Analisis Hubungan Antara Profesionalisme Auditor Dengan Pertimbangan Tingkat Materialitas Dalam Proses Pengauditan Laporan Keuangan

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 24

Jurnal Akuntansi dan Investasi Vol. 7 No.

2, hal: 219-242, Juli 2006


ISSN: 1411-6227

Analisis Hubungan antara


Profesionalisme Auditor dengan
Pertimbangan Tingkat Materialitas
dalam Proses Pengauditan Laporan
Keuangan
Reni Yendrawati
Email : [email protected]

Universitas Islam Indonesia


ABSTRACT
This study sought to determine the relationship between the
professionalism of auditors as independent variables with the dependent
variable is the level of materiality considerations in the process of
auditing the financial statements. Respondents are professionals working
in the public accounting firm in the city of Yogyakarta, both as an intern,
junior auditors, senior auditors, supervisors, managers and partners.
With nonprobabilitas sampling method, this research seeks to collect
information from respondents available at the time of the study to
provide information needed in research. Questionnaires are used as a
tool to measure the variables used in the study. The hypothesis was
tested using kendall tau nonparametric statistical methods to determine
whether there is a relationship between the level of professionalism of the
auditor's consideration of materiality in the process of auditing the
financial statements. From the tests carried out showed that the auditors
professionalism variables associated significantly and positively associated
with variable levels of materiality considerations in the process of auditing
the financial statements are indicated by = 0.570. Each dimension of
professionalism of auditors, namely: dedication, social obligations, selfreliance, confidence in the regulatory profession, relationships with
colleagues is significantly and positively associated with variable levels of
materiality considerations. That relationship suggests that the more an
auditor that has a high dedication to the profession, have a high
awareness that the audit profession is a profession that is trusted by the
people, has the mental attitude of self-contained, have confidence in the
quality of self and peers who are equally understand the work of auditing
219

Reni Yendrawati, Analisis Hubugan Antara Profesionalisme Auditor.....

and having relations with other professions will be able to make extensive
consideration materiality levels better.
Key words: Professionalism, External Auditors, Materiality.
ABSTRAK
Penelitian ini berusaha untuk mengetahui hubungan antara
profesionalisme auditor sebagai variabel independen dengan variabel
dependen yaitu pertimbangan tingkat materialitas dalam proses
pengauditan laporan keuangan. Responden penelitian ini adalah para
profesional yang bekerja di Kantor Akuntan Publik di kota Yogyakarta
baik sebagai karyawan magang, auditor junior, auditor senior, supervisor,
manajer maupun partner. Dengan metode nonprobabilitas sampling,
penelitian ini berusaha mengumpulkan informasi dari responden yang
tersedia pada saat dilakukannya penelitian untuk memberikan informasi
yang dibutuhkan dalam penelitian. Kuisioner digunakan sebagai alat
untuk mengukur variabel yang digunakan dalam penelitian. Hipotesis
diuji dengan menggunakan metode statistik nonparametrik kendall tau
untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara profesionalisme
auditor dengan pertimbangan tingkat materialitas dalam proses
pengauditan laporan keuangan. Dari pengujian yang dilakukan diperoleh
hasil bahwa variabel profesionalisme auditor berhubungan secara
signifikan dan positif dengan variabel pertimbangan tingkat materialitas
dalam proses pengauditan laporan keuangan yang ditunjukkan oleh ( ) =
0,570 . Masing-masing dimensi profesionalisme auditor, yaitu :
pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, kepercayaan
terhadap peraturan profesi, hubungan dengan rekan seprofesi
berhubungan secara signifikan dan positif dengan variabel pertimbangan
tingkat materialitas. Hubungan tersebut menunjukkan bahwa semakin
seorang auditor itu memiliki dedikasi yang tinggi terhadap profesi,
memiliki kesadaran yang tinggi bahwa profesi auditor adalah profesi yang
dipercaya masyarakat, memiliki sikap mental mandiri, memiliki
keyakinan terhadap kualitas diri dan rekan seprofesi yang sama-sama
memahami pekerjaan pengauditan dan memiliki relasi dengan sesama
profesi yang luas akan dapat membuat pertimbangan tingkat materialitas
yang lebih baik.
Kata kunci: Profesionalisme, Auditor Eksternal, Materialitas.

220

Jurnal Akuntansi dan Investasi Vol. 7 No. 2, hal: 219-242, Juli 2006

PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen dan merupakan
tanggung jawab manajemen perlu diaudit oleh pihak ketiga yang independen,
dalam hal ini auditor eksternal karena: (a) adanya perbedaan kepentingan
antara manajemen perusahaan dengan pihak luar perusahaan menyebabkan
perlunya pihak ketiga yang dapat dipercaya, (b) laporan keuangan ada
kemungkinan mengandung kesalahan baik yang disengaja maupun tidak
disengaja, (c) laporan keuangan yang sudah diaudit dan mendapat opini
unqualified, diharapkan para pemakai laporan keuangan dapat yakin bahwa
laporan keuangan tersebut bebas dari salah saji yang material dan disajikan
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum.
Kerangka Dasar Penyusunan Dan Penyajian Laporan Keuangan
(KDPPLK) dalam Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan menyebutkan
terdapat empat karakteristik pokok yang membuat informasi dalam laporan
keuangan dapat berguna bagi pembuatan keputusan, yaitu : dapat dipahami,
relevan, keandalan , dan dapat diperbandingkan. Untuk mendapatkan
karakteristik relevan dan keandalan tersebut dibutuhkan audit oleh auditor
eksternal.
Di era globalisasi sekarang ini, dimana bisnis tidak lagi mengenal batas
Negara, kebutuhan akan laporan keuangan yang dapat dipercaya tidak dapat
dielakkan lagi. Eksternal auditor yang independen menjadi salah satu profesi
yang dicari. Profesi auditor diharapkan oleh banyak orang untuk dapat
meletakkan kepercayaan pada pemeriksaan dan pendapat yang diberikan
sehingga profesionalisme menjadi tuntutan utama seseorang yang bekerja
sebagai auditor eksternal.
Gambaran seseorang yang profesional dalam profesi eksternal auditor
dicerminkan dalam lima dimensi oleh Hall R (Syahrir, 2002 : 7), yaitu : (1)
pengabdian pada profesi, (2) kewajiban sosial, (3) kemandirian, (4)
kepercayaan terhadap peraturan profesi, (5) hubungan dengan rekan
seprofesi. Eksternal auditor yang memiliki profesionalisme yang tinggi akan
memberikan kontribusi yang dapat dipercaya oleh para pengambil keputusan.
Untuk memenuhi perannya yang membutuhkan tanggung jawab yang besar,
eksternal auditor harus mempunyai wawasan yang luas dan pengalaman yang
memadai sebagai eksternal auditor.
Dalam melaksanakan audit, eksternal auditor mengacu pada standar
yang telah ditetapkan dalam Standar Auditing . Salah satu standar yang harus
dipenuhi dalam pekerjaan audit adalah perencanaan audit. Di dalam
perencanaan audit dikatakan bahwa auditor antara lain harus
221

