Primary Survey
Primary Survey
Primary Survey
2. Shok kardiogenik
Studi kasus
A 9 tahun, anak laki-laki biasanya aktif, yang memiliki kasus ringan dari gostroentritis selama 10
hari, sekarang ini dengan penurunan aktivitas yang mendadak, demam, kesulitan bernapas, nyeri
dada, dan kedua kaki bengkak. Saat pemeriksaan fisik, muncul, warna kulit abu-abu, lesu,
takipnea 35 kali/menit, dan terdapat pembasaran hepar dan ada suara murmur dijantung
Penemuan
Apa PEWSnya?
Apa penyebab dari shok pada kasus tersebut?
Studi apa yang harus Anda lakukan untuk memperkuat diagnisismu?
Intervensi
apa pengobatan dan/atau cara yang diperlukan?
Reassemessemnt
Bagaimana kamu akan melakukan tindakan untuk respon anak kecil tersebut?
Komunikasi efektif
Apa yang akan dilakukan suatu kelompok untuk menyelesaikan yang pertama?
Kerjatim
Spesialis apa yang harus dilibatkan pada kasus tersebut?
Pasien PEWS ini adalah: terjadi penurunan tingkah laku= 3, warna kulit yang ke abu-abuan pada
kardiovaskular: 3, tachypnea > 10 diatas normal = 1, total =7, gagal jantung bawaan pada anak
kebanyakan disebabkan karena terdapat kegagalan jantung dan sering dihalui oleh shok
kardiogenik. Ini sering didapatkan akut dan kronik pada preload jantung, afterload, kontraktilitas,
rate, dan/atau rhytme. Pada kasus penyakit jantung bawaan, tanda dan gejala sangat tergantung
pada tipe dari lesi (chapter 16). Miokarditis dapat dipertimbangkan pada semua anak yang terjadi
kegagalan jantung bawaan. Gejala-gejala jantung
penurunan nafsu makan pada anak-anak, edema onset akut, dan demam. Pada pasien ini, tredapat
juga riwayat dari penyakit yang diebabkan oleh virus (infeksi saluran napas bawah atau
gastroenteritis akut) dalam 2 minggu dari pemberian. Transfer awal untuk sebuah unit perawatan
intesif pada pediatric untuk memonitoring lebih lanjut, dukungan dari ionitropic, dan sebuah
evaluasi komplit dengan spesialis kardiologi yang dianjurkan. Penyebab umum yang lain dari
syok kardiogenik
3. Shok distributive
Study kasus
Anak perempuan 7 tahun dengan alergi kacang pada sebuah pesta ulang tahun. Dia menemukan
sebuah coklat coco cip dengan kacang di dalam yang ada didalam. 10 menit kemudian, dia tidak
nerasa baik dan mengeluh sulit bernapas. Respon pertama (emergency medical services) yang
dipanggil. Sebelum mereka tiba, dia menjadi tidak berespon dengan napas yang terngal-sengal
dan terdengan suara wheezing. Dia keliatan kemerahan dan terdapat kulit yang kemerahan;
kedua mata bengkak dimlai dari bengkaknya wajah. Dia demam, takikardi dengan heart rate160
kali/menit, dan nadi terbatas. Tekanan darahnya 80/20 mm Hg
Detection
Apa PEWSnya?
Apa penyebab dari shok pada kasus tersebut?
Intervention
apa tanggapan yang harus langsung anda lakukan?
Pengobatan apa yang dibutuhkan?
Reassessment
tidak jalan napasnya harus diamankan?
Apakah pernapasannya membaik?
Komunkasi efektif
-
Bagaimana cara anda membantu keluarganya untuk melakukan pencegahan di masa yang
akan datang? Gelang medis?
Kerja tim
-
Beberapa cara dibutuhkan untuk diselesaikan secara bersamaan dan secara cepat untuk
mengevaluasi dan mengobati sirkulasinya, jalan nafas, dan gangguan pernafasan.
