Abstrak 10

Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 4

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIANDIARE PADA

ANAK USIA 6-24 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SWAKELOLA 11


ILIR PALEMBANG TAHUN 2009
Marisa Apriyanti , Ridwan Ikob , Nur Alam Fajar

Abstrct
Diarrhea disease is still becoming world health problem, especially in developing countries. The
size of the problem can be seen from the high number of morbidity and mortality diarrhea. Diarrhea can be
caused by several factors that include behavioral, environmental, and health services. Therefore, this
research aims to identify factors associated with diarrhea outbreak in children aged 6-24 months in 11 Ilir
health center area Palembang.
This study is a survey research with the analytical cross sectional approach. The sample of this
research is children aged 6-24 months in the 11 Ilir health center area Palembang, amounting to 83 people
with the mother as the respondent. Sampling technique is proportional random sampling. Data analysis
techniques are univariat and bivariat using the chi square test with = 0.05.
Results of research shows that the percentage of diarrhea occurrence in children aged 6-24 months
is 42.2%. The statistical results of this research are as follows, there is a significant relation between
exclusive breastfeeding (p value = 0.017), the MP ASI (p value = 0.027), hand-washing habits (p value =
0.010), and the use of latrine (p value = 0.046) and diarrhea incidence in children. There is no significant
relation hygiene milk bottles (p value = 0.161), water treatment (p value = 1.000), and effectiveness of health
counseling (p value = 0.326) and diarrhea incidence in children.
Conclusion of this research is there is significant relation between of exclusive breastfeeding, MP
ASI, hand-washing habits and the use of latrine with diarrhea incidence in children aged 6-24 months.
Suggestions of this research by giving intensive and sustained counseling by health workers about the factors
associated with diarrhea outbreak, to raise awareness for the public to change the bad habits that can cause
diarrhea disease in children under five years.

Keywords : Diarrhea, children aged 6-24 months

Abstrak
Penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di negara berkembang. Besarnya
masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare. Kejadian diare bisa
disebabkan oleh beberapa faktor yang meliputi perilaku, lingkungan, dan pelayanan kesehatan. Oleh karena
itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada
anak usia 6-24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Swakelola 11 Ilir Palembang.
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat survey analitik dengan pendekatan cross
sectional. Sampel penelitian ini adalah anak usia 6-24 bulan yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas
Swakelola 11 Ilir Palembang yang berjumlah 83 orang dengan ibu sebagai responden. Teknik pengambilan
sampel secara proporsional random sampling . Teknik analisa data secara univariat dan bivariat dengan
menggunakan uji chi square dengan =0,05.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase kejadian diare pada anak usia 6-24 bulan yaitu
sebesar 42,2 %. Secara statistik hasil penelitian ini adalah sebagai berikut, ada hubungan signifikan antara
pemberian ASI eksklusif (p value=0,017 ), pemberian MP ASI (p value=0,027), kebiasaan cuci tangan (p
value=0,010), dan penggunaan jamban (p value=0,046) dengan kejadian diare pada anak. Tidak ada
hubungan signifikan kebersihan botol susu (p value=0,161), pengolahan air bersih (p value=1,000), dan
efektifitas penyuluhan kesehatan (p value=0,326) dengan kejadian diare pada anak.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya hubungan yang bermakna antara pemberian ASI eksklusif,
pemberian MP ASI, kebiasaan cuci tangan dan penggunaan jamban dengan kejadian diare pada anak usia 6-
24 bulan. Saran penelitian ini perlunya penyuluhan intensif dan berkesinambungan oleh petugas kesehatan
mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare, hingga menimbulkan kesadaran bagi
masyarakat untuk merubah kebiasaan buruk yang bisa menyebabkan terjadinya penyakit diare pada balita.

