Farmakologi Terapan

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 71

Copyright2010@edi_ahsani

FARMAKOLOGI 3

Bahan Kuliah UNSRI


1. Anti Diabetika Oral 1
2. Hormon Tiroid 12
3. Hormon Insulin 17
4. Obat Anti konvulsi 21
5. Antianxiety and antidepressant drugs 35
6. Psychoactive and neuroleptic drugs 48
7. Hormon Kelamin 60

Disusun oleh : Edi Ahsani


Blog : http://noteskedokteran.blogspot.com
0

Copyright2010@edi_ahsani

ANTI DIABETIKA ORAL


dr. Theodorus, MMedSc
Staf Bagian Farmakologi FK Unsri
SULFONILUREA
Stimulate insulin secretion
Cause hypoglycaemia stimulate appetite and leads to weight gain
Only effective if -cells are functional
Block ATP-sensitive K + channels in -cells

Mechanism of Insulin Secretion


KATP
Channel

Glucose

ATP

+
Metabolism

Binding
Sulfonylurea

Insulin
Secretion

Ca trigger

Ca i

+
VDCC

K
ATP

Passive flux

Voltage

Ca
Channel

+
Sulfonylurea
or
ATP

VDCC

K
ATP

Ca2+

K+
Depolarization

Resting celll

Stimulated cell

Copyright2010@edi_ahsani

Sulfonylureas
Efficacy
Approximately 50% of patients with newly diagnosed type 2
achieve acceptable glycemic control
About 15%-20% of patients little or no glycemic response
Generasi I :
- Carbutamide
- Tolbutamide
- Chlorpropamide
Generasi II :
- Glyburide
- Glipizide
Generasi III :
- Glimepiride
Mechanism of action Thiazolidinediones
SIDE EFFECTS
Hypoglicemic reactions including coma
Particularly, elderly patients with impaired hepatic or renal
function

Copyright2010@edi_ahsani

Glyburide=chlorpropamide > glipizide > tolbutamide


Nausea and Vomiting
Aplastic and hemolytic anemia
Hypersensitivity and dermatological reactions
CONTRAINDICATIONS
Hypersensitivity
Diabetic keto acidosis
DRUG INTERACTION
Clofibrate, dicumarol, salysilates displace the sulfonyl ureas from
binding site
SECRETAGOGUE LAIN
MEGLITINIDES :
1. Repaglinide
2. Meglitinide
3. Nateglinide
BIGUANIDE (METFORMIN)

Increase glucose uptake in striated muscle


Inhibit hepatic glucose output & intestinal glucose absorbtion
Cause anorexia assist in weight loss
Are used with sulphonylurea when these have ceased to work
adequately
Reduction of total cholesterol, LDL cholesterol & trigliceride
Increase HDL cholesterol concentration

Copyright2010@edi_ahsani

DRUG INTERACTION
Cimetidine and furosemide increased yhe metformin plasma
Alcohol potentiate the effect of metformin

Copyright2010@edi_ahsani

THIAZOLIDINEDIONES
Antidiabetic agents that increase insuline sensitivity through the
modulation of several processes
These agents affect:
- insulin receptor kinase activity
- insulin receptor phosphorylation
- insulin receptor numbers
- hepatic glucose metabolism
May activate PPAR- (Peroxisome Proliferator Activated
Receptor) in adipose tissue, skeletal muscle and liver

Copyright2010@edi_ahsani

Proteins involve in glucose


lipid metabolism

Thiazolidinedione

RXR

PPAR

mRNA
Response
elements

Gene transcription

Promoter

Coding Region

Nucleus

Thiazolidinediones activate nuclear receptors, resulting in expression


of proteins involved inglucose and lipid metabolism

Copyright2010@edi_ahsani

Copyright2010@edi_ahsani

Copyright2010@edi_ahsani

Copyright2010@edi_ahsani

10

Copyright2010@edi_ahsani

11

Copyright2010@edi_ahsani

HORMON TIROID
dr. Theodorus, MMedSc
BAGIAN FARMAKOLOGI FK UNSRI
ADA 3 SEKRESI HORMON UTAMA :
1. TIROKSIN [T4]
2. TRIYODOTIRONIN [T3]
T3 & T4 PENTING UNTUK PERTUMBUHAN &
PERKEMBANGAN DAN UNTUK ENERGI METABOLISME
3. CALCITONIN MENGONTROL CALCIUM PLASMA
TIROID
Disintesa dg cara yodinasi residu tirosin pada tiroglobulin dalam
lumen folikel tiroid
Tiroglobulin diendositosis & disekresikan T4 dan T3
Sintesis dan sekresi T3 & T4 diatur oleh tirotropin dan dipengaruhi
oleh yodida plasma
Kerja T3 & T4 :
Umumnya merangsang metabolisme meningkatkan
konsumsi O2 & metabolic rate
Mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
Di dalam sel T4 dikonversi T3 yg berinteraksi dg reseptor inti ;
reseptor menekan transkripsi basal bila tidak terikat T3 dan
mengaktivasi transkripsi bila terikat

12

Copyright2010@edi_ahsani

13

Copyright2010@edi_ahsani

Terdapat pool yg besar T4 di dalam tubuh ; rendah laju pergantian


dan terutama terdapat dalam bentuk terikat dalam sirkulasi
Terdapat pool yang kecil T3 di dalam tubuh ; cepat laju pergantian
dan terutama terikat intraseluler
GANGGUAN FUNGSI TIROID
HIPERTIROIDISME (TIROTOKSIKOSIS) BAIK BERUPA
DIFFUSE TOXIC GOITRE ATAUPUN NODULAR GOITRE
HIPOTIROIDISM
PD DEWASA MYXEDEMA
PD BAYI CRETINISME
SIMPLE NON-TOXIC GOITRE, DISEBABKAN OLEH
DEFISIENSI YODIUM, BIASANYA FUNGSI TIROID
NORMAL

14

Copyright2010@edi_ahsani

OBAT PENYAKIT TIROID


HIPERTIROIDISME
RADIOIODINE, PER-ORAL, SECARA SELEKTIF
DIAMBIL OLEH TIROID DAN MERUSAK SEL
TIROID ; MEMANCARKAN SHORT-RANGE BETA
RADIASI YG HANYA MEMPENGARUHI SEL
FOLIKEL TIROID
TIOURILEN (MIS. PROPILTIOURASIL)
MENURUNKAN SINTESIS HORMON TIROID ;
MEKANISMENYA MELALUI PENGHAMBATAN
TIROPEROKSIDASE, JADI MENGURANGI YODINASI
TIROGLOBULIN. DIBERI PER-ORAL
YODIUM, PER-ORAL DALAM DOSIS TINGGI,
SECARA SEMENTARA MENGURANGI SEKRESI
HORMON DAN MENURUNKAN VASKULARISASI
GLANDULA
HIPOTIROIDISME
TIROKSIN YG MEMPUNYAI SEMUA EFEK T4
ENDOGEN ; DIBERI PER-ORAL
LIOTIRONIN [T3] YG MEMPUNYAI SEMUA EFEK T3 ;
DIBERI SECARA INTRAVENA
OBAT-OBAT HIPERTIROIDISME
1. RADIOIODINE
PENGOBATAN FIRST-LINE HIPERTIROIDISME
[TERUTAMA DI USA] ; JARANG TERJADI
KEKAMBUHAN BILA DOSIS ADEKUAT
PENGOBATAN RELAPS HIPERTIROIDISME
SETELAH TERAPI DG TIOURILEN ATAU OPERASI
HINDARI PD ANAK-ANAK & WANITA HAMIL
BERPOTENSI MERUSAK TIROID JANIN
2. TIOURILEN
[CARBIMAZOLE, METIMAZOL, PROPILTIOURASIL]
HIPERTIROIDISME [DIFFUSE TOXIS GOITRE],
PALING TIDAK DIPERLUKAN PENGOBATAN 1 TH ;
KEKAMBUHAN TERJADI PD LEBIH DARI PASIEN
TETAPI DAPAT DIATASI DG PENGULANGAN
COURSE OF TREATMENT
SEBAGAI PRE-ELIMINARY UNTUK OPERASI TOXIC
GOITRE

15

Copyright2010@edi_ahsani

SEBAGAI BAGIAN PENGOBATAN THYROID STORM


[VERY SEVERE HYPERTHYROIDISM] ; LEBIH
DISENANGI PROPILTIOURASIL KARENA KERJANYA
MENURUNKAN KONVERSI T4 T3 DI DALAM
JARINGAN
3. YODIUM / YODIDA
10-14 HARI TERLIHAT PENGURANGAN
VASKULARISASI GLD & GLD MENGECIL
EFEK MAX. 10-15 HARI kmd. ME
MEKANISME KERJA : MENGHAMBAT YODINASI
TIROGLO-BULIN [MENGHAMBAT PEMBENTUKAN
H2 O2 YG PERLU UNTUK PROSES INI]
INDIKASI PEND. HIPERTIROID YG AKAN DIOPERASI
& KRISIS TIROTOKSIK [THYROID STORM]
ES : ANGIOEDEMA, RASH, DRUG FEVER,
LAKRIMASI, KONYUNGTIVITIS, SINDROMA FLU
OBAT-OBAT HIPERTIROIDISME LAIN :
1. Antagonis adrenoseptor- [Propranolol]:
Untuk persiapan operasi & thyroid storm
Mengurangi tanda & gejala hipertiroidisme
[takhikardia, disritmia, tremor, agitasi]
2. Noradrenergic blocking agent [Guanetidin]
Sebagai obat tetes mata untuk memperbaiki Exophthalmus
Hipertiroidisme
3. Glukokortikoid [Prednisolon]
Untuk memperbaiki Exophthalmus Hipertiroidisme
OBAT-OBAT HIPOTIROIDISME
HORMON TIROID
TIROKSIN MERUPAKAN STANDAR TERAPI
PENGGANTI UNTUK HIPOTIROIDISME
LIOTIRONIN MERUPAKAN TERAPI PILIHAN UNTUK
KOMA MYXEDEMA

16

Copyright2010@edi_ahsani

INSULIN
1. MERUPAKAN POLIPEPTIDA yg TERSUSUN DALAM 2
RANTAI [CHAIN A 21 AA. & CHAIN B 30 AA] yg
DIHUBUNGKAN dg 2 DISULPHIDE BRIDGES
2. DIHASILKAN OLEH SEL- PULAU LANGERHANS
3. DISINTESA sbg PROHORMON PROINSULIN MASUK KE
SEL RETIKULUM ENDOPLASMIK DISIMPAN DALAM
BENTUK GRANUL, kmd DIHIDROLISA DAN DILEPASKAN
KEDALAM DARAH sbg INSULIN
4. SEKRESI OLEH BERBAGAI HORMON GI. DAN
MAKANAN
5. GH MERUPAKAN ANTI-INSULIN
MENGURANGI PENYERAPAN GLUKOSA OLEH
JARINGAN
PELEPASAN GLUKOSA OLEH HEPAR
MENGURANGI PENGIKATAN INSULIN OLEH
HEPAR
6. NOREPINEFRIN & EPINEFRIN MENGHAMBAT PELEPASAN
INSULIN mel. RESEPTOR -ADRENERGIK [reseptor-2 ] & dg
GLIKOGENOLISIS via RESEPTOR-2 pd OTOT SERAN
LINTANG & HATI
KERJA INSULIN
1. EFEK thd METABOLISME KARBOHIDRAT
PADA HATI [ ME PENYIMPANAN GLIKOGEN HEPAR ]
MENGHAMBAT GLIKOGENOLISIS
MENGHAMBAT GLUKONEOGENESIS
MERANGSANG SINTESIS GLIKOGEN
MENINGKATKAN PEMAKAIAN GLUKOSA
[GLIKOLISIS]
PADA OTOT
ME FASILITASI TRANSPOR GLUKOSA via
TRANSPORTER GLUT-4
MERANGSANG SINTESIS GLIKOGEN &
GLIKOLISIS
PADA JAR. ADIPOSA
AMBILAN GLUKOSA OLEH GLUT-4
METABOLISME GLUKOSA
SIMPANAN TRIGLISERIDA

17

Copyright2010@edi_ahsani

2. EFEK thd METABOLISME LEMAK


SINTESIS AS.LEMAK
PEMBENTUKAN TRIGLISERIDA
LIPOLISIS [ SEBAG. MEL. INAKTIVASI
DEFOSFORILASI LIPASE ]
KERJA LIPOLITIK ADRENALIN, GH & GLUKAGON
dg MELAWAN KERJANYA pd ADENILAT SIKLASE
LIPOGENESIS DI HATI
3. EFEK thd METABOLISME PROTEIN
AMBILAN AS.AMINO ke dalam OTOT
SINTESIS PROTEIN
KATABOLISME PROTEIN & MENGHAMBAT
OKSIDASI AS. AMINO DI HATI
4. EFEK METABOLIK INSULIN yg LAIN
TRANSPOR K , Ca 2 , NUKLEOSID DAN FOSFAT
INORGANIK
MERANGSANG ENZIM yg PERLU untuk GLIKOLISIS
MENGHAMBAT ENZIM yg PERLU untuk
GLUKONEOGENESIS
PEMBAGIAN PREPARAT
1. KERJA SINGKAT
REGULER INSULIN
PROMPT INSULIN ZINC SUSPENSION
(SEMILENTE)
SETELAH PEMBERIAN MENYEBAR LUAS sbg
HORMON BEBAS pd CAIRAN EXTRASELULER
PEMBERIAN S.C.
EFEK MULAI - 1JAM
KADAR PUNCAK DICAPAI dlm 2-3 JAM
BERLANGSUNG 5 -8 JAM & SAMPAI 14 JAM
UNTUK SEMILENTE
PEMBERIAN I.V.
EFEK 10-30 MENIT
KADAR PUNCAK DICAPAI dlm - 1 JAM
BERLANGSUNG 1-2 JAM
2. KERJA SEDANG :
NPH INSULIN
LENTE INSULIN
PEMBERIAN HANYA S.C.
EFEK 1- 1 JAM

18

Copyright2010@edi_ahsani

3.