PEWS anak ini : kesadaran = 3, denyut jantung kardiovaskular >30 dibawah normal = 3,
pernafasan = 2, total =8. Shock distributif terjadi sebaga hasil dari sebuah abnormalitas irama
vasomotor. Hal ini berefek pada terdistribusinya volume darah dan aliran ke perifer,
menyebabkan hypovolemik relatif. Pada dasarnya, intravascular space mengalami penambahan
ukuran tanpa pertambahan yang sesuai pada intravascular volume. Pasien terlihat kemerahan dan
ekstermitas yang hangat dengan pulsasi yang kuat. Mereka biasanya mengalami takikardi dengan
tekanan pulsasi yang lebar dan pengisian kapiler yang cepat. Pada anafilaksis, histamin di
keluarkan dari mast cell dan basofil di paru-paru dan GIT. Tanda anafilaksis termasuk wheezing,
respiratory distress, uritricaria, muntah, bengkak pada wajah dan lidah, dan hipotensi. Shok
neurogenik diikuti oleh hilangnya irama simpatik, sebagai hasil dari menurunnya irama
vasomotor perifer, vasodilatasi, dan kurangnya kenaikan kompensasi pada denyut jantung untuk
respon shok. Shok neurogenik tahan terhadap resusitasi cairan tetapi responsif terhadap adrenegik yang tepat (contoh, phenylephrine, 0.1-0.5 g/kg/min).
Sindroma anafilaksis akut, berpotensi mengancam nyawa, dengan manifestasi multisistem yang
dihasilkan dari rilis cepat dari mediator inflamasi. Makanan-kebanyakan pada umumnya, susu,
telur, tepung, dan kedelai-dapat menjadi pemicu signifikan immunoglobulin E-mediasi
anafilaksis pada anak-anak. Kacang dan ikan adalah salah satu pemicu ampuh, tapi stimulus
umum lain termasuk pengawet makanan dan obat, obat (antibiotik), racun serangga (sengatan
lebah), dan substasi bioaktif (produk darah).
Studi kasus
Seorang anak laki-laki 4 tahun di larikan ke ICU anak dari rumah sakit yang merujuk dimana dia
telah dirawat 2 hari yang lalu dengan demam, takipneu, dan sebuah kebutuhan oksigen yang
disebabkan oleh influenza. Pneumonia. Kondisinya awalnya meningkat sampai hari dimana dia
dipindah saat dia ditemukan semakin memburuk, hipotermi, hipotensif, takikardi. Radiografi
dada mengungkapkan sebuah efusi pleura kiri yang besar. Kultur darah mengungkapkan bakteri
kokus gram-positif dalam kelompok konsisten yaitu staphylococcus aureus.
Deteksi
-
Intervensi
-
apa monitoring, akses IV, dan pengobatan yang dibutuhkan oleh pasien ini?
Reassessment
-
Komunikasi efektif
-
bagaimana seharusnya keadaan yang mengancam jiwa dari penyakit ini dikomunikasikan
kepada seluruh pengasuhnya?
Kerja tim
-
Seperti pada orang dewasa, penyebab umum distribusi shok pada pasien anak adalah sepsis.
Shok septik ditandai dengan perubahan status mental, deman atau hipotermia, dan perfusi
abnormalitas seperti vasodilatasi (warm shock) awalnya shok septik diikuti oleh vasokonstriksi
(cold shock).
Presentasi klinis dar warm shock adalah vasodilatasi, takikardi, pulsasi yang kuat, pengisian
kapiler yang cepat, dan pelebaran tekanan pulsasi. Pasien seperti ini mempunyai resistensi
vaskular sistemik yang rendah dan tingginya cardiac output. cold shock mencerminkan status
cardiac output yang rendah dengan perfusi perifer yang buruk dan resistensi vaskular sistemik
yang tinggi. Seseorang seperti ini akan mengalami takikardi, pengisian kapiler yang
berkepanjangan, kulit berbintik-bintik, dan pulsasi yang lemah.
