Pembuatan Biodiesel Dari Sawit Off-Grade: Rangga Budiawan, Zulfansyah & Zuchra Helwani

Download as doc, pdf, or txt
Download as doc, pdf, or txt
You are on page 1of 8

Pembuatan Biodiesel dari Sawit Off-grade

Rangga Budiawan, Zulfansyah & Zuchra Helwani


Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Riau Kampus
Binawidya Km 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293
[email protected]
Abstract
One source of vegetable oil that hasnt been used and generated from sortation process in palm oil mill is off-grade oil
palm fruit. Availability of off-grade oil palm fruit is about 7-10% for a Palm Oil Mill with capacity 30 ton per hour and
has potential to cause environmental pollution. The objective of this research were to produce biodiesel from off-grade
oil palm fruit by two step reaction, to characterize and to study the effect of transesterification process condition such as,
concentration of NaOH catalyst, molar ratio of methanol to oil and reaction temperature on yield, acid number, density
and viscosity of biodiesel. Experimental design determined by Central Composite Design (CCD) with three variables.
The impact of process condition to responses were analyzed using a statistical software (Design Expert 6.0). The result
showed that the highest yield of biodiesel obtained is 93,45% with molar ratio of methanol to oil of 10:1, reaction
temperature at 50C and 0,75% (w/w) of NaOH. The most influence factor are concentration of NaOH catalyst and
reaction temperature. The characteristic of biodiesel such as acid value, density, viscosity and flash point has met the
standard biodiesel of Indonesia. In this research, various process conditions is not significantly affected the
characteristics of biodiesel.
Keywords : biodiesel, off-grade oil palm fruit, esterification, transesterification
.

Abstrak
Salah satu sumber minyak nabati yang belum termanfaatkan dan berasal dari sisa sortasi di pabrik Crude Palm Oil (CPO)
adalah sawit off-grade. Ketersediaan sawit off-grade yang cukup banyak yaitu sekitar 7-10% dari sebuah pabrik CPO
dengan kapasitas olah 30 ton per jam berpotensi menyebabkan pencemaran lingkungan sehingga perlu dilakukan
pemanfaatan lebih lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan biodiesel dari sawit off-grade melalui dua reaksi
bertahap dan mengetahui karakteristiknya serta mempelajari pengaruh kondisi proses transesterifikasi seperti konsentrasi
o
katalis NaOH (0,75-1,25 %-b), rasio molar metanol: minyak (6:1-10:1) dan suhu reaksi (50-70 C) terhadap yield, angka
asam, densitas dan viskositas biodiesel. Tempuhan rancangan penelitian ditentukan oleh Central Composite Design
(CCD) dengan tiga variabel. Pengolahan data hasil penelitian menggunakan aplikasi statistik Design Expert 6.0.
Perolehan biodiesel tertinggi yaitu 93,45%-b dihasilkan pada konsentrasi katalis natrium hidroksida 0,75%-b, rasio molar
metanol : minyak 10:1 dan suhu reaksi 50C dengan faktor yang paling berpengaruh konsentrasi katalis NaOH dan suhu
reaksi. Karakteristik biodiesel berupa angka asam, densitas, viskositas dan titik nyala telah memenuhi standar biodiesel
Indonesia. Pada penelitian ini, variasi kondisi proses tidak terlalu memberikan efek yang nyata terhadap karakteristik
biodiesel.
Kata kunci : sawit off-grade, biodiesel, esterifikasi, transesterifikasi

Pendahuluan

Sawit off-grade merupakan salah satu sumber


minyak nabati yang belum termanfaatkan dan berasal
dari sisa sortasi di Pabrik Crude Palm Oil (CPO). Sawit
off-grade terdiri dari buah muda, abnormal, lewat
matang dan busuk. Pengolahan buah muda dan abnormal
akan menghasilkan yield CPO yang rendah sedangkan
pengolahan buah lewat matang dan busuk akan
menghasilkan minyak berkadar asam lemak bebas
(ALB) >5% [Arifin, 2009]. Biasanya, sawit off-grade
harus dikembalikan ke penjual. Selanjutnya penjual akan
menjual kembali ke pengepul sawit dengan harga murah.
Sawit off-grade yang tidak terjual akan ditumpuk atau
dibakar di areal perkebunan tanpa ada pemanfaatan
lanjut.
Jumlah ketersediaan sawit off-grade cukup banyak
yaitu sekitar 7-10% untuk sebuah Pabrik CPO dengan

