Analisis Pengaruh Ekuitas Merek Terhadap Keputusan Pembelian Handphone Blackberry

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 28

ANALISIS PENGARUH EKUITAS MEREK

TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN


HANDPHONE BLACKBERRY

Amira Tria Hanin


Idris, SE., M.Si

The background of this study is the emergence of new phenomena,


especially the various brand of smartphone products. Today, Blackberry
smartphone has shown an increase in the number of sales, especially in the
years2009 and 2010. In fact Blackberry smartphone is a phenomenal product not
only in Indonesia but also in the world.
The purpose of this research is to investigate the influence of brand
awareness, perceived quality, brand association, and brand loyalty toward
purchasing decisions. This research was conducted on the consumer or the owner
of Blackberry smartphone in Universitas Diponegoro Semarang, and the number
of samples are determined 100 respondents using purposive sampling method.
The analytical method used is the quantitative. Data has met the test validity, test
reliability, and classical assumption are processed so as to produce a regression
equation.
Where (Y) is the purchase decision variables, (X 1) is brand awareness,
(X2) is perceived quality, (X3) is brand association, and (X4) is brand loyalty.
Hypothesis testing using the t-test indicates that the four independent variable
found to significantly influence the purchase dependent variable, then using F-test
can be known that the four variable are well deserved to test the purchase
decision dependent variable. The Adjusted R Square value 0.613 showed that 61.3
percent of purchase decision variation can be explained by the four independent
variables in the regression equation, while the rest of 38.7 percent is explained by
other variables outside of the four variables used in this study.

Keywords: brand awareness, perceived quality, brand associations, brand


loyalty and purchasing decision

PENDAHULUAN
Era globalisasi yang melanda dunia menjanjikan suatu peluang dan
tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang beroperasi di Indonesia. Di satu sisi,
era globalisasi memperluas pasar produk, di sisi lain keadaan tersebut
menimbulkan persaingan yang semakin tajam, dengan kemajuan teknologi
informasi dan komunikasi yang semakin canggih (Sitinjak, 2005). Kesadaran
produsen akan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dapat dijadikan
peluang bisnis yang potensial bagi perusahaan. Teknologi telekomunikasi
merupakan salah satu peluang bisnis potensial yang dimanfaatkan oleh produsen
dalam persaingan. Meningkatnya kebutuhan akan penggunaan teknologi
telekomunikasi dalam kehidupan saat ini disebabkan karena penggunaan
telekomunikasi yang diyakini dapat membantu meringankan pekerjaan seseorang.
Salah satu produk teknologi telekomunikasi yang saat ini diperebutkan oleh
banyak produsen adalah handphone (ponsel).
Fenomena persaingan antara perusahaan membuat setiap perusahaan harus
menyadari akan suatu kebutuhan untuk memaksimalkan aset-aset perusahaan
demi kelangsungan hidup perusahaan, khususnya untuk perusahaan yang
menghasilkan produk handphone. Saat ini persaingan perusahaan untuk
memperebutkan konsumen tidak lagi terbatas pada atribut fungsional produk saja
misalnya seperti kegunaan produk, melainkan sudah dikaitkan dengan merek yang
mampu memberikan citra khusus bagi penggunanya. Produk menjelaskan sebagai
suatu komoditi yang dipertukarkan, sedangkan merek menjelaskan pada
spesifikasi pelanggannya.
Merek yang memiliki persepsi baik umumnya akan lebih menarik calon
konsumen untuk melakukan pembelian ulang karena mereka yakin bahwa merek
tersebut memiliki kualitas yang baik dan dapat dipercaya. Jika perusahaan mampu
membangun merek yang kuat di pikiran atau ingatan pelanggan melalui strategi
pemasaran yang tepat, perusahaan akan dikatakan mampu membangun mereknya.
Dengan demikian merek dari suatu produk dapat memberikan nilai tambah bagi
pelanggannya yang di nyatakan sebagai merek yang memiliki ekuitas merek
(Astuti dan Cahyadi, 2007).

Perkembangan merek-merek handphone di Indonesia relatif cukup baik dan


dinamis baik untuk produk lokal maupun internasional. Selain itu, tingkat
persaingan di berbagai katagori produk berdasarkan kemajuan telekomunikasi
khususnya produk handphone telah menyebabkan timbulnya beberapa fenomena
yang cukup menarik. Salah satu fenomena yang menarik perhatian dunia adalah
pertumbuhan telekomunikasi yang lebih canggih yaitu dengan munculnya produk
ponsel pintar alias smartphone. Salah satu produk smartphone belakangan ini
berhasil mencuri perhatian masyarakat adalah handpone merek Blackberry.
Handphone Blackberry pertama kali diperkenalkan pada tahun 1997 oleh
perusahaan Research In Motion (RIM) di Kanada. Handphone Blackberry
pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada pertengahan Desember 2004 oleh
operator Indosat dari PT. Indosat Tbk, disusul kemudian oleh dua operator besar
yakni dari PT. XL Axiata Tbk dan PT. Telkomsel (www.suaramerdeka.com).
Ada beberapa alasan mengapa handphone Blackberry menjadi fenomenal di
seluruh dunia terutama di Indonesia karena adanya diferensiasi produk yang
berbeda dengan merek pesaing, jika dilihat dari kegunaan dan keunggulan fungsi
produknya beragam. Banyaknya fitur-fitur baru yang tidak dimiliki oleh para
pesaingnya, misalnya seperti push e-mail yaitu email yang diterima tepat waktu,
akses internet tanpa batas dimanapun, kapanpun dan ditawarkan dengan biaya
paket miring yang telah ditetapkan oleh berbagai operator, kemudian mempunyai
jangkauan jaringan yang luas agar pengguna dapat berkomunikasi dengan teman
di seluruh dunia (chatting via BBM (Blackberry Messenger), Yahoo, Twitter,
Facebook, Foursquare, dll). Walaupun permintaan pasar terhadap produk
smartphone saat ini mengalami peningkatan, tetapi tetap saja handphone merek
Blackberry masih kalah bersaing dengan merek-merek kompetitor lainnya seperti
Nokia, Apple, dan merebahnya handphone-handphone dari Cina yang di anggap
bersaing dengan harga yang rendah tapi mempunyai keunggulan yang hampir
sama dengan Blackberry.
Untuk melihat perbandingan penjualan terhadap handphone yang bermerek,
Gartner melakukan suatu riset secara global terhadap merek-merek handphone

dari tahun 2006 sampai 2010. Berikut ini adalah hasil riset Garner yang dikutip
dalam majalah SWA.
Perbandingan Penjualan Handphone di Seluruh Dunia
Berdasarkan Merek
( ribuan unit )
Merek