septic adalah untuk memulihkan dan mempertahankan secara optimal perfusi organ dan
oksigenasi sebagai bukti oleh pemikiran yang normal dan pengeluaran urin yang adekuat (1
mL/kg/h). Anak-anak yang mengalami shok biasanya mengalami hipovolemik parah dan akan
berespon terhadap resusitasi cairan yang agresif. Cairan isotonic boluses pada 20 mL/kg bertahap
biasanya sangat membantu. Kristaloid (contoh., normal saline atau larutan ringer laktat) atau
koloid (5% albumin atau dextran) mungkin digunakan. Macam-macam cairan yang dibutuhkan
berkisar antara 40 sampai 200 mL/kg selama fase awal resusitasi.
Setelah resusitasi cairan, pilihan pertama pendukung vasopresor pada warm shock adalah
norepinephrine (noradrenaline) (0.05 sampai 0.3 g/kg/min), selanjutnya ephinephrine
(adrenaline) (0.05 sampai 0.3 g/kg/min). dopamine (5 sampai 10g/kg/min) direkomendasikan
sebagai pilihan pertama pada pasien dengan refraktori cairan cold shock. Diikuti oleh
ephinephrine jika tidak beresponsi terhadap dopamine. Dobutamine, sebuah 1-agonis, mungkin
diberikan kepada pasien dengan cardiac output yang lemah dan status resistensi vascular sistemik
yang tinggi (vasokonstriksi) setelah resusitasi cairan. Pengobatan IV secara terus menerus adalah
cara terbaik untuk sampai melalui central access line untuk mencegah luka ekstravasasi dari
perifer pemberian kateter. Penggunaan kortikosteroid (hydrocortusine, 1-2 mg/kg/hari)
diindikasikan untuk pasien dengan shok vasopresor-resisten, purpura fulminans, atau terduga
insufisiensi adrenal (penggunaan kortikosteroid kronis, malignant disease, collagen vascular
disorders, etomidate for intubation). Patofisiologi dari shok komplek dan memperlihatkan cirri
hipovolemik, distributive, dan shok kardiogenik. Tujuan terapi pada shok septic adalah untuk
memulihkan secepatnya dan merawat secara optimal perfusi organ.
4. Shock obstruktif
Studi kasus
Seorang neonatus full term berumur 2 minggu yang telah diberi asi dengan baik pada 10 hari
pertama menjelaskan kepada dokter anaknya selama 4 hari dengan pemberian asi yang buruk,
peningkatan jumlah popok basah, dan peningkatan berat badan yang buruk. Pada pemeriksaan
fisik, dia mengalami kelesuhan dengan takipneu, sianosis, dan pembesaran liver, tidak ada
pulsasi femoralis, dan murmur jantung. Dokter anak dengan segera ,erujuk dia ke rumah sakit
untuk evaluasi lebih lanjut.
Deteksi
-
Intervensi
-
Reassessment
-
Bagaimana kamu mencegah komplikasi yang merugikan dari PGE1, apa terapinya?
Komunikasi efektif
-
Kerja tim
-
pertama kehidupan pada shok dan mempunyai riwayat pemberian asi yang buruk, takipneu,
lesuh, sianosis, tidak ada pulsasi femoral, dan pengeluaran urin yang buruk atau tidak ada (shok
obstruktif). Inisiasi PGE1 ; alprostadil 0.05-0.1g/kg/min), inotrop, dan cairan isotonik adalah
penyelamat nyawa. Administrasi tidak seharusnya ditunda untuk menunggu penegasan
echocardiogram. Efek samping yang sering terjadi dari penggunaan PGE1 yaitu demam,
kemerahan, dan apneu. Apneu dari PGE1 mungkin terjadi tanpa peringatan pada waktu kapan
pun selama terapi. Saat pentransferan, seorang pasien menerima PGE1 ke fasilitas lain, hal
tersebut sangat direkomendasikan untuk mengamankn jalan nafas dengan endotracheal tube.