KADAR PUNCAK 8-12 JAM


BERLANGSUNG 18-24 JAM
LENTE INSULIN adl. KOMBINASI
70% ULTRALENTE & 30% SEMILENTE
KERJA LAMA :
PZI
ULTRALENTE [INSULIN ZINC SUSPENSION
EXTENDED]
ZINC CHLORID ATAU PROTAMIN SULFAT UNTUK ME
KAN SOLUBILITAS & MEMPERLAMBAT ABSORBSI
DIGUNAKAN dlm GABUNGAN dg INSULIN KERJA
SINGKAT
HANYA DIBERI S.C.:
ONSET 4 JAM
KADAR PUNCAK 14-20 JAM
LAMA KERJA 36 JAM

INDIKASI PEMBERIAN INSULIN


PENDERITA DIABETES TIPE-1 [IDDM]
PENDERITA DIABETES TIPE-2 [NIDDM] yg MEMERLUKAN
INSULIN JANGKA LAMA
PENGOBATAN JANGKA PENDEK PENDERITA NIDDM
ATAU ADA GANGGUAN TOLERANSI GLUKOSA pd
KEADAAN MIS. INFEKSI, MYOCARD INFARK,
KEHAMILAN, SELAMA OPERASI BESAR
EFEK SAMPING:
HIPOGLIKEMIA
TOKSISITAS IMUNOLOGI.
IMUNOGENISITAS PREP. BOVINE PORCINE HUMAN
LIPODISTROFI pd TEMPAT SUNTIKAN
RETENSI AIR
GANGGUAN PENGLIHATAN

19

Copyright2010@edi_ahsani

GLUKAGON
1. MERUPAKAN POLIPEPTIDA yg DISEKRESI OLEH SEL-
PULAU LANGERHANS PANCREAS
2. ANTAGONIS thd INSULIN pd PROSES :
GLIKOGENOLISIS
GLUKONEOGENESIS
LIPOLISIS
PEMBENTUKAN KETON BODIES
3. MERANGSANG SEKRESI GH, INSULIN & SOMATOSTATIN
PANCREAS
4. MERANGSANG PRODUKSI cAMP
PERBEDAAN KOMA HIPOGLIKEMIA & KETOASIDOSIS
HIPOGLIKEMIA

KETOASIDOSIS

1. RESPIRASI

N / MENDENGKUR,
IREGULER

REGULER, DALAM
[KUSSMAUL]

2. BAU ASETON
3. KULIT

4. KERINGAT
5. PUPIL
6. TREMOR
7. BABINSKI SIGN
8. TENSI
9. POLS
10. GULA URINE
11. ASETON

(-)
LEMBAB, PUCAT,
ELASTISITAS
NORMAL
( +++ )
MELEBAR
(+)
SERING ( + )
NORMAL / SDKT
KUAT, EQUAL
( - ) / SEDIKIT
JARANG ADA

( +++ )
KERING, SERING
KEMERAHAN,
ELASTISITAS KURANG
(-)
NORMAL / MENGECIL
(-)
(-)

LEMAH, CEPAT
( ++++ )
( ++++ )

12. GULA DARAH

60 mg / 100 ml

400 mg / 100 ml

13. ALKALI RESERVE

NORMAL

14. LEUKOSIT
15. REAKSI THD. PEMB.
KH

NORMAL
CEPAT / SEGERA
TERJADI PERBAIKAN

BERKURANG 20
VOL. % pd 40 mmHg ,
PCO2 = 9,1 meq / L

TAK ADA PERBAIKAN

20

Copyright2010@edi_ahsani

Obat Anti Konvulsi


PENDAHULUAN
Dalam penanggulangan epilepsi, pengobatan dengan menggunakan obatobat antikonvulsi masih menduduki tempat terpenting, meskipun faktorfaktor yang dapat mempengaruhi kehidupan mereka yang menyandang
epilepsi seperti faktor psikososial, lingkungan,keluarga, pendidikan dan
pekerjaan.
Antikonvulsi yang beredar di Indonesia masih cukup banyak dan masingmasing obat mempunyai spesifikasi tersendiri untuk masing masing
bangkitan epilepsi sehingga diagnose yang tepat akan meng-hasilkan
pengobatan yang tepat pula.
Terapi medikamentosa epilepsi jauh membaik selama tahun-tahun
terakhir ini dimana sejumlah obat yang baru dan cukup baik telah
tersedia disamping prinsip pengobatan yang efektif jauh lebih baik
lagi.
Akan tetapi harga obat yang kadang-kadang masih banyak belum
terjangkau, maka pilihan pada obat yang murah, terjangkau, efektif
masih merupakan pilihan utama.
Di Indonesia fenobarbital masih banyak digunakan untuk
pengobatan epilepsi walaupun diluar negeri obat ini sudah mulai
banyak ditinggalkan. Golongan fenitoin dan karbamazepin masih
tetap merupakan obat utama antiepilepsi.
Antikonvulsi digunakan terutama untuk mencegah dan mengobati
bangkitan epilepsi sehingga sering dinamakan sebagai obat anti
epilepsi.
MEKANISME KERJA ANTIEPILEPSI
Mekanisme kerja antikonvulsi terbagi atas 2 mekanisme penting yaitu :
1. mencegah timbulnya letupan depolarisasi eksesif pada neuron
epilepton didalam fokus epilepsi.
2. mencegah terjadinya letupan depolarisasi pada neuron yang normal
akibat pengaruh dari fokus epilepsi.
Mekanisme kerja lainnya sampai saat ini masih belum banyak diketahui
secara jelas, hanya dikatakan bahwa berbagai obat antiepilepsi diketahui
mempengaruhi berbagai fungsi neurofisiologik otak terutama
mempengaruhi sistem inhibisi yang melibatkan GABA dalam mekanisme
kerja sebagai jenis epilepsi.
KADAR ANTI EPILEPSI DALAM PLASMA
Kadar obat anti epilepsi dalam darah sangat penting dalam
menunjang berhasilnya pengobatan penderita dimana peranan

21

Copyright2010@edi_ahsani

laboratorium farmakologi turut memegang peranan penting dan


sudah dimulai sejak tahun 1971.
Penetapan kadar terapetik dalam darah sangat penting dalam
individualisasi dosis obat anti-epilepsi karena beberapa faktor
individu dapat menghasilkan kadar obat yang berbeda.
Perbedaan faktor genetik dan fisiologik akan mempengaruhi absorpsi,
distribusi, biotranformasi dan ekskresi dari obat epilepsi. Pengukuran
kadar obat dalam plasma akan sangat membantu untuk mengetahui :
1. Kepatuhan penderita
2. Kadar terapi obat antiepilepsi yang sudah diberikan.
3. Kadar toksik yang dapat terjadi pada pemakaian jangka panjang
4. Kemungkinan interaksi obat bila diberikan dalam bentuk kombinasi.
Dengan mengetahui kadar terapetik dalam darah maka hampir 80 % dari
bangkitan kejang dapat terkendali dengan baik serta dosis yang diberikan
dapat secara individual sehingga efek toksik dan kegagalan dalam
pengobatan dapat dihindari
PRINSIP PEMILIHAN OBAT ANTIEPILEPSI
Dalam upaya untuk mencapai hasil pengobatan yang maksimal maka
diperlukan beberapa prinsip :
1. Pengobatan medikamentosa sebaiknya baru dimulai apabila
diagnosis epilepsi telah ditegakkan dengan pasti.
2. Pemilihan dapat obat dilakukan sesuai dengan jenis serangan dan
riwayat pengobatan sebelumnya
3. Obat yang diberikan diharapkan dapat menekan bangkitan
sesempurna mungkin tanpa menimbulkan efek samping yang
mengganggu termasuk efek sedasinya.
4. Batas keamanan pemakaian harus cukup lebar
5. Dapat diberikan secara oral, masa kerja panjang dan cukup aman
pada pemberian jangka panjang.
6. Gunakanlah satu atau paling banyak 2 obat anti konvulsan bila
sangat diperlukan yang dapat bekerja langsung pada fokus
bangkitan.
7. Obat yang dipilih sebaiknya yang sesuai dengan bentuk bangkitan.
8. Sebaiknya dimulai dengan pengobatan tunggal dengan dosis
rendah dan dinaikkan perlahan-lahan setiap minggu sampai dicapai
dosis pemeliharaan.
9. Hindari obat yang mempunyai efek sedatif, kecuali jika benarbenar bermanfaat.
10.Penggantian obat harus dilakukan secara perlahan dan harus
diwaspadai akan kemungkinan terjadinya eksaserbasi serangan
pada waktu fase pertukaran obat.
22

Copyright2010@edi_ahsani

11.Sebaiknya kadar obat didalam darah selalu dipantau.


12.Pengurangan dosis atau penghentian obat harus selalu dilakukan
secara bertahap.
13.Harga yang terjangkau.
Disamping hal tersebut diatas maka terapi kausal untuk menghilangkan
penyebabnya serta terapi supportif untuk menghindarkan faktor pencetus
turut memegang peranan penting untuk berhasilnya pengobatan.
Kegagalan terapi biasanya disebabkan karena beberapa faktor antara lain :
1. Tidak tepatnya diagnosis yang ditegakan
2. Pemilihan obat dan dosis pemberian yang tidak tepat.
3. Terlalu sering mengganti obat sebelum hasil pengobatan optimal
tercapai.
4. Tidak patuhnya penderita memakan obat.
5. Harus dipertimbangkan bahwa kejang yang terjadi adalah kejang
non-epileptik.
6. Harus dipertimbangkan adanya kemungkinan suatu penyakit
neurologis yang progresif yang mendasari terjadinya epilepsi.
Dalam membuat keputusan untuk penghentian pemberian
medikamentosa maka harus dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. Makin lama riwayat epilepsi yang diderita, penghentian obat akan
makin kurang aman.
2. Risiko penghentian obat akan lebih besar pada penderita dengan
riwayat keterbelakangan mental, adanya kerusakan otak, epilepsi
simptomatik atau parsial.
3. Penghentian obat harus dilakukan secara bertahap.
4. Rusiko kambuh harus dijelaskan pada penderita untuk mengurangi
hal-hal yang tidak diinginkan.
OBAT ANTIEPILEPSI YANG LAZIM DIPERGUNAKAN
I. FENITOIN
Termasuk golongan hidantoin dan diperkenalkan dalam klinis tahun
1938 dan masih dipergunakan secara luas sebagai antikonvulsan pilihan
pertama.
Difenilhidantoin merupakan obat terpilih untuk semua jenis epilepsi
kecuali bangkitan lena (abscence) yang merupakan kontraindikasi.
FARMAKOLOGI
Efek antikonvulsi tidak menyebabkan efek depresi umum susunan
syaraf pusat. Dosis toksis akan menimbulkan eksitasi sedangkan
dosis letal akan menimbulkan rigiditas deserebrasi.

