Remunerasi

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 15

PENGARUH LINGKUNGAN KERJA DAN KOMPETENSI

TERHADAP KINERJA KARYAWAN DENGAN MOTIVASI


SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA SATUAN KERJA
NON VERTIKAL TERTENTU (SNVT) KEMENTRIAN
PEKERJAAN UMUM DI SEMARANG
Sari Ika Rinawati
Kusni Ingsih
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro
ABSTRACT
Employee performance is a real behavior displayed each employee as a performance
produced in accordance with its role within the company. In order to obtain results as
the industry standard, the performance of the company and needs to be managed. For
that, the company needs to manage the factors that affect the performance of employees.
There are so many factors that can affect the performance of the employee, such as
working environment, competencies and motivation. Object of Satuan Kerja Non
Vertikal Tertentu (SNVT) Kementrian Pekerjaan Umum, Jl. Murbei, Sumur
Boto,Srondol Wetan, Banyumanik, Semarang.
The purpose of this study was to analyze the influence of the work environment on
employee performance and competency with motivation as mediation.
Population and samples in this study were employees of Satuan Kerja Non Vertical Non
Vertical Specific Unit (SNVT) Ministry of Public Works, Jl. Mulberry, Boto Well,
Srondol Wetan, Banyumanik, Semarang, amounting to 70 employees (33 permanent
employees and 37 employees honoree). Primary data types and methods of data
collection questionnaire. Data analysis techniques are used path analysis (path
analysis). The results showed that: 1) The working environment and significant positive
effect on employee motivation. 2 Competence positive and significant impact on
employee motivation. 3) Motivation positive and significant effect on employee
performance. 4). Motivation becomes a variable that mediates between the work
environment on employee performance. 5). Motivation becomes a variable that
mediates between the competence of the employee's performance.
Key word

: Work Environment, Competence, Motivation and Employee Performance

PENDAHULUAN

Organisasi
didirikan untuk
mencapai tujuan tertentu yang hanya
dapat dilakukan dengan cara kerja sama.
Organisasi menjadi sangat menentukan
bagi manusia dalam berkarya untuk

menciptakan suatu pengharapan, salah


satunya adalah akan mendapatkan
kompensasi, baik berupa uang maupun
penghargaan serta kepuasan tertentu,
untuk dapat bertahan dan menjalani

kehidupan, baik untuk dirinya sendiri


maupun
untuk
keluarga
(Tampubolon,2004:2).
Keberhasilan
suatu organisasi sangat dipengaruhi
oleh kinerja individu karyawannya.
Setiap organisasi atau perusahaan akan
selalu berusaha untuk meningkatkan
kinerja karyawan, dengan harapan apa
yang menjadi tujuan perusahaan akan
tercapai. Berbagai cara akan ditempuh
oleh perusahaan dalam meningkatkan
kinerja karyawannya, misalnya dengan
melalui
pendidikan,
pelatihan,
menciptakan lingkungan kerja yang
kondusif dan sebagainya. Kinerja
karyawan adalah perilaku nyata yang
ditampilkan setiap karyawan sebagai
prestasi kerja yang dihasilkan sesuai
dengan perannya dalam perusahaan
(Rivai,2004:309).
Ukuran kinerja dapat dilihat dari
sisi jumlah dan mutu tertentu, sesuai
standar organisasi atau perusahaan. Hal
itu sangat terkait dengan fungsi
organisasi
dan
atau
pelakunya.
Bentuknya dapat bersifat tangible dan
intangible, tergantung pada bentuk dan
proses pelaksanaan pekerjaan itu
sendiri. Kinerja karyawan antara lain
sangat ditentukan oleh mutu SDM
karyawan. Ukuran kinerja dalam dunia
penelitian dan pengembangan adalah
mutu hasil riset, tingkat adopsi dan
difusi hasil penelitian, serta dampaknya
bagi kesejahteraan masyarakat. Jadi,
kinerja dapat dilihat dari proses, hasil,
dan outcome. Agar diperoleh hasil
sesuai standar perusahaan dan industri
maka kinerja perlu dikelola. Untuk itu,
perusahaan perlu mengelola faktorfaktor yang mempengaruhi kinerja
karyawan
(Mangkuprawira
dan
Hubeis,2007: 153).
Saat ini, setiap perusahaan
dihadapkan pada situasi lingkungan
bisnis yang semakin tidak pasti dan
persaingan yang semakin ketat untuk
menjadi yang terbaik dalam bisnisnya.

