1054 1767 1 PB PDF

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 13

JURNAL KESMAS UAD

KES MAS ISSN : 1978-0575

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN MAKANAN DAN STATUS


KESADARAN GIZI KELUARGA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEWON I, BANTUL

Sari Purwaningrum, Yuniar Wardani


Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan

ABSTRACT

Background: Poor nutritional status of children in Puskesmas Sewon I in 2007 amounted to 0.60%.
Family Nutrition Awareness Status in Puskesmas Sewon I was at 47.06%. Average consumption of
energy and protein adequacy of children under the minimum requirements is 19.8% to 9.9% for en-
ergy and protein. Nutritional status is influenced by several factors, either directly or indirectly and
purpose of this study was to determine the relationship of nutrition intake and family nutrition
awareness status with under five years child nutritional status in Puskesmas Sewon I Bantul Yogya-
karta.

Method: Design of this research was cross sectional. The sample size of this study was 97 respon-
dents. Sampling method of the study was proportional cluster random sampling technique. The variables
examined in this research include under five years child nutritional status, nutrition intake, and fam-
ily nutrition awareness status. The relationship of each variable was seen by using the Chi Square
statistical test.

Results: Results showed that of 97 respondents found 39 children (40.2%) had one and the nutri-
tional status of 58 children (59.8%) had normal nutritional status. Bivariate analysis showed a relation-
ship between under five years children nutritional status with food intake p < 0.05 (p = 0.000) and for
under five years children nutritional status with family nutrition awareness status p < 0.05 (p = 0.03).

Conclusion: There was a relationship of nutrition intake and family nutrition awareness status with
under five years child nutritional status.

Keyword: nutrition intake, family nutrition awareness status, under five years children nutritional
status, Puskesmas Sewon I

1. PENDAHULUAN
Masalah gizi di Indonesia pada tahun 2003 adalah sebanyak 28,17% balita
mengalami gangguan gizi kurang dan 8,55% diantaranya adalah gizi buruk 1. Prevalensi
gizi buruk dan gizi kurang pada balita Indonesia di tahun 2007 yang dinilai
menggunakan indeks Berat Badan per Tinggi Badan (BB/TB) sebesar 13,6% 2.
Prevalensi gizi buruk dan gizi kurang pada balita Indonesia di tahun 2010 berdasarkan
indeks BB/TB sebesar 13,3%3. Rata-rata kecukupan konsumsi energi dan protein balita
di bawah kebutuhan minimal pada tahun 2010 di wilayah Indonesia sebesar 24,7%
untuk energi dan 18,4% untuk protein, sementara itu di D. I. Yogyakarta sebesar 19,8%
untuk energi dan 9,9% untuk protein 3. Persentase status gizi buruk dan gizi kurang
pada balita di Yogyakarta berdasarkan indeks BB/TB sebesar 9% 2. Persentase tersebut

Hubungan Antara Asupan Makanan dan Status Kesadaran Gizi .. (Sari Purwaningrum
JURNAL KESMAS UAD

ISSN : 1978-0575

mengalami penurunan pada tahun 2010, yaitu 9,1% berdasarkan indeks BB/TB 3.
Cakupan gizi buruk di Kabupaten Bantul pada tahun 2007 sebanyak 295 balita 4.

Puskesmas Sewon I merupakan salah satu dari 27 Puskesmas yang ada di Ka-
bupaten Bantul yang terletak di Desa Timbulharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Ban-
tul. Luas wilayah kerja terdiri 2 desa yaitu Desa Timbulharjo dan Desa Pen-
dowoharjo yang terbagi atas 32 dusun 5. Status gizi buruk balita di wilayah kerja Pusk-
esmas Sewon I, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Yogyakarta pada tahun 2007
sebesar 0,60%, sementara itu, balita dengan status gizi Bawah Garis Merah (BGM)
sejumlah 23 anak dari 2.625 balita yang ada atau sekitar 1,14% 6. Cakupan KGK di
wilayah kerja Puskesmas Sewon I adalah sebesar 47,06%. Cakupan tersebut masih
berada di bawah target minimum Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang
Program Pembangunan Nasional (Propenas) dan Indonesia Sehat 2010 yang
menetapkan bahwa 80% keluarga menjadi Kadarzi7. Berdasarkan latar belakang
tersebut, sementara di sana belum ada kajian yang mengaitkan hubungan antara
asupan makanan dan status Kesadaran Gizi Keluarga (KGK) dengan status gizi balita,
maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan antara asupan
makanan dan status Kesadaran Gizi Keluarga (KGK) dengan status gizi balita di
wilayah kerja Puskesmas Sewon I, Bantul, Yogyakarta.