Reni Yendrawati, Analisis Hubugan Antara Profesionalisme Auditor.....

mempertimbangkan berbagai resiko audit dan tingkat materialitas awal untuk


tujuan audit.
The Financial Accounting Standard Board (FASB) menerbitkan
pedoman dan issue yang membahas tentang materialitas . Dalam issue
tersebut dijelaskan bahwa tidak ada standar umum untuk materialitas yang
dapat diformulasikan dalam rekening, semua pertimbangan yang masuk
kedalam kebijakan karena pengalaman auditor (FASB, 1980 : para 131).
Statement on Auditing Standard (SAS) no 47 menyatakan tentang materialitas
sebagai berikut : kebijakan materialitas dibuat dalam kaitannya dengan
kegiatan sekelilingnya dan melibatkan pertimbangan kualitatif dan kuantitatif.
Tingkat materialitas laporan keuangan suatu entitas tidak akan sama dengan
entitas yang lain, tergantung pada ukuran entitas tersebut (AICPA, 1983 : para
5). AICPA juga menyebutkan bahwa risiko audit dan meterialitas perlu
dipertimbangkan dalam menentukan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit
serta dalam mengevaluasi prosedur audit (AICPA, 1983 : para 6). Risiko audit
adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak
memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan
keuangan yang mengandung salah saji material (Mulyadi, 2002 : 165).
Pertimbangan auditor tentang materialitas adalah suatu masalah kebijakan
profesional dan dipengaruhi oleh persepsi auditor tentang kebutuhan yang
beralasan dari laporan keuangan.
Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang diangkat pada
penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan antara profesionalisme
eksternal auditor dengan pertimbangan tingkat materialitas untuk tujuan audit
laporan keuangan klien ?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memberikan bukti empiris
tentang hubungan profesionalisme auditor dengan pertimbangan tingkat
meterialitas untuk tujuan audit laporan keuangan.
KERANGKA TEORITIS
Profesionalisme Auditor
Dalam penelitian ini konsep profesionalisme yang digunakan adalah
konsep untuk mengukur bagaimana para profesional memandang profesi
mereka yang tercermin dalam sikap dan perilaku mereka. Dengan anggapan
bahwa sikap dan perilaku mempunyai hubungan timbal balik. Perilaku
222

Jurnal Akuntansi dan Investasi Vol. 7 No. 2, hal: 219-242, Juli 2006

profesionalisme merupakan cerminan dari sikap profesionalisme, demikian


pula sebaliknya sikap profesional tercermin dari perilaku yang profesional.
Hall R (Syahrir; 2002 : 7) mengembangkan konsep profesionalisme dari
level individual yang digunakan untuk profesionalisme eksternal auditor,
meliputi lima dimensi :
(1) Pengabdian pada profesi (dedication), yang tercermin dalam dedikasi
profesional melalui penggunaan pengetahuan dan kecakapan yang
dimiliki. Sikap ini adalah ekspresi dari penyerahan diri secara total
terhadap pekerjaan. Pekerjaan didefinisikan sebagai tujuan hidup dan
bukan sekadar sebagai alat untuk mencapai tujuan. Penyerahan diri
secara total merupakan komitmen pribadi, dan sebagai kompensasi
utama yang diharapkan adalah kepuasan rohaniah dan kemudian
kepuasan material.
(2) Kewajiban sosial (Social obligation), yaitu pandangan tentang pentingnya
peran profesi serta manfaat yang diperoleh baik oleh masyarakat ataupun
oleh profesional karena adanya pekerjaan tersebut.
(3) Kemandirian (autonomy demands), yaitu suatu pandangan bahwa
seorang profesional harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa
tekanan dari pihak yang lain.
(4) Keyakinan terhadap peraturan profesi (belief in self-regulation), yaitu
suatu keyakinan bahwa yang berwenang untuk menilai pekerjaan
profesional adalah rekan sesama profesi, dan bukan pihak luar yang
tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka.
(5) Hubungan dengan sesama profesi (Professional community affiliation),
berarti menggunakan ikatan profesi sebagai acuan, termasuk organisasi
formal dan kelompok-kelompok kolega informal sebagai sumber ide
utama pekerjaan. Melalui ikatan profesi ini para profesional membangun
kesadaran profesinya.
Penelitian dengan menggunakan dimensi profesionalisme seperti
tersebut diatas belum diteliti secara lebih luas, tetapi beberapa penelitian
empiris mendukung bahwa profesionalisme adalah bersifat multidemensi
walaupun tidak selalu identik bila diterapkan pada anggota kelompok yang
berbeda.
IAI pada Kongres VIII tahun 1998 memutuskan Prinsip Etika Profesi
Ikatan Akuntan Indonesia, yang kemudian dijabarkan dalam Aturan Etika
Kompartemen Akuntan Publik IAI. Dalam kongres tersebut IAI menyatakan
pengakuan tanggung jawab profesi kepada publik, pemakai jasa akuntan dan
rekan. Prinsip-prinsip ini memandu dalam pemenuhan tanggung jawab
profesional dan sebagai landasan dasar perilaku etika dan perilaku
profesionalnya. Prinsip ini menuntut komitmen untuk berperilaku terhormat,
223

Reni Yendrawati, Analisis Hubugan Antara Profesionalisme Auditor.....

bahkan dengan mengorbankan keuntungan pribadi. Terdiri dari delapan


prinsip sebagai berikut :
(1) Prinsip tanggung jawab profesi menyatakan bahwa sebagai profesional,
anggota IAI mempunyai peranan penting dalam masyarakat, terutama
kepada semua pemakai jasa profesional mereka dan bertanggung jawab
dalam mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan
masyarakat dan menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur diri
sendiri bersama-sama dengan sesama rekan anggota.
(2) Prinsip kepentingan publik menyatakan bahwa setiap anggota
berkewajiban untuk selalu bertindak dalam kerangka pelayanan kepada
publik, menghormati kepercayaan publik dan menunjukkan komitmen
atas profesionalisme.
(3) Prinsip integritas mengakui integritas sebagai kualitas yang dibutuhkan
untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik.
(4) Prinsip objektivitas mengharuskan anggota untuk menjaga objektivitasnya
dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan kewajiban
profesionalnya.
(5) Prinsip kompetensi dan kehati-hatian profesional mengharuskan anggota
untuk selalu menjaga dan memelihara kompetensi profesional serta
ketekunan dalam melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan
kemampuan.
(6) Prinsip kerahasiaan mengharuskan anggota untuk menghormati
kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan pekerjaan dan
tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa
persetujuan kecuali ada kewajiban profesional atau hukum untuk
mengungkapkannya.
(7) Prinsip perilaku profesional menuntut anggota untuk berperilaku yang
konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang
mendiskreditkan profesi.
(8) Prinsip standar teknis mengharuskan anggota untuk menaati standar
teknis dan standar profesional yang relevan dalam melaksanakan
penugasan audit.
Materialitas
Materialitas sebagai konsep dalam audit mengukur lingkup audit.
Materialitas audit menggambarkan jumlah maksimum kemungkinan terdapat
kekeliruan dalam laporan keuangan dimana laporan keuangan tersebut masih
dapat menunjukkan posisi keuangan perusahaan dan hasil operasi perusahaan
berdasarkan prinsip akuntansi berterima umum ( William J, 1987 ). Dua
alasan mengapa konsep materialitas penting dalam audit, yaitu : (a) sebagian
224