Untuk menghadapi persaingan tersebut,


perusahaan
dituntut
untuk
meningkatkan kinerja perusahaan pada
semua aspek perusahaan, baik aspek
pemasaran, keuangan, produksi maupun
sumber
daya
manusia.
Setiap
perusahaan ingin memiliki sumber daya
yang trampil dan handal. Sumber daya
yang
dimaksudkan
adalah
para
karyawan
yang
bekerja
untuk
mewujudkan
tujuan
perusahaan.
Karyawan yang trampil dan handap
sangat
diperlukan
untuk
mengoperasikan,
mengatur,
dan
merawat berbagai mesin dan teknologi
yang dimiliki oleh perusahaan. Dengan
memiliki karyawan yang trampil dan
handal akan menciptakan efisiensi
dalam
perusahaan
(Sukmawati,2008:176). Karyawan yang
trampil dan handal akan lebih mampu
menunjukkan kinerjanya daripada yang
kurang trampil dan handal.
Banyak sekali faktor yang dapat
mempengaruhi
kinerja
karyawan,
seperti : lingkungan kerja, kompetensi
dan motivasi. Lingkungan kerja adalah
keseluruhan sarana dan prasarana kerja
yang ada di sekitar karyawan yang
sedang melakukan pekerjaan yang dapat
mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan
(Sutrisno,2010:118). Lingkungan kerja
lebih dititikberatkan pada keadaan fisik
tempat kerja. Lingkungan kerja yang
baik dan bersih, mendapat cahaya yang
cukup, bebas dari kebisingan dan
gangguan, jelas akan memotivasi
tersendiri bagi para karyawan dalam
melakukan pekerjaan dengan baik.
Namun lingkungan kerja yang buruk,
kotor, gelap, pengap, lembab dan
sebagainya akan menimbulkan cepat
lelah dan menurunkan kreativitas. Oleh
karena itu, pimpinan perusahaan yang
mempunyai kreativitas tinggi akan
dapat menciptakan lingkungan kerja
yang
menyenangkan
bagi
para
karyawan. Dengan lingkungan kerja

yang baik, karyawan akan dapat bekerja


dengan baik, aman, dan nyaman tanpa
adanya gangguan. Oleh karena itu,
setiap perusahaan atau organisasi wajib
menyediakan lingkungan kerja yang
baik bagi karyawannya, sehingga
mereka dapat bekerja sesuai dengan
keinginan organisasi dalam upaya
pencapaian
tujuan
organisasi
(Sukmawati,2008:177).
Kompetensi
adalah
jenis
keahlian, pengetahuan, dan kemampuan
yang diperlukan untuk menunaikan
sebuah pekerjaan secara efektif
(Simamora,
2004:92).
Faktor
kompetensi pegawai yang meliputi
kesesuaian
pengetahuan
dan
ketrampilan dalam pelaksanaan tugas
akan memberikan dampak pada kinerja
pegawai
sebagai
perwujudan
prestasinya. Semakin tinggi kesesuaian
kompetensi seseorang dalam bidang
tugasnya akan semakin tinggi tingkat
kinerja pegawai. Sedangkan motivasi
kerja yang berpengaruh terhadap
penampilan seseorang sebagai sikap
positif akan memberikan dampak pada
kinerja pegawai dalam bidang tugasnya.
Lebih lanjut dapat dinyatakan bahwa
semakin pegawai memiliki kesesuaian

kompetensi, maka akan semakin tinggi


tingkat kinerja pegawai atau prestasi
kerja seseorang.
Motivasi mempunyai kekuatan
kecenderungan
seseorang/individu
untuk melibatkan diri dalam kegiatan
yang mengarah kepada sasaran dalam
pekerjaan sebagai kepuasan, tetapi lebih
lanjut merupakan perasaan senang atau
rela bekerja untuk mencapai tujuan
pekerjaan. Motivasi sebagai suatu reaksi
yang diawali dengan adanya kebutuhan
yang menumbuhkan keinginan atau
upaya mencapai tujuan yang selanjutnya
menimbulkan
ketegangan
yaitu
keinginan yang belum terpenuhi, yang
kemudian menyebabkan timbulnya
tindakan yang mengarah kepada tujuan
dan
akhirnya
akan
memuaskan
keinginan. Motivasi adalah suatu faktor
yang mendorong seseorang untuk
melakukan suatu aktivitas tertentu, oleh
karena itu motivasi sering kali diartikan
pula sebagai faktor pendorong perilaku
seseorang (Sutrisno,2010:109). Obyek
penelitian ini adalah Satuan Kerja Non
Vertikal Tertentu (SNVT) Kementrian
Pekerjaan Umum, Jl. Murbei, Sumur
Boto, Srondol Wetan, Banyumanik,
Semarang.

TINJAUAN PUSTAKA

Lingkungan Kerja
Lingkungan
kerja
adalah
keseluruhan sarana dan prasarana kerja
yang ada di sekitar karyawan yang
sedang melakukan pekerjaan yang dapat
mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan
(Sutrisno,2010:118).
Definisi
lain
lingkungan kerja adalah segala sesuatu
yang ada di sekitar pekerja yang dapat
mempengaruhi
dirinya
dalam
menjalankan tugas-tugas yang diberikan
kepadanya (Sukmawati,2008:177).
Lingkungan kerja ini, meliputi
tempat bekerja, fasilitas dan alat bantu
pekerjaan, kebersihan, pencahayaan,

ketenangan, termasuk juga hubungan


antara orang-orang yang ada di tempat
tersebut. Lingkungan kerja yang baik
dan bersih, mendapat cahaya yang
cukup, bebas dari kebisingan dan
gangguan, jelas akan memotivasi
tersendiri bagi para karyawan dalam
melakukan pekerjaan dengan baik.
Namun lingkungan kerja yang buruk,
kotor, gelap, pengap, lembab dan
sebagainya akan menimbulkan cepat
lelah dan menurunkan kreativitas. Oleh
karena itu, pimpinan perusahaan yang
mempunyai kreativitas tinggi akan

dapat menciptakan lingkungan kerja


yang
menyenangkan
bagi
para
karyawan (Sutrisno,2010:118).

b.

