POLA SDA Wilayah Sungai Pemali Comal

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 20

STUDI POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR TERPADU WILAYAH SUNGAI

PEMALI COMAL PROPINSI JAWA TENGAH

Kelik Istanto2,Suripin3,Suseno Darsono4

Pemali Comal river basin is located in Brebes, Tegal, Pemalang, Pekalongan, and Batang district,
Central Java Province. The objectives of study is to set up the water resources management pattern,
fulfil water requirement according to the quality and quantity, time and location based on
available resources.Conservation, water resources utilization, and controlling destructive water,
the aspects of water resources management, were analyzed and simulated based on secondary data
to obtain the result related to water resources management. Analyzing and simulating process were
carried out by using Arc view 3.3, HYMOS 4, and RIBASIM 6.33 softwares. There are two critical
sub river basins; Comal and Sengkarang, and four nearly critical sub river basins; Kupang,
Cacaban, Gung, and Sragi Baru. Pemali Comal river basin has available water is about 10.75 x 109
m3/year but the water utilization is still about 1.9 x 109 m3/year (17.7 %). Water requirement
(irrigation, DMI) havent been service enough by water supply capacity. The location of flood
prone areas are spread out in downstream of nearly critical and critical sub river basin. Water
resources management is carried out by conserved catchment area, upstream area of river basin
especially critical sub river basin and reconsidered suitability area, increased supply capacity,
involved stakeholder and public in planning, construction, supervision, evaluation of water
resources management activities.

Key words : critical river basin, water balance, spread flood prone areas, water
resources management

PENDAHULUAN sehingga kegiatan pengelolaan termasuk


pengembangannya mempunyai arahan yang
Pemerintah Indonesia sedang menyusun kebi- pasti sehingga setiap langkah yang diambil
jakan Nasional Sumber Daya Air. Undang- diharapkan sudah memperhatikan segala
Undang UU Nomor. 7 Tahun 2004 tentang aspek terkait.Sedangkan Tujuan dari Studi
SDA dimaksudkan untuk memfasilitasi Pengelolaan SDA WS Pemali Comal adalah :
strategi pengelolaan SDA wilayah sungai, a) Menyusun arahan dalam merenca-
baik jangka pendek, menengah maupun nakan, melaksanakan, memantau dan
jangka panjang secara berkelanjutan. Untuk mengevaluasi pengelolaan sumber
memenuhi kebutuhan air di berbagai sektor, daya air di WS Pemali Comal secara
serta memperkecil resiko berkaitan dengan menyeluruh
kebijakan pengelolaan sumber daya air di b) Menyeimbangkan kebutuhan dan
WS Pemali Comal, maka perlu dirumuskan- ketersediaan air
kan arahan pengelolaan sumber daya air c) Mengendalikan dampak negatif yang
terpadu sebagai pijakan dalam kegiatan mungkin timbul sebagai akibat kegia-
pengelolaan sumber daya air yang selaras, tan pengembangan sumber daya air di
serasi, seimbang, berwawasan lingkungan WS Pemali Comal
dan berkesinambungan di WS Pemali Comal.
LANDASAN TEORI
Studi Pengelolaan Sumber Daya Air WS Aspek Pengelolaan SDA Wilayah Sungai
Pemali Comal dimaksudkan untuk menyusun
alat bantu dalam menerapkan kebijakan Menurut UU No.7 tahun 2004 tentang
dalam pengelolaan WS Pemali Comal sumber daya air, pengelolaan sumber daya air

1. PILAR Volume ,
2. Alumnus S2 Magister Teknik Sipil Universitas Diponegoro
Dosen Universitas Bandar Lampung Lampung
3.4 Dosen Magister Teknik Sipil Universitas Diponegoro
Jl. Hayam wuruk No. 5 Semarang
(SDA) adalah upaya merencanakan, melaksa- si, dan uji kecocokan, Perhitungan hujan
nakan, memantau dan mengevaluasi penye- area (poligon thiessen), dll
lenggaraan konservasi SDA, pendayagunaan d) Simulasi rainfall-runoff (Sacramento
SDA dan pengendalian daya rusak air. Model)
Langkah awal pengelolaan SDA adalah
menyusun pola pengelolaan SDA yang Kebutuhan Air Irigasi
merupakan kerangka dasar dalam merenca-
nakan, melaksanakan, memantau dan menge- Dalam merencanakan kebutuhan air irigasi
valuasi kegiatan pengelolaan SDA. Penyu- diperhitungkan faktor faktor yang ber-
sunan pola pengelolaan SDA meliputi 3 (tiga) pengaruh dalam penetapan kebutuhan air
aspek pengelolaan, yaitu : (1) Konservasi irigasi, faktor faktor tersebut adalah :
sumber daya air, (2) Pendayagunaan sumber a. Kebutuhan air untuk pengolahan lahan
daya air, dan (3) Pengendalian daya rusak air Faktor - faktor yang mempengaruhi kebu-
tuhan air pengolahan lahan antara lain:
Konservasi Sumber Daya Air - Waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan pengolahan lahan
Konservasi sumber daya air adalah upaya me- - Kebutuhan air untuk pengolahan
melihara keberadaan serta keberlanjutan kea- dan persemaian
daan, sifat, dan fungsi SDA agar senantiasa b. Kebutuhan air untuk penggunaan konsu-
tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang mtif
memadai untuk memenuhi kebutuhan mak- c. Penggantian lapisan air, setelah transpla-
hluk hidup, baik pada waktu sekarang mau- ntasi dilakukan penggantian lapisan air
pun yang akan datang (pasal 1 ayat (18) UU sebanyak 2 (dua) kali, masing masing
No.7 tahun 2004). pada satu dan dua bulan setelah trans-
plantasi.
Pendayagunaan Sumber Daya Air d. Efisiensi Irigasi

Pendayagunaan sumber daya air adalah upaya Kebutuhan Air Domestik


penatagunaan, penyediaan, penggunaan, pe-
ngembangan, dan pengusahaan sumber daya Kebutuhan air domestik tergantung pada jum-
air secara optimal agar berhasil guna dan lah penduduk dan pola konsumsinya. Penggu-
berdaya guna (pasal 1 ayat (19) UU No.7 naan air harian rata rata di kota besar adalah
tahun 2004). Pasal 26 ayat (5) UU No.7 tahun 150 250 liter/kapita/hari. Pemakaian air di
2004 memberikan arahan bahwa pendaya- daerah miskin lebih rendah dibandingkan
gunaan SDA didasarkan pada keterkaitan air dengan pemakaian air di daerah yang lebih
hujan, air permukaan, dan air tanah dengan maju. Di daerah tanpa pembuangan limbah,
mengutamakan pendayagunaan air permu- konsumsi air sangat rendah yakni hanya
kaan. Simulasi rainfall-runoff dapat membe- sebesar 40 liter/kapita/hari (Linsley, 1991)
rikan gambaran sirkulasi air dan potensi
ketersediaan air pada wilayah sungai. Salah Kebutuhan Air Industri
satu model simulasi yang dapat digunakan
adalah Sacramento Model. Langkah Kebutuhan air untuk industri ditentukan ber-
pemodelan menggunakan HYMOS 4 adalah : dasarkan kebutuhan air untuk karyawan
a) Membuat map wilayah sungai dan perhari pada industri menurut jenis industri
network file stasiun hidrometri tersebut. Sumber : Standar Direktorat Bina
b) Memasukkan data (hujan, debit, Tata Perkotaan Ditjen Cipta Karya
evaporasi, dll) stasiun pengukuran
(ASCII format) Proyeksi Kebutuhan Air
c) Pengolahan data, meliputi : Estimasi data
hilang, Validasi data, Distribusi frekuen-
Trend eksponensial sering dipergunakan yang erosif seperti aliran air dan angin. Pada
untuk meramalkan jumlah penduduk, penda- kondisi dimana energi yang tersedia tidak lagi
patan nasional, produksi, hasil penjualan, dan cukup untuk mengangkut partikel tanah yang
kejadian lain yang perkembangan / terlepas, maka akan terjadi tahap yang ketiga
pertumbuhannya secara geometris berkem- yaitu pengendapan. Percikan air hujan
bang dengan cepat (Supranto, 2000). Lagkah merupakan media utama dalam proses
langkah prediksi adalah sebagai berikut : pelepasan partikel tanah (Suripin, 2002).
a) Penetapan tahun dasar, tahun yang Faktor faktor yang berperan dalam menen-
dianggap sebagai tahun sekarang tukan tingkat erosi adalah :
b) Penentuan persamaan trend eksponen- a) Erosivitas hujan (R)
sial dengan persamaan umum : b) Erodibilitas tanah (K)
Y = a.bx c) Panjang dan kemiringan lereng (LS)
dengan metode logaritmik : 2