Jurnal Akuntansi dan Investasi Vol. 7 No. 2, hal: 219-242, Juli 2006

pemakai informasi akuntansi tidak dapat memahami informasi akuntansi


dengan mudah, maka pengungkapan data penting harus dipisahkan dari data
yang tidak penting, karena pengungkapan data penting yang bersamaan
dengan data tidak penting cenderung menyesatkan pemakai laporan
keuangan, (b) proses pemeriksaan akuntansi dimaksudkan untuk
mendapatkan tingkat jaminan (guarantee) yang layak mengenai kewajaran
penyajian laporan keuangan pada suatu waktu tertentu (Berstein, L dalam
Bernawati, 1994 : 19).
Konsep materialitas dalam audit mendasari penerapan standar auditing
yang berlaku. Standar auditing merupakan ukuran kualitas pelaksanaan
auditing yang berarti auditor menggunakan standar auditing sebagai pedoman
dalam pelaksanaan audit dan dalam laporannya. Standar auditing terdiri dari
standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan.
Materialitas terutama berhubungan dengan standar auditing pekerjaan
lapangan dan standar pelaporan. SA seksi 312 mengenai Risiko dan
Materialitas Audit Dalam Pelaksanaan Audit mengharuskan Auditor
menentukan materialitas dalam : (1) perencanaan audit dan merancang
prosedur audit, dan (2) mengevaluasi kewajaran laporan keuangan secara
keseluruhan. Dalam perencanaan audit, auditor melakukan pertimbangan
awal terhadap materialitas. Pertimbangan tersebut terdiri dari dua tingkatan,
(1) pertimbangan pada tingkat laporan keuangan, (2) pertimbangan pada
tingkat saldo akun. Pada tingkat laporan keuangan materialitas dihitung
sebagai keseluruhan salah saji minimum yang dianggap penting atau material
atas salah satu laporan keuangan. Hal ini disebabkan karena laporan
keuangan pada dasarnya adalah saling terkait satu sama lain dan sama halnya
dengan prosedur audit yang dapat berkaitan dengan lebih dari satu laporan
keuangan. Pada tingkat saldo akun, materialitas merupakan salah saji terkecil
yang mungkin terdapat dalam saldo akun yang dipandang material. Dalam
mempertimbangkan materialitas pada tingkat ini auditor harus juga
mempertimbangkan dengan materialitas pada tingkat laporan keuangan
karena salah saji yang mungkin tidak material secara individu dapat bersifat
material terhadap laporan keuangan bila digabungkan dengan saldo akun yang
lain . pertimbangan materialitas pada saat perencanaan audit mungkin
berbeda dengan pertimbangan materialitas pada saat evaluasi laporan
keuangan karena (1) keadaan yang melingkupi berubah, (2) adanya informasi
tambahan selama proses audit ( Mulyadi 2002 : 159 ).
Pertimbangan materialitas (materiality judgment) bukanlah pertimbangan
yang dibuat tanpa dasar tertentu. Pertimbangan materialitas merupakan
pertimbangan profesional yang dipengaruhi persepsi auditor atas kebutuhan
orang yang memiliki pengetahuan memadai dan yang meletakkan
225

Reni Yendrawati, Analisis Hubugan Antara Profesionalisme Auditor.....

kepercayaan pada laporan keuangan (SPAP 2001, SA Seksi 312 : para 10).
Pertimbangan materialitas tersebut dihubungkan dengan keadaan sekitarnya
dan mencakup pertimbangan kualitatif dan kuantitatif. Keadaan yang
melingkupinya mengandung arti bahwa dalam menentukan materialitas faktor
keadaan entitas patut diperhatikan. Pertimbangan kualitatif berkaitan dengan
penyebab salah saji sedangkan pertimbangan kuantitatif berkaitan dengan
hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan keuangan,
salah saji yang secara kuantitatif tidak material bisa menjadi material secara
kualitatif (SPAP 2001, SA Seksi 312 : para 11).
The American Accounting Association (AAA) mengklasifikasi faktor
yang dipertimbangkan dalam pertimbangan materialitas tersebut :
(1) karakteristik-karakteristik yang mempunyai signifikasi kuantitatif.
a. Besarnya suatu item (lebih besar/kecil) relatif terhadap pengharapan
normal.
b. Besarnya suatu item relatif terhadap item-item serupa (relatif
terhadap total dari terjadinya laba periode tersebut dan lain-lain).
(2) karakteristik-karakteristik yang mempunyai signifikasi kualitatif.
a. Tindakan bawaan penting, aktifitas atau kondisi yang tercerminkan
(tidak bias, tidak diharapkan, pelanggaran terhadap kontrak ).
b. sifat bawaan penting suatu item sebagai indikator dari bagian kejadian
dimasa mendatang yang mungkin (pikiran mengenai perubahan
dalam praktek usaha dan lain-lain).

The Cost Accounting Standard Board (CASB) memberikan kriteria yang


lebih luas sebagai berikut :
(1) jumlah dollar absolut yang terlibat
(2) jumlah biaya kontrak total dibandingkan dengan jumlah yang sedang
dipertimbangkan
(3) hubungan antara item biaya dan tujuan biaya
(4) pengaruh terhadap pendanaan pemerintah
(5) hubungan dengan harga
(6) pengaruh kumulatif item yang tidak material secara individu
Semua faktor-faktor tersebut harus dipertimbangkan secara bersamasama, tidak dapat ditentukan secara individu (Bernawati, 1994 : 37).
Pertimbangan materialitas diperlukan dalam menentukan jumlah bukti
yang harus dikumpulkan atau kecukupan bukti, bagaimana bukti itu akan
diperoleh dan kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi bukti tersebut.
Kecukupan bukti audit digunakan sebagai dasar yang layak untuk menyatakan
226