Lingkungan Kerja Fisik

Pada saat
lingkungan kerja
dapat didesain sedemikian rupa untuk
menciptakan hubungan kerja yang
mengikat pekerja dalam lingkungannya.
Lingkungan kerja yang baik adalah
yang aman, tentram, bersih, tidak
bising, terang dan bebas dari segala
macam ancaman dan gangguan yang
dapat menghambat karyawan untuk
bekerja secara optimal. Menurut Ahyari
dalam Lewa dan Subowo (2005)
lingkungan
kerja
adalah
suatu
lingkungan dimana karyawan bekerja,
sedangkan kondisi kerja merupakan
kondisi dimana karyawan tersebut
bekerja.dengan demikian sebenarnya
kondisi kerja termasuk salah satu unsur
lingkungan kerja. Sedangkan menurut
Sesmito (2005) lingkungan kerja adalah
segala sesuatu yang ada di sekitar para
pekerja dan yang dapat mempengaruhi
dirinya dalam menjalankan tugas
tugas yang diberikan kepadanya. Faktor

faktor
yang
mempengaruhi
lingkungan
kerja
meliputi
(Sesmito,2005) :
1. Lingkungan fisik
Lingkungan kerja yang berbentuk
kondisi baik yang ada di sekitar
tempat kerja pada suatu prasarana
dapat berupa keadaan sarana dan
prasarana yang digunakan dalam
aktivitas bekerja.
a. Penataan ruang kerja
Bertujuan untuk memberikan
kenyamanan dan kesan rapi
dalam bekerja. Karena dengan
penataan ruang kerja yang
sedemikian
rupa
akan
menambah betah bagi karyawan
untuk bekerja. Penataan ruangan
yang dilakukan secara rutin akan

c.

d.

e.

berguna untuk menghindari


kebosanan.
Kebersihan
Kebersihan
sangat
penting
artinya untuk menjaga kesehatan
karyawan,sebab
apabila
kesehatan karyawan terganggu
akan
mempengaruhi
produktivitas kerja dan secara
tidak
langsung
akan
mengganggu
operasional
perusahaan.
Pencahayaan
Pencahayaan yang memadai
akan membuat pekerja lebih
berkonsentrasi dalam bekerja.
Selain itu penggunan lampu
lampu yang memadai juga akan
membantu menjaga kesehatan
karyawan, terutama kesehatan
mata.
Ventilasi
Ventilasi sangat berguna untuk
pertukaran udara atau kelancaran
sirkulasi udara. Pertukaran udara
yang baik akan menimbulkan
kesegaran bagi fisik seorang
karyawan.adanya ventilasi juga
membantu dalam pencahayaan
karena sinar matahari secara
tidak langsung akan dapat
masuk , akan tetapi terlalu
banyak ventilasi juga dapat
menimbulkan hal hal yang
tidak
diinginkan
seperti
pencurian.
Keamanan
Rasa aman akan menimbulkan
ketenangan dalam bekerja, dan
ketenangan akan mendorong
semangat di dalam bekerja.
Dalam hal ini adalah keamanan
terhadap barang pribadi pekerja.
Misalnya kendaraan pribadi
yang tidak di awasi dengan baik
dan tidak ada pemberian
jaminan
keamanan
ketika
mereka bekerja, akan membuat

mereka meras tidak terlindungi,


tidak aman dan akan dibayang
bayangi oleh rasa takut tidak
aman. Hal itu secara psikologis
akan berpengaruh pada hasil
kinerja yang kurang maksimal.
2. Lingkungan non fisik
a. Hubungan kerja yang harmonis
antara atasan dengan bawahan
Hubungan kerja yang harmonis
adalah hubungan yang terjalin
baik antara karyawan dengan
bawahan, dimana bawahan
menghormati atasan dengan
sepenuh
hati,
sebaliknya
pimpinan
memperlakukan
karyawannya dengan adil tanpa
ada tindakan sewenang
wenang. Hubungan kerja yang
harmonis akan mempengaruhi
suasana dalam bekerja, sehingga
semangat dan kegairahan dalam
bekerja meningkat dan pada
akhirnya memberi efek pada

tingkat kinerja yang menjadi


lebih baik dari sebelumnya.oleh
karena itu lingkungan kerja
menjadi salah satu bahan
pertimbangan bagi seseorang di
dalam memilih pekerjaan.
b. Hubungan yang harmonis antar
karyawan
Hal ini akan berguna untuk
menjalin
kerjasama
dan
kekompakan dalam bekerja.
Hubungan baik yang terjalin
akan sangat membantu untuk
menumbuhkan dan menjaga
semangat kerja karyawan untuk
bekerja.
Apabila
dapat
berkerjasama dengan karyawan
lainnya, maka pekerjaan akan
lebih
cepat
selesai
dan
menghasilkan kinerja yang lebih
baik, karena setiap kesalahan
yang terjadi dapat di evaluasi
oleh karyawan yang lain.