Log Y = log a + (log b) X


L
(
LS = 0,006541S 2 + 0,0456 S + 0,065 )
Log a = a0 , log b = b0 22
Y0 = a0 + b0.X dengan:
X.Y0 = a0.X + b0 X2
LS = Nilai faktor kemiringan dan panjang
c) Peramalan nilai Y berdasarkan niali X
lereng
(tahun yang dikehendaki)
S = Kemiringan lereng
L = Panjnag lereng (m)
Berdasarkan teori di atas, maka dapat dijelas-
d) Tanaman penutup lahan dan manajemen
kan perhitungan proyeksi kebutuhan air untuk
tanaman (C)
masing masing kebutuhan air sebagai
e) Konservasi praktis (P)
berikut :
a) Proyeksi kebutuhan air irigasi dihitung
Perhitungan besarnya erosi yang terjadi pada
berdasarkan proyeksi luas areal sawah
suatu daerah dapat didekati dengan Universal
b) Proyeksi kebutuhan air domestik
Soil Loss Equation (USLE) yang meng-
dihitung berdasarkan proyeksi jumlah
kombinasikan lima faktor di atas, yaitu :
penduduk
Ea = R.K.LS.C.P
c) Proyeksi kebutuhan air industri dihitung
dimana :
berdasarkan prediksi pertumbuhan
Ea = banyaknya tanah yang terosi
industri yang diasumsikan berkorelasi
(ton/ha/tahun),
dengan Produk Domestik Regional
R = erosivitas hujan (KJ/ha)
Bruto (PDRB)
K = erodibilitas tanah (ton/KJ),
LS = faktor panjang kemiringan lereng
Daya Rusak Air
C.P = faktor tanaman penutup lahan,
manajemen tanaman dan konservasi
Daya rusak air adalah daya air yang dapat
merugikan kehidupan. Sedangkan pengendal-
Banjir
ian daya rusak air adalah upaya untuk men-
cegah, menanggulangi, dan memulihkan ke-
Penyebab banjir dapat diklasifikasikan dalam
rusakan kualitas lingkungan yang disebabkan
dua kategori yaitu akibat sebab sebab alami
oleh daya rusak air (pasal 1 ayat (20) dan (21)
dan akibat tindakan manusia. Departemen So-
UU No.7 tahun 2004).
sial mencatat bahwa kerugian dan kerusakan
akibat banjir yang terjadi adalah sebesar dua
Erosi
pertiga dari semua bencana alam yang terjadi.
Perubahan tataguna lahan memberikan kon-
Erosi tanah terjadi dalam tiga tahap, yaitu
tribusi yang besar terhadap naiknya kuantitas
tahap pelepasan partikel tunggal dari massa
dan kualitas banjir (Kodoatie, 2002).
tanah dan tahap pengangkutan oleh media
Analisis Statistik Data Hidrologi
Tekanan Penduduk
Tujuan dari penerapan statistik dalam hidro-
logi adalah membuat keputusan dan menarik
Variable tekanan penduduk merupakan varia-
kesimpulan mengenai penomena hidrologi
ble yang memberikan informasi terhadap ke-
berdasarkan sebagian data hidrologi yang
mampuan daya dukung lahan terhadap laju
dikumpulkan (Soewarno, 1995). Berkaitan
pertumbuhan penduduk dan tekanan pendu-
dengan studi ini, analisis statistik data
duk yang ada.
hidrologi dilakukan untuk :
a) Memperkirakan nilai dari data yang
PENGELOLAAN SDA WS PEMALI
hilang (missing value)
N
COMAL TERPADU
Pi
D
1
b
Aspek Konservasi Sumber Daya Air
Analisis Kekritisan Daerah Aliran Sungai
Pest = i
(DAS)
N
1
D b
1 i Tingkat kekritisan DAS ditentukan berda-
sarkan beberapa parameter, yaitu : kerentanan
dengan :
erosi lahan, kerentanan gerakan tanah, tingkat
Pest = Nilai estimasi
bahaya banjir, dan ketersediaan air.
P = Nilai pada stasiun ke i
D = Jarak antara stasiun estimasi ke
Kerentanan Erosi Lahan
stasiun ke i
N = Jumlah stasiun disekitar stasiun
Jumlah kehilangan tanah dihitung dengan
estimasi
persamaan USLE dan dilakukan dengan
B = koefesien power
overlay peta indeks erosivitas, erodibilitas,
kelerengan, dan penggunaan lahan dengan
b) Memperkirakan tipe distribusi frekuensi
Arcview
dari seri data
c) Uji kecocokan tipe distribusi frekuensi
. Tabel 3.1 Klasifikasi DAS Berdasarkan Potensi Erosi Lahan
Laju erosi
No. Kriteria Skor Jumlah DAS
(mm/th)
1. Sangat rendah < 1,5 1 6
2. Rendah 1,5 2,5 2 17
3. Sedang 2,5 3,5 3 4
4. Tinggi 3,5 4,5 4 0
5. Sangat tinggi > 4,5 5 0

Kerentanan Gerakan Tanah/Longsor kemiringan lereng 0 80o yang hasilnya


a) Analisis kemantapan lereng adalah nilai Fs masing masing jenis
Analisis kemantapan lereng dilakukan tanah pelapukan formasi batuan dengan
untuk mendapatkan besarnya nilai faktor asumsi Fs = 1,2. Tinggi muka air tanah
keamanan (Fs) dan dilakukan pada model dari bidang lincir diasumsikan jenuh air
. Tabel 3.2 Kisaran FS terhadap kerentanan Gerakan tanah

Faktor Keamanan Kerentanan


No Nilai Skor
(FS) Gerakan Tanah
1 > 2,00 Sangat rendah 1
2 1,75 < Fs < 2,00 Rendah 2
3 1,50 < Fs < 1,75 Menengah 3
4 1,20 < Fs < 1,50 Tinggi 4
5 < 1,20 Sangat tinggi 5
kisaran kemiringan lereng pada tiap jenis
b) Pembuatan peta zona kerentanan gerakan tanah pelapukan formasi batuan diten-
tanah. tukan sebagai berikut
Kerentanan gerakan tanah pada setiap