kapasitas olah 30 ton perjam [Arifin, 2009]. Penjualan


sawit dengan harga murah akan mengakibatkan kerugian
petani. Sementara itu, sawit off-grade yang dibiarkan
terus menumpuk atau dibakar di perkebunan
menyebabkan pencemaran lingkungan. Penumpukan
sawit off-grade mengakibatkan bau yang tidak sedap
sedangkan pembakaran sawit off-grade mengakibatkan
polusi udara. Oleh karena itu, perlu dilakukan
pemanfaatan sawit off-grade menjadi produk yang lebih
bernilai.
Di Indonesia, sumber bahan baku pembuatan
biodiesel berasal dari CPO yang merupakan bahan baku
utama minyak goreng dan produk pangan lainnya.
Menurut data, konsumsi biodiesel Indonesia mengalami
peningkatan dari 217 kiloliter (kL) pada tahun 2006
menjadi 4.394 kL pada tahun 2010 dan diperkirakan
akan terus mengalami peningkatan [Ditjen. EBTKE.,
2011]. Sehingga, dikhawatirkan penggunaan CPO

sebagai bahan baku biodiesel akan berdampak pada


harga produk pangan. Dengan demikian, dibutuhkan
sumber minyak nabati lainnya yang murah atau bahkan
belum termanfaatkan seperti sawit off-grade.
Pembuatan biodiesel difokuskan dari bahan baku
yang murah, ekonomis dan ramah lingkungan [Hayyan
dkk., 2011] karena 60-80% biaya total produksi
biodiesel berasal dari bahan baku [Helwani dkk., 2009].
Penggunaan sawit off-grade dapat mengurangi biaya
produksi biodiesel karena sawit off-grade dijual dengan
harga 30-40% lebih murah dibandingkan sawit layak
olah [Arifin, 2009]. Namun, tidak mudah untuk
mengolah sawit off-grade karena kadar ALB-nya yang
tinggi. Dengan demikian, diperlukan teknologi yang
lebih efektif dan efisien untuk mengolah sawit off-grade
menjadi biodiesel.
Biodiesel umumnya diproduksi melalui reaksi
transesterifikasi minyak dan alkohol menggunakan
katalis natrium hidroksida [Marchetti dkk., 2007].
Metode ini dilakukan pada minyak dengan ALB
dibawah 1% [Zhang dkk., 2003]. Penggunaan minyak
berkadar ALB diatas 1% membutuhkan perlakuan awal
untuk menurunkan kadar ALB karena pengolahan
minyak berkadar ALB tinggi dapat menghasilkan produk
samping berupa sabun sehingga menurunkan yield dan
mempersulit proses pemisahan [Canakci dkk., 1999].
Sehingga diperlukan suatu metode perlakuan awal bahan
baku yang tepat untuk menurunkan kadar ALB dalam
minyak sebelum transesterifikasi berkatalis basa.
Beberapa metode perlakuan awal bahan baku telah
diteliti untuk menurunkan kadar ALB dalam minyak.
Seperti distilasi uap, ekstraksi dengan alkohol dan
esterifikasi berkatalis asam. Meskipun distilasi uap dapat
menurunkan kadar ALB, namun membutuhkan suhu
yang tinggi dan efisiensi yang rendah. Sementara itu,
metode ekstraksi menggunakan pelarut sangat rumit dan
terbatasya kelarutan ALB dalam alkohol menyebabkan
banyaknya kebutuhan alkohol yang diperlukan sebagai
pelarut. Jika dibandingkan dari dua metode sebelumnya,
maka esterifikasi berkatalis asam merupakan cara yang
paling tepat karena dapat mengkonversi ALB menjadi
biodiesel [Leung dkk., 2010]. Dengan demikian,
diperlukan dua reaksi bertahap untuk mengkonversi
minyak dengan kadar ALB tinggi menjadi biodiesel
yaitu esterifikasi berkatalis asam dilanjutkan dengan
transesterifikasi berkatalis basa.
Penggunaan dua reaksi bertahap dapat diterapkan
pada bahan baku biodiesel yang berkadar asam lemak
bebas tinggi seperti minyak dari sawit off-grade.
Sementara itu, katalis seperti H 2 SO 4 dan NaOH lebih
dipilih karena murah dan banyak tersedia dibandingkan
dengan katalis heterogen [Leung dkk., 2010]. Saat ini,
pembuatan biodiesel dari sawit off-grade melalui reaksi
dua reaksi bertahap belum diketahui yield maupun
karakteristiknya. Oleh karena itu, perlu dilakukan
penelitian tentang pembuatan biodiesel melalui dua
reaksi bertahap dari sawit off-grade.