2. METODE PENELITIAN

a. Desain, Tempat, dan Waktu

Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan rancangan


penelitian cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 05 - 26 Juni
2012 di wilayah kerja Puskesmas Sewon I, Bantul, Yogyakarta.

b. Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian ini sebesar 2.791 orang. Sampel yang diambil 93
orang ibu yang memiliki anak balita, kemudian ditetapkan kriteria inklusi (ibu yang
memiliki anak usia >6 bulan sampai 5 tahun yang terdaftar di Posyandu di Wilayah
Kerja Puskesmas Sewon I dan bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas
Sewon I) dan kriteria ekslusi (balita sakit infeksi dan balita usia 0-6 bulan). Sampel
kemudian diambil secara cluster random sampling dengan jenis proporsional
sampling. Kekurangan sampel diantisipasi dengan penambahan 10% dari jumlah
sampel yang ada. Jumlah sampel kemudian menjadi 102 orang dan 5 diantaranya
diekslusi, sehingga total sampel yang digunakan adalah 97 orang.

c. Teknik Pengumpulan Data

1) Data Primer

Asupan makanan diukur dengan menggunakan food recall 2x24 jam.


Status Kesadaran Gizi Keluarga (KGK) diukur dengan menggunakan check list
KGK dan iodine tes. Status gizi balita diukur dengan menggunakan indeks
BB/TB yang diperoleh dari hasil pengukuran Berat Badan (BB) dan Tinggi Badan
(TB).

KES MAS Vol. 6, No. 3, September 2012 : 144-211


JURNAL KESMAS UAD

KES MAS ISSN : 1978-0575

2) Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari berbagai pihak terkait yang meliputi: data
geografis wilayah kerja Puskesmas Sewon I Bantul Yogyakarta, data laporan
kesehatan, dan data jumlah ibu yang memiliki balita usia 0-5 tahun yang berada
di wilayah kerja Puskesmas Sewon I, Bantul, Yogyakarta.

d. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis dengan


menggunakan komputer. Analisis data univariat disajikan dalam bentuk distribusi
frekuensi dan persentase dari setiap variabel, untuk menjelaskan a t a u
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Analisis data bivariat
dijelaskan dengan menggunakan uji Chi-Square pada = 0,05 dan interval
kepercayaan 95%, yang disajikan dalam bentuk narasi dan tabel distribusi proprosi.

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

a. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

Puskesmas Sewon I merupakan salah satu dari 27 Puskesmas yang ada di


Kabupaten Bantul yang terletakdi Desa Timbulharjo, Kecamatan
Sewon, Kabupaten Bantul, dengan luas wilayah kerja terdiri dari 2 desa,
yaitu Desa Timbulharjo dan Desa Pendowoharjo yang terbagi atas 32 dusun
dengan 43 Posyandu, dengan batas wilayah kerja5, yaitu:
1) Sebelah utara : Wilayah kerja Puskesmas Sewon II
2) Sebelah timur : Kecamatan Pleret
3) Sebelah selatan : Kecamatan Bantul
4) Sebelah barat : Kecamatan Kasihan
Luas wilayah kerja Puskesmas Sewon I adalah 1475,76 Ha yang terdiri dari
Desa Timbulharjo: 777,76 Km2 dan Desa Pendowoharjo: 698 Km2. Kondisi iklim
di wilayah kerja adalah termasuk iklim tropis, dengan bentang lahan yang se-
muanya terdiri atas daratan, suhu rata-rata: 220C 320C. Jumlah penduduk
wilayah kerja Puskesmas Sewon I pada tahun 2010, berdasarkan data mono-
grafi desa tercatat sebesar 36.276 jiwa dengan jumlah kepala keluarga (KK)
sebesar 14.007. Hasil pemantauan status gizi buruk balita tahun 2010 di 43 Po-
syandu diperoleh hasil dari 3024 balita yang ada, yang ditimbang sebanyak 1972
balita dan terdapat 16 (0,53%) balita dengan status gizi buruk dan 31 (1,57%) balita
dengan status gizi kurang5.