Tabel 3.3 Hubungan tingkat kerentakan gerakan tanah berdasarkan kemiringan lereng dan tanah
pelapukan
Kemiringan Lereng (%)
Tanah Pelapukan
0-5 5-15 15-30 30-50 50-70 >70
Batu Lempung (Tmk) II III IV V V V
Napal (Tmkl) II II III IV V V
Batu Pasir Tufaan (QTd) I II III IV V V
Breksi Volkanik (Qpk) I I II III IV V
KETERANGAN :
I : Zona Kerentanan Gerakan Tanah Sangat Rendah (1)
II : Zona Kerentanan Gerakan Tanah Rendah (2)
III : Zona Kerentanan Gerakan Menengah (3)
IV : Zona Kerentanan Gerakan Tinggi (4)
V : Zona Kerentanan Gerakan sangat Tinggi (5)

Tingkat kelongsoran ditentukan berdasarkan nilai pembobotan masing masing zona yang tercakup
dari masing-masing DAS, kemudian diambil nilai nilainya.
Tabel 3.4 Klasifikasi DAS Berdasarkan Potensi Gerakan Tanah
Tingkat
No. Kriteria Skor Jumlah DAS
Kerentanan
1. Sangat rendah < 1,5 1 15
2. Rendah 1,5 2,5 2 8
3. Menengah 2,5 3,5 3 3
4. Tinggi 3,5 4,5 4 0
5. Sangat tinggi > 4,5 5 0

Tingkat Bahaya Banjir berdasarkan persentase luas genangan banjir


dilakukan sebagai berikut
Analisis tingkat bahaya banjir mengacu pada
persentase luas genangan banjir dan keterse-
diaan prasarana SDA masing masing DAS.
Hasil pembobotan tingkat bahaya banjir
:Tabel 3.5 Kelas kerentanan terhadap bahaya banjir
Persen luas
genangan banjir Klasifikasi Skor Jumlah DAS
thd luas DAS (Fb)
Fb < 0,5 Sangat Rendah 1 1
0,5 Fb < 1,0 Rendah 2 0
1,0 Fb < 2,5 Menengah 3 2
2,5 Fb < 5,0 Tinggi 4 0
5,0 Sangat Tinggi 5 10

Pembobotan ketersediaan prasarana SDA masing masing DAS dilakukan dengan cara :
Tabel 3.6 Kelas pembobotan prasarana SDA
Waduk Embung Bendung Tanggul
Skor Daerah Irigasi (ha)
(bh) (bh) (bh) (km)
1 0 0 0 0 0
2 1 12 13 0 < L 2.5 0 < A 500
3 2 34 46 2.5 < L 6 500 < A 1.500
4 3 45 7 10 6 < L 10 1.500 < A 3.000
5 >3 >5 > 10 L > 10 A > 3.000

Hasil pembobotan prasarana SDA adalah sebagai berikut :


Tabel 3.7 Hasil pembobotan prasarana SDA WS Pemali Comal
Skor Klasifikasi Jumlah DAS
1 Sangat Buruk 25
2 Buruk 8
3 Cukup 4
4 Baik 0
5 Sangat Baik 0
Hasil analisis menunjukkan bahwa di WS
Penentuan tingkat kekritisan DAS didasarkan Pemali Comal terdapat 2 (dua) DAS kritis
pada penilaian yang diperoleh dari peta yaitu DAS Comal dan Sengkarang dan DAS
kekritisan lahan dikelompokkan kedalam 5 dengan kategori agak kritis yang memiliki
kategori yaitu: Sangat Kritis (nilai 5), Kritis nilai skor mendekati kritis yaitu :DAS
(nilai 4), Agak Kritis (nilai 3), Potensial Pekalongan, Cacaban, Gung, dan Sragi Baru.
Kritis (nilai 2), dan Tidak Kritis/Baik (nilai 1) Tingkat kekritisan DAS dapat dibandingkan
dengan penilaian lahan kritis dari BPDAS
.
Tabel 3.8 Klasifikasi Kekritisan DAS
Berdasarkan data
No. Kriteria Skor Hasil Analisa
BPDAS *)
1. Tidak Kritis 1 0 0
2. Potensial Kritis 2 23 24
3. Agak Kritis 3 10 3
4. Kritis 4 4 0
5. Sangat Kritis 5 0 0
*) Data tersedia 27 DAS, 10 DAS lainnya data tak tersedia

