Pemanfaatan Sumberdaya Hutan Di Hutan Lindung Kecamatan Alu Kabupaten Polman Propinsi Sulawesi Barat
Pemanfaatan Sumberdaya Hutan Di Hutan Lindung Kecamatan Alu Kabupaten Polman Propinsi Sulawesi Barat
Pemanfaatan Sumberdaya Hutan Di Hutan Lindung Kecamatan Alu Kabupaten Polman Propinsi Sulawesi Barat
Tersedia Online:
http://journal.unhas.ac.id/index.php/perennial
Lab. Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin
2
Lab. Pemanenan Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin
3
Alumni Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin,
Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea, Makassar 90245
ABSTRACT
This study aims to determine the activity of the utilization of forest resources and to know local community wisdom
related to protection forest in the Alu Village areas. This research was conducted by using Rapid Rural Appraisal (RRA)
method. Respondents in this study were communities living in and around the protection forest area and conducting
activities in the forms of utilizing the forest resources. The observed variables were the forms of community activities
in the protection forest and local community wisdom in using the forest resources. The results show that activities of
villagers consist of: 1) the use of timber for home construction or repair and for fuel wood, 2) the utilization of rattan, 3)
the utilization of bamboo, 4) the utilization of palm, 5) the utilization of honey bee and other forest products. In addition,
local community wisdom in the utilization of forest products was found to be in the form of prevailing institutions in the
village of Alu. The forms of institutions are forest harvesting institutions, forest land use institutions, and forest protection
and security institutions. In general, Alu Villagers have the awareness to preserve the environment, ecological balance
and sustainability of the population to be bequeathed to their generation. Yet, the wisdom is prone to turn down
particularly in the institution of timber utilization.
Key words: Forest resource utilization, protected forest, local wisdom, Alu Villagers
PENDAHULUAN
Pemanfaatan hasil hutan oleh masyarakat
sekitar hutan perlu menjadi bahan pertimbangan
bagi pemerintahan pusat dan daerah dalam
membuat kebijakan berkaitan dengan kehutanan.
Konflik kehutanan yang sering terjadi belakangan
ini disebabkan oleh karena pemerintah tidak
mengikutsertakan atau tidak mengaitkan peran serta
masyarakat sekitar hutan dalam pengelolaan hutan.
Masyarakat sekitar hutan adalah sekelompok orang
yang masih memiliki dan mempertahankan peri
kehidupan tradisional dari leluhurnya yang tinggal
di daerah hutan yang di dalamnya masih terdapat
94
95
Aktivitas
Lokasi
1.
Pemanfaatan Bambu
Bambu, Rebung
2.
3.
Pemanfaatan Aren
Nira, Batang
4.
Pemanfaatan Madu
Madu
5.
Pemanfaatan Rotan
Hutan Alam
Rotan
96
97
Pemanfaatan Rotan
Rotan banyak tumbuh di dalam kawasan hutan
lindung dan tanaman ini merupakan salah satu
jenis hasil hutan bukan kayu yang banyak dipanen
dari hutan, walaupun hanya beberapa orang saja
yang melakukan pekerjaan ini. Hal ini karena jarak
hutan yang ditumbuhi rotan terbilang cukup jauh,
sehingga beberapa masyarakat memilih untuk
berkebun coklat dan kelapa dan menjual rotan
mereka ke pappajak. Pappajak adalah pedagang
pengumpul rotan sekaligus yang memanen rotan
tersebut karena mereka mempunyai kendaraan dan
peralatan yang memadai untuk mengangkut rotan
tersebut.
Pengelolaan rotan oleh masyarakat masih
mengandalkan persediaan rotan alami. Sedangkan
budidaya rotan belum dikenal sama sekali oleh
masyarakat. Karena itu ketersediaan rotan alam
merupakan jaminan bagi eksistensi aktivitas ini.
Satu-satunya pranata yang ada tentang rotan adalah
dilarang menebang rotan yang masih berumur muda
dan di bawah panjang 4 meter serta meninggalkan
beberapa rotan dalam satu rumpun pada saat
pengambilan. Masyarakat pun tidak pernah tertarik
untuk menanam rotan karena lebih tertarik untuk
berkebun. Hal ini tentu saja mengancam eksistensi
tanaman rotan ini dikawasan hutan lindung Desa
Alu.
Kegiatan memanen rotan tidak mengenal
musim kecuali pada saat intensitas hujan yang
tinggi karena akan menyulitkan dalam melakukan
kegiatan pengangkutan karena jalan yang tidak
memungkinkan. Kegiatan memanen rotan dilakukan
pada kawasan hutan belantara yang sangat jauh
dan memakan waktu yang lama serta secara
berpindah-pindah dan hal ini menyebabkan banyak
masyarakat yang tidak tertarik merotan.
Bentuk-Bentuk Kearifan Lokal Masyarakat
Ketergantungan hidup pada alam melahirkan
pengetahuan untuk hidup selaras dengan alam.
Pengetahuan untuk hidup selaras dengan alam
tersebut kemudian digunakan oleh masyarakat untuk
berinteraksi dengan lingkungan dimana mereka
tinggal dan menetap. Menurut Radjam (2004) dalam
Nurhayati (2005), kearifan lokal secara sederhana
dapat diartikan sebagai sekumpulan tata nilai yang
dipegang dan dijalankan masyarakat tradisional
dengan mengacu pada nilai-nilai hubungan timbal
balik antara manusia dengan lingkungan hidup,
Jurnal Perennial, 8(2): 93-98, 2012
98