Farmakologi Terapan
Farmakologi Terapan
Farmakologi Terapan
FARMAKOLOGI 3
Copyright2010@edi_ahsani
Glucose
ATP
+
Metabolism
Binding
Sulfonylurea
Insulin
Secretion
Ca trigger
Ca i
+
VDCC
K
ATP
Passive flux
Voltage
Ca
Channel
+
Sulfonylurea
or
ATP
VDCC
K
ATP
Ca2+
K+
Depolarization
Resting celll
Stimulated cell
Copyright2010@edi_ahsani
Sulfonylureas
Efficacy
Approximately 50% of patients with newly diagnosed type 2
achieve acceptable glycemic control
About 15%-20% of patients little or no glycemic response
Generasi I :
- Carbutamide
- Tolbutamide
- Chlorpropamide
Generasi II :
- Glyburide
- Glipizide
Generasi III :
- Glimepiride
Mechanism of action Thiazolidinediones
SIDE EFFECTS
Hypoglicemic reactions including coma
Particularly, elderly patients with impaired hepatic or renal
function
Copyright2010@edi_ahsani
Copyright2010@edi_ahsani
DRUG INTERACTION
Cimetidine and furosemide increased yhe metformin plasma
Alcohol potentiate the effect of metformin
Copyright2010@edi_ahsani
THIAZOLIDINEDIONES
Antidiabetic agents that increase insuline sensitivity through the
modulation of several processes
These agents affect:
- insulin receptor kinase activity
- insulin receptor phosphorylation
- insulin receptor numbers
- hepatic glucose metabolism
May activate PPAR- (Peroxisome Proliferator Activated
Receptor) in adipose tissue, skeletal muscle and liver
Copyright2010@edi_ahsani
Thiazolidinedione
RXR
PPAR
mRNA
Response
elements
Gene transcription
Promoter
Coding Region
Nucleus
Copyright2010@edi_ahsani
Copyright2010@edi_ahsani
Copyright2010@edi_ahsani
Copyright2010@edi_ahsani
10
Copyright2010@edi_ahsani
11
Copyright2010@edi_ahsani
HORMON TIROID
dr. Theodorus, MMedSc
BAGIAN FARMAKOLOGI FK UNSRI
ADA 3 SEKRESI HORMON UTAMA :
1. TIROKSIN [T4]
2. TRIYODOTIRONIN [T3]
T3 & T4 PENTING UNTUK PERTUMBUHAN &
PERKEMBANGAN DAN UNTUK ENERGI METABOLISME
3. CALCITONIN MENGONTROL CALCIUM PLASMA
TIROID
Disintesa dg cara yodinasi residu tirosin pada tiroglobulin dalam
lumen folikel tiroid
Tiroglobulin diendositosis & disekresikan T4 dan T3
Sintesis dan sekresi T3 & T4 diatur oleh tirotropin dan dipengaruhi
oleh yodida plasma
Kerja T3 & T4 :
Umumnya merangsang metabolisme meningkatkan
konsumsi O2 & metabolic rate
Mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
Di dalam sel T4 dikonversi T3 yg berinteraksi dg reseptor inti ;
reseptor menekan transkripsi basal bila tidak terikat T3 dan
mengaktivasi transkripsi bila terikat
12
Copyright2010@edi_ahsani
13
Copyright2010@edi_ahsani
14
Copyright2010@edi_ahsani
15
Copyright2010@edi_ahsani
16
Copyright2010@edi_ahsani
INSULIN
1. MERUPAKAN POLIPEPTIDA yg TERSUSUN DALAM 2