Identifikasi Kualitas Air Beberapa klasifikasi peruntukan air untuk


sungai sungai dalam WS Pemali Comal
berdasarkan kualitas air yang mengacu pada wadah untuk mengkomunikasikan
baku mutu air antara lain : kepentingan stake-holders terhadap
a) SK Gubernur Provinsi Jawa Tengah No. keberadaan suatu DAS. Institusi
660.1/28/1990 tanggal 11 Juni 1990 pengelola harus mampu merespon
untuk Sungai Kupang/Pekalongan (Sub kepentingan stakeholder dan menso-
Basin V) menyebutkan bahwa : sialisasikan kegiatan, produk hukum,
Air sungai Kupang mulai dari hulu dan proyeksi ke depan pengelolaan
sampai Bendung Kesetu Desa Jeng- SDA.
got Kecamatan Pekalongan Selatan b) Sumber Pembiayaan
ditetapkan sebagai Air Golongan B. Pembiayaan konservasi SDA diarahkan
Air Sungai Pekalongan mulai dari pada penyediaan paket pembiayaan
Desa Kuripan Lor/Bendung Kesetu yang memotivasi masyarakat khusus-
Desa Jenggot Pekalongan Selatan nya petani berperan dalam kegiatan
sampai muara ditetapkan sebagai konservasi SDA.
Air Golongan D.
b) SK Bupati Tegal No. 660.1/3635/94 Penataan Fungsi Lahan Kritis
mengatur peruntukan air sungai sebagai
berikut : Kekritisan suatu DAS dimungkinkan oleh
Sungai Gangsa : Baku mutu Air ketidaksesuaian penggunaan lahan, misal
Golongan D lahan arahan fungsi lindung dalam realitasnya
Sungai Wadas : Baku mutu Air digunakan sebagai lahan perkebunan, sawah,
Golongan D tegalan atau permukiman. Kondisi ini ditata
Sungai Gung : Baku Mutu Air kembali dengan pertimbangan tidak meng-
Golongan B untuk bagian hulu dan ganggu stabilitas sosial, ekonomi dan politik.
Baku Mutu Air Golongan D untuk Overlay peta Rencana Tata Ruang dan
bagian hilir. Wilayah (RTRW) dengan peta kerentanan
Sungai Cacaban : Baku mutu Air gerakan tanah terlihat bahwa pada kawasan
Golongan D pertanian semusim (lahan kering dan basah)
Sungai Rambut : Baku mutu Air merupakan kawasan berkategori rawan
Golongan D longsor sampai sangat rawan longsor. Dan
c) SK Bupati Batang No. 660.1/21/92 overlay peta RTRW dengan peta kerentanan
mengatur peruntukan : erosi terlihat bahwa kawasan pertanian
Sungai Sambong : semusim lahan kering berada pada kawasan
Baku Mutu Air Golongan B untuk sangat rawan erosi. Kawasan tersebut perlu
bagian hulu dan mendapat perhatian khusus dalam hal pengo-
Baku mutu Air Golongan D bagian lahan tanah, karena pengolahan tanah yang
hilir. tidak tepat akan meningkatkan resiko kelong-
soran dan tingkat kerentanan erosi. Hasil
Arahan Pelaksanaan Kegiatan Konservasi overlay peta RTRW dan peta kerentanan
SDA gerakan tanah juga menunjukkan terdapat
pedesaan yang berada pada pada kawasan
Pelaksanaan upaya konservasi SDA wilayah rawan hingga sangat rawan longsor yang
sungai Pemali Comal membutuhkan tersebar di beberapa kecamatan, yaitu Bumi
dukungan institusi pengelola dan sumber Jawa, Pulosari, Jatinegara, Belik, Bodeh,
pembiayaan. Gringsing, Tulis, dan Pemalang. Sehingga
a) Institusi pengelola perlu dilakukan penyuluhan untuk
Upaya konservasi SDA dapat optimal meningkatkan pengetahuan masyarakat
jika segenap stakeholder terlibat dan dalam hal penanggulangan bahaya longsor.
merasa berkepentingan terhadap kegia-
tan tersebut. Sehingga dibutuhkan
Penanganan Lahan Kritis Pemberdayaan Sosial Ekonomi
Masyarakat
Pelaksanaan kegiatan konservasi jangka pen-
dek atau menengah, lahan kritis yang perlu Upaya yang dapat dilakukan untuk mening-
ditangani adalah lahan yang termasuk dalam katkan peran masyarakat dalam konservasi
kategori sangat kritis dan kritis, selanjutnya SDA adalah dengan meningkatkan penge-
adalah lahan dengan kategori agak kritis dan tahuan, keterampilan dan kesadaran masya-
potensial kritis. Hasil overlay peta RTRW rakat demi melindungi sumber daya air.
dengan peta kerentanan erosi menunjukkan Langkah langkah untuk memberdayakan
bahwa kawasan hutan pada hulu DAS Gung, masyarakat dalam konservasi SDA antara
Sengkarang, Kupang, dan Sambong berada lain :
pada kawasan rawan erosi. Sedangkan 1. Peningkatan pengetahuan dan wawasan
kawasan hutan produksi pada hulu DAS lingkungan. Jenis pengetahuan dan wa-
Rambut, Comal, Cacaban dan sebagian wasan yang diberikan berbeda menurut
Pemali merupakan kawasan sangat rawan lokasi pemukiman terhadap DAS dan
erosi. Ini menunjukkan telah terjadi jenis pekerjaan masyarakat setempat.
kerusakan hutan di lokasi tersebut. Dan 2. Pengembangan keterampilan masyara-
daerah resapan air pada DAS Cacaban berada kat. Peningkatan keterampilan praktis
pada kawasan rawan erosi. Hal ini pengelolaan lingkungan bagi masya-
mengindikasikan perlindungan daerah rakat dan jajaran pemerintah perlu
resapan air tersebut tidak berjalan dengan dilakukan untuk mendorong peran serta
baik. Lokasi lokasi di atas perlu mendapat secara aktif dalam menanggulangi
perhatian dalam kegiatan konservasi. masalah lingkungan.
3. Pengembangan kapasitas masyarakat.
Pengembangan kapasitas masyarakat
Pemilihan Teknik Konservasi
diperlukan untuk dapat ikut serta dalam
perencanaan, pelaksanaan dan penga-
Penentuan teknik pengolahan lahan yang
wasan.
sesuai pada suatu lahan, sangat tergantung 4. Penggalian dan pengembangan nilai
kepada kondisi iklim dan kondisi kestabilan tradisional masyarakat. Melakukan pe-
lereng. Kestabilan lereng ditentukan oleh
nggalian dan pengembangan nilai
kemiringan tanah, kedalaman tanah, dan
nilai yang berlaku dalam masyarakat
stabilitas massa tanah. Dengan demikian
agar dapat difungsikan sebagai lan-
kondisi fisik lahan perlu diperhatikan dan
dasan dan rambu rambu pengamanan
sebaiknya tanah yang rawan erosi tidak sumber daya air.
dikelola untuk tanaman semusim.

Aspek Pendayagunaan Sumber Daya Air


Program Penyuluhan
Analisis Potensi Ketersediaan Air
Air Permukaan
Sasaran penyuluhan adalah petani dan
keluarga petani, yaitu untuk meningkatkan Potensi ketersediaan air diperhitungkan
ketrampilannya melalui kelompok-kelompok berdasarkan historical data, yaitu curah
petani dengan diskusi kelompok, kursus tani, hujan, tinggi muka air sungai (debit), dan
pelatihan, karya wisata dan kegiatan lain. data evaporasi. Perhitungan ketersediaan air
Petugas penyuluh lapangan perlu digalakkan WS Pemali Comal menggunakan perangkat
lagi dengan peningkatan sarana kerja dan lunak HYMOS 4 dan RIBASIM. Hasil
keterampilan dengan berbagai kursus dan analisis menunjukkan potensi ketersediaan air
latihan, dengan dukungan instansi terkait. WS Pemali Comal mencapai 10,75 milyar
m3/tahun.
Total 162 2.900,74
Identifikasi Air Tanah Sumber : Dinas PSDA Jawa Tengah, 2001

Potensi cekungan air tanah di WS Pemali Dari gambaran di atas terlihat bahwa eks-
Comal sebesar 53,60 juta m3/tahun (PIPWS ploitasi air tanah di WS Pemali Comal cukup
Jratunseluna, 2001). Cekungan air tanah tinggi sehingga seharusnya penataan alokasi
tersebar dari kabupaten Brebes hingga kabu- air untuk berbagai kebutuhan ke depan lebih
paten Batang. Sampai dengan tahun 2001 menitikberatkan pada pendayagunaan air per-
telah dilakukan eksploitasi air tanah untuk mukaan.
irigasi kabupaen Brebes, Tegal, dan
Pemalang mencapai 2900,74 liter/detik Analisis Kebutuhan Air dan Proyeksinya
(Dinas PSDA Jawa Tengah, 2001). Rincian Kondisi Saat ini
penggunaan air tanah WS Pemali Comal
untuk irigasi adalah sebagai berikut : Perhitungan kebutuhan air kondisi saat ini
Tabel 3.9 Penggunaan air tanah untuk irigasi dilakukan dengan berdasarkan pada data
di WS Pemali Comal tahun 2000 2005. Kebutuhan air dibagi
dalam 3 (tiga) peruntukan yaitu kebutuhan air
irigasi, public water supply (PWS), dan
No Kabupaten Jumlah Total Debit industri. Jejaring tata air WS Pemali Comal
Sumur (l/s) kondisi saat ini, terdapat 8 buah waduk.
Pompa Namun 6 buah waduk baru dalam tahap
1 Brebes 48 825,00 perencanaan. Kondisi saat ini baru
2 Tegal 83 1.267,74 dioperasikan 2 buah waduk yaitu waduk
3 Pemalang 31 808,00 Penjalin dan Cacaban.

