Semakin tua seseorang bukan berarti pengetahuannya semakin

tinggi, karena masih ada faktor lain yang dapat mempengaruhinya.

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu faktor

pendidikan. Karakteristik berdasarkan pendidikan terakhir responden

terbanyak yaitu terdapat pada pendidikan menengah yaitu sebanyak 8

responden (50%). Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap

kemampuan seseorang dan pengetahuan yang dimilikinya (Tim Pengembang

Ilmu Pendidikan, 2007).

Menurut penelitian yang dilakukan Syamsianah, Mufnaetty, &

Mahardikha (2010) oleh menunjukkan bahwa apabila pendidikan seseorang

relatif rendah, maka pengetahuannya tentang pemberian ASI juga akan rendah

sedangkan seseorang yang pendidikannya lebih tinggi pengetahuannya tentang

pemberian ASI akan lebih baik. Pengetahuan yang kita peroleh tentu berasal

dari sumber infomasi. Sumber informasi biasanya akan lebih mudah diperoleh

jika tingkat pendidikan kita semakin tinggi (Nursalam, 2003). Namun untuk

pengetahuan yang lebih spesifik seperti dalam penelitian ini yaitu pengetahuan
69

tentang cara menyusui perlu diperhatikan kembali, karena dalam pendidikan

formal yang didapat seseorang belum tentu terdapat informasi tentang ini.

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Karakteristik yang berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang

selanjutnya yaitu pekerjaan. Hasil dari penelitian didapatkan terdapat

persamaan jumlah antara responden yang berkerja dan yang tidak bekerja

yaitu sebanyak 8 responden (50%) pada masing-masing kelompok bekerja dan

tidak bekerja. Menurut Arikunto (2006) seseorang yang bekerja di luar rumah

cenderung memiliki akses yang baik terhadap informasi dibandingkan

seseorang yang sehari-hari berada di rumah. Namun, seseorang yang memiliki

bekerja di luar rumah belum tentu memiliki pengetahuan yang baik tentang

cara menyusui hal ini tergantung kepada jenis dan sumber informasi terkait

cara menyusui yang diperoleh. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh

Ludha & Maulida (2014) ibu yang tidak bekerja cenderung lebih sulit

memperoleh informasi tentang ASI Ekslusif.

4. Karakteristik Responden Berdasarkan Suku

Faktor sosial, budaya, dan lingkungan dapat berpengaruh terhadap

perilaku kesehatan seseorang (Bensley, 2008). Hasil penelitian didapatkan

bahwa sebagian besar dari responden bersuku Jawa yaitu sebanyak 11 orang

(68.8%). Suku Jawa merupakan kelompok suku terbesar di Indonesia dengan

populasi sebanyak 95,2 juta jiwa atau sekitar 40.2 % dari populasi penduduk

Indonesia (Na'im & Syaputra, 2010). Menurut Noorkasiani (2009) respons

individu atau masyarakat ada kaitannya dengan lingkungan sosial budaya


70

yang ada di sekitarnya, dan akan mempengaruhi sikap dan perilaku individu

atau masyarakat dalam bertindak selanjutnya.

5. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Paritas

Karakteristik selanjutnya yaitu status paritas. Status paritas yang peneliti

maksud di sini adalah kehamilan keberapa yang responden alami saat

diberikan intervensi. Hasil penelitian didapatkan bahwa mayoritas ibu berada

pada kelompok multipara atau sudah pernah hamil lebih dari dua kali

sebanyak 6 orang (37.5 %). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wadud

(2013) terdapat hubungan yang bermakna antara paritas dengan pemberian

ASI Ekslusif dengan nilai p value 0.004 lebih kecil dari α 0.05. Tingkat paritas

telah banyak menentukan perhatian dalam kesehatan ibu dan anak karena

terdapat kecenderungan kesehatan ibu berparitas tinggi lebih baik dari pada

ibu berparitas rendah (Notoatmodjo, 2003).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2006) menunjukkan

bahwa sebagian besar ibu menyusui dengan jumlah persalinan 2-4 kali

(27.5% atau 14 orang) memiliki pengetahuan yang baik tentang ASI Ekslusif,

sedangkan sebagian kecil yang berpengetahuan baik berada pada kategori

paritas dengan jumlah melahirkan 1 kali (16.7% atau 6 orang). Hal ini

dikarenakan ibu yang pertama kali menyusui pengetahuan terhadap pemberian

ASI eksklusif pemberian ASI eksklusif belum pengalaman dibandingkan

dengan ibu yang sudah berpengalaman menyusui anak sebelumnya (Perinasia,

2004).
71

B. Pengetahuan Responden

1. Pengetahuan Tingkat C1 dan C2 Sebelum Diberikan Pendidikan

Kesehatan Tentang Cara Menyusui

Nilai rata-rata pengetahuan ibu hamil dengan usia gestasi 36-40

minggu tentang cara menyusui sebelum diberikan pendidikan kesehatan

adalah 21.31 atau 63.94% dari jumlah total nilai tertinggi. Nilai rata-rata

menunjukkan bahwa responden mempunyai pengetahuan yang cukup

tentang cara menyusui.

Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan

ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek

tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia yaitu indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Meskipun

menyusui merupakan hal yang sudah dianggap biasa di masyarakat

namun sebenarnya seorang ibu harus tetap memiliki pengetahuan yang

cukup tentang bagaimana cara menyusui yang benar agar terhindar dari

gagal menyusui dikarenakan salah posisi dan peletakan saat menyusui.

Berdasarkan hasil penelitian ini, pengetahuan tentang cara

menyusui yang paling banyak tidak diketahui responden adalah tentang

domain pengisapan bayi saat menyusu dan pengetahuan yang paling

banyak diketahui oleh responden adalah domain posisi menyusui.

Keadaan ini bisa disebabkan oleh banyak faktor yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang cara menyusui. Faktor-

faktor tersebut diantaranya adalah pendidikan, usia, pekerjaan,


72

pengalaman, sosial budaya dan ekonomi, media massa/informasi,

lingkungan dan jenis kelamin (Notoatmodjo, 2007).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti pengetahuan

responden sebelum mendapatkan pendidikan kesehatan pada ibu hamil

dengan usia gestasi 36-40 minggu di wilayah kerja Puskesmas Pisangan

ini sama dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Himawati &

Mawarti (2011) yang menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden

sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang teknik menyusui

mayoritas berada pada kategori cukup sebesar 53.3%. Hal ini terjadi bisa

disebabkan karena sebagian besar ibu belum pernah mendapatkan

pendidikan kesehatan tentang cara menyusui yang benar.

2. Pengetahuan Tingkat C1 dan C2 Setelah Diberikan Pendidikan

Kesehatan Tentang Cara Menyusui

Pengetahuan ibu prenatal dengan usia kehamilan 36-40 minggu

tentang cara menyusui setelah diberikan pendidikan kesehatan pada

postest 1 memiliki nilai rata-rata 25.13 atau 75.38% sementara pada

postest 2 yaitu sebesar 26.38 atau 79.13%. Nilai ini mengalami kenaikan

jika dibandingkan dengan sebelum dilakukan pendidikan kesehatan. Hasil

ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan antara sebelum

dan sesudah intervensi serta perbedaan yang cukup signifikan antara

pretest dan postest 1. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan

tentang cara menyusui efektif terhadap pengetahuan ibu hamil usia gestasi

36-40 minggu tentang cara menyusui. Keadaan ini bisa terjadi karena
73

sebagian besar ibu merasa tertarik dan berpartisipasi dengan baik saat

diberikan pendidikan kesehatan.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Himawati &

Mawarti (2011) terdapat perbedaan antara sebelum dilakukan intervensi

pendidikan kesehatan dan setelah dilakukan intervensi yaitu sebesar

96.70% responden memiliki tingkat pengetahuan baik, 3.3% responden

memiliki tingkat pengetahuan cukup dan tidak ada lagi responden yang

memiliki tingkat pengetahuan kurang.

Menurut Efendi & Makhfudli (2009) saat melakukan pendidikan

kesehatan kita perlu memperhatikan beberapa hal agar pendidikan

kesehatan tersebut berhasil seperti kesesuaian sasaran dan waktu yang

tepat, lingkungan, alat bantu dan materi yang disampaikan. Selain itu

dalam pendidikan kesehatan membutuhkan komunikasi yang baik dan

juga kompetensi pengetahuan tambahan sehingga seorang pendidik

kesehatan dapat bekerja dalam tempat yang berbeda dan memilih serta

menggunakan strategi yang tepat untuk tujuan pendidikan yang berbeda-

beda (Maulana, 2009).