Awalnya ductus arteriosus membuka lagi, jumlsh PGE1 dapat dikurangi. Hiperventilasi dan
hiperoksia harus dihindari untuk mencegah pelebaran berlebihan vascular paru yang mengarah
pada aliran darah tertentu yang keluar dati rute sistemik (aorta) melintasi secara tetap ductus
arteriosus ke sisi pulmo (arteri pulmonalis). Hal ini akan memperperburuk perfusi sistemik dan
memperburuk shock sistemik.
Pasien dengan nonductal-dependent lesions terjadi di luar periode neonatal dengan riwayat
takikardi, ritme gallop, murmur jantung, takipneu, hepatomegali, dan gagal berkembang. Pasien
seperti ini akan sering berespon pada diuresis dengan lengkung diuretic (furosemide 0.5-1
mg/kg) dan untuk support inotropik (milrinone (amrinone) 0.5-1 g/kg/min, atau dobutamine 510g/kg/min) dan/atau pengurangan afterload dengan inhibitor enzim pengubah angiotensin dari
pada resusitasi cairan.
V. SISTEM SARAF
Studi kasus
Seorang anak perempuan berusia 3 bulan dengan riwayat kolik di bawa ke ugd oleh ibunya
setelah bayi itu tampak terjatuh dari boks bayi ke lantai. Pada pemeriksaan fisik, dia tidak
responsif terhadap stimulasi. Anak ini mengalami banyak memar di kepala, dada, dan perut. Pada
pemeriksaan mata ditemukan adanya hemoragis retinal. Pada scan tomografi kepala ditemukan
pendarahan subdural pada area parietal kiri, dan radiografi dada ditemukan fraktur costae.
Deteksi
-
Apakah temuan klinis yang ditemukan konsisten dengan riwayat yang tersedia?
Intervensi
-
Reassasement
-
Komunikasi efektif
-
Bagaimana seharusnya tim berinteraksi dengan ibu, ayah, dan pengasuh lainnya?
Apa yang perlu di dokumentasikan dan di rekam saat presentasi dan oleh siapa?
Kerja tim
-
Apa peran personel dokter dan perawat pada kasus yang dicurigai trauma tanpa
disengaja?
Kapan penegak hukum dan penyedia layanan social harus di hubungan pada kasus
dugaan trauma tanpa sengaja?
Beberapa bayi atau anak kecil dengan penurunan kesadaran, kejang, dan atau koma harus
dievaluasi untuk kemungkinan trauma yang tidak disengaja (contoh, pelecehan anak, shaken
baby syndrome) bahkan jika tidak ada tanda-tanda bekas luka. Karena kelenturan tulangnya,
anak kecil dapat menderita luka dalam tanpa memar luar yang signifikan atau patah tulang rusuk.
Selanjutnya, bayi dapat kehilangan jumlah darah pada cranial secara signifikan sebagai hasil dari
shok hipovolemik. Sayangnya, bayi pada kasus ini adalah seorang korban kejahatan dan diduga
luka kepala tertutup sebagai hasil darri trauma kepala yang tidak disengaja.
GCS sering digunakan untuk mengevaluasi status neurologi anak dan level kesadaran. Skala ini
sulit diterapkan pada anak-anak, bahkan ketika itu sesuai dengan usianya. Saat dinilai perlunya
mempertahankan jalan nafas, reaksi pupil, respon verbal, reaksi system motorik, dan status ubunubun bayi. Ubun-ubun, yang biasanya tertutup pada usia 24 bulan, pemeriksaan yang terbaik
adalah saat anak dalam kondisi tenang dan duduk tegak. Jika anak dalam kondisi supinasi
dan/atau menangis, ubun-ubun depan mungkin akan terasa penuh dan tegang, sehingga
memberikan kesan palsu dari tekanan intracranial yang tinggi.