Nokia
Samsung

2006
Market
Unit
Share
(%)
344.915,
90
116.480,
10
61.986

34,8

2007
Market
Unit
Share
(%)

435.45,
01
154.54
0,70
78.576,
30
-

11,8
6,3

LG. Elct

37,8

2008
Market
Unit
Share
(%)

472.314,
90
199.324,
30
102.789,
10
-

13,4
6,8

38,6
16,3
8,4

RIM
Apple
Sonny
Ericsson
Motorola
Others
Total

73.641,
60
209.250,
90
184.588,
00
990.662,
50

7,1
21,1
8,6
100

101.35
8,40
164.30
7
218.60
4,30
1.158.8
39,80

8,8
14,3
18,9
100

93.106,
10
106.522,
40
248.196,
10
1.222.25
2,89

7,6
8,7
20,4
100

2009
Market
Unit
Share
(%)
440.881,
60
235.772

36,4

121.972,
10
34.34,
60
24.889,
70
54.956,
60
58.475,
20
239.945,
80
1.211.23
9,60

10,1

19,5

2,8
2,1
4,5
4,8
19,8
100

2010
Market
Unit
Share
(%)
461.31
8,20
261.06
5,80
114.15
4,60
47.451,
60
46.598,
30
41.619,
20
38.553,
70
565.84
1,01
1.596.8
02,39

Sumber: SWA10/ XXVII/ 12-15 Mei 2011


Dari tabel perbandingan penjualan handphone bermerek di atas, dapat
dilihat posisi RIM (Research In Motion) untuk produk handphone Blackberry
antara tahun 2009 - 2010 mengalami peningkatan baik dalam unit penjualan
maupun market share nya. Dimana pada tahun 2009 market share handphone
Blackberry sebesar 2,8% mengalami peningkatan sebesar 0,2% pada tahun 2010.

TINJAUAN PUSTAKA
Merek
Kata brand dalam bahasa Inggris berasal dari kata brandr dalam
bahasa old nurse, yang berarti to burn, mengacu pada pengidentifikasian
merek. Pada waktu itu pemilik hewan ternak menggunakan tanda cap khusus
untuk menandai ternak miliknya dan membedakannya dari ternak lain. Melalui
cap tersebut, konsumen lebih mudah mengidentifikasi ternak yang berkualitas
dari perternak yang bereputasi bagus (Tjiptono, 2005).

28,6
17,6
7,1
3
2,9
2,6
2,4
35,5
100

Ekuitas Merek
Ekuitas merek (brand equity) adalah seperangkat asosiasi dan perilaku yang
dimiliki oleh pelanggan merek, anggota saluran distribusi, dan perusahaan yang
memungkinkan suatu merek mendapatkan kekuatan, daya tahan, dan keunggulan
yang dapat membedakan dengan merek pesaing (Astuti dan

Cahyadi, 2007).

Menurut Aaker, ekuitas merek dijabarkan kedalam empat dimensi, yaitu


kesadaran merek (brand awareness), persepsi kualitas merek (perceived quality),
asosiasi merek (brand associations), dan loyalitas merek (brand loyalty)
(Sadat,2009).
Kesadaran Merek
Kesadaran merek adalah kemampuan pelanggan untuk mengenali atau
mengingat kembali sebuah merek dan mengkaitkannya dengan satu kategori
produk tertentu. Perusahaan dapat menciptakan nilai-nilai kesadaran merek agar
konsumen dapat lebih memahami pesan merek yang akan disampaikan
(Humdiana, 2005), yaitu sebagai berikut:
1. Jangkar yang menjadi pengait asosiasi lain
Tingkat kesadaran merek yang tinggi akan lebih memudahkan pemasar
untuk melekatkan suatu asosiasi terhadap merek karena merek tersebut telah
tersimpan dibenak konsumen.
2. Rasa suka
Kesadaran merek yang tinggi dapat menimbulkan rasa suka konsumen
terhadap merek tersebut.
3. Komitmen
Jika kesadaran suatu merek tinggi, maka konsumen dapat selalu merasa
kehadiran merek tersebut.
4. Mempertimbangkan merek
Ketika konsumen akan melakukan keputusan pembelian, merek yang
memiliki tingkat kesadaran merek tinggi akan selalu tersimpan di benak
konsumen dan akan dijadikan pertimbangan oleh konsumen.

Persepsi Kualitas
Persepsi kualitas merupakan persepsi pelanggan atas atribut yang dianggap
penting baginya (Astuti dan Cahyadi, 2007). Persepsi kualitas mempunyai
peranan yang penting dalam membangun suatu merek yang akan dijadikan bahan
pertimbangan pelanggan kemudian akan berpengaruh dalam memutuskan merek
mana yang akan dibeli. Dengan persepsi kualitas yang positif akan mendorong
keputusan pembelian dan menciptakan loyalitas terhadap produk tersebut. Hal itu
karena konsumen akan lebih menyukai produk yang memiliki persepsi kualitas
yang baik.
Asosiasi Merek
Sebuah merek adalah serangkaian asosiasi, biasanya terangkai dalam
berbagai bentuk yang bermakna. Suatu merek yang lebih mapan akan mempunyai
posisi yang menonjol dalam suatu kompetisi karena didukung oleh berbagai
asosisasi yang kuat. Suatu perusahaan harus selalu menjaga asosiasi organisasinya
di mata konsumen karena konsumen akan lebih tertarik untuk memilih merek
yang diproduksi oleh perusahaan yang memiliki citra asosiasi organisasi yang
baik. Selain itu, asosiasi organisasi akan sangat diperlukan untuk meningkatkan
loyalitas konsumen terhadap merek tersebut.
Loyalitas Merek
Menurut Oliver dan Yoo, loyalitas merek adalah komitmen kuat dalam
berlangganan atau membeli kembali suatu merek secara konsisten di masa
mendatang (Sadat, 2009). Hanya loyalitas yang dapat membuat pelanggan
membeli merek tertentu dan tidak mau beralih kemerek yang lain, meskipun
persaingan iklan promosi yang semakin kuat.
Keputusan Pembelian
Keputusan untuk membeli yang diambil oleh pembeli merupakan kumpulan
dari sejumlah keputusan setiap keputusan membeli mempunyai suatu struktur
sebanyak tujuh komponen (Swastha, 1999), yaitu:
1. Keputusan tentang jenis produk
Komponen dapat mengambil keputusan tentang produk apa yang akan
dibelinya untuk memuaskan kebutuhan.