Metode Penelitian

2.1 Bahan Dan Alat


Minyak diperoleh melalui ekstraksi sawit off-grade
dengan menggunakan spindle pres. Reaksi esterifikasi
dilangsungkan dengan katalis asam pekat yaitu asam
sulfat (H 2 SO 4 ) dilanjutkan dengan transesterifikasi
berkatalis basa yaitu Natrium Hidroksida (NaOH).
Sementara itu, metanol ditambahkan sebagai reaktan.
Adapun alat yang digunakan pada proses pembuatan
biodiesel dari sawit off-grade yaitu labu leher tiga
bervolume 500 ml sebagai reaktor batch yang dilengkapi
dengan kondensor dan termometer. Sebagai sumber
panas dan pengaduk digunakan hotplate dengan
magnetic stirrer. Rangkaian alat penelitian ditampilkan
pada Gambar 1.

1
7

Temp

Speed

Keterangan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Labu Leher Tiga


Magnetic Stirrer
Hotplate Stirrer
Termometer
Kondensor
Statif
Penangas Air

Gambar 1. Rangkaian alat penelitian


2.2 Prosedur Penelitian
Prosedur pembuatan biodiesel dari sawit off-grade
terdiri dari tiga tahap utama yaitu :
2.2.1 Ekstraksi minyak dari mesocarp sawit off-grade
Sawit off-grade dicacah dan disterilisasi.
Selanjutnya brondolan dibungkus dengan kain tipis
kemudian diekstraksi menggunakan spindle pres.
Minyak hasil ekstraksi sawit off-grade kemudian
disaring dengan penyaring berukuran 60 mesh serta diuji
angka asam dan kadar airnya.
2.2.2 Dua reaksi bertahap
a.

Esterifikasi

Proses esterifikasi dilangsungkan dalam labu leher


tiga sebagai reaktor. Minyak hasil ekstraksi sawit off-

grade dimasukan ke dalam reaktor dan pemanas


dinyalakan hingga suhu minyak mencapai suhu reaksi.
Setelah suhu reaksi tercapai, dilanjutkan dengan
mencampurkan katalis asam sulfat dan metanol yang
telah diukur sebelumnya. Kondensor dipasang dan
pengaduk mulai dijalankan pada kecepatan sekitar
400 rpm. Reaksi berlangsung selama 1 jam. Setelah itu,
campuran didiamkan dalam corong pemisah selama 1
jam hingga terbentuk dua lapisan. Lapisan bagian atas
yang berupa metanol berlebih dipisahkan dengan lapisan
bawah.
b.

Transesterifikasi

Lapisan bawah hasil esterifikasi dimasukkan ke


dalam reaktor dan dipanaskan sesuai suhu reaksi yang
telah ditentukan. Selanjutnya, dicampurkan dengan
campuran metanol dan katalis NaOH yang telah diukur
sesuai dengan variabel penelitian. Kondensor dipasang
dan pengaduk dijalankan pada kecepatan sekitar 400
rpm. Biarkan reaksi berlangung selama 1 jam. Campuran
dimasukkan ke dalam corong pisah dan biarkan selama 8
jam hingga terbentuk dua lapisan. Lapisan atas yang
terbentuk akan dilanjutkan ke tahap pemisahan dan
pemurnian biodiesel. Untuk lebih jelasnya, prosedur
pembuatan biodiesel dari sawit off-grade ditampilkan
pada Gambar 2.
Sawit Off-grade

Ekstraksi

Ampas

menit kemudian ditimbang untuk menghitung yield dan


dianalisis untuk mengetahui karakteristik biodiesel dari
sawit off-grade. Yield biodiesel dihitung dengan
persamaan 1 [Hayyan dkk., 2011] :
Yield biodiesel =

Berat Biodiesel
Berat Bahan Baku (Minyak)

x100%

(1)

2.3 Rancangan Penelitian dan Analisis Data


Kondisi proses yang dijaga konstan pada
penelitian pembuatan biodiesel dari sawit off-grade
terdiri dari berat minyak 100 gr, laju pengadukan 400
rpm, waktu masing-masing reaksi 1 jam dan kondisi
proses esterifikasi meliputi konsentrasi katalis 1%-b,

rasio molar metanol : minyak 12:1 dan suhu reaksi 60 C.


