Konselor: Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Menarche Dengan Kecemasan Siswi

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 6

Volume 2

KONSELOR | Jurnal Ilmiah Konseling

Nomor 1 Januari 2013

http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor

hlm. 53 - 58
Info Artikel:
Diterima 01/01/2013
Direvisi 12/01/2013
Dipublikasikan 01/03/2013

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG MENARCHE


DENGAN KECEMASAN SISWI
Yolanda1, Taufik2 & Nurfarhanah3

Abstract
There are still many students who experience anxiety in the face of menarche.
Anxiety often leads to wrong behavior customize. Anxiety occurs presumably because
they lack knowledge about menarche. Target or Research: The first is to describe the
student knowledge about menarche, and student anxiety. Second, to see relation with
knowledge of student about menarche and dread of students. Quantitative research
study was shaped by the kind of descriptive co relational. The population is student
of class VII Junior High School Tanjung Gadang Sijunjung. The sampling technique
used is proportional random sampling, totaling 61 students. Data were collecting
using a questionnaire in the form of a graduated scale based on the Likert Scale.
Data analysis techniques using Pearson Product Moment formula and processing
data using the program Statistical Product and Service Solution for windows release
15.0. The research findings revealed that (1) knowledge of student about menarche
are in the good category, (2) anxiety students are in the low category, (3) there is
significant relationship between student knowledge about menarche with anxiety
students with a correlation of -0,724 and a significance level of 0,000with a strong
relationship level. Thus, it is suggested that BK teacher/School counselors can
provide students with a complete knowledge of menarche. Such service like
information service, content control services, service of counseling individual, and
group counseling services.
Keyword: Knowledge of menarche, Anxienty.
PENDAHULUAN
Sepanjang rentang kehidupan manusia,
mulai dari janin sampai pada periode dewasa
akhir, individu mengalami perkembangan, baik
perkembangan fisik maupun perkembangan
psikis. Perkembangan fisik misalnya badan
bertambah tinggi atau tungkai bertambah
panjang. Sedangkan perkembangan psikis
misalnya muncul perasaan suka pada lawan jenis
atau berkembangnya kemampuan pikir anak dari
sederhana kepada yang lebih kompleks.
Dalam proses perkembangan terdapat
beberapa periode perkembangan yang secara
umum dilalui individu salah satunya periode

perkembangan tersebut adalah periode remaja.


Piaget (dalam Hurlock, 1993: 226) menyatakan
bahwa secara psikologis, periode remaja adalah
usia dimana individu berinteraksi dengan
masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi
merasa di bawah tingkat orang-orang yang sama,
sekurang-kurangnya dalam masalah hak.
Masa remaja adalah masa peralihan dari
anak ke dewasa baik secara jasmani maupun
rohani. Tahapan ini sangat menentukan bagi
pribadi remaja dimana terjadi perubahan besar
dan cepat dalam proses pertumbuhan fisik,
kognitif dan psikososial/ tingkah laku.
Perubahan fisik meliputi perubahan berat badan,

Yolanda1, Jurusan, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang , email : yolandaadelia@yahoo.com
Taufik2, Jurusan, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang
3
Nurfarhanah3, Jurusan, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang

53
2012oleh Jurusan Bimbingan dan Konseling FIP UNP
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang

54
ukuran anggota badan dan sebagainya.
Perubahan psikis seperti tingkat kecerdasan,
tingkah laku, perasaan/moral yang berlangsung
secara bertahap sesuai dengan umurnya.
Masa remaja diawali dengan masa pubertas,
yaitu saat terjadinya perubahan-perubahan fisik
(meliputi penampilan fisik seperti bentuk tubuh
dan proporsi tubuh) dan fungsi fisiologis
(kematangan organ-organ seksual). Perubahan
fisik yang terjadi pada masa pubertas ini
merupakan peristiwa yang paling penting,
berlangsung cepat, drastis, tidak beraturan dan
terjadi pada sistem reproduksi. Hormon-hormon
mulai diproduksi dan mempengaruhi organ
reproduksi untuk memulai siklus reproduksi
serta mempengaruhi terjadinya perubahan tubuh.
Perubahan
tubuh
ini
disertai
dengan
perkembangan bertahap dari karakteristik
seksual
primer dan seksual sekunder
(Prawiroharjo,2005:55)
Masa reproduksi adalah masa yang penting
bagi seluruh organisme dipermukaan bumi ini
untuk meneruskan keturunannya. Seperti halnya
makhluk lain, manusia juga menjalankan
perannya dalam meneruskan keturunan, dan
wanita memiliki peranannya yang cukup besar.
Ciri khas kedewasan seorang perempuan adalah
adanya
perubahan
siklus
pada
alat
kandungannya
sebagai
persiapan
untuk
kehamilan yaitu berupa datangnya haid pertama.
Haid atau menstruasi adalah proses keluarnya
darah yang terjadi secara periodik atau siklus
emdomestrium. Keluarnya darah dari vagina
disebabkan luruhnya lapisan dalam rahim yang
banyak mengandung pembuluh darah dan sel
telur yang tidak dibuahi.
Peristiwa terpenting yang terjadi pada gadis
remaja ialah datangnya haid yang pertama kali,
yang biasanya terjadi sekitar umur 10 sampai 16
tahun. Saat haid yang pertama ini datang
dinamakan menarche. Di daerah pedesaan
menarche dianggap sebagai tanda kedewasaan,
dan gadis yang mengalami menarche dianggap
sudah masanya melakukan tugas-tugas sebagai
wanita lainnya. Menarche merupakan puncak
dari serangkaian perubahan yang terjadi pada
seorang gadis yang sedang menginjak dewasa
(Llewellyn,2005:37).
Menarche pada gadis remaja akan membuat
mereka merasa terkejut, cemas bahkan trauma.
Selama masa penyesuaian seorang gadis remaja
akan bersikap irasional, mudah tersinggung dan
sulit dimengerti. Kecemasan seorang gadis
KONSELOR | Jurnal Ilmiah KonselingVolume 2

remaja akan semakin bertambah karena adanya


perubahan pada bentuk fisik.
Berdasarkan hasil studi awal dengan
mewawancarai enam orang siswi pada 7
November 2011 SMP Negeri 25 Taratak Baru
Kecamatan Tanjung Gadang Kabupaten
Sijunjung diperoleh informasi bahwa mereka
kurang mendapatkan pengetahuan tentang
menarche dan merasa cemas ketika menarche
tersebut datang.
Hal ini disebabkan oleh berbagai alasan
yaitu mereka cemas dengan perubahan fisik
seperti timbulnya jerawat, tubuh menjadi gemuk,
dan sakitnya payudara. Mereka juga mengalami
kecemasan terhadap terjadinya pendarahan dan
cemas apabila prestasi belajar menurun
dikarenakan
sakit.
Orang
tua
kurang
memberikan pengetahuan yang jelas mengenai
menarche sehingga siswi tidak tahu bagaimana
cara menghadapi menarche.
Hal tersebut juga disampaikan oleh guru
yang mengajar di kelas yang menjadi subjek
penelitian, siswa putri yang mengalami
menarche menjadi malas belajar dan mengalami
ketakutan yang berlebihan.
Berdasarkan permasalahan yang telah
dikemukakan maka fokus dalam penelitian ini
adalah 1) Mendeskripsikan pengetahuan siswi
tentang
menarche,
2)
Mendeskripsikan
kecemasan siswi, dan 3) Hubungan antara
pengetahuan
tentang
menarche
dengan
kecemasan siswi.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini berbentuk penelitian
kuantitatif
dengan
pendekatan
analisis
deskriptif korelasional yang bertujuan untuk
mendeskripsikan dan mengetahui hubungan
antar variabel penelitian. Penelitian ini terdiri
dari dua variabel, yaitu; pengetahuan tentang
menarche (X) merupakan variabel bebas dan
kecemasan siswi (Y) merupakan variabel
terikat.
Populasi penelitian ini adalah siswi SMP
Se-Kecamatan Tanjung Gadang Kabupaten
Sijunjung yang berjumlah 155 orang dan jumlah
sampel sebanyak 61 orang dengan menggunakan
teknik proportional random sampling. Alat
pengumpul data berbentuk angket. Prosedur
yang ditempuh dalam pengumpulan data adalah
dengan mengadministrasikan angket kepada
sampel penelitian. Data yang telah terkumpul
akan dianalisis dengan menggunakan teknik
Nomor 1 Januari 2013

55
persentase dan korelasi product moment, dengan
menggunakan
program
computer
SPSS
(statistical Product and Service Solution ) relase
15.0 for windows.
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan temuan penelitian tentang
pengetahuan tentang menarche dan kecemasan
siswi maka diperoleh hasil seperti berikut:
Tabel 1. Gambaran pengetahuan tentang
menarche dan kecemasan siswi
Pengetahuan tentang menarche