3. Perbedaan Pengetahuan Tingkat C1 dan C2 Sebelum dan Sesudah

Diberikan Pendidikan Kesehatan tentang Cara Menyusui

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian ini rata-rata

pengetahuan responden pada saat pretest adalah 21.31 dengan standar

deviasi 1.957. Pada saat postest 1 didapat rata-rata pengetahuan responden

adalah 25.13 dengan standar deviasi 1.857, sementara pada postest 2 nilai

rata-rata pengetahuan responden adalah 26.38 dengan standar deviasi


74

2.872. Dari uraian tersebut kita bisa mendapat informasi bahwa terdapat

perbedaan nilai mean antara pretest dan postest 1 adalah 3.829 dan

perbedaan nilai mean antara postest 1 dan postest 2 adalah 2.500. Hasil uji

paired t-test didapatkan nilai Sig. (2-tailed) = 0.000 (< α 0.05) dan nilai

mean -11.438. Nilai ini menunjukkan bahwa terapat perbedaan yang

signifikan antara pengetahuan responden sebelum dan sesudah diberikan

pendidikan kesehatan.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Zuhri (2009) didapatkan

hasil bahwa pendidikan kesehatan reproduksi berpengaruh terhadap

pengetahuan tentang kehamilan dan persalinan remaja. Hal ini ditunjukkan

dengan nilai p value = 0.000 (< α 0.05). Hasil ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Hastuti & Andriyani (2010) yang

didapatkan hasil bahwa terdapat perubahan mean tingkat pengetahuan

tentang kesehatan gigi dari buruk (37.5%) menjadi baik (62.5%) setelah

dilakukan intervensi berupa pendidikan kesehatan dengan metode ceramah

den demonstrasi dengan alat peraga. Hasil penelitiannya menunjukkan p

value = 0.002 < α 0.05 yang berarti ada pengaruh yang signifikan yang

terjadi terhadap pengetahuan responden setelah diberikan intervensi

berupa pendidikan kesehatan.

Dalam penelitian ini didapatkan informasi bahwa ada perbedaan

peningkatan pengetahuan tentang cara menyusui setelah dilakukan

intervensi sesuai dengan uji statistik yang telah dilakukan. Menurut J.

Guilbert terdapat beberapa faktor yang memengaruhi proses belajar yaitu

materi atau hal yang dipelajari, lingkungan yang dikelompokkan menjadi


75

dua yaitu lingkungan fisik (suhu, kelembapan udara, dan konsisi tempat

belajar) dan lingkungan sosial (manusia dengan segala interaksinya serta

respresentasinya seperti keramaian atau kegaduhan, lalu lintas, pasar, dan

sebagainya). Faktor lainnya yaitu instrumen yang terdiri dari perangkat

keras (hardware) seperti perlengkapan belajar alat-alat peraga dan

perangkat lunak (software) seperti kurikulum (dalam pendidikan formal),

pengajar atau fasilitator belajar, serta metode belajar mengajar. Faktor

yang terakhir yaitu kondisi individual subjek belajar yang dibedakan ke

dalam kondisi fisiologis seperti kekurangan gizi dan kondisi pancaindra

(terutama pendengaran dan penglihatan) (Nursalam & Efendi, 2008).

Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Astria

(2012) yang menunjukkan bahwa setelah dilakukan pendidikan kesehatan

terjadi peningkatan pengetahuan menjadi 30 responden yang

berpengetahuan baik (100%), dengan hasil uji Wilcoxon yaitu p value

p=0.000 yang menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan berpengaruh

terhadap tingkat pengetahuan ibu menyusui dari tidak tahu menjadi tahu.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lestari, Amelia, &

Rahmalia (2012) yang menunjukkan perbedaan kemampuan sebelum dan

sesudah diberikan pendidikan kesehatan menggunakan media audiovisual

pada kelompok eksperimen dengan p value 0.00 pada alpha 5%.

Menurut Bensley (2008) pendidikan kesehatan menggunakan

metode audiovisual seperti kaset, slide, OHP, poster, peraga atau buku

efektif untuk berbagai tingkat intelegensi (multiple intelligence). Tidak

hanya itu penggunaan alat peraga dalam pendidikan kesehatan memiliki


76

tingkat intensitas paling tinggi kedua setelah benda asli dan yang paling

rendah adalah kata-kata. Hal ini berarti bahwa penyampaian materi hanya

dengan kata-kata saja kurang efektif (Maulana, 2009). Selain itu penelitian

yang dilakukan oleh Hanum, Nurchayati, & Hasneli (2015) yang

menyatakan bahwa pendidikan kesehatan secara individual mampu

meningkatkan pengetahuan seseorang. Hal ini menunjukkan bahwa

banyak faktor yang berperan penting dalam keberhasilan pendidikan

kesehatan, termasuk materi yang disampaikan, media, dan metode

pendidikan kesehatan yang digunakan.

4. Pengetahuan Tingkat C3 Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan

Tentang Cara Menyusui

Aplikasi atau penerapan diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi nyata

(sebenarnya) atau dapat menggunakan hukum-hukum, rumus, metode,

prinsip dan sebagainya dalam situasi yang lain (Efendi & Makhfudli,

2009).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Wilayah Kerja

Puskesmas Pisangan terdapat sebanyak 15 orang (93.8%) yang melalukan

menyusui dengan cara yang tidak tepat dan hanya 1 orang (6.3%) saja

yang mampu melakukan cara menyusui dengan tepat sebelum diberikan

pendidikan kesehatan tentang cara menyusui. Tentu saja hal ini sangat

mengkhawatirkan karena meskipun menyusui merupakan hal yang sudah

lazim dilakukan seorang ibu namun pada saat praktek tetap masih belum

tepat. Namun, tentu saja cara menyusui ini akan berbeda jika dilakukan
77

pada bayi asli karena pada saat pretest ini penilaian masih menggunakan

alat peraga bayi.

Seperti yang sudah dituturkan di atas bahwa penggunaan alat

peraga berupa benda asli memiliki intensitas dan keefektifan yang paling

tinggi jika dibandingkan dengan benda tiruan (Maulana, 2009). Selain itu

faktor pengalaman juga mampu mempengaruhi pengetahuan seseorang,

dalam hal ini yaitu faktor paritas dari responden. Menurut Prawiharjo

(2008) keterampilan yang kurang dalam menyusui dipengaruhi oleh

berbagai faktor antara lain tingkat pendidikan, usia, dukungan keluarga,

ekonomi, dan paritas ibu.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Marshella, Rusmiyati & Elisa

(2014) yang menunjukkan bahwa 100% kemampuan ibu tentang cara

menyusui sebelum diberikan pendidikan kesehatan berada dalam kategori

kurang. Hal ini terjadi karena sebagian besar ibu belum mengetahui secara

benar teknik menyusui dan belum pernah mendapatkan pendidikan

kesehatan tentang cara menyusui yang benar. Ada beberapa ibu yang

salah dalam menghentikan isapan bayinya disaat masih menyusui.

5. Pengetahuan Tingkat C3 Setelah Diberikan Pendidikan Kesehatan

Tentang Cara Menyusui

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan data pada saat postest 1

jumlah responden yang mampu melakukan cara menyusui dengan tepat

sebanyak 75% dan jumlah responden yang melakukan cara menyusui

dengan tidak tepat sebanyak 25%. Sementara pada saat postest kedua

jumlah responden yang mampu melakukan cara menyusui dengan tepat


78

sebanyak 87.5% dan jumlah responden yang melakukan cara menyusui

dengan tidak tepat sebanyak 2 responden 12.5%. Meskipun terdapat

selang waktu antara postest 1 dan postest 2 namun angka rata-rata nilai

menunjukkan kenaikan yaitu dari 84 % menjadi 87%, ini menunjukkan

bahwa setelah diberikan pendidikan kesehatan terdapat kenaikan angka

rata-rata.

Menurut Maulana (2009) semakin banyak pancaindra digunakan,

semakin jelas pula pengertian atau pengetahuan yang diperoleh. Hal ini

menunjukkan bahwa keberadaan alat peraga dimaksudkan mengerahkan

indra sebanyak mungkin pada suatu objek sehingga memudahkan

pemahaman. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wibawa (2007)

terdapat peningkatan pengetahuan responden pada waktu sebelum

menerima perlakuan menggunakan metode demonstrasi dengan

pengetahuan responden setelah menerima perlakuan menggunakan

metode demonstrasi.

Pada saat postest 2 responden mengalami perubahan alat peraga

yaitu menggunakan alat peraga asli atau bayi yang telah lahir. Dari hasil

yang didapat terjadi peningkatan nilai dari postest 1 yaitu 84% berubah

menjadi 87%, dapat disimpulkan bahwa terjadi kenaikan nilai yang bisa

dipengaruhi karena perbedaan alat peraga yang digunakan. Alat peraga

berupa benda asli memiliki intensitas paling tinggi (Maulana, 2009).