Sedangkan kondisi proses yang divariasikan adalah
kondisi proses transesterifikasi yang meliputi konsentrasi
katalis NaOH 0,75-1,25%-b, rasio molar metanol :
o
minyak 6:1-10:1 dan suhu reaksi 50-70 C.
Jumlah tempuhan penelitian ditentukan dengan
Central Composite Design (CCD) yang terdiri dari
factorial design, star point dan central point. Factorial
k
design didapat dari 2 faktorial, yang mana k merupakan
jumlah variabel berubah. Pada penelitian ini terdapat 3
variabel berubah yaitu konsentrasi katalis NaOH ( 1 ),
rasio molar ( 2 ) dan suhu reaksi transesterifikasi ( 3 ),
sehingga didapatkan factorial design (n f ) berjumlah 8
titik. Batasan level untuk setiap variabel dinyatakan
1/4
dengan = (n f ) , sehingga pada penelitian ini
didapatkan nilai = 1,682. Sebaran tempuhan rancangan
penelitian berdasarkan CCD ditampilkan pada
Gambar 3.

Minyak
Metanol

Esterifikasi

Metanol

Pemisahan

H2SO4

Transesterifikasi

Metanol
+NaOH
+

Pemisahan

Gliserol

Pemurnian

Sabun
Metanol Sisa
Air

(0,0,0)

+
-

Biodiesel

Gambar 2. Prosedur pembuatan biodiesel dari sawit


off-grade
2.2.3 Pemisahan dan Pemurnian Biodiesel
Campuran hasil transesterifikasi yang terdiri dari
crude biodiesel dan gliserol dipisahkan dengan corong
pemisah. Crude biodiesel selanjutnya dimurnikan
dengan cara dicuci aquades hingga air pencuci jernih
untuk melarutkan gliserol dan metanol sisa. Biodiesel
dikeringkan di dalam oven bersuhu 105C selama 60

Gambar 3. Sebaran tempuhan rancangan penelitian


[Montgomery, 1991].
Rentang coded variables dikodekan ke dalam
rentang (-1, 0, 1) untuk memudahkan pengolahan data.
Sehingga hubungan antara natural variables (i) dan
coded variables (Xi) dapat dinyatakan pada persamaan 2
dan 3.
Xi =

i - i mid .
i mid . - i low

(2)

Yang mana,
i mid =

i high + i low

(3)

Tempuhan rancangan penelitian dengan CCD


ditampilkan pada Tabel 1. Untuk mendapatkan variasi
respon, maka dilakukan perulangan sebanyak satu kali.
Pengolahan dan analisis data hasil penelitian dilakukan
dengan menggunakan aplikasi Design Expert 6.0.
Tabel 1 Tempuhan rancangan penelitian
Perlakuan

Satuan

Konsentrasi
Katalis (X 1 )
Rasio Molar (X 2 )
Suhu Reaksi (X 3 )

Level
-

-1

%-b

0,58

0,75

1,25

1,42

mol

1:5

1:6

1:8

1:10

11

43

50

60

70

77

Data hasil penelitian kemudian dianalisis untuk


mengetahui pengaruh dari konsentrasi katalis, rasio
molar dan suhu reaksi terhadap yield, angka asam,
densitas dan viskositas biodiesel. Pengolahan data
menghasilkan model matematis orde dua (ditampilkan
pada persamaan 4) dan koefisien-koefisien model akan
diprediksi dengan metode regresi multivariabel.
2

= o + 1 X 1 + 2 X 2 + 3 X 3 + 11 X 1 + 22 X 2
2
+
2

33 X 3 + 12 X 1 X 2 + 13 X 1 X 3 + 23 X 2 X 3
(4)
Dimana :
o , ii , ij
Xi

3.

= fungsi respon teoritis


= koefisien-koefisien model
= coded variable

Hasil dan Pembahasan

3.1 Ekstraksi Minyak Sawit Off-grade


Sawit off-grade terlebih dahulu dibanting-banting
(threshing) untuk melepaskan brondolan dari tandan.
Selanjutnya, brondolan dimasukkan ke dalam dandang
dan dikukus selama 120 menit, suhu steam sekitar 100C
dan tekanan 1 atm. Penurunan kadar air pada berondolan
sawit sebesar 3% selama proses sterilisasi. Brondolan
yang telah disterilisasi selanjutnya diekstraksi secara
mekanis menggunakan spindle pres. Perolehan minyak
sawit off-grade dari hasil ekstraksi menggunakan spindle
pres adalah sebesar 10%. Minyak sawit off-grade
selanjutnya dianalisis untuk mengetahui angka asam dan
kadar airnya. Karakteristik minyak dari sawit off-grade
ditampilkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Karakteristik Minyak dari Sawit Off-grade
No.
Karakteristik
Satuan Nilai
1
Kadar Asam Lemak Bebas
%
11,6
2
Kadar Air
%
1,47
3
3
Densitas (40C)
kg/m
902,92
o
2
4
Viskositas Kinematik (40 C) mm /s
13,27