Hubungan Antara Asupan Makanan dan Status Kesadaran Gizi .. (Sari Purwaningrum
JURNAL KESMAS UAD

ISSN : 1978-0575

b. Gambaran Sampel Penelitian

Sampel pada penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak balita yang
terdaftar di Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Sewon I, Bantul, Yogyakarta
serta memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Sampel pada penelitian ini berjumlah-
lah 102 orang, 5 diantaranya diekslusi sehingga sampel menjadi 97 orang, sedang-
kan populasinya berjumlah 2.791 orang. Responden dalam penelitian ini sebagian
besar berumur 32 tahun, yaitu 53 orang (54,6%); berpendidikan tamat SLTA,
yaitu 46 orang (47,4%); bekerja sebagai IRT (Ibu Rumah Tangga), yaitu 69 orang
(71,1%); berpendapatan UMR (Upah Minimum Regional), yaitu 56 orang
(57,7%); dan memiliki jumlah keluarga 4 atau keluarga kecil, yaitu 57 orang
(58,5%). Balita dalam penelitian ini sebagian besar menderita ISPA Non-
Pneumonia, yaitu 57 balita (58,8%); berjenis kelamin perempuan, yaitu 52 balita
(53,6%); memiliki berat badan (BB) < 11,5 kg, yaitu 47 balita (48,5%); dan tinggi
badan (TB) 85 cm, yaitu 50 balita (51,5%).

KES MAS Vol. 6, No. 3, September 2012 : 144-211


JURNAL KESMAS UAD

KES MAS ISSN : 1978-0575

Tabel 1. Karakteristik Responden

n (%) Mean
Orang Tua
Umur (tahun) 32
< 32 Tahun 44 (45,4)
32 Tahun 53 (54,6)
Pendidikan
Tidak Sekolah 1 (1)
Tamat SD 12 (12,4)
Tamat SLTP 19 (19,6)
Tamat SLTA 4 (47,4)
D1 6 (4,1)
D3 45 (5,2)
S1 10 (10,3)
Pekerjaan
Buruh 6 (6,2)
IRT (Ibu Rumah Tangga) 69 (71,1)
Karyawan Swasta 6 (6,2)
Pedagang 5 (5,2)
PNS 3 (3,1)
Wiraswasta 8 (8,2)
Pendapatan (Rp) 1.437.300
< UMR (892.660) 41 (42,3)
UMR (892.660) 56 (57,7)
Jumlah Keluarga 5
Besar (> 4) 40 (41,2)
Kecil ( 4) 57 (58,8)
Balita
Morbiditas Balita
Alergi 1 (1)
ISPA Non-Pneumonia 57 (58,8)
Sehat 39 (40,2)
Jenis Kelamin
Laki-laki 45 (46,4)
Perempuan 52 (53,6)
Berat Badan (Kg) 11,7
< 11,5 Kg 47 (48,5)
11,5 Kg 50 (51,5)
Tinggi Badan (cm) 84,4
< 85 cm 47 (48,5)
85 cm 50 (51,5)

Sumber: Data primer tahun 2012

Hubungan Antara Asupan Makanan dan Status Kesadaran Gizi .. (Sari Purwaningrum
JURNAL KESMAS UAD

ISSN : 1978-0575

c. Analisis Univariat

Hasil analisis univariat memperlihatkan bahwa mayoritas asupan makanan


(energi dan protein) anak balita yang terdaftar di Posyandu di wilayah kerja
Puskesmas Sewon I, Bantul, Yogyakarta termasuk dalam kriteria cukup, yaitu 84
balita (86,6%); sebagian besar keluarga responden termasuk dalam kriteria sudah
KGK, yaitu 55 keluarga (56,7%); dan balita memiliki status gizi normal berdasarkan
indeks berat badan (BB) menurut tinggi badan (TB) atau BB/TB, yaitu 58 balita
(59,8%).

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Asupan Makanan (Energi) pada Anak


Balita yang Terdaftar di Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Sewon I
Bantul Yogyakarta
No Asupan Energi (Kcal) Jumlah Persentase (%) Statistik
1. Kurang 13 13,4 Mean = 976,46
2. Cukup 84 86,6 Median = 941,6
Total 97 100 Modus = 1051
Min. = 488,4
Maks. = 1621,6

Sumber: Data primer tahun 2012

Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Asupan Makanan (Protein) pada Anak


Balita yang Terdaftar di Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Sewon I
Bantul Yogyakarta
No Asupan Energi (Kcal) Jumlah Persentase (%) Statistik