Jurnal Akuntansi dan Investasi Vol. 7 No. 2, hal: 219-242, Juli 2006

pendapat auditor atas laporan keuangan yang diaudit, seperti yang tersebut
dalam standar pekerjaan lapangan ketiga.
Dengan memperhatikan sifat audit yang memberikan keyakinan
(assurance) atas kewajaran penyajian laporan keuangan, maka akan timbul
risiko tidak ditemukannya hal-hal yang material. Risiko audit merupakan
risiko yang terjadi karena auditor tanpa sengaja tidak memodifikasi
pendapatnya secara tepat terhadap laporan keuangan yang mengandung salah
saji material (SPAP 2001, SA seksi 312.02 ). Risiko audit diperhitungkan
dalam audit karena dalam hal bukti audit yang diperoleh, auditor hanya dapat
memberikan keyakinan yang memadai , bukan mutlak bahwa salah saji
material terdeteksi. Semakin yakin auditor akan pendapat yang diberikannya
maka semakin rendah risiko audit yang bersedia ditanggungnya. Pada akhir
proses audit, risiko yang diharapkan atas laporan keuangan secara
keseluruhan berada pada tingkat yang rendah (Mulyadi, 2002 : 166).
Risiko dan materialitas mempunyai hubungan terbalik, jika tingkat
materialitas yang dapat diterima dinaikkan maka risiko audit akan berkurang
dan sebaliknya. Dalam melakukan audit, auditor harus memperhatikan
hubungan tersebut. Risiko seperti halnya materialitas mempengaruhi
penerapan prinsip akuntansi berterima umum, pelaksanaan pekerjaan
lapangan, dan pelaporan. Oleh karena itu risiko juga harus dipertimbangkan
dalam : (a) perencanaan audit dan merancang prosedur audit, dan (b)
mengevaluasi kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan.
Hubungan antara profesionalisme dengan pertimbangan tingkat materialitas
Materialitas dan risiko audit dipertimbangkan oleh auditor pada saat
perencanaan dan pelaksanaan audit atas laporan keuangan berdasarkan
standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI
Pertimbangan auditor mengenai materialitas merupakan pertimbangan
profesional dan dipengaruhi persepsi auditor atas kebutuhan orang yang
memiliki pengetahuan memadahi dan yang akan meletakkan kepercayaan
terhadap laporan keuangan. Pertimbangan mengenai materialitas yang
digunakan auditor dihubungkan dengan keadaan sekitarnya dan mencakup
pertimbangan kualitatif dan kuantitatif.
Sebagai auditor profesional, dalam melaksanakan proses audit dan
penyusunan laporan keuangan, seorang auditor wajib menggunakan
kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. Untuk dapat
melaksanakan pekerjaan secara profesional maka auditor harus membuat
perencanaan audit sebelum memulai proses audit. Didalam perencanaan
audit, auditor diharuskan untuk menentukan tingkat materialitas awal,
sehingga secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa semakin seorang
227

Reni Yendrawati, Analisis Hubugan Antara Profesionalisme Auditor.....

auditor itu profesional maka semakin auditor tersebut tepat dalam


menentukan tingkat materialitas. profesionalisme auditor tersebut dapat
diukur melalui : pengabdian auditor terhadap profesi, kesadaran auditor akan
kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap peraturan profesi, dan
hubungan dengan sesama profesi.
Penelitian serupa pernah dilakukan oleh Theresia dkk pada tahun 2003
di KAP Semarang. Hasilnya menyimpulkan bahwa dimensi profesionalisme
mempunyai hubungan korelasi yang positif dengan pertimbangan materialitas.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini bersifat correlation study yang bermaksud untuk
mengetahui hubungan antara variabel independen, dalam hal ini
profesionalisme auditor dengan variabel dependen, berupa pertimbangan
materialitas.
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah akuntan atau lulusan jurusan akuntansi
yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik ( KAP ) yang berada di kota
Yogyakarta. Kantor Akuntan Publik yang terdapat di Yogyakarta ada tujuh
berdasarkan Website IAI tahun 2003, yaitu :
(1) KAP Hadori dan Rekan
(2) KAP Bambang Hartadi
(3) KAP Henry Susanto
(4) KAP Abdul Muntalib
(5) KAP Sri Suharni
(6) KAP Hadiono
(7) KAP Kumalahadi
Sampel
Responden dalam penelitian ini adalah para profesional yang bekerja di
Kantor Akuntan Publik baik sebagai karyawan magang, auditor junior, auditor
senior, supervisor, manajer maupun partner.
Metode pemilihan sampel yang digunakan adalah nonprobabilitas
sampling, yaitu apabila setiap elemen populasi tidak mempunyai kesempatan
yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Penelitian ini menggunakan sampel
berdasarkan kemudahan ( convenience sampling ), yang mengumpulkan
informasi dari elemen populasi yang tersedia pada saat dilakukannya
penelitian untuk memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.
Alasan penggunaan metode ini adalah karena keterbatasan jumlah auditor
yang dapat ditemui untuk dijadikan responden. Kuisioner dititipkan pada
228

Jurnal Akuntansi dan Investasi Vol. 7 No. 2, hal: 219-242, Juli 2006

profesional yang bekerja di Kantor Akuntan Publik untuk kemudian


dibagikan kepada auditor yang bekerja sebagai karyawan di kantor tersebut
pada jangka waktu dilakukannya penelitian ini.
Metode Pengumpulan Data
Data pada penelitian ini adalah data yang berupa opini subjek penelitian
secara individual dengan metode survey, yaitu dengan mengajukan pertanyaan
tertulis melalui kuisioner yang dibagikan secara langsung kepada responden.
Data yang diambil dari opini terhadap pernyataan-pernyataan dalam kuisioner
tersebut mewakili variabel-variabel yang akan diukur.
Definisi Operasional Variabel
Untuk mengukur profesionalisme auditor, digunakan 5 dimensi
profesionalisme auditor. Seorang auditor dikatakan profesional apabila
auditor memiliki perilaku profesional sebagai cerminan dari sikap
profesionalisme. Konsep profesionalisme yang dikembangkan bagi para
eksternal auditor tersebut merupakan konsep yang dilihat dari level individual.
Seorang eksternal auditor yang dianggap profesional harus memiliki : (1)
pengabdian pada profesi, (2) kewajiban sosial, (3) kemandirian, (4) keyakinan
pada profesi, (5) hubungan dengan sesama profesi. Dari berbagai dimensi
pembentuk konstruk profesionalisme auditor yang telah disebut diatas,
dikembangkan 24 pertanyaan yang dapat mengukur konstruk tersebut, yang
ditunjukkan pada tabel 1.
Tabel 1 Pengembangan Konstruk Variabel Independen (Profesionalisme
Auditor)
KONSTRUK
DIMENSI
PENGUKUR
8 item
Pengabdian pada profesi
pertanyaan
5 item
Profesionalisme Kewajiban sosial
pertanyaan
3 item
Auditor
Kemandirian
pertanyaan
3 item
Kepercayaan pada profesi
pertanyaan
Hubungan dengan sesama
5 item
profesi
pertanyaan
Menurut William J. (1987) materialitas merupakan suatu konsep yang
penting dalam akuntansi dan auditing. Konsep materialitas dalam audit
229

Reni Yendrawati, Analisis Hubugan Antara Profesionalisme Auditor.....

