Konselor: Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Menarche Dengan Kecemasan Siswi
Konselor: Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Menarche Dengan Kecemasan Siswi
Konselor: Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Menarche Dengan Kecemasan Siswi
http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor
hlm. 53 - 58
Info Artikel:
Diterima 01/01/2013
Direvisi 12/01/2013
Dipublikasikan 01/03/2013
Abstract
There are still many students who experience anxiety in the face of menarche.
Anxiety often leads to wrong behavior customize. Anxiety occurs presumably because
they lack knowledge about menarche. Target or Research: The first is to describe the
student knowledge about menarche, and student anxiety. Second, to see relation with
knowledge of student about menarche and dread of students. Quantitative research
study was shaped by the kind of descriptive co relational. The population is student
of class VII Junior High School Tanjung Gadang Sijunjung. The sampling technique
used is proportional random sampling, totaling 61 students. Data were collecting
using a questionnaire in the form of a graduated scale based on the Likert Scale.
Data analysis techniques using Pearson Product Moment formula and processing
data using the program Statistical Product and Service Solution for windows release
15.0. The research findings revealed that (1) knowledge of student about menarche
are in the good category, (2) anxiety students are in the low category, (3) there is
significant relationship between student knowledge about menarche with anxiety
students with a correlation of -0,724 and a significance level of 0,000with a strong
relationship level. Thus, it is suggested that BK teacher/School counselors can
provide students with a complete knowledge of menarche. Such service like
information service, content control services, service of counseling individual, and
group counseling services.
Keyword: Knowledge of menarche, Anxienty.
PENDAHULUAN
Sepanjang rentang kehidupan manusia,
mulai dari janin sampai pada periode dewasa
akhir, individu mengalami perkembangan, baik
perkembangan fisik maupun perkembangan
psikis. Perkembangan fisik misalnya badan
bertambah tinggi atau tungkai bertambah
panjang. Sedangkan perkembangan psikis
misalnya muncul perasaan suka pada lawan jenis
atau berkembangnya kemampuan pikir anak dari
sederhana kepada yang lebih kompleks.
Dalam proses perkembangan terdapat
beberapa periode perkembangan yang secara
umum dilalui individu salah satunya periode
Yolanda1, Jurusan, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang , email : yolandaadelia@yahoo.com
Taufik2, Jurusan, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang
3
Nurfarhanah3, Jurusan, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang
53
2012oleh Jurusan Bimbingan dan Konseling FIP UNP
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang
54
ukuran anggota badan dan sebagainya.
Perubahan psikis seperti tingkat kecerdasan,
tingkah laku, perasaan/moral yang berlangsung
secara bertahap sesuai dengan umurnya.
Masa remaja diawali dengan masa pubertas,
yaitu saat terjadinya perubahan-perubahan fisik
(meliputi penampilan fisik seperti bentuk tubuh
dan proporsi tubuh) dan fungsi fisiologis
(kematangan organ-organ seksual). Perubahan
fisik yang terjadi pada masa pubertas ini
merupakan peristiwa yang paling penting,
berlangsung cepat, drastis, tidak beraturan dan
terjadi pada sistem reproduksi. Hormon-hormon
mulai diproduksi dan mempengaruhi organ
reproduksi untuk memulai siklus reproduksi
serta mempengaruhi terjadinya perubahan tubuh.
Perubahan
tubuh
ini
disertai
dengan
perkembangan bertahap dari karakteristik
seksual
primer dan seksual sekunder
(Prawiroharjo,2005:55)
Masa reproduksi adalah masa yang penting
bagi seluruh organisme dipermukaan bumi ini
untuk meneruskan keturunannya. Seperti halnya
makhluk lain, manusia juga menjalankan
perannya dalam meneruskan keturunan, dan
wanita memiliki peranannya yang cukup besar.
Ciri khas kedewasan seorang perempuan adalah
adanya
perubahan
siklus
pada
alat
kandungannya
sebagai
persiapan
untuk
kehamilan yaitu berupa datangnya haid pertama.
Haid atau menstruasi adalah proses keluarnya
darah yang terjadi secara periodik atau siklus
emdomestrium. Keluarnya darah dari vagina
disebabkan luruhnya lapisan dalam rahim yang
banyak mengandung pembuluh darah dan sel
telur yang tidak dibuahi.
Peristiwa terpenting yang terjadi pada gadis
remaja ialah datangnya haid yang pertama kali,
yang biasanya terjadi sekitar umur 10 sampai 16
tahun. Saat haid yang pertama ini datang
dinamakan menarche. Di daerah pedesaan
menarche dianggap sebagai tanda kedewasaan,
dan gadis yang mengalami menarche dianggap
sudah masanya melakukan tugas-tugas sebagai
wanita lainnya. Menarche merupakan puncak
dari serangkaian perubahan yang terjadi pada
seorang gadis yang sedang menginjak dewasa
(Llewellyn,2005:37).