Materi yang digunakan saat pendidikan kesehatan dapat

menentukan keefektifan penyampaian materi. Jika materi pelajaran yang

disampaikan saat pendidikan kesehatan dianggap penting oleh peserta


79

didik maka materi akan semakin mudah dipelajari, terlebih lagi apabila

pelajaran yang berhubungan dengan pengetahuan yang sudah diketahui

biasanya lebih diingat dibandingkan fakta-fakta yang tidak relevan

(Darjowidjojo, 2008). Pada saat diberikan pendidikan kesehatan maka

responden mendapatkan informasi yang akan disimpan oleh otak dan

menjadi ingatan. Data baru masuk ke dalam register sensoral melalui

proses penerjemahan lalu dimengerti secara ilmiah setelah itu tersimpan

dalam ingatan jangka-panjang. Sementara data-data yang tidak menarik

akan dibuang dan hilang, informasi ini akan memasuki ingatan jangka

pendek (Wright, 2005).

Ingatan jangka pendek harus berjalan aktif menuju memori jangka

panjang agar memori yang tersimpan bisa teringat dan berubah menjadi

memori jangka panjang dan lebih mudah direcall. Memori jangka pendek

menentukan apakah akan membuang sampai 90% dari informasi yang

diterimanya dalam selang 24 jam terakhir, atau meneruskan pengetahuan

itu ke memori jangka panjang. Jika otak mengerti apa yang dipelajari

maka informasi akan disimpan menjadi memori jangka panjang (Johnson,

2007).

6. Perbedaan Pengetahuan Tingkat C3 Setelah Diberikan Pendidikan

Kesehatan Tentang Cara Menyusui

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian ini diperoleh data

pretest dan postest 1 dapat menunjukkan bahwa nilai Exact Sig. (2-tailed)

menunjukkan p value 0.003 < α 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa


80

terdapat perbedaan tingkat kemampuan responden saat mengaplikasikan

cara menyusui sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan. Hasil

data ini diperoleh menggunakan uji paired t-test. Sedangkan untuk data

postest 1 dan postest 2 menggunakan uji Wilcoxon dengan hasil analisa

menunjukkan bahwa nilai Exact Sig. (2-tailed) menunjukkan p value 0.687

> α 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat

kemampuan responden saat mengaplikasikan cara menyusui sebelum dan

setelah diberikan pendidikan kesehatan. Hal ini bisa terjadi karena tidak

terdapat perubahan memori yang disimpan oleh responden.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Marshella, Rusmiyati, & Elisa

(2014) menunjukkan peningkatan kemampuan ibu tentang cara menyusui

setelah dilakukan pendidikan kesehatan. Hal ini dapat dilihat dari nilai

hasil uji statistik dengan menggunakan Wilcoxon Match Pair Test yang

menunjukkan hasil -4.932 dengan nilai p value 0.000 (< α 0.05) yang

menunjukkan bahwa adanya pengaruh pendidikan kesehatan yang

dilakukan terhadap peningkatan kemampuan ibu tentang cara menyusui.

Dalam penelitian ini didapatkan informasi terdapat pengaruh

bahwa adanya peningkatan kemampuan aplikasi ibu tentang cara menyusui

dilihat dari nilai pretest dan postest 1 yang menunjukkan p value 0.003 < α

0.05 yang berarti terdapat pengaruh pendidikan kesehatan yang dilakukan

kepada responden tentang cara menyusui. Hal ini berbeda dengan hasil

yang didapat pada postest 1 dan postest 2 p value 0.687 > α 0.05 yang

berarti tidak terdapat perbedaan antara postest 1 dan postest. Hal ini bisa

terjadi karena informasi yang didapat saat diberikan pendidikan kesehatan


81

dimengerti dan dianggap penting oleh responden sehingga informasi yang

didapat ditempatkan oleh otak dalam ingatan jangka panjang (Johnson,

2007).

C. Keterbatasan Penelitian

1. Pengisian Lembar Observasi

Pada saat melakukan intervensi kesehatan responden belum

melahirkan sehingga untuk melihat apakah intervensi yang diberikan pada

awal pretest ataupun postest 1 masih menggunakan alat peraga tiruan dan

ini sangat membuat rancu pada saat observasi pada domain pengisapan

ASI saat bayi menyusu.

2. Pelaksanaan Postest 2

Penelitian ini memiliki prosedur penelitian yang berbeda dengan

penelitian-penelitian sebelumnya yaitu menunggu hingga responden

melahirkan selama 7 hari. Namun karena taksiran partus yang ada

kebanyakan tidak sesuai dengan yang terjadi hingga menyebabkan

responden melahirkan dengan jarak yang berbeda-beda. Sehingga jarak

antara postest 1 dan postest 2 tidak semuanya sama.


BAB VII

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan dan

dijelaskan pada bab 5 dan 6, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Karakteristik responden mayoritas berada dalam kelompok dewasa awal

(26-35 tahun) yaitu sebanyak 11 responden (68.8%), tingkat pendidikan

responden mayoritas yaitu pendidikan menengah sebanyak 8 responden

(50%), pekerjaan responden mempunyai jumlah yang sama yaitu 8

responden untuk yang bekerja dan tidak bekerja, suku responden mayoritas

bersuku Jawa yaitu sebanyak 11 reponden (68.8%), dan mayoritas

responden berstatus paritas multipara yaitu sebanyak 11 responden

(68.8%).

2. Rata-rata skor pengetahuan ibu hamil dengan usia gestasi 36-40 minggu di

wilayah kerja Puskesmas Pisangan saat pretest adalah 21.31 dengan skor

tertinggi adalah 26 dan skor terendah adalah 18.

3. Rata-rata skor pengetahuan ibu hamil usia gestasi 36-40 minggu di wilayah

kerja Puskesmas Pisangan saat postest 1 adalah 25.13 dengan skor

tertinggi adalah 28 dan skor terendah adalah 22.

4. Rata-rata skor pengetahuan ibu hamil dengan usia gestasi 36-40 minggu di

wilayah kerja Puskesmas Pisangan saat postest 2 adalah 26.38 dengan skor

tertinggi adalah 29 dan skor terendah adalah 21.

82
83

5. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan

mempengaruhi skor pengetahuan tingkat C1 dan C2 ibu hamil dengan usia

gestasi 36-40 minggu di wilayah kerja Puskesmas Pisangan dengan nilai

beda rerata pretest dan postest 1 yaitu p = 0.000 (< α 0.05). Hal ini

menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan berpengaruh terhadap tingkat

pengetahuan responden. Sementara pada nilai rerata postest 1 dan postest 2

tidak terdapat perbedaan yang dapat dilihat dari nilai p = 0.059 (>0.05).

6. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan

mempengaruhi skor pengetahuan tingkat C3 ibu hamil dengan usia gestasi

36-40 minggu di wilayah kerja Puskesmas Pisangan dengan nilai beda

rerata pretest dan postest 1 yaitu p = 0.003 < α 0.05. Hal ini menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan tingkat kemampuan responden saat

mengaplikasikan cara menyusui sebelum dan setelah diberikan pendidikan

kesehatan. Sementara pada nilai rerata postest 1 dan postest 2 tidak terdapat

perbedaan yang dapat dilihat dari nilai p = 0.687 > α 0.05.

B. Saran

1. Bagi Mahasiswa Keperawatan

Dibutuhkan pengetahuan yang luas untuk melakukan program

kesehatan seperti pendidikan kesehatan ini, karena masyarakat yang tidak

bisa kita tebak dan kita duga pada saat melontarkan pertanyaan. Maka

tidak hanya harus menguasai materi pendidikan kesehatan peneliti juga

harus belajar hal lain seputar masalah-masalah yang biasa dialami ibu

hamil atau masalah lain sekitar responden yang mungkin nanti ditanyakan.
84

2. Bagi Masyarakat

Menyusui merupakan hal yang sangat lazim di masyarakat yang

sering dianggap biasa dan tidak memerlukan teknik atau cara tertentu,

sedangkan pada kenyataannya menyusui memiliki cara yang perlu

diperhatikan agar menghindari masalah-masalah yang mungkin bisa terjadi

seperti lecet dan bahkan gagal menyusui.

3. Bagi Puskesmas

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan puskesmas sebagai

pelayan kesehatan yang paling dekat dengan masyarakat mampu

memberikan pendidikan kesehatan tentang menyusui dalam hal ini tentang

cara menyusui. Kebanyakan dari masyarakat mengaku belum pernah

mendapatkan pendidikan kesehatan dari puskesmas mengenai cara

menyusui dan mendapatkan pengetahuan tentang cara menyusui dari

orangtua atau tetangga. Untuk kedepannya diharapkan puskesmas mampu

menyelenggarakan pendidikan kesehatan lebih menyeluruh dan menurut

hasil penelitian ini pendidikan kesehatan individual efektif dan mampu

meningkatkan pengetahuan ibu tentang cara menyusui, untuk itu peneliti

menyarakan agar puskesmas mampu menyelenggarakan program ini

dengan lebih baik ke depannya daripada yang telah dilakukan peneliti.


