Hasil Tanaman Caisim

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 22

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CAISIM (Brassica

juncea L.) TERHADAP KOMBINASI DOSIS PUPUK NITROGEN DAN


PUPUK ORGANIK GRANULAR
Netti Nurlenawati, Yudhi Mahmud, Eka Dian Feriyani
Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Unsika, Karawang
ABSTRACT

The objective of the experiment was to provide the best combination of nitrogen dosage and granular
fertilizer for the growth and the crop production of chinese cabbage (Brassica juncea L.) Tosakan
Variety.
The experiment was conducted at screen house of Agriculture Faculty of Unsika, Karawang, from May
to June 2007. Planting media used was soil taken from the village Puserjaya-Telukjambe Karawang,
the texture of clay dust with association of alluvial gray and alluvial grayish, soil pH was 7,54
(neutral).
Experimental design used was Randomized Completele Block Design (RCBD). Total treatment was
12 with three replications. The treatment were p0 = no fertilizer/control, p1= 425 kg/ha rabog, p2 =
850 kg/ha rabog, p3 = 1275 kg/ha rabog, p4 = 45 kg/ha N + 425 kg/ha rabog, p5 = 45 kg/ha N + 850
kg/ha rabog, p6 = 45 kg/ha N + 1275 kg/ha rabog, p7 = 90 kg/ha N, p8 = 90 kg/ha N + 425 kg/ha
rabog, p9 = 90 kg/ha N + 850 kg/ha rabog, p10 = 90 kg/ha N + 1275 kg/ha rabog, p11 = 22,5 kg/ha N
+ 10 ton/ha manure.
The experiment result showed: p10 was dosage 90 kg/ha N + 1275 kg/ha rabog give the best influence
on the growth chinese cabbage at 21 days after planting such as plant height, leaf width, leaf length,
vegetables petiole, weight of vegetable without roots and weight of a market vegetable. While the
highest number of leaves produced by p8 was dosage 90 kg/ha N + 425 kg/ha rabog.

Key words: nitrogen, granular organic fertilizer, the chinese cabbage


PENDAHULUAN
Sayuran daun merupakan salah satu sumber vitamin dan mineral essensial yang sangat dibutuhkan
oleh tubuh manusia, selain itu sayuran daun banyak mengandung serat. Serat bagi tubuh berfungsi
membantu mempelancar pencernaan dan dapat mencegah kanker (Haryanto, dkk 2006). Menurut
Soeseno (1999) salah satu jenis sayuran daun yang banyak digemari masyarakat adalah caisim
(Brassica juncea L.) atau disebut juga sawi bakso karena biasanya dikonsumsi sebagai sayuran
pelengkap bakso.

Di Indonesia, caisim merupakan jenis sayuran yang digemari setelah bayam dan kangkung
(Haryanto, dkk 2006). Kandungan nutrisi yang terdapat dalam 100 g bahan antara lain : 95 g air, 1.2
g protein, 0.2 g lemak, 1.2 g karbohidrat, 5800 IU vitamin A, 0.04 mg vitamin B1, 0.07 mg vitamin
B2, 0.5 mg niasin, 53 mg vitamin C, 102 mg kalsium, 2.0 mg zat besi, 27 mg magnesium, 37 mg
fosfor, 180 mg kalium dan 100 mg natrium (Opena dan Tay, 1994).
Tanaman caisim termasuk dalam famili Cruciferae (Kubis-kubisan). Tanaman ini bukan asli tanaman
Indonesia, melainkan berasal dari daerah Medeterania (Soenaryono, 1989). Seperti tanaman lainnya
caisim juga memiliki beberapa varietas, salah satunya adalah varietas Tosakan. Caisim varietas
Tosakan dapat dipanen pada umur 22 hari setelah tanam, tinggi tanaman 40 cm, warna tangkai putih
kehijauan, jumlah daun 12 helai, bentuk daun eliptik, memiliki potensi hasil rata-rata 400 gram per
tanaman, ciri yang paling khas caisim varietas Tosakan dibanding dengan tanaman caisim varietas lain
adalah memiliki warna daun hijau muda, biasanya tanaman caisim yang banyak di budidayakan
adalah tanaman casim warna daunnya hijau tua.

Selain warna daun, ciri khas dari varietas Tosakan

adalah memiliki rasa daun yang tidak pahit, sehingga varietas Tosakan ini banyak digemari oleh
masyarakat (East West Seed Indonesia, 2006).
Caisim mempunyai sifat menyerbuk silang, bahkan sulit menyerbuk sendiri (Soenaryono, 1989).
Sulitnya penyerbukan sendiri disebabkan caisim mempunyai sifat self incompatible. Menurut Opena
dan Tay (1994) tanaman caisim bertangkai daun panjang dan daunnya berbentuk lonjong. Caisim
dapat ditanam sepanjang tahun di daerah subtropika dan tropika pada kisaran suhu optimum 25 oC
36oC. Pemberian cahaya dan drainase yang baik serta jenis tanah lempung berpasir atau lempung
berliat yang subur baik untuk pertumbuhan tanaman caisim, kemasaman tanah yang baik untuk
tanaman caisim berkisar antara pH 5.5 6.5.
Kelembaban media pertumbuhan yang baik mendukung pertumbuhan dan perkembangan
tanaman caisim yang cepat. Penyiraman air dua sampai tiga kali sehari diperlukan untuk mendukung
pertumbuhan tanaman muda (Opena dan Tay, 1994).
Produksi tanaman caisim di kabupaten Karawang hanya mencapai 15,89 ton/tahun, hasil ini tidak bisa
memenuhi kebutuhan pasar yang begitu besar. Kecilnya produksi ini dipengaruhi oleh luas tanam,
dari 30 kecamatan di kabupaten Karawang hanya 4 kecamatan penghasil tanaman caisim dengan
luas tanam 299 Ha. Selain itu budidaya tanaman casim di Karawang rata-rata masih menggunakan
cara tradisional. Untuk pemupukan kebanyakan mereka menggunakan pupuk anorganik tanpa
dikombinasi dengan pupuk organik dan aplikasinya pun tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman,
umumnya petani menanam caisim di lahan yang sangat dekat dengan sungai, supaya mempermudah

dalam penyiraman, karena caisim merupakan jenis tanaman yang tidak tahan kekeringan (BPS
Kabupaten Karawang, 2006).
Agar dapat tumbuh optimal tanaman caisim harus ditanam di lahan yang memiliki unsur hara makro
dan mikro yang cukup tinggi dan kondisi tanah yang gembur, salah satu unsur hara makro yang
sangat dibutuhkan oleh sayuran ini adalah unsur nitrogen, karena nitrogen merupakan unsur pokok
pembentuk protein, asam nukleat, dan klorofil yang berguna dalam proses fotosintesis (Palungkun dan
Budiarti, 1993). Menurut Haryanto, dkk (2006), tanaman sayuran daun membutuhkan pupuk dengan
unsur nitrogen yang cukup tinggi agar sayuran dapat tumbuh dengan baik, lebih renyah, segar dan
enak dimakan.Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Mahanani (2003) pada sayuran daun pak-coy,
bahwa penggunaan unsur hara N pada tanaman pak-coy dapat menambah zat hijau daun yang di
gunakan untuk pembentukan asam amino dan protein. Sedangkan pada tanaman pak-coy yang tidak
diberi unsur hara N tanaman tetap kecil dan daun lebih cepat berubah menjadi kuning, karena N yang
tersedia tidak cukup untuk membentuk protein dan klorofil sehingga menyebabkan kemampuan
tanaman menjadi berkurang dan produksi karbohidratnya berkurang.
Kondisi lahan pertanian Karawang secara umum memiliki kandungan unsur hara makro dan mikro
yang rendah. Salah satunya di kecamatan Telukjambe, yang memiliki kandungan nitrogen rendah
yaitu 0,1 %, P-dd sangat rendah yaitu 4,1 me/100g, kalium rendah yaitu 10,16 me/100g, Na sedang
yaitu 0,48 me/100g, dengan status hara C-organik 1,2 % termasuk kategori rendah dengan bentuk
struktur tanah gumpal halus berukuran 5 mm 10 mm, tekstur tanah termasuk liat berdebu.
sehingga tanpa pemupukan, tanaman tidak akan tumbuh optimal (BAPEDA Karawang, 2004).
Kekurangan unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan caisim di daerah Karawang dapat
ditanggulangi melalui pemberian pupuk, baik pupuk organik maupun anorganik. Penambahan unsur
makro nitrogen dalam tanah dapat dilakukan dengan penambahan pupuk an-organik yang
mengandung unsur nitrogen, sedangkan penambahan pupuk organik selain menambah unsur hara
makro meskipun dalam jumlah yang sangat sedikit juga menambah unsur mikro dan mikroorganisme
yang berguna untuk meningkatkan produktivitas tanah (Lingga dan Marsono, 2003).
Pemberian bahan organik saat ini merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas
tanah. Pemberian bahan organik diharapkan dapat memperbaiki sifat fisik, kimia maupun biologi
tanah sehingga respon tanaman terhadap pemberian pupuk dapat ditingkatkan (Sarief, 1989).
Kandungan hara pupuk organik relatif kecil maka dalam penggunaannya masih tetap perlu pupuk
anorganik (Murbandono, 1990). Pupuk organik lebih ditujukan untuk memperbaiki kondisi tanah