Tabel 3.10 Waduk WS Pemali Comal


Kapasitas Tampung
No Waduk DAS Kabupaten Keterangan
(juta m3)
1 Penjalin Pemali Brebes 7,35 Terpasang
2 Cacaban Cacaban Tegal 78,12 Terpasang
2 Bantarkawung Pemali Brebes 1227,50 Rencana
3 Kigedesebayu Gung Tegal 567,19 Rencana
4 Jatinegara Rambut Pemalang 69,53 Rencana
5 Karanganyar Comal Pemalang 337,19 Rencana
6 Sipiring Comal Pemalang 219,92 Rencana
7 Krandegan Sengkarang Pekalongan 75,38 Rencana
Sumber : Dinas PSDA Jawa Tengah, 2004

Hasil simulasi kondisi saat ini (2005) ditabelkan sebagai berikut :


Tabel 3.11 Hasil simulasi tata air WS Pemali Comal kondisi saat ini
Waduk
Waduk Penurunan
Rencana
Node Deskripsi Rencana *) Defisit Keterangan
Belum
dioperasikan (Mcm)
dioperasikan
Water
District
Demand Waduk
Irrigation
(Mcm) 979,27 979,27 Rencana
Supply Belum
(Mcm) 648,37 648,37 dioperasikan
Defisit (Mcm) 330,90 330,90 0,00
Kebutuhan
(Mcm) 189,41 189,41
Public Water
Supply
Supply
(Mcm) 165,84 165,84
Defisit (Mcm) 23,57 23,57 0,00
Kebutuhan
(Mcm) 17,90 17,90
Industry Supply
(Mcm) 16,28 16,28
Defisit (Mcm) 1,62 1,62 0,00
Kebutuhan
(Mcm) 1.767,21 1.767,21
Advanced
Supply
Irrigation
(Mcm) 1.024,36 1.024,36
Defisit (Mcm) 742,85 742,85 0,00
Kebutuhan
Public (Mcm) 46,48 46,48
Water Supply
Supply (Mcm) 44,34 44,34
Defisit (Mcm) 2,14 2,14 0,00
Melihat neraca air kondisi saat ini yang masih
mengalami defisit maka simulasi jangka
Dari tabel di atas diketahui total suplai pendek diperlukan perubahan jejaring tata air
sebesar 1,9 milyar m3/tahun. Dengan simulasi yang memungkinkan. Dari ujicoba, diketahui
diketahui bahwa aliran permukaan yang pengoperasian waduk Kigedesebayu dan
terbuang ke laut mencapai 8,85 milyar m3/- Jatinegara lebih berpengaruh pada neraca air
tahun. Sehingga potensi ketersediaan air secara umum. Dalam melakukan simulasi
permukaan mencapai 10,75 milyar m3/tahun dilakukan pembaharuan data, yaitu :
dan pemanfaatannya baru mencapai 17,7 %. - Prediksi jumlah penduduk tahun 2010
sebagai dasar perhitungan kebutuhan air
Kondisi Jangka Pendek Menengah dan PWS
Jangka Panjang - Prediksi luas areal sawah yang diasum-
sikan mengalami penurunan
Penentuan tahun yang digunakan dalam - Prediksi kebutuhan air untuk industri,
simulasi tata air adalah tahun 2010 ditentukan diasumsikan meningkat dan dipengaruhi
sebagai kondisi jangka pendek, tahun 2015 oleh pertumbuhan ekonomi masing ma-
ditentukan sebagai kondisi jangka menengah, sing daerah yang direpresentasikan de-
dan tahun 2030 ditentukan sebagai kondisi ngan nilai pertumbuhan PDRB
jangka panjang. .

-
Secara umum hasil simulasi kondisi jangka menengah (2010) adalah :
Tabel 3.12 Hasil simulasi tata air WS Pemali Comal kondisi jangka pendek
Waduk
Waduk Penurunan
Rencana
Node Deskripsi Rencana *) Defisit Keterangan
Belum
dioperasikan (Mcm)
dioperasikan
Water
District
Demand
(Mcm) 963,15 963,15
Irrigation
Supply (Mcm) 645,02 645,02
Defisit (Mcm) 318,13 318,13 0,00
Kebutuhan
Public
(Mcm) 202,73 202,73
Water
Supply (Mcm) 176,89 176,89
Supply
Defisit (Mcm) 25,84 25,84 0,00 *)
Kebutuhan Dioperasikan :
(Mcm) 19,13 19,13 Waduk Ki
Industry
Supply (Mcm) 17,33 17,33 Gede Sebayu
Defisit (Mcm) 1,80 1,80 0,00 dan Waduk
Kebutuhan Jatinegara
Advanced (Mcm) 1.737,65 1.609,85
Irrigation Supply (Mcm) 1.021,48 1.153,10
Defisit (Mcm) 716,17 456,75 259,42
Kebutuhan
Public
(Mcm) 49,42 49,42
Water
Supply (Mcm) 47,26 47,97
Supply
Defisit (Mcm) 2,16 1,45 0,71

Selanjutnya dilakukan simulasi kondisi Karanganyar, dan Krandegan), juga


jangka menengah dengan pengoperasian dua dilakukan simulasi tanpa pengoperasian
buah waduk eksisting dan empat waduk waduk rencana
rencana (Kigedesebayu, Jatinegara,

Tabel 3.13 Hasil simulasi tata air kondisi jangka menengah dan panjang
Waduk
Waduk Penurunan
Rencana
Tahun Node Deskripsi Rencana *) Defisit Keterangan
Belum
dioperasikan (Mcm)
dioperasikan
Water
2015
District
Demand *) Dioperasikan
972,80 972,80
(Mcm) : Waduk Ki
Supply Gede Sebayu,
Irrigation 630,69 630,69
(Mcm) Waduk
Defisit Jatinegara,
342,11 342,11 0,00
(Mcm) Waduk
Kebutuhan Karanganyar,
214,76 214,76 dan Waduk
Public (Mcm)
Water Supply Krandegan
184,01 184,01
Supply (Mcm)
Defisit 30,75 30,75 0,00
(Mcm)
Kebutuhan
20,28 20,28
(Mcm)
Supply
Industry 18,20 18,20
(Mcm)
Defisit
2,08 2,08 0,00
(Mcm)
Kebutuhan
1.770,19 1.565,11
(Mcm)
Advanced Supply
999,09 1.173,49
Irrigation (Mcm)
Defisit
771,10 391,62 379,48
(Mcm)
Kebutuhan
59,23 59,23
(Mcm)
Public
Supply
Water 55,97 56,88
(Mcm)
Supply
Defisit
3,26 2,35 0,91
(Mcm)

Tabel 3.13 (lanjutan)


Waduk
Waduk Penurunan
Rencana
Tahun Node Deskripsi Rencana *) Defisit Keterangan
Belum
dioperasikan (Mcm)
dioperasikan
Water
2030
District
Demand *)
934,13 934,13
(Mcm) Dioperasikan
Supply : Waduk Ki
Irrigation 628,84 628,84
(Mcm) Gede Sebayu,
Defisit Waduk
305,29 305,29 0,00
(Mcm) Jatinegara,
Kebutuhan Waduk
255,76 255,76 Karanganyar,
(Mcm)
Public Waduk
Supply
Water 219,65 219,65 Krandegan,
(Mcm)
Supply Waduk
Defisit
36,11 36,11 0,00 Bantar
(Mcm)
Kebutuhan Kawung, dan
24,00 24,00 Waduk
(Mcm)
Supply Sipiring
Industry 21,66 21,66
(Mcm)
Defisit
2,34 2,34 0,00
(Mcm)
Kebutuhan
1.687,77 1.394,07
(Mcm)
Advanced
Supply
Irrigation 1.002,00 1.242,48
(Mcm)
Defisit 685,77 151,59 534,18
(Mcm)
Kebutuhan
90,47 90,47
(Mcm)
Public
Supply
Water 82,50 84,44
(Mcm)
Supply
Defisit
7,97 6,03 1,94
(Mcm)

Jika dihubungkan dengan kebutuhan air PWS, pengaruh pengoperasian waduk dapat diilustrasikan
sebagai berikut
95