Minyak sawit off-grade yang diperoleh pada


penelitian ini memiliki kadar ALB yang tinggi (11,6%).
Tingginya kadar asam lemak bebas pada minyak
membutuhkan perlakuan awal sebelum masuk proses
pembuatan biodiesel. Sedangkan kadar air yang ada
dalam minyak dari sawit cukup tinggi yaitu 1,47%.
Untuk mengurangi kadar air maka diperlukan proses
pemanasan hingga suhu minyak 70C selama 15 menit.
3.2 Esterifikasi
Esterifikasi telah menurunkan kadar asam lemak
bebas dari 11,5% menjadi 1,3%. Konversi asam lemak
bebas menjadi alkil ester adalah 88%. Hasil ini lebih
rendah dengan hasil penelitian Hayyan dkk. [2011] yang
mendapatkan penurunan kadar ALB dari 23,2% menjadi
1,3% pada rasio molar 1:12 suhu reaksi 60C dan laju
pengadukan sekitar 400 rpm. Konversi ALB menjadi
alkil ester yang diperoleh sebesar 94%. Konversi yang
diperoleh belum maksimum karena belum diketahui
kondisi optimal untuk esterifikasi sehingga masih
terdapat kadar ALB yang tidak terkonversi. Namun,
hasil ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan penelitian
Charoenchaitrakool dan Thienmethangkoon [2011] yang
mendapatkan konversi ALB menjadi biodiesel sebesar
84,58% pada kondisi proses konsentrasi katalis asam
sulfat 0,68%-b, rasio molar dan suhu reaksi 51C dan
rasio molar 6,1:1 selama 1 jam.
3.3 Yield dan Karakteristik Biodiesel
3.3.1 Yield Biodiesel
Pada pembuatan biodiesel dari sawit off-grade,
yield biodiesel berkisar antara 65,68% - 93,45%. Yield
biodiesel tertinggi sebesar 93,45% dihasilkan pada
konsentrasi katalis 0,75%-b rasio molar metanol :
minyak 10:1 dan suhu reaksi 50C. Sedangkan yield
biodiesel terendah sebesar 65,68% diperoleh pada
konsentrasi katalis 1,25%-b, rasio molar metanol :
minyak 10:1 dan suhu reaksi 70C. Jika dibandingkan
dengan penelitian sebelumnya, maka yield yang
dihasilkan pada penelitian ini cukup tinggi.
Charoenchaitrakool dan Thienmethangkoon [2011] telah
melakukan optimasi pembuatan biodiesel dari waste
frying oil (ALB 25,8%). Hasil penelitian diperoleh yield
optimum sebesar 90,56%. Sedangkan Hayyan dkk.
[2011] telah melakukan penelitian biodiesel dari CPO
parit dan hanya memperoleh yield sebesar 87,23%.
Perolehan yield yang tinggi karena hampir tercapainya
kondisi proses yang optimum sehingga hampir semua
ALB dan trigiliserida terkonversi menjadi biodiesel
dalam waktu 1 jam.
3.3.1 Karakteristik Biodiesel
Adapun karakteristik biodiesel yang akan
dibandingkan dengan SNI terdiri dari angka asam,
densitas, viskositas dan titik nyala ditampilkan pada
Tabel 3.

Tabel 4. Hasil penelitian pada berbagai kondisi proses


Natural Variables
Run
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

Coded Variables

X1

X2

X3

0,75
1,25
0,75
1,25
0,75
1,25
0,75
1,25
0,58
1,42
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

6
6
10
10
6
6
10
10
8
8
4,64
11,36
8
8
8
8
8
8
8
8

50
50
50
50
70
70
70
70
60
60
60
60
43
77
60
60
60
60
60
60

-1
1
-1
1
-1
1
-1
1
-1,682
1,682
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0