RANTAI [CHAIN A 21 AA. & CHAIN B 30 AA] yg
DIHUBUNGKAN dg 2 DISULPHIDE BRIDGES
2. DIHASILKAN OLEH SEL- PULAU LANGERHANS
3. DISINTESA sbg PROHORMON PROINSULIN MASUK KE
SEL RETIKULUM ENDOPLASMIK DISIMPAN DALAM
BENTUK GRANUL, kmd DIHIDROLISA DAN DILEPASKAN
KEDALAM DARAH sbg INSULIN
4. SEKRESI OLEH BERBAGAI HORMON GI. DAN
MAKANAN
5. GH MERUPAKAN ANTI-INSULIN
MENGURANGI PENYERAPAN GLUKOSA OLEH
JARINGAN
PELEPASAN GLUKOSA OLEH HEPAR
MENGURANGI PENGIKATAN INSULIN OLEH
HEPAR
6. NOREPINEFRIN & EPINEFRIN MENGHAMBAT PELEPASAN
INSULIN mel. RESEPTOR -ADRENERGIK [reseptor-2 ] & dg
GLIKOGENOLISIS via RESEPTOR-2 pd OTOT SERAN
LINTANG & HATI
KERJA INSULIN
1. EFEK thd METABOLISME KARBOHIDRAT
PADA HATI [ ME PENYIMPANAN GLIKOGEN HEPAR ]
MENGHAMBAT GLIKOGENOLISIS
MENGHAMBAT GLUKONEOGENESIS
MERANGSANG SINTESIS GLIKOGEN
MENINGKATKAN PEMAKAIAN GLUKOSA
[GLIKOLISIS]
PADA OTOT
ME FASILITASI TRANSPOR GLUKOSA via
TRANSPORTER GLUT-4
MERANGSANG SINTESIS GLIKOGEN &
GLIKOLISIS
PADA JAR. ADIPOSA
AMBILAN GLUKOSA OLEH GLUT-4
METABOLISME GLUKOSA
SIMPANAN TRIGLISERIDA
17
Copyright2010@edi_ahsani
18
Copyright2010@edi_ahsani
3.
19
Copyright2010@edi_ahsani
GLUKAGON
1. MERUPAKAN POLIPEPTIDA yg DISEKRESI OLEH SEL-
PULAU LANGERHANS PANCREAS
2. ANTAGONIS thd INSULIN pd PROSES :
GLIKOGENOLISIS
GLUKONEOGENESIS
LIPOLISIS
PEMBENTUKAN KETON BODIES
3. MERANGSANG SEKRESI GH, INSULIN & SOMATOSTATIN
PANCREAS
4. MERANGSANG PRODUKSI cAMP
PERBEDAAN KOMA HIPOGLIKEMIA & KETOASIDOSIS
HIPOGLIKEMIA
KETOASIDOSIS
1. RESPIRASI
N / MENDENGKUR,
IREGULER
REGULER, DALAM
[KUSSMAUL]
2. BAU ASETON
3. KULIT
4. KERINGAT
5. PUPIL
6. TREMOR
7. BABINSKI SIGN
8. TENSI
9. POLS
10. GULA URINE
11. ASETON
(-)
LEMBAB, PUCAT,
ELASTISITAS
NORMAL
( +++ )
MELEBAR
(+)
SERING ( + )
NORMAL / SDKT
KUAT, EQUAL
( - ) / SEDIKIT
JARANG ADA
( +++ )
KERING, SERING
KEMERAHAN,
ELASTISITAS KURANG
(-)
NORMAL / MENGECIL
(-)
(-)
LEMAH, CEPAT
( ++++ )
( ++++ )
60 mg / 100 ml
400 mg / 100 ml
NORMAL
14. LEUKOSIT
15. REAKSI THD. PEMB.
KH
NORMAL
CEPAT / SEGERA
TERJADI PERBAIKAN
BERKURANG 20
VOL. % pd 40 mmHg ,
PCO2 = 9,1 meq / L
20
Copyright2010@edi_ahsani
21
Copyright2010@edi_ahsani
Copyright2010@edi_ahsani
23
Copyright2010@edi_ahsani
24
Copyright2010@edi_ahsani
INTERAKSI OBAT
Konsentrasi fenitoin dalam plasma dapat meningkat bila diberikan
bersama kloramfenikol, disulfiram, INH, simetidin, propoksifen,
dan sulfonamid karena terjadi penghambatan biotransformasi
fenitoin; sedangkan sulfioksazol, fenibutazon, salisilat dan asam
valproat juga akan meningkatkan kadar fenitoin dalam plasma
karena obat-obat ini dapat mempengaruhi ikatan plasma protein
dari fenitoin.