1. Kurang 13 13,4 Mean = 26,86


2. Cukup 84 86,6 Median = 26,8
Total 97 100 Modus = 22,6
Min. = 12,5
Maks. = 45

Sumber: Data primer tahun 2012

Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Status Kesadaran Gizi Keluarga (KGK)


pada Keluarga yang Memiliki Anak Balita yang Terdaftar di Posyandu di
Wilayah Kerja Puskesmas Sewon I Bantul Yogyakarta
No Status Kesadaran Gizi Keluarga (KGK) Jumlah Persentase (%)
1. Belum KGK 42 43,3
2. Sudah KGK 55 56,7
Total 97 100

Sumber: Data primer tahun 2012

KES MAS Vol. 6, No. 3, September 2012 : 144-211


JURNAL KESMAS UAD

KES MAS ISSN : 1978-0575

Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi Balita pada Anak Balita
yang Terdaftar di Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Sewon I Bantul
Yogyakarta
No Status Gizi Balita Jumlah Persentase (%) Statistik
(BB/TB)
1. Tidak Normal 39 40,2 Mean = -0,13
2. Normal 58 59,8 Median = -0,56
Total 97 100 Modus = -2,02
Min. = -2,97
Maks. = 4,94

Sumber: Data primer tahun 2012

d. Analisis Bivariat

Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa: 1) Ada hubungan antara asupan


makanan (energi dan protein) dengan status gizi balita (p value = 0,00 pada =
0,05) dan kemungkinan untuk mendapatkan status gizi tidak normal dapat dilihat dari
nilai RP, hasil output memperlihatkan RP = 2,872 (95% CI = 2,028 - 4,068), artinya
balita yang mendapatkan asupan makanan (energi) kurang, mempunyai peluang
mengalami status gizi tidak normal atau salah sebesar 2,872 kali lebih besar di-
bandingkan dengan balita yang mendapatkan asupan makanan (energi) cukup, dan
secara statistik bermakna; 2) ada hubungan antara status Kesadaran Gizi Keluarga
(KGK) dengan status gizi balita (p value = 0,03 pada = 0,05) dan kemungkinan un-
tuk mendapatkan status gizi tidak normal dapat dilihat dari nilai RP, hasil output mem-
perlihatkan RP = 1,695 (95% CI = 1,039 - 2,764), artinya balita yang tinggal ber-
sama dengan keluarga berstatus belum KGK memiliki peluang mengalami status
gizi tidak normal atau salah sebesar 1,695 kali lebih besar dibandingkan balita
yang tinggal bersama dengan keluarga berstatus sudah KGK, dan secara statistik ber-
makna. Hal tersebut sebagai mana tertulis pada tabel 6.
Tabel 6. Hasil Analisis Bivariat
Variabel Independent RP (Rasio Preva- Confidence Interval Significancy
lensi) (CI) 95% (p value)
N = 07
Variabel Dependent: Status Gizi Balita Indeks BB/TB
Asupan Makanan 2,872 (2,028-4,068) 0,00
(Energi dan Protein)
Kurang (1)
Cukup (2)
Variabel Dependent: Status Gizi Balita Indeks BB/TB
Status Kesadaran Gizi 1,695 (1,039-2,764) 0,03
Keluarga (KGK)
Belum KGK (1)
Sudah KGK (2)

Sumber: Data primer tahun 2012

Hubungan Antara Asupan Makanan dan Status Kesadaran Gizi .. (Sari Purwaningrum
JURNAL KESMAS UAD

ISSN : 1978-0575

B. Pembahasan

Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel
tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu 8. Status gizi balita
sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial terdekat 9. Penyebab langsung status gizi
adalah makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin diderita anak. Pandangan
Islam mengenai keharusan untuk menjaga kesehatan, termasuk pencegahan penyakit
melalui makan makanan yang bergizi, tersirat dalam Q. S. At Tiin, 95: 04 (mengenai
penciptaan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya) dan Q. S. Al Maaidah, 05: 88
(mengenai makanan yang halal lagi baik bagi manusia). Hasil penelitan yang dilakukan
pada bulan Juni 2012, memperlihatkan bahwa dari 97 balita yang diteliti, terdapat 39
balita (40,2%) termasuk dalam kriteria status gizi tidak normal atau salah dan 58 balita
(59,8%) sisanya, termasuk dalam status gizi normal. Ada bermacam-macam faktor yang
dapat mempengaruhi status gizi balita. Faktor yang diduga berhubungan dengan status
gizi balita dalam penelitian ini, antara lain asupan makanan dan status Kesadaran Gizi
Keluarga (KGK).

a. Asupan Makanan (Energi)