Kecemasan Siswi
%

Kateg
ori
Sanga
t Baik

Skor

19,67

Kateg
ori
Sanga
t
tinggi

Sko
r
84

112

12

Baik

96-111

24

39,34

Tinggi

%
12

19,67

6883

14

22,96

Kuran
g

80 95

18

29,51

Renda
h

5267

26

42,62

Kuran
g
Sekali

< 70

11,48

Renda
h
sekali

51

14,76

Total

61

100

Total

61

100

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa


39,34% memiliki pengetahuan tentang menarche
berada pada kategori baik dan 42,62% memiliki
kecemasan yang berada pada kategori rendah.
Selanjutnya untuk melihat hubungan antara
pengetahuan
tentang
menarche
dengan
kecemasan siswi di SMP Se-Kecamatan Tanjung
Gadang Kabupaten Sijunjung, digunakan
analisis Pearson Product Moment dengan
perhitungan menggunakan bantuan computer
program SPSS versi 15.00, hasil uji hipotesis
dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2. Hubungan antara pengetahuan


tentang menarche dengan Kecemasan siswi.
r
signifikansi
Hubungan
r
Variabel
hitung tabel
Pengetahuan 0,295 signifikan
tentang
0,724
menarche
dengan
kecemasan
siswi

KONSELOR | Jurnal Ilmiah KonselingVolume 2

Hasil uji hipotesis dimaksudkan untuk


mengetahui hubungan pengetahuan tentang
menarche dengan kecemasan siswi di SMP SeKecamatan Tanjung Gadang Kabupaten
Sijunjung. Analisis dengan menggunakan rumus
Pearson Product Moment menunjukkan
seberapa besar hubungan antara perlakuan
orangtua dengan penyesuaian dirimelalui r
hitung = -0,724 dengan sig =0.000 (sig<0,01,
dan r table sebesar 0,295, artinya r hitung lebih
besar dari r table sehingga dapat ditafsirkan
bahwa terdapat korelasi negatif antara
pengetahuan
tentang
menarche
dengan
kecemasan siswi. Artinya makin tinggi
pengetahuan siswi maka makni rendah
kecemasan mereka. Hasil tersebut membuktikan
hipotesis adanya hubungan antara pengetahuan
tentang menarche dengan kecemasan siswi di
SMP Se-Kecamatan Tanjung Gadang Kabupaten
Sijunjung dapat diterima.
PEMBAHASAN
Pembahasan
ini
dilakukan
berdasarkan pertanyaan penelitian yaitu
begaimana pengetahuan tentang menarche.
Bagaimana kecemasan siswi. Apakah terdapat
hubungan
antara
pengetahuan
tentang
menarche dengan kecemasan siswi.
1. Pengetahuan siswi Tentang Menarche
Temuan penelitian menunjukkan bahwa
pada umumnya siswa memiliki tingkat
pengetahuan tentang menarche dengan baik.
Sebanyak 32,78 % siswi sudah memiliki
pengetahuan tentang menarche dalam aspek
memahami tentang menarche, namun masih
banyak siswi yang merasa kurang memiliki
pengetahuan tentang menarche yaitu sebanyak
18,03%.
Temuan ini menunjukkan bahwa siswi
memiliki pengetahuan tentang menarche masih
dalam kategori baik. Selain itu, masih ada siswi
yang kurang memiliki pengetahuan tentang
menarche dalam aspek pemahaman tentang
menarche, padahal siswi perlu mengetahui
dengan baik. Dalam kehidupan sehari-hari
pengetahuan sangat penting agar tidak salah
dalam memaknai sesuatu, dan dalam bertindak.
Menurut Notoadmodjo (2003:12) Pengetahuan
merupakan hasil dari apa yang diketahui, dan ini
terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu. Jadi pengetahuan
Nomor 1 Januari 2013