Kompetensi
Kompetensi adalah dimensi perilaku yang melatarbelakangi kinerja kompeten,
sehingga sering disebut sebagai kompetensi perilaku (Sunarto,2005: 81). Definisi lain
kompetensi adalah jenis keahlian, pengetahuan, dan kemampuan yang diperlukan untuk
menunaikan sebuah pekerjaan secara efektif (Simamora, 2004:92).Kompetensi mengacu
pada perilaku yang dapat dianggap lunak. Asumsi yang dibuat apabila karyawan
berperilaku sebagaimana diharapkan dalam ketentuan kompetensi yaitu perilaku baik,
akan memberikan hasil yang baik. Asumsi ini berdasarkan pada analisis perilaku
karyawan yang berkinerja baik. Apabila demikian, karyawan lain yang berperilaku sama
pun akan berkinerja dengan baik.
Kompetensi berkaitan dengan dimensi perilaku atas peran sebagai suatu bentuk
tersendiri dari analisis kompeten, yang berkaitan dengan apa yang harus dilakukan oleh
karyawan untuk melakukan pekerjaan dengan baik (Sunarto,2005: 84).Beberapa
organisasi telah mengadaptasi daftar kompetensi baku yang dikembangkan oleh para
psikolog profesi atau para konsultan manajemen. Hal tersebut dihasilkan oleh karyawan
atau perusahaan dengan reputasi baik, akan diteliti secara keseluruhan mengacu pada
karyawan yang sedang melaksanakan peran mereka dengan baik atau buruk
(Sunarto,2005:85).Organisasi lebih menyukai mengembangkan jadwal kompetensi yang
mereka buat sendiri, daripada mengadaptasi daftar yang telah ada. Organisasi
melakukannya dengan mengadakan pelatihan dalam hubungannya dengan analisis
kompeten, namun pertanyaannya akan berfokus pada identifikasi karakteristik baik dan

buruk mengacu pada kinerja di tempat kerja daripada mengkonsentrasikan pada faktor
keluaran.
Persiapan bagi jadwal kompetensi yang dibuat tersebut biasanya
diselenggarakan oleh para ahli personalia dan/ atau para konsultan manajemen. Para
manajer dapat mengkonsultasikan, namun seringkali kerangka kerja kompetensi
dibagikan kepada mereka untuk digunakan sesuai dengan prosedur bagi proses tersebut
sebagai manajemen kinerja. Kompetensi adalah jenis keahlian, pengetahuan, dan
kemampuan yang diperlukan untuk menunaikan sebuah pekerjaan secara efektif
acapkali perlu diketahui (Simamora,2004:92).

Motivasi
Motivasi adalah suatu faktor
yang mendorong seseorang untuk
melakukan suatu aktivitas tertentu, oleh
karena itu motivasi sering kali diartikan
pula sebagai faktor pendorong perilaku
seseorang (Sutrisno,2010: 109). Definisi
lain motivasi adalah kondisi yang
menggerakkan pegawai agar mampu
mencapai tujuan dari motifnya.
Sedangkan motif adalah suatu dorongan
kebutuhan dalam diri pegawai yang
perlu dipenuhi agar pegawai tersebut
dapat menyesuaikan diri terhadap
lingkungannya
(Mangkunegara,
2009:93). Menurut Sopiah (2008:170),
motivasi adalah keadaan di mana usaha
dan kemauan keras seseorang diarahkan
kepada pencapaian hasil-hasil atau
tujuan tertentu. Hasil-hasil yang
dimaksud bisa berupa produktivitas,
kehadiran atau perilaku kerja kreatif
lainnya. Juga menurut Samsudin
(2006:281), motivasi adalah proses
mempengaruhi atau mendorong dari
luar terhadap seseorang atau kelompok
kerja agar mereka mau melaksanakan
sesuatu yang telah ditetapkan.
Setiap organisasi tentu ingin
mencapai tujuan. Untuk mencapai
tujuan tersebut, peranan manusia yang
terlibat di dalamnya sangat penting.
Untuk menggerakkan manusia agar
sesuai dengan yang dikehendaki
organisasi, maka haruslah dipahami
motivasi manusia yang bekerja di dalam
organisasi tersebut. Motivasi inilah

yang menentukan perilaku orang-orang


untuk bekerja, atau dengan kata lain
perilaku merupakan cerminan yang
paling
sederhana
dari
motivasi
(Sutrisno,2010:109).
Apabila
ia
membutuhkan
serta
menginginkan sesuatu, maka ia
terdorong untuk melakukan aktivitas
tertentu untuk memperoleh apa yang
dibutuhkannya.
Kebutuhan
serta
keinginan seseorang berbeda dengan
kebutuhan serta keinginan orang yang
lain.
Kebutuhan
dan
keinginan
seseorang yang berbeda-beda itu terjadi
karena proses mental yang telah terjadi
dalam diri seseorang tersebut. Proses
mental itu merupakan pembentukan
persepsi pada diri orang yang
bersangkutan dan proses pembentukan
persepsi diri ini pada hakekatnya
merupakan proses belajar seseorang
terhadap segala sesuatu yang dilihat dan
dialaminya dari lingkungan yang ada di
sekitarnya. Dengan sikap yang berbeda
itu, maka motivasi untuk melakukan
aktivitas dalam memanfaatkan sesuatu
yang dihadapinya itu pun juga berbedabeda (Sutrisno,2010:110).