2. Keputusan tentang bentuk produk


Konsumen dapat mengambil keputusan untuk membeli suatu produk dengan
bentuk sesuai dengan selera dan kebutuhan.
3. Keputusan tentang merek
Konsumen dapat mengambil keputusan tentang merek produk yang akan
dibeli karena setiap produk mempunyai perbedaan-perbedaan tersendiri.
4. Keputusan tentang penjualnya
Konsumen dapat mengambil keputusan di mana produk yang diperlukan
tersebut akan dibeli.
5. Keputusan tentang jumlah produk
Konsumen dapat mengambil keputusan tentang berapa banyak produk yang
akan dibelinya pada suatu produsen.
6. Keputusan tentang waktu pembelian
Konsumen dapat mengambil keputusan tentang kapan ia harus melakukan
pembelian.
7. Keputusan tentang cara pembayaran
Konsumen harus mengambil keputusan tentang metode atau cara
pembayaran produk yang akan dibeli, apakah secara tunai atau cicilan.
Keputusan tersebut akan mempengaruhi keputusan tentang penjual dan
jumlah pembelinya.
Rasa percaya diri yang kuat pada diri konsumen atau pelanggan yang
merupakan keyakinan bahwa keputusan atas pembelian yang diambilnya adalah
benar (Astuti dan Cahyadi, 2007) yang memiliki indikator sebagai berikut :
a. Kemantapan membeli
b. Pertimbangan dalam membeli
c. Kesesuaian atribut dengan keinginan dan kebutuhan

Hubungan Antar Variabel


Menurut David A. Aeker (Humdiana, 2005), kesadaran merek adalah
kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali
bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori tertentu. Kesadaran

menggambarkan keberadaan merek di dalam pikiran konsumen yang dapat


menjadi penentu dalam berbagai kategori. Semakin tinggi kesadaran (awareness)
konsumen terhadap merek suatu produk semakin kuat keputusan pembelian
konsumen. Jika semakin kecil tingkat risiko suatu merek akan menimbulkan
keyakinan yang besar pada pelanggan atas keputusan pembeliannya.
Persepsi Kualitas dalam mempengaruhi ekuitas sebuah merek terhadap
keputusan pembelian konsumen (Astuti dan Cahyadi,2007). Persepsi kualitas
yang positif akan mendorong keputusan pembelian dan menciptakan loyalitas
terhadap produk tersebut. Selanjutnya mengingat persepsi konsumen yang
diramalkan maka persepsi kualitasnya negatif, produk tidak akan disukai dan
tidak akan bertahan lama di pasar.
Asosiasi positif yang melekat pada merek dapat memudahkan pelanggan
memproses dan mengingat kembali berbagai informasi mengenai merek yang
sangat berguna dalam proses keputusan membeli.
Loyalitas merek merupakan suatu ukuran loyalitas konsumen terhadap suatu
merek. Ukuran loyalitas konsumen ini dapat memberikan gambaran mungkin
tidaknya konsumen beralih ke merek lain, terutama jika merek tersebut
mengalami perubahan baik yang menyangkut harga maupun atribut lain. Ada
beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur loyalitas pelanggan terhadap
suatu merek produk (Astuti dan Cahyadi, 2007) yaitu:
a. Komitmen pelanggan, meliputi kemungkinan pelanggan untuk terus
menggunakan merek tersebut tanpa terpengaruh oleh promosi yang
dilakukan merek pesaing.
b. Rekomendasi pelanggan kepada pihak lain agar ikut menggunakan merek
tersebut.
c. Harga optimum, meliputi kemungkinan pelanggan untuk bersedia membeli
suatu merek produk dengan harga yang lebih tinggi dari merek yang lain.

Hipotesis Penelitian
Dalam penelitian ini hipotesis dinyatakan sebagai berikut:
H1: Kesadaran merek berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian
handphone BlackBerry
H2: Persepsi kualitas berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian
handphone BlackBerry
H3: Asosiasi merek berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian
handphone BlackBerry
H4: Loyalitas merek berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian
handphone BlackBerry

METODE PENELITIAN
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Kuesioner. Teknik pengumpulan data dengan kuisioner merupakan satu teknik
pengumpulan data dengan memberikan respon terhadap pertanyaan yang ada
dalam kuesioner. Dalam kuesioner ini nantinya akan digunakan model pertanyaan
tertutup dan terbuka, untuk pertanyaan yang sudah disertai alternatif jawaban
sebelumnya, sehingga responden dapat memilih salah satu dari alternatif jawaban
tersebut. Sedangkan pertanyaan terbuka digunakan untuk mendapatkan kejelasan
terhadap suatu kebenaran sehingga memperoleh gambaran baru atau memperkuat
suatu gambaran yang sudah ada sebelumnya.
Dalam pengukurannya, setiap responden diminta pendapatnya mengenai
suatu pertanyaan, responden dapat memilih jawabannya sesuai dengan
presepsinya. Pengukuran data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan skala Likert (skala 1 sampai dengan 5) dimulai dari Sangat Tidak
Setuju (STS) sampai dengan Sangat Setuju (SS). Skala pengukuran ini berarti
bahwa jika nilainya semakin mendekati 1 maka berarti semakin tidak setuju.
Sebaliknya, jika semakin mendekati angka 5 berarti semakin setuju.

Pengukuran
Kesadaran Merek
Pengukuran kesadaran merek disesuaikan dari penelitian Humdiana (2005)
dan Suprapti (2010). Ada lima indikator pengukurannya, yaitu:
1. Kemampuan untuk mengenali merek produk
2. Kemampuan untuk mengingat merek pada level Top of Mind
3. Ciri khas yang membedakan produk
4. Kemampuan pelanggan dalam mengenali iklan merek produk
5. Kemampuan pelanggan dalam mengenali varian merek produk
Persepsi Kualitas
Pengukuran persepsi kualitas disesuaikan dari penelitian Astuti dan Cahyadi
(2007) dan Rachmansyah (2010). Ada lima indikator pengukurannya, yaitu:
1. Overall quality (persepsi pelanggan terhadap penampilan suatu merek
produk)
2. Reliability/kehandalan (persepsi pelanggan terhadap kehandalan suatu
merek produk)
3. Functional (persepsi pelanggan terhadap kemudahan dalam mengoperasikan
fitur-fitur suatu merek)
4. Popularitas suatu merek produk
5. Kualitas produk yang diharapkan konsumen
Asosiasi Merek
Pengukuran asosiasi merek disesuaikan dari penelitian Humdiana (2005)
dan Kurniawan (2010). Ada lima indikator pengukurannya, yaitu:
1. Manfaat produk
2. Kesesuaian terhadap gaya hidup
3. Kredibilitas perusahaan
4. Nilai merek produk lebih inovatif
5. Pencitraan merek produk di benak konsumen