-1
-1
1
1
-1
-1
1
1
0
0
-1,682
1,682
0
0
0
0
0
0
0
0

-1
-1
-1
-1
1
1
1
1
0
0
0
0
-1,682
1,682
0
0
0
0
0
0

Tabel 3. Perbandingan karakteristik biodiesel hasil


penelitian dengan biodiesel standar dalam SNI
04-7182-2006.
Biodiesel
SNI
Hasil
Karakteristik
Satuan
Biodiesel
Penelitian
3
Densitas
kg/m
850-890
857-867
Viskositas
2,3-6,0
2,32-2,46
mm2/s
Kinematik
Titik Nyala
C
Min. 100
137
Angka Asam
mg-KOH/g Max. 0,8
0,40-0,67
Dari hasil pengujian, biodiesel yang dihasilkan dari
penelitian ini memiliki karakteristik seperti, angka asam
0,40-0,72 mg-KOH. Berarti, biodiesel tersebut tidak
korosif dan tidak merusak injektor mesin diesel.
3
Sementara itu densitas biodiesel berkisar 857-867 kg/m .
Biodiesel dengan densitas dalam batas SNI dapat
menghasilkan pembakaran yang sempurna. Menurut
Prihandana dkk. [2006], biodiesel yang memiliki
densitas melebihi ketentuan akan menghasilkan reaksi
pembakaran
tidak
sempurna.
Sehingga
akan
meningkatkan emisi dan keausan mesin. Viskositas
2
kinematik biodiesel 2,32-2,46 mm /s. Dengan nilai
2
viskositas kinematik biodiesel sebesar 2,32-2,46 mm /s
maka tidak akan menganggu kinerja injektor mesin
diesel. Sementara itu, dari hasil pengujian titik nyala
diperoleh titik nyala sebesar 137C. Titik nyala yang
diatas ambang batas Standar Nasional Indonesia (SNI)
membuat biodiesel aman dalam penyimpanan.

Yield

Densitas

(%)

kg/m

84,02
69,87
93,45
76,16
88,04
70.69
71,92
65,28
92,52
59,23
86,66
82,20
82,65
80,83
84,21
87,68
84,92
84,29
82,67
86,03

Viskositas

Angka Asam

cSt

mg-KOH/g

85,10
70,85
92,40
75,51
81,39
70,72
70,69
66,51
92,85
57,41
87,59
83,34
83,97
81,36
82,21
86,60
88,43
83,82
83,28
85,78

857
861
859
861
861
865
863
859
863
861
863
863
865
857
861
863
859
861
863
863

861
861
861
863
863
859
863
863
867
861
861
863
861
863
863
861
863
861
861
863

2,39
2,38
2,42
2,35
2,36
2,46
2,39
2,40
2,39
2,35
2,36
2,39
2,47
2,39
2,40
2,40
2,38
2,36
2,40
2,39

3.4 Desain dan Analisis


karakteristik Biodiesel

2,34
2,35
2,35
2,38
2,38
2,32
2,38
2,38
2,41
2,34
2,35
2,39
2,34
2,38
2,38
2,35
2,37
2,35
2,37
2,36

Model

0,67
0,69
0,62
0,59
0,72
0,66
0,53
0,58
0,40
0,51
0,41
0,55
0,55
0,42
0,42
0,48
0,47
0,63
0,54
0,57

Yield

0,67
0,48
0,46
0,54
0,66
0,66
0,40
0,67
0,67
0,74
0,43
0,67
0,53
0,65
0,40
0,54
0,44
0,47
0,62
0,45

serta

Model polinomial orde dua digunakan untuk


memperkirakan kelengkungan (curvature) dari respon.
Untuk desain model dua maka digunakan rancangan
penelitian dengan CCD. Sedangkan data hasil penelitian
pada berbagai kondisi proses ditampilkan pada Tabel 4.
Dari data hasil penelitian, dilakukan regresi
polinomial orde dua untuk mendapatkan persamaan yang
mendekati nilai masing-masing respon. Adapun respon
dari penelitian ini yaitu yield biodiesel (y 1 ), angka asam
(y 2 ), densitas (y 3 ) dan viskositas (y 4 ). Koefiesien
masing masing persamaan yang dihasilkan dari
pengolahan data ditampilkan ke dalam Tabel 5.
Tabel 5. Koefisien-koefisien persamaan pada berbagai
respon
Respon
Koefisien
y1
y2
y3
y4
-54,64
2,99
823,9
2,59
0
52,86
-2,34
14,93
-0,03
1
13,27
-0,01
1,38
0,02
2
2,85
-0,03
0,8
-0,09
3
1,43
0,08
-0,5
-0,08
12
0,59
0,01
-0,3
-0,02
13
-0,2
-0,01
-0,01
-0,002
23
-65,83
-0,61
2,84
0,03
11
-0,19
0,04
0,01
0,005
22
-0,02
2,36
-3,5
0,0001
33

a. Rasio molar 6:1

b. Rasio molar 8:1

c. Rasio molar 10:1

Gambar 4. Grafik permukaan pengaruh kondisi konsentrasi katalis NaOH dan suhu reaksi terhadap yield
biodiesel padaberbagai variasi rasio molar metanol : minyak.