Menarche pada gadis remaja akan membuat
mereka merasa terkejut, cemas bahkan trauma.
Selama masa penyesuaian seorang gadis remaja
akan bersikap irasional, mudah tersinggung dan
sulit dimengerti. Kecemasan seorang gadis
KONSELOR | Jurnal Ilmiah KonselingVolume 2
55
persentase dan korelasi product moment, dengan
menggunakan
program
computer
SPSS
(statistical Product and Service Solution ) relase
15.0 for windows.
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan temuan penelitian tentang
pengetahuan tentang menarche dan kecemasan
siswi maka diperoleh hasil seperti berikut:
Tabel 1. Gambaran pengetahuan tentang
menarche dan kecemasan siswi
Pengetahuan tentang menarche
Kecemasan Siswi
%
Kateg
ori
Sanga
t Baik
Skor
19,67
Kateg
ori
Sanga
t
tinggi
Sko
r
84
112
12
Baik
96-111
24
39,34
Tinggi
%
12
19,67
6883
14
22,96
Kuran
g
80 95
18
29,51
Renda
h
5267
26
42,62
Kuran
g
Sekali
< 70
11,48
Renda
h
sekali
51
14,76
Total
61
100
Total
61
100
56
yang baik tentang menarche sangat diperlukan
agar siswi tidak salah mengartikan tentang
menarche.
Pengetahuan tentang menarche terdiri dari
berapa lama siklus menarche tersebut, dan apa
saja yang dialami seorang wanita ketika
mengalami menarche. Dengan demikian agar
siswi memiliki pengetahuan tentang hal-hal
tersebut perlu diberikan layanan dan bimbingan
terkait dengan pentingnya pengetahuan tentang
menarche terkait dengan tahu tentang menarche.
Untuk melihat sikap siswi, temuan
penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 44,26
% siswi memiliki pengetahuan tentang
menarche terkait mengetahui cara bersikap,
namun masih banyak juga siswi yang cukup dan
kurang pengetahuan tentang menarche yaitu
26,22% siswi cukup memiliki pengetahuan
tentang menarche dan 14,76% siswi kurang
memiliki pengetahuan tentang cara bersikap.
Dapat disimpulkan bahwa pada umumnya siswi
memiliki pengetahuan tentang cara bersikap,
namun dapat dilihat juga bahwa masih ada siswi
yang kurang memiliki pengetahuan tentang
menarche terkait aspek tahu cara bersikap. Siswi
harus tahu bagaimana cara menyikapi. Apabila
menarche
datang,
sikap
siswi
sangat
menentukan apa saja yang akan dilakukan
selama menarche. Menurut Abu Ahmadi (2006:
162) kesadaran individu yang menentukan
perbuatan nyata dan perbuatan-perbuatan yang
mungkin akan terjadi itulah yang dinamakan
sikap. Dapat disimpulkan bahwa tahu tentang
cara bersikap juga sangat penting dalam
pengetahuan tentang menarche.
Selanjutnya untuk pengetahuan tentang
dalam merespon menarche. Temuan penelitian
menunjukkan pada umumnya siswi memiliki
pengetahuan yang baik tentang cara bertindak
yaitu 39,34 % siswi memiliki pengetahuan
tentang cara bertindak dalam merespon
menarche, namun masih banyak siswi yang
merasa kurang memiliki pengetahuan tentang
cara bertindak menarche yaitu 11,47 %. Ini
membuktikan bahwa pengetahuan tentang
merespon menarche yang terkait dengan tahu
cara bertindak berada pada kategori baik, namun
masih ada siswi yang kurang memiliki
pengetahuan cara bertindak. Seharusnya siswi
tahu cara bertindak menghadapi menarche,
karena tindakan tersebut sangat penting.
57
keluarga. Di samping itu, siswi yang berada
pada kategori rendah agar terus dapat mengatasi
kecemasannya sehingga kecemasannya bisa
hilang atau berkurang.
Untuk perilaku gelisah, temuan penelitian
menunjukkan bahwa siswi yang mengalami
kecemasan tinggi dan cukup tinggi yaitu
sebanyak 32,78 % dan 32,79 %, namun masih
ada juga siswi yang memiliki kecemasan yang
rendah sebanyak 14,76 %. Sebagaimana
pendapat Atkinson dan Hillgard (dalam
Triantoro
Safaria,
2009:54)
gangguan
kecemasan
akan
menjadikan
individu
mengalami ketegangan yang berlebihan dalam
menghadapi stress, disertai kekhawatiran yang
terus-menerus terhadap segala macam masalah
yang mungkin terjadi. Dengan demikian
perilaku gelisah siswi pada umumnya berada
pada kategori tinggi dan cukup tinggi, ini
diperlukan pembinaan oleh orangtua dan guru,
dan pemberian layanan yang sesuai dengan
kondisi mereka.