90 Public Water
Supply Demand
85

80
Kapasitas
75 Supply

70
(Mcm)

65
Waduk Bantarkawung
Waduk Sipiring
60

55
Waduk Karanganyar
Waduk Krandegan
50

Waduk Kigede Sedayu


45
Waduk Jatinegara

40
2005 2010 2015 2030
Tahun

Gambar 3.1 Hubungan pengoperasian waduk rencana dengan


kapasitas suplai air terhadap kebutuhan PWS

Sedangkan pengaruh pengoperasian waduk rencana terhadap kapasitas suplai untuk kebutuhan air
irigasi (advanced irrigation) dapat diilustrasikan sebagai berikut :

1900

1800

Advanced Irrigation Demand


1700

1600

1500
V(Mcm)

1400

1300
Waduk Bantarkawung
Waduk Sipiring
1200 W aduk Karanganyar
Waduk Krandegan

Waduk Kigedesebayu Kapasitas Supply


1100
Waduk Jatinegara

1000
2005 2010 2015 2030
Tahun
Gambar 3.2 Hubungan pengoperasian waduk rencana dengan
kapasitas suplai air terhadap kebutuhan irigasi

Usaha peningkatan kapasitas suplai jejaring Selanjutnya menggunakan sekenario tersebut


tata air dilakukan dengan meningkatkan dilakukan simulasi untuk kondisi saat ini,
efesiensi saluran irigasi. Sekenario pening- jangka pendek, menengah, dan panjang
katan efesiensi saluran irigasi diasumsikan dengan merubah nilai efesiensi saluran irigasi
sebagai berikut : teknis dan semi teknis. Hasil simulasi jejaring
1) Saluran irigasi teknis ditingkatkan tata air kondisi jangka pendek menengah dan
dari 55 % menjadi 65 % panjang dengan peningkatan efesiensi saluran
2) Saluran irigasi semi teknis irigasi adalah sebagai berikut :
ditingkatkan dari 50 % menjadi 60 %

Tabel 3.14 Hasil simulasi jangka pendek menengah dan panjang dengan peningkatan efesiensi
Dengan
Tanpa Penurunan
peningkatan
Tahun Node Deskripsi peningkatan Defisit Keterangan
efesiensi sal,
efesiensi sal. (Mcm)
*)
Water
District
Demand
Irrigation (Mcm) 963,15 797,52
Defisit (Mcm) 318,13 224,22 93,91
Public Kebutuhan
Water (Mcm) 202,73 202,73
Supply Defisit (Mcm) 25,84 25,84 0,00 *) Dioperasikan
2010 Kebutuhan : Waduk Ki
Industry (Mcm) 19,13 19,13 Gede Sebayu
Defisit (Mcm) 1,80 1,80 0,00 dan Waduk
Kebutuhan Jatinegara
Advanced
(Mcm) 1.737,65 1.349,51
Irrigation
Defisit (Mcm) 716,17 346,48 369,69
Public Kebutuhan
Water (Mcm) 49,42 49,42
Supply Defisit (Mcm) 2,16 1,45 0,71
Water
2015
District
Demand *) Dioperasikan
Irrigation (Mcm) 972,80 791,53 : Waduk Ki
Defisit (Mcm) 342,11 221,85 120,26 Gede Sebayu,
Public Kebutuhan Waduk
Water (Mcm) 214,76 214,74 Jatinegara,
Supply Defisit (Mcm) 30,75 28,09 2,66 Waduk
Kebutuhan Karanganyar,
Industry dan Waduk
(Mcm) 20,28 20,28
Defisit (Mcm) 2,08 1,88 0,20 Krandegan
Kebutuhan
Advanced
(Mcm) 1.770,19 1.313,90
Irrigation
Defisit (Mcm) 771,10 299,91 471,19
Public Kebutuhan
Water (Mcm) 59,23 59,23
Supply Defisit (Mcm) 3,26 2,35 0,91
Water
District
Demand
Irrigation (Mcm) 934,13 773,65
Defisit (Mcm) 305,29 215,11 90,18 *) Dioperasikan
Public Kebutuhan : Waduk Ki
Water (Mcm) 255,76 255,76 Gede Sebayu,
Supply Waduk
Defisit (Mcm) 36,11 36,11 0,00
Jatinegara,
2030 Kebutuhan
Waduk
Industry (Mcm) 24,00 24,00
Karanganyar,
Defisit (Mcm) 2,34 2,34 0,00
Waduk
Kebutuhan
Advanced Krandegan,
(Mcm) 1.687,77 1.175,51
Irrigation Waduk Bantar
Defisit (Mcm) 685,77 105,13 580,64 Kawung, dan
Public Kebutuhan Waduk Sipiring
Water (Mcm) 90,47 90,47
Supply Defisit (Mcm) 7,97 6,03 1,94