a. Rasio molar 6:1

b. Rasio molar 8:1

c. Rasio molar 10:1

Gambar 5. Grafik permukaan pengaruh kondisi konsentrasi katalis NaOH dan suhu reaksi terhadap angka
asam biodiesel pada berbagai variasi rasio molar metanol : minyak.

a. Rasio molar 6:1

b. Rasio molar 8:1

c. Rasio molar 10:1

Gambar 6. Grafik permukaan pengaruh kondisi konsentrasi katalis NaOH dan suhu reaksi terhadap densitas
biodiesel pada berbagai variasi rasio molar metanol : minyak.
3.4.1 Analisis Yield Biodiesel
Pada perbandingan rasio molar metanol : minyak
6:1 (Gambar 4.a), peningkatan jumlah katalis akan
menurunkan yield biodiesel sedangkan peningkatan suhu
reaksi akan meningkatkan yield. Sementara itu pada
perbandingan rasio molar 8:1 (Gambar 4.b), peningkatan
jumlah katalis juga akan menurunkan yield biodiesel
sedangkan peningkatan suhu tidak terlalu memberikan
pengaruh yang nyata terhadap yield biodiesel. Pada
perbandingan rasio molar metanol : minyak 10:1
(Gambar 4.c), penurunan yield terjadi pada peningkatan

konsentrasi katalis namun berbanding terbalik terhadap


peningkatan suhu reaksi.
Phan dan Phan [2008] telah mempelajari pengaruh
konsentrasi katalis KOH terhadap yield biodiesel dari
minyak goreng bekas. Yield biodiesel menurun pada
konsentrasi katalis 1 hingga 1,5%-b. Peningkatan jumlah
katalis akan berdampak negatif terhadap yield biodiesel
karena
terjadinya
reaksi
pembentukan
sabun
(saponifikasi). Canakci dkk. [1999] mengungkapkan
bahwa penambahan konsentrasi katalis setelah dicapai
kondisi maksimum hanya akan menyebabkan
terbentuknya sabun sehingga menurunkan yield

a. Rasio molar 6:1

b. Rasio molar 8:1

c. Rasio molar 10:1

Gambar 7. Pengaruh kondisi konsentrasi katalis NaOH dan suhu reaksi terhadap viskositas biodiesel pada
berbagai variasi rasio molar metanol : minyak.
biodiesel dan mempersulit pemisahan. Selain itu,
terbentuknya sabun juga akan menghambat pemisahan
biodiesel dengan gliserol [Leung dkk., 2010]. Sementara
itu, Phan dan Phan [2008] juga mengungkapkan
penurunan yield terjadi pada suhu reaksi diatas 70C
karena sebagian metanol telah berkurang melalui
penguapan.
3.4.2 Analisis Angka Asam
Pengaruh variasi rasio molar, konsentrasi katalis
dan suhu reaksi terhadap angka asam biodiesel yang
dipelajari tidak terlalu nyata. Angka asam biodiesel yang
dihasilkan dari penelitian ini berkisar antara 0,4 hingga
0,67 mg-KOH/g (Gambar 5). Angka tersebut masih
berada dalam kisaran standar angka asam biodiesel
Indonesia (<0,8 mg-KOH/g). Angka asam meningkat
seiring peningkatan konsentrasi katalis dan penurunan
suhu reaksi. Namun Penggunaan berbagai kondisi proses
transesterifikasi ternyata tidak menunjukkan peningkatan
ataupun penurunan angka asam yang nyata.
3.4.3 Analisis Densitas
Pengaruh variasi rasio molar, konsentrasi katalis
dan suhu reaksi terhadap densitas yang dipelajari tidak
terlalu nyata. Penggunaan berbagai kondisi proses
transesterifikasi tidak menunjukan peningkatan ataupun
penurunan yang nyata. Densitas biodiesel yang
dihasilkan dari penelitian ini berkisar antara 857 hingga
3
867 kg/m (Gambar 6). Peningkatan densitas terjadi
seiring peningkatan konsentrasi katalis NaOH dan suhu
reaksi. Nilai densitas yang diperoleh pada penelitian ini
masih berkisar pada nilai densitas biodiesel standar
3
Indonesia (850-890 kg/m ).
3.4.4 Analisis Viskositas
Pengaruh variasi kondisi proses terhadap viskositas
biodiesel yang dipelajari tidak terlalu memberikan
peningkatan atau penurunan viskositas yang nyata.
Penggunaan berbagai kondisi proses transesterifikasi
tidak menunjukan peningkatan ataupun penurunan yang
nyata di setiap variasi rasio molar metanol : minyak.
Viskositas bodiesel cendrung konstan pada peningkatan
suhu 50 hingga 55C dan meningkat tajam setelah
kenaikan suhu 55C hingga 70C. Sedangkan penurunan
viskositas terjadi pada setiap peningkatan konsentrasi