Loyalitas Merek
Pengukuran loyalitas merek disesuaikan dari penelitian Astuti dan Cahyadi
(2007) dan Setyawan (2010). Ada lima indikator pengukurannya, yaitu:
1. Komitmen pelanggan
2. Rekomendasi pelanggan ke pihak lain
3. Kebiasaan memilih merek
4. Kepuasan terhadap merek
5. Kefanatikan terhadap merek
Keputusan Pembelian
Pengukuran keputusan pembelian disesuaikan dari penelitian Astuti dan
Cahyadi (2007) dan Suprapti (2010). Ada lima indikator pengukurannya, yaitu:
1. Kemantapan membeli
2. Pertimbangan dalam membeli
3. Prioritas dalam membeli
4. Kecepatan memutuskan memilih merek
5. Kemudahan mendapatkan/ memperoleh
Populasi
Penelitian ini menggunakan mahasiswa Universitas Diponegoro sebagai
populasi penelitian karena mahasiswa adalah segmen masyarakat yang
menjadikan informasi dan komunikasi sebagai suatu kebutuhan sehari-hari,
karena itulah handphone sangat dibutuhkan oleh setiap mahasiswa untuk
melakukan komunikasi dan pertukaran informasi yang dibutuhkan mahasiswa
pada umumnya. Pertimbangan bahwa populasi yang ada sangat besar jumlahnya
sehingga tidak memungkinkan untuk meneliti seluruh populasi yang ada, maka
dilakukan pengambilan sampel.
Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 100 orang
responden. Pada penelitian ini menggunakan pendekatan non probability
sampling yaitu teknik sampling yang tidak memberikan kesempatan sama bagi
setiap unsur atau anggota populasi untuk dijadikan sampel (Sugiyono, 2007).
Sedangkan penentuan pengambilan jumlah responden (sampel) dilakukan melalui
teknik purposive sampling.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Deskripsi Responden
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai identitas responden berdasarkan
jenis kelamin, umur, program studi, dan fakultas.
Deskripsi responden dalam penelitian ini berdasarkan jenis kelamin dan umur:
Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur
18 20
tahun
%

Umur
21 23
tahun
%

23 25
tahun
%

Laki-laki

21

21

11

Perempuan

14

14

35

35

Total

23

23

56

56

Jenis
Kelamin

Total
%

11

41

10

10

59

59

21

21

100

100

41

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa jumlah responden perempuan lebih


banyak dibandingkan dengan jumlah responden laki-laki. Total responden
perempuan adalah sebanyak 59 orang mahasiswa atau 59% yang mayoritas
berumur antara 21- 23 tahun (35 orang mahasiswa atau 35%). Total responden
laki-laki dalam penelitian ini sebanyak 41 orang mahasiswa atau 41%.
Deskripsi responden berdasarkan program studi dan fakultas yang dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
Deskripsi Responden Berdasarkan Program Studi dan Fakultas
Ekonomi
%

Fakultas
Fisip
Sastra
%
%

Teknik
%

D-III

S1- Reguler I

12

12

38

38

S1-Reguler II

24

24

11

11

15

15

57

57

Total

41

41

16

16

19

19

24

24

100

100

Program
Studi

Total

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui prosentase responden berdasarkan


program studi dan fakultas yang terbanyak adalah pada S1 Reguler II sebanyak

57 orang mahasiswa atau 57% dan Fakultas Ekonomi sebanyak 24 orang


mahasiswa atau 24%. Hal ini dikarenakan peneliti menganggap bahwa mahasiswa
ekonomi mempunyai kriteria yang layak untuk dijadikan sebagai responden yang
lebih banyak.

Angka Indeks Jawaban Responden


Analisis indeks jawaban responden dilakukan untuk mendapatkan gambaran
deskriptif penelitian yang dilakukan terhadap tiap indikator dari masing-masing
variabel. Angka jawaban responden tidak berawal dari angka 0, tetapi mulai dari
angka 1 hingga 5, maka penghitungan nilai indeks jawaban akan berawal dari
angka 20 hingga 100 dengan rentang sebesar 80. Dengan menggunakan kriteria
tiga kotak (Three-box Method), maka rentang 80 dibagi tiga akan menghasilkan
rentang sebesar 26,67. Rentang tersebut yang digunakan sebagai dasar interpretasi
nilai indeks sebagai berikut:
20,00 46,67 = Rendah
46,68 73,34 = Sedang
73,35 100 = Tinggi
Berikut ini adalah hasil dari indeks jawaban responden dari rata-rata indeks
variabelnya:

Indeks Jawaban Responden


Variabel

Rata-rata Indeks

Keterangan

Kesadaran Merek

78,28

Tinggi

Persepsi Kualitas

78,8

Tinggi

Asosiasi Merek

73,36

Tinggi

Loyalitas Merek

77,92

Tinggi

83

Tinggi

Keputusan Pembelian

Uji Validitas
Dalam penelitian ini, uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah
kuesioner yang digunakan mampu mengungkapkan apa yang ingin diukur oleh

kuesioner tersebut. Indikator dinyatakan valid apabila r hitung lebih besar daripada r
tabel

(Ghozali,2009). Nilai r

hitung

dapat dilihat pada kolom Corrected ItemTotal

Colleration yang berasal dari pengolahan data dengan menggunakan program


SPSS 16.0. Hasil uji validitas pada indikator-indikator penelitian ini terdapat pada
tabel berikut ini:
Hasil Uji Validitas Variabel Ekuitas Merek
Variabel
Kesadaran Merek

Persepsi Kualitas

Asosiasi Merek

Loyalitas Merek

Keputusan Pembelian

Kode
Item
q1
q2
q3
q4
q5
q6
q7
q8
q9
q10
q11
q12
q13
q14
q15
q16
q17
q18
q19
q20
y1
y2
y3
y4
y5

r hitung

r tabel

Keterangan

0,395
0,304
0,456
0,383
0,391
0,380
0,359
0,395
0,330
0,377
0,445
0,372
0,344
0,389
0,360
0,521
0,414
0,363
0,362
0,354
0,505
0,437
0,375
0,321
0,309

0,198
0,198
0,198
0,198
0,198
0,198
0,198
0,198
0,198
0,198
0,198
0,198
0,198
0,198
0,198
0,198
0,198
0,198
0,198
0,198
0,198
0,198
0,198
0,198
0,198

Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur konsistensi konstruk atau
variabel penelitian.

