Pogogan Horses. Pogogan Divided Into Two Pure Motion and Means. The Show Pogogan Horses Have A Style or Style
Pogogan Horses. Pogogan Divided Into Two Pure Motion and Means. The Show Pogogan Horses Have A Style or Style
Pogogan Horses. Pogogan Divided Into Two Pure Motion and Means. The Show Pogogan Horses Have A Style or Style
masyarakat. Peneliti menggunakan sumber yang bersangkutan langsung dengan objek penelitian, maka dari itu
penelitian ini relevan dalam upaya melestarikan kembali kesenian Jaranan Pogogan.
Kata Kunci : Jaranan Pogogan, Gaya, Fungsi
PENDAHULUAN
1.
2.
3.
4.
3.
b.
Sasra :
Sasra dalam pertunjukan Jaranan Pogogan
merupakan seorang senopati yang ditemani oleh
seorang tumenggung yaitu pogog. Busana sasra
sangat berbanding terbalik dengan gaya busana
pogog. Sasra menggunakan busana cenderung
seperti tokoh gatotkaca. Dalam tokoh sasra tidak ada
maksud tertentu menggunakan busana seperti
gatotkaca, hal ini digunakan sebagai ciri khas
tersendiri saja. Menggunakan busana seperti tokoh
gatotkaca, sasra tetap membawa properti kuda
kepang. Busana sasra memang sedikit rumit dan
banyak dibandingkan busana tokoh pogog. Busana
sasra terdiri dari :
1. Kuluk,
penutu
p
kepala
seperti
yang
dikena
kan
oleh
tokoh
gatotka
ca,
dibuat
dari
kulit
yang
ditatah
dan
disung
ging
dengan
polesan
warna.
2. Sumpin
g,hiasa
n
telinga
yang
terbuat
dari
kulit
dan
4.
5.
ditatah
lengka
p
dengan
polesan
warna.
Kalung
Ulur,
kalung
dari
rantai
kuning
an/tem
baga
yang
disepuh
berwar
na
kuning
emas,y
ang
panjan
gnya
sampai
di
bawah
pingga
ng lalu
ujungn
ya
dikaitk
an pada
sabuk.
Prabha,
hiasan
punggu
ng
berbent
uk
segitiga
seperti
sayap
terbuat
dari
kulit
yang
ditatah
dan
disung
ging
(model
surakar
ta).
Klat
bahu,
seperti
gelang
terbuat
dari
kulit
6.
7.
8.
9.
ditatah
dengan
motif
seperti
kepala
naga
dipasan
g pada
lengan
atas.
Gelang,
terbuat
dari
kain
hitam
beludru
yang
dipasan
g
hiasan
mote.
Stagen
cindhe,
lebar
15 cm
dan
panjan
g 5 m
yang
dililitka
n pada
perut
sebagai
pengik
at kain
panjan
g.
Epek
timang,
sabuk
yang
terbuat
dari
kain
beludru
hitam
yang
dipasan
g
hiasan
mote
dipake
setelah
stagen
cindhe.
Boro
Samir,
kain
berwar
na
hitam
yang
dihiasi
dengan
mote
dan
dipasan
g pada
paha
kiri
kanan
dan
berjunt
ai
ke
bawah.
10. Keris,
pusaka
jawa
yang
diselip
kan di
badan
bagian
belakan
g
bersam
a
kerang
kanya
berbent
uk
ladrang
an.
11. Kain
panjan
g/ jarit,
kain
batik
bermoti
f
parang
sebagai
bebet
pendek
yang
diwiru.
12. Celana
Panji,
celana
yang
panjan
gnya
setingg
i lutut
bagian
bawah
dan
ujungn
ya
dihiasi
dengan
mote.
13. Sampur
, kain
polos
transpa
ran
dengan
lebar
45 cm
panjan
g 3cm
sebagai
keleng
kapan
busana
dan
propert
y
dalam
menari.
6.
c.
Prajurit Putri :
Pada awalnya prajurit putri menggunakan
irah-irahan beserta sumping (seperti tokoh wayang
wong Srikandhi dan Larasati) akan tetapi pada
perkembangan selanjutnya dengan keterbatasan
busana dan adanya pengaruh dari busana tandak
ludruk maka busana yang dikenakan prajurit putri
pada Jaranan Pogogan sangat sederhana. Tidak jauh
dengan pogog dan sasra prajurit putri juga memakai
properti kuda kepang. Berikut ini adalah busana
yang digunakan pada oleh prajurit putri :
1. Sanggul atau rambut palsu yang
digunakan untuk merapikan rambut
bagian belakang.
2. Kebaya polos tradisional. Kebaya
yang digunakan prajurit putri adalah
kebaya yang tidak terlalu banyak
menggunakan hiasan maupun payet.
Hal ini bertujuan untuk tetap
mempertahankan keaslian kesenian
Jaranan Pogogan dan tidak termakan
oleh modernisasi.
3. Kain sewek atau jarit, digunakan
sebagai penutup bagian bawah akan
tetapi tidak terlalu ketat supaya
prajurit putri bisa menggunakan
properti kuda kepang.
4. Suweng, biasa disebut anting
digunakan untuk menghiasi telinga.
5. Kalung, untuk memberi keindahan
meskipun karakter yang dibawakan
adalah seorang prajurit putri.
c.
d.
e.
i.
ii.
iii.
iv.
dengan
menggunakan
sebatang kayu
kecil dengan
ujungnya
diberi ikatan
karet
agar
suaranya
tidak keras.