mendasari penerapan Standar Auditing, terutama Standar Pekerjaan


Lapangan dan Standar Pelaporan. Dalam melaksanakan audit atas laporan
keuangan, auditor tidak dapat memberikan jaminan bahwa laporan keuangan
yang diaudit adalah akurat, karena auditor tidak memeriksa semua transaksi
yang terjadi pada tahun yang diaudit dan tidak dapat menentukan bahwa
semua transaksi yang terjadi telah dicatat, diringkas, digolongkan dan
dikompilasi secara semestinya kedalam laporan keuangan. Auditor kemudian
melandaskan keyakinannya dalam membentuk pendapat dengan
menggunakan konsep materialitas dan risiko. Konsep risiko menunjukkan
tingkat risiko kegagalan auditor untuk merubah pendapatnya atas laporan
keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.
Auditor menentukan materialitas dan risiko audit pada saat (1)
perencanaan dan penyusunan prosedur audit, (2) mengevaluasi kewajaran
laporan keuangan secara keseluruhan. Pada saat perencanaan audit, auditor
menetapkan materialitas pada dua tingkat, yaitu (1) tingkat laporan keuangan,
karena pendapat auditor mencakup kewajaran atas keseluruhan laporan
keuangan, (2) tingkat saldo akun, karena auditor memverifikasi saldo akun
untuk mencapai kesimpulan atas kewajaran laporan keuangan secara
keseluruhan. Risiko audit, seperti halnya materialitas ditetapkan menjadi dua
bagian, yaitu (1) risiko audit keseluruhan yang berhubungan dengan semua
laporan keuangan, yang berarti pada saat perencanaan, auditor menentukan
besarnya resiko yang dapat ditanggung dalam menyatakan laporan keuangan
disajikan secara wajar, walau sebenarnya laporan keuangan tersebut
mengandung salah saji material, (2) risiko audit individual yang berhubungan
dengan setiap saldo akun individual yang dicantumkan dalam laporan
keuangan, karena audit mencakup pemeriksaan terhadap akun akun secara
individual dan ada beberapa akun tertentu yang seringkali sangat penting
karena besarnya saldo atau frekuensi transaksi atas akun tersebut.
Pertimbangan pada saat perencanaan audit dapat berbeda dengan
pertimbangan pada saat evaluasi laporan keuangan keseluruhan karena (1)
keadaan yang melingkupinya berubah, (2) adanya tambahan informasi selama
audit berlangsung. Tidak adanya standar yang umum untuk materialitas yang
diformulasikan dalam rekening menyebabkan pertimbangan materialitas
menjadi masalah kebijakan profesional dan dapat dipengaruhi oleh persepsi
auditor terhadap kebutuhan yang berdasarkan pada profesionalisme auditor.
Auditor dengan profesionalisme yang tinggi diharapkan mampu memberikan
ketepatan dalam pertimbangan tingkat materialitas atas laporan keuangan.
Dari berbagai pembahasan mengenai konstruk tingkat materialitas maka
dikembangkan 18 pertanyaan yang dapat mengukur konstruk tersebut, yang
ditunjukkan pada tabel 2.
230

Jurnal Akuntansi dan Investasi Vol. 7 No. 2, hal: 219-242, Juli 2006

Tabel 2. Pengembang Konstruk Variabel Dependen (Pertimbangan


Materialitas)
PENGUKUR /
KONSTRUK
DIMENSI
ATRIBUT
Pertimbangan
Tingkat
Materialitas
18 item pertanyaan
Instrumen Penelitian
Kuisioner merupakan pertanyaan yang sudah diformulasikan secara
tertulis untuk mendapatkan jawaban dari responden ( Indriantoro dan
Supomo 1999 : 154). Kuisioner dibuat berdasarkan penelitian sebelumnya.
Kuisioner dalam penelitian ini memuat pertanyaan closed end dan opened
end mengenai :
a. Identitas responden, terdiri atas : (1) tanggal pengisian, (2) nama KAP,
(3) nama responden (dapat tidak diisi), (4) jenis kelamin, (5) usia, (6)
lama bekerja di Kantor Akuntan Publik, (7) kedudukan dalam Kantor
Akuntan Publik, (8) latar belakang pendidikan akuntansi, (9) kursuskursus dibidang akuntansi, keuangan dan pengauditan yang pernah
diperoleh.
Pada butir keenam yaitu lamanya bekerja di Kantor Akuntan Publik
responden depat memilih satu dari tiga pilihan : (1) kurang dari tiga
tahun, (2) tiga sampai lima tahun, (3) lebih dari lima tahun. Pada butir
ke tujuh, yaitu kedudukan dalam Kantor Akuntan Publik dibagi
berdasarkan jenjang kedudukan mulai dari yang terendah sampai yang
tertinggi ( karyawan magang, auditor junior, auditor senior, supervisor,
manajer dan partner ). Latar belakang pendidikan berjenjang dari D3,
S1, S2, S3 atau lain-lain. Pada pertanyaan terakhir rensponden dapat
mengisi berdasarkan kursus-kursus yang pernah diikuti sebagai
tambahan pendidikan diluar pendidikan formal.
b. Sikap atau pendapat responden terhadap pernyataan tentang
profesionalisme auditor dinyatakan dalam skala 1-5 mulai dari sangat
tidak setuju sampai sangat setuju. Variabel tersebut diwakili oleh 24
pernyataan, sedangkan sikap atau pendapat auditor mengenai
pertimbangan materialitas dinyatakan dalam skala 1-5 mulai dari sangat
tidak setuju sampai dengan sangat setuju diwakili oleh 18 pernyataan.
Daftar kuesioner ada pada lampiran 3.

231

Reni Yendrawati, Analisis Hubugan Antara Profesionalisme Auditor.....

Teknik Pengolahan Data


Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan sumber data dengan
cara mengisi kuisioner untuk mendapatkan data primer secara langsung dari
responden dengan mengajukan beberapa pertanyaan secara tertulis.
Keuntungan menggunakan metode ini adalah kuisioner dilengkapi dengan
pilihan jawaban secara closed end question. Kuisioner ini disusun dengan
skala likert 1-5 yang biasa digunakan sehingga responden diharapkan tidak
mengalami kesulitan dalam menjawab dan akan memudahkan analisis.
Skala likert ini digunakan untuk mengukur sikap responden baik
menyetujui ataupun tidak menyetujui terhadap pernyataan mengenai suatu
objek atau keadaan tertentu dan diminta untuk memberikan jawaban.
Penilaian dalam skala likert yang digunakan terdiri dari angka : [1] sangat tidak
setuju, [2] tidak setuju, [3] ragu-ragu, [4] setuju, [5] sangat setuju. Pernyataan
dalam kuisioner dapat bersifat mengukur nilai positif atau memihak suatu
objek atau sikap dan dapat punya bersifat mengukur nilai negatif atau
menentang objek atau sikap. Untuk pernyataan yang bernilai negatif angka
atau skor penilaian dibalik.
Agar instrumen yang digunakan dapat mengukur variabel-variabel dalam
penelitian dengan baik, maka dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Uji
validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik korelasi product
moment. Sedangkan uji reliabilitas menggunakan teknik cronbachs Alpha.
Dalam penelitian ini akan diuji apakah terdapat hubungan antara variabel
independen : profesionalisme auditor dengan variabel dependen :
pertimbangan tingkat materialitas. Metode statistik yang digunakan untuk
menguji hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen,
adalah dengan menggunakan metode kendall-tau, yang dirumuskan dalam
model berikut :

S
1 N N 1
2

Keterangan :
koefisien korelasi kendall-tau
S = selisih antara nilai positif dan negatif terhadap masing-masing
rangking yang diberikan
N = jumlah pasangan yang diteliti
Namun apabila jumlah N lebih dari sama dengan 10 (N 10 ) maka
distribusi dapat mendekati distribusi normal dimana memiliki mean
(Ur) = 0 dan standar deviasi