Untuk mengukur

uji reliabilitas dilakukan dengan

menggunakan uji statistik Cronbach Alpha (). Suatu konstruk atau variabel
dikatakan reliabel jika memberikan nilai koefisien Alpha lebih besar daripada

0,600 (Ghozali, 2009). Hasil uji reliabilitas dalam penelitian ini dapat dilihat pada
Tabel dibawah ini :
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel

Cronbachs
Alpha

Kesadaran
Merek (X1)
Persepsi
Kualitas (X2)
Asosiasi Merek
(X3)
Loyalitas
Merek (X4)
Keputusan
Pembelian (Y)

Cut of Value

0,631

Cronbachs Alpha
Based On
Standardized
Items
0,632

0,600

Reliabel

0,614

0,615

0,600

Reliabel

0,623

0,629

0,600

Reliabel

0,637

0,650

0,600

Reliabel

0,632

0,633

0,600

Reliabel

Keterangan

Berdasarkan pengujian pada tabel uji reliabilitas, diketahui bahwa semua


variabel mempunyai nilai Cronbachs Alpha lebih besar dari 0,600. Maka dapat
disimpulkan bahwa keseluruhan variabel dalam penelitian ini reliabel.

Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Menurut Ghozali
(2009) nilai Variance Inflation Factor (VIF) untuk multikolonieritas adalah tidak
melebihi 10 dan nilai tolerance di atas 0,10. Hasil uji multikolonieritas tertera
pada Tabel dibawah ini :
Hasil Uji Multikolonieritas
Variabel
Tolerance
VIF
Kesadaran Merek (X1)
0,844
1,184
Perserpsi Kualitas (X2)
0,711
1,407
Asosiasi Merek (X3)
0,880
1,136
Loyalitas Merek (X4)
0,853
1,173
Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas antar variabel
independen dalam model regresi atau dengan kata lain model regresi dalam
penelitian ini terbebas dari gejala multikolonieritas.

Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
variabel dependen dan variabel independen keduanya mempunyai distribusi
normal atau tidak. Deteksi normalitas dengan melihat penyebaran titik-titik pada
sumbu diagonal grafik (Ghozali, 2009). Analisis grafik dilakukan dengan melihat
histogram dan normal probability plot. Hasil pengujian normalitas dapat dilihat
pada gambar sebagai berikut:
Normal P-P Plot Of Regression Standardized Residual

Pada grafik normal probability plot di atas terlihat titik-titik menyebar


berhimpit di sekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis
diagonal. Dari kedua grafik tersebut maka dapat dinyatakan bahwa model regresi
pada penelitian ini memenuhi asumsi normalitas.

Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Jika variance dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain
tetap, maka disebut dengan homoskedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas.
Salah satu cara untuk dapat mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas adalah
dengan menggunakan analisis residual yang berbentuk scatterplot dimana bila
data menyebar secara acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu, maka dapat
dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas. Akan tetapi bila ada pola tertentu
seperti

titik-titik

yang

membentuk

pola

tertentu

yang

teratur,

maka

mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Hasil dari uji heteroskedastisitas

yang ditandai dengan scatterplot dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar
sebagai berikut
Grafik Scatterplot

Analisis Regresi Berganda


Analisis regresi berganda digunakan untuk membuktikan ada tidaknya
hubungan fungsional atau hubungan kausal antara dua atau lebih variabel beas.
Dari hasil uji regresi berganda diperoleh koefisien regresi, nilai t dan hitung
tingkat signifikansi sebagaimana ditampilkan pada tabel di bawah ini:
Hasil Uji Regresi Berganda
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients

Coefficients

95% Confidence

Collinearity

Interval for B

Statistics

Lower
Model

1 (Constant)

.996

.338

.258

.071

.293

Rata-rata
Kesadaran Merek
Rata-rata
Persespsi Kualitas
Rata-rata
Asosiasi Merek
Rata-rata
Loyalitas Merek

Std. Error

Beta

Sig.

Upper

Bound Bound Tolerance

VIF

2.945

.004

.325

1.668

.286

3.635

.000

.117

.399

.844

1.184

.068

.368

4.297

.000

.158

.428

.711

1.407

.123

.052

.181

2.353

.021

.019

.228

.880

1.136

.138

.052

.208

2.663

.009

.035

.240

.853

1.173

a. Dependent Variable: Rata-rata Keputusan Pembelian

Dari hasil tersebut,persamaan regresi dapat diperoleh dari standardized


coefficients, hal ini karena pengukurannya menggunakan skala penilaian yang
sama yaitu Likert, sehingga persamaannya sebagai berikut:
Y = 0,286 X1 + 0,368 X2 + 0,181 X3 + 0,208 X4
Keterangan:
Y = Keputusan Pembelian
X1 = Kesadaran Merek
X2 = Persepsi Kualitas
X3 = Asosiasi Merek
X4= Loyalitas Merek
Persamaan regresi linear berganda tersebut dijelaskan sebagai berikut:
Besarnya pengaruh variabel bebas terhadap keputusan pembelian (Y) yaitu
pada kesadaran merek (X1) mempunyai pengaruh sebesar 0,286 terhadap
keputusan pembelian (Y), persepsi kualitas (X2) mempunyai pengaruh sebesar
0,368 terhadap keputusan pembelian (Y), asosiasi merek (X3) mempunyai
pengaruh sebesar 0, 181 terhadap keputusan pembelian (Y), dan loyalitas merek
(X4) mempunyai pengaruh sebesar 0, 208 terhadap keputusan pembelian (Y).
Dengan demikian variabel bebas yang berpengaruh paling besar terhadap
keputusan pembelian yaitu perpepsi kualitas (X2), diikuti kesadaran merek (X1),
kemudian loyalitas merek (X4), dan yang pengaruhnya paling kecil adalah asosiasi
merek (X3).