85

4. Peneliti Selanjutnya

a. Dilakukan penelitian lain tentang pengaruh pendidikan kesehatan

tentang cara menyusui dengan dua kelompok agar mampu

menunjukkan seberapa efektif metode pendidikan kesehatan individual

ini dibandingkan metode lain.

b. Perlu memperhatikan taksiran partus ibu hamil dengan benar dan

mengontrol ibu hamil agar tidak lupa untuk mengabari peneliti agar

memudahkan peneliti dalam pengambilan data.

c. Dilakukan penelitian tentang hubungan karakteristik responden

terhadap perbedaan pengetahuan ibu hamil tentang cara menyusui.

d. Perlu kerjasama yang baik dengan puskesmas setempat agar

mempermudah pengambilan data dan juga agar puskesmas mampu

merasakan kehadiran kita tidak hanya sekedar untuk penelitian tapi

juga membantu puskesmas dalam bertugas.


DAFTAR PUSTAKA

Aden, H. M. (2013). The Effect Of Infant Massage Towads The Sleeping Quality Of 6-12
Months Old Infants In Bu Ning’S Infant Therapy Clinic Janti, Depok, Sleman
Yogyakarta. 2.

Albantany, N. (2014). Pahala dan Doa Wanita Ketika Datang Bulan. Jakarta: Lembar
Langit Indonesia.

Alhamda, S. (2015). Buku Ajar Sosiologi Kesehatan. Jakarta: Deepublish.

Ambarwati, D., Meitawati, Y., Rizky, A., Lambung, E. A., Arianti, D., Tompunu, N. A.,
et al. (2015). Superbook for Supermom. Jakarta: FMedia.

Angsuko, D. V. (2009). Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Cara Menyusui Dengan


Perilaku Menyusui Bayi Usia 0-6 Bulan di Bidan Yuda, Klaten. Program Studi
DIV Kebidanan.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT


Rineka Cipta.

Asnawi, S. K., & Wijaya, C. (2005). Riset Keuangan: Pengujian-pengujian Empiris.


Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Astria, I. (2012). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Teknik Menyusui Terhadap


Pengetahuan Ibu Primipara di RSIA Siti Fatimah Makassar. 2.

Bahiyatun. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC.

Bastable, S. B. (2002). Perawat Sebagai Pendidik: Prinsip-prinsip Pengajaran dan


Pembelajaran. Jakarta: EGC.

Behrman, R. E., Kliegman, R. M., & Arvin, A. M. (2000). Ilmu Kesehatan Anak Nelson.
Jakarta: EGC.

Bensley, R. J. (2008). Metode Pendidikan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.

Bloomberg, M. R., & Farley, T. (2012). Mother's Guide to Breastfeeding: Prenatal


Curiculum. New York: New York Lactation Consultant Association.

Boswick, J. (1997). Perawatan Gawat Darurat. Jakarta: EGC.

Dahlan, M. (2011). Statistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan: Deskriptif Bivariat dan
Multivariat. Jakarta: Salemba Empat.

Damayanti, D. (2010). Asyiknya Minum ASI; Tips Nikmati Memberi ASI. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Darjowidjojo, S. (2008). Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Djiwandono, S. E. (2010). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.

Dinas Kesehatan Banten. (2011). Profil Kesehatan Provinsi Banten Tahun. Serang: Dinas
Kesehatan Provinsi Banten.

___________________. (2011). Assessment GAVI-HSS Direktorat Jenderal Bina Gizi


dan KIA Provinsi Banten. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Efendi, F. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Efendi, F., & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik
dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Fitriani, S. (2011). Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Gadhavi, R. N. (2013). Are Today’S Mother Aware Enough About Breast Feeding?: A
Knowledge, Attitude And. NATIONAL JOURNAL OF MEDICAL RESEARCH, 3.

Gilbert, G. G. (2011). Health Education: Creating Strategis For School and Community.
United States of Amerika: Jones and Bartlett Publishers.

Girish, S. (2015). Primipara Mother’s Knowledge, Attitude and Practice of Breastfeeding.


International Journal of Advanced Nursing Science and Practice, 7.

Glinner, J. A. (2010). Research Methods In Applied Settings: An Integrated Approsch To


Design And Analysis. New York: Taylor and Francis Group, LLC.

Green, L., & Kreuter, M. (1999). Health Program Planning: An Educational and
Enviromental Approach. Mountain View: Mayfield Publishing Company.

Gresham, B. B. (2016). Concepts of evidence-based practice for the physical therapist


assistant. United States of America: F. A. Davis Company.

Gulo, W. (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo.

Gumilar, I. (2007). Metode Riset untuk Bisnis dan Manajemen. Bandung: Widyatama.

Hamilton, P. M. (1995). Dasar-dasar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.

Handayani, D. S. (2006). Gambaran Pengetahuan Ibu Menyusui tentang Pemberian ASI


Ekslusif Berdasarkan Karakteristik Ibu Di Puskesmas Sukawarna Kota Bandung.
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.

Harianti, A. (2012). Statistika II. Yogyakarta: CV Andi Offset.

Harinaldi. (2005). Prinsip-Prinsip Statistik Untuk Teknik dan Sains. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Haroon, S., Das, J. K., Salam, R. A., Imdad, A., & Bhutta, Z. A. (2013). Breastfeeding
promotion interventions and breastfeeding practices: a systematic review. BMC
Public Health, 4.

Heffner, L. (2008). At A Glance: Sistem Reproduksi. Jakarta: 2008.

Himawati, L., & Mawarti, R. (2011). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Teknik
Menyusui Terhadap Pengetahuan Dan Perilaku Teknik Menyusui Pada Ibu
Primipara Di Bps Kecamatan Kalibawang Kulonprogo Tahun 2011. STIKES
'Aisyiyah Yogyakarta.

Imdad, A., Yakoob, M. Y., & Bhutta, Z. A. (2011). Effect of breastfeeding promotion
interventions on breastfeeding rates, with special focus on developing countries.
BMC Public Health, 6.

Imron, TA. (2010). Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan. Jakarta: CV Sagung Seto.

Johnson, E. B. (2007). Contextual Teachinf and Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar-


Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung: Mizan Learning Center
(MLC).

Kementrian Kesehatan RI. (2010). Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

_____________________. (2002). Manajemen Laktasi Buku Panduan Bagi Bidan dan


Petugas Kesehatan di Puskesmas. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan
Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat.

_____________________. (2010). Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial.


Jakarta: Direktorat Bina Kesehatan Anak Kemkes RI.

_____________________. (2014). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta:


Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

_____________________. (2014). Situasi dan Analisis ASI Eksklusif. Jakarta:


Kementrian Kesehatan RI.

Lapau, B. (2013). Metode Penelitin Kesehatan: Metode Ilmiah Penulisan Skripsi, Tesis,
dan Disertasi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Lawlis, F. (2006). The IQ Answer: Meningkatkan dan Memaksimalkan IQ Anak. Jakarta:


PT Gramedia Pustaka Utama.

Lestari, W., Amelia, N. R., & Rahmalia, S. (2012). Efektifitas Pendidikan Kesehatan
Tentangasi Terhadap Tingkat Pengetahuan, Kemampuan Dan Motivasi Menyusui
Primipara. Jurnal Ners Indonesia.

Lin, S. S., Chien, L. Y., Tai, C. J., & Lee, C. F. (2008). Effectiveness of a prenatal
education programme on breastfeeding outcomes in Taiwan. Journal Of Clinical
Nursing, 1.
Ludha, N., & Maulida, I. (2014). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Status Pekerjaan
Ibu Menyusui Dengan Pemberian Asi Eksklusif Pada Bayi Di Pesantunan .
Tegal: Politeknik Harapan Bersama.

Manuaba, I. A. (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC.

Manuaba, I. B. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.

Marshella, A. A., Rusmiyati, & Elisa. (2014). Pendidikan Kesehatan Tehnik Menyusui
Dengan Benar Terhadap Peningkatan Kemampuan Menyusui Pada Ibu Post
Partum Normal Di RSUD. Dr. Soewondo Kendal. 7.

Maulana, H. D. (2009). Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC.

Meadow, R., & Newell, S. (2005). Lecture Notes: Pediatrika. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Moody, J. (2006). Menyusui: Cara Mudah, Praktis, & Nyaman. Jakarta: Arcan.

Molika, E. (2015). 275 Tanya Jawab Seputar Kehamilan & Melahirkan. Jawa Timur:
Vicosta Publishing.