Respon pupil digunakan untuk mengevaluasi cepat fungsi batang otak, tetapi ketidaknormalan
dalam respon pupil, seperti miosis dan midriasis, kemungkinan juga ditemukan banyak
toxidromes. tanda-tanda fisik terkait lainnya termasuk tonus otot, kekuatan otot, wajah simetris,
ataksia, dan setiap gerakan yang abnormal dari extremitas dan otot-otot wajah. Pada bay-bayi,
kejang mungkin menjadi karateristik penurunan kewaspadaan ( bayi tidak bias memandang
kedua orang tua atau melihat objek di bidang visual), perubahan saraf otonom (takikardia,
peningkatan tekanan darah, dan dilatasi pupil), apnea sianosis, dan aktivitas oto subcortikal
(gerakan kaki bersepda, gerakan berenang pada lengan, menghisap, atau dorongan lidah). Gerak
otot tonik-klonik mungkin tidak terjadi selama kejang pada bayi karena mielinasi neuronal dan
koneksi belum sepenuhnya dikembangkan. Terapi pada kejang dibahas secara mendalam dalam
bab 15. jika kejang atau obat yang digunakan untuk mengobati kejang secara signifikan
dikompromikan jalan napas pasien dan pernapasan tabung endotrakeal harus dimasukkan.
Neuromuscular blocking agen tidak mengobati kejang dan akan mengaburkan termanifestasi
fisik mereka. Neuromuscular blocking agen hanya dipakai untuk menfasilitasiintubasi
endotrakheal. Intensive pediatric dan neurologi pediatrik harus terlibat di awal perawatan pasien
status epileptikus
hiponatremia dan hipoglikemia harus dipertimbangkan pada bayi dan anak-anak kecil yang
mengalami koma dan / atau kejang. Tes kadar glukosa diperlukan sebagai bagian dari survei
primer aturan keluar penyebab hipoglikemia dari status mental. Hipocalsemia akan menybabkan
kejang pada bayi umunya terkait dengan tetanus. pengobatan hipoglikemia simtomatik berat
dengan IV klorida atau kalsium glukonat melalui kateter ditempatkan terpusat adalah os yang
disukai untuk menghindari perifer ekstravasasi jaringan subkutan dan cedera resultan. untuk
pengobatan kelainan elektrolit lihat bab 8.
VI. SEPSIS
karena sistem kekebalan tubuh mereka belum berkembang, anak-anak dan neonatus yang diobati
dengan terapi antibiotik empric lebih sering daripada orang dewasa. Nilai prediktif positif dari
kultur darah pada populasi pediatrik terbatas dan tergantung pada jumlah yang dilakukan, jumlah
darah yang diperoleh, dan patogen yang terlibat. Populasi neonatal rentan, dan faktor-faktor
berikut meningkatkan risiko infeksi:
Penurunan polimorfonuklear fungsi sel putih dan storange
kemampuan menurun untuk sintesis antibodi
Mengurangi transfer fagosit ke situs inflamasi
kekebalan ibu pasif habis oleh 6 bulan setelah kelahiran
Kebanyakan antibodi maternal diangkut melintasi plasenta pada trimester ketiga kehamilan,
membatasi imunitas ibu pasif pada neonatus prematur. tingkat dewasa imunoglobulin tidak
tercapai sampai 4 sampai 7 tahun.
Demam selalu menunjukkan kemungkinan penyakit bakteri serius. ke demam bayi yang lebih
muda dari 2 bulan, antibiotik dianggap sebagai obat darurat dan sering dimulai sebelum sumber
infeksi adalah terdeteksi. Pada bayi ini, penyebab paling umum dari infeksi bakteri yang
mengancam jiwa di Amerika Serikat adalah kelompok B steptococci (Streptococcus
Agalactieae), Escherichia Coli, Listeria monocytogenes, dan Eterococcus. Sebelum usia 3 tahun,
risiko bakteremia okultisme meningkat jika suhu> 104 F (> 40 C) atau jumlah sel darah putih
<500 sel / mm3 atau> 15.000 sel / mm3. jumlah neutrofil absolut <1.000 sel / mm3 dan
signifikan neutrofil bandemia dari 25% sampai 30% juga penanda infeksi bakteri servere pada
anak-anak. Sebuah pemeriksaan penuh dianjurkan: kultur darah, kultur urin, dan pungsi lumbal
untuk budaya cairan tulang belakang otak sebagai indikasi klinis. Pada anak-anak usia 2 bulan
sampai 2 tahun, Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus (methicillin-sesnsitive atau
tahan), Haemophilus influenzae, menigitidis Neisseria, dan Salmonella adalah organisme yang
paling terkait dengan infeksi serius. tanda-tanda klinis sepsis mungkin melibatkan gangguan
pernapasan, ketidakstabilan suhu (termasuk hipotermia), dan gangguan pencernaan.