22 N 5
, sehingga korelasi
9 N N 1

kendall dapat dicari dengan rumus :


232

Jurnal Akuntansi dan Investasi Vol. 7 No. 2, hal: 219-242, Juli 2006
Z

22 N 5
9 N N 1

Keterangan :
Z = korelasi kendall
koefisien korelasi kendall
N = jumlah pasangan yang diteliti
Hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dapat
dilihat dari besarnya nilai Z, dan arah hubungan korelasi dapat dilihat dari
tanda yang dihasilkan nilai Z. Untuk pengujian signifikansinya, maka
ditetapkan apabila probabilitas ( p ) lebih besar dari 0,05 maka H 0 diterima,
sedangkan apabila probabilitas lebih kecil daripada 0,05 maka H 0 ditolak,
yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara variabel independen
dengan variabel dependen.
ANALISIS DATA
Pengembalian Kuisioner dan Demografi Responden
Kuisioner dititipkan kepada karyawan Kantor Akuntan Publik yang
dituju untuk kemudian diisi oleh para profesional yang bekerja di Kantor
Akuntan Publik tersebut. Kuisioner tersebut disebarkan mulai tanggal 13
April 2005 dan mulai ditarik kembali pada tanggal 16 Mei 2005.:
Tabel 3. Gambaran Tingkat Penyebaran dan Pengisian Kuisioner
Kuisioner
Kuisioner
No
Tempat
yang
yang
Tingkat
Penelitian
disebarkan
diisi
pengembalian
KAP Hadori dan
1 Rekan
10
0
0%
KAP Bambang
2 Hartadi
10
7
70%
KAP Hendry
3 Susanto
10
0
0%
KAP Abdul
4 Muntalib
10
10
100%
5 KAP Sri Suharni
5
4
80%
6 KAP Hadiono
10
10
100%
7 KAP Kumalahadi
10
0
0%

233

Reni Yendrawati, Analisis Hubugan Antara Profesionalisme Auditor.....

Beberapa Kantor Akuntan Publik tidak mengembalikan kuisioner


dikarenakan sebagian besar karyawan yang bekerja di Kantor tersebut sedang
bekerja diluar kota, karyawan yang bekerja di Kantor tersebut jarang datang ke
kantor tersebut karena memiliki kantor di kota lain, dan karena banyak
karyawan yang sedang lembur sehingga tidak menerima kuisioner.

Tabel 4. Gambaran Responden Penelitian


KAP
KAP
KAP
KAP
Bambang
Abdul
Sri
Hartadi
Muntalib Suharni Hadiono

Total

Jenis
Kelamin
Pria
Wanita
Usia
20-25 tahun
26-30 tahun
31-35 tahun
36-40 tahun
41-45 tahun
46-50 tahun
Lama
Bekerja
< 3 tahun
3-5 tahun
> 5 tahun
Jabatan
Magang
Auditor
Junior
Auditor
Senior
Supervisor
Manajer
Partner
Pendidikan
D3
S1

3
4

5
5

2
2

5
5

15
16

5
0
2
0
0
0

9
1
0
0
0
0

2
2
0
0
0
0

4
3
0
2
0
1

20
6
2
2
0
1

5
2
0

9
1
0

2
2
0

7
1
2

23
6
2

15

0
1
0
0

1
1
0
0

1
1
0
0

7
2
0
0

9
5
0
0

0
7

1
9

0
4

1
9

2
29
234

Jurnal Akuntansi dan Investasi Vol. 7 No. 2, hal: 219-242, Juli 2006

S2
S3

0
0

0
0

0
0

0
0

0
0

Instrumen yang digunakan intik mengukur variabel setelah dilakukan uji


validitas dan reliabilitas telah terbukti valid dan reliabel.
Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis apakah terdapat hubungan antara variabel
independen dalam hal ini profesionalisme auditor dengan variabel dependen
berupa pertimbangan materialitas, digunakan pengujian dengan menggunakan
analisis korelasi Kendall Tau ( ) , demikian pula dengan pengujian untuk
masing-masing dimensi variabel independen terhadap variabel dependen.
Metode pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis Kendall Tau tidak
mengisyaratkan perlunya melakukan uji asumsi distribusi karena teknik
analisis Kendall Tau merupakan salah satu bentuk dari statistik nonparametrik
dengan data berupa data ordinal (Siegel S, 1994 : 38). Analisis korelasi ini
mengukur keeratan hubungan antara dua variabel dan arah hubungan antara
kedua variabel tersebut. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Hasil Uji Korelasi Kendall Tau ( ) Variabel Independen terhadap
Variabel Dependen
Uji Kendall Probabilitas
( )
No
Variabel
(p)
Keterangan
p < 0,05 =
1 Pengabdian Pada Profesi
0,450
0,001 Signifikan
p < 0,05 =
2 Kewajiban Sosial
0,520
0,000 Signifikan
p < 0,05 =
3 Kemandirian
0,322
0,019 Signifikan
p < 0,05 =
4 Keyakinan Pada Profesi
0,396
0,004 Signifikan
Hubungan Dengan
p < 0,05 =
5 Sesama Profesi
0,370
0,005 Signifikan
p < 0,05 =
6 Profesionalisme Auditor
0,570
0,000 Signifikan
Dari hasil pengujian, diperoleh koefisien korelasi Kendall dengan
probabilitas (p) kurang dari 0,05. variabel independen profesionalisme
auditor memperlihatkan hubungan yang positif dan signifikan terhadap
variabel dependen, yaitu materialitas, sehingga dapat dikatakan bahwa
hipotesis terbukti ( hipotesis nol ditolak ).
235

Reni Yendrawati, Analisis Hubugan Antara Profesionalisme Auditor.....