Perbandingan hasil simulasi tanpa pening- terjadi pada water district dan advanced
katan dan dengan peningkatan efesiensi sa- irrigation, penurunan defisit sebesar
luran irigasi adalah sebagai berikut : 591,45 juta m3 dari 1.113,21 juta m3
(53,13 %). Dengan pengoperasian 4
a. Kondisi jangka pendek waduk rencana serta peningkatan efesien-
Tanpa peningkatan efesiensi saluran pe- si saluran irigasi, maka pemanfaatan air
nurunan defisit hanya terjadi pada advan- permukaan dapat ditingkatkan dari 17,7
ced irrigation sebesar 259,42 juta m3 dari % menjadi 27,09 %.
716,17 m3 (36,22 %). Dengan pening- c. Kondisi jangka panjang
katan efesiensi saluran penurunan defisit Tanpa peningkatan efesiensi saluran pe-
terjadi pada water district dan advanced nurunan defisit hanya terjadi pada advan-
irrigation, penurunan defisit sebesar ced irrigation sebesar 534,18 juta m3 dari
463,60 juta m3 dari 1.034,30 juta m3 685.77 m3 (77,90 %). Dengan peningka-
(44,82 %). Sehingga dengan pengo- tan efesiensi saluran penurunan defisit
perasian 2 waduk rencana serta pening- terjadi pada water district dan advanced
katan efesiensi saluran irigasi, peman- irrigation, penurunan defisit sebesar
faatan air permukaan dapat ditingkatkan 670,82 juta m3 dari 991,06 juta m3 (67,69
dari 17,7 % menjadi 25,65 % %). Dengan pengoperasian 6 waduk
b. Kondisi jangka menengah rencana serta peningkatan efesiensi salu-
Tanpa peningkatan efesiensi saluran pe- ran irigasi, maka pemanfaatan air permu-
nurunan defisit hanya terjadi pada advan- kaan dapat ditingkatkan dari 17,7 %
ced irrigation sebesar 379,48 juta m3 dari menjadi 29,66 %.
771,10 m3 (49,21 %). Dengan peningka-
tan efesiensi saluran penurunan defisit Arahan Pendayagunaan Sumber Daya Air
Arahan pendayagunaan SDA dibutuhkan un- Pendayagunaan SDA Berorientasi
tuk menyelaraskan kebutuhan air dengan ka- Kebutuhan
pasitas suplai dan lingkungan. Jika hal ini
dapat dilakukan, diharapkan pengelolaan Arahan pendayagunaan SDA berorientasi ke-
SDA WS Pemali Comal mampu memenuhi butuhan bertujuan mengupayakan penghema-
kebutuhan masing masing kebutuhan tan pemakaian air untuk masing masing je-
dengan tetap memperhatikan kelestarian nis kebutuhan. Dengan penghematan pema-
SDA. kaian air diharapkan dapat menekan kuantitas
kebutuhan air. Langkah langkah yang dapat
dilakukan sebagai langkah penghematan air
Pendayagunaan SDA Berorientasi Suplai
antara lain :
1) Melakukan studi untuk mengetahui ke-
Arahan pendayagunaan SDA berorientasi
mungkinan melakukan perubahan pola
suplai dimaksudkan untuk mengidentifikasi
tanam pada daerah irigasi dan atau studi
langkah yang dapat dilakukan dalam meng-
untuk mengaplikasikan suatu metode ta-
optimalkan infrastruktur SDA WS Pemali
nam tertentu tanpa mengurangi produkti-
Comal dalam memanfaatkan air permukaan.
fitas tanaman namun dapat menghemat
Langkah langkah yang dapat dilakukan
pemakaian air.
adalah sebagai berikut :
2) Melakukan sosialisasi penghematan air
1) Melakukan upaya untuk memperkecil ra-
kepada pengguna air. Sosialisasi dapat
sio debit sungai saat hujan dan saat
memanfaatkan perangkat pemerintah
kemarau.
(Pemerintah Propinsi s.d. Desa)
2) Revitalisasi saluran irigasi untuk me-
3) Memasyarakatkan upaya pemanenan air
ningkatkan efesiensi saluran
hujan sampai pada kelompok terkecil
3) Memulihkan / mempertahankan kapasitas
dalam masyarakat (keluarga).
tampung waduk, sehingga saat dibutuh-
4) Mengembangkan pertanian organis, se-
kan, waduk mampu mensuplai air untuk
hingga sisa air yang telah dimanfaatkan
masing masing kebutuhan.
sektor pertanian (irigasi) dapat diman-
4) Memulihkan / mempertahankan dan me-
faatkan oleh kelompok pengguna lain
lindungi kapasitas bangunan bagi (ben-
dung), sungai sebagai saluran pembawa,
dan jaringan perpipaan. Pemberdayaan Masyarakat
5) Mengupayakan penambahan waduk, em-
bung dan atau bendung untuk meningkat- Upaya yang dapat dilakukan untuk menin-
kan kemampuan jejaring tata air dalam gkatkan peran masyarakat dalam penda-
memanfaatkan air hujan dan permukaan. yagunaan SDA adalah dengan meningkatkan
6) Melakukan kegiatan yang dapat mening- pengetahuan, keterampilan dan kesadaran
katkan kesempatan air hujan meresap masyarakat dalam pengelolaan air dan sum-
kedalam tanah, antara lain perlindungan ber air. Langkah langkah untuk member-
terhadap daerah resapan dan daerah tang- dayakan masyarakat dalam pendayagunaan
kapan air. SDA antara lain :
7) Peningkatan manajemen operasional pe- 1. Pengembangan keterampilan masyarakat.
ngelolaan SDA. Meningkatkan kemam- Peningkatan keterampilan praktis penge-
puan SDM institusi pengelola SDA lolaan air bagi masyarakat dan jajaran
terkait dengan perkembangan ilmu pe- pemerintah ditingkat dusun, desa dan
ngetahuan dan teknologi (keilmuan, alat kecamatan perlu dilakukan untuk mendo-
ukur, software dan sistem informasi) dan rong peran serta unsur unsur tersebut
birokrasi pemerintahan (kenaikan pang- secara aktif dalam menanggulangi masa-
kat, mutasi, pensiun dan peraturan).
lah masalah air di lingkungan masing - 2) Mengupayakan pembangunan / revitali-
masing. sasi sarana pengendali banjir untuk me-
2. Penggalian dan pengembangan nilai tra- ngurangi kerugian akibat banjir
disional masyarakat. Melakukan pengga- 3) Meningkatkan kemampuan SDM dalam
lian dan pengembangan nilai nilai yang institusi pengelola SDA dan instansi ter-
berlaku dalam masyarakat agar dapat kait dalam melakukan manajemen banjir
difungsikan sebagai landasan dalam
pengelolaan air. Sehingga masyarakat
menjadi lebih arif dalam mengelola air. 4) Meningkatkan kemampuan masyarakat
secara individu maupun kolektif dalam
menghadapi bahaya banjir
Aspek Pengendalian Daya Rusak Air
Arahan Pengelolaan SDA Terpadu WS
Analisis pengendalian daya rusak air dila-
Pemali Comal
kukan dengan menganalisis data skunder
terkait dengan banjir yang terjadi di WS
Arahan pengelolaan SDA WS Pemali Comal
Pemali Comal. Langkah langkah analisis
tersusun dari tiga aspek yaitu aspek konser-
pengendalian daya rusak air adalah sebagai
vasi, pendayagunaan SDA, dan pengendalian
berikut :
daya rusak air. Arahan pengelolaan SDA
1) Penetapan zona banjir yaitu penetapan
diharapkan mampu menghasilkan perencana-
daerah rawan banjir berdasarkan luas
an pengelolaan SDA yang berkelanjutan dan
genangan banjir terhadap luas DAS.
berwawasan lingkungan dengan tetap mem-
2) Melakukan inventarisir sarana SDA pada
perhatikan alokasi air untuk masing masing
masing masing zona banjir.
kebutuhan.
3) Memadukan kedua parameter di atas
dengan kekritisan DAS.
Analisis aspek konservasi, pendayagunaan
SDA, dan pengendalian daya rusak air WS
Hasil analisis zona banjir yang teridentifikasi
Pemali Comal menghasilkan gambaran lang-
terdapat 7 (53,85 %) zona banjir berkategori
kah langkah yang harus dilakukan untuk
rawan banjir. Lokasi banjir di WS Pemali
memperbaiki kondisi WS Pemali Comal ter-
Comal yang tersebar di sepanjang pesisir
kait dengan pengelolaan SDA. Dari gambaran
utara pulau jawa berada pada DAS dengan
tersebut dapat disusun arahan pengelolaan
kategori agak kritis sampai kritis. Hal ini
SDA untuk jangka pendek, menengah, dan
mengindikasikan bahwa daerah hulu masing
jangka panjang yang saling terkait.
masing DAS berkontribusi terhadap banjir
Arahan pengelolaan SDA jangka pendek,
yang terjadi di WS Pemali Comal. Sehingga
menengah, dan jangka panjang ditabelkan
pola pengendalian daya rusak air dapat
sebagai berikut
dilakukan dengan langkah langkah :
1) Mengacu pada arahan konservasi SDA