seperti perbaikan aerasi tanah, yang mana kemampuan ini tidak dimiliki oleh pupuk an-organik
(Hardjowigeno, 2003). Selain itu, setengah dari kapasitas tukar kation tanah berasal dari bahan
organik, dan bahan organik merupakan sumber energi bagi jasad mikro tanah (Soepardi, 1983).
Dewasa ini di pasaran banyak menggunakan pupuk organik granular. Menurut Lingga dan Marsono
(2003) kelebihan dari pupuk organik granular untuk pertumbuhan tanaman adalah selain menambah
unsur hara makro, dan mikro juga dapat memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah, sehingga struktur
tanah menjadi lebih baik (remah), penggunaannya pun lebih efektif dan efisien seperti halnya pupuk
kimia, serta kemampuannya setara dengan pupuk organik (pupuk kandang, kompos) walaupun
kuantitasnya lebih sedikit.
Pupuk organik granular mempunyai daya untuk meningkatkan kesuburan tanah karena dapat
menambah unsur hara yang dibutuhkan tanaman, memperbaiki struktur tanah, dan mempertinggi
kadar humus, sehingga kebutuhan tanaman akan pupuk organik (pupuk kandang atau kompos)
sangat tinggi mencapai 10 ton/Ha dengan 22.5 Kg/ha nitrogen akan tetapi jika menggunakan pupuk
organik granular hanya 850 Kg/Ha dengan kandungan 90 Kg/ha nitrogen (Komposindo Granular
Arendi, 2005).
Pupuk organik granular rabog adalah pupuk organik berbentuk granular produk industri pengolahan
limbah pasar yang berasal dari sisa-sisa makanan dan sampah organik yang diproses secara
bioteknologi menghasilkan pupuk organik granular, komposisinya 90 % bahan organik, 10 % bahan
mineral zeolit, dan bakteri, yang berguna untuk meningkatkan produktivitas tanah melalui proses
mikrobiologi tanah, dan berfungsi sebagai stabilisator unsur hara tanah dengan jalan merangsang
jasad mikro yang mampu mengikat partikel tanah secara bersama-sama, sehingga dapat memperbaiki
struktur tanah.
Unsur hara yang terkandung pada pupuk organik granular rabog ini adalah N 1,46 %, P 2O5 1,03 %,
CaO 0,35 %, K2O 0,07 %, MgO 0,02 %, Mn 528 ppm, Fe 1440 ppm, Zn 224 ppm, Cu 374 ppm dan
mengandung bakteri. Kompos tersebut dapat digunakan pada tanaman padi, palawija, sayuran dan
buah-buahan (Komposindo Granular Arendi, 2005).
Caisim membutuhkan pupuk organik granular rabog sebanyak 850 Kg/Ha. 750 Kg/Ha sebagai pupuk
dasar yang diberikan 3 hari sebelum tanam dan 100 Kg/Ha sebagai pupuk susulan yang diberikan 3
hari setelah tanam (Komposindo Granular Arendi, 2005).
Berdasarkan hasil penelitian Jamaludin (2006), dengan menambahkan pupuk organik
granular rabog 400 Kg/Ha + 15 Kg/Ha N + 15 Kg/Ha P + 15 Kg/Ha K, perolehan hasil tertinggi

sebesar 7,290 Kg/Ha dibandingkan dengan semua perlakuan termasuk rekomendasi dengan
kombinasi dosis 300 Kg/Ha pupuk organik granular rabog + 90 Kg/Ha N + 45 Kg/Ha P + 60 Kg/Ha K,
hal ini menunjukan bahwa pemberian pupuk organik granular rabog memberikan pengaruh yang nyata
terhadap petumbuhan dan hasil tanaman padi (Oryza sativa. L).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan kombinasi pemberian pupuk nitrogen dan pupuk
organik granular rabog yang dapat memberikan pertumbuhan dan hasil terbaik pada tanaman caisim.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.

Pemberian kombinasi dosis pupuk nitrogen dan pupuk organik granular berpengaruh
nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman caisim.

2.

Salah satu kombinasi dosis pupuk nitrogen dan pupuk organik granular dapat
memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman caisim yang tertinggi.

METODE PENELITIAN
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah tanah dari desa Puseurjaya kecamatan
Telukjambe dengan tekstur liat berdebu dan jenis tanah asosiasi alluvial kelabu dan alluvial
kekelabuan, benih caisim varietas Tosakan, pupuk organik granular rabog, urea dengan kandungan N
45 %, SP36 dengan kandungan P2O5 36 %, KCl dengan kandungan K2O 60 %, pupuk kandang sapi,
dan insektisida Agrimec 18 EC.
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah neraca digital, neraca teknis, timbangan
kasar, hand sprayer, polybag plastik, gayung, ayakan tanah,termometer, mistar, tray semai,
penggaris, meteran, dan alat tulis.
Metode penelitian yang digunakan yaitu metode eksperimen, dan rancangan percobaan yang
digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK) faktor tunggal, alasan menggunakan RAK karena
faktor pencahayaan di rumah kaca tidak homogen. Jumlah perlakuan 12 taraf yang masing-masing
diulang sebanyak 3 kali, bobot tanah per polybag seberat 10,4 kg. Sehingga dari 3 kali ulangan
terdapat 36 polybag percobaan. Adapun perlakuan yang diberikan adalah sebagai berikut :
Tabel 1.

Perlakuan kombinasi dosis pupuk nitrogen dan pupuk organik granular terhadap tanaman

caisim.

Kode
Pupuk
perlakuan Nitrogen(kg/h
a)
p0p1p2
000
p3
p4

Pupuk organik
granular
rabog(kg/ha)
0425850
1275

Pupuk
Keterangan
kandang
(kg/ha)
000
KontrolRekomendasi
perusahaanRekomenda
0
si umum

p5

45

425

p7

45

850

p8

45

1275

p10

90

p11

90

425

90

850

90

1275

22,5

10 000

p6

p9

Tahapan percobaan ini meliputi pesemaian benih, persiapan media tanam, pemupukan, penanaman,
pemeliharaan tanaman serta panen.
Langkah langkah yang dilakukan dalam persemaian adalah :
1)

Persiapan media semai, media semai yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tanah

yang sudah diayak dicampur dengan pupuk organik rabog 170 gram pada setiap tray semai, setelah
satu minggu kemudian tanah diberi 3 macam pupuk an organik yaitu 20 g Urea, 12,5 g SP36, dan 7,5
g KCl.
2)

Penebaran benih pada media semai dilakukan bersamaan dengan pemberian pupuk an

organik, sebelum benih disemai, benih direndam dalam air hangat bersuhu 50 oC selama 30 menit,
yang bertujuan untuk mempercepat perkecambahan, benih yang baik akan tumbuh setelah 3 5 hari
setelah sebar.
3)

Pemeliharaan selama persemaian, melakukan penyiraman air yang dilakukan setiap pagi

hari dan sore hari dengan menggunakan hand sprayer.