Kenyataan yang terjadi dilapangan menunjukkan bahwa sebagian besar


balita yang memiliki asupan makan yang cukup, terdapat pada responden dengan
tingkat pendidikan minimal SLTA, pendapatan minimal UMR, dan jenis kelamin laki
-laki. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka peneliti mengasumsikan bahwa
asupan makanan (energi) pada balita, dipengaruhi oleh beberapa faktor, dian-
taranya pendidikan responden, pendapatan responden, dan jenis kelamin balita. Hal
ini menandakan bahwa pendidikan ibu sangat penting untuk menentukan pola
asuh, terutama dalam pemilihan makanan untuk balitanya 10, dan keterbatasan
penghasilan keluarga turut menentukan mutu makanan yang disajikan, baik kualitas
maupun kuantitas makanan 11. Semakin tinggi tingkat pendidikan responden, maka
asupan makanan (energi) yang diberikan kepada balita adalah semakin baik.
Keadaan tersebut tentunya masih ditopang dengan pendapatan dari responden
tersebut, semakin tinggi tingkat pendapatan responden, maka akan semakin
beraneka ragam makanan yang dikonsumsi dan akan semakin baik pula nilai
asupan makanan (energi) dari balitanya. Jenis kelamin juga turut mempengaruhi
asupan makanan (energi) balita. Balita berjenis kelamin laki-laki lebih banyak
mendapatkan asupan makanan (energi) cukup dibanding balita berjenis kelamin
perempuan. Responden selalu memberikan porsi lebih untuk asupan makanan
(energi) kepada balita berjenis kelamin laki-laki dibanding perempuan. Keadaan itu
sendiri dinilai wajar oleh sebagian masyarakat karena masyarakat berpendapat-
bahwa laki-laki membutuhkan asupan yang lebih besar, sebab laki-laki lebih banyak
mengeluarkan tenaga dibanding perempuan.

b. Asupan Makanan (Protein)

Kenyataan di lapangan mengenai berbagai faktor yang berperan dalam


kondisi ini, tidak jauh berbeda dengan faktor yang berperan dalam asupan makanan
(energi). Balita dengan asupan makanan (protein) yang cukup lebih banyak dijumpai
pada responden dengan tingkat pendidikan minimal SLTA , berpenghasilan mini-
mal sama dengan UMR, dan balita berjenis kelamin laki-laki, oleh karena itu,
peneliti masih mengasumsikan bahwa asupan makanan (protein) pada balita,
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya pendidikan responden, pendapatan

KES MAS Vol. 6, No. 3, September 2012 : 144-211


JURNAL KESMAS UAD

KES MAS ISSN : 1978-0575

responden, dan jenis kelamin balita. Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu,
maka semakin rendah angka gizi buruk pada anak balita 12. Hal tersebut secara
tidak langsung menyiratkan bahwa asupan makanan dari balita tersebut membaik
seiring dengan meningkatnya pendidikan ibu, karena gizi buruk terjadi saat asu-
pan makanan dari balita berada jauh di bawah nilai standar, disamping itu, pen-
dapatan masih tetap berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas makanan yang
disajikan 11.

c. Asupan Makanan (Energi dan Protein)

Keadaan di lapangan menunjukkan bahwa sebagian responden di wilayah


tersebut memiliki kebiasaan untuk membeli satu jenis makanan pada waktu dan
tempat yang bersamaan untuk konsumsi balitanya dan keadaan tersebut ber-
langsung hampir setiap hari, misalnya beberapa responden yang setiap sore
selalu membeli bakso di satu tukang bakso yang sama untuk dikonsumsi oleh
balitanya. Jenis makanan yang sama, yang dibeli pada waktu yang bersamaan, di
pedagang yang sama akan memberikan asupan yang sama pada nilai energi dan
protein dari makanan tersebut, untuk beberapa balita yang mengkonsumsi makanan
tersebut dalam jumlah dan takaran yang juga sama, dengan demikian peneliti
mengasumsikan adanya pola konsumsi yang sama pada masyarakat di wilayah
kerja Puskesmas Sewon I Bantul Yogyakarta. Susunan makanan sangat dian-
jurkan untuk menjamin keseimbangan zat gizi, hal itu dapat tercapai dengan
mengkonsumsi beraneka ragam makanan 7.

d. Status Kesadaran Gizi Keluarga (KGK)