Muliawati, S. (2012). Studi Deskriptif Pelaksanaan Teknik Menyusui Bayi Tunggal di


RB MTA Semanggi Surakarta. Jurnal Ilmiah Rekam Medis dan Informatika
Kesehatan, 50.

Na'im, A., & Syaputra, H. (2010). Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, dan Bahasa
Sehari-hari Penduduk Indonesia: Hasil Sensus Penduduk 2010. Jakarta: Badan
Pusat Statistik.

Nofia, W. (2014). Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Ibu Tentang Pijat
Bayi Di Polindes Desa Kliengcot Aron Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh
Besar. 11.

Noorkasiani. (2009). Sosiologi Keperawatan. Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, S. (2007). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.

_____________. (2007). Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: PT RINEKA


CIPTA.

____________. (2003). Pendidikan Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta

_____________. (2010). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. Jakarta: PT Rineka


Cipta.

Nugroho, S. (2008). Dasar-dasar Metode Statistika. Jakarta: Grasindo.

Nurbaeti, I., & Lestari, K. B. (2013). Efektivitas Comprehensive Breastfeeding Education


terhadap Keberhasilan Pemberian Air Susu Ibu Postpartum. 97.
Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:
Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta:
Penerbit Salemba Medika.

________. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:


Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitin Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.

Nursalam, & Efendi, F. (2008). Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba


Medika.

Oxorn, H., & Forte, W. R. (2010). Ilmu Kebidanan: Patologi & Fisiologi Persalinan.
Yogyakarta: ANDI OFFSET.

Perinasia. (2004). Manajemen Laktasi: Menuju Persalinan Aman dan Bayi Lahir Sehat.
Jakarta.

Pitriani, R. (2014). Panduan Lengkap Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Normal. Yogyakarta:
Deepublish.

Primadi, O., Sitohang, V., Budijanto, D., Hardhana, B., & Soenardi, T. A. (2014). Profil
Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.

Priyono, Y. (2010). Merawat Bayi Tanpa Baby Sitter. Yogyakarta: MedPress (Anggota
IKAPI).

Rahmawati, M. D. (2010). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif


Pada Ibu Menyusui di Kelurahan Pedalangan Kecamatan Banumanik Kota
Semarang. Jurnal Kesmadaska, 11.

RISKESDAS. (2013, Desember 1). Riset Kesehatan Dasar. p. 244.

Roesli, Utami. (2005). Mengenal ASI Ekslusif. Jakarta: Trubus Agriwidya.

___________. (2009). Panduan Praktis Menyusui. Jakarta: Pustakan Bunda.

Saleh, A., Nurachmah, E., As'ad, S., & Hadju, V. (2014). Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Dengan Pendekatan Modelling Terhadap Pengetahuan, Kemampuan Praktek dan
Percaya Diri Ibu dalam Menstimuasi Tumbuh Kembang Bayi 0-6 Bulan di
Kabupaten Maros.

Santoso, S. (2006). Menggunakan SPSS untuk Statistik Non Parametrik. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo.

________. (2010). Statistik Multivariat. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Santrock, J. W. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.

Sari, W. (2012). Panduan Lengkap Kesehatan Wanita. Jakarta: Penebar Plus.


Sinsin, I. (2008). Seri Kesehatan Ibu dan Anak Masa Kehamilan dan Persalinan. Jakarta:
PT Elex Media Komputindo.

Sinsin, I. (2008). Seri Kesehatan Ibu dan Anak: Masa Kehamilan dan Persalinan.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Siregar, S. (2013). Statistika Parametrik Untuk Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi


Dengan Perhitungan Manual Dan Aplikasi SPSS Versi 17. Jakarta: Bumi Aksara.

Sitinjak, T., Durianto, D., Sugiarto, & Yunarto, H. I. (2004). Model Matriks Konsumen
Untuk Menciptakan Superior Customer Value. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.

Statistik, B. P. (2012). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementrian


Kesehatan Indonesia.

Sukmawati. (2014). Teknik Menyusui Selama Dua Tahun Dengan Benar Di Wilayah
Kerja Puskesmas Tangketada Kecamatan Tangketada Kabupaten Kolaka. 2.

Sulistianingsih, R. (2012). Tingkat pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Cara Menyusui


Yang Benar di Dusun Lemahbang Plosokerep Karangmalang, Kabupaten Sragen.

Sunarti, E. (2004). Mengasuh dengan Hati. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Swarjana, I. K. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: ANDI.

Syamsianah, A., Mufnaetty, & Mahardikha, M. D. (2010). Hubungan Tingkat Pendidikan


Dan Pengetahuan Ibu Tentang Asi Dengan Lama Pemberian Asi Eksklusif Pada
Balita Usia 6 – 24 Bulan Di Desa Kebonagung Kecamatan Kebonagung
Kabupaten Pacitan Provinsi Jawa Timur. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Indonesia.

Tim Pengembang Ilmu. (2007). Ilmu & Aplikasi Pendidikan. Bandung: PT. Imperial
Bhakti Utama.

Umar, H. (2007). Riset Sumber Daya Manusia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional & Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen. (2007). Jakarta: Visimedia.

UNICEF. (2012, Oktober). Kesehatan Ibu dan Anak. Ringkasan Kajian, pp. 1-4.

Uys, H., & Basson, A. (2005). Research Methodology in Nursing. Cape Town: Pretoria
West.

Ward, J. P. (2009). At A Glance Fisiologi. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Wasis. (2008). Pedomen Riset Praktis Untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC.
Wood, J., Hineman, E., & Meyers, D. (2009). Clinical Protocol Number #19:
Breastfeeding Promotion in the Prenatal Setting. Breastfeeding Medicine, 44.

Wright, P. H. (2005). Pengantar Engineering . Jakarta: Penerbit Erlangga.

Wulansari, I. (2014). Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Pemberian Air Susu Ibu
dengan Media Video Terhadap Perilaku Ibu di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten
Karanganyar. STIKES Kusuma Husada Surakarta, 3.

Yuliarti, N. (2010). Keajaiban ASI - Makanan terbaik untuk Kesehatan, Kecerdasan, dan
Kelincahan Si Kecil. Yogyakarta: CV Andi Offset.
Lampiran 1

No. Responden: ……………….

Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Saya yang bernama Yuli Sri Mulyani (1112104000033) adalah


mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Saat ini saya sedang melakukan penelitian dengan tema “pendidikan kesehatan
tentang cara menyusui”. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam
menyelesaikan tugas akhir di Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.

Untuk keperluan tersebut saya harapkan kesediaan ibu untuk menjadi


responden dalam penelitian ini. Selanjutnya jika ibu bersedia saya mohon untuk
mengisi kuesioner yang telah saya sediakan dengan jujur dan apa adanya. Semua
informasi yang ibu berikan akan dijamin kerahasiaannya dan hanya digunakan
untuk penelitian ini. Jika ibu bersedia, silahkan menandatangani lembar
persetujuan ini sebagai bukti kesediaan ibu.

Terimakasih atas partisipasi ibu dalam penelitian ini.

Ciputat, Maret 2016

Peneliti Responden

Yuli Sri Mulyani (………………………)


Lampiran 2

Kode:…………………….

KUESIONER PENELITIAN

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Ibu Hamil Usia


Gestasi 36-40 Minggu Tentang Cara Menyusui Di Wilayah Kerja Puskesmas
Pisangan

A. KARAKTERISTIK RESPONDEN
1. Nama Ibu (Inisial) :....................................................................
2. Umur :....................................................................
3. Pendidikan Terakhir :....................................................................
4. Status Paritas :....................................................................
5. Usia Kehamilan :.............minggu
6. Alamat Rumah :....................................................................
.....................................................................
7. Nomor Telepon :....................................................................
8. Suku :....................................................................
9. Pekerjaan :....................................................................
B. PENGETAHUAN
Berilah tanda centang (√) pada jawaban yang anda anggap benar.

No. Pernyataan Benar Salah

Seluruh badan bayi harus tersangga dengan baik saat


1
menyusui.

2 Posisi tubuh bayi sejajar dengan puting ibu.

Kepala bayi berada pada lengkung siku ibu dan bokong bayi
3
berada pada lengan bawah ibu.

4 Posisi kepala dan badan bayi lurus saat menyusu.

5 Kepala bayi menengadah saat menyusu.


6 Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.

7 Posisi badan bayi menghadap ke dada ibu.

8 Posisi perut bayi menempel perut ibu.

9 Hidung bayi dekat dengan puting ibu.

10 Pada saat menyusui dagu bayi tidak perlu menempel pada


payudara ibu.

11 Bibir dan dagu bawah bayi menjangkau payudara pertama


kali.