4)

Pemindahan bibit ke polybag dilakukan pada umur 2 minggu setelah sebar, dalam

setiap polybag hanya ditanam 1 bibit saja.


Tanah yang digunakan untuk media tanam berasal dari desa Puseurjaya Kecamatan
Telukjambe, tanah diambil pada kedalaman 0-20 cm dari permukaan tanah. Tanah kemudian dikering
anginkan di tempat teduh sampai mencapai kering udara, kemudian ditumbuk, dan setiap 10,4 kg
tanah yang lolos ayakan 2 mm ditempatkan pada polybag. 3 hari sebelum tanam tanah

pada polybagdicampur pupuk organik granular rabog sebanyak 88.24% dari pupuk organik granular
yang akan diberikan sesuai perlakuan kecuali kontrol, kemudian diberi air sampai tanah terlihat cukup
air.
Analisis tanah dilakukan sebelum kegiatan percobaan berlangsung, kegiatan ini untuk mengetahui
sifat fisik dan kimia tanah yang terkandung di dalam tanah tersebut.
Pupuk SP36 sebesar 125 kg/ha dan KCl 75 kg/ha diberikan seluruhnya pada saat tanam. Pupuk
nitrogen diberikan dalam jumlah sesuai perlakuan yaitu 22.5 kg/Ha, 45 kg/ha, 90 Kg/ha.
Pupuk nitrogen diberikan satu kali yaitu pada saat tanam saja, sedangkan pupuk organik diberikan
pada saat 3 hari sebelum tanam dan 3 hari setelah tanam, pupuk SP36 dan KCl seluruhnya diberikan
saat tanam bersamaan dengan pemberian pupuk nitrogen. Sedangkan pupuk organik granular
diberikan 3 hari sebelum tanam dan 3 hari setelah tanam.
Penanaman bibit dilakukan pada sore hari, bibit caisim ditanam pada polybag dengan jumlah satu
bibit / polybag.
Pemeliharaan tanaman yang dilakukan adalah penyiraman dengan air secara periodik dan dilihat
gejala-gajala yang timbul seperti serangan hama dan penyakit atau pertumbuhan yang abnormal.
Salah satu keuntungan dari pembudidayaan caisim adalah umur panennya tidak terlalu panjang,
caisim varietas Tosakan dipanen pada umur 22 HST (Hari Setelah Tanam).
Selain berdasarkan umurnya kriteria siap panen dapat dilakukan dengan melihat keadaan fisik
tanaman, seperti warna daun, bentuk, dan ukuran daun. Apabila daun terbawah sudah mulai
menguning maka caisim harus secepatnya dipanen. Hal tersebut menandakan tanaman mulai
memasuki fase generatif atau akan segera berbunga. Jika tanaman dipanen sebelum berbunga maka
akan didapat caisim yang terasa segar dan tidak terlalu kasar dilidah (Haryanto dkk, 2003).
Pada percobaan ini dilakukan pengamatan penunjang dan pengamatan utama. Pengamatan penunjang
meliputi analisis tanah sebelum percobaan, keadaan ruangan (suhu udara) serta gejala serangan
hama dan penyakit selama percobaan. Untuk data penunjang tidak dilakukan analisis statistik.
Pengamatan utama meliputi komponen pertumbuhan seperti : tinggi tanaman, jumlah daun per
tanaman, lebar daun, panjang daun, dan panjang tangkai. Komponen hasil meliputi : bobot tanaman
tanpa akar, dan bobot tanaman layak dipasarkan.

Analisis sidik ragam (Analysis of variance) dilakukan untuk semua data hasil pengamatan
utama. Uji F dilakukan pada taraf 5%. Jika hasil uji F untuk perlakuan dalam sidik ragam menunjukan
berbeda nyata, maka untuk mengetahui perlakuan yang paling baik dilanjutkan pengujian beda ratarata perlakuan tersebut dengan menggunakan uji jarak Berganda Duncan atau Duncan Multiple Range
Test (DMRT) pada taraf 5% (Gomez dan Gomez,1995)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengamatan Penunjang
Pengamatan penunjang yang dilakukan pada percobaan ini meliputi analisis tanah awal, keadaan
ruangan (suhu udara) selama percobaan, serta serangan hama dan penyakit.
Dari hasil analisis tanah yang dilakukan di laboratorium Balai Besar Padi Sukamandi menunjukkan
bahwa tanah percobaan memiliki pH H2O sebesar 7,54 tergolong netral, jenis tanah alluvial, tekstur
liat berdebu dengan kandungan sifat-sifat fisik tanah sebagai berikut : pasir 10,96 %, debu 43,90 %,
dan liat 45,14 %..

Tanaman caisim akan tumbuh baik pada tanah yang bertekstur remah, tekstur

tanah pada percobaan ini kurang mendukung tetapi dengan ditambahkan pupuk organik yang mampu
memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah, tanah tersebut dapat digunakan untuk budidaya casim.
Tanah yang digunakan untuk percobaan secara umum memiliki tingkat kesuburan yang rendah/kurang
subur, hal ini dapat ditunjukkan dengan kandungan Nitrogen sebesar 0,142 % termasuk kategori
rendah, P2O5 Bray II 6,959 ppm, dengan susunan kation Kalium 0,081 me/100 g tergolong sangat
rendah, dan Na 0,182 me/100g yang tergolong rendah. KTK yang terkandung pada tanah percobaan
yaitu sebesar 31,69 me/100g tergolong tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (2003)
bahwa tanah dengan kadar liat tinggi mempunyai Kapasitas Tukar Kation (KTK) yang tinggi.
Selama percobaan dari bulan Maret sampai bulan Mei 2007 suhu udara harian rumah kaca berkisar
24oC 36oC, kondisi ini cukup ideal untuk pertumbuhan caisim. Hal ini sesuai dengan pendapat Opena
dan Tay, (1994).yang menyatakan bahwa caisim dapat ditanam sepanjang tahun di daerah subtropika
dan tropika dengan suhu optimum 24oC 36oC.
Organisme pengganggu tanaman yang menyerang tanaman caisim adalah ulat trip/ulat daun (Plutella
xylostella), dengan cara memakan bagian bawah daun sehingga tinggal epidermis bagian atas saja,
ulatnya kecil-kecil berukuran + 5 mm berwarna hijau.
Pengendalian terhadap hama tersebut agar tidak menimbulkan kerusakan yang merugikan dilakukan
dengan penyemprotan insektisida Agrimec 18 EC pada umur 5 HST.
tidak terdapat serangan penyakit.

Selama percobaan berlangsung

Pengamatan Utama
Pengamatan utama yaitu hasil pengamatan yang datanya diuji dan dianalisis secara statistik meliputi :
tinggi tanaman, jumlah daun, lebar daun, panjang daun, panjang tangkai, bobot tanaman tanpa akar,
dan bobot tanaman layak di pasarkan.
Tinggi Tanaman
Hasil sidik ragam menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antara perlakuan kombinasi dosis
pupuk nitrogen dan pupuk organik granular terhadap tinggi tanaman pada 11, 13, 15, 17, dan 19 HST
terdapat pada tabel 2.
Tabel 2. Pengaruh pemberian dosis pupuk nitrogen dan pupuk organik granular terhadap tinggi
tanaman caisim (Brassica juncea L.) varietas Tosakan.