Hasil statistik univariat memperlihatkan bahwa sebanyak 55 keluarga


(56,7%) sudah termasuk dalam kriteria KGK. Keluarga dengan status sudah KGK
tersebut pada umumnya dijumpai pada responden dengan kriteria pendidikan tinggi,
pendapatan minimal sama dengan Upah Minimum Regional (UMR), dan jumlah
anggota keluarga yang sedikit, yaitu kurang dari sama dengan 4 orang dalam satu
keluarga. Pernyataan di atas menandakan bahwa pengetahuan ibu adalah penting
untuk penerapan keanekaragaman makanan dalam Kesadaran Gizi Keluarga
(KGK)7 dan semakin tinggi pendapatan maka, maka akan semakin baik
gizi keluarga13. Jumlah anggota keluarga yang sedikit juga memberikan pen-
garuh terhadap status KGK. Balita yang tinggal bersama dengan keluarga dengan
jumlah anggota keluarga yang sedikit, akan lebih mudah dipantau perkemban-
gannya, disamping itu, pemenuhan keanekaragaman zat gizi pada keluarga kecil
akan lebih mudah dibandingkan pada keluarga besar, terutama untuk respon-
den dengan tingkat pendapatan yang terbatas.

e. Status Gizi Balita (BB/TB)

Perkembangan berat badan dalam keadaan normal, akan searah dengan


pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu 8. Balita yang memiliki status
gizi normal, sebagian memiliki Berat Badan (BB)11,5 kg dan Tinggi Badan (TB)
sangat sesuai untuk meneliti status gizi saat ini karena terpengaruh secara langsung dengan
makanan yang dikonsumsi sehari-hari dan status kesakitan dari balita yang merupakan
faktor yang mempengaruhi status gizi secara langsung. Peneliti mengasumsi-
kan bahwa ada factor yang mempengaruhi status gizi secara langsung. Peneliti
mengasumsikan bahwa ada faktor lain yang mempengaruhi status gizi selain

Hubungan Antara Asupan Makanan dan Status Kesadaran Gizi .. (Sari Purwaningrum
JURNAL KESMAS UAD

ISSN : 1978-0575

selain asupan makanan dan morbiditas balita. Faktor tersebut antara lain pendidikan
orang tua (terutama ibu), pekerjaan orang tua, pendapatan orang tua, dan jumlah
keluarga. Keadaan di lapangan menunjukkan bahwa balita dengan status gizi
normal, lebih banyak dijumpai pada responden dengan pendidikan yang baik, dengan
pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, pendapatan lebih dari Upah Minimum Re-
gional (UMR), dan jumlah anggota keluarga yang sedikit.

Responden dengan pendidikan yang baik, tentu mengetahui makanan apa saja
yang baik dan tidak baik untuk diberikan kepada balitanya, karena seorang ibu akan
menentukan pola asuh yang akan dipilihnya terutama penentuan makanan untuk
balitanya10. Pekerjaan responden sebagai ibu rumah tangga tentunya akan memberi-
kan banyak waktu bagi responden untuk menemani dan merawat balitanya, disamping
itu, pendapatan Upah Minimum Regional (UMR) tentunya akan memberikan
kesempatan kepada responden untuk dapat memberikan asupan makanan yang
terbaik untuk balitanya, yang tentunya hal ini akan berpengaruh terhadap status gizi
dari balitanya, terlebih lagi bila keluarga dari responden tersebut termasuk dalam kriteria
keluarga kecil. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan penghasilan turut menentu-
kan makanan yang disajikan 11 . Jumlah anggota keluarga secara tidak langsung
dapat berpengaruh terhadap status gizi dari balita tersebut14. Lingkungan yang kurang
sehat tentunya akan membawa dampak yang kurang baik bagi kesehatan balita,
meski balita itu sendiri telah dibekali dengan asupan makanan yang cukup. Balita se-
hat yang terlalu lama terpapar dengan balita sakit, lama-lama balita tersebut juga akan
menjadi rentan dan kemudian jatuh sakit. Seseorang yang terpapar dan rentan terha-
dap keterpaparan tersebut maka orang tersebut akan menjadi sakit 15.

f. Hubungan antara Asupan Makanan (Energi dan Protein) dengan Status Gizi Balita

Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa asupan makanan (energi dan


protein) berhubungan dengan status gizi balita. Balita yang status gizinya normal,
sebagian besar mempunyai asupan makanan yang cukup. Hal ini menandakan
bahwa makanan berpengaruh secara langsung terhadap status gizi 10. Peneliti
mengasumsikan bahwa asupan makan balita dapat menjadi kurang dikarenakan
beberapa faktor, diantaranya adalah tingkat pendidikan responden, pendapatan
responden, dan jenis kelamin balita, sebagaimana telah tersebut di atas, bahwa
asupan makanan yang cukup, lebih bayak ditemukan pada responden dengan
pendidikan minimal SLTA, pendapatan minimal sama dengan UMR, dan balita
berjenis kelamin laki-laki. Faktor-faktor tersebut merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi status gizi secara tidak langsung, karena faktor tersebut
mempengaruhi asupan makan baik energi atau protein dari balita, yang kemudian
barulah asupan makan tersebut mempengaruhi status gizi dari balita yang diteliti.