12 Mulut bayi harus terbuka lebar pada saat meyusu.

13 Bayi membuka mulutnya lebar untuk mencakup puting dan


areola (daerah kehitaman yang mengelilingi puting).

14 Bibir bawah bayi saat menyusu tidak perlu membuka lebar.

15 Tangan ibu menghalangi bibir bayi.

Pada saat menyusui, areola (daerah kehitaman yang


16
mengelilingi puting) tampak lebih banyak di bagian atas.

Sebagian besar areola (daerah kehitaman yang mengelilingi


17
puting) masuk ke dalam mulut bayi

Pengisapan ASI yang tepat akan menyebabkan payudara ibu


18
terasa lunak dan kosong setiap kali selesai menyusui.

19 Daerah areola bagian bawah tidak terlihat.

Bayi yang mengisap dengan baik jika bayi mengisap dengan


20
kuat.

21 Bayi melakukan hisapan pendek terus-menerus.

22 Saat mengisap terlihat ASI mengalir keluar melalui mulut


bayi.

23 Pipi bayi kempot saat menyusu.

24 Saat bayi menghisap membuat ritme yang teratur.

Bayi mengisap kuat dengan irama perlahan merupakan cara


25
mengisap ASI yang benar.

Bayi berhenti mengisap setiap 3-5 kali isapan untuk


26
menelan.

27 Bayi mengisap terus-menerus tanpa diselingi menelan.

28 Pola saat bayi mengisap ASI yaitu hisap-telan-hisap-telan.

Saat bayi menyusu terdengar suara “cik-cik” dari mulut


29
bayi.

30 Saat bayi istirahat mengisap, terdengar suara menelan.


Lampiran 3
CHEKLIST OBSERVASI
CARA MENYUSUI
Dilakukan
No Tindakan Menyusui
Ya Tidak

1 Ibu menyangga seluruh tubuh bayi, tidak hanya leher dan bahunya
saja.
2 Kepala dan tubuh bayi lurus.

3 Menghadapkan bayi ke dada, sehingga hidung bayi berhadapan


dengan puting susu.
4 Mendekatkan badan bayi ke bada ibu.

5 Dagu bayi menempel payudara.

6 Mulut bayi terbuka lebar.

7 Bibir bawah bayi membuka keluar.

8 Areola tampak lebih banyak di bagian atas daripada di bawah


mulut.
9 Bayi tampak mengisap secara dalam dan teratur yang diselingi
dengan istirahat. Pada saat bayi mengisap ASI, hanya terdengar
suara bayi menelan.

Total Skor

Keterangan:
a) Tepat jika semua pernyataan dalam kuesioner dilakukan.

b) Tidak tepat jika salah satu pernyataan dalam kuesioner tidak dilakukan.
Lampiran 4

SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP)

Pokok Bahasan : Cara Menyusui Bayi

Subpokok Bahasan : Pendidikan kesehatan tentang cara menyusui bayi yang


benar pada ibu hamil

Hari/Tanggal : Maret – April 2016

Waktu : 30 menit dan 10 menit untuk pretest dan postest

Narasumber : Yuli Sri Mulyani

Tempat : Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan

Sasaran : Ibu hamil usia gestasi 36-40 minggu

Pertemuan : 1 Kali

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan tentang cara menyusui bayi yang benar
selama 1 x 30 menit klien diharapkan mampu mengetahui tentang cara
menyusui bayi yang benar.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1 x 30 menit klien
diharapkan:
a. Mampu mengetahui pengertian menyusui.
b. Mampu mengetahui anatomi payudara dan fisiologi menyusui.
c. Mampu mengetahui manfaat menyusui jika dilakukan dengan cara
yang benar.
d. Mampu mengetahui cara menyusui yang benar.

1
e. Mampu mengetahui tanda menyusui yang benar.
f. Mampu mengetahui tanda kecukupan ASI bagi bayi.
g. Mampu mempraktekan cara menyusui yang benar.
B. Materi yang akan disampaikan (terlampir)
C. Metode yang digunakan
1. Ceramah
2. Demonstrasi
3. Tanya jawab
D. Media yang dibutuhkan
1. Lembar materi : cara menyusui bayi yang benar
2. Alat peraga
E. Kegiatan Penyuluhan

Kegiatan Alat/ Wakt


No Tahap Kegiatan Narasumber Media u
Peserta

1 Pendahuluan Pembukaan Mendengarka 5


(09.00-09.05 a) Mengucapkan salam n pembukaan menit
WIB) b) Memperkenalkan yang
diri disampaikan.
c) Menjelaskan tujuan
dan prosedur
d) Menyampaikan
kontrak waktu
e) Memberikan pretest
2 Penyajian 1. Menjelaskan tentang:  Mendengar Lembar 10
(09.05-09.15 a) Pengertian kan dan materi menit
WIB) menyusui. menyimak
b) Anatomi payudara penjelasan
dan fisiologi penyaji
menyusui. dengan
c) Manfaat menyusui baik.
jika dilakukan  Memberika
dengan cara yang n umpan
benar. balik
d) Cara menyusui yang terhadap
benar. materi yang
e) Tanda menyusui disampaika
yang benar. n.
f) Tanda kecukupan  Mematuhi
ASI bagi bayi. instruksi
penyuluh.
3 Demonstrasi Mempraktekan cara Mendengarka Alat 10
(09.15- 09. menyusui yang benar. n dan peraga menit
25 WIB) memprakteka
n cara
menyusui
yang benar.
4 Penutup 1. Evaluasi posttest Mengisi  Lembar 5
(09.25-09.30 2. Penutup lembar postest menit
WIB) a) Pemberian posttest yang  Pemberi
cendramata diberikan. an
kepada cendram
responden. ata
b) Salam penutup.

F. Evaluasi
Prosedur :Evaluasi pendidikan kesehatan ini dilakukan dengan memberikan
post test.
Metode : Metode yang digunakan dalam posttest ini adalah dengan cara
mengisi lembar kuesioner yang diberikan setelah dilakukan
pendidikan kesehatan mengenai cara menyusui bayi yang benar.
1. Evaluasi Struktural
a. SAP sudah siap tiga hari sebelum dilaksanakan kegiatan
b. Perlengkapan dan alat sudah siap

3
c. Rencana penyuluhan selesai
2. Evaluasi Proses
a. Perlengkapan dan tempat bisa digunakan sesuai dengan rencana
b. Responden bersedia secara aktif untuk menjadi peserta
c. Acara terlaksana sesuai dengan yang telah direncanakan
d. Waktunya tepat sesuai dengan yang telah direncanakan
3. Evaluasi Hasil
a. 100 % dari responden yang telah bersedia menjadi responden mengikuti
kegiatan sampai akhir.
b. 90 % peserta dapat meningkat pengetahuannya (posttest) dibandingkan
sebelum diberi penyuluhan (prettest).
Lampiran 5

Materi: CARA MENYUSUI BAYI DENGAN BENAR

a. Pengertian Menyusui
Menyusui merupakan salah satu komponen dari komponen dari sistem
reproduksi: hamil, melahirkan, dan menyusui. Proses menyusui tidak selalu
berjalan baik karena menyusui itu bukan sesuatu yang terjadi dengan
sendirinya, tetapi merupakan suatu keterampilan yang perlu diajarkan dan
dipersiapkan sejak hamil (Yuliarti, 2010).
Menyusui adalah suatu proses ilmiah dan merupakan suatu seni yang harus
dipelajari kembali. Untuk keberhasilan menyusui tidak diperlukan alat-alat
khusus dan biaya mahal. Yang diperlukan hanyalah kesabaran, waktu, sedikit
pengerahuan tentang menyusui, dan dukungan dari lingkungan terutama suami
(Roesli, 2005).
b. Anatomi dan Fisiologi Menyusui
Anatomi Payudara
Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di
atas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi
bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang
lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan saat menyusui 800 gram (Sari,
2012).
Menurut Roesli (2005) payudara terdiri dari bagian luar (eksternal) dan
bagian dalam (internal). Bagian luar terdiri dari: sepasang buah dada yang
terletak di dada, puting susu, dan daerah kecokelatan di sekitar puting susu
(areola mammae). Sementara bagian dalam terdiri dari empat jaringan utama:
kelenjar susu (mamary alveoli) merupakan pabrik susu, gudang susu (sinus
lactiferous) yang berfungsi menampung ASI, terletak di bawah daerah
kecokelatan di sekitar puting susu, saluran susu (ductus lactiferous) yang
mengalirkan susu dari pabrik susu ke gudang susu, serta jaringan penunjang
dan pelindung, seperti jaringan ikat dan sel lemak yang melindungi.
Gambar 1.1 Anatomi Payudara

(Heffner, 2008)

Fisiologi Menyusui

Selama kehamilan, hormon estrogen dan progesteron menginduksi

perkembangan alveolus dan duktus laktiverus di dalam mamae atau payudara dan

juga merangsang produksi kolostrum. Namun, produksi ASI tidak berlangsung

sampai sesudah kelahiran bayi ketika kadar hormon setrogen ini menurun.