23

Copyright2010@edi_ahsani

Sifat antikonvulsinya berdasarkan atas penghambat penjalaran


rangsang lepas muatan listrik dari fokus epileptogen ke bagian lain
di otak.
Stabilisasi membran sel oleh golongan ini dapat terlihat pada syaraf
perifer dan membran ion Natrium melintasi membran sel.
Bangkitan tonik dan klonik epilepsi serta beberapa bangkitan
persial lainnya dapat ditekan bahkan dipulihkan secara sempurna
kecuali aura sensorik dan gejala prodromal.
Dapat digunakan pada berbagai etilogi dan umur akan tetapi
sebaiknya dipertimbangkan pada wanita muda karena alasan
kosmetik dan teratogenisitas
Absorpsi peroral berlangsung lambat dan tidak lengkap dimana
10 % dari dosis oral akan dieksresikan bersama tinja dalam bentuk
utuh.
Kadar puncak akan tercapai dalam 3-12 jam.
Pemberian dalam bentuk injeksi intramuskuler akan menyebabkan
pengendapan ditempat suntikan kira- kira 5 hari dimana absopsi
berlangsung lambat.
Distribusi keseluruh jaringan tubuh terdapat dalam kadar yang
bervariasi. Pada pemberian secara intravena maka kadar yang
terdapat dalam hati, ginjal dan kelenjar ludah lebih tinggi dari
kadar yang terdapat otak, otot skelet dan jaringan lemak. Dalam
plasma 70 - 95 % terikat terutama dalam bentuk albumin plasma.
Pada orang sehat, wanita hamil dan wanita yang sedang memakai
kontrasepsi oral terdapat kadar obat dalam bentuk bebas kira-kira
10 % sedangkan pada penderita penyakit ginjal dan penyakit hati
kadar obat dalam bentuk bebas kira-kira 15 %. Pada penderita
epilepsi kadar obat bebas dalam darah berkisar diantara 5,8 - 12,6%.
Terikat kuat dalam jaringan saraf dimana onset lebih lambat
dibandingkan dengan fenobarbital.
Biotranformasi dengan cara hidroksilasi melalui sel mikrosom hati
dimana hasil metabolik adalah derivat parahidroksifenil. Pada
kadar terapi peningkatkan dosis akan meningkatkan kadar fenitoin
dalam serum.
Bila salah satu gugus fenil telah mengalami oksidasi maka potensi
antikonvulsinya akan menghilang.
Sebagian besar dari hasil metabolik akandieksresikan melalui
empedu, mengalami reabsopsi kembali dan dieksresikan melalui
ginjal. Didalam ginjal hasil metabolik akan dikeluarkan sedangkan
yang bentuk fenitoin akan direabsorpsi kembali.

24

Copyright2010@edi_ahsani

INTERAKSI OBAT
Konsentrasi fenitoin dalam plasma dapat meningkat bila diberikan
bersama kloramfenikol, disulfiram, INH, simetidin, propoksifen,
dan sulfonamid karena terjadi penghambatan biotransformasi
fenitoin; sedangkan sulfioksazol, fenibutazon, salisilat dan asam
valproat juga akan meningkatkan kadar fenitoin dalam plasma
karena obat-obat ini dapat mempengaruhi ikatan plasma protein
dari fenitoin.
Teofilin dapat menurunkan konsentrasi fenitoin dalam plasma bila
diberikan secara bersamaan karena teofilin dapat meningkatkan
biotransformasi fenitoin dan mengurangi absorpsi dan reabsorpsi.
Interaksi dengan fenobarbital akan menurunkan kadar fenitoin
karena fenobarbital akan menginduksi mikrosoma sel hati tetapi
kadang-kadang dapat meningkat karena inhibisi kompetitif pada
inaktivasi fenitoin.
Pemberian bersama dengan carbamazepin akan menurunkan kadar
fenitoin karena carbamazepin dapat meningkatkan biotransformasi
fenitoin
INTOKSIKASI DAN EFEK SAMPING
A. Susunan sarat pusat:
ataksia, nigtasmus, sukar bicara, tremor, gugup, perasaan
mengantuk, kelelahan, gangguan mental, halusinasi, ilusi, psikotik,
kekurangan asam folat mempermudah terjadinya gangguan mental.
B. Gusi dan saluran cerna:
anoreksia, nyeri ulu hati, mual, muntah dan hematemesis yang
dapat bersifat fatal. Hal ini dapat terjadi karena fenitoin bersifat
alkali. Proliferasi jaringan ikat gusi, edema gusi dan ginggivitis
dapat terjadi
C. Kulit:
ruam kulit terutama pada anak dan dewasa muda, eritema multi-form
hemoragik yang dapat bersifat fatal. Pemberian pada wanita muda dapat
terjadi keratosis dan hirsutism terutama pada pengobatan kronik.
D. Hati:
ikterus dan hepatitis,
E. Susunan tulang:
anemia megaloblastik.
F. Lain-lain:
fenitoin bersifat teratogenik sehingga dikontraindikasikan pada
kehamilan karena dapat penyebabkan skizo dan atau palatoskizis.
Pada trimester lanjut dapat menyebabkan abnormalitas tulang janin

25

Copyright2010@edi_ahsani

INDIKASI
Fenitoin diindikasikan terutama untuk GRANDMALL epilepsi
dan JACKSON epilepsi serta epilepsi parsial kompleks.
Obat ini juga dapat bermanfaat untuk trigemital neuralgia dan
aritmia jantung, untuk mengurangi efek konvulsi ECT serta
gangguan ekstrapiramidal iatrogenik
Konsentrasi plasma optimal fenitoin adalah 10 - 20 mcg/ml dimana
konsentrasi dibawah 10 mcg/ml akan kurang efektif untuk
pengendalian kejang yang terjadi sedangkan konsentrasi lebih dari
20 mcg akan menyebabkan efek toksik.
DOSIS
Dewasa: 300 mg dengan dosis maksimal 600 mg dalam dosis yang
terbagi
Anak-anak: 4 - 8 mg/kgBB dengan dosis maksimal 300 mg/hari.
Bila kita ingin mengganti pemberian fenobarbital ke fenitoin maka
dosis fenobarbital tidak boleh langsung dihentikan akan tetapi sebaiknya
dosis diturunkan perlahan-lahan sambil memberikan fenitoin
II. FENOBARBITAL
Obat ini termasuk golongan barbiturat dan cukup efektif sebagai
antikonvulsi disamping sebagai hipnotik sedatif. Yang lazim
dipergunakan adalah barbiturat masa kerja lama.
Merupakan antikonvulsi yang pertama kali dipergunakan dalam
praktek klinik (1912) dimana kerjanya adalah dengan membatasi aktifitas
bangkitan kejang dan meningkatkan ambang rangsang pada korteks
serebri.
Merupakan antikonvulsi yang terkuat dari seluruh antikonvulsi
yang tersedia sampai saat ini dan sama baiknya dengan efek fenitoin dan
karbamazepin disamping harganya murah.
Dosis efektif relatif rendah dengan "margin of safety" yang cukup
luas sehingga masih banyak dipertimbangkan untuk dipakai sebagi
antikonvulsi walaupun secara bermakna lebih toksik dibandingkan
fenitoin dan karbamazepin
INDIKASI
Grandmall epilepsi, epilepsi parsial dan epilepsi fokal kortikal.
Merupakan obat alternatif untuk epilepsi petitmall, mioklonik dan
epilepsi akinetik. Tidak boleh digunakan pada serangan umum lena
karena dapat mengalami serangan eksaserbasi.
Merupakan kontraindikasi relatif pada anak karena dapat
menyebabkan hiperaktifitas dan agitasi para doksal dan
mengganggu kemampuan belajar.

26

Copyright2010@edi_ahsani

DOSIS
Dosis awal dapat dimulai dengan dosis rendah kemudian
berangsur-angsur dinaikkan sampai bangkitan kejang tidak
berulang kembali atau dapat juga dimulai dengan dosis
tinggi kemudian berangsur-rangsur diturunkan sampai
didapatkan dosis pemeliharaan.
Untuk penderita dewasa pemberian dapat dimulai dengan
dosis 30-60 mg/hari diberikan pada malam hari dan
berangsur dinaikkan 30 mg/minggu sampai didapatkan dosis
pemeliharaan dengan dosis maksimal 600 mg/hari.
Dosis anak 5-8 mg/KgBB dalam dosis yang terbagi.
Untuk pengendalian epilepsi maka konsentrasi optimal
fenobarbital dalam plasma berkisar antara 10 - 40 mcg/ml.
Penghentian pengobatan harus dilakukan dengan "tappering
off".
INTERAKSI OBAT
Interaksi umumnya terjadi karena fenobarbital dapat menginduksi
dan meningkatkan aktififitas enzim mikrosom hati, sehingga akan
mengurangi efektifitas karbamazepin, fenitoin, warfarin, kloramfe
nikol, kontrasepsi oral dan griseofulvin.
Kombinasi dengan asam valproat dapat meningkatkan konsentrasi
fenobarbital sampai 40 % sehingga dapat terjadi somnolent yang
berat.
PRIMIDON (MYSOLIN. ICI) merupakan derivat barbuturat
dimana efek farmakokinetik dan farmakodinamiknya mirip dengan
fenobarbital hanya potensinya kurang dibandingkan dengan
fenobarbital.
INDIKASI
Efektif untuk semua bangkitan epilepsi kecuali bangkitan lena
(abscence). Merupakan obat yang terpilih untuk epilepsi parsial
kompleks dan epilepsi akinetik minor.
III. KARBAMAZEPIN
Pertama kali digunakan untuk pengobatan trigeminal neuralgia
tahun 1962 dan kemudian ternyata efektif untuk semua bentuk
epilepsi kecuali bangkitan lena.
Merupakan obat terpilih untuk epilepsi parsial kompleks dan
epilepsi grandmall.
Obat ini juga dapat dipergunakan sebagai analgesik selektif dan
untuk pengobatan neuropati yang sukar diatasi dengan analgesik
lainnya.

27

Copyright2010@edi_ahsani

Efektifitasnya lebih baik dan toksisitasnya kurang dibandingkan


dengan fenitoin dan fenobarbital.
Sangat bermanfaat untuk anak dan dewasa.
EFEK SAMPING
1. Susunan Saraf Pusat.
Pusing, vertigo, ataxia, diplopia dan penglihatan kabur.
2. Saluran cerna.
mual, muntah.
3. Sumsum tulang.
Agranulosis dan anemia aplastik.
4. Reaksi hipersensitif.
dermatitis, eosinofilia,limfadenofati, splenomegali.
5. Retensi air yang dapat berbahaya pada usia lanjut dan penderita
jantung.
6. Intoksikasi akut dapat terjadi berupa stupor atau koma, penderita
menjadi iritabel, kejang dan depresi pernapasan.
Untuk mencegah terjadinya efek samping maka pemakaian obat tersebut
harus dimonitor setiap waktu baik secara klinis atau pun secara
laboratoris.
INTERAKSI OBAT
Kadar Karbamazepin dapat meningkat bila diberikan bersama dengan
fenitoin dan fenobarbital, sedangkan pemberian bersama dengan
eritromisin dapat menghambat biotranformasi karbamazepin.
Pemberian dengan asam valproat akan menurunkan kadar asam valproat
dalam darah.
DOSIS DAN CARA PEMBERIAN
Dewasa: diberikan dosis awal 200 mg pada malam hari pada
minggu pertama dan ditingkatkan 2 x 200 mg pada minggu kedua
kemudian dilanjutkan pada minggu ke 3 600mg /hari sampai 800
mg/ hari.
Anak < 6 tahun : 100 mg/hari
Anak 6 - 12 tahun : 2 X 100 mg/hari
Dosis dapat dinaikkan secara bertahap
dimana untuk dewasa dapat sampai 800
- 1200 mg/hari sedangkan untuk anak 20-30 mg/hari.
Diharapkan kadar optimal dalam darah
yang ideal sebagai antiepilepsi adalah berkisar antara 6-8 mcg/ml.
IV. GOLONGAN SUKSINIMID
Diperkenalkan secara klinis tahun 1958 dan merupakan pilihan pertama
untuk serangan umum lena.
Dari golongan ini yang banyak dipakai di klinik adalah etosuksimid.
28