Kinerja Karyawan
Kinerja
karyawan
adalah
perilaku nyata yang ditampilkan setiap
karyawan sebagai prestasi kerja yang
dihasilkan sesuai dengan perannya
dalam perusahaan (Rivai,2004:309).
Definisi lain kinerja adalah hasil kerja

karyawan
terhadap
kontribusinya
kepada organisasi selama periode waktu
tertentu
(Simamora,2004:
338).
Menurut Mangkuprawira dan Hubeis
(2007:153), kinerja adalah hasil dari
proses pekerjaan tertentu secara
terencana pada waktu dan tempat dari
karyawan serta organisasi bersangkutan.
Ukuran kinerja dapat dilihat dari
sisi jumlah dan mutu tertentu, sesuai
standar organisasi atau perusahaan. Hal
itu sangat terkait dengan fungsi
organisasi
dan
atau
pelakunya.
Bentuknya dapat bersifat tangible dan
intangible, tergantung pada bentuk dan
proses pelaksanaan pekerjaan itu

sendiri. Produktifitas karyawan antara


lain sangat ditentukan oleh mutu SDM
karyawan. Ukuran kinerja dalam dunia
penelitian dan pengembangan adalah
mutu hasil riset, tingkat adopsi dan
difusi hasil penelitian, serta dampaknya
bagi kesejahteraan masyarakat. Jadi,
kinerja dapat dilihat dari proses, hasil,
dan autome. Agar diperoleh hasil sesuai
standar perusahaan dan industri maka
kinerja perlu dikelola. Untuk itu,
perusahaan perlu mengelola faktorfaktor yang mempengaruhi kinerja
karyawan
(Mangkuprawira
dan
Hubeis,2007:153).

Penelitian Terdahulu
1. Edy (2008)
a. Budaya Organisasi dan Lingkungan Kerja tidak berpengaruh terhadap kinerja
Karyawan
b. Kepuasan kerja tidak berpengaruh terhadap Kinerja Karyawan
2. Sukmawati (2008)
a. Lingkungan Kerja Fisik dan Kompensasi berpengaruh terhadap Kinerja
Karyawan
b. Kepemimpinan tidak berpengaruh terhadap Kinerja Karyawan
3. Widyatmi dan Hakim (2008)
a. Kepemimpinan, Kompetensi dan Kompensasi berpengaruh terhadap Kinerja
Karyawan

KERANGKA KONSEPTUAL
Lingkungan
Kerja
(X1)
Motivasi Kerja

Kinerja

(Y1)

Karyawan
(Y2)

Kompetensi
(X2)

HIPOTESIS
H1 : Lingkungan Kerja berpengaruh signifikan terhadap Motivasi
H2 : Kompetensi berpengaruh signifikan terhadap Motivasi
H3 : Motivasi berpengaruh signifikan terhadap Kinerja Karyawan
METODE PENELITIAN
Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang digunakan dan definisi operasional dalam penelitian
ini adalah :
1. Lingkungan Kerja ( X1 )
Lingkungan kerja adalah keseluruhan sarana dan prasarana kerja yang ada di
sekitar karyawan yang sedang melakukan pekerjaan yang dapat mempengaruhi
pelaksanaan pekerjaan (Sutrisno,2010:118).
Lingkungan Kerja (X2) diukur melalui (Sukmawati,2008:182):
a. Kualitas pengaturan ruang kerja
b. Kualitas pengaturan udara
c. Kualitas pencahayaan
d. Kualitas tata warna
e. Kontrol terhadap kebisingan
2. Kompetensi ( X2 )
Kompetensi adalah dimensi perilaku yang melatarbelakangi kinerja kompeten,
sehingga sering disebut sebagai kompetensi perilaku (Sunarto, 2005:81).
Kompetensi (X2) diukur melalui (Murni, 2007:131) :
a. Pengetahuan
b. Pengalaman
c. Pelatihan
Variabel Intervening yaitu Motivasi Kerja (Y1)
Motivasi adalah suatu faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu
aktivitas tertentu, oleh karena itu motivasi sering kali diartikan pula sebagai faktor
pendorong perilaku seseorang (Sutrisno,2010: 109).
Motivasi ( Y1 ), diukur melalui (Cahyono, 2012:287) :
a. Kebutuhan pengakuan diri
b. Kebutuhan relasi
c. Kebutuhan untuk berkembang
Variabel Terikat yaitu : Kinerja Karyawan ( Y2 )
Kinerja karyawan adalah perilaku nyata yang ditampilkan setiap karyawan sebagai
prestasi kerja yang dihasilkan sesuai dengan perannya dalam perusahaan
(Rivai,2004:309).
Kinerja karyawan ( Y2 ), diukur melalui (Sukmawati,2008:182) :
a. Ketelitian dan kerapian bekerja
b. Kecepatan penyelesaian pekerjaan
c. Pemeliharaan alat kerja kantor
d. Ketepatan kerja