Perlakuan

Rata-rata tinggi tanaman (cm) pada umur


11 HST 13 HST 15 HST 17 HST19 HST21 HST
12.73d 15.57e
17.50f
18.83f 20.67d 22.73c

p0 = kontrol
p1 = 0 kg/ha N + 425
14.60bcd 17.33bcde
kg/ha rabog
p2 = 0 kg/ha N + 850
13.00cd 16.83cde
kg/ha rabog
p3 = 0 kg/ha N + 1275
13.83bcd 15.97de
kg/ha rabog
p4 = 45 kg/ha N + 425
15.93abc 20.17ab
kg/ha rabog
p5 = 45 kg/ha N + 850
15.70abcd20.17ab
kg/ha rabog
p6 = 45 kg/ha N + 1275
18.33abcd
14.67bcd
kg/ha rabog
e
p7 = 90 kg/ha N + 0
16.53ab 19.57abc
kg/ha rabog
p8 = 90 kg/ha N + 425
16.33ab 19.67abc
kg/ha rabog
p9 = 90 kg/ha N + 850
14.60bcd 17.83bcde
kg/ha rabog
p10 = 90 kg/ha N +
17.90a 20.97a
1275 kg/ha rabog
p11 = 22.5 kg/ha N + 0
kg/ha rabog + 10 ton/ha 15.07abcd18.73abcd
pupuk kandang
koefisien keragaman
10%
8%
(%)

19.57cdef 21.40ef 24.03d 26.47bc


19.07def

21.40ef 23.77d 27.80b

19.00ef

22.80de24.50cd27.50b

22.77ab

27.03bc30.97ab35.53a

22.60abc 27.17bc30.77ab35.30a
22.13abc 27.23bc30.83ab37.10a
23.20ab

28.73b 31.47ab36.97a

22.00abcde25.33cd28.13bc34.47a
21.17abcde24.90cd28.10bc34.17a
25.20a

31.80a 33.90a 38.43a

21.43abcde23.67de28.83bc33.77a
7.6%

7.2%

7.8%

8.2%

Keterangan : Nilai rata-rata pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5 %.
Aplikasi pupuk nitrogen dan pupuk organik granular serta pemberian diantara keduanya berpengaruh
nyata terhadap tinggi tanaman pada awal pengamatan sampai akhir pengamatan. Tabel 2
menunjukkan bahwa pada umur 11 HST, perlakuan pemberian pupuk (p 10) 90 kg/ha N + 1275 kg/ha
rabog menghasilkan tinggi tanaman yang lebih baik, dibandingkan dengan perlakuan pupuk (p 9) 90
k/ha N + 850 kg/ha rabog meskipun rekomendasi, seperti yang dikemukakan Nyapka (1988)
pemberian dosis pupuk organik yang dikombinasikan dengan pupuk N akan lebih efektif hasilnya
apabila diberikan dalam dosis tinggi. Perbedaan tinggi tanaman dipengaruhi oleh ketersediaan unsur
nitrogen, dimana kombinasi pupuk nitrogen dan pupuk organik granular menyebabkan pertumbuhan
tanaman yang lebih baik, karena unsur-unsur hara penting yang diperlukan tesedia lebih banyak
dibanding tanpa pemupukan atau pemupukan dengan N saja.
Hasil analisis ragam pada pengukuran 13 HST menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata antara
pemberian pupuk nitrogen dan pupuk organik granular, perbedaan ini terus berlangsung sampai
pengukuran 19 HST, hal ini terjadi karena pemberian pupuk organik masih tersedia bagi tanaman
untuk pertumbuhannya sehingga terdapat perbedaan pertumbuhan tinggi tanaman sampai umur 19
HST. Perlakuan (p10) 90 kg/ha N + 1275 kg/ha rabog memberikan hasil yang berbeda nyata terhadap
tinggi tanaman dibandingkan perlakuan (p9) 90 kg/ha N + 850 kg/ha rabog), tetapi tidak berbeda
nyata dengan perlakuan (p4) 45 kg/ha N + 425 kg/ha rabog, (p5) 45 kg/ha N + 850 kg/ha rabog,
(p6) 45 kg/ha N + 1275 kg/ha rabog, dan (p7) 90 kg/ha N + 0 kg/ha rabog. Perlakuan (p10) 90 kg/ha
N + 1275 kg/ha rabog menghasilkan tinggi tanaman yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan
tanpa perlakuan dan keseluruhan pengukuran sampai pada (p11) 22.5 kg/ha N + 0 kg/ha rabog + 10
ton/ha pupuk kandang. Hal ini sesuai dengan pendapat Suwarsono, (1980) yang menyatakan bahwa
setiap perlakuan pupuk akan memberikan dampak pertumbuhan yang berbeda, karena tumbuhan
akan memberikan tanggapan dengan bermacam-macam cara terhadap perubahan disekelilingnya
yang mempengaruhi pertumbuhan tersebut.
Pada umur 21 HST perlakuan pupuk (p10) 90 kg/ha N + 1275 kg/ha rabog tetap menunjukkan
pertumbuhan tanaman yang paling baik meskipun tidak berbeda nyata dengan perlakuan (p 6) 45
kg/ha N + 1275 kg/ha rabog, (p7) 90 kg/ha N + 0 kg/ha rabog, (p4) 45 kg/ha N + 425 kg/ha rabog,
(p5) 45 kg/ha N + 850 kg/ha rabog, (p8) 90 kg/ha N + 425 kg/ha rabog, (p9) 90 kg/ha N + 850 kg/ha
rabog), dan (p11) (22.5 kg/ha N + 10 ton/ha pupuk kandang, hal ini menunjukan bahwa pemberian
pupuk nitrogen dan pupuk organik dalam jumlah besar memberikan pengaruh nyata terhadap
pertumbuhan dan hasil tanaman caisim, dan berbeda nyata dengan perlakuan (p 0) kontrol, (p1) 0

kg/ha N + 425 kg/ha rabog, (p2) 0

kg/ha N + 850 kg/ha rabog, (p3) 0 kg/ha N + 1275 kg/ha rabog,

perlakuan tersebut memberikan tinggi tanaman yang rendah, hal ini sesuai dengan pendapat Soepardi
(1983) yang menyatakan bahwa bila tanaman kekurangan nitrogen akan menyebabkan tanaman
tumbuh kerdil dan sistem perakaran terbatas, sehingga pertumbuhannya terhambat.
Tanaman yang diberi perlakuan pupuk organik tanpa pupuk anorganik hasilnya tidak lebih baik bila
dibandingkan dengan tanaman yang diberi pupuk anorganik atau kombinasi pupuk organik dan
anorganik, hal ini sesuai dengan pendapat Lingga dan Marsono (2003), pupuk organik mempunyai
unsur hara makro dan mikro yang rendah, dan tidak dapat langsung diserap tanaman, sehingga
kebutuhan tanaman akan unsur hara masih belum terpenuhi akibatnya pertumbuhan tanaman pun
jadi terhambat akan tetapi pada pupuk anorganik meskipun unsur hara yang terkandung hanya unsur
hara makro, tetapi takaran haranya lebih pas dengan kebutuhan tanaman dan langsung dapat diserap
tanaman sehingga kebutuhan tanaman akan unsur hara dapat terpenuhi, apalagi bila dikombinasikan
antara pupuk organik dan pupuk anorganik kebutuhan tanaman akan unsur hara makro maupun
mikro dapat terpenuhi, sehingga pertumbuhan tanaman pun menjadi lebih baik.
Jumlah Daun
Data hasil analisis ragam pengaruh pemberian kombinasi dosis pupuk nitrogen dan pupuk organik
granular terhadap jumlah daun pada umur 11 HST, 13 HST, 15 HST, 17 HST, 19 HST, dan 21 HST
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Pengaruh pemberian dosis pupuk nitrogen dan pupuk organik granular terhadap jumlah daun
caisim (Brassica juncea L.) varietas Tosakan.