katalis NaOH dari 0,75%-b hingga 1,25%-b. Viskositas


biodiesel yang dihasilkan dari penelitian ini berkisar
2
antara 2,32 hingga 2,46 mm /s (Gambar 7). Nilai ini
masih dalam batas nilai viskositas biodiesel standar
2
Indonesia (2,3-6,0 mm /s).

5. Kesimpulan
Biodiesel dapat dihasilkan dari minyak hasil
ekstraksi sawit off-grade melalui dua reaksi bertahap.
Berdasarkan hasil
penelitian diketahui bahwa
peningkatan suhu reaksi diatas 60C dan konsentrasi
katalis diatas 0,75%-b akan mengakibatkan penurunan
yield biodiesel. Sedangkan kondisi operasi tidak
menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap angka asam,
densitas dan viskositas biodiesel. Yield biodiesel
tertinggi sebesar 93,45% diperoleh pada konsentrasi
katalis NaOH 0,75%-b, rasio molar 1:10 dan suhu reaksi
50C.

Daftar Pustaka
Arifin, J.K., 2009, Pemanfaatan Buah Sawit Sisa
Sortiran Sebagai Sumber Bahan Baku Asam
Lemak, Tesis, Universitas Sumatra Utara,
Medan.
[BSN] Badan Standarisasi Nasional, 2006, Standar
Nasional Indonesia (SNI) Nomor 04-7182:2006
tentang Biodiesel, Badan Standarisasi Nasional,
Jakarta.
Canakci, M., dan Gerpen, J.V., 1999, Biodiesel
Production via Acid Catalysis, Trans. ASAE, 42,
1203-1210.
Charoenchaitrakool, M., dan Thienmethangkoon, J.,
2011, Statistical optimization for biodiesel
production from waste frying oil through twostep catalyzed process, Fuel Processing
Technology, 92, 112-118
Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan
Konservasi Energi, 2011, Handbook of Energy
& Economic Statistics of Indonesia, Edisi 8,
Jakarta.
Encinar, J.M., Gonzalez, J.F dan Rodriguez-Reinares,
A., 2005, Biodiesel from used frying oil.
Variables affecting the yields and characteristics

of the biodiesel, Ind. Eng. Chem. Res., 44,


54919.
Felizardo, P., Correia, M.J.N., Paposo, I., Mendes, J.F.,
Berkemeier, R., dan Bordado, J.M., 2006,
Production of biodiesel from waste frying oils,
Waste Manage, 26, 487-94.
Hayyan, A., Alam, M.Z., Kabbashi, N.A., Mirghani,
M.E.S., Hakimi, N.I.N.M., Siran, Y.M., dan
Tahiruddin, S., 2011, Reduction of high content
of free fatty acid in sludge palm oil via acid
catalyst for biodiesel production, Fuel
Processing Technol., 92, 920-924.
Helwani, Z., Othman, M.R., Aziz, N., Fernando, W.J.N.,
dan Kim, J., 2009, Technologies for production
of biodiesel focusing on green catalytic
techniques: A review, Fuel Processing
Technology, 90, 1502-1514.
Leung, D.Y.C., Wu X., dan Leung M.K.H., 2010, A
review on
biodiesel
using
catalyzed

transesterification, Applied Energy, 87, 10831095.


Marchetti, J.M., Miguel, V.U., dan Errazzu, A.E., 2007,
Possible methods for biodiesel production,
Renewable and Sustainable Energy, 11, 13001311
Phan, A.N., dan Phan, T.M., 2008, Biodiesel production
from waste cooking oils, Fuel, 87, 3490-3496
Prihandana, R., Hendroko, R., dan Nuramin, M., 2006,
Menghasilkan Biodiesel Murah, PT Agromedia
Pustaka, Jakarta.
Zhang, Y., Dube, M.A., McLean D.D., dan Kates, M.,
2003, Biodiesel production from waste cooking
oil, 2. Economic assessment and sensitivity
analysis, Bioresour. Technol,. 90, 229240.
Zhang, Y., Lu, X.H., Yu, Y.L., dan Ji, J.B., 2008, Study
on the coupling process of catalytic
esterication and extraction of high acid value
waste
oil
with
methanol

You might also like