d. Ketrampilan kerja

Penentuan Sampel
Populasi dan Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan Satuan Kerja
Non Vertikal Tertentu (SNVT) Kementrian Pekerjaan Umum di Semarang yang
berjumlah 70 karyawan
Jenis Data dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang dikumpulkan
secara langsung oleh peneliti atau pihak pertama (Usman dan Akbar, 2006:20).
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah angket atau kuesioner.
Angket atau kuesioner merupakan cara pengumpulan data dengan memberikan
pertanyaan secara tertulis yang akan dijawab oleh responden, agar peneliti memperoleh
data lapangan/empiris untuk memecahkan masalah penelitian dan menguji hipotesis
yang telah ditetapkan (Supardi,2005:127).
Metode Analisis
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Analisis Data Kualitatif
Analisis kualitatif adalah analisis yang dilakukan jika data yang dikumpulkan hanya
sedikit, bersifat monografi atau berwujud kasus-kasus sehingga tidak dapat disusun
ke dalam suatu struktur klasifikatoris (Supardi,2005:166).
Analisis kualitatif merupakan pernyataan skala Likert dari pertanyaan yang
diberikan kepada responden, seperti : sangat tidak setuju, tidak setuju, netral, setuju,
dan sangat setuju.
2. Analisis Data Kuantitatif
Analisis kuantitatif adalah analisis yang dilakukan jika data yang digunakan dengan
perhitungan matematika / statistik (Supardi,2005: 166).
Untuk mendapatkan data kuantitatif, digunakan skala Likert yang diperoleh dari
daftar pertanyaan yang digolongkan ke dalam lima tingkatan sebagai berikut
(Sugiyono,2005:87), yaitu :
1. Untuk jawaban sangat tidak setuju
diberi nilai =
1
2. Untuk jawaban tidak setuju
diberi nilai =
2
3. Untuk jawaban netral
diberi nilai =
3
4. Untuk jawaban setuju
diberi nilai =
4
5. Untuk jawaban sangat setuju
diberi nilai =
5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Regresi
Regresi Berganda Lingkungan Kerja dan Kompetensi Terhadap Motivasi
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Model
1

Standardized
Coefficients

B
,764

Std. Error
,637

Lingkungan Kerja

,240

,055

Kompetensi

,545

,094

(Constant)

Beta

t
1,200

Sig.
,234

,404

4,396

,000

,534

5,816

,000

a. Dependent Variable: Motivasi

Sumber : Data Primer Yang Diolah, 2013

Nilai koefisien regresi dapat dilihat pada standardized coefficients dan berdasarkan dari
nilai koefisien tersebut dapat dibuat persamaan sebagai berikut :
Y1 = 0,404 X1 + 0,534 X2
Persamaan regresi tersebut dapat dartikan sebagai berikut :
Koefisien regresi lingkungan kerja (b1) positif sebesar 0,404. Hal ini berarti setiap ada
peningkatan pada faktor lingkungan kerja akan meningkatkan motivasi kerja para
karyawan.Koefisien regresi kompetensi (b2) positif sebesar 0,534. Hal ini berarti setiap
ada peningkatan pada kompetensi akan meningkatkan motivasi kerja para karyawan.
Regresi Berganda Lingkungan Kerja, Kompetensi dan
Karyawan

Motivasi terhadap Kinerja

Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Model
1

B
,268

Std. Error
,930

Lingkungan Kerja

,190

,089

Kompetensi

,399

,166

Motivasi

,839

,177

(Constant)

Standardized
Coefficients
Beta

t
,288

Sig.
,775

,198

2,121

,038

,243

2,402

,019

,521

4,750

,000

a. Dependent Variable: Kinerja Karyawan

Nilai koefisien regresi dapat dilihat pada standardized coefficients dan


berdasarkan dari nilai koefisien tersebut dapat dibuat persamaan sebagai berikut:
Y2 = 0,198 X1 + 0,243 X2 + 0,521 Y1
Persamaan regresi tersebut dapat dartikan sebagai berikut :
1) Koefisien regresi lingkungan kerja (b1) positif sebesar 0,198. Hal ini berarti
setiap ada peningkatan pada faktor lingkungan kerja akan meningkatkan
kinerja karyawan.

2) Koefisien regresi kompetensi (b2) positif sebesar 0,243. Hal ini berarti setiap
ada peningkatan pada kompetensi kerja akan meningkatkan kinerja
karyawan.
2) Koefisien regresi motivasi (b3) positif sebesar 0,521. Hal ini berarti setiap
ada peningkatan pada motivasi akan meningkatkan kinerja karyawan.
Uji analisis jalur
Lingkungan
Kerja (X1)

0,198

0,404

Motivasi (Y1)

0,534

0,521

Kinerja (Y2)

0,243

Kompetensi (X2)