Perlakuan

Rata-rata jumlah daun (cm)


11 HST 13 HST 15 HST 17 HST 19 HST21 HST
3.67a 4.33a 4.67ab 5.00cd 5.33c 5.67d

p0 = kontrol
p1 = 0 kg/ha N + 425 kg/ha
4.00a
rabog
p2 = 0 kg/ha N + 850 kg/ha
3.33a
rabog
p3 = 0 kg/ha N + 1275 kg/ha
3.67a
rabog
p4 = 45 kg/ha N + 425 kg/ha
3.67a
rabog
p5 = 45 kg/ha N + 850 kg/ha
4.33a
rabog
p6 = 45 kg/ha N + 1275 kg/ha
3.67a
rabog
p7 = 90 kg/ha N + 0 kg/ha
3.67a
rabog
p8 = 90 kg/ha N + 425 kg/ha
4.33a
rabog
p9 = 90 kg/ha N + 850 kg/ha
4.33a
rabog
p10 = 90 kg/ha N + 1275
4.00a
kg/ha rabog
p11 = 22.5 kg/ha N + 0 kg/ha
rabog + 10 ton/ha pupuk
4.00a
kandang
koefisien keragaman (%)
16%

Keterangan :
Nilai rata-rata
pada kolom

4.33a

4.67ab 4.67d

5.33c 6.00cd

4.00a

4.67ab 5.00cd

5.67bc 6.00cd

4.00a

4.00b

5.67bc 6.00cd

4.00a

4.67ab 5.00cd

4.67a

4.67ab 5.33bcd 6.00abc6.67abcd tidak berbeda

3.67a

4.67ab 5.67abc 6.00abc6.33bcd

5.00cd

6.00abc6.67abcd

yang sama
yang diikuti
huruf yang
sama
menunjukkan

nyata pada uji


DMRT taraf 5

4.00a

5.00ab 6.00ab

7.00ab 8.00ab

%.

4.67a

5.33a

7.33a 8.33a

Salah satu

4.33a

5.00ab 5.67abc 6.00abc7.00abcd fungsi penting

4.33a

5.33a

4.33a

4.33ab 5.33bcd 5.67bc 6.33bcd

14%

12%

6.33a

nitrogen

5.67abc 6.67abc7.67abc

9%

13.6% 13.2%

selama fase
vegetatif
adalah
membantu

dalam pembentukan fotosintesis yang selanjutnya digunakan untuk membentuk sel-sel baru,
perpanjangan sel dan penebalan jaringan (Harjadi,1979). Menurut Sugito dan Tugeno (1999)
peningkatan pertumbuhan daun dipengaruhi oleh pemberian pupuk nitrogen dan pupuk organik
granular, melalui kombinasi pupuk ini dihasilkan unsur hara nitrogen cukup tinggi. Hasil analisis
ragam menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang nyata beberapa stadia umur tanaman, kecuali
pada umur 11 HST dan 13 HST.
Pada umur 19 HST dan 21 HST perlakuan (p8) (90 kg/ha N + 425 kg/ha rabog) tetap yang memiliki
jumlah daun terbanyak berbeda nyata dengan perlakuan yang tanpa pemupukan nitrogen seperti
kontrol, (p1) (0 kg/ha N + 425 kg/ha rabog), (p2) (0 kg/ha N + 850 kg/ha rabog, (p3) (0 kg/ha N +
1275 kg/ha rabog) dan berbeda nyata juga dengan, (p11) (22.5kKg/ha N + 0 kg/ha rabog + 10
ton/ha pupuk kandang), tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan, (p 4) (45 kg/ha N + 425 kg/ha
rabog), (p5) (45 kg/ha N + 850 kg/ha rabog), (p6 ) (45 kg/ha N + 1275 kg/ha rabog), (p7) (90 kg/ha

N + 0 kg/ha rabog), (p9) (90 kg/ha N + 850 kg/ha rabog), dan (p10) (90 kg/ha N + 1275 kg/ha
rabog).
Pemberian pupuk organik granular pada setiap perlakuan kurang memberikan hasil yang signifikan
jika dibanding dengan pengaruh pupuk nitrogen, karena pupuk nitrogen memiliki kandungan unsur
hara lebih banyak dibandingkan pupuk organik, hal ini sesuai pendapat Lingga dan Marsono (2003)
yang menyatakan pupuk organik memiliki unsur hara yang relatif kecil jika dibandingkan pupuk an
organik, akan tetapi pupuk organik selain dapat menambah unsur hara tanah juga mempunyai
kelebihan yang tidak dimiliki pupuk anorganik yaitu memperbaiki struktur tanah, menaikkan daya
serap tanah terhadap air, dan menaikkan kondisi kehidupan biota di dalam tanah.
Tanaman caisim pada perlakuan kontrol memiliki jumlah daun yang paling sedikit dengan
daun berwarna kuning dan tampak kurus serta kerdil. Hal ini disebabkan tidak tersedianya pupuk
nitrogen dalam perlakuan, ini sesuai dengan pendapat Soepardi (1983) yang menyatakan bahwa
pupuk nitrogen berperan penting terhadap pembentukan klorofil, kekurangan pupuk nitrogen akan
menyebabkan daun menjadi kuning dan mati. Selain itu dengan tersedianya unsur nitrogen yang
banyak, maka klorofil yang terbentuk akan semakin tinggi, dimana klorofil berfungsi penting dalam
proses fotosintesis. Bagi tanaman caisim unsur nitrogen sangat penting karena caisim merupakan
sayuran daun yang dipanen sebelum fase generatif, sehingga pertumbuhan daun yang banyak dan
berwarna hijau akan memberikan hasil yang lebih baik, sejalan dengan yang dinyatakan oleh Sugito
dan Purnama (1998) adanya unsur nitrogen yang cukup, akan menambah pertumbuhan daun, jumlah
unsur nitrogen yang tinggi mempercepat pengubahan karbohidrat menjadi protein yang kemudian
diubah menjadi protoplasma.
Lebar Daun
Data hasil analisis ragam pengaruh pemberian kombinasi dosis pupuk nitrogen dan pupuk organik
granular terhadap lebar daun pada umur 11 HST, 13 HST, 15 HST, 17 HST, 19 HST, dan 21 HST dapat
dilihat pada Tabel 4.
Pada Tabel 4 menunjukkan bahwa lebar daun pada umur 11 HST setelah diuji analisis ragam
hasilnya berbeda nyata, hasil tertinggi diperoleh pada perlakuan (p 10) (90 kg/ha N + 1275 kg/ha
rabog), berbeda nyata dengan perlakuan (p0) kontrol, (p2) 0

kg/ha N + 850 kg/ha rabog), (p3) (0

kg/ha N + 1275 kg/ha rabog), hal ini terjadi karena pemberian pupuk nitrogen yang cukup tinggi akan
menambah ukuran lebar daun, pemberian nitrogen dengan dosis 90 kg ternyata menambah lebar
daun dibandingkan dengan perlakuan tanpa pupuk nitrogen. Hal ini sejalan dengan pendapat
Rakhmiati, dkk (2003) yang menyatakan bahwa nitrogen dibutuhkan oleh tanaman untuk membentuk

protein, sehingga dengan tercukupinya kebutuhan nitrogen bagi tanaman jumlah protein yang
terbentuk semakin banyak dan akan menambah jumlah protoplasma pada sel tanaman dan akhirnya
akan menambah lebar daun yang kaya akan klorofil.
Tabel 4. Pengaruh pemberian dosis pupuk nitrogen dan pupuk organik granular terhadap lebar daun
caisim (Brassica juncea L.) varietas Tosakan.

Perlakuan

rata-rata lebar daun (cm)


11 HST 13 HST 15 HST 17 HST 19 HST 21 HST
3.53d
4.14f
4.66e 5.17f
5.86e 6.23e

p0 = control
p1 = 0 kg/ha N + 425 kg/ha
4.90abc 4.70ef
rabog
p2 = 0 kg/ha N + 850 kg/ha
4.12bcd 5.03def
rabog
p3 = 0 kg/ha N + 1275
4.05cd 4.84def
kg/ha rabog
p4 = 45 kg/ha N + 425 kg/ha
5.05abc 6.19bc
rabog
p5 = 45 kg/ha N + 850 kg/ha
4.64abcd 5.41cde
rabog
p6 = 45 kg/ha N + 1275
4.51abcd 5.46cde
kg/ha rabog
p7 = 90 kg/ha N + 0 kg/ha
5.42ab 6.33abc
rabog
p8 = 90 kg/ha N + 425 kg/ha
5.71a
7.15ab
rabog
p9 = 90 kg/ha N + 850 kg/ha
5.05abc 5.83cd
rabog
p10 = 90 kg/ha N + 1275
5.78a
7.26a
kg/ha rabog
p11 = 22.5 kg/ha N + 0 kg/ha
rabog + 10 ton/ha pupuk
5.00abc 6.23abc
kandang
koefisien keragaman (%)
14%
10%