Teofilin dapat menurunkan konsentrasi fenitoin dalam plasma bila
diberikan secara bersamaan karena teofilin dapat meningkatkan
biotransformasi fenitoin dan mengurangi absorpsi dan reabsorpsi.
Interaksi dengan fenobarbital akan menurunkan kadar fenitoin
karena fenobarbital akan menginduksi mikrosoma sel hati tetapi
kadang-kadang dapat meningkat karena inhibisi kompetitif pada
inaktivasi fenitoin.
Pemberian bersama dengan carbamazepin akan menurunkan kadar
fenitoin karena carbamazepin dapat meningkatkan biotransformasi
fenitoin
INTOKSIKASI DAN EFEK SAMPING
A. Susunan sarat pusat:
ataksia, nigtasmus, sukar bicara, tremor, gugup, perasaan
mengantuk, kelelahan, gangguan mental, halusinasi, ilusi, psikotik,
kekurangan asam folat mempermudah terjadinya gangguan mental.
B. Gusi dan saluran cerna:
anoreksia, nyeri ulu hati, mual, muntah dan hematemesis yang
dapat bersifat fatal. Hal ini dapat terjadi karena fenitoin bersifat
alkali. Proliferasi jaringan ikat gusi, edema gusi dan ginggivitis
dapat terjadi
C. Kulit:
ruam kulit terutama pada anak dan dewasa muda, eritema multi-form
hemoragik yang dapat bersifat fatal. Pemberian pada wanita muda dapat
terjadi keratosis dan hirsutism terutama pada pengobatan kronik.
D. Hati:
ikterus dan hepatitis,
E. Susunan tulang:
anemia megaloblastik.
F. Lain-lain:
fenitoin bersifat teratogenik sehingga dikontraindikasikan pada
kehamilan karena dapat penyebabkan skizo dan atau palatoskizis.
Pada trimester lanjut dapat menyebabkan abnormalitas tulang janin
25
Copyright2010@edi_ahsani
INDIKASI
Fenitoin diindikasikan terutama untuk GRANDMALL epilepsi
dan JACKSON epilepsi serta epilepsi parsial kompleks.
Obat ini juga dapat bermanfaat untuk trigemital neuralgia dan
aritmia jantung, untuk mengurangi efek konvulsi ECT serta
gangguan ekstrapiramidal iatrogenik
Konsentrasi plasma optimal fenitoin adalah 10 - 20 mcg/ml dimana
konsentrasi dibawah 10 mcg/ml akan kurang efektif untuk
pengendalian kejang yang terjadi sedangkan konsentrasi lebih dari
20 mcg akan menyebabkan efek toksik.
DOSIS
Dewasa: 300 mg dengan dosis maksimal 600 mg dalam dosis yang
terbagi
Anak-anak: 4 - 8 mg/kgBB dengan dosis maksimal 300 mg/hari.
Bila kita ingin mengganti pemberian fenobarbital ke fenitoin maka
dosis fenobarbital tidak boleh langsung dihentikan akan tetapi sebaiknya
dosis diturunkan perlahan-lahan sambil memberikan fenitoin
II. FENOBARBITAL
Obat ini termasuk golongan barbiturat dan cukup efektif sebagai
antikonvulsi disamping sebagai hipnotik sedatif. Yang lazim
dipergunakan adalah barbiturat masa kerja lama.
