Full MK Kresson Dan Robbins
Full MK Kresson Dan Robbins
Full MK Kresson Dan Robbins
The McKesson & Robbins, Inc. scandal of 1938 was one of the major financial
scandals of the 20th century. The company McKesson & Robbins, Inc. (now McKesson
Corporation) had been taken over in 1925 by Phillip Musica, who had previously used
Adelphia Pharmaceutical Manufacturing Company as a front for bootlegging operations.
Musica, a twice-convicted felon, used assumed names to conceal his true identity in taking
control of the two companies: Frank D. Costa at Adelphia Pharmaceutical and F. Donald
Coster at McKesson & Robbins. Although he was successful in expanding the companys
legitimate business operations, Musica recruited three of his brothers, also working under
assumed names, one outside the company and two inside it, to generate bogus sales
documentation and to pay commissions to a shell distribution company under their control.
Eventually, McKesson & Robbins treasurer Julian Thompson discovered the distribution
company was bogus. It was eventually determined that about $20 million of the $87 million
in assets on the companys balance sheet were phony.
In December 1938, the Securities and Exchange Commission (SEC) opened an
investigation and Musica was arrested. Only after he was booked, fingerprinted and released
on bond did the authorities realize that Coster was in reality Musica. His bond was revoked
and he committed suicide before he could be rearrested.
The McKesson & Robbins scandal led to major corporate governance and auditing
reforms. The SEC required that public companies have audit committees of outside
directors and that the appointment of auditors be approved by the shareholders. The American
Institute of Accountants (now the American Institute of Certified Public Accountants)
adopted audit standards requiring that auditors verify accounts receivable and inventory.
Kasus earnings management sudah terjadi sebelum Perang Dunia II (Preworld War
II), khususnya tahun 1929 dan 1932, seperti kasus yang terjadi pada International Power yang
melakukan cooking the books agar harga sahamnya tidak jatuh di bursa saham.
Kemudian dilanjutnya lagi dengan kasus Swindles, Con Artist dan Philip Musica yang
didalangi oleh Charles Ponzi, Ivar Kraguer dan Philip Musica alias Frank Donald Coster yang
menyebabkan investor dan bondolders menderita kerugian yang sangat besar. Charles Ponzi
terkenal dengan melakukan Ponzi Scheme yaitu menjanjikan return yang besar bagi para
investor yang mau menanamkan uang dalam perusahaannya. Selanjutnya, berkat jasa
konsultan keuangan, The Boston lobe akhirnya terbongkar dan Ponzi dipenjara 10 tahun.
Selanjutnya Ivar Kraguer melakukan juga tindakan kecurangan keuangan melalui
mekanisme pembentukan aktiva yang bodong (fictitious assets), kepada para investor dan
kreditor. Ivar Kreguer berhasil membobol dana investor hampir sebesar USD 500 million.
Selanjutnya, tidak kalah menarik, adalah kasus yang menimpa McKesson &
Robins yang didalangi oleh Frank Donald Coster, dengan melakukan penipuan pada
persediaan (inventory) dan putang dagang (receivable) masing-masing sebesar USD 10 juta
dan USD 9 juta.
Dari kasus McKesson dan Robin kita dapat belajar perlunya independent auditor
melakukan stock opname terhadap fisik barang secara hati-hati (due care) terhadap inventory
yang dimiliki perusahaan.
Kasus-kasus earning management (fraudulent financial statement) sepertinya tidak
akan pernah lepas dari profesi akuntansi, dimana kecenderungan yang terjadi semakin
menunjukkan adanya trend yang meningkat, seperti :
a. The Great Salad Oil Swindle 1963
Manajemen melakukan rekayasa pada angaka inventori oil (overstated) dimana
persediaan oil tersebut sebenarnya tidak ada (kosong) sehingga investor dan kreditor
mengalami kerugian sebesar USD 175 juta.
b. Equity Funding Corporation 1970
Manajemen melakukan pengakuan pendapatan secara tidak benar sebesar USD 2 milyar
dan memiliki fake asset sebersar USD 100 juta. Stanley Goldblum sebagai former
president dan co founder dipenjara 8 tahun.
c. Welbilt Electronoc Die Corporation (Wedtech), 1980
Manajemen perusahaan melakukan manipulasi pada pengakuan pendapatan (revenue
recognition) dengan percentage of completion method serta melakukan bribes terhadap
governement agency. Total kerugian yang diderita adalah USD 105 million.
2
IS$
10
juta
tanpa
mengakui
atau
menyangkal
kesalahan
untuk
menggelembungkan pendapatan dan laba dari tahun 1997 sampai 2000 dengan mengakui
pendapatan atas kontrak-kontrak yang penerimaannya di masa mendatang.
l. Royal Dutch Shell
Didenda oleh SEC sebesar US$ 120 juta akibat melakukan misstatement terhadap
persediaan minyak (reserve) yang memilikinya (lihat cuplikan dari The Jakarta Post, 31
Juli 2004).
m. Royal Ahold
Melakukan pervasive earning management terhadap laporan keuangan yang dilaporkan
kepada SEC ( lihat cuplikan berita koran dari Business Week Online, 17 Mei 2004).
Kasus-kasus tersebut hanya merupakan contoh dari sebagian kasus yang ada didunia
yang terungkap dan masing banyak lain kasus-kasus lain yang karena kepandaian manajemen
tidak dapt terdeteksi ke permukaan. Riset akuntansi yang dilakukan oleh Daniel L Kohen
(University of Southern California) dan Thomas Z Lys (Kellogg School of Management)
dalam bulan Februari, 2005 menunjukkan bahwa trend earning management diprediksi
mengalami peningkatan walaupun Sarbanes Oxley Act tahun 2002 telah berlaku efektif.