Vitamin Jurnal
Vitamin Jurnal
Vitamin Jurnal
1
Continuing Education XXXV
Korespondensi :
Dr. Boerhan Hidajat, dr, SpA(K)
Divisi Nutrisi dan Penyakit Metabolik Bagian Ilmu Kesehatan Anak
FK Unair RSU Dr.Soetomo
Jl. Mayjen Prof Moestopo 6-8
Surabaya
Telp 031-5501693, Fax 031-5501748
Email : [email protected]
Abstract
The balance between prooxidants and antioxidants is critical for survival and functioning
of aerobic organisms. An imbalance favoring prooxidants and/or disfavoring
antioxidants, potentially leading to damage, has been called oxidative stress. During
aging the oxidant/antioxidant balance is shifted toward oxidative stress. While oxidants
can directly damage tissues, oxidant reactions can also initiate or alter cellular signaling
cascades that can serve to amplify the oxidants effect. The physiological and
pharmacological strategies for antioxidant defense are organized in three categories:
prevention, interception, and repair. Most antioxidants work at the level of interception.
Several diseases have been related to oxidative stress . Recently, antioxidant functions
have also been linked to anti-inflammatory properties. The wide array of enzymatic and
non enzymatic antioxidant defenses, includes superoxide dismustase (SOD), glutathione
peroxidase (GSHPx), catalase (CAT), ascorbic acid (vitamin C), a-tocopherol (vitamin
E), reduced glutathione (GSH), -carotene, and vitamin A. In Paediatrics, antioxidants
status had been measured in various diseases, showed that most of the antioxidants were
significantly decreased, and the antioxidants supplementation may enhance the condition.
Keywords: Free radicals, oxidative stress, antioxidant, glutathione, catalase, vitamin A,
vitamin E, vitamin C
Abstrak
Keseimbangan antara prooxidan dan antioksidan pada organisme aerobik merupakan
kondisi yang kritis. Kalau keseimbangan mengarah pada prooksidan maka akan terjadi
proses pengrusakan yang disebut sebagai stres oksidatif. Dengan bertambahnya umur
maka keseimbangan oksidan dan antioksidan makin mengarah pada stres oksidatif.
Oksidan selain dapat merusak jaringan secara langsung juga dapat merangsang seluruh
sistem sel secara berantai sehingga dapat memperluas proses pengrusakan oleh oksidan.
Secara fisiologis dan farmakologis sistim pertahanan antioksidan mempunyai 3 kategori:
pencegahan, pencegatan dan pemulihan. Sebagian besar antioksidan bekerja pada
kategori sebagai pencegatan. Beberapa penyakit telah dibuktikan berhubungan dengan
proses stres aksidatif. Akhir-akhir ini, antioksidan juga dianggap mempunyai fungsi
sebagai anti keradangan. Termasuk sebagai antioksidan: superoxide dismustase (SOD),
Kata Kunci: Radikal bebas, stres oksidatif, antioksidan, glutathione, catalase, vitamin A,
vitamin E, vitamin C
PENDAHULUAN
Radikal bebas (free radicals) adalah molekul yang sangat reaktif, karena memiliki
elektron yang tidak berpasangan dalam orbital luarnya, sehingga dapat bereaksi dengan
molekul sel tubuh dengan cara mengikat elektron dari molekul sel tubuh tersebut. Radikal
bebas dapat mengganggu integritas sel dan dapat bereaksi dengan komponen-komponen
sel, baik komponen struktural (molekul-molekul penyusun membran) maupun komponen
fungsional (protein, enzim-enzim, DNA dll)
Tubuh kita secara terus-menerus mengalami pembentukan radikal bebas melalui
proses metabolisme sel normal, proses peradangan, malnutrisi, respons terhadap sinar
gamma, UV, asap rokok, alkohol, polusi, obat-obatan, radang dan luka, kelelahan, stres,
depresi dan cemas, olah raga berlebihan, kemoterapi/rontgen, peptisida/herbisida,
insektisida bahan-bahan pengawet dan lain-lainnya.1,2
Pembentukan radikal bebas (stres oksidasi) sebenarnya merupakan kondisi
fisiologis yang memegang peranan penting dalam proses terjadinya suatu penyakit, serta
proses ketuaan. Pada umumnya sel bereaksi terhadap stres oksidasi ini dengan
meningkatkan sistem pertahanan antioksidan serta sistim pertahanan lain. Namun stres
yang berat dapat merusak secara permanen DNA, protein serta lemak. Antioksidan adalah
bahan yang dapat menghilangkan radikal bebas dengan melalui reaksi kimia sehingga
dapat mengurangi terjadinya stres oksidasi. Telah dikenal beratus macam antioksidan,
namun ada 5 jaringan anti oksidan yang penting vitamin C dan E, glutathione, asam
lipoik dan Coenzim Q10 (Co Q10). Para ilmuwan berpendapat bahwa radikal bebas itu
bekerja secara tersendiri.3
Sejak 1996 telah banyak data yang menunjukkan peranan antioksidan yang
berasal dari buah-buahan dan sayur dalam pertahanan terhadap stres oksidasi akibat
penyakit kronik, baik dalam jangka pendek dengan mencegah kerusakan jaringan maupun
dalam jangka panjang dalam menjaga kesehatan secara keseluruhan. Anti oksidan dapat
bersumber dari makanan, termasuk tokoferol, asam askorbik, vitamin A beserta
prekursornya beta carotene dan berbagai bahan tumbuhan lain seperti fitokimia
(karotenoid, bioflavonoid dan flavonoid).4
Keseimbangan antara prooxidan dan antioksidan merupakan kondisi kritis pada
penyelamatan organisme aerobik. Kalau keseimbangan mengarah pada prooksidan maka
akan terjadi proses pengrusakan yang disebut sebagai stres oksidasi. Dalam proses
penuaan, keseimbangan mengarah pada stres oksidasi. Karenanya menjaga keseimbangan
antara keduanya merupakan hal yang sangat penting dalam menjaga kesehatan bahkan
kalau perlu diberikan sebagai suplemen.