Hipotesis pertama yang diajukan (H1) memiliki angka korelasi sebesar


0,450 dengan probabilitas (p) 0,01 (p < 0,05) sehingga Ho dapat ditolak.
Dengan demikian dimensi pengabdian terhadap profesi berhubungan
signifikan dengan pertimbangan tingkat materialitas dalam proses pengauditan
laporan keuangan.
Hipotesis kedua yang diajukan (H2) memiliki angka korelasi sebesar
0,520 dengan probabilitas 0,000 (p < 0,05) sehingga Ho dapat ditolak.
Dengan demikian dimensi kewajiban sosial berhubungan signifikan dengan
pertimbangan tingkat materialitas dalam proses pengauditan laporan
keuangan.
Hipotesis ketiga yang diajukan (H3) memiliki angka korelasi sebesar
0,322 dengan probabilitas 0,019 (p < 0,05) sehingga Ho dapat ditolak. Dengan
demikian dimensi kemandirian berhubungan signifikan dengan pertimbangan
tingkat materialitas dalam proses pengauditan laporan keuangan.
Hipotesis keempat yang diajukan (H4) memiliki angka korelasi sebesar
0,396 dengan probabilitas 0,04 (p < 0,05) sehingga Ho dapat ditolak. Dengan
demikian dimensi keyakinan terhadap profesi berhubungan signifikan dengan
pertimbangan tingkat materialitas dalam proses pengauditan laporan
keuangan.
Hipotesis kelima yang diajukan (H5) memiliki angka korelasi sebesar
0,370 dengan probabilitas 0,05 (p < 0,05) sehingga Ho dapat ditolak. Dengan
demikian dimensi hubungan dengan sesama profesi berhubungan signifikan
dengan pertimbangan tingkat materialitas dalam proses pengauditan laporan
keuangan.
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
Pembahasan
Dari hasil pengujian korelasi yang telah dilakukan terhadap variabel
independen yaitu Profesionalisme Auditor maupun terhadap dimensidimensi penyusun variabel independen berupa : pengabdian terhadap profesi,
kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap profesi, hubungan dengan
rekan seprofesi dapat disimpulkan bahwa profesionalisme auditor memiliki
arah hubungan positif dan secara signifikan dengan pertimbangan tingkat
materialitas dalam proses pengauditan laporan keuangan.
Variabel pengabdian terhadap profesi berkorelasi secara positif dengan
pertimbangan tingkat materialitas dalam proses pengauditan laporan
keuangan, sehingga apabila auditor memiliki tingkat pengabdian profesi yang
tinggi maka akan mengakibatkan auditor memiliki ketepatan dalam
pertimbangan materialitas yang tinggi pula. Pengabdian terhadap profesi yang
236

Jurnal Akuntansi dan Investasi Vol. 7 No. 2, hal: 219-242, Juli 2006

tinggi dapat dilihat dari penggunaan pengetahuan, kemampuan dan


pengalaman auditor dalam menentukan tingkat ketepatan materialitas dan
dalam melaksanakan keseluruhan proses audit, keinginan untuk tetap tinggal
dan bekerja sebagai auditor apapun yang terjadi dan kepuasan batin yang
didapat karena berprofesi sebagai auditor dan memiliki cita-cita sebagai
auditor sejak dulu.
Variabel kewajiban sosial berkorelasi secara positif dengan pertimbangan
tingkat materialitas dalam proses pengauditan laporan keuangan, sehingga
apabila auditor memiliki kesadaran kewajiban sosial yang tinggi maka akan
mengakibatkan auditor memiliki ketepatan dalam pertimbangan materialitas
yang tinggi pula. Kewajiban sosial didefinisikan sebagai kesadaran akan
pentingnya profesi auditor ditengah masyarakat dan manfaat yang akan
didapat oleh masyarakat dengan adanya profesi auditor tersebut. Ketepatan
dalam menentukan tingkat materialitas dipengaruhi oleh kesadaran auditor
terhadap kesadaran tersebut. Profesi auditor merupakan profesi yang
dipercaya untuk menjaga kekayaan negara atau masyarakat dan menciptakan
transparansi dalam masyarakat.
Variabel kemandirian berkorelasi secara positif dengan pertimbangan
tingkat materialitas dalam proses pengauditan laporan keuangan, sehingga
apabila auditor memiliki tingkat kemandirian yang tinggi maka akan
mengakibatkan auditor memiliki ketepatan dalam pertimbangan materialitas
yang tinggi pula. Kemandirian sikap mental yang dimiliki oleh auditor
diterapkan dalam merencanakan, melaksanakan pemeriksaan dan
menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diauditnya. Penentuan
tingkat materialitas ditentukan oleh kemampuan auditor tanpa tekanan dan
campur tangan dari pihak lain.
Variabel keyakinan terhadap profesi berkorelasi secara positif dengan
pertimbangan tingkat materialitas dalam proses pengauditan laporan
keuangan, sehingga apabila auditor memiliki tingkat keyakinan terhadap
profesi yang tinggi maka akan mengakibatkan auditor memiliki ketepatan
dalam pertimbangan materialitas yang tinggi pula. Keyakinan terhadap profesi
merupakan bentuk kepercayaan auditor terhadap kompetensi profesi auditor,
bahwa yang berhak untuk menilai pekerjaan profesional adalah rekan
seprofesi yang memiliki kompetensi dan pengetahuan dibidang ilmu dan
pengetahuan mereka. Ketepatan dalam menentukan tingkat materialitas
ditentukan oleh komitmen auditor terhadap pekerjaannya dan kepercayaan
auditor terhadap peraturan profesi.
Variabel hubungan dengan sesama profesi berkorelasi secara positif
dengan pertimbangan tingkat materialitas dalam proses pengauditan laporan
keuangan, sehingga apabila auditor memiliki hubungan dengan sesama profesi
237

Reni Yendrawati, Analisis Hubugan Antara Profesionalisme Auditor.....

yang tinggi maka akan mengakibatkan auditor memiliki ketepatan dalam


pertimbangan materialitas yang tinggi pula. Hubungan dengan sesama profesi
dibuktikan dengan menjadi anggota organisasi profesi, ikut berpartisipasi dan
berinteraksi dengan sesama profesi dalam setiap kegiatan yang diadakan oleh
organisasi dan yang paling utama adalah perasaan memiliki organisasi profesi
dimana auditor bekerja. Ketepatan penentuan tingkat materialitas ditentukan
oleh hubungan auditor dengan sesama profesi.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data seperti yang telah diuraikan dalam bab
IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
(1) Variabel profesionalisme auditor berhubungan signifikan dengan variabel
pertimbangan tingkat materialitas, yang ditunjukkan oleh nilai kendall
tau ( ) sebesar 0,570 dengan probabilitas 0,000 ( p < 0,05).
(2) Variabel dimensi profesionalisme auditor, yaitu pengabdian terhadap
profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap profesi dan
hubungan dengan sesama profesi berhubungan signifikan terhadap
pertimbangan tingkat materialitas, dengan probabilitas kurang dari 0,05.
(3) Terdapat korelasi yang positif antara variabel profesionalisme auditor
dengan variabel pertimbangan tingkat materialitas ; antara variabel
pengabdian terhadap profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan
terhadap profesi dan hubungan dengan sesama profesi dengan variabel
pertimbangan tingkat materialitas. Korelasi yang positif antara variabel
independen dengan variabel dependen tersebut menunjukkan bahwa
semakin tinggi profesionalisme seorang auditor maka akan semakin tepat
pertimbangan auditor terhadap materialitas dalam pengauditan laporan
keuangan. Semakin tinggi tingkat pengabdian terhadap profesi, kewajiban
sosial, kemandirian, keyakinan terhadap profesi dan hubungan dengan
sesama profesi maka akan semakin tepat pertimbangan auditor terhadap
materialitas dalam pengauditan laporan keuangan.
IMPLIKASI DAN KETERBATASAN
Implikasi Temuan
Hasil penelitian ini memberikan tambahan bukti empiris bahwa terdapat
hubungan antara profesionalisme auditor dengan pertimbangan tingkat
materialitas dalam proses pengauditan laporan keuangan. Auditor eksternal
sebagai salah satu profesi yang dipercaya dalam masyarakat dapat
menciptakan transparansi dan sistem perekonomian yang lebih baik melalui
jasa audit yang diberikan, dapat memberikan jaminan yang memadai bahwa
238