Penurunan kadar estrogen ini memungkinkan meningkatnya kadar prolaktin dan

produksi ASI pun dimulai. Produksi prolaktin yang berkesinambungan

disebabkan oleh proses menyusui (Bahiyatun, 2009).

Pelepasan ASI berada di bawah kendali neuroendokrin. Rangsangan

sentuhan pada payudara yaitu bayi menghisap akan merangsang produksi

prolaktin yang memicu sel-sel kelenjar memproduksi ASI, sehingga semakin

sering bayi menyusu semakin banyak prolaktin yang diproduksi sehingga makin
banyak produksi air susu. Proses ini dikenal dengan refleks prolaktin (Pitriani,

2014).

Prolaktin menstimulasi produksi air susu, tetapi diperlukan hormon lain

untuk mengeluarkan air susu ke permukaan puting susu. Stimulasi

mekanoreseptor areolar oleh isapan bayi akan mengaktivasi jalur saraf yang naik

ke nukleus paraventrikel dan nukleus supraoptik hipotalamus melalui nukleus

servikalis lateral pada batang otak. Jalur saraf ini mengeksitasi neuron

magnoselular untuk menyekresi oksitosin secara pulsatil ke dalam darah dalam

interval 10-20 menit. Masih belum jelas bagaimana stimulus pengisapan, yang

berlangsung terus-menerus, dapat ditranslasi menjadi aktivitas sel penyekresi

oksitosin secara episodik. Sekresi pulsatil oksitosin tampaknya terjadi karena

aktivasi stimultan semua neuron oksitosin di kedua nukleus.

Hormon oksitosin merupakan stimulan sel mioepitel yang poten, yang

memompa air susu dari sinus laktiferus ke luar puting hingga sampai ke mulut

bayi. Keluarnya air susu ini meningkatkan refleks isapan bayi lebih lanjut,

menyebabkan lebih banyak oksitosin yang disekresi, sehingga terbentuklah sistem

umpan balik positif lainnya yagn bekerja sampai bayi kenyang. Refleks

pengeluaran (ejeksi) air susu juga distimulasi sebagai respons terhadap tangisan

bayi sebagia akibat pengkondisian psikologis. Namun demikian, stres pada ibu

bisa menginhibisi dengan kuat refleks pengeluaran air susu ini, sehingga stres

pada ibu ini merupakan salah satu penyebab kegagalan laktasi tersering pada para

ibu baru (Ward, 2009).


c. Manfaat Menyusui

Manfaat menyusu bagi bayi

a) Air susu ibu merupakan makanan bayi yang mudah dicerna, bersih, aman

dari kuman, selalu siap disajikan, mengandung zat gizi dan zat pelindung

yang dibtuhkan bayi.

b) Bayi yang mendapat ASI jarang mengalami mencret atau diare, alergi,

sembelit, terhindar dari kelebihan kalori, dan mendapat perasaan aman

dalam dekapan ibu.

c) Gerakan menghisap payudara ibu tiap menyusui akan memperkuat rahang

dan merangsang pertumbuhan gigi bayi tersebut.

Manfaat menyusui bagi ibu

a) Mempercepat proses pemulihan rahim ke ukuran sebelum melahirkan.

b) Mengurangi kemungkinan terjadinya kanker payudara di kemudian hari.

c) Mempercepat jalinan kasih sayang antara ibu dan bayi.

d) Menghemat serta mudah mendapatkannya (Manuaba, 2009).

d. Cara Menyusui yang Benar

Berikut ini penjelasan tentang posisi dan pelekatan saat menyusui yang benar

menurut Depkes RI (2010).

a) Posisi

1) Sanggalah seluruh tubuh bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja.

2) Kepala dan tubuh bayi lurus.

3) Hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan

puting susu.
4) Dekatkan badan bayi ke badan ibu.

b) Pelekatan

1) Menyentuhkan puting susu ke bibir bayi.

2) Menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.

3) Segera mendekatkan bayi ke arah payudara sedimikian rupa sehingga

bibir bawah bayi terletak di bawah puting susu.

c) Cara melekatkan yang benar ditandai dengan dagu bayi menempel pada

payudara ibu, mulut bayi terbuka lebar, bibir bawah bayi membuka keluar,

dan areola tampak lebih banyak di bagian atas daripada bagian bawah.

d) Bayi mengisap dengan efektif jika bayi mengisap secara dalam, teratur

yang diselingi istirahat. Pada saat bayi mengisap ASI, hanya terdengar

suara bayi menelan.

e) Amati apakah perlekatan dan posisi bayi sudah benar dan bayi sudah

mengisap dengan efektif. Jika belum, cobalah sekali lagi.

a. Tanda Menyusu yang Benar dan Tanda Kecukupan ASI

Tanda-tanda ibu telah menyusui bayi dengan benar, antara lain:

1) Mulut bayi terbuka lebar dan bibir terlibat ke luar.

2) Dagu dan hidungnya menempel payudara.

3) Bayi telah memasukkan sebanyak mungkin bagian areola ke dalam

mulutnya.

4) Bayi menyusu dengan teratur dan mendalam, sebentar-bentar berhenti

sesaat.

5) Bayi menelan susu yang diminum secara teratur.


6) Puting susu terasa nyaman setelah beberapa kali pemberian susu pertama

(Yuliarti, 2010).

Tanda-tanda ibu belum menyusui bayi dengan benar, antara lain:

1) Kepala bayi tidak lurus dengan badannya.

2) Bayi hanya menyusu pada puting susu, tidak menyusu pada areola dengan

puting susu masuk jauh ke dalam mulutnya.

3) Bayi menyusu dengan ringan, cepat, dan gugup, tidak menyusu dengan

sungguh-sungguh dan teratur.

4) Pipinya berkerut ke arah dalam atau ibu mendengar suara “cik-cik”.

5) Ibu tidak mendengar bayinya menelan secara teratur setelah produksi air

susu meningkat (Yuliarti, 2010).

Tanda bayi menyusu dengan benar

1) Bayi tampak tenang.

2) Badan bayi menempel pada perut bayi.

3) Mulut bayi terbuka lebar.

4) Dagu menempel pada payudara ibu.

5) Sebagian besar areola payudara masuk ke dalam mulut bayi.

6) Bayi tampak mengisap kuat dengan irama perlahan.

7) Puting susu ibu tidak terasa nyeri.

8) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.

9) Kepala tidak menengadah (Bahiyatun, 2009).


Tanda kecukupan ASI

1) Bayi berkemih 6 kali dalam 24 jam dan warnanya jernih sampai

kuning muda.

2) Bayi sering buang air besar berwarna kekuningan dengan bentuk

“berbiji”.

3) Bayi tampak puas, sewaktu-watu merasa lapar, bangun dan tidur

cukup.

4) Bayi setidaknya menyusu 10-12 kali dalam 24 jam.

5) Payudara ibu terasa lunak dan kosong setiap kali selesai menyusui.

6) Ibu dapat merasakan geli karena aliran ASI, setip kali bayi menyusu.

7) Bayi bertambah berat badannya (Bahiyatun, 2009).


Lampiran 6
Lampiran 7

Daftar nilai pengetahuan responden sebelum dan setelah diberikan

pendidikan kesehatan

No. Nilai Pretest


Nilai Postest 1 (%) Nilai Postest 2 (%)
Responden (%)
1 72 75 72
2 63 75 81
3 66 81 87
4 63 78 87
5 63 78 87
6 69 75 66
7 54 66 84
8 69 84 87
9 60 78 87
10 57 78 72
11 78 84 87
12 63 75 72
13 63 69 81
14 63 66 63
15 60 69 69
16 60 75 84
Lampiran 8 Hasil Uji Validitas

No. Pernyataan Skor

1 Seluruh badan bayi harus tersangga dengan baik saat menyusui. ,607**

2 Posisi tubuh bayi sejajar dengan puting ibu. ,070

Kepala bayi berada pada lengkung siku ibu dan bokong bayi
3 -,101
berada pada lengan bawah ibu.