Merupakan antikonvulsi yang pertama kali dipergunakan dalam
praktek klinik (1912) dimana kerjanya adalah dengan membatasi aktifitas
bangkitan kejang dan meningkatkan ambang rangsang pada korteks
serebri.
Merupakan antikonvulsi yang terkuat dari seluruh antikonvulsi
yang tersedia sampai saat ini dan sama baiknya dengan efek fenitoin dan
karbamazepin disamping harganya murah.
Dosis efektif relatif rendah dengan "margin of safety" yang cukup
luas sehingga masih banyak dipertimbangkan untuk dipakai sebagi
antikonvulsi walaupun secara bermakna lebih toksik dibandingkan
fenitoin dan karbamazepin
INDIKASI
Grandmall epilepsi, epilepsi parsial dan epilepsi fokal kortikal.
Merupakan obat alternatif untuk epilepsi petitmall, mioklonik dan
epilepsi akinetik. Tidak boleh digunakan pada serangan umum lena
karena dapat mengalami serangan eksaserbasi.
Merupakan kontraindikasi relatif pada anak karena dapat
menyebabkan hiperaktifitas dan agitasi para doksal dan
mengganggu kemampuan belajar.
26
Copyright2010@edi_ahsani
DOSIS
Dosis awal dapat dimulai dengan dosis rendah kemudian
berangsur-angsur dinaikkan sampai bangkitan kejang tidak
berulang kembali atau dapat juga dimulai dengan dosis
tinggi kemudian berangsur-rangsur diturunkan sampai
didapatkan dosis pemeliharaan.
Untuk penderita dewasa pemberian dapat dimulai dengan
dosis 30-60 mg/hari diberikan pada malam hari dan
berangsur dinaikkan 30 mg/minggu sampai didapatkan dosis
pemeliharaan dengan dosis maksimal 600 mg/hari.
Dosis anak 5-8 mg/KgBB dalam dosis yang terbagi.
Untuk pengendalian epilepsi maka konsentrasi optimal
fenobarbital dalam plasma berkisar antara 10 - 40 mcg/ml.
Penghentian pengobatan harus dilakukan dengan "tappering
off".
INTERAKSI OBAT
Interaksi umumnya terjadi karena fenobarbital dapat menginduksi
dan meningkatkan aktififitas enzim mikrosom hati, sehingga akan
mengurangi efektifitas karbamazepin, fenitoin, warfarin, kloramfe
nikol, kontrasepsi oral dan griseofulvin.
Kombinasi dengan asam valproat dapat meningkatkan konsentrasi
fenobarbital sampai 40 % sehingga dapat terjadi somnolent yang
berat.
PRIMIDON (MYSOLIN. ICI) merupakan derivat barbuturat
dimana efek farmakokinetik dan farmakodinamiknya mirip dengan
fenobarbital hanya potensinya kurang dibandingkan dengan
fenobarbital.
INDIKASI
Efektif untuk semua bangkitan epilepsi kecuali bangkitan lena
(abscence). Merupakan obat yang terpilih untuk epilepsi parsial
kompleks dan epilepsi akinetik minor.
III. KARBAMAZEPIN
Pertama kali digunakan untuk pengobatan trigeminal neuralgia
tahun 1962 dan kemudian ternyata efektif untuk semua bentuk
epilepsi kecuali bangkitan lena.
Merupakan obat terpilih untuk epilepsi parsial kompleks dan
epilepsi grandmall.
Obat ini juga dapat dipergunakan sebagai analgesik selektif dan
untuk pengobatan neuropati yang sukar diatasi dengan analgesik
lainnya.
27
Copyright2010@edi_ahsani
Copyright2010@edi_ahsani
FARMAKOLOGI
Etosuksimid bekerja dengan cara meningkatkan ambang lepas muatan
listrik pada korteks serebri, sedangkan kejang tonik ekstensor
supramaksimal hanya teratasi bila obat diberikan pada dosis anestetik
FARMAKOKINETIK
Pemberian oral akan diabsorpsi lengkap oleh saluran cerna dimana kadar
maksimal dalam plasma akan dicapai dalam waktu 1-7 jam.