Jurnal Akuntansi dan Investasi Vol. 7 No. 2, hal: 219-242, Juli 2006

laporan keuangan telah disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi
berterima umum melalui pertimbangan materialitas yang tepat. Dengan
adanya profesionalisme, para pemakai laporan keuangan dapat mempercayai
laporan keuangan yang diaudit oleh auditor eksternal. Auditor profesional
memiliki tanggung jawab yang tinggi untuk menumbuhkan dan
mempertahankan kepercayaan publik terhadap profesi akuntan di Indonesia.
Keterbatasan Penelitian dan Saran
Penelitian ini memiliki keterbatasan, terutama dalam hal :
(1) Jumlah akuntan publik yang menjadi sampel penelitian ini sangat
terbatas, yaitu hanya 31 orang. Hal ini dikarenakan sangat terbatasnya
akuntan publik yang mau menerima dan mengisi kuisioner, disamping
itu dilihat dari segi jabatan, mayoritas akuntan publik yang mengisi
kuisioner adalah akuntan junior, sehingga kemungkinan pengetahuan
dan pengalaman dalam profesi ini masih kurang.
(2) Lingkup penelitian ini hanya wilayah Yogyakarta dan belum mencakup
Kantor Akuntan Publik yang memiliki nama bertaraf internasional
sehingga data yang diperoleh kurang dapat menggambarkan keadaan
auditor yang sebenarnya di Indonesia.
(3) Memperhatikan adanya keterbatasan, maka bagi penelitian selanjutkan
perlu diperhatikan beberapa hal berikut : (a) penelitian serupa dilakukan
dengan menambah jumlah sampel, dengan mengirimkan kuisioner ke
beberapa kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Semarang, Surabaya
dan diluar pulau jawa agar diperoleh kesimpulan yang lebih baik. (b)
pertanyaan-pertanyaan pada kuisioner dibuat ulang, dengan lebih
menonjolkan pengertian auditor terhadap materialitas sehingga
pengertian auditor terhadap pertimbangan materialitas dapat lebih
diketahui.
(4) Profesionalisme merupakan kualitas diri yang harus dipertahankan oleh
auditor terutama dalam melakukan pekerjaannya yang berhubungan
dengan pertimbangan profesional. Untuk dapat selalu menjaga
profesionalisme, auditor perlu pengembangan kualitas atau potensi diri
secara emosional maupun spiritual dengan melakukan pelatihan maupun
keteladanan.
(5) Dalam rangka meningkatkan kualitas jasa audit, dalam hal ini
pertimbangan materialitas maka auditor sebaiknya selalu mengikuti
perkembangan peraturan, hukum maupun kasus kasus yang terjadi
didalam dan diluar negeri.

239

Reni Yendrawati, Analisis Hubugan Antara Profesionalisme Auditor.....

(6) Partisipasi auditor dalam organisasi formal atau informal, forum diskusi,
seminar, pendidikan profesi berkelanjutan, dapat menambah wawasan
auditor terutama dalam bidang audit.
(7) Prosedur evaluasi kinerja, peer review, reward system, mendukung
terpeliharanya motivasi auditor untuk selalu bersikap dan bertindak
profesional.
DAFTAR PUSTAKA
Boynton, Johnson Kell, Modern Auditing 7 th ed, John Wiley & Sons Inc ,
2002.
Gibbins, Michael, Propositions About The Psychology of Professional
Judgment in Public Accounting, Journal of Accounting Research, Spring
Vol. 22 No. 1, 1984.
Harnovinsah, Analisis Kesadaran Etika, Komitmen Profesional dan Sikap

Ketaatan Aturan Terhadap Akuntan Internal dan Akuntan Eksternal


Pemerintah, Tesis S2, Fakultas Ekonomi, Universitas Gajah Mada,
Yogyakarta, 2001.
Holmes, W Arthur, David E Burns (Moh. Badjuri), Auditing Norma dan
Prosedur Ed 9, Erlangga, Jakarta, 1993.
Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Profesional Akuntan Publik, Salemba
Empat, Jakarta, 2001.
Iz Irene Farah Zubaida, Analisis Pengaruh Kredibilitas Akuntan Publik
Terhadap Keputusan Investasi Saham Oleh Investor , Skripsi S1,
Fakultas Ekonomi, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 2004.
J. Read, William. Planning Materiality and SAS no 47, Journal Of
Accountancy, December, 1987.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed. 3, Balai Pustaka, 2001.
Kennedy, Jane, Debiasing The Curse of Knowledge in Audit Judgment, The
Accounting Review, April Vol. 70 No. 2 , 1995.

240

Jurnal Akuntansi dan Investasi Vol. 7 No. 2, hal: 219-242, Juli 2006

Masri Singarimbun, Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai, LP3ES,


Jakarta, 1989.
Mulyadi, Auditing Buku I, Salemba Empat, Jakarta, 2002.
Nur Indriantoro, Bambang Supomo, Metodologi Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi dan Manajemen Ed 1, BPFE, Yogyakarta, 1999.
Sanyoto Gundodiyoto, Audit Sistem Informasi : Pendekatan Konsep, PT
Media Global Education, Jakarta, 2003.
Sekaran, Uma, Research Method For Business 3rd Edition, John Wiley &
Sons Inc, 2000.
Siegel, Sidney (Zanzawi S dan Landung S), Statistik Nonparametrik Untuk
Ilmu-ilmu Sosial, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1994.
Singgih Santoso, SPSS Ver 11: Mengolah Data Statistik Secara Profesional,
PT Gramedia, Jakarta, 2004.
Sumanto, Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan, Andi Offset, Yogyakarta,
1995.
Sutrisno Hadi, M.A., Analisis Butir Untuk Instrumen Angket, Tes dan Skala
Nilai, Andi Offset, Yogyakarta, 1991.
Syahrir, Analisis Hubungan Antara Profesionalisme Akuntan Publik Dengan
Kinerja, Kepuasan Kerja, Komitmen, dan Keinginan Berpindah , Tesis
S2, Fakultas Ekonomi, Universitas Gajah Mada, yogyakarta, 2002.
Syam Akhmad Yafiz, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pertimbangan

Materialitas Dalam Pemeriksaan Laporan Keuangan Oleh Kantor


Akuntan Publik di Indonesia, Tesis S2, Fakultas Ekonomi, Universitas
Gajah Mada, Yogyakarta, 1993.
Theresia Dwi Hastuti, Stefani Lily I, Clara Susilawati, Hubungan Antara

Profesionalisme Auditor Dengan Pertimbangan Tingkat Materialitas


Dalam Proses Pengauditan Laporan Keuangan, Simposium Nasional
Akuntansi VI, Jakarta, 2003.

241

Reni Yendrawati, Analisis Hubugan Antara Profesionalisme Auditor.....

Yustrida Bernawati, Faktor-faktor Yang Dipertimbangkan Akuntansi Dalam


Penentuan Materialitas, Tesis S2, Fakultas Ekonomi, Universitas Gajah
Mada, Yogyakarta, 1994.

242

You might also like