5.51de 6.48e

7.48d

8.15d

6.05cd 7.13de

7.95d

8.67d

5.77de 7.04de

7.72d

8.51d

7.41abc 8.39abcd 10.04bc 12.03ab


7.44abc 8.55ab

9.48c

10.51c

6.73bc
7.28cde 9.99bc 11.50bc
d
7.76ab 8.86ab

10.07bc 12.19ab

8.20a

10.81ab 12.54ab

9.28a

7.18abc 8.12abcd 10.17bc 11.83bc


8.22a

9.34a

10.83a 13.49a

7.31abc 7.96bcd 10.42bc 11.93bc


10.7% 8.5%

7.3%

7.5%

Keterangan : Nilai rata-rata pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5 %.
Selain itu bertambahnya lebar daun yang kaya klorofil memungkinkan penangkapan sinar matahari
untuk fotosintesis, dengan semakin meningkatnya fotosintesis akan meningkatkan karbohidrat yang

dihasilkan. Menurut Hakim (1986) pemberian nitrogen dengan takaran tinggi dapat mengubah
karbohidrat yang dihasilkan dalam proses fotosintesis menjadi protein sehingga akan menambah
lebar, panjang, dan jumlah daun.
Pengaruh pemberian pupuk nitrogen dan pupuk organik granular efeknya terus berlanjut pada umur
21 HST. Pemberian pupuk nitrogen dengan dosis tinggi dan dikombinasikan dengan pemberian pupuk
organik granular dengan dosis tinggi, pengaruhnya sangat signifikan terhadap pertumbuhan lebar
daun. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4. dimana setiap umur pengukuran yang paling lebar
daunnya terdapat pada perlakuan pemupukan nitrogen dengan dosis tinggi dan pemberian pupuk
organik dengan dosis tinggi pula.

Panjang Daun
Hasil analisis ragam menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang nyata beberapa stadia umur
tanaman, kecuali pada umur 21 HST. Data hasil analisis ragam pengaruh pemberian dosis pupuk
nitrogen dan pupuk organik granular terhadap panjang daun 11 HST, 13 HST, 15 HST, 17 HST, 19 HST,
dan 21 HST dapat dilihat pada Tabel 5. .
Perlakuan (p11) 22.5 Kg/ha N + 10 ton/ha pupuk kandang yang merupakan perlakuan dengan dosis
nitrogen rendah yang dikombinasikan dengan pupuk kandang, pada umur 13 HST, memberikan hasil
tertinggi tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan (p4) (45 kg/ha N + 425 kg/ha rabog), (p5) 45
kg/ha N + 850 kg/ha rabog, (p6) (45 kg/ha N + 1275 kg/ha rabog), (p7) (90 kg/ha N + 0 kg/ha
rabog), (p8) (90 kg/ha N + 425 kg/ha rabog), (p9) (90 kg/ha N + 850 kg/ha rabog), dan (p10) (90
kg/ha N + 1275 kg/ha rabog), hal ini karena pada umur 13 HST pupuk kandang mulai terurai dan
dapat diserap tanaman, seperti yang dikemukakan Lingga dan Marsono (2003) pupuk kandang siap
diserap tanaman kalau penguraian oleh mikroba sudah tidak terjadi lagi, dan dari pupuk tersebut
sudah tidak tercium bau amoniak.
Tabel 5. Pengaruh pemberian dosis pupuk nitrogen dan pupuk organik granular terhadap panjang
daun caisim (Brassica juncea L.) varietas Tosakan.

Rata-rata panjang daun (cm)


Perlakuan
p0 = kontrol

11 HST 13 HST 15 HST

17 HST 19 HST

6.83c

9.13d

7.50c

8.50d

9.77d

21
HST
11.30b

p1 = 0 kg/ha N + 425
kg/ha rabog
p2 = 0 kg/ha N + 850
kg/ha rabog
p3 = 0 kg/ha N + 1275
kg/ha rabog
p4 = 45 kg/ha N + 425
kg/ha rabog
p5 = 45 kg/ha N + 850
kg/ha rabog
p6 = 45 kg/ha N + 1275
kg/ha rabog
p7 = 90 kg/ha N + 0 kg/ha
rabog
p8 = 90 kg/ha N + 425
kg/ha rabog
p9 = 90 kg/ha N + 850
kg/ha rabog
p10 = 90 kg/ha N + 1275
kg/ha rabog
p11 = 22.5 kg/ha N + 0
kg/ha rabog + 10 ton/ha
pupuk kandang
koefisien keragaman (%)

7.87bc 9.33bc 9.90cd

10.7cd

12.03c 13.10b

7.60bc 9.07bc 10.13bcd 11.13c

12.17c 13.53b

7.87bc 9.20bc 10.33abcd 11.13c

12.43c 13.60b

8.97ab 10.63ab 11.73abc 12.90b

14.73b 19.00a

8.80abc 10.47ab 11.47abc 13.50ab 15.53ab 18.10a


8.40abc 10.33ab 12.00abc 13.67ab 15.57ab 17.77a
10.2a

10.93ab 12.27ab

13.40ab 16.03ab 18.77a

9.53ab 10.60ab 11.63abc 12.77b

14.57b 18.93a

9.33ab 10.23ab 12.20ab

13.90ab 15.90ab 19.83a

10.17a 11.60a 12.50a

14.97a

17.17a 20.53a

9.53ab 11.67a 11.80abc 13.27ab 15.83ab 18.23a


13%

10%

10%

7.5%

8.7%

8.8%

Keterangan : Nilai rata-rata pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5 %.
Caisim yang diambil hasilnya adalah bagian vegetatif tanaman yaitu tangkai dan helai daun. Oleh
karena itu pemberian pupuk N lebih sesuai agar daun yang dihasilkan segar dan renyah. Pemberian
nitrogen dengan takaran tinggi diharapkan dapat membentuk protein yang tinggi pula sehingga akan
menambah lebar, panjang, dan jumlah daun yang akan memperluas permukaan yang tersedia untuk
fotosintesis (Poerwowidodo, 1992). Pada Tabel 7 menunjukan bahwa panjang daun pada umur 11
HST setelah diuji analisis ragam pada perlakuan (p10) (90 kg/ha N + 1275 kg/ha rabog), hasilnya tidak
berbeda nyata dengan (p7) (90 kg/ha N + 0 kg/ha rabog) meskipun pada perlakuan ini tidak
dikombinasikan dengan pupuk organik, hal ini menunjukan bahwa pemberian pupuk rabog tidak
memberikan pengaruh yaitu terhadap panjang daun caisim, akan tetapi pupuk nitrogen berpengaruh
nyata terhadap panjang daun, dapat dilihat pada perlakuan (p0) kontrol, (p1) (0 kg/ha N + 425 kg/ha
rabog), (p2) (0 kg/ha N + 850 kg/ha rabog), dan (p3) (0 kg/ha N + 1275 kg/ha rabog), yang tidak