Uji Goodness of Fit


Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien
determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai determinasi dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:

Hasil Koefisien Determinasi


b

Model Summary

Change Statistics

Std. Error
R
Model

Square R Square
a

Adjusted

.885

.784

of the

R Square

Estimate

Change

.613

.23848

F Change

.784

df1

24.120

df2
4

Sig. F

Durbin-

Change

Watson

95

.000

1.894

a. Predictors: (Constant), Rata-rata Loyalitas Merek, Rata-rata Asosiasi Merek, Rata-rata Kesadaran
Merek, Rata-rata Persespsi Kualitas
b. Dependent Variable: Rata-rata Keputusan Pembelian

Berdasarkan tabel diatas terlihat tampilan output SPSS model summary


besarnya adjusted R square adalah 0,613. Hal ini berarti 61,3% variasi keputusan
pembelian (Y) dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independen diatas.
Sedangkan sisanya 38,7% di dapatkan dari (100% - 61,3% = 38,7%) dijelaskan
oleh sebab-sebab yang lain diluar model.

Uji Signifikasi Simultan (Uji F)


Uji F dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh secara bersama-sama
(simultan) variabel bebas (kesadaran merek, persepsi kualitas, asosiasi merek, dan
loyalitas merek) terhadap variabel terikat (keputusan pembelian). Kriteria yang
digunakan adalah probabilitas <0,05, maka H0 ditolak dan H1diterima
Hasil Uji Simultan (Uji F)
ANOVAb
Sum of
Model
1

Squares

df

Mean Square

Regression

5.487

1.372

Residual

5.403

95

.057

10.890

99

Total

Sig.

24.120

a. Predictors: (Constant), Rata-rata Loyalitas Merek, Rata-rata Asosiasi Merek,


Rata-rata Kesadaran Merek, Rata-rata Persespsi Kualitas
b. Dependent Variable: Rata-rata Keputusan Pembelian

.000

Dari hasil uji ANOVA atau uji F pada tabel diatas didapatkan F hitung sebesar
24.120 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Karena probabilitas lebih kecil
dari 0,05, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi keputusan
pembelian (Y) atau dikatakan bahwa variabel kesadaran merek (X 1), persepsi
kualitas (X2), asosiasi merek (X3) dan loyalitas merek (X4) secara bersama-sama
berpengaruh secara nyata terhadap variabel keputusan pembelian (Y).

Uji Parsial (Uji t)


Uji t dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu variabel
independen (kesadaran merek, persepsi kualitas, asosiasi merek, dan loyalitas
merek) secara individual dalam menerangkan variabel dependen (keputusan
pembelian). Kriteria pengujian dengan tingkat signifikansi () = 0,05 ditentukan
sebagai berikut :
t hitung < t tabel , maka H0 diterima
t hitung > t tabel , maka H0 ditolak
Hasil dari uji t dapat dilihat pada tabel regresi berganda yang sudah di gambarkan
diatas, maka hasil analisis uji t adalah sebagai berikut:
1. Nilai t

hitung

pada variabel Kesadran Merek (X1) adalah sebesar 3,635

dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena 3,635 > 1,985 dan 0,000 < 0,05
maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Kesimpulan : Variabel kesadaran merek berpengaruh positif dan signifikan
terhadap keputusan pembelian.
2. Nilai t

hitung

pada variabel Persepsi Kualitas (X2) adalah sebesar 4,297

dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena 4,297 > 1,985 dan 0,000 < 0,05
maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Kesimpulan : Variabel persepsi kualitas berpengaruh positif dan signifikan
terhadap keputusan pembelian.
3. Nilai t

hitung

pada variabel Asosiasi Merek (X3) adalah sebesar 2,353 dengan

tingkat signifikansi 0,021. Karena 2,353 > 1,985 dan 0,021 < 0,05 maka H0
ditolak dan H1 diterima.

Kesimpulan : Variabel asosiasi merek berpengaruh positif dan signifikan


terhadap keputusan pembelian.
4. Nilai t

hitung

pada variabel Loyalitas Merek (X4) adalah sebesar 2,663

dengan tingkat signifikansi 0,009. Karena 2,663 > 1,985 dan 0,009 < 0,05
maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Kesimpulan : Variabel loyalitas merek berpengaruh positif dan signifikan
terhadap keputusan pembelian.

Pembahasan
Berdasarkan analisis data pada analisis regresi berganda dan uji hipotesis, maka
dapat diketahui bahwa :
1. Pernyataan dari hipotesis pertama (H1) dapat diterima, hal ini karena
kesadaran merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesediaan
konsumen dalam melakukan keputusan pembelian. Kondisi tersebut dapat
dilihat dari koefisien variabel kesadaran merek yang bernilai 0,286 dengan
tingkat signifikansi sebesar 0,000 (kurang dari 0,05).
Hal ini berarti jika tingkat kesadaran merek semakin tinggi, maka akan
mengakibatkan semakin tinggi kesediaan konsumen untuk melakukan
pembelian suatu produk. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa
konsumen memiliki ciri khasnya yang kuat hingga menjadi best brand dalam
benak mereka, maka konsumen memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk
membeli handphone Blackberry.
2. Mengenai variabel kedua yaitu persepsi kualitas, pernyataan hipotesis kedua
(H2) dapat diterima, hal tersebut dikarenakan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kesediaan konsumen dalam melakukan pembelian. Kondisi
tersebut dapat dilihat dari koefisien variabel persepsi kulaitas yang bernilai
0,368 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 (kurang dari 0,05). Sehingga
jika persepsi kualitas semakin baik, maka akan mengakibatkan semakin tinggi
kesediaan konsumen untuk melakukan pembelian suatu produk.
Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa persepsi konsumen
terhadap persepsi kualitas untuk handphone Blackberry memiliki sistem

pemakaian/pengoperasian yang mudah dan kesesuaian terhadap kebutuhan


konsumen, dengan demikian memiliki kecenderungan lebih tinggi dalam
membeli handphone Blackberry.
3. Demikian pula pada hipotesis ketiga (H3) dapat diterima, hal ini karena asosiasi
merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesediaan konsumen dalam
melakukan pembelian. Kondisi tersebut dapat dilihat dari koefisien variabel
asosiasi merek yang bernilai 0,181 serta angka signifikansi sebesar 0,021
(kurang dari 0,05).
Hal ini berarti, jika asosiasi merek semakin baik, maka akan mengakibatkan
semakin tinggi kesediaan konsumen untuk melakukan pembelian suatu produk.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa konsumen yang memiliki kepercayaan
yang tinggi terhadap asosiasi merek, dan mereka memiliki intensitas pembelian
yang lebih tinggi, dikarenakan manfaat yang didapatkan oleh konsumen setara
dengan biaya yang sudah dikeluarkan kredibilitas perusahaan yang mampu
memberikan inovasi tekhnologi yang tinggi dapat menambah nilai produk bagi
pelanggan.
4. Selanjutnya pada pernyataan hipotesis keempat (H4) dapat diterima, hal ini
karena loyalitas merek berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesediaan
konsumen dalam melakukan pembelian. Kondisi tersebut dapat dilihat dari
koefisien variabel loyalitas merek sebesar 0,208 serta signifikansi sebesar
0,009 (kurang dari 0,05).
Hal ini berarti, jika semakin tinggi loyalitas suatu merek, maka akan
mengakibatkan semakin tinggi kesediaan konsumen untuk melakukan
pembelian suatu produk. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa
pelanggan-pelanggan yang puas dan menyukai merek akan memiliki intensitas
yang lebih tinggi dalam keputusan pembelian handphone Blakberry.