Copyright2010@edi_ahsani

FARMAKOLOGI
Etosuksimid bekerja dengan cara meningkatkan ambang lepas muatan
listrik pada korteks serebri, sedangkan kejang tonik ekstensor
supramaksimal hanya teratasi bila obat diberikan pada dosis anestetik
FARMAKOKINETIK
Pemberian oral akan diabsorpsi lengkap oleh saluran cerna dimana kadar
maksimal dalam plasma akan dicapai dalam waktu 1-7 jam.
Distribusi keseluruh jaringan dimana kadar dalam likuor serebrospinalis
sama dengan kadar dalam plasma.
Eksresi melalui ginjal dalam bentuk metabolik
DOSIS CAN CARA PEMBERIAN
Umumnya diberikan 2 kali sehari dengan dosis awal 250 mg/hari dan
dinaikkan 250 mg setiap 5 hari sampai didapatkan dosis pemeliharaan
500 - 1500 mg/hari untuk dewasa.
500 1000 mg/hari untuk umur 6 - 12 tahun.
250 mg untuk umur 1 - 6 tahun.
EFEK SAMPING
Keluhan yang paling sering adalah mual, sakit kepala, mengantuk dan
merah pada kulit.
Gangguan terhadap hati, ginjal dan sumsum tulang belum pernah
dilaporkan.
Umumnya tidak terdapat interaksi yang bermakna dengan etosuksimid.
V. ASAM VALPROAT.
Dikenal tahun 1961 dan 15 tahun kemudian baru dikenal secara luas
sebagai antikonvulsi.
Obat ini efektif untuk epilepsi yang bersifat kejang umumnya seperti
bangkitan lena, bangkitan tonik klonik dan epilepsi persial kompleks.
Obat ini kurang efektif terhadap epilepsi yang bersifat fokal cortikal.
FARMAKOLOGI
Efek antikonvulsi asam valproat ber- dasarkan atas peningkatan kadar
GABA didalam sel otak, sehingga terjadi hiperpolarisasi "rest potential"
pada neuron akibat dari peningkatan daya konduksi membran untuk ion
potasium (ion K).
Penggunaan pada anak-anak harus dibatasi karena bersifat hepatotoksik.
FARMAKOKINETIK
Pemberian secara oral akan cepat diabsorpsi. Kadar maksimal akan
tercapai dalam waktu 1 - 3 jam dengan waktu paruh 8 - 10 jam.
Stabilitas kadar dalam darah akan tercapai setelah 48 jam pemberian.
Biotranformasi terjadi dihati dan sebagian besar akan dieksresikan
melalui ginjal dalam tempo 28 jam.

29

Copyright2010@edi_ahsani

EFEK SAMPING
1. Saluran cerna:
anoreksia, mual dan muntah yang dapat terjadi pada 16% kasus.
2. Susunan saraf pusat:
ataksia, gemetar dan mengantuk.
3. Hati:
peninggian aktivitas enzim hati bahkan pada beberapa kasus dapat
terjadi nekrosis hati yang bersifat fatal.
DOSIS
Dewasa: Pengobatan awal dimulai dosis 3 X 200 mg/hari dan
secara bertahap dapat dinaikan sampai 3 X 400 mg/hari.
Dosis anak yang dianjurkan adalah 30-50mg/kgBB/hari.
INTERAKSI OBAT
Asam valproat akan meningkatkan kadar fenobarbital sampai 40 % bila
diberikan bersamaan karena penghambatan hidroksilasi fenobarbital serta
dapat menimbulkan sedasi berat.
Pemberian bersama dengan fenitoin atau karba-mazepin akan
meningkatkan kadar fenitoin dan kadar karbamazepin dalam darah.
Pemberian bersama dengan klonazepam akan menyebabkan bangkitan
lena atau status epileptikus.
Pemberian bersama aspirin akan menyebabkan peningkatan kadar
valproat dalam darah.
VI. GOLONGAN BENZODIAZEPIN
Benzodiazepin bekerja sebagai antikonvulsi dengan menghambat
aktivitas bangkitan sedangkan lepas muatan listrik yang sudah terjadi
tidak dapat dihilangkan.
Dari obat golongan ini yang bekerja sebagai antikonvulsan dikenal
hanya 3 jenis yaitu :
1. Diazepam
2. Nitrazepam
3. Klonazepam.

30

Copyright2010@edi_ahsani

1. D I A Z E P A M
Digunakan terutama untuk pengobatan konvulsi yang bersifat rekuren
seperti pada status epileptikus atau kejang yang belum jelas penyebabnya.
Obat ini juga bermanfaat untuk bangkitan klonik fokal, bangkitan lena
serta hipsaritmia yang refrater terhadap obat antikonvulsi lainnya.
DOSIS DAN CARA PEMBERIAN
Untuk mengatasi bangkitan status epileptikus dan kejang demam
ataupun kejang demam yang belum diketahui penyebabnya maka
diberikan secara intravena 5 - 20 mg atau 0,5 - 1 mg/kg BB dan dosis
pemberian dapat diulangi kembali setelah 15 - 20 menit kemudian.
Pemberian per rektal dan peroral sama dengan dosis intravena.
Kadar optimal sebagai anti konvulsi dari diazepam adalah 500 mcg/ml.
EFEK SAMPING
Obstruksi saluran nafas, hipotensi, depresi pernafasan, jantung berhenti
dan mengantuk.
Efek samping yang berbahaya umumnya terjadi pada pemberian secara
intravena.
2. LORAZEPAM
Merupakan "long acting" benzodiazepin dimana pemakaiannya dapat
secara tunggal ataupun dikombinasi dengan antikonvulsi lainnya.
Terpilih untuk bangkitan mioklonik, akinetik dan spasme infantil.
Merupakan pilihan alternatif untuk bangkitan lena sesudah suksinimid.
Obat ini dapat juga dipakai untuk mengatasi status epileptikus akan tetapi
pilihan utama dalam hal ini tetap diazepam.
EFEK SAMPING
Mengantuk, ataksia dan gangguan mental.
DOSIS
Dosis awal adalah sebagai berikut :
Dewasa: 1,5 mg/hari dalam dosi yang terbagi.
Anak : 0,01-0,03 mg/kgBB/hari
Dosis dapat dinaikkan perlahan-lahan sampai didapatkan dosis
pemeliharaan.
Dosis pemeliharaan pada dewasa tidak boleh 20 mg/hari sedangkan
untuk anak 0,1-0,2 mg/kgBB/hari.

31

Copyright2010@edi_ahsani

3. NITRAZEPAM
Obat ini terpilih untuk bangkitan mioklonik.
Secara umum nitrazepam juga dapat dipakai untuk mengendalikan
hipsaritmia dan spasme infantil.
Nitrazepam dapat merangsang terjadinya bangkitan lena dan bangkitan
tonik-klonik sehingga pemakaian biasanya dikombinasikan dengan
antiepilepsi lainnya.
DOSIS
Dosis yang umumnya dipergunakan adalah 1,5 mg / kgBB/hari.
EFEK SAMPING
hipersekresi lendir saluran nafas, letargia dan ataksia.
VII. GOLONGAN ASETIL UREA
Dari golongan ini yang mempunyai khasiat antikonvulsi adalah
FENAGEMID.
Efek akan terlihat nyata pada bangkitan tonik-klonik, bangkitan lena dan
bangkitan persial kompleks.
FARMAKOLOGI
Spektrum antikonvulsinya cukup luas dimana obat ini bekerja sebagai
antikonvulsi dengan meningkatkan ambang rangsang fokus serebral
sehingga hipereksitabilitas dan lepas muatan listrik abnormal neuron yang
berlebihan dapat ditekan.
Pada sistim saraf perifer hiper-eksitabilitas ataupun hipoksaemia juga
ditekan oleh fenasemid.
INTOKSIKASI DAN EFEK SAMPING
Pemakaian fenasemid harus dimonitor dengan ketat karena sifaf
toksiknya.
Efek samping yang sering bersifat fatal adalah nekrosis hati, anemia
aplastik dan netropenia.
INTERAKSI OBAT
Karena efek mengantuk yang kurang maka obat ini sering
dikombinasikan dengan fenobarbital dan fenitoin yang tidak
menunjukkan interaksi dari masing-masing obat.
Interaksi dengan antikonvulsi lainnya belum ada literatur yang
melaporkan.
DOSIS
Dewasa 1,5 - 5,0 g/hari
Anak 5 - 10 tahun adalah setengah dosis dewasa.
Anak dibawah 5 tahun tidak dianjurkan.

32

Copyright2010@edi_ahsani

VIII. PENGHAMBAT KARBONIK ANHIDRASE


Obat golongan ini yang dapat bekerja sebagai antikonvulsi adalah
ASETAZOLAMID.
Bekerja sebagai antikonvulsi dengan jalan menstabilkan influks natrium
yang patologik, yang merupakan dasar dari terjadinya kejang.
Merupakan diuretik yang akan menye -babkan asidosis ringan akibat
kehilangan ion natrium.
Bermanfaat untuk mengatasi bangkitan lena dan bangkitan tonik-klonik
yang berhubungan dengan siklus mentruasi.
DOSIS
Dosis dewasa 5 - 15 mg/kgBB/hari
Anak 12 - 25 mg/kgBB/hari
IX. GOLONGAN OKSAZOLIDINDION
Antikonvulsi golongan ini yang banyak dipakai adalah TRIMETADION.
Selain sebagai antikonvulsi, trimeta dion juga bersifat analgetik dan
hipnotik.
FARMAKOLOGI
Trimetadion bekerja sebagai anti-konvulsi dengan memperkuat
penekanan pasca transmisi impuls sehingga penjalaran impuls dapat
terkontrol dengan baik.
Selain itu trimetadion dapat mem-perbaiki EEG yang abnormal pada
penderita dengan bangkitan lena.
FARMAKOKINETIK
Pemberian peroral dengan mudah akan diabsorpsi oleh saluran cerna
dan terdistribusi keseluruh cairan tubuh.
Biotransformasi terjadi di hati dengan proses demetilisasi sehingga
menghasil kan didion.
Eksresi melalui ginjal dan berlangsung lambat sehingga cenderung
untuk terjadi penumpukan hasil metabolit pada penderita dengan
pemakaian yang bersifat khronik.
INTOKSIKASI DAN EFEK SAMPING
1. Sedasi dan hemeralopia
2. Urtikaria
3. Netropenia dan anemia aplastik.
4. Ginjal dan hati : Sindroma nefrotik dan hepatitis.

33

Copyright2010@edi_ahsani

OBAT ANTI EPILEPSI GENERASI KE II


1.
2.
3.
4.
5.

Okskarbazepin
Vigabatrin
Lamotrigin
Felbamat
Gabapentin

1. Okskarbazepin
Merupakan obat baru yang mirip dengan karbamazepin.
Potensinya kurang dibandingkan dengan karbamazepin.
Efek anti kejangnya akan sama dengan karbamazepin bila dosis dinaikkan
50 %.
Efek interaksinya sangat minimal karena obat ini kurang begitu
menginduksi enzim hati.
2. Vigabatrin
Obat ini mampu meningkatkan efek inhibisi GABA . Obat ini belum
beredar di Amerika.
3. Lamotrigin
Mekanisme kerja belum begitu jelas diketahui akan tetapi diduga dapat
mencegah rangsangan berulang dengan perpanjangan inaktivasi
natrium channel.
Waktu paruh 24 jam dan sebagian besar dikeluarkan melalui urin dalam
bentuk glukoronid.
Efektif untuk kejang parsial pada dewasa.
Dapat juga dipakai pada epilepsi mioklonik dan absence.
Dosis 100 300 mg / hari.
4. Felbamat
Efektif pada kejang parsial.
Waktu paruh 20 jam dan dieksresi-kan melalui hati dalam bentuk
metabolit.
Obat ini dapat meningkatkan kon-sentrasi fenitoin dan asam
valproat dalam darah dan menurunkan kon-sentrasi karbamazepin
dalam darah.
5. Gabapentin
Analog dengan GABA
Efektif untuk kejang parsial
Waktu paruh 6 jam
Eksresi melaui ginjal.
34

Copyright2010@edi_ahsani

Antianxiety and antidepressant drugs


1.
2.
3.
4.
5.
6.

Terminology
How to treat
Classification of antianxiety drugs
Classification of antidepressant drugs
Pharmacokinetics and pharmacodynamics
Clinical aspects

Terminology
Antianxiety drug or anxiolytic is a drug prescribed for the treatment of
symptoms of anxiety
Some anxiolytics have antidepressants such as the class of selective
serotonin reuptake inhibitors (SSRIs).
Beta-receptor blockers such as propranolol and oxprenolol can be used to
combat the somatic symptoms of anxiety, eventhough they are not
anxiolytics.
Beta-Blockers are most often used as adjuncts to other drugs or for
performance anxiety.
Most useful against the physical aspects of anxiety.
GI upset.
Palpitations.
Sweating.
Tachycardia.
Tremors.
Depressant is a chemical agent that diminishes the function or activity of
a specific part of the body.
Alcohol is the most common example of a depressant. Many depressants
acting on the CNS do so by increasing the activity of a particular
neurotransmitter known (GABA), although other targets such as the
NMDA receptor, mu opioid receptor and CB1 cannabinoid receptor can
also be important, depending on which drug is involved.
Antianxiety drugs
Types of anxiolytics
1 Benzodiazepines
2 Serotonin 1A agonists
3 Barbiturates
4 Hydroxyzine
5 Herbal treatments
6 Over-The-Counter

35

Copyright2010@edi_ahsani

1. Benzodiazepines
prescribed for short-term
relief of severe and disabling anxiety.
Common medications :
lorazepam,
clonazepam,
alprazolam,
diazepam
cover the latent periods to treat an underlying anxiety disorder.
first choice when short-term CNS sedation is needed.