Sebuah eksantema atau ruam sering terlihat, dan warna dan distribusi pola karakteristik mungkin
khusus untuk infeksi tertentu. Contoh exanthemas tersebut akan petechiae atau purpura sugestif
meningococcemia, lesi vesikular indikasi herpes simpleks atau infeksi virus coxsackie, atau ruam
eritematosa dengan bukti mengupas sekunder terhadap infeksi stafilokokus atau stretococcal.
Definisi untuk sepsis dan disfungsi organ pada pasien anak dibahas panjang lebar dalam Bab 7.
The cirri-ciri unik untuk perawatan bayi dan anak-anak, sebagai dibahas dalam bab ini, sangat
membatasi kesempatan untuk kesalahan dalam pengobatan pasien anak yang sakit kritis atau
terluka. Oleh karena itu, konsultasi khusus harus meminta awal. Anak-anak cenderung
memburuk dan pulih lebih cepat daripada orang-orang mereka dewasa. Ini adalah kewajiban
mereka merawat anak-anak yang sakit kritis untuk langsung memberi perawatan mereka:
mendeteksi anak dengan cedera parah atau sakit; intervensi pada waktu yang tepat; menilai
kembali setiap intervensi dengan monitoring yang tepat dan tes diagnostik; efektif
berkomunikasi satu sama lain sehingga informasi kunci diumumkan dan menyelamatkan nyawa
dengan terapi yang dilaksanakan; dan praktek kerja tim, tanpa satu orang memiliki
semua yang diperlukan pengetahuan, pelatihan, dan kemampuan untuk merawat anak yang sakit
parah atau terluka.
Penilaian dari Anak yang Sakit kritis
Sebuah pertanyaan yang harus ditanyakan dan dijawab dalam pikiran setiap penyedia layanan
kesehatan ini adalah, "Apakah anak ini terlihat sakit?" Jika jawabannya adalah ya, anak mungkin
adalah sakit kritis.
The Pediatric Early Warning Score (PEWS) adalah alat evaluasi yang digunakan sebagai
indikator awal perburukan klinis yang akan datang.
Anak-anak harus selalu diperiksa dalam posisi mereka secara spontan berasumsi untuk
kenyamanan. Memaksa anak ke posisi yang berbeda dapat memperburuk gangguan pernapasan
mereka dan bahkan memicu pernapasan.
Tanda-tanda awal dari gangguan pernapasan pada anak-anak termasuk takipnea, mendengus,
dan nasal flaring.
Memastikan jalan napas paten adalah langkah awal yang paling penting dalam mengobati
anak dengan gangguan pernapasan. Gerakan dada tidak menjamin jalan napas paten.
Status perfusi seorang anak terbaik dinilai awalnya oleh status mental, pengisian kapiler, urin,
dan suhu ekstremitas. Hipotensi merupakan temuan akhir shock pediatrik. pengakuan tepat
waktu dari negara shock dan intervensi agresif sangat penting untuk mendapatkan hasil yang
optimal.
Bayi dan anak-anak yang mengalami kejang harus dievaluasi untuk ketidakseimbangan
elektrolit dan hipoglikemia.
bayi muda menghadapi peningkatan risiko infeksi karena sistem kekebalan tubuh mereka
yang belum matang. antibiotik empirik dianggap obat darurat untuk bayi demam lebih muda dari
2 bulan.