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan dari hasil penelitian mengenai pengaruh ekuitas merek
(kesadaran merek, persepsi kualitas, asosiasi merek, dan loyalitas merek) terhadap
keputusan pembelian handphone Blackberry dapat diambil kesimpulan bahwa

variabel dependen (keputusan pembelian) terbukti secara signifikan baik simultan


maupun parsial dipengaruhi oleh seluruh variabel independen (kesadaran merek,
persepsi kualitas, asosiasi merek, dan loyalitas merek) yang digunakan dalam
penelitian ini. Dari variabel-vaiabel dalam penelitian ini, pengaruh yang paling
dominan terhadap variabel dependen (keputusan pembelian) adalah variabel
persepsi kualitas berarti variabel ini adalah yang paling penting dalam
mempengaruhi keputusan pembelian handphone Blackberry.
1. Variabel persepsi kualitas (X2) berpengaruh yang paling besar diantara
variabel bebas lainnya terhadap keputusan pembelian (Y) handphone
Blackberry. Variabel persepsi kualitas dinilai oleh konsumen dengan hasil
regresi sebesar 0,368 dan nilai t

hitung

pada variabel ini sebesar 4,297 dengan

tingkat signifikansi 0,000, maka berpengaruh positif dan signifikan terhadap


keputusan pembelian (Y). Hal tersebut didukung oleh jawaban responden
mengenai fitur-fitur handphone blackberry yang mudah untuk dioperasikan
karena tampilannya simpel dan praktis, memiliki kualitas yang baik karena
lebih canggih dibandingkan dengan merek yang lain, tempat produksi juga
berpengaruh terhadap kehandalan dari handphone Blackberry dimana
Kanada merupakan tempat produksi yang paling bagus kualitasnya,
popularitas dari handphone blackberry dinilai tinggi karena dilihat dari hasil
penjualan yang fenomenal, serta kesesuaian kualitas produk handphone
Blackberry baik dari segi manfaat dan harga di anggap sudah sesuai dengan
harapan konsumennya.
2. Variabel kesadaran merek (X1) berpengaruh signifikan terhadap keputusan
pembelian (Y) yang berada diurutan kedua ditunjukkan dengan hasil regresi
sebesar 0,286. Dengan nilai t

hitung

pada variabel kesadaran merek adalah

3,635 dengan tingkat signifikansi 0,000. Sehingga variabel kesadaran merek


memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel keputusan
pembelian. Hal tersebut didukung oleh persepsi dari responden yang mudah
untuk mengaingat handphone Blackberry sebagai handphone smartphone
yang banyak peminatnya saat ini, produknya mudah dikenali oleh konsumen
yang dilihat dari ciri khasnya sepeti logo, bentuk qwerty, warna, dan

aplikasi BBM (Blackberry Massanger). Promosi lebih sering dilakukan oleh


operator seluler yang saling bersaing dalam harga untuk meningkatkan
pelanggannya yang menggunakan handphone Blackberry.
3. Variabel loyalitas merek (X4) berpengaruh signifikan terhadap keputusan
pembelian (Y) dengan hasil regresi 0,208. Dengan nilai t

hitung

pada variabel

loyalitas merek adalah 2,663 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,009.


Sehingga variabel loyalitas merek memiliki pengaruh yang positif dan
signifikansi terhadap variabel keputusan pembelian. Loyalitas merek
mencerminkan

tingkat

keterikatan

konsumen

terhadap

handphone

Blackberry. Hal tersebut didukung oleh jawaban responden mengenai


kepuasan konsumen karena handphone Blackberry dianggap mendukung
kebutuhan komunikasi dan informasi sehari-hari, kualitas yang dimiliki oleh
handphone Blackberry lebih baik dari yang lain sehingga bersedia untuk
merekomendasikan kepada pihak lain untuk memperluar jaringan dan dapat
mengurangi biaya yang lain. Tetapi pihak RIM (Research In Motion) harus
selalu berinovasi dari segi varian, warna, bentuk dan fitur-fiturnya yang
lebih canggih, agar tidak kalah dengan merek pesaingnya.
4. Variabel asosiasi merek (X3) berpengaruh paling kecil terhadap keputusan
pembelian (Y) dengan hasil regresi sebesar 0,181. Dengan nilai t

hitung

sebesar 2,353 dengan tingkat signifikan adalah 0,021 maka berpengaruh


positif dan signifikan terhadap variabel keputusan pembelian. Hal tersebut
didukung oleh jawaban responden yang menyatakan bahwa nilai merek
handphone Blackberry masih unggul jika dibandingkan dengan pesaingnya
karena fungsi yang ditawarkan sudah sesuai dengan kategori smartphone,
kredibilitas perusahaan sudah dikenal baik secara global, adanya dorongan
yang besar dari lingkungan sekitar untuk menggunakan handphone
Blckberry dapat meningkatkan rasa percaya diri konsumen, hal tersebut
disebabkan karena tuntutan gaya hidup yang semakin tinggi di lingkungan
sekarang ini. Selain itu manfaat handphone Blackberry dirasakan dapat
memperlancar aktivitas pemakainya.