(Longer term uses) for severe anxiety.

risk of withdrawal and rebound syndrome (2 weeks).

accumulation of drug metabolites and adverse effects.

anxiolytic properties at moderate dosagge.

At higher dosage hypnotic properties occur.


GABAA receptor
Barbiturates

Benzodiazepines

Allobarbital Amobarbital Aprobarbital


Barbital Butobarbital Cyclobarbital
Ethallobarbital Heptabarbital Hexobarbital
Methohexital Pentobarbital Phenobarbital
Proxibarbal Reposal Secobarbital Talbutal
Thiopental Vinylbital Vinbarbital
Brotizolam Cinolazepam Doxefazepam
Estazolam Flunitrazepam Flurazepam
Flutoprazepam Loprazolam Lormetazepam
Nitrazepam Nimetazepam Midazolam
Quazepam Temazepam Triazolam

CL-218,872 Eszopiclone Indiplon Necopidem


Pazinaclone ROD-188 Saripidem Suproclone
Nonbenzodiazepines
Suriclone SX-3228 U-89843A U-90042
Zaleplon Zolpidem Zopiclone
Piperidinediones

Glutethimide Methyprylon Pyrithyldione

Quinazolinones

Afloqualone Cloroqualone Diproqualone


Etaqualone Mebroqualone Mecloqualone
Methaqualone Methylmethaqualone
36

Copyright2010@edi_ahsani

Acebrochol Allopregnanolone Alphadolone


Alphaxolone Ganaxolone Hydroxydione
Neuroactive steroids
Minaxolone Org 20599
Tetrahydrodeoxycorticosterone
Psycholeptics: anxiolytics (minor tranquilisers)
Adinazolam Alprazolam Bretazenil
Bromazepam Camazepam Chlordiazepoxide
Clobazam Clorazepate Clonazepam
Clotiazepam Cloxazolam Diazepam Ethyl
Benzodiazepine
loflazepate Etizolam Fludiazepam
Halazepam Imidazenil Ketazolam
Lorazepam Medazepam Nordazepam
Oxazepam Pinazepam Prazepam Tofisopam
Anxiolytics
alprazolam
bromazepam
chlordiazepoxide
clonazepam
clorazepate
diazepam
lorazepam
medazepam
nordazepam
oxazepam
prazepam
Benzodiazepines and their therapeutic uses
1 Anticonvulsants
2 Anxiolytics
3 Insomnia
4 Premedication before procedures
5 Intensive care
6 Alcohol dependence
7 Muscular disorders
8 Acute mania
9 Veterinary practice
Mechanism of action
its effects from depressing to stimulating CNS
via modulating the GABAA receptor (BzR).

37

Copyright2010@edi_ahsani

Benzodiazepines bind at the interface of the and subunits on


the GABAA receptor. Other sites on the GABAA receptor also
bind neurosteroids, barbiturates and certain anesthetics. This
increases the frequency of opening of the associated chloride ion
channel and hyperpolarizes the membrane of the associated neuron.
This potentiates the inhibitory effect of the available GABA,
leading to sedatory and anxiolytic effects. As mentioned above,
different benzodiazepines can have different affinities for BzRs
made up of different collection of subunits. For instance,
benzodiazepines with high activity at the 1 are associated with
sedation, whereas those with higher affinity for GABAA receptors
containing 2 and/or 3 subunits have good anti-anxiety activity.
Benzodiazepines also bind to glial cell membranes.
partial agonists demonstrating continued anxiolytic properties with
reduced sedation, dependence, and withdrawal problems.
Benzodiazepines enhance the action of GABA ( GABA inhibits firing of
neurons ). Physiological and psychological dependence may occur with
benzodiazepines 4 chemical types of Benzodiazepine.
2-keto compounds ( chlordiazepoxide, clorazepate, diazepam,
flurazepam, halazepam ).
Prodrugs ( inactive themselves but have active metabolites ).
Clorazepate has a fast onset.
Slowly oxidized in the liver.
Long half-lives.
3-hydroxy compounds ( lorazepam, oxazepam, temazepam ).
Active compounds does not generate active metabolites.
Shorter half-life then 2-keto compounds.
Metabolized rapidly.
Triazolo compounds ( alprazolam, estazolam, trizolam ).
Active compounds does not generate active metabolites.
Short half-lives.
Oxidized.
7-nitro compounds ( clonazepam )
Active compounds does not generate active metabolites.
Long half-lives.
Metabolized by nitroreduction ( some by oxidation ).
Contraindications
myasthenia gravis
Respiratory disorders
38

Copyright2010@edi_ahsani

Severe hepatic insufficiency


Sleep apnoea syndrome
Pregnancy, labour and lactation
Breast feeding
Chronic pain
Phobic or obsessional states
Chronic psychosis
Clinical depression and major depressive disorder - risk of
worsening depression and thus precipitating suicidal tendencies
Abrupt or over rapid withdrawal after long term use is
contraindicated - risk of a severe benzodiazepine withdrawal
syndrome developing with symptoms such as toxic psychosis,
convulsions or a condition resembling delirium tremens. History
of physical dependence on benzodiazepines or other cross tolerant
drugs such as other GABAergic sedative hypnotic drugs including
alcohol - risk of rapid reinstatement of dependency
Interactions
Individual
Alcohol and other CNS depressants - cause synergistic adverse
effects. Antacids and anticholinergics - may slow down absortion
which may slow down acute therapeutic effects. Oral contraceptives,
isoniazid - reduces the rate of elimination leading to possibly
excessive drug accumulation.
Cimetidine Inhibition of metabolism of benzodiazepines,
Rifampicin - increases rate of metabolism, thus shortening the
elimination half-life of benzodiazepines Digoxin - protein binding of
diazepam altered causing increased digoxin levels
L-dopa - worsening of parkinsonian symptoms
Disulfiram - slows down the rate of metabolism leading to increased
effects of benzodiazepines
Side-effects
Drowsiness
Dizziness
Upset stomach
Blurred vision
Headache
Confusion
Depression
Euphoria
Impaired coordination
Changes in heart rate

Trembling
Weakness
Amnesia
Hangover effect (grogginess)
Dreaming or nightmares
Chest pain
Vision changes
Jaundice
Paradoxical reactions
39

Copyright2010@edi_ahsani

2.

Serotonin 1A agonists

lacks the sedation and the dependence


much less cognitive impairment
may be less effective than benzodiazepines in patients who have
been previously treated with benzodiazepines
Example : Buspirone (BuSpar)
3.

Barbiturates

exert an anxiolytic effect linked to the sedation


risk of abuse and addiction is high
obsolete for treating anxiety, although they may be valuable for
the short term treatment of severe insomnia
after benzodiazepines or non-benzodiazepines have failed
rarely prescribed
examples : Barbiturates and meprobamate
4.

5.

Hydroxyzine
possesses anxiolytic properties in addition to its antihistamine
properties (old antihistamine)
originally approved by the FDA in 1956
for the treatment of anxiety and tension
sedative properties for premed. and induce sedation after
anesthesia
effective as benzodiazepines in the treatment of generalised
anxiety disorder whilst producing less side effects
Example : Hydroxyzine (Atarax)
Herbal treatments

Certain herbs; valerian, chamomile, Kratom, Blue Lotus extracts,


Sceletium tortuosum (kanna) and bacopa monniera
kava (Kava Kava), limited evidence for its antianxiety
(Brazil) found cannabidiol (CBD, a constituent of marijuana;) to be
an effective anti-psychotic and anxiolytic.
CBD strongly suggested an anxiolytic-like effect
Pineapple sage, or salvia elegans, has anxiolytic and antidepressant
properties (in traditional Mexican medicine).
40

Copyright2010@edi_ahsani

6.

Over-The-Counter (OTC)
very mild anxiolytic properties (off-label use).
anhistamine
Example ; Chlorpheniramine
is approved by the FDA for allergies, rhinitis, and urticaria.

Antidepressants
Antidepressants are drugs that are useful
in treating depressed patients.
These include:
Tricyclic antidepressants ( TCA's )
Second-generation antidepressants
Serotonin-specific reuptake inhibitors ( SSRI's )
Monoamine oxidase ( MAO )
Antidepressants
Amitriptyline
Amoxapine
Bupropion
Citalopram
Clomipramine
Desipramine
Doxepin
Escitalopram Oxalate
Fluoxetine
Fluvoxamine
Imipramine
Isocarboxazid
Maprotiline
Nortriptyline
Paroxetine
Phenelzine
Protriptylin
Sertraline
Tranylcypromine
Trimipramine
Trazodone
Venlafaxine

Adapin
Amfebutamone
Amitril
Anafranil
Asendin
Aventil
Celexa
Desyrel
Effexor
Elavil
Emitrip
Endep
Enovil
Etrafon
Etrafon-A
Etrafon-Forte
Dohme

41

Lexapro
( Lexaprotm )
Ludiomil
Luvox
Marplan
Nardil
Norpramine
Pamelor
Parnate
Paxil
Pertofrane
PMS-Levazine
Prozac
Sharpe
Sinequan
SK-Amitriptyline
Surmontil
Tofranil
Trialodine
Vivactil
Wellbutrin
Zoloft
Zonalon
Zyban

Copyright2010@edi_ahsani

Tips
Antidepressants should not be used unless the depression is severe
and/or other treatments have failed.
As with all drugs, the use of antidepressants requires monitoring
for side effects.
Suicide should be considered a possible side effect of the newer
antidepressants.
Antidepressants HCAs, MAOIs, and SSRIs may be helpful for a variety
of anxiety disorders. Antidepressants can be used to treat panic disorder
( not bupropion ).
Antidepressants :
MAOIs
Social phobia.
SSRIs
GAD ( generalized anxiety disorder ).
OCD ( obsessive compulsive disorder ).
PTSD ( posttraumatic stress disorder ).
Social phobia.
Panic disorder ( not bupropion ).
TCAs
School phobia.
Separation anxiety.
General Information
Antidepressants typically take 10 to 30 days to start working
( therapeutic dose ). It can take up to 6 weeks before receiving
their full effect and improvement may continue for months
afterwards. Depending on the the type of antidepressant some
secondary side effects of the depression may improve sooner.
SSRIs
More energy in 4 to 7 days.
Concentration, mood, and interest may begin to improve in 7 to
10 days. Feelings of hopelessness, helplessness, and anhedonia
should fade in about 10 to 14 days. Diurnal mood variation that is
worse in the morning should recede in about 8 days.
Libido revives in about 9 or 10 days.

42

Copyright2010@edi_ahsani

Excessive guilt, Dysthymia, and thoughts of suicidal should fade


in about 12 to 16 days.
Problem SSRIs use ;
Inadequate time.
TCAs
Appetite returns in about 3 to 4 days.
Insomnia abates in about 5 to 7 days.
Feelings of hopelessness, helplessness, and anhedonia should
fade in about 10 to 14 days. Diurnal mood variation that is worse
in the morning should recede in about 8 days.
Libido revives in about 9 or 10 days.
Excessive guilt, Dysthymia, and thoughts of suicide should fade in
about 12 to 16 days
Problem TCAs use :
Inadequate time.
Inadequate dose.
Antidepressant predictors of effectiveness:
Good predictors:
Acute onset.
Anhendonia.
Anorexia.
Emotional withdrawal.
Guilt.
Middle or late insomnia.
Past success with antidepressants.
Psychomotor retardation.
Poor predictors:
Atypical symptoms ( Lowers response to TCAs to under 50% ).
Atypical antidepressant, MAOIs, and SSRIs are effective on
atypical symptoms and/or Hypochondriasis.
Childhood depression ( Only Fluoxetine and sertraline superior to
placebo, other SSRIs may also be effective ).
Hypochondriasis ( Lowers response to under 50% ).
Atypical antidepressant, MAOIs, and SSRIs are effective on
atypical symptoms and/or Hypochondriasis.
Panic attacks with depression, agitation, and anxiety.