Kata kunci ; diare, anak usia 6-24 bulan


Pendahuluan 5. Distribusi responden yang pengolahan air
Usia balita merupakan periode berat bersihnya kurang baik adalah 37,35% dan
karena kondisi kesehatan anak masih belum stabil yang pengolahan air bersihnya baik
dan mudah terserang penyakit infeksi. 1 Salah satu 62,65%.
penyakit infeksi tersebut adalah diare. Penyakit 6. Distribusi responden yang penggunaan
diare masih menjadi masalah kesehatan dunia jambannya tidak baik adalah 45,78% dan
terutama di negara berkembang. Besarnya masalah yang penggunaan jambannya baik 54,22%.
tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan dan 7. Distribusi responden yang mendapatkan
kematian akibat diare. Diare lebih sering terjadi penyuluhan kesehatan secara kurang efektif
pada usia di bawah 2 tahun, karena usus anak-anak adalah 49,4% dan yang mendapatkan
sangat peka terutama pada tahun-tahun pertama dan penyuluhan kesehatan secara efektif 50,6%.
kedua.2 8. Distribusi responden yang anaknya terkena
Berdasarkan data World Health diare adalah 57,85% dan yang anaknya
Organization (WHO), sekitar 2,2 juta orang tidak terkeba diare 42,2%.
meninggal dunia setiap tahunnya akibat penyakit 9. Tidak ada hubungan antara kebersihan
diare. Dari jumlah orang yang meninggal itu, 90 % botol susu dengan kejadian diare pada anak.
adalah balita dari negara berkembang.3 Studi Bank 10. Ada hubungan antara pemberian ASI
Dunia tahun 2007, menyatakan bahwa 19 % dari eksklusif dengan kejadian diare pada anak.
kasus kematian anak di bawah usia 3 tahun 11. Ada hubungan antara pemberian MP ASI
disebabkan oleh diare.4 dengan kejadian diare pada anak.
Berdasarkan konsep Blum, terjadinya 12. Ada hubungan antara kebiasaan cuci
suatu penyakit disebabkan oleh 4 faktor yaitu 13. Tidak ada hubungan antara pengolahan air
perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan, dan bersih dengan kejadian diare pada anak.
genetik. Demikian pula dengan penyakit diare. 14. Ada hubungan antara pengunaan jamban
Tujuan penelitian ini adalah untuk dengan kejadian diare pada anak.
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan 15. Tidak ada hubungan antara efektifitas
kejadian diare pada anak usia 6-24 bulan di penyuluhan kesehatan dengan kejadian
Wilayah Kerja Puskesmas Swakelola 11 Ilir diare pada anak.
Palembang tahun 2009.
Pembahasan
Metodologi Penelitian Hasil penelitian menunjukkan tidak ada
Penelitian ini merupakan penelitian survei hubungan yang signifikan antara kebersihan
analitik dengan pendekatan cross sectional. sampel botol susu dengan kejadian diare pada anak.
penelitian ini adalah anak usia 6-24 bulan di hasil penelitian ini berbeda dengan hasil
Wilayah Kerja Puskesmas Swakelola 11 Ilir yang penelitian lain yang menyatakan bahwa ada
berjumlah 83 orang dengan ibu sebagai responden. hubungan antara cara membersihkan botol susu
Teknik pengambilan sampel secara proporsional dengan kejadian diare pada anak. 5 Perbedaan ini
random sampling. kemungkinan disebabkan oleh faktor-faktor lain
Jenis data yang dikumpulkan adalah data yang juga berperan dalam memicu terjadinya
primer dan data sekunder dengan menggunakan diare pada anak, misalnya disebabkan karena
kuesioner. pemberian susu botol yang terlalu kental atau
daya toleransi anak terhadap susu kurang baik
(laktosa intolerance).6
Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan ada
1. Distribusi responden yang menggunakan botol hubungan signifikan antara pemberian ASI
susu tidak bersih adalah 77,78% dan yang eksklusif dengan kejadian diare pada anak. Hal
bersih 22,22%. ini sejalan dengan penelitian lain yang
2. Distribusi responden yang tidak memberikan menyatakan bahwa ada hubungan yang
ASI eksklusif adalah 63,86 %, dan yang signifikan antara pemberian ASI eksklusif dan
memberikan ASI eksklusif 36,14 %. kejadian diare. Semakin lama bayi yang diberi
3. Distribusi responden yang memberikan MP ASI secara eksklusif semakin kecil
ASI dengan kategori kurang baik adalah kemungkinan bayi untuk terkena kejadian
33,73% dan yang memberikan MP ASI dengan diare.7 Hal ini dikarenakan ASI mengandung zat
kategori baik 66,27%. antibodi yang bisa meningkatkan sistem
4. Distribusi responden dengan kebiasaan cuci pertahanan tubuh anak. Pemberian ASI secara
tangan yang tidak baik adalah 72,29 % dan eksklusif mampu melindungi bayi dari berbagai
yang kebiasaan cuci tangannya baik 27,71 %. macam penyakit infeksi. Namun, sebagian besar
ibu yang menjadi responden tidak memberikan
ASI secara eksklusif pada anaknya dengan alasan Hasil penelitian menunjukkan ada
bekerja atau karena ASI tidak keluar. hubungan signifikan antara penggunaan jamban
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan dengan kejadian diare pada anak. Hal ini sejalan
signifikan antara pemberian MP ASI dengan dengan penelitian lain yang menyatakan bahwa
kejadian diare pada anak. Hal ini sejalan dengan ada hubungan antara penggunaan jamban
penelitian lain yang menyatakan bahwa adanya dengan kejadian diare. Penggunaan jamban
hubungan antara pemberian MP ASI dengan yang tidak benar dapat meningkatkan risiko
kejadian diare pada anak.8 Hal ini dikarenakan terkena diare hingga 4 kali lebih besar.10 Hal ini
sistem pencernaan anak pada usia di bawah 2 tahun dikarenakan tinja anak yang tidak dibuang ke
sedang mengalami perkembangan secara bertahap dalam jamban akan menyebabkan kuman-
sehingga apabila diberikan makanan yang tidak kuman dan virus-virus yang ada dalam tinja
tepat dapat menyebabkan sistem pencernaan anak tersebar dan menjadi rantai penularan penyakit
tidak berkembang dengan baik dan bisa diare.
menyebabkan diare. Daerah Wilayah Kerja Hasil penelitian menunjukkan tidak ada
Puskesmas 11 Ilir, terutama daerah kelurahan 11 hubungan signifikan antara efektifitas