Sebenarnya masalah radikal bebas telah ditulis pertama oleh Fenton pada 1894,
dalam percobaanya yang kemudian dikenal sebagai reaksi Fenton, dengan mencampur
larutan fero-sulfat dengan hidrogen peroksida.
Radikal bebas dapat terbentuk dengan melalui senyawa:5
1. Homolisis dari ikatan kovalen
Homolisis
A:B A? + B?
A + e ? A ?
A ? A+ ? + e
Radikal bebas juga dapat terbentuk didalam sel akibat berbagai agen, termasuk bahan
kimia ataupun obat-obatan, misalnya carbon tetrachlorida. Sitokrom hepatik P-450
merubah carbon tetraclorida menjadi trichloromethylradikal bebas:
Radikal bebas trichloromethyl secara cepat bereaksi dengan oksigen membentuk senyawa
trichloromethyl peroxyd yang sangat reaktip
CCl3? + O2 ? CCl3O2 ?
Disini dapat kita lihat bahwa oksigen dalam peranan biologisnya dapat berperan
sebagai pedang bermata dua. Disatu pihak sangat dibutuhkan sebagai zat dalam proses
kehidupan, tetapi dilain pihak dapat menjadi bahan perusak sel tubuh kita. Demikian
pula telah lama kita kenal istilah keracunan oksigen. Dalam laboratorium hewan sejak
1899 telah dikatakan bahwa kadar oksigen diatas 70% dapat menjadi racun pada anjing,
kelinci, babi serta tikus. Pada manusia pemberian oksigen diatas 60% dalam waktu yang
lama harus hati-hati. Radikal bebas ini merusak sel pada komponen protein, DNA dan
dinding sel (polyunsaturated fatty acids), sehingga terjadi kerusakan dinding sel dan
menyebabkan gangguan pada integritas sel.
Secara alamiah terdapat berbagai sistem pertahanan terhadap radikal bebas yang
sering dikenal sebagai antioksidan:
1. Enzim antioxidan
Catalase
Glutathione peroxidase
Glutathione reductase
Superoxide dismutase (Cu-Zn dan Mn)
2. Ikatan protein dan logam
Ceruloplasmin
Ferritin
Lactoferrin
Metallotheinein
Transferrin
Hemoglobin
Myoglobin
3. Anti oksidan yang umum (scavenger)
Bilirubin
Carotenoids (beta-carotene, lypocene)
Flavonoids (quercetin, rutin, catechin)
Asam urat
Thiols (R-SH)
Vitamin A, C, E
4. Antioksidan lain:
Tembaga
Glutathione
Mangan
Selenium
Seng
terutama dari bagian-bagian sel yang sensitip.6 Secara fungsional mereka dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
1. Antioksidan primer (mencegah pembentukan radikal bebas):
Superoksida Dismutase (SOD)
Glutation Peroksida (GPx)
2. Antioksida sekunder (Menangkap dan menetralisir radikal bebas)
Vitamin E, C, Caroten
Asam urat, Bilirubin, Albumin
3. Antioksidan tertier ( melakukan perbaikan)
Enzim yang memperbaiki DNA
Methionin Suphoxide Reductase
Dalam pengertian klinis praktis yang sering dianggap sebagai antioksidan total
adalah antioksidan yang mempunyai berat molekul besar (primer) serta berfungsi
mencegah terbentuknya radikal bebas, dalam hal ini: SOD (Superoksida Dismutase) dan
Glutation Peroksidase (GPx). Kadar mereka berkisar: 1,30 1,77 mmol/L (SOD: 1,102
1,601 /g Hb, GPx: 27,5 73,6 /g Hb). Secara teoritis kalau kita dapat menentukan
kadar bahan ini dalam darah maka kita dapat melakukan prediksi terhadap adanya bahaya
terhadap radikal bebas, dengan sekaligus memberikannya antioksidan serta dapat
mengikuti efektifitas berbagai pengobatan.
Secara biokemis antioksidan dapat digolongkan dalam kelompok yang bekerjanya
secara enzimatik dan non enzimatik:
1. Enzimatik:
Glutathation Peroksidase (enzim yang mengandung selenium),
menetralisir Hidrogen Peroksida
Glutathioneone Glutathioneone
peroxidase reduktase
H2O2 ? H2O + O2
2O2 ? - + 2H + ? H2O2 + O2
PENGGUNAAN ANTIOKSIDAN
Ternyata dengan pemberian Asam askorbik (vitamin C), b-carotene, a-tocopherol dan
nikotinamid yang berfungsi sebagai antioksidan, remisi dapat lebih sering terjadi, serta
dapat menurunkan dosis dari insulin. Keadaan ini dapat terlihat lebih nyata pada
penderita baru.11
pertumbuhan otaknya serta menjaga kerusakan organ otaknya akibat proses stres
oksidasi.16
DAFTAR PUSTAKA