43

Copyright2010@edi_ahsani

Treatment:
Childhood Depression.

TCAs and placebo same outcome ( increased risk of cavities


with TCAs ).
SSRIs most effective ( safest ).
Start with low dose and slowly increase to 50% of a adult dose.
Use bupropion for depression with ADD.
Desipramine has a high rate of sudden death ( 8 per million ).

Delusional Depression.

If suicidal your 1st choice should be ECT.


If not suicidal your 1st choice should be TCAs with neuroleptics.
2nd choice neuroleptics alone.
3rd choice antidepressants alone.
Combining antidepressants and antipsychotics.
Amoxapine may diminish the need for an antipsychotic.
Amitriptyline and perphenazine superior to
amoxapine.
Avoid low-potency neuroleptics.

Geriatric Depression, Melancholic depression, or severe depression


( inpatient ).
Mirazapine, nefazodone,TCAs, and venlafaxine
SSRIs and TCAs same out come.
Late-Life Depression.
Bupropion, mirtazapine, nefazodone, SSRIs, or velafaxine.
Secondary amine TCAs ( desipramine, nortriptyline )
Mild to Moderate Depression.
Antidepressants and placebo same outcome.
Antidepressants and Psychotherapy same outcome.
Postpartum Depression.
Estrogen.
Venlafaxine.

44

Copyright2010@edi_ahsani

Antidepressants
Adapin
Amitril
Anafranil
Asendin
Aventil
Desyrel
Effexor
Elavil
Emitrip
Endep
Enovil
Etrafon
Etrafon-A
Etrafon-Forte
Dohme
Ludiomil
Luvox
Marplan
Nardil
Norpramine

Pamelor
Parnate
Paxil
Pertofrane
PMS-Levazine
Prozac
Sharpe
Sinequan
SK-Amitriptyline
Surmontil
Tofranil
Vivactil
Wellbutrin
Zoloft
Zyban

Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor ( SSRI )


increasing the available supply of serotonin in the brain.
for depression, anxiety, panic disorder, obsessive compulsive
disorder, eating disorders, and social phobia. slow down the
process of returning the serotonin to the end of the neuron it comes
from. This leads to the chemical remaining in the vicinity of the
receptors for longer, making it more likely that enough will build
up to set off the impulse in the next neuron. Thus allowing the
body to make the best use of the reduced amounts of serotonin that
it has at the time. In due course, the levels of natural serotonin
will rise again, and in some instances the SSRI can be reduced and
withdrawn. cause severe withdrawal symptoms. You can become
physically and psychologically dependent on the medication.
Withdrawal effects may occur if SSRI's stopped suddenly after
several weeks of continuous use. caution for manic illness, heart
disease, liver or kidney disease, or bleeding disorders, pregnancy or
breast feeding.
may impair performance of tasks requiring skill and coordination.

45

Copyright2010@edi_ahsani

Side Effects
Feeling sick, vomiting, indigestion, abdominal pain, diarrhea,
constipation, loss of appetite, weight loss, increased appetite, weight gain,
allergic reactions, dry mouth, irritability, anxiety, sleeplessness,
drowsiness, headache, shaking, dizziness, fits / convulsions, disturbance
of sexual function (but this is also a feature of depression), sweating,
bruising, manic or hypomanic behavior, abnormal movements, low
sodium level, suicidal ideas.
Second-generation antidepressants
In late 1970's to mid 1980's a group of structurally different
antidepressant drugs were developed, they were not significantly more
effective or safer than the TCAs, they did have a faster onset of effects
with less side effects, examples are:
Maprotiline (Ludiomol): Has a long half-life, blocks NE reuptake.
Amoxapine (Asendin): Inhibits NE reuptake, has some Parkinsonlike symptoms due to its blocking of DA receptors, overdosage
may be fatal. Trazodone (Desyrel): Its mechanism is unclear, as it
does not block the reuptake of NE or 5-HT, however it is known to
block 5-HT2 receptors. It has a short onset of action less than a
week, with optimal effect in 2-5 weeks. Bupropion (Wellbutrin or
Zyban): Blocks DA reuptake but does not possess any reinforcing
effects, used to treat ADHD in children, also believed to stop
nicotine craving.
Tricyclic antidepressants ( TCA's )

first medications to come into widespread use for the treatment of


depression.
tent to cause more annoying side effects than the SSRI's.
generally effective in treating obsessive compulsive disorder and
social phobias.
blocking the reuptake of two neurotransmitters, serotonin and
norepinephrine.
have some advantages over the newer agents.
less likely to impair sexual function, especially sexual drive or
libido.
quickly reduce insomnia.
inexpensive, long-term use
46

Copyright2010@edi_ahsani

more efficacious in some people who do not respond well to the


SSRI's..
beneficial effects after 2-4 weeks
start with a low dosage, and work up to a therapeutic dosage over
2 to 4 weeks.
effective in treating panic disorder.
not used to treat obsessive-compulsive disorder or social phobia,
and the SSRI's are more useful for these conditions. side effects of
the tricyclic antidepressants are more common and often more
bothersome than those of the SSRI's and other newer
antidepressants.

Interactions
TCAs are highly metabolized by the cytochrome P450 hepatic enzymes.
Drugs that inhibit cytochrome P450 (for example cimetidine,
methylphenidate, antipsychotics, and calcium channel blockers) may
produce decreases in the tricyclic's metabolism leading to increases in
tricyclic blood concentrations and accompanying toxicity. Drugs which
prolong the QT interval including antiarrhythmics such as quinidine, the
antihistamines astemizole and terfenadine, and some antipsychotics may
increase the chance of ventricular dysrhythmias. TCAs may enhance the
response to alcohol and the effects of barbiturates and other CNS
depressants. Side effects may also be enhanced by other drugs which
have antimuscarinic properties.

47

Copyright2010@edi_ahsani

Psychoactive and neuroleptic drugs


Students learn :
1. Terminology
2. How to treat
3. Classification of Psychoactive drugs
4. Pharmacokinetics and pharmacodynamics
5. Clinical aspects
Terminology
A psychoactive drug or psychotropic substance is a chemical substance
that acts primarily upon the central nervous system where it alters brain
function, resulting in temporary changes in perception, mood,
consciousness and behavior.
Psycholeptic is a medication which produces a calming effect upon the
patient.
Psychoanaleptic is a medication which produces an arousing effect
upon the patient.
Psychotherapy is an interpersonal, relational intervention used by trained
psychotherapists to aid clients in problems of living.
Psychoactive drugs
alter one's consciousness
tool for studying or augmenting the mind
therapeutically as medication
abuse due to its pleasant (e.g. euphoria) or advantageous (e.g.
increased alertness)
develop physical dependence, more difficult to interrupt.
need drug rehabilitation and psychotherapy
Uses psychoactive substances
1 Anesthesia
( Eq. halothane is a GABA agonist,
ketamine is an NMDA receptor antagonist)
2 Painkillers
(Eq. narcotics, like morphine and codeine,
NSAIDs such as aspirin and ibuprofen)
3 Psychiatric medications
for the management of mental and emotional disorders
4 Recreational drugs
(Eq. caffeine, alcohol, cocaine, LSD, and cannabis
5 Ritual and spiritual use

48

Copyright2010@edi_ahsani

(hallucinogens; mescaline-containing peyote cacti for religious


ceremonies, muscimol-containing Amanita muscaria mushroom,
jimsonweed, psilocybin mushrooms, and cannabis
Psychoactive and neurotransmitters affected
Neurotransmitter/
Classification
Examples
receptor
Cholinergics
(acetylcholine
nicotine, piracetam
Acetylcholine
agonists)
scopolamine,
Anticholinergics dimenhydrinate,
(acetylcholine
diphenhydramine,
antagonists)
atropine,
most tricyclics

Adenosine

Dopamine

Adenosine
receptor
antagonists

caffeine,
theobromine,
theophylline

cocaine,
Dopamine
methylphenidate,
reuptake
amphetamine,
inhibitors (DRIs)
bupropion

Dopamine
releasers

amphetamine

Dopamine
agonists

pramipexole, LDOPA (prodrug)

49

Copyright2010@edi_ahsani

Dopamine
receptor
antagonists

GABA

Norepinephrine

haloperidol,
droperidol,
many antipsychotics

GABA reuptake
tiagabine
inhibitors

GABA receptor
agonists

ethanol,
barbiturates,
diazepam, and other
benzodiazepines,
muscimol, ibotenic
acid

GABA
antagonists

thujone, bicuculline

Norepinephrine
reuptake
inhibitors

most non-SSRI
antidepressants such
as amoxapine,
atomoxetine,
bupropion,
venlafaxine and the
tricyclics

Norepinephrine
releasers

mianserin,
mirtazapine

50

Copyright2010@edi_ahsani

Serotonin

Serotonin reuptake
inhibitors

Serotonin releasers
AMPA receptor

AMPA receptor
antagonists
Cannabinoid
Cannabinoid receptor
receptor
agonists
Melanocortin
Melanocortin receptor
receptor
agonists
NMDA receptor NMDA receptor
antagonists

Opioid
receptor

Monoamine
oxidase

most antidepressants
including tricyclics such as
amitryptyline and SSRIs
such as fluoxetine and
sertraline
MDMA (ecstasy)
mirtazapine
kynurenic acid, NBQX
THC
bremelanotide
ketamine, PCP, DXM

-opioid receptor agonists

morphine, heroin,
oxycodone

-opioid receptor inverse


agonists

naloxone, naltrexone

-opioid receptor agonists

salvinorin A,
butorphanol, nalbuphine

-opioid receptor inverse


agonists

buprenorphine

Monoamine oxidase inhibitors


phenelzine, iproniazid
(MAOIs)
bind to MAO protein
transporter

amphetamine,
methamphetamine

Anatomical Therapeutic Chemical Classification System.


Brain and nervous system (N)
Anesthetics (General, Local)
Analgesics
Antimigraines
Anticonvulsants
51

Copyright2010@edi_ahsani

Mood stabilizers
Antiparkinson drugs
Psycholeptics
(Anxiolytics, Antipsychotics, Hypnotics/Sedatives)
Psychoanaleptics
(Antidepressants, Stimulants/Psychostimulants)

Psycholeptics:
antipsychotics
- primarily dopamine antagonists
Typical antipsychotics (first generation antipsychotics, conventional
antipsychotics, classical neuroleptics, or major tranquilizers) are a
class of antipsychotic drugs first developed in the 1950s and used to treat
psychosis (in particular, schizophrenia), and are generally being replaced
by atypical antipsychotic drugs. Typical antipsychotics may also be used
for the treatment of acute mania, agitation, and other conditions. The first
typical antipsychotics to enter clinical use were the phenothiazines.
Atypical antipsychotics (second generation antipsychotics) are a group
of antipsychotic drugs used to treat psychiatric conditions. Some atypical
antipsychotics are FDA approved for use in the treatment of
schizophrenia. Some carry FDA approved indications for acute mania,
bipolar mania, psychotic agitation, bipolar maintenance, and other
indications.
Skeletal formula of chlorpromazine, the first neuroleptic drug
High-potency and low-potency
Traditional antipsychotics are classified as either high-potency or lowpotency:
Potency

Examples

Adverse effect profile

high-potency

more extrapyramidal side effects (EPS),


fluphenazine and less histaminic (e.g. sedation), alpha
haloperidol
adrenergic (e.g. orthostasis) and
anticholinergic effects (e.g. dry mouth)

low-potency

chlorpromazine

less EPS but more H1, 1, and muscarinic


blocking effects

52

Copyright2010@edi_ahsani

Common side effects


(Phenothiazines)
Side effects vary among the various agents in this class of medications,
but common side effects include: dry mouth, muscle stiffness, muscle
cramping, tremors, EPS and weight-gain.
EPS is a cluster of symptoms consisting of akathisia, parkinsonism,
dystonias.
Anticholinergics such as benztropine and diphenhydramine are
commonly prescribed to treat the symptoms of EPS.