Berdasarkan dari gambar analisis jalur maka dapat dianalisa sebagai


berikut :
1) Analisis Jalur Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Melalui
Motivasi
a) Pengaruh langsung lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan sebesar
0,198.
b) Pengaruh lingkungan kerja terhadap motivasi sebesar 0,404 dan
pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan sebesar 0,521. Dengan
pengaruh tidak langsung lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan
melalui motivasi adalah sebesar 0,404 x 0,521 = 0,210.
Hasil perhitungan menunjukkan pengaruh tidak langsung
lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan melalui motivasi lebih besar
dibanding pengaruh langsung lingkungan kerja terhadap kinerja
karyawan, sehingga dapat disimpulkan motivasi menjadi variabel yang
memediasi antara lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan.
2) Analisis Jalur Kompetensi Terhadap Kinerja Karyawan Melalui Motivasi
a) Pengaruh langsung kompetensi terhadap kinerja karyawan sebesar 0,243.
b) Pengaruh kompetensi terhadap motivasi sebesar 0,534 dan pengaruh
motivasi terhadap kinerja karyawan sebesar 0,521. Dengan pengaruh
tidak langsung kompetensi terhadap kinerja karyawan melalui moitvasi
adalah sebesar 0,534 x 0,521 = 0,278.
Hasil perhitungan menunjukkan pengaruh tidak langsung
kompetensi terhadap kinerja karyawan melalui motivasi lebih besar
dibanding pengaruh langsung kompetensi terhadap kinerja karyawan,
sehingga dapat disimpulkan motivasi menjadi variabel yang memediasi
antara kompetensi terhadap kinerja karyawan.

KESIMPULAN

1. Lingkungan kerja berpengaruh


positif dan signifikan terhadap
motivasi kerja karyawan. Hasil ini
menunjukkan
bahwa
dengan
dukungan lingkungan kerja yang
nyaman dan mendukung kelancaran
dalam menjalankan tugas, maka
akan meningkatkan motivasi kerja
para karyawan.
2. Kompetensi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap motivasi kerja
karyawan. Hasil ini menunjukkan
bahwa dengan memiliki kompetensi
didalam menjalankan tugas, maka
akan meningkatkan motivasi kerja
para karyawan.
3. Motivasi berpengaruh positif dan
signifikan
terhadap
kinerja
karyawan. Hasil ini menunjukkan
bahwa dengan memiliki motivasi
yang tinggi dalam bekerja, maka
akan meningkatkan kinerja para
karyawan.
4. Motivasi menjadi variabel yang
memediasi antara lingkungan kerja
terhadap kinerja karyawan. Hal ini
berarti dengan lingkungan kerja
yang baik maka akan berpengaruh
pada peningkatan motivasi kerja
karyawan dan dengan motivasi kerja
yang tinggi akan berpengaruh pada
peningkatan kinerja karyawan.
5. Motivasi menjadi variabel yang
memediasi
antara
kompetensi
terhadap kinerja karyawan. Hal ini
berarti dengan memiliki kompetensi
didalam menjalankan pekerjaan
maka akan berpengaruh pada
peningkatan
motivasi
kerja
karyawan dan dengan motivasi kerja
yang tinggi akan berpengaruh pada
peningkatan kinerja karyawan.
SARAN
1. Kompetensi mempunyai pengaruh
terbesar terhadap motivasi (b2 =
0,534). Para karyawan terlihat

memiliki
kompetensi
didalam
menjalankan tugas. Hanya saja para
karyawan memberikan penilaian
terendah mengenai mempunyai
pengetahuan dalam bidang yang di
jalani. Pada saat proses perekrutan
atau penempatan karyawan si
Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu
(SNVT) kementerian pekerjaan
umum
di
Semarang
perlu
mempertimbangkan
kesesuaian
antara pendidikan dengan tugas
yang nanti diberikan kepada
karyawan, seperti untuk berbagai
bidang tugas di bagian teknik lebih
diproritaskan untuk diisi oleh
karyawan berpendidikan sarjana
teknik dengan program studi yang
mendukung sehingga akan lebih ada
kesesuaian dengan bidang tugas
yang dikerjakan dan dapat lebih
menumbuhkan motivasi karyawan
karena mendapatkan tugas yang
sesuai latar belakang pendidikan
yang dimiliki.
2. Lingkungan
kerja
mempunyai
pengaruh kedua terhadap motivasi
(b1 = 0,404). Lingkungan kerja yang
ada di perusahaan sudah baik, tetapi
para
karyawan
memberikan
penilaian
cukup
mengenai
pengaturan cahaya lampu mampu
menerangi seluruh ruang kerja dan
warna pada cat tembok dalam ruang
kerja
kontras
dengan
pencahayaannya. Hal ini dapat
disikapi
dengan
menggunakan
lampu dengan daya (watt) yang
lebih besar sehingga cahanya lebih
maksimal
didalam
menerangi
ruangan dan cat tembok di ruang
kerja diganti dengan warna yang
lebih cerah yaitu warna-warna muda
yang akan membuat ruangan
menjadi terlihat lebih terang dan
cerah. Kondisi ini akan membuat
karyawan lebih nyaman bekerja

didalam ruang kerjanya dan akan


menumbuhkan
motivasi
untuk
bekerja secara lebih baik.
Motivasi memiliki pengaruh positif
terhadap kinerja karyawan (b3 =
0,521). Motivasi yang ditunjukkan
para karyawan lebih terlihat pada
pelaksanaan kerja tetapi belum
terlihat mengenai ingin mempunyai
hubungan yang harmonis dengan
sesama rekan kerja maupun atasan,
karena mendapatkan nilai indeks
terendah. Hal ini tentu harus
menjadi perhatian dan juga harus
ditingkatkan
yaitu
harus
menciptakan hubungan yang lebih
harmonis
dengan
melakukan
kegiatan yang melibatkan para

karyawan seperti kegiatan outbound


yang
akan
dapat
memupuk
kerjasama dan memperlihatkan
kepada para karyawan bahwa untuk
mencapai tujuan yang dicapai
diperlukan kerjasama yang baik
dengan rekan kerja dan atasan.
Kegiatan non formal lain seperti
olahraga atau kegiatan wisata
bersama
juga
akan
dapat
menumbuhkan hubungan yang lebih
akrab di antara karyawan. Dengan
didasari hubungan yang akrab akan
menciptakan hubungan harmonis
dan akan menambah motivasi
karyawan didalam menjalankan
tugasnya

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik.