56
yang baik tentang menarche sangat diperlukan
agar siswi tidak salah mengartikan tentang
menarche.
Pengetahuan tentang menarche terdiri dari
berapa lama siklus menarche tersebut, dan apa
saja yang dialami seorang wanita ketika
mengalami menarche. Dengan demikian agar
siswi memiliki pengetahuan tentang hal-hal
tersebut perlu diberikan layanan dan bimbingan
terkait dengan pentingnya pengetahuan tentang
menarche terkait dengan tahu tentang menarche.
Untuk melihat sikap siswi, temuan
penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 44,26
% siswi memiliki pengetahuan tentang
menarche terkait mengetahui cara bersikap,
namun masih banyak juga siswi yang cukup dan
kurang pengetahuan tentang menarche yaitu
26,22% siswi cukup memiliki pengetahuan
tentang menarche dan 14,76% siswi kurang
memiliki pengetahuan tentang cara bersikap.
Dapat disimpulkan bahwa pada umumnya siswi
memiliki pengetahuan tentang cara bersikap,
namun dapat dilihat juga bahwa masih ada siswi
yang kurang memiliki pengetahuan tentang
menarche terkait aspek tahu cara bersikap. Siswi
harus tahu bagaimana cara menyikapi. Apabila
menarche
datang,
sikap
siswi
sangat
menentukan apa saja yang akan dilakukan
selama menarche. Menurut Abu Ahmadi (2006:
162) kesadaran individu yang menentukan
perbuatan nyata dan perbuatan-perbuatan yang
mungkin akan terjadi itulah yang dinamakan
sikap. Dapat disimpulkan bahwa tahu tentang
cara bersikap juga sangat penting dalam
pengetahuan tentang menarche.
Selanjutnya untuk pengetahuan tentang
dalam merespon menarche. Temuan penelitian
menunjukkan pada umumnya siswi memiliki
pengetahuan yang baik tentang cara bertindak
yaitu 39,34 % siswi memiliki pengetahuan
tentang cara bertindak dalam merespon
menarche, namun masih banyak siswi yang
merasa kurang memiliki pengetahuan tentang
cara bertindak menarche yaitu 11,47 %. Ini
membuktikan bahwa pengetahuan tentang
merespon menarche yang terkait dengan tahu
cara bertindak berada pada kategori baik, namun
masih ada siswi yang kurang memiliki
pengetahuan cara bertindak. Seharusnya siswi
tahu cara bertindak menghadapi menarche,
karena tindakan tersebut sangat penting.

KONSELOR | Jurnal Ilmiah KonselingVolume 2

Berdasarkan temuan penelitian mengenai


pengetahuan
tentang
menarche
secara
keseluruhan maka pengetahuan di SMP SeKecamatan Tanjung Gadang masih perlu
diberikan layanan yang terkait dengan hal
tersebut agar menjadi lebih baik, terutama pada
siswi yang berada pada kategori kurang.
2.
Kecemasan
siswi
menghadapi
menarche
Temuan penelitian menunjukkan bahwa
pada umumnya siswi (34,42%) memiliki
kecemasan yang tinggi terkait dengan suasana
hati, namun masih banyak siswi (14,76%) yang
memiliki kecemasan rendah. Temuan ini
membuktikan bahwa persentase siswi yang
memiliki kecemasan terkait suasana hati berada
pada kategori tinggi, artinya untuk siswi yang
kecemasannya berada pada kategori tinggi perlu
dilakukan pembinaan dan juga pada siswi yang
berada pada kategori rendah, agar mereka dapat
mengontrol suasana hati pada saat menarche.
Temuan penelitian dari aspek pikiran
menunjukkan bahwa lebih banyak siswi yang
memiliki kecemasan tinggi yaitu sebanyak 40,98
%, namun masih banyak dari siswi yang
memiliki kecemasan yang rendah dari aspek
pikiran sebesar 13,12 %. Pada kondisi tersebut
siswi perlu diberikan layanan yang sesuai agar
kecemasannya dapat berkurang, sehingga lebih
mampu berfikir yang positif terhadap datangnya
menarche. Temuan penelitian ini mendukung
pendapat Burn (1998 dalam Triantoro Safaria,
2009: 50) yang menyatakan bahwa emosi
ataupun rasa cemas yang kita rasakan
disebabkan oleh adanya dialog internal dalam
pikiran individu yang mengalami kecemasan
atau perasaan cemas. Pikiran yang positif akan
membawa siswi pada kecemasan yang biasa
saja, tapi apabila siswi menganggap menarche
adalah suatu hal yang menakutkan atau
berpikiran negatif maka akan membuat
kecemasan siswi semakin tinggi.
Temuan penelitian terkait dengan aspek
motivasi menunjukkan pada umumnya siswi
(37,71 %) memiliki kecemasan yang tinggi,
namun masih ada siswi (9,83%) yang memiliki
kecemasan yang rendah. Siswi yang tingkat
kecemasannya berada pada kategori tinggi perlu
dilakukan pembinaan agar dapat mengatasi
kecemasannya, baik oleh orangtua, guru BK/
konselor sekolah, wali kelas maupun semua
pihak yang berada di lingkungan sekolah dan
Nomor 1 Januari 2013