4 Posisi kepala dan badan bayi lurus saat menyusu. ,162

5 Kepala bayi menengadah saat menyusu. ,143

6 Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus. .361*

7 Posisi badan bayi menghadap ke dada ibu. ,498**

8 Posisi perut bayi menempel perut ibu. ,443**

9 Hidung bayi dekat dengan puting ibu. ,355*

10 Pada saat menyusui dagu bayi tidak perlu menempel pada -,127
payudara ibu.

11 Bibir dan dagu bawah bayi menjangkau payudara pertama kali. ,366*

12 Mulut bayi harus terbuka lebar pada saat meyusu. ,338

13 Bayi membuka mulutnya lebar untuk mencakup puting dan areola ,354*
(daerah kehitaman yang mengelilingi puting).

14 Bibir bawah bayi saat menyusu tidak perlu membuka lebar. ,126

15 Tangan ibu menghalangi bibir bayi. ,162

Pada saat menyusui, areola (daerah kehitaman yang mengelilingi ,085


16
puting) tampak lebih banyak di bagian atas.
Sebagian besar areola (daerah kehitaman yang mengelilingi puting) ,138
17
masuk ke dalam mulut bayi.

Pengisapan ASI yang tepat akan menyebabkan payudara ibu terasa


18 -,199
lunak dan kosong setiap kali selesai menyusui.

Areola (daerah kehitaman yang mengelilingi puting) bagian bawah


19 ,339*
tidak terlihat.

20 Bayi yang mengisap dengan baik jika bayi mengisap dengan kuat. ,354*

21 Bayi melakukan hisapan pendek terus-menerus. ,086

22 Saat mengisap terlihat ASI mengalir keluar melalui mulut bayi. ,523**

23 Pipi bayi kempot saat menyusu. ,369*

24 Saat bayi menghisap membuat ritme yang teratur. ,176

Bayi mengisap kuat dengan irama perlahan merupakan cara -,251


25
mengisap ASI yang benar.

26 Bayi berhenti mengisap setiap 3-5 kali isapan untuk menelan. ,394*

27 Bayi mengisap terus-menerus tanpa diselingi menelan. ,167

28 Pola saat bayi mengisap ASI yaitu hisap-telan-hisap-telan. ,291

29 Saat bayi menyusu terdengar suara “cik-cik” dari mulut bayi. ,174

30 Saat bayi istirahat mengisap, terdengar suara menelan. ,044


Lampiran 9 Hasil Uji Reliabilitas

Kuder and Richardson Formula 20 dan 21

Item Soal
No A1 A1 A1 A1 A1 A1 A1 A2 A2 A2 A2 A2 A2 A2 A2 A2 A2 A3 Tota
A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12
3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 l

1 21
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0

2 22
1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1

3 21
1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1

4 23
1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1

5 22
1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1

6 18
1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1

7 22
1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0

8 18
1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1

9 24
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1

10 24
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1

11 21
1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1

12 21
1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1

13 20
1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1

14 23
1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1

15 26
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1

16 20
1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1

17 23
1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0

18 20
1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0

19 23
1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1

20 21
1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1

21 23
1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1

22 21
1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1

23 23
1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1
24 21
1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1

25 15
0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1

26 19
1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1

27 24
1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1

28 17
0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1

29 23
1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1

30 24
1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1

31 25
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1

32
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1

33
1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0

34 24
1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1
Tota
32 32 33 28 17 28 33 31 24 17 28 32 31 22 27 18 23 32 25 30 13 17 7 30 32 28 25 5 9 29 692
l

0,9411 0,9705 0,8235 0,5000 0,8235 0,9705 0,9117 0,7058 0,5000 0,8235 0,9411
p 0,94118
8 9 3 0 3 9 6 8 0 3 8
0,0588 0,0294 0,1764 0,5000 0,1764 0,0294 0,0882 0,2941 0,5000 0,1764 0,0588
q 0,05882
2 1 7 0 7 1 4 2 0 7 2
0,0553 0,0285 0,1453 0,2500 0,1453 0,0285 0,0804 0,2076 0,2500 0,1453 0,0553
pq 0,05536
6 5 3 0 3 5 5 1 0 3 6

k 12

Σpq 1,44723

var 5,67188

Mea 21,6250
n 0
ρ
(KR 0,81255
20)
ρ
(KR 4,42700
21)
Lampiran 10

ANALISIS UNIVARIAT

Pendidikan Terakhir
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Pendidikan Dasar 4 25,0 25,0 25,0

Pendidikan Menengah 8 50,0 50,0 75,0

Pendidikan Tinggi 4 25,0 25,0 100,0

Total 16 100,0 100,0

Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Bekerja 8 50,0 50,0 50,0

Tidak Bekerja 8 50,0 50,0 100,0

Total 16 100,0 100,0

Suku
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Jawa 11 68,8 68,8 68,8

Sunda 4 25,0 25,0 93,8

Betawi 1 6,3 6,3 100,0

Total 16 100,0 100,0

kategori usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Remaja Akhir 2 12,5 12,5 12,5

Dewasa Awal 11 68,8 68,8 81,3

Dewasa Akhir 3 18,8 18,8 100,0

Total 16 100,0 100,0

Status Paritas
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Primipara 5 31,3 31,3 31,3

Multipara 11 68,8 68,8 100,0

Total 16 100,0 100,0


kategori pretest aplikasi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Tepat 15 93,8 93,8 93,8

Tepat 1 6,3 6,3 100,0

Total 16 100,0 100,0

kategori postest 1 aplikasi


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Tepat 12 75,0 75,0 75,0

Tepat 4 25,0 25,0 100,0

Total 16 100,0 100,0

kategori postest 2 aplikasi


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Tepat 2 12,5 12,5 12,5

Tepat 14 87,5 87,5 100,0

Total 16 100,0 100,0

kategori pretest pengetahuan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Baik 1 6,3 6,3 6,3

Cukup 14 87,5 87,5 93,8


Kurang 1 6,3 6,3 100,0

Total 16 100,0 100,0

kategori postest 1 pengetahuan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Baik 7 43,8 43,8 43,8

Cukup 9 56,3 56,3 100,0

Total 16 100,0 100,0

kategori postest 2 pengetahuan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Baik 10 62,5 62,5 62,5

Cukup 6 37,5 37,5 100,0


Total 16 100,0 100,0
UJI NORMALITAS
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

skor pretest ,251 16 ,008 ,932 16 ,265


skor postest 1 pengetahuan ,223 16 ,032 ,921 16 ,173
skor postest 2 pengetahuan ,214 16 ,048 ,830 16 ,007

a. Lilliefors Significance Correction


LAMPIRAN 11

ANALISIS BIVARIAT

UJI PAIRED T-TEST

Paired Samples Statistics


Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 skor pretest 63,94 16 5,870 1,468

skor postest 1 pengetahuan 75,38 16 5,572 1,393

Paired Samples Correlations


N Correlation Sig.

Pair 1 skor pretest & skor postest 1


16 ,557 ,025
pengetahuan

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval

Std. Std. Error of the Difference Sig. (2-


Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)

Pair skor pretest - skor


-
1 postest 1 5,391 1,348 -14,310 -8,565 -8,486 15 ,000
11,438
pengetahuan

Uji Wilcoxon

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
a
skor postest pengetahuan kedua Negative Ranks 5 5,40 27,00
- Skor postest pengetahuan Positive Ranks 10b 9,30 93,00
pertama Ties 1 c

Total 16

a. skor postest pengetahuan kedua < Skor postest pengetahuan pertama


b. skor postest pengetahuan kedua > Skor postest pengetahuan pertama
c. skor postest pengetahuan kedua = Skor postest pengetahuan pertama

Test Statisticsa
skor postest
pengetahuan
kedua - Skor
postest
pengetahuan
pertama

Z -1,891b
Asymp. Sig. (2-tailed) ,059

a. Wilcoxon Signed Ranks Test


b. Based on negative ranks.

Statistics
Skor postest skor postest
Skor Pengetahuan pengetahuan pengetahuan
Pre-Test pertama kedua

N Valid 16 16 16

Missing 0 0 0
Mean 21,31 25,13 26,38
Median 21,00 25,00 27,50
Std. Deviation 1,957 1,857 2,872
Variance 3,829 3,450 8,250
Minimum 18 22 21
Maximum 26 28 29

Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation

skor pretest 16 24 54 78 63,94 5,870


skor postest 1 pengetahuan 16 18 66 84 75,38 5,572
skor postest 2 pengetahuan 16 24 63 87 79,13 8,617
Valid N (listwise) 16
McNemar Test

kat_pre_apli & kat_post1_apli


kat_post1_apli

kat_pre_apli Tepat Tidak Tepat

Tepat 0 1
Tidak Tepat 12 3

Test Statisticsa
kat_pre_apli &
kat_post1_apli

N 16
Exact Sig. (2-tailed) ,003b

a. McNemar Test
b. Binomial distribution used.

McNemar Test

kat_post1_apli & kat_post2_apli


kat_post2_apli

kat_post1_apli Tepat Tidak Tepat

Tepat 10 2
Tidak Tepat 4 0

Test Statisticsa
kat_post1_apli &
kat_post2_apli

N 16
Exact Sig. (2-tailed) ,687b

a. McNemar Test
b. Binomial distribution used.

You might also like