Distribusi keseluruh jaringan dimana kadar dalam likuor serebrospinalis
sama dengan kadar dalam plasma.
Eksresi melalui ginjal dalam bentuk metabolik
DOSIS CAN CARA PEMBERIAN
Umumnya diberikan 2 kali sehari dengan dosis awal 250 mg/hari dan
dinaikkan 250 mg setiap 5 hari sampai didapatkan dosis pemeliharaan
500 - 1500 mg/hari untuk dewasa.
500 1000 mg/hari untuk umur 6 - 12 tahun.
250 mg untuk umur 1 - 6 tahun.
EFEK SAMPING
Keluhan yang paling sering adalah mual, sakit kepala, mengantuk dan
merah pada kulit.
Gangguan terhadap hati, ginjal dan sumsum tulang belum pernah
dilaporkan.
Umumnya tidak terdapat interaksi yang bermakna dengan etosuksimid.
V. ASAM VALPROAT.
Dikenal tahun 1961 dan 15 tahun kemudian baru dikenal secara luas
sebagai antikonvulsi.
Obat ini efektif untuk epilepsi yang bersifat kejang umumnya seperti
bangkitan lena, bangkitan tonik klonik dan epilepsi persial kompleks.
Obat ini kurang efektif terhadap epilepsi yang bersifat fokal cortikal.
FARMAKOLOGI
Efek antikonvulsi asam valproat ber- dasarkan atas peningkatan kadar
GABA didalam sel otak, sehingga terjadi hiperpolarisasi "rest potential"
pada neuron akibat dari peningkatan daya konduksi membran untuk ion
potasium (ion K).
Penggunaan pada anak-anak harus dibatasi karena bersifat hepatotoksik.
FARMAKOKINETIK
Pemberian secara oral akan cepat diabsorpsi. Kadar maksimal akan
tercapai dalam waktu 1 - 3 jam dengan waktu paruh 8 - 10 jam.
Stabilitas kadar dalam darah akan tercapai setelah 48 jam pemberian.
Biotranformasi terjadi dihati dan sebagian besar akan dieksresikan
melalui ginjal dalam tempo 28 jam.
29
Copyright2010@edi_ahsani
EFEK SAMPING
1. Saluran cerna:
anoreksia, mual dan muntah yang dapat terjadi pada 16% kasus.
2. Susunan saraf pusat:
ataksia, gemetar dan mengantuk.
3. Hati:
peninggian aktivitas enzim hati bahkan pada beberapa kasus dapat
terjadi nekrosis hati yang bersifat fatal.
DOSIS
Dewasa: Pengobatan awal dimulai dosis 3 X 200 mg/hari dan
secara bertahap dapat dinaikan sampai 3 X 400 mg/hari.
Dosis anak yang dianjurkan adalah 30-50mg/kgBB/hari.
INTERAKSI OBAT
Asam valproat akan meningkatkan kadar fenobarbital sampai 40 % bila
diberikan bersamaan karena penghambatan hidroksilasi fenobarbital serta
dapat menimbulkan sedasi berat.
Pemberian bersama dengan fenitoin atau karba-mazepin akan
meningkatkan kadar fenitoin dan kadar karbamazepin dalam darah.
Pemberian bersama dengan klonazepam akan menyebabkan bangkitan
lena atau status epileptikus.
Pemberian bersama aspirin akan menyebabkan peningkatan kadar
valproat dalam darah.
VI. GOLONGAN BENZODIAZEPIN
Benzodiazepin bekerja sebagai antikonvulsi dengan menghambat
aktivitas bangkitan sedangkan lepas muatan listrik yang sudah terjadi
tidak dapat dihilangkan.
Dari obat golongan ini yang bekerja sebagai antikonvulsan dikenal
hanya 3 jenis yaitu :
1