5. Variasi keputusan pembelian dijelaskan oleh variabel kesadaran merek ,


persepsi kualitas, asosiasi merek, dan loyalitas merek dengan sebesar 61,3%
dengan sisa 38,7% dijelaskan oleh sebab-sebab diluar model.
Berdasarkan hasil dan kesimpulan dalam penelitian ini, berikut adalah
beberapa saran sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan :
1. Variabel Persepsi kualitas mempunyai pengaruh paling besar terhadap
keputusan pembelian. Perusahaan diharapkan untuk menetapkan dan
mempertahankan standar kualitas yang tinggi, mengingat semakin ketatnya
persaingan untuk produk-produk elektronik terutama telepon seluler atau
handphone. Salah satu caranya dengan semakin memperlengkap fitur-fitur
yang terdapat dalam setiap handphone Blackberry, tampilan yang sederhana
dan praktis, serta diharapkan tetap mempertahankan dari segi functionalnya
yaitu kemudahan dalam pengoperasian.
2. Variabel kesadaran merek mempunyai pengaruh besar kedua terhadap
keputusan pembelian. Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kesadaran

merek

handphone

Blackberry

adalah

dengan

cara

mempertahankan keunggulan ciri khas yang dimiliki oleh handphone


Blackberry dari pesaingnnya seperti fitur Blackberry Massangernya, dan
menjalin kerjasama pada pihak-pihak operator seluler sehingga dapat
mencapai tujuan yang sama.
3. Dalam variabel loyalitas merek handphone Blackberry untuk indikator
komitmen pelanggan mempunyai nilai yang paling kecil diantara indikator
lainnya. Hal tersebut disebabkan karena masih adanya keinginan konsumen
untuk mencoba merek pesaing. Walaupun konsumen sudah mendapatkan
kepuasan dari handphone Blackberry tetapi belum berarti konsumen akan
setia selalu menggunakan handphone Blackberry. Jadi perusahaan
hendaknya selalu meningkatkan inovasi terhadap produknya, dan selalu
meningkatkan kualitas produknya agar tetap dapat bersaing dengan produk
pesaingnya. Sehingga walaupun dengan meningkatnya merek pesaing,
handphone Blackberry mempunyai posisitioning sendiri dalam benak
konsumen dan berpengaruh pada loyalitas merek produknya.

4. Variabel asosiasi merek adalah variabel yang mempunyai pengaruh paling


kecil dalam keputusan pembelian diantara variabel lainnya, sehingga perlu
adanya perhatian khusus untuk meningkatkan asosiasi mereknya karena
pada saat ini tekhnologi terus berkembang pesat sehingga persaingan di
dunia tekhnologi pun semakin ketat, khususnya pada produk handphone
yang kini telah banyak bermunculan merek-merek pesaing yang mulai
menanamkan citra merek (brand image) di benak konsumen. Salah satu cara
yang untuk meningkatkan asosiasi konsumen pada merek handphone
Blackberry adalah dengan cara menambahkan persepsi nilai yang positif
kepada konsumen, terutama pada harga. Karena kini telah banyak
bermunculan merek-merek pesaing yang menawarkan produknya dengan
harga yang murah dan bersaing. Untuk menanggapi hal tersebut dengan
melakukan inovasi harga, agar konsumen tidak terpengaruh dengan
murahnya merek pesaing. Usaha lainnya adalah dengan meningkatkan
strategi promosi seperti periklanan yang bertujuan untuk mengingatkan
kepada konsumen terhadap merek handphone Blackberry.

DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Sri Wahjuni dan I Gde Cahyadi. 2007. Pengaruh Elemen Ekuitas Merek
Terhadap Rasa Percaya Diri Pelanggan Di Surabaya Atas Keputusan
Pembelian Sepeda Motor Honda. Majalah Ekonomi, Tahun XVII, No. 2
Dharmmesta, Basu Swastha. 1999. Loyalitas pelanggan: Sebuah kajian
Konseptual Sebagai Panduan bagi Peneliti. Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Indonesia. Vol.14, No.3:73-88.
Durianto, Darmadi, Sugiarto dan toni Sitinjak. 2001. Strategi Menaklukkan
Pasar : Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Durianto, Darmadi, dkk, 2004. Strategi Menaklukkan Pasar Melalui Riset
Ekuitas dan Perilaku Merek. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Ferdinand, Augusty. 2006. Metode Penelitian Manajemen: Pedoman Penelitian
untuk Penilisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi Ilmu Manajemen.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam. 2009. Analisis Multivariate Lanjutan Dengan SPSS. Edisi IV.
Semarang. BP UNDIP.
Humdiana. 2005. Analisis Elemen-elemen Brand Equity Produk Rokok Merek
Djarum Black. Journal of Marketing Management, Vol.12, No.1.
Kotler,

Philip. 2005. Manajemen Pemasaran: Analisis,


Implementasi dan Kontrol. Jilid II. Jakarta: Erlangga.

Perencanaan,

Kurniawan, Yusuf. 2010. Analisis Pengaruh Ekuitas Merek Terhadap Keputusan


Pembelian Konsemen (Studi Pada Konsumen Minuman Isotonik Fatigon
Hydro di Purwokerto). Skripsi Tidak Dipublikasikan. Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro Semarang.
Kusno, Fera, A.R Yuni, M. Kristanti. 2007. Analisa Hubungan Brand Strategy
yang Dilakukan Goota Japanese Charcoal Grill and Cafe dan Brand Equity
yang Sudah Diterima Konsumen. Jurnal Manajemen Perhotelan, Vol. 3.
No. 1. Hal 43-56. Universitas Kristen Petra. Surabaya.
Rachmansyah, Rizal. 2010. Analisis Pengaruh Brand Equity Terhadap
Keputusan Pembelian Konsemen Produk Pasta Gigi Pepsodent. Skripsi
Tidak Dipublikasikan. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro
Semarang.

Sadat, Andi M. 2009. Brand Belief: Strategi Membangun Merek Berbasis


Keyakinan. Jakarta: Salemba Empat.
Setyawan, Fery Adhi. 2010. Analisis Pengaruh Brand Awareness, Brand
Associations, Perceived Quality, dan Brand Loyalty Terhadap Minat Beli
Telepon Seluler Nokia. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro Semarang.
Sitinjak, Tony dan Tumpal JRS. 2005. Pengaruh Citra Merek dan Sikap Merek
Terhadap Ekuitas Merek. Jurnal Ekonomi Perusahaan, Vol.12, No.2.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Penerbit CV Alpha Betha.
Suprapti, Lilik. 2010. Analisis Pengaruh Brand Awareness, Perceived Value,
Organizational Associations, dan Perceived Quality Terhadap Keputusan
Pembelian Konsumen. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro Semarang.
Swastha, Basu, 2007. Asas-Asas Marketing. Edisi Keenam. Yogyakarta: Liberty.
SWA No. 12/ XXVI/ 10-23 Juni 2010
SWA No. 10/ XXVII/ 12-15 Mei 2011
Tjiptono, Fandy. 2005. Brand Management and Strategy. Yogyakarta: Liberty.
http://www.bataviase.co.id
http://www.berryindo.com
http://www.kaskus.com
http://www.kompas.com
http://www.suaramerdeka.com
http://www.teknojurnal.com
http://www.the-marketeers.com

You might also like