57
keluarga. Di samping itu, siswi yang berada
pada kategori rendah agar terus dapat mengatasi
kecemasannya sehingga kecemasannya bisa
hilang atau berkurang.
Untuk perilaku gelisah, temuan penelitian
menunjukkan bahwa siswi yang mengalami
kecemasan tinggi dan cukup tinggi yaitu
sebanyak 32,78 % dan 32,79 %, namun masih
ada juga siswi yang memiliki kecemasan yang
rendah sebanyak 14,76 %. Sebagaimana
pendapat Atkinson dan Hillgard (dalam
Triantoro
Safaria,
2009:54)
gangguan
kecemasan
akan
menjadikan
individu
mengalami ketegangan yang berlebihan dalam
menghadapi stress, disertai kekhawatiran yang
terus-menerus terhadap segala macam masalah
yang mungkin terjadi. Dengan demikian
perilaku gelisah siswi pada umumnya berada
pada kategori tinggi dan cukup tinggi, ini
diperlukan pembinaan oleh orangtua dan guru,
dan pemberian layanan yang sesuai dengan
kondisi mereka.
Selanjutnya pada gejala biologis, temuan
penelitian menunjukkan lebih banyak siswi
(36,06 %)yang memiliki kecemasan yang cukup
tinggi , namun masih ada juga siswi yang
memiliki kecemasan yang rendah (14,76%).
Siswi yang berada pada kategori cukup tinggi
perlu perhatian dari orangtua agar kecemasan
tersebut dapat diatasi dan juga perlu pembinaan
dari guru BK/konselor sekolah agar dapat
diberikan layanan yang sesuai dengan hal
tersebut.
Temuan penelitian kecemasan siswi di SMP
Se-Kecamatan Tanjung Gadang Kabupaten
Sijunjung secara keseluruhan menunjukkan
lebih banyak siswi yang memiliki kecemasan
cukup tinggi yaitu sebanyak 42,62 % sehingga
perlu
pembinaan
untuk
mengatasi
kecemasannya, dan juga masih banyak siswi
yang memiliki kecemasan rendah yaitu sebanyak
14,76 %. Oleh karena itu kecemasan siswi di
SMP Se-Kecamatan Tanjung Gadang Kabupaten
Sijunjung secara keseluruhan perlu pembinaan
dan pengentasan, serta perlu pemahaman siswi
agar bisa mengatasi kecemasannya sendiri.
3.
Hubungan
Pengetahuan
Siswi
tentang Menarche dan Kecemasan siswi Kelas
VII di SMP Se-Kecamatan Tanjung Gadang
Kabupaten Sijunjung
Berdasarkan
analisis
korelasi
yang
dilakukan maka diketahui bahwa pengetahuan