Kenong
terbuat dari
bahan
besi
yang
bagianatasnya
/pencon
terbuat dari
kuningan
dengan lebar
ukuran garis
tengah 25 cm
dan tinggi 10
cm. Kenong
yang dipakai
tidak
jauh
berbeda
dengan
gamelan pada
umumnya.
Gong terbuat
dari
bahan
besi dengan
pencon bahan
besi
pula
dengan
ukuran lebar
garis tengah
60 cm dan
tinggi 20 cm.
Sompret
terdiri dari 5
bagian yaitu :
f.
Kepyek
terbuat dari
lempengan
besi dengan
ukura 15 X 10
cm berjumlah
dua
bilah
berfungsi
untuk
memberikan
aksentuasi/tek
anan
pada
gerakan.
keprungu
sambate
bojoku ora
mentolo,
dak
kongkon
menyang
panggonan
sing
dinggo
mrikso.
Nolahnoleh
mantrine
tetep ora
ana,
ora
sabar
bojoku tak
suntik
dhewe.
Wah kok
bedo karo
nek
sing
nyuntik
mantri.
(wah, kemarin saya bawa ke Puskesmas.
Nasib lagi tidak mujur, mantrinya tidak
ada. Mendengar istri kesakitan saya tidak
tega, saya suruh tidur di tempat untuk
memeriksa. Di tunggu-tunggu mantrinya
tetap tidak ada, akhirnya saya tidak sabar
istri saya, saya suntik sendiri. Wah kok
berbeda dengan kalau di suntik mantri ).
g. Sosro
:
Bedane
nggon
ngendi
( Bedanya di mana ? )
h. Pogog
:
Nek sing
nyuntik
mantri sak
kala
mbentol.
Bareng
sing
nyuntik
aku dhewe,
telung sasi
lagi
mbentol.
(Kalau yang nyuntik mantri, langsung
bengkak. Sedangkan yang menyuntik
saya sendiri, tiga bulan lagi baru
bengkak ).
Dari contoh cuplikan dialog pada kesenian
Jaranan Pogogan tersebut rasanya tidak patut apabila
didengar oleh anak-anak, karena dalam percakapannya
ada kata-kata yang kurang berkenan walaupun tidak
seluruhnya, ada bagian yang hanya dapat dicerna oleh
10
11
KESIMPULAN
Dalam melakukan penelitian ini peneliti
menggunakan sumber yang bersangkutan langsung
dengan objek penelitian, maka dari itu penelitian ini
sangat relevan dalam mendapatkan hasil penelitian.
Jaranan Pogogan yang lahir pada tahun 1956 di
Dusun Jimbir Desa Sugihwaras Kecamatan Prambon
kabuparen Nganjuk mempunyai bentuk gaya dalam
pertunjukannya. Bentuk gaya tersebut mulai dari
gerak, busana, tata rias, iringan dan tata panggung
yang memiliki perbedaan dengan kesenian jaranan
di Kabupaten Nganjuk. Gaya tersebut memberi
identitas yang berbeda dengan jaranan pada
umumnya, karena terdapat tokoh- tokoh yang
tergabung dalam satu pertunjukan.
Fungsi Jaranan Pogogan itu sendiri sudah
banyak perubahan mulai dari sarana ritual sampai
menjadi hiburan masyarakat. Lebih jelas lagi
Jaranan Pogogan mempunyai 2 fungsi yaitu fungsi
primer dan sekunder. Fungsi primer biasanya lebih
cenderung kepada bentuk pertunjukan bagi
masyarakat, apakah pertunjukan tersebut menghibur
atau hanya diperbolehkan untuk acara tertentu saja.
Jaranan Pogogan menjadi salah satu hiburan
masyarakat Dusun Jimbir Desa Sugihwaras
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad,Kasim.2006.Mengenal
Teater
Tradisional di Indonesia. (Jakarta : Dewan Kesenian
Jakarta)
Bastomi,Suwaji,1992.Wawasan
Seni.
( Semarang : IKIP Semarang)
Budiarti. Suryati Pesinden Banyumas.
(Surakarta: ISI Press, 2014)
Djoko Surjo, R.M Soedarsono, Djoko
Soekiman, 1985. Gaya Hidup Masyarakat di
Pedesaan : Pola Kehidupan Sosial Ekonomi dan
12
Direktorat
Jenderal
Suanda,
Kebudayaan,
Komunal.
Sugiyono,
Nusantara),
2005.
Memahami
Penelitian
Karoso,Subianto.1993.Musik
Tari.
Suharsimi
Sugiyono,
2006.Metode
Penelitian
(Penerbit : ITB)
Yogyakarta, 2006)
Arikunto,1991.Prosedur
Murgianto,Sal.1993.Koreografi Pengetahuan
Dasar Komposisi Tari. Direktorat Jendral
Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen P dan
K. Jakarta
Pigeaud,
Th.G.
1938.
Javaanse
Volksvertoningen, Batavia : Volkslectuur.
Sumardjo,Jakob.2000.Filsafat Seni.Bandung.
Pertunjukan
Endo.2006.Tari
(Yogyakarta
Prasista,
Smith,Jacqueline.1985.Komposisi
Tari,Yogyakarta : Ikalasti Yogyakarta
Jl.
Smith,Jacqueline.1985.Komposisi
Tari,Yogyakarta : Ikalasti Yogyakarta
Smith,Jacqueline.1985.Komposisi
Tari,Yogyakarta : Ikalasti Yogyakarta
Pertunjukan
13