Status gizi adalah hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang masuk
ke dalam tubuh (nutrition intake) dengan kebutuhan tubuh (nutrition output) akan zat
gizi tersebut8. Anak yang makanannya tidak cukup baik maka daya tahan tubuhnya
akan melemah dan akan mudah terserang penyakit10. Anak yang sakit maka berat
badannya akan menjadi turun sehingga akan berpengaruh terhadap status gizi dari
anak tersebut16.

KES MAS Vol. 6, No. 3, September 2012 : 144-211


JURNAL KESMAS UAD

KES MAS ISSN : 1978-0575

g. Hubungan antara Status Kesadaran Gizi Keluarga (KGK) dengan Status Gizi Balita

Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa status Kesadaran Gizi Keluarga


(KGK) dinyatakan berhubungan dengan status gizi balita. Balita dengan status giz i
normal lebih banyak ditemukan pada keluarga dengan status sudah KGK dibanding
dengan keluarga dengan status belum KGK. Hal ini menandakan bahwa semakin
baik status Kesadaran Gizi Keluarga (KGK) maka akan semakin baik pula status gizi
dari balita yang tinggal di dalamnya17. Status Kesadaran Gizi Keluarga (KGK)
termasuk penting dalam mewujudkan status gizi yang normal bagi balita. Peneliti
mengasumsikan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi status
Kesadaran Gizi Keluarga (KGK) dari sebuah keluarga yang kemudian secara tidak
langsung mempengaruhi status gizi dari balita yang diteliti, faktor-faktor tersebut
diantaranya adalah pendidikan responden, pendapatan responden, dan jumlah
keluarga responden. Status Kesadaran Gizi Keluarga (KGK) yang baik, sebagian
besar terdapat pada responden dengan pendidikan minimal SLTA, pendapatan
minimal sama dengan UMR, dan termasuk dalam kriteria keluarga kecil, dengan
jumlah anggota keluarga kurang dari sama dengan empat orang.

4. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil penelitian dan pembahasan, antara
lain:
a. Tingkat asupan makanan di wilayah kerja Puskesmas Sewon I, Bantul, Yogyakarta,
untuk energi dan protein, keduanya termasuk dalam kriteria cukup.
b. Tingkat status Kesadaran Gizi Keluarga (KGK) di wilayah kerja Puskesmas Sewon
I, Bantul, Yogyakarta sudah cukup tinggi, dimana sebagian besar dari penduduk
sudah termasuk dalam kriteria sadar gizi.
c. Tingkat status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Sewon I, Bantul, Yogyakarta
sudah cukup baik, dimana sebagian besar dari balita termasuk dalam kriteria status
gizi baik atau normal.
d. Ada hubungan antara asupan makanan (energi dan protein) dengan status gizi
balita di wilayah kerja Puskesmas Sewon I, Bantul, Yogyakarta.
e. Ada hubungan antara status Kesadaran Gizi Keluarga (KGK) dengan status gizi
balita di wilayah kerja Puskesmas Sewon I, Bantul, Yogyakarta.

B. SARAN
a. Bagi Institusi Terkait atau Puskesmas Sewon I Bantul Yogyakarta
Pola konsumsi sama yang terjadi di masyarakat kurang memberikan dampak
yang baik bagi perkembangan dan pertumbuhan balita di daerah tersebut, oleh
karena itu perlu adanya penyuluhan mengenai gizi seimbang kepada masyarakat.
Ibu diharapkan dapat memberikan makanan yang bervariasi kepada balitanya.
b. Bagi Peneliti Lain
Status gizi balita dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Faktor yang secara langsung mempengaruhi status gizi
balita, antara lain: makanan dan status kesakitan balita. Hasil penlitian

Hubungan Antara Asupan Makanan dan Status Kesadaran Gizi .. (Sari Purwaningrum
JURNAL KESMAS UAD

ISSN : 1978-0575
memperlihatkan bahwa faktor-faktor tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor lain
yang secara tidak langsung telah mempengaruhi status gizi balita, oleh karena itu,
peneliti menyarankan untuk meneliti status gizi balita dilihat dari faktor-faktor yang
mempengaruhinya secaratidak langsung, seperti pendidikan, pekerjaan, pendapatan,
jumlah anggota keluarga, dan jenis kelamin balita.

DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2005,
Pusat Data Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Hal. 56.
2005.
2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) Laporan Nasional 2007, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta. Hal. 35-36. 2007.
3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) Laporan Nasional 2010, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta. Hal. 24-27, 70. 2010.
4. Dinas Kesehatan D. I. Yogyakarta, Profil Kesehatan Propinsi D. I. Yogyakarta Tahun
2008, Pusat Data Kesehatan Dinas Kesehatan Propinsi D. I. Yogyakarta, Yogya-
karta. Hal. 12, 31. 2008.
5. Puskesmas Sewon 1, Profil Puskesmas Sewon I, Puskesmas Sewon I, Yogya-
karta. 2011.
6. Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota Bantul, Profil Kesehatan Kabupaten atau Kota
Bantul Tahun 2007, Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota Bantul, Yogyakarta. Hal.
19. 2007.
7. Simanjuntak, E., Kajian Penerapan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) pada Keluarga
Mampu di Keluran Mangga dan Keluarga Tidak Mampu di Simalingkar B Kecamatan
Medan Tuntungan Tahun 2009, Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Sumatera Utara, Medan. Hal. 1, 38, 39. 2009.
8. Supariasa, I. D. N., Bakri, B., dan Fajar, I., Penilaian Status Gizi, Penerbit Buku Kedok-
teran EGC, Jakarta. 2002.
9. Hariyadi, D., Damanik, M. R., dan Ekayanti, I., Analisis Hubungan Penerapan Pesan
Gizi Seimbang Keluarga dan Perilaku Keluarga Sadar Gizi dengan Status Gizi Balita di
Propinsi Kalimantan Barat, Jurnal Gizi dan Pangan, Vol. 5 (1): Pp. 61-68. 2010.
10. Damanik, M. R., Ekayanti, I., dan Hariyadi, D., Analisis Pengaruh Pendidikan Ibu Terha-
dap Status Gizi Balita di Proponsi Kalimantan Barat, Jurnal Gizi dan Pangan, Vol. 5 (2):
Pp. 69-77. 2010.
11. Suparyanto, Konsep Dasar Status Gizi Balita, http : //status-gizi-balita/konsep-dasar-
status-gizi-balita, diambil pada tanggal 10 April 2012, Yogyakarta.
12. Khaldun, S., Z-Skor Status Gizi Balita di Proponsi Sulawesi Selatan 2007, Jurnal Sains
dan Teknologi, Vol. 8, No. 2: Pp. 112-125. 2008.
13. Harniwita, Pengaruh Tingkat Pendapatan Terhadap Gizi Keluarga di Desa Buluh Cina
Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar, Jurnal Penelitian, Vol. 9, No. 1: Pp. 60-68.
2008.
14. Amaral, Pedro, Hubungan antara Jumlah Anggota Keluarga dan Kebiasaan Makan
dengan Status Gizi Anak Balita usia 36-59 Bulan di Desa Tirilolo Kecamatan Baucau
Kota Kabupaten Baucau Timor Leste Tahun 2010, Skripsi, S-1 Ilmu Gizi, Stikes Ngudi-
waluyo, Ungaran. 2010.

KES MAS Vol. 6, No. 3, September 2012 : 144-211


JURNAL KESMAS UAD

KES MAS ISSN : 1978-0575

15. Bustan, M. N., Pengantar Epidemiologi, Edisi Revisi, PT. Rineka Cipta, Jakarta. Hal.
25. 2006.
16. Nurcahyo, K. dan Briawan, D., Konsumsi Pangan Penyakit Infeksi dan Status Gizi Anak
Balita Pasca Perawatan Gizi Buruk, Jurnal Gizi dan Pangan, Vol. 5 (3): Pp. 164-170.
2010.
17. Syafly, Hilma, Hubungan Perilaku Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) dengan Status Gizi
Balita di Kota Jambi, Skripsi, Fakultas Ekologi Masyarakat, Institut Pertanian Bogor, Bo-
gor. Hal. Iv. 2011.

Hubungan Antara Asupan Makanan dan Status Kesadaran Gizi .. (Sari Purwaningrum

You might also like