Ilir, merupakan wilayah yang banyak dihuni oleh penyuluhan kesehatan dengan kejadian diare
masyarakat asli Palembang. Para ibu di wilayah ini pada anak. Hasil ini bertentangan dengan
terkadang terbiasa memberikan makanan khas penelitian lain yang menyatakan bahwa ada
Palembang seperti pempek atau kerupuk kemplang hubungan yang kuat dan signifikan antara
pada anaknya, bahkan ada ibu yang sudah penyuluhan kesehatan dengan upaya
membiasakan anaknya untuk makan makanan pencegahan yang dilakukan.11 Perbedaan ini
pedas. Padahal makanan-makanan ini belum tepat kemungkinan disebabkan oleh faktor-faktor lain
dikonsumsi oleh anak yang berusia di bawah 2 yang menghambat efektifitas penyuluhan
tahun, karena makanan ini sulit dicerna dan bisa kesehatan. Faktor-faktor lain tersebut adalah
merangsang usus anak. predisposisi factor (adanya tradisi, kepercayaan
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan masyarakat, dan sebagainya), enabling factor
signifikan antara kebiasaan cuci tangan dengan (tersedianya fasilitas atau sarana dan prasarana
kejadian diare pada anak. Hal ini sejalan dengan kesehatan), dan reinforcing factor ( sikap dan
penelitian lain yang juga menyatakan bahwa perilaku tokoh masyarakat, dan tokoh agama
adanya hubungan antara kebiasaan cuci tangan ibu serta petugas kesehatan).12
dengan kejadian diare pada anak. 5,9 Hal ini
dikarenakan tangan merupakan salah satu media Kesimpulan
masuknya kuman penyebab penyakit ke dalam
1. Distribusi responden : 77,78 % responden
tubuh. Dengan demikian, apabila seseorang terbiasa
menggunaan botol susu yang tidak bersih,
mencuci tangan terutama pada waktu-waktu
63,86 % responden yang tidak memberikan
penting maka ia akan meminimalkan masuknya
ASI eksklusif, 33,73 % responden yang
kuman melalui tangan. Namun, sebagian besar ibu
memberikan MP ASI dengan kategori
yang menjadi responden masih memiliki kesadaran
kurang baik, terdapat 72,29 % responden
yang rendah untuk mencuci tangan, mereka hanya
dengan kebiasaan cuci tangan yang tidak
terbiasa mencuci tangan apabila tangan mereka
baik, 37,35% responden dengan
terlihat kotor saja. Padahal tangan yang terlihat
pengolahan air bersih yang kurang baik,
bersih belum tentu bebas dari kuman penyebab
45,78 % responden dengan penggunaan
penyakit.
jamban yang kurang baik, serta sebesar
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada
49,4 % responden yang mendapatkan
hubungan signifikan antara pengolahan air bersih
penyuluhan kurang efektif.
dengan kejadian diare pada anak. Hasil ini
2. Tidak ada hubungan antara kebersihan
bertentangan dengan penelitian lain yang
botol susu dengan kejadian diare pada anak
menyatakan bahwa diare bisa disebabkan oleh
3. Ada hubungan antara pemberian ASI
masih sedikitnya masyarakat yang mengelola air
eksklusif dengan kejadian diare pada anak
minum rumah tangga dengan baik.4 Perbedaan ini
4. Ada hubungan antara pemberian MP ASI
kemungkinan disebabkan oleh faktor-faktor lain,
dengan kejadian diare pada anak
misalnya walaupun responden tidak mengolah air
5. Ada hubungan antara kebiasaan cuci tangan
bersihnya dengan baik dimana ia tidak memasak air
ibu dengan kejadian diare pada anak.
minumnya terlebih dahulu tetapi mereka
6. Tidak ada hubungan antara pengolahan air
menggunakan air mineral isi ulang untuk keperluan
bersih dengan kejadian diare pada anak
konsumsinya sehingga kemungkinan air ini telah
7. Ada hubungan antara penggunaan jamban
diolah oleh penyedianya terlebih dahulu dan tetap
dengan kejadian diare pada anak
aman dikonsumsi walaupun tidak dimasak lagi di
rumah.
8. Tidak ada hubungan antara efektifitas 8. Kasman. 2003, Faktor-Faktor Yang
penyuluhan kesehatan dengan kejadian diare Berhubungan Dengan Kejadian Diare
pada anak Pada Balita Di Puskesmas Air Dingin
Kecamatan Koto Tangah Kota Padang
Saran Sumatera Barat Tahun 2003. Dari :
A. Bagi Puskesmas Swakelola 11 Ilir http://library.usu.ac.id. [20 Mei 2009]
1. Perlu diadakannya penyuluhan kesehatan 9. Arnita, Danda. 2009, Faktor-faktor yang
secara intensif dan berkesinambungan oleh Berhubungan dengan Kejadian Diare Pada
petugas kesehatan kepada para ibu tentang Anak Usia 0-4 Tahun di Wilayah Kerja
faktor-faktor yang berhubungan dengan Puskesmas Pembina Palembang Tahun
kejadian diare. 2008. [Skripsi]. Fakultas Kesehatan
2. Perlu melengkapi media promosi kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya,
agar penyuluhan yang dilakukan tidak Indralaya.
membosankan dan lebih dipahami. 10. Simatupang, Mei Yati.2003, Analisis
3. Perlu mengadakan kerjasama lintas program Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
sehingga pencegahan diare tidak hanya Kejadian Diare Pada Balita di kota
menjadi tugas unit promkes. Sibolga Tahun 2003. dari :
4. Perlu mengadakan kerjasama lintas sektor http://libraryusu.ac.id [8 Juni 2009].
dengan tokoh agama dan tokoh masyarakat. 11. Juniardi. 2008, Hubungan Penyuluhan
Dengan demikian penyuluhan tidak hanya Kesehatan Dengan Upaya Pencegahan
terbatas diselenggarakan di posyandu tetapi Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
bisa juga dilakukan dalam kegiatan pengajian, Di Kelurahan Pagesangan Wilayah Kerja
ceramah agama, kegiatan PKK maupun Puskesmas Pagesangan Kota Mataram.
pertemuan lainnya. Dari http://one.indoskripsi.com. [8 Juli
2009]
B. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat 12. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003, Pendidikan
1. Diharapkan penelitian ini dapat dilanjutkan dan Perilaku Kesehatan. PT. Rineka Cipta,
dengan desain penelitian kualitatif untuk Jakarta.
menyempurnakan penelitian ini.
2. Diharapkan hasil penelitian ini dapat
dimanfaatkan sebagai referensi bagi mahasiswa
Fakultas Kesehatan Masyarakat lainnya.