Cetakan Ketigabelas. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Cahyono, Ari. 2012. Analisis Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi dan Budaya
Organisasi terhadap Kinerja Dosen Dan Karyawan Di Universitas Pawyatan
Daha Kediri. Jurnal Ilmu Manajemen Revitalisasi. Vol. 1. No. 1. Juni 2012.
Hal. 283 298. Universitas Pawyatan Daha Kediri
Edy. 2008. Pengaruh Budaya Organisasional dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja
Perawat Rumah Sakit Mata Dr. YAP Yogyakarta dengan Motivasi dan
Kepuasan Kerja sebagai variabel Mediasi. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol.
2. No. 3. Nopember 2008. Hal. 159 174. Kalimantan Barat.
Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.
Cetakan Keempat. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Griffin, Ricky W. 2004. Manajemen. Edisi Ketujuh. Jilid 2. Erlangga. Jakarta.
Liliyana, Utin Nina Hermina dan Desvira Zain. 2011. Pengaruh Budaya Organisasi
terhadap Motivasi Kerja, Komitmen, dan Kinerja Karyawan di SMA 9
Pontianak. Jurnal Aplikasi Manajmen. Vol. 9. No. 2. Maret 2011. Hal. 491
499. Politeknik Negeri Pontianak. Pontianak
Mangkuprawira, Sjafri dan Aida Vitayala Hubeis. 2007. Manajemen Mutu Sumber
Daya Manusia. Cetakan Pertama. Ghalia Indonesia. Bogor.

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan


Kesembilan. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Murni, Siti Sri. 2007. Pengaruh Insentif, Motivasi dan Kompetensi terhadap Kinerja
Pegawai pada Balai Besar Karantina Tambuhan Tandjung Perak Surabaya.
Jurnal Eksekutif. Vol. 4. No. 1. April 2007. Hal. 127 138. Universitas WR.
Supratman. Surabaya.
Panggabean, Mutiara S. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan Kedua.
Ghalia Indonesia. Jakarta.
Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro. 2008. Cara Menggunakan Dan Memakai
Analisis Jalur (Path Analysis). Cetakan Kedua. Alfabeta. Bandung.
Rivai, Veithzal. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan : Dari
Teori ke Praktik. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Samsudin, Sadili.2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan Kesatu. Pustaka
Setia. Bandung.
Simamora, Henry. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan Pertama. STIE
YKPN. Yogyakarta.
Slamet, Achmad. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Universitas Negeri
Semarang Press. Semarang.
Sopiah. 2008. Perilaku Organisasional. Edisi 1. Andi. Yogyakarta.
Suddin, Alwi dan Sudarman. (2010). Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi, dan
Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Pegawai Kecamatan Laweyan Kota
Surakarta. Jurnal Manajemen Sumberdaya Manusia. Vol. 4. No. 1. Juni
2010. Hal. 1 8. Universitas Slamet Riyadi Surakarta. Surakarta.
Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Kedelapan. CV Alfabeta.
Bandung.
Sukmawati, Ferina. 2008. Pengaruh Kepemimpinan, Lingkungan Kerja Fisik, Dan
Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan Di. PT. Pertamina (Persero) UPMS
III Terminal Transit Utama Pekalongan, Indramayu. Jurnal Ekonomi dan
Bisnis. Vol. 2. No. 2. November. Hal. 175 191. Indramayu.
Sunarto. 2005. Manajemen Karyawan. Amus. Yogyakarta.
Supardi. 2005. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis. Cetakan Pertama. UII
Press. Yogyakarta.
Sutrisno, Edy. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi 1. Cetakan Kedua.
Prenada Media Group. Jakarta.

Tampubolon, Manahan. 2004. Perilaku Keorganisasian (Organization Behavior).


Cetakan Pertama. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Usman, Husaini dan Purnomo Setiadi Akbar. 2006. Pengantar Statistika. Edisi Kedua.
Cetakan Pertama. PT. Bumi Aksara. Jakarta.
Utami, Setyaningsih Sri dan Agus Hartanto. Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi,
Komunikasi dan Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Pegawai Kecamatan
Jumantono Kabupaten Karanganyar. Jurnal Manajemen Sumberdaya
Manusia. Vol. 4. No. 1. Juni 2010. Hal. 58 67. Universitas Slamet Riyadi
Surakarta. Surakarta
Widyatmini dan Luqman Hakim. 2008. Hubungan Kepemimpinan, Kompensasi dan
Kompetensi Terhadap Kinerja Pegawai Dinas Kesehatan Kota Depok. Jurnal
Ekonomi Bisnis. No. 2. Vol. 13. Agustus 2008. Hal. 163 170. Universitas
Gunadarma. Jakarta.

You might also like