diberi pupuk nitrogen hasilnya berbeda nyata dengan perlakuan yang diberi pupuk nitrogen meskipun
dosisnya beragam. Hakim, dkk (1986) mengemukakan apabila nitrogen diberikan dengan takaran
rendah maka daun akan mempunyai ukuran sel-sel yang kecil dengan dinding yang tebal, daun pun
akan tumbuh kecil, dan warnanya menjadi pucat kekuningan.
Pada umur 15 HST daun terpanjang terdapat pada perlakuan (p 10) (90 kg/ha N + 1275 kg/ha rabog),
tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan (p11) (22.5 kg/ha N + 10 ton/ha pupuk kandang, dan
(p9) (90 kg/ha N + 850 kg/ha rabog), juga tidak berbeda nyata dengan perlakuan yang diberi pupuk
nitrogen dengan dosis lebih sedikit, dan tidak berbeda nyata pula dengan perlakuan (p 3) 0 kg/ha N +
1275 kg/ha rabog, Hal sejalan dengan yang dinyatakan Poerwowidodo (1992) takaran nitrogen tinggi
akan meningkatkan panjang dan lebar daun, karena nitrogen dibutuhkan oleh tanaman untuk
membentuk protein, sehingga dengan tercukupinya kebutuhan N bagi tanaman, jumlah protein yang
terbentuk semakin banyak pula dan akan menambah jumlah protoplasma pada sel tanaman dan
akhirnya akan menambah jumlah, panjang, dan lebar daun yang kaya klorofil memungkinkan
penangkapan sinar matahari untuk fotosintesis, dengan meningkatnya fotosintesis akan meningkatkan
karbohidrat yang dihasilkan.
Pada umur 17 HST dan 19 HST daun terpanjang terdapat pada perlakuan (p 10) (90 kg/ha N +
1275 kg/ha rabog) tidak berbeda nyata dengan perlakuan (p5), (p6), (p7), (p9), dan (p11), dan berbeda
nyata dengan perlakuan (p4), (p3), (p2), (p1), dan (p0), tetapi berbeda nyata pula dengan perlakuan
(p8) 90 kg/ha N + 425 kg/ha rabog.
Pada umur 21 HST perlakuan (p4), (p5), (p6), (p7), (p8), (p9), (p10), dan (p11), hasilnya tidak berbeda
nyata, karena pada umur ini ketersediaan unsur nitrogen sudah semakin hilang, walaupun unsur
nitrogen memiliki kelemahan seperti kelarutan dan mobilitasnya yang sangat tinggi, juga mudah
hilang baik karena pencucian oleh air maupun karena penguapan. Tetapi perlakuan tersebut tetap
berbeda nyata dengan perlakuan (p0) kontrol, (p1) 0 kg/ha N + 425 kg/ha rabog), (p2) (0 kg/ha N +
850 kg/ha rabog), dan (p3) (0 kg/ha N + 1275 kg/ha rabog).
Panjang Tangkai
Panjang tangkai tanaman caisim dipengaruhi oleh perbedaan takaran nitrogen, unsur nitrogen
dibutuhkan oleh tanaman terutama untuk memacu pertumbuhan vegetatif tanaman, dengan
dipenuhinya kebutuhan N bagi tanaman mengakibatkan ruas batang atau tangkai akan lebih panjang,
lebih besar dan tanaman akan lebih tinggi (Rakhmiati dkk, 2003).
Data hasil analisis ragam pengaruh pemberian kombinasi dosis pupuk nitrogen dan pupuk
organik granular terhadap panjang tangkai pada umur 11 HST, 13 HST, 15 HST, 17 HST, 19 HST, dan
21 HST dapat dilihat pada Tabel 6.

Pada umur 11 HST perlakuan (p10) (90 kg/ha N + 1275 kg/ha rabog), tidak berbeda nyata
dengan perlakuan tanpa pupuk (p0), (p1) (0 kg/ha N + 425 kg/ha rabog), (p2 ) (0 kg/ha N + 850
kg/ha rabog), (p3 ) (0 kg/ha N + 1275 kg/ha rabog, (p4) (45 kg/ha N + 425 kg/ha rabog), (p5) (45
kg/ha N + 850 kg/ha rabog), (p6) (45 kg/ha N + 1275 kg/ha rabog), (p7) (90 kg/ha N + 0 kg/ha
rabog), dan (p9) (90 kg/ha N + 850 kg/ha rabog). Hal ini disebabkan pada umur 11 HST pupuk yang
diberikan belum sepenuhnya terserap tanaman, akan tetapi semua perlakuan tersebut berbeda nyata
dengan perkuan kombinasi nitrogen dengan pupuk kandang (p 11) (22.5 kg/ha N + 0 kg/ha rabog + 10
ton/ha pupuk kandang), karena pupuk kandang yang diberikan belum terurai dan belum terserap oleh
tanaman. Pada umur 13 HST perlakuan (p10) berbeda nyata dengan perlakuan (p0), (p1) (0 kg/ha N +
425 kg/ha rabog), (p3) (0 kg/ha N + 1275 kg/ha rabog, tetapi tidak berbeda nyata dengan (p 4), (p5),
(p6), (p7), (p8), (p9), dan (p2) (0 kg/ha N + 850 kg/ha rabog), hal ini terjadi karena penyinaran
matahari yang tidak merata yang disebabkan oleh naungan sehingga terjadi efek etiolasi dan tangkai
tanaman menjadi lebih panjang.
Tabel 6. Pengaruh pemberian dosis pupuk nitrogen dan pupuk organik granular terhadap panjang
tangkai caisim (Brassica juncea L.) varietas Tosakan.

Perlakuan
p0 = kontrol
p1 = 0 kg/ha N + 425
kg/ha rabog
p2 = 0 kg/ha N + 850
kg/ha rabog
p3 = 0 kg/ha N +
1275 kg/ha rabog
p4 = 45 kg/ha N + 425
kg/ha rabog
p5 = 45 kg/ha N + 850
kg/ha rabog
p6 = 45 kg/ha N +
1275 kg/ha rabog
p7 = 90 kg/ha N + 0
kg/ha rabog
p8 = 90 kg/ha N + 425
kg/ha rabog
p9 = 90 kg/ha N + 850
kg/ha rabog

Rata-rata panjang tangkai (cm)


11 HST 13 HST 15 HST 17 HST
4.40ab 5.60b 7.23cd 7.87e

19 HST
8.50d

21 HST
9.43f

4.87ab 6.17b

10.47cd

11.57ef

8.07bcd 9.43bcde

4.50ab 6.33ab 7.23cd

8.83cde

10.57bcd 12.77cdef

4.33ab

8.57de

9.90d

5.47b 6.50d

11.60def

5.27ab 7.07ab 8.67abcd 11.50abc

13.23abc 15.73ab

5.70ab 7.57ab 9.67ab

14.00a

11.80ab

16.03ab

5.33ab 6.73ab 8.17bcd 11.03abcd 13.80ab

16.50ab

5.67ab 6.83ab 9.07abc 10.97abcd 13.2abc

15.03abc

5.10ab 7.17ab 9.13abc 10.93abcd 11.73abcd 13.83bcde


4.53ab 6.50ab 7.93bcd

10.47abcd
11.30abcd 13.73bcde
e

p10 = 90 kg/ha N +
6.33a
1275 kg/ha rabog
p11 = 22.5 kg/ha N + 0
kg/ha rabog + 10
4.17b
ton/ha pupuk kandang
Koefisien keragaman
21%
((%)

8.70a

10.70a

12.83a

5.80b

7.87bcd 10.07bcde 11.23abcd 14.13bcde

19%

14%

13.6%

14.47a

14%

17.40a

14.5%

Keterangan : Nilai rata-rata pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5 %.
Pada umur 15 HST, 17 HST, 19 HST, dan 21 HST, mulai terlihat respon tanaman terhadap
pupuk, karena pada umur tersebut pupuk yang diberikan pun sudah terserap tanaman sehingga
perlakuan yang diberi pupuk nitrogen yang beragam dan dikombinasikan dengan pupuk organik
memberikan pengaruh nyata terhadap panjang tangkai, dan berbeda nyata dengan perlakuan yang
tidak diberi pupuk nitrogen seperti (p0) kontrol, (p1) (0 kg/ha N + 425 kg/ha rabog), (p2) (0 kg/ha N
+ 850 kg/ha rabog), dan (p3) (0 kg/ha N + 1275 kg/ha rabog). Hal ini sejalan dengan yang
dinyatakan Rakhmiati, dkk (2003) dipenuhinya kebutuhan N bagi tanaman mengakibatkan ruas
batang atau tangkai akan lebih panjang, lebih besar dan tanaman akan lebih tinggi.
Bobot Tanaman Tanpa Akar
Hasil analisa ragam pengaruh kombinasi dosis pupuk nitrogen dan pupuk organik granular terhadap
bobot tanaman caisim (Brassica juncea L.) dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Pengaruh pemberian dosis pupuk nitrogen dan pupuk organik granular terhadap bobot tanpa
akar tanaman caisim (Brassica juncea L.) varietas Tosakan.