Selanjutnya pada gejala biologis, temuan
penelitian menunjukkan lebih banyak siswi
(36,06 %)yang memiliki kecemasan yang cukup
tinggi , namun masih ada juga siswi yang
memiliki kecemasan yang rendah (14,76%).
Siswi yang berada pada kategori cukup tinggi
perlu perhatian dari orangtua agar kecemasan
tersebut dapat diatasi dan juga perlu pembinaan
dari guru BK/konselor sekolah agar dapat
diberikan layanan yang sesuai dengan hal
tersebut.
Temuan penelitian kecemasan siswi di SMP
Se-Kecamatan Tanjung Gadang Kabupaten
Sijunjung secara keseluruhan menunjukkan
lebih banyak siswi yang memiliki kecemasan
cukup tinggi yaitu sebanyak 42,62 % sehingga
perlu
pembinaan
untuk
mengatasi
kecemasannya, dan juga masih banyak siswi
yang memiliki kecemasan rendah yaitu sebanyak
14,76 %. Oleh karena itu kecemasan siswi di
SMP Se-Kecamatan Tanjung Gadang Kabupaten
Sijunjung secara keseluruhan perlu pembinaan
dan pengentasan, serta perlu pemahaman siswi
agar bisa mengatasi kecemasannya sendiri.
3.
Hubungan
Pengetahuan
Siswi
tentang Menarche dan Kecemasan siswi Kelas
VII di SMP Se-Kecamatan Tanjung Gadang
Kabupaten Sijunjung
Berdasarkan
analisis
korelasi
yang
dilakukan maka diketahui bahwa pengetahuan
58
baik tentang menarche mendukung bagaimana
kecemasan siswi dalam menghadapi hal
tersebut.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, maka
penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
(1) Tingkat Pengetahuan siswi tentang menarche
dapat dikategorikan baik, (2) tingkat Kecemasan
siswi dapat dikategorikan rendah, (3) Terdapat
hubungan negatif
yang signifikan antara
pengetahuan
tentang
menarche
dengan
kecemasan siswi, dengan korelasi sebesar -0,724
dan signifikansi 0,000, atau dengan tingkat
kepercayaan 100% dengan tingkat hubungan
kuat.
SARAN
1. Kepada guru BK/Konselor Sekolah, dapat
mengembangkan program BK yang sesuai
dengan kebutuhan siswa tersebut. Hal ini
bisa dilakukan seperti memberikan layanan
informasi, misalnya informasi mengenai
cara meningkatkan pengetahuan mengenai
menarche, cara bersikap ketika menarche
datang, dan hal-hal mengenai reproduksi
wanita. Layanan bimbingan kelompok dapat
juga diberikan kepada siswa dengan topik
tugas seperti masalah-masalah yang dialami
jika menarche datang. Sedangkan untuk
mengatasi siswi yag masih mengalami
kecemasan ketika menarche, layanan yang
dapat diberikan adalah layanan konseling
perorangan.
2. Penelitian ini terbatas mengungkapkan satu
aspek
yaitu
pengetahuan
untuk
mengungkapkan
pengetahuan
siswi.
Selanjutnya peneliti merekomendasikan
perlu adanya penelitian lanjutan yang
melihat hubungan
kecemasan siswi
menghadapi menarche dengan faktor lain,
misalnya dari faktor lingkungan dan faktor
keluarga.
DAFTAR RUJUKAN
Hurlock, E.B. 1993. Psikologi Perkembangan.
Alih Bahasa: Dra. Istiwidayanti dan
Drs.
Soedjarwo, Msc. Jakarta:
Erlangga.
Liewellyn, Derek, 2005. Panduan Terlengkap
Tentang Kesehatan, Kebidanan dan
Kandungan. Jakarta : PT. Delapratasa
Publishing.
Notoatmodjo,
Soekidjo.
2007.Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta :
PT.Rineka Cipta.
Prawirohardjo, S. 2006. Ilmu Kandungan,
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Ramaiah. 2011. Faktor yang Mempengaruhi
Kecemasan. (online) : http://tedihendro.com/?pg=articles&article=2287,
23. 11 November 2011, pukul 09.45
WIB.
Triantoro Safaria. 2009. Manajemen Emosi (
Sebuah Panduan Cerdas Bagaimana
Mengolola Emosi Positif dalam Hidup).
Jakarta: Bumi Aksara.