53

Copyright2010@edi_ahsani

Risks of serious side effects


Tardive dyskinesia developing as a side effect of typical antipsychotics.
The risk of developing tardive dyskinesia after chronic typical
antipsychotic usage varies on several factors, such as age and gender. The
commonly reported incidence of TD among younger patients is about 5%
per year. Among older patients incidence rates as high as 20% per year
have been reported. The average prevalence is approximately 30%. There
are no treatments that have consistently been shown to be effective for the
treatment of tardive dyskinesias, however branched chain amino acids,
melatonin, and vitamin E have been suggested as possible treatments. The
atypical antipsychotic clozapine has also been suggested as an alternative
antipsychotic for patients experiencing tardive dyskinesia. Tardive
dyskinesia may reverse upon discontinuation of the offending agent or it
may be irreversible.
Neuroleptic malignant syndrome (NMS), is a rare, but potentially fatal
side effect of antipsychotic treatment. NMS is characterized by fever,
muscle rigidity, autonomic dysfunction, and altered mental status.
Treatment includes discontinuation of the offending agent and supportive
care.The role of typical antipsychotics has come into question recently as
studies have suggested that atypical antipsychotics may increase the risk
of death in elderly patients. A retrospective cohort study from the New
England Journal of Medicine on Dec. 1, 2005 showed an increase in risk
of death with the use of typical antipsychotics that was on par with the
increase shown with atypical antipsychotics. This has led some to
question the common use of antipsychotics for the treatment of agitation
in the elderly, particularly with the availability of alternatives such as
mood stabilizing and antiepileptic drugs.
Typical medications
Chlorpromazine (Largactil, Thorazine)
Fluphenazine (Prolixin)
Haloperidol (Haldol, Serenace)
Molindone
Thiothixene (Navane)
Thioridazine (Mellaril)
Trifluoperazine (Stelazine)
Loxapine (Loxapac, Loxitane)
Perphenazine
Prochlorperazine (Compazine, Buccastem, Stemetil)
Pimozide (Orap)
Zuclopenthixol (Clopixol)
54

Copyright2010@edi_ahsani

Typical

Phenothiazine

Chlorpromazine Fluphenazine
Mesoridazine Periciazine
Perphenazine Prochlorperazine
Promazine
Thioridazine/Sulforidazine
Trifluoperazine Triflupromazine

Indoles

Molindone

Butyrophenones

Azaperone Benperidol Bromperidol


Droperidol Haloperidol
Trifluperidol

Thioxanthenes

Flupentixol Chlorprothixene
Thiothixene Zuclopenthixol

Diphenylbutylpiperidines

Fluspirilene Penfluridol Pimozide

Other

Loxapine

Atypical antipsychotic
Atypicals are a group of unrelated drugs united by the fact that they work
differently from typical antipsychotics. Most share a common attribute of
working on serotonin receptors as well as dopamine receptors. One drug,
amisulpride, does not have serotonergic activity, instead it has some
partial dopamine agonism. Another drug, aripiprazole, also displays some
partial dopamine agonism, 5-HT1A partial agonism and 5-HT2A
antagonism.
Pharmacology
The mechanism of action of these agents is unknown, and differs greatly
from drug to drug. The variation in the receptor binding profile is such
that the only effect all have in common is an anti-psychotic effect; the
side effect profiles vary tremendously. While modulation of the dopamine
neurotransmitter system is the most important mechanism by which antipsychotics exert their benefits, the role of the serotonergic activity of the
atypicals is debated. Some researchers believe that D2 receptor
antagonism, coupled with 5-HT2A receptor antagonism, is responsible
55

Copyright2010@edi_ahsani

for the "atypicality" of atypical anti-psychotics. Others believe that fast


dissociation (a fast Koff) from the D2 receptor, allowing for better
transmission of normal physiological dopamine surges, better explains the
pharmacological evidence.
There is extensive evidence that atypical anti-psychotics have less of an
affinity for D2 receptors and more of an affinity for the D4 receptors.This
is primarily because atypical anti-psychotics are somewhat less likely to
cause tardive dyskinesia. The idea is that D2 receptors are
dopaminergically ubiquitous and affect the motor system as much as the
motivational aspect of the dopamine system. On the other hand, D4 is a
more accurate dopamine receptor subtype. Atypical anti-psychotics also
affect the norepinephrine, acetylcholine, and histamine receptors of
various subtypes. However, studies have shown that D4 selective
antagonism has no anti-psychotic effect.
Side effects
Generally speaking, atypical antipsychotics are hoped to have a lower
likelihood for the development of tardive dyskinesia than the typical
antipsychotics. However, tardive dyskinesia typically develops after long
term (possibly decades) use of antipsychotics. It is not clear, then, if
atypical antipsychotics, having been in use for a relatively short time,
produce a lower incidence of tardive dyskinesia.
Akathisia is more likely to be less intense with these drugs then the
typical antipsychotics although many patients would dispute this claim. In
2004, the Committee for the Safety of Medicines (CSM) in the UK issued
a warning that olanzapine and risperidone should not be given to elderly
patients with dementia, because of an increased risk of stroke. Sometimes
atypical antipsychotics can cause abnormal shifts in sleep patterns, and
extreme tiredness and weakness.
Metabolic side effects with atypical antipsychotics
In 2003, the Food and Drug Administration (FDA) required all
manufacturers of atypical antipsychotics to change their labeling to
include a warning about the risks of hyperglycemia and diabetes with
atypical antipsychotics. It must also be pointed out that although all
atypicals must carry the warning on their labeling, some evidence shows
that all atypicals are not equal in their effects of weight and insulin
sensitivity.The general consensus is that clozapine and olanzapine are
associated with the greatest effects on weight gain and decreased insulin
56

Copyright2010@edi_ahsani

sensitivity, followed by risperidone and quetiapine.Ziprasidone and


aripiprazole are thought to have the smallest effects on weight and insulin
resistance, but clinical experience with these newer agents is not as
developed as that with the older agents.
Atypical antipsychotic medications
Clozapine (Clozaril) (FDA-approval: 1990) Available in oral tablets and
dissolving tablets (FazaClo). Risperidone (Risperdal) (FDA-approval:
1993) Available in oral tablets, dissolving tablets, liquid form, and
extended release intramusclar injection. Olanzapine (Zyprexa) (FDAapproval: 1996) Available in oral tablets, dissolving tablets, and
intramuscular injection.
Quetiapine (Seroquel) (FDA-approval: 1997) Available only in oral
tablets.
Ziprasidone (Geodon) (FDA-approval: 2001) Available in oral capsules
and intramuscular injection. Aripiprazole (Abilify) (FDA)-approval:
2002) Available in oral tablets and dissolving tablets. Paliperidone
(Invega) (FDA)-approval: 2006) Available in extended-release oral
tablets.
Asenapine FDA has accepted NDA as of November 26, 2007.
Iloperidone (Fanapta or Zomaril) FDA has accepted NDA.
Sertindole (Serlect) (Not approved by the FDA for use in the USA).
Zotepine (Not approved by the FDA for use in the USA).
Amisulpride (Not approved by the FDA for use in the USA).
Bifeprunox (Not approved by the FDA for use in the USA).
Melperone Approved in Europe. Currently in clinical trial in the USA

57

Copyright2010@edi_ahsani

Atypical
Butyrophenones Melperone

Serotonin
antagonists

Indoles

Sertindole Ziprasidone

Other D2
selective

Aripiprazole Asenapine
Iloperidone Mosapramine
Paliperidone Perospirone
Quetiapine Risperidone
Zotepine

D4 selective

Clozapine Olanzapine

Benzamides Amisulpride Sulpiride Remoxipride

Psycholeptics: anxiolytics (tranquilisers)


Benzodiazepine
Adinazolam Alprazolam Bretazenil Bromazepam Camazepam
Chlordiazepoxide Clobazam Clorazepate Clonazepam
Clotiazepam Cloxazolam Diazepam Ethyl loflazepate Etizolam
Fludiazepam Halazepam Imidazenil Ketazolam Lorazepam
Medazepam Nordazepam Oxazepam Pinazepam Prazepam
Tofisopam
GABAA receptor

Barbiturates

Allobarbital Amobarbital Aprobarbital


Barbital Butobarbital Cyclobarbital
Ethallobarbital Heptabarbital
Hexobarbital Methohexital
Pentobarbital Phenobarbital Proxibarbal
Reposal Secobarbital Talbutal
Thiopental Vinylbital Vinbarbital

Benzodiazepines

Brotizolam Cinolazepam Doxefazepam


Estazolam Flunitrazepam Flurazepam
Flutoprazepam Loprazolam
Lormetazepam Nitrazepam
Nimetazepam Midazolam Quazepam
Temazepam Triazolam

58

Copyright2010@edi_ahsani

Nonbenzodiazepines

CL-218,872 Eszopiclone Indiplon


Necopidem Pazinaclone ROD-188
Saripidem Suproclone Suriclone SX3228 U-89843A U-90042 Zaleplon
Zolpidem Zopiclone

Piperidinediones

Glutethimide Methyprylon Pyrithyldione

Quinazolinones

Afloqualone Cloroqualone
Diproqualone Etaqualone
Mebroqualone Mecloqualone
Methaqualone Methylmethaqualone

Neuroactive steroids

Acebrochol Allopregnanolone
Alphadolone Alphaxolone Ganaxolone
Hydroxydione Minaxolone Org 20599
Tetrahydrodeoxycorticosterone

Neuroleptics
Neuroleptic potency
Neuroleptic threshold dose
Mechanism of action
Neuroleptic for long-term treatment
Indication, dose, side effects

59

Copyright2010@edi_ahsani

HORMON KELAMIN
HORMON GONADOTROPIN
1.

FSH
DIHASILKAN & DISEKRESI OLEH SEL
GONADOTROP HIP. ANTERIOR
PADA WANITA FUNGSI FSH :
MATURASI FOLIKEL OVARIUM
SELAMA FASE FOLIKULER SIKLUS
HAID PELAN-PELAN & kmd pd
PERTENGAHAN SIKLUS
BERSAMA LH, MENYEBABKAN
MATURASI AKHIR KORPUS LUTEUM
PADA PRIA FSH MENYEB. PRODUKSI
SPERMATOZOA pd TESTIS

2. LH
1. DIHASILKAN & DISEKRESI OLEH SEL
GONADOTROP HIP. ANTERIOR
2. PADA WANITA :
KADAR PUNCAK LH pd PERTENGAHAN
SIKLUS
MENGINDUKSI OVULASI & PEMBENTUKAN
AWAL KORPUS LUTEUM
3. PADA PRIA :
MENGAKTIVASI SEL INTERSTITIAL UNTUK
MENSEKRESI ANDROGEN
3. HCG (HUMAN CHORIONIC GONADOTROPIN)
DISEKRESI OLEH SINCISIOTROPOBLAS FETAL
PLASENTA
MENYEBABKAN PERTUMBUHAN KORPUS LUTEUM,
MENCEGAH HAID
MENUNJUKKAN TES KEHAMILAN ( )

60

Copyright2010@edi_ahsani

PENGGUNAAN KLINIK HORMON GONADOTROPIK :


1. INFERTILITAS
INSUF. HIPOFISE DIGUNAKAN FSH, LH & HCG
PRODUKSI OVUM 1 KEHAMILAN GANDA
KEHAMILAN dpt TERJADI 25%
INFERTILITAS WANITA DIGUNAKAN GONAD
HORMON dr HIPOFISE ATAU URINE WANITA
MENOPAUSAL
2. KRIPTORKISM
ANDROGEN ATAU HCG
PENGOBATAN LEBIH EFEKTIF BILA TESTIS yg
TIDAK TURUN BILATERAL & pd PRIA MUDA

61

Copyright2010@edi_ahsani

BROMOKRIPTIN
DOPAMINERGIK AGONIS
SECARA EXPERIMENTAL LEVEL GH dlm PLASMA
PENGGUNAAN KLINIK :
MENEKAN SEKRESI PROLAKTIN (MENGAKTIVASI
RESEPTOR DOPAMINERGIK)
AMENORE-GALAKTOREA krn
HIPERPROLAKTINEMIA
ADENOMA HIPOFISE yg MENSEKRESI PROLAKTIN
PARKINSONISME
EFEK SAMPING :
NAUSEA, VOMITUS
ARITHMIA, HIPOTENSI, PERUBAHAN TINGKAH
LAKU (PARANOIA)
KONTRA-INDIKASI
PEND. MYOCARD INFARK BARU
PEND. PSIKIATRI
MEKANISME KERJA BROMOKRIPTIN
SEKRESI PROLAKTIN (HIPOFISE)
dipengaruhi
PRIF [HIPOTALAMUS]
[Prolactin release-inhibiting factor]
BROMOKRIPTIN AGONIS DOPAMIN
MERANGSANG PELEPASAN PRIF
KADAR PROLAKTIN
LAKTASI STOP
ESTROGEN
1. MERUPAKAN STEROID HORMON
2. DI SINTESA OLEH GONAD (PREDOMINAN), ADRENAL,
PLASENTA, HATI, OTOT SKELET & LEMAK
3. DI SINTESA DI FOLIKEL OVARIUM [DIRANGSANG OLEH
FSH]
4. KERJA
STIMULASI PERKEMBANGAN UTERUS, TUBA
FALOPII, VAGINA, MAMMA &
KARAKTERISTIK SEX SEKUNDER
62