Daftar Pustaka
1. Widjaja, M.C. 2007, Gizi Tepat untuk
Perkembangan Otak dan Kesehatan Balita.
Kawan Pustaka, Jakarta.
2. Suryabudhi, Maria. 2000, Cara Merawat Bayi
dan Anak-Anak. Pionir Jaya, Bandung.
3. Lumongga, Ida & M.N. Hasan. 2008, Mau
Sehat? Cuci Tangan Pakai Sabun. Dari
:http://www.husada.com.[4 Juni 2009]
4. Mujiyanto. 2008, Sanitasi Buruk, Masyarakat
Terpuruk. Dari :http://www.sanitasi.or.id. [4
Juni 2009].
5. Aniqoh, M. 2006. Hubungan antara Penberian
Susu Formula dengan Kejadian Diare pada
Bayi 0-12 Bulan di Puskesmas Sidoarjo.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Airlangga.
6. Widjaja, M.C. 2003, Mengatasi Diare dan
Keracunan pada Balita. Kawan Pustaka,
Jakarta.
7. Kamalia, Dina. 2005, Hubungan Pemberian
ASI Eksklusif dengan Kejadian DiarePada
bayi Usia 1 6 bulan di Wilayah Kerja
Puskesmas Kedungwuni I Tahun 2004/2005.
[Skripsi]. Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Negeri Semarang, Semarang.

You might also like