KONSELOR | Jurnal Ilmiah KonselingVolume 2

siswi tentang menarche memiliki hubungan


yang signifikan dengan kecemasan siswi.
Sumbangan variabel pengetahuan siswi tentang
menarche terhadap kecemasan siswi kelas VII di
SMP Se-Kecamatan Tanjung Gadang Kabupten
Sijunjung adalah sebesar 52,4 %. Sementara itu
47,6 % lainnya kecemasan dipengaruhi oleh
faktor lain yang tidak diungkap dalam penelitian
ini.
Sebagaimana pendapat Ramaiah (2011) ada
empat
faktor
yang
mempengaruhi
kecemasan yaitu:
a. Lingkungan yaitu tempat tinggal, cara
berfikir tentang diri sendiri dan orang lain.
Kecemasan dapat timbul jika ada merasa
tidak aman terhadap lingkungan.
b. Emosi yang ditekan,yaitu
biasanya
terjadi jika orang tidak mampu menemukan
jalan keluar untuk perasaan dalam
hubungan personal.
Sebab-sebab fisik, yaitu kondisi tubuh
senantiasa
berinteraksi
dan
dapat
menyebabkan
timbulnya
kecemasan.
Biasanya terlihat dalam kondisi menghadapi
menstruasi, kehamilan, semasa remaja dan
pulih dari penyakit. Selama kondisi ini,
perubahan-perubahan lazim muncul dan ini
dapat menimbulkan kecemasan.
d. Keturunan, yaitu gangguan emosi ada
yang ditemukan pada keluarga-keluarga
tertentu, ini bukan penyebab penting dari
kecemasan.
Dari pendapat diatas dapat terlihat bahwa
selain faktor pengetahuan masih banyak faktor
yang dapat mempengaruhi kecemasan siswi.
Kemudian berdasarkan analisis regresi
maka diperoleh hasil yang menjelaskan bahwa
semakin besar pengetahuan siswi tentang
menarche maka kecemasan siswi makin
berkurang karena nilai koefisien Variabel X
negative yaitu 0,719 dari hasil penelitian ini
terlihat bahwa semakin rendah pengetahuan
siswi tentang menarche maka akan semakin
tinggi pula kecemasan siswi.
Temuan ini mendukung pendapat Blackburn
dan Davidson (dalam Triantoro Safaria,2009:51)
apabila pengetahuan subjek terhadap situasi
yang mengancam tersebut tidak memadai,
tentunya individu tersebut akan mengalami
kecemasan.
Pengetahuan
siswi
tentang
menarche akan mempengaruhi bagaimana
suasana hati, pikiran, motivasi, perilaku, gejala
biologis siswi tersebut. Jadi pengetahuan yang
Nomor 1 Januari 2013

58
baik tentang menarche mendukung bagaimana
kecemasan siswi dalam menghadapi hal
tersebut.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, maka
penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
(1) Tingkat Pengetahuan siswi tentang menarche
dapat dikategorikan baik, (2) tingkat Kecemasan
siswi dapat dikategorikan rendah, (3) Terdapat
hubungan negatif
yang signifikan antara
pengetahuan
tentang
menarche
dengan
kecemasan siswi, dengan korelasi sebesar -0,724
dan signifikansi 0,000, atau dengan tingkat
kepercayaan 100% dengan tingkat hubungan
kuat.
SARAN
1. Kepada guru BK/Konselor Sekolah, dapat
mengembangkan program BK yang sesuai
dengan kebutuhan siswa tersebut. Hal ini
bisa dilakukan seperti memberikan layanan
informasi, misalnya informasi mengenai
cara meningkatkan pengetahuan mengenai
menarche, cara bersikap ketika menarche
datang, dan hal-hal mengenai reproduksi
wanita. Layanan bimbingan kelompok dapat
juga diberikan kepada siswa dengan topik
tugas seperti masalah-masalah yang dialami
jika menarche datang. Sedangkan untuk
mengatasi siswi yag masih mengalami
kecemasan ketika menarche, layanan yang
dapat diberikan adalah layanan konseling
perorangan.
2. Penelitian ini terbatas mengungkapkan satu
aspek
yaitu
pengetahuan
untuk

KONSELOR | Jurnal Ilmiah KonselingVolume 2

mengungkapkan
pengetahuan
siswi.
Selanjutnya peneliti merekomendasikan
perlu adanya penelitian lanjutan yang
melihat hubungan
kecemasan siswi
menghadapi menarche dengan faktor lain,
misalnya dari faktor lingkungan dan faktor
keluarga.
DAFTAR RUJUKAN
Hurlock, E.B. 1993. Psikologi Perkembangan.
Alih Bahasa: Dra. Istiwidayanti dan
Drs.
Soedjarwo, Msc. Jakarta:
Erlangga.
Liewellyn, Derek, 2005. Panduan Terlengkap
Tentang Kesehatan, Kebidanan dan
Kandungan. Jakarta : PT. Delapratasa
Publishing.
Notoatmodjo,
Soekidjo.
2007.Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta :
PT.Rineka Cipta.
Prawirohardjo, S. 2006. Ilmu Kandungan,
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Ramaiah. 2011. Faktor yang Mempengaruhi
Kecemasan. (online) : http://tedihendro.com/?pg=articles&article=2287,
23. 11 November 2011, pukul 09.45
WIB.
Triantoro Safaria. 2009. Manajemen Emosi (
Sebuah Panduan Cerdas Bagaimana
Mengolola Emosi Positif dalam Hidup).
Jakarta: Bumi Aksara.

Nomor 1 Januari 2013

You might also like