Copyright2010@edi_ahsani

EFEK MINERALOKORTIKOID RETENSI Na &


AIR []
SERUM KOLESTEROL
SERUM TRIGLISERIDA & LIPOPROTEIN
(HLDL)
LDL [LOW DENSITY LIPOPROTEIN]
KOAGUBILITAS DARAH DASAR PEAN
RESIKO THROMBOEMBOLISM
RESORPSI TULANG & MEMPERTAHANKAN
MASA TULANG pd WANITA PASCA
MENOPAUSE

MACAM-MACAM ESTROGEN
1. ESTROGEN ALAM :
MANUSIA : 17 -ESTRADIOL, ESTRON, ESTRIOL
GENUS EQUUS [KUDA] : EKUILIN, EKUILENIN
TUMBUH-TUMBUHAN : GENISTEIN
2. ESTROGEN SEMISINTETIK
ETINIL ESTRADIOL
3. ESTROGEN SINTETIK
MESTRANOL
DIENESTROL
DIETILSTILBESTROL
63

Copyright2010@edi_ahsani

FARMAKOKINETIK
BAIK ESTROGEN ALAM MAUPUN SINTETIK MUDAH
DIABSORBSI mel. KULIT, MUKOSA & SAL. CERNA
ESTROGEN ALAM TIDAK SE-EFEKTIF EST.
SEMISINTETIK/ SINTETIKkrn DEGRADASI LEBIH CEPAT
INAKTIVASI TERJADI DI HATI SIKLUS
ENTEROHEPATIK METABOLIT TIDAK AKTIF (ESTRIOL)
DALAM DARAH DIIKAT GLOBULIN & SEBAG. Tdp dlm btk
KONYUGASI dg as.sulfat & glukoronat
EKSKRESI mel. URINE [glukoronid & sulfat]
INDIKASI
1. TERAPI HORMON PENGGANTI PADA :
HIPOGONADISM & HIPOPITUITARISM PRIMER
MENOPAUSE
2. KONTRASEPSI ORAL
3. DYSFUNCTIONAL UTERINE BLEEDING
4. KARSINOMA PROSTAT [PALIATIF MENGURANGI
METASTASE]
5. DISMENORE
6. OSTEOPOROSIS, HIRSUTISME, AKNE
64

Copyright2010@edi_ahsani

EFEK SAMPING
1. UMUM : MUAL, MUNTAH, ANOREKSIA, NYERI
PAYUDARA
2. RETENSI Na & AIR EDEMA
3. RESIKO THROMBOEMBOLISM
4. HIPERPIGMENTASI
5. NON-MALIGNANT GENITAL ABNORMALITY [LAKILAKI / PEREMPUAN] pd KETURUNANNYA BILA
DIKONSUMSI OLEH WANITA HAMIL
6. KARSINOMA VAGINA & CERVIX pd WANITA MUDA
[IBUNYA MENDAPAT STILBESTROL]
7. MIGREN, HIPERTENSI & PENY. KANDUNG EMPEDU
KONTRAINDIKASI
THROMBOPHLEBITIS
KARSINOMA ENDOMETRIUM
PERDARAHAN GENITAL [UNDIAGNOSED]
PENYAKIT HATI
HATI-HATI pd PEND. EPILEPSI, MIGREN, DEPRESI, GAGAL
JANTUNG & PENY. GINJAL
ANTI-ESTROGEN
SENYAWA yg DAPAT MENGHAMBAT ATAU
MEMODIFIKASI bbrp EFEK ESTROGEN
ANTI-ESTROGEN yg KUAT ADALAH :
DER. KLOROTIANISEN yaitu :
KLOMIFEN
ETAMOKSITRIPETOL
KLOMIFEN
MEKANISME KERJA :
BEKERJA SEBAGAI PENGHAMBAT KOMPETITIF,
MENGIKAT RESEPTOR ESTROGEN DAN
MENGHAMBAT PENGHAMBATAN UMPAN BALIK
(FEEDBACK INHIBITION) ESTROGEN pd
HIPOTALAMUS & HIPOFISE thd SEKRESI LH-RF &
GONADOTROPIN shg PRODUKSI LH, FSH &
GONADOTROPIN DAN STIMULASI OVARIUM
OVULASI
PENGGUNAAN KLINIK :
PENGOBATAN INFERTILITAS krn GANGGUAN
FUNGSI OVARIUM (WANITA) dg SYARAT :
AKTIVITAS ESTROGEN ()
65

Copyright2010@edi_ahsani

FUNGSI KEL. ADRENAL NORMAL


GIZI BAIK
EFEK SAMPING :
1. HOT FLUSHES
2. SAKIT KEPALA, KONSTIPASI,
3. REAKSI ALERGI
4. ALOPECIA (REVERSIBEL)
5. KEHAMILAN GANDA (10%)
6. PEMBESARAN OVARIUM
KONTRA-INDIKASI
WANITA HAMIL
GANGGUAN FUNGSI HATI
HATI-HATI pd PENDERITA PEMBESARAN OVARIUM,
GANGGUAN VISUAL SELAMA PENGOBATAN STOP
TAMOKSIFEN
SENYAWA NON-STEROID dg EFEK ANTI-ESTROGENIK thd
JAR. PAYUDARA TETAPI EFEK ESTROGENIK thd PLASMA
LIPID, ENDOMETRIUM & TULANG
EFEK SAMPING :
HOT FLUSHES
RASH, NAUSEA, VOMITUS
GANGGUAN HAID [IREGULER]
DEPRESI, SAKIT KEPALA, EMBOLI PARU,
HIPERKALSEMIA, EDEMA & BLOOD DYSCRASIA
PENGGUNAAN TERAPI :
PALIATIF pd PEND. KARSINOMA PAYUDARA yg
ESTROGEN-DEPENDENT [TELAH METASTASE]
TERUTAMA pd WANITA PASCA MENOPAUSE
PROGESTIN
1. MERUPAKAN HORMON STEROID
2. DISINTESA OLEH :
KORPUS LUTEUM [predominan] pd PERTENGAHAN
SIKLUS HAID
TESTIS, CORTEX ADRENAL
SELAMA KEHAMILAN PLASENTA
3. SINTESA OLEH KORPUS LUTEUM DIRANGSANG OLEH LH
4. EFEK :
ENDOMETRIUM BERSEKRESI
MEMPERTAHANKAN KEHAMILAN
PERKEMBANGAN SEKRESI ALVEOLI PAYUDARA
SELAMA KEHAMILAN SEDANGKAN ESTROGEN
MERANGSANG DUKTUS LAKTIFERUS

66

Copyright2010@edi_ahsani

EFEK TERMOGENIK [ 0.5C TERJADI OVULASI


DIPERTAHANKAN sp AKHIR SIKLUS HAID]
KECUALI ETISTERON & DIDROGESTERON
FARMAKOKINETIK:
PEMBERIAN PER-ORAL/PARENTERAL ABS. CEPAT,
MENGALAMI SIKLUS ENTEROHEPATIK
PER-ORAL KURANG EFEKTIF dp PARENTERAL
INAKTIVASI DI HATI PREGNANDEDIOL
DIKONYUGASI dg AS. GLUKORONAT DIEKSKRESIKAN MEL.
URINE
PENGGUNAAN TERAPI :
KONTRASEPSI
TERAPI HORMON PENGGANTI BERSAMA ESTROGEN
PENGOBATAN ENDOMETRIAL KARSINOMA
GANGGUAN HAID, ENDOMETRIOSIS & DISMENOREA
ANDROGEN
HORMON STEROID
BERTANGGUNG-JAWAB thd :
KARAKTERISTIK SEX SEKUNDER &
SEXUAL BEHAVIOUR pd PRIA
DIPERLUKAN UNTUK SPERMATOGENESIS
MERANGSANG PERTUMBUHAN & ANABOLIK PROTEIN
DISINTESA DARI ASETAT & KOLESTEROL
DISINTESA DI SEL LEYDIG tgt dr LH & FSH
DISEKRESI DI TESTIS [PRIA ] & OVARIUM [WANITA]
KEL. ADRENAL MENGHASILKAN ANDROSTENEDION yg
DIKONVERSI TESTOSTERON
DI DALAM DARAH tdp dlm btk IKATAN dg PROTEIN 99%
FARMAKOKINETIK
PARENTERAL TESTOSTERON dlm lar minyak ABS.,
METAB. & EKSKRESI CEPAT tp EFEK ANDROGENIKNYA

PER-ORAL CEPAT DIABSORBSI tp KURANG EFEKTIF


(segera dimetab di hati sebelum mencapai sirkulasi sistemik)
TESTOSTERON PROPIONAT LEBIH AKTIF dr
TESTOSTERON dlm btk ESTER SIPIONAT & ENANTAT.
EFEKTIF 1-2 MINGGU
99% TERIKAT dg PROTEIN [testosteron-estradiol-bindingglobulin] DAN SEDIKIT dg albumin & kortisol-binding-protein
DIINAKTIFKAN DI HATI.
Testosteronandrostenedionetiokolanolon
KONYUGASI dg SULFAT & GLUKORONAT
DIEKSKRESIKAN mel. URINE
67

Copyright2010@edi_ahsani

PENGGUNAAN TERAPI
TERAPI HORMON PENGGANTI pd TESTICULAR FAILURE
& SEBAGAI ANABOLIC AGENT
OSTEOPOROSIS
KARSINOMA PAYUDARA [PALIATIF]
PEMACU PERTUMBUHAN
ANEMIA
EFEK SAMPING
MASKULINISASI PADA WANITA
PADA PRAPUBERTAS PUBERTAS PREKOK &
PENUTUPAN EPIFISIS CEPAT
EDEMA
IKTERUSDISEBABKAN OLEH STEROID yg MEMPUNYAI
GUGUS 17 -METIL mis.
FLUOKSIMESTERON

68

Copyright2010@edi_ahsani

METANDROSTENOLON
17 -METIL 19-NOR-TESTOSTERON
OKSITENOLON
STONAZOLOL
KARSINOMA HATI
IMPOTEN / AZOOSPERMIA
HIPERPLASIA PROSTAT
ANTAGONIS ANDROGEN
SIPROTERON :
BERKOMPETISI dg TESTOSTERON pd RESEPTOR
TARGET ORGAN
SPERMATOGENESIS AZOOSPERMIA
(REVERSIBEL)
INDIKASI :
HIPERSEKSUAL pd PRIA
HIRSUTISME yg BERAT pd WANITA
GABUNGAN dg ETINIL-ESTRADIOL (DIANE)
TERAPI AKNE yg BERAT pd WANITA
DEHIDROTESTOSTERON (DHT)
METABOLISME TESTOSTERON OLEH ENZIM 5REDUCTASE MENGHASILKAN DHT, SUATU AGONIS
ANDROGEN
AFINITAS IKATAN dg RESEPTOR ANDROGEN adl 5X
TESTOSTERON
DIDISTRIBUSI pd JAR. KULIT, PROSTAT, GINJAL DAN
OTAK
MENIMBULKAN EFEK ANDROGENIK SPECIFIK spt MALE
PATTERN BALDNESS, BEARD GROWTH & HIPERPLASIA
PROSTAT
5 - REDUCTASE INHIBITOR
MERUPAKAN PENGHAMBAT SELEKTIF BIOSINTESIS DHT
DIGUNAKAN pd PENGOBATAN PENYAKIT PROSTAT
ADA 2 ISOFORM 5 - REDUCTASE [pd HUMAN] TIPE I &
TIPE II
PENGHAMBATAN TIPE I MENGURANGI KONSENT. DHT
dlm PLASMA 30%
FINASTERID 5 mg/hari MENGURANGI KONSENT. DHT dlm
PLASMA SEBANYAK 70% [pd LAKI-LAKI] (MENGHAMBAT
TIPE II) MENGURANGI UKURAN PROSTAT SECARA
MODERAT, ME URINARY FLOW RATE DAN
MEMPERBAIKI SIMPTOM SCORE HIPERPLASIA PROSTAT

69

Copyright2010@edi_ahsani

FINASTERID 1 mg/hari EFEKTIF utk PENGOBATAN MALE


PATTERN BALDNESS
PEMBERIAN INTRAPROSTAT MENGURANGI KONSENT.
NYA SEBANYAK 90%
PENGOBATAN BPH ANTAGONIS RESEPTOR 1ADRENERGIK LEBIH EFEKTIF

70

You might also like