Tabel 3.15 Matriks Arahan Pengelolaan SDA WS Pemali Comal


No Deskripsi Arahan Pengelolaan SDA WS Pemali Comal Keterangan
1 Penanganan DAS kritis prioritas dengan teknik konservasi tertentu Jangka Pendek,
disesuaikan dengan kondisi DAS Menengah
2 Sosialisasi produk hukum terkait SDA kepada stake holder Jangka Pendek
3 Pembentukan wadah koordinasi antara stake holder dalam Jangka Pendek
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pengelolaan SDA
WS Pemali Comal
4 Melakukan evaluasi kesesuaian lahan WS Pemali Comal dan Jangka Pendek,
penataan kembali berdasarkan kesesuaian lahan dengan pertimbangan Menengah, Panjang
tidak mengganggu stabilitas sosial, ekonomi, dan politik
5 Perbaikan sarana sanitasi dan infrastruktur lingkungan lainnya untuk Jangka Pendek,
mengendalikan penurunan kualitas air akibat limbah masyarakat Menengah
6 Memantau dan melakukan tindakan terhadap limbah industri yang Jangka Pendek,
masuk ke badan air. Tindakan dapat dilakukan dengan penyuluhan, Menengah
pemberlakuan sanksi kepada pelaku sesuai hukum yang berlaku,
pembangunan IPAL, dan tindakan lain disesuaikan dengan keadaan
di lapangan
7 Pembangunan / revitalisasi waduk, embung, bendung dalam rangka Jangka Pendek,
meningkatkan / mempertahankan kapasitas tampung Menengah, Panjang
8 Memulihkan / mempertahankan fungsi infrastruktur SDA saluran Jangka Pendek,
pembawa seperti sungai, jaringan irigasi, bendung, tanggul, dan lain Menengah, Panjang
lain
9 Peningkatan monitoring dan pendataan data hidrologi sebagai dasar Jangka Pendek,
dari rekayasa teknik SDA Menengah
10 Melakukan studi pola tanam daerah irigasi dan atau studi untuk Jangka Pendek
mengaplikasikan metode tanam tertentu tanpa mengurangi
produktifitas tanaman dalam rangka menyelaraskan kebutuhan
dengan kapasitas suplai
11 Peningkatan kemampuan SDM institusi pengelola SDA dalam bidang Jangka Pendek,
konservasi, pendayagunaan SDA, dan pengendalian daya rusak air. Menengah
Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain pelatihan, simulasi, dan
studi banding
12 Peningkatan pengetahuan, kemampuan, dan ketrampilan masyarakat Jangka Pendek,
dalam melaksanakan konservasi, pendayagunaan SDA, dan Menengah, Panjang
menghadapi daya rusak air (banjir). Kegiatan yang dapat dilakukan
antara lain penyuluhan, pelatihan, dan studi banding
13 Penggalian dan pengembangan nilai nilai yang berkembang dalam Jangka Pendek,
masyarakat yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung pengelolaan Menengah, Panjang
SDA berkelanjutan dan berwawasan lingkungan

KESIMPULAN DAN SARAN c) Telah terjadi penurunan kualitas air se-


Kesimpulan hingga peruntukannya tidak layak
sebagai air baku untuk air minum
Penelitian ini menghasilkan beberapa kesim- terutama pada bagian tengah hingga hilir
pulan sebagai berikut : sungai.
a) Potensi ketersediaan air permukaan di d) WS Pemali Comal memiliki 2 (dua) DAS
WS Pemali Comal mencapai 10,75 kritis yaitu DAS Comal dan Sengkarang.
milyar m3/tahun, saat ini pemanfaatannya Dan terdapat 4 (empat) DAS yang memi-
baru mencapai 1,9 milyar m3/tahun liki tingkat kekritisan mendekati kritis
(17,7 %) yaitu DAS Kupang, Cacaban, Gung, dan
b) Dengan pengoperasian waduk rencana Sragi Baru.
dan peningkatan efesiensi saluran irigasi, e) Lokasi rawan banjir di WS Pemali Comal
pemanfaatan potensi ketersediaan air berada di pesisir utara pulau jawa dan
permukaan dapat ditingkatkan dari 17,7 pada DAS yang berkategori agak kritis
% menjadi 25,62 % untuk kondisi sampai kritis.
jangka pendek, 27,09 % untuk kondisi f) Kondisi pengelolaan SDA WS Pemali
jangka menengah, dan 29,66 % untuk Comal memerlukan peningkatan dalam
kondisi jangka panjang rangka melindungi ekosistem SDA, men-
yeimbangkan alokasi air, meningkatkan Dijk,M.V.2002 HYMOS4 User Manual. Delf
kemampuan sistem tata air memanfaat- Hydraulic, Netherland
kan ketersediaan air, dan mengendalikan
daya rusak air. Sehingga perlu disusun Kodoatie,R.J. dan Basuki, M.2005. Kajian
pola pengelolaan SDA sebagai kerangka Undang-Undang Sumber Daya Air,
dasar dalam melaksanakan pengelolaan ANDI offset, Yogyakarta
SDA WS Pemali Comal. Kodoatie,R.J dan Sugiyanto.2002. BANJIR,
Beberapa penyebab dan metode
Saran pengendalianya dalam prespektif
lingkungan,Pustaka Pelajar,
a) Revitalisasi saluran irigasi perlu Yogyakarta
dilakukan untuk meningkatkan efesiensi Linsley,R.K., and Fransini,J.B.1979. Teknik
saluran irigasi sehingga kehilangan air di Sumber Daya Air. Terjemahan oleh
saluran dapat ditekan. Djoko Sasongko.1991.Erlangga,
b) Kegiatan operasional pengelolaan SDA Jakarta
seharusnya tidak hanya menitikberatkan Nizam.1994.Proses Kepantaian. Program
pada kegiatan fisik, sebaiknya diiringi Pascasarjana Minat Studi Teknik
dengan peningkatan kemampuan SDM Pantai.Universitas Gajah mada.
terkait dengan perkembangan ilmu pen- Yogyakarta
getahuan dan teknologi serta mengan- Schwab,G.O., Fangmeier,D.D and
tisipasi kebijakan sistem pemerintahan Elliot,W.J.1996. Soil and Water
terhadap institusi pengelola SDA. Management Sytem.John Wiley &
c) Pencatatan dan pengolahan data hidro- Son,Inc.Canada
logi, dan data lain terkait dengan penge- Sigit,I.2001.Studi pengembangan Sumber
lolaan SDA sebagai dasar perencanaan Daya Air Terpadu Satuan Wilayah
pengelolaan SDA perlu ditingkatkan Sungai pedegolan Propinsi Jawa
dalam hal kemudahan akses dan validitas Tengah.Institut Teknologi
sehingga hasil perencanaan menjadi lebih Bandung,bandung
baik Soewarno.1995.Hidrologi-Aplikasi Metode
Statistik Untuk Analisis data. NOVA,
DAFTAR PUSTAKA Bandung
Sunarto.1991.Geomorfologi Pnatai-
Anonim. 2001. Profil Sumber Daya Air Pengelolaaan dan Perencanaan
Propinsi Jawa Tengah. DPU Bangunan pantai. Universitas Gajah
Pengairan Propinsi Jawa Tengah mada, Yogyakarta.
Anonim. 2001. Data Pokok Pengairan 2000. Suparto,J.2000.Statistik-Teori dan
DPU Pengairan Propinsi Jawa aplikasi.Jilid I Edisi Ke-6 Erlangga
Tengah. Semarang Jakarta
Anonim. 2001. Profil Sumber Daya Air. Suripin.2002.Pelestaroian Sumber Daya Air .
Proyek Induk Pengembangan ANDI offset, Yogyakarta
Wilayah Sungai Jratun Seluna Suripin2003.Sistem Drainase perkotaan Yang
Semarang. Berkelanjutan.-----------------
Anonim.2001. Laporan Akhir Perencanaan Undang-Unang Republik Indonesia
Sumber Daya Wilayah Sungai Pemali No.7Tahun 2004 Tentang Sumber
Comal. PT. Geomarindex. Semarang. Dya Air.
Arsyad,S. 1989. Konservasi Tanah Dan Wahyuni,S.E.2002. Hidrologi Terapan.
Air.IPB Press Bogor. Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Asdak,C.2002.Hidrologi dan Pengelolaan Universitas Diponegoro, Semarang
Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta

You might also like