Perlakuan
p0 = kontrol
p1 = 0 kg/ha N + 425 kg/ha rabog
p2 = 0 kg/ha N + 850 kg/ha rabog
p3 = 0 kg/ha N + 1275 kg/ha rabog
p4 = 45 kg/ha N + 425 kg/ha rabog
p5 = 45 kg/ha N + 850 kg/ha rabog
p6 = 45 kg/ha N + 1275 kg/ha rabog
p7 = 90 kg/ha N + 0 kg/ha rabog
p8 = 90 kg/ha N + 425 kg/ha rabog
p9 = 90 kg/ha N + 850 kg/ha rabog

Bobot tanaman tanpa akar


(gram/tanaman)
18.93i
43.69h
47.47g
45.21gh
105.36e
100.25f
102.63ef
166.79d
198.19c
239.93b

p10 = 90 kg/ha N + 1275 kg/ha rabog


p11 = 22.5 kg/ha N + 0 kg/ha rabog + 10
ton/ha pupuk kandang
koefisien keragaman (%)

274.17a
100.42f
2%

Keterangan : Nilai rata-rata pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5 %.
Hasil tertinggi dicapai perlakuan (p10) (90 kg/ha N + 1275 kg/ha rabog) dengan bobot tanaman
274.17 gram meskipun bobot tanaman hasil percobaan tidak mencapai bobot potensi hasil varietas
Tosakan sebesar 340 gram, karena pada perlakuan p10 diberikan pupuk nitrogen yang cukup dan
dikombinasi dengan pupuk organik granular yang tinggi, sehingga berbeda nyata dengan semua
perlakuan, sejalan dengan yang dinyatakan Rakhmiati, dkk (2003) bahwa nitrogen yang tinggi sangat
berpengaruh pada fase vegetatif, sehingga tanaman yang dipanen sebelum memasuki fase generatif
lebih membutuhkan pupuk nitrogen dibandingkan pupuk phospat atau kalium.
Pemupukan akan sangat berpengaruh pada berat tanaman, laju tumbuh tanaman yang
meningkat diakibatkan oleh kombinasi pupuk nitrogen dan pupuk organik granular dengan dosis yang
efektif akan mampu memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman sehingga metabolisme tanaman dapat
berlangsung dengan baik (Harjadi, 1979). Laju pertumbuhan tanaman cenderung meningkat, jika
unsur hara yang dibutuhkan tanaman cukup tersedia dan dapat segera dimanfaatkan tanaman, seperti
halnya nitrogen. Hal ini sejalan dengan pendapat Harlina (2003) yang menyatakan bahwa apabila
unsur N tersedia dalam jumlah banyak maka lebih banyak pula protein yang terbentuk sehingga
pertumbuhan tanaman dapat lebih baik.
Pada percobaan ini kombinasi dosis pupuk nitrogen dan pupuk organik granular dengan dosis tinggi
seperti perlakuan (p10) (90 kg/ha N + 1275 kg/ha rabog) memberikan pengaruh nyata terhadap hasil
tanaman caisim, sejalan dengan yang dinyatakan Nyapka (1988) pemberian dosis pupuk organik
dikombinasikan dengan pupuk N akan lebih efektif hasilnya apabila diberikan dalam dosis tinggi, dan
menurut Hadjowigeno (2003) jumlah pupuk yang diberikan berhubungan dengan kebutuhan tanaman
akan unsur hara, kandungan unsur hara yang terkandung dalam tanah, serta kadar unsur hara yang
terkandung dalam pupuk, sehingga apabila semua itu terpenuhi maka tanaman pun akan tumbuh baik
dan memberikan hasil yang baik pula.

Bobot Tanaman Layak di Pasarkan

Bobot tanaman layak dipasarkan adalah bobot tanaman tanpa akar dikurangi bagian tanaman yang
rusak, seperti daun yang berwarna kuning dan yang menunjukkan gejala defisiensi tidak disertakan.
Tabel 8. Pengaruh pemberian dosis pupuk nitrogen dan pupuk organik granular terhadap bobot
tanaman caisim (Brassica juncea L.) varietas Tosakan yang layak dipasarkan.

Perlakuan
p0 = kontrol
p1 = 0 kg/ha N + 425 kg/ha rabog
p2 = 0 kg/ha N + 850 kg/ha rabog
p3 = 0 kg/ha N + 1275 kg/ha rabog
p4 = 45 kg/ha N + 425 kg/ha rabog
p5 = 45 kg/ha N + 850 kg/ha rabog
p6 = 45 kg/ha N + 1275 kg/ha rabog
p7 = 90 kg/ha N + 0 kg/ha rabog
p8 = 90 kg/ha N + 425 kg/ha rabog
p9 = 90 kg/ha N + 850 kg/ha rabog
p10 = 90 kg/ha N + 1275 kg/ha rabog
p11 = 22.5 kg/ha N + 0 kg/ha rabog + 10
ton/ha pupuk kandang
koefisien keragaman (%)

Bobot tanaman layak dipasarkan


(gram / tanaman)
18.77i
43.48h
47.31g
45.00gh
105.19e
100.02f
102.49ef
166.66d
198.05c
239.79b
274.04a
100.31f
2%

Keterangan : Nilai rata-rata pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5 %.
Hasil analisa ragam pengaruh kombinasi dosis pupuk nitrogen dan pupuk organik granular terhadap
bobot tanaman caisim (Brassica juncea L.) yang layak dipasarkan dapat dilihat pada tabel 8
Pada bobot tanaman layak di pasarkan perlakuan (p10) 90 kg/ha N + 1275 kg/ha rabog) menunjukan
hasil tertinggi berbeda nyata dengan semua perlakuan, sama halnya dengan bobot tanaman tanpa
akar. Sehingga dapat disimpulkan, bobot tanaman layak dipasarkan hasilnya tidak berbeda nyata
dengan bobot tanaman tanpa akar, karena rata-rata bagian tanaman yang menunjukan gejala
defisiensi atau bagian tanaman yang rusak pada semua perlakuan hampir sama.
Pada percobaan ini tanaman caisim dipanen sebelum memasuki fase generatif, sehingga selain tidak di
temukan warna daun yang menguning juga caisim yang dipanen lebih terasa segar dan tidak terlalu
kasar dilidah apabila dikonsumsi, hal ini sejalan dengan pendapat Haryanto, dkk (1995) menyatakan
bahwa selain dilihat dari umurnya kriteria siap panen tanaman caisim dapat dilakukan dengan melihat
keadaan fisik tanaman, seperti warna, bentuk dan ukuran daun, apabila daun terbawah sudah mulai

menguning maka caisim harus segera dipanen, karena hal ini menandakan tanaman memasuki fase
generatif atau akan segera berbunga.
Kesimpulan
1.

Pemberian kombinasi dosis pupuk nitrogen dan pupuk organik granular menunjukkan
pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman caisim.

2.

a. Komponen Pertumbuhan
Tinggi tanaman tertinggi dicapai oleh perlakuan (p10) 90 kg/ha N + 1275 kg/ha rabog (38,43

cm), tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan (p4), (p5), (p6), (p7), (p8), (p9), dan (p11).

Jumlah daun terbanyak dicapai oleh perlakuan (p8) 90 kg/ha N + 425 kg/ha rabog (8,33

helai), tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan (p9), (p10), (p5), (p4), dan (p7).

Lebar daun terlebar dicapai oleh perlakuan (p10) 90 kg/ha N + 1275 kg/ha rabog (13,49),

tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan (p4), (p7), (p8), dan (p10).

Panjang daun terpanjang dicapai perlakuan (p10) 90 kg/ha N + 1275 kg/ha rabog (20,53 cm),

tetapi tidak berbeda nyata dengan dengan perlakuan perlakuan (p4), (p5), (p6), (p7), (p8), (p9), dan
(p11).

Panjang tangkai terpanjang dicapai oleh perlakuan (p10) 90 kg/ha N + 1275 kg/ha rabog

(17,40 cm), tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan (p4), (p5), (p6), dan (p7).
1.

Komponen panen hasil tertinggi pada bobot tanaman tanpa akar (274,17 gram), dan
bobot tanaman layak dipasarkan (274,04 gram) semuanya dicapai oleh perlakuan (p 10)
90 kg/ha N + 1275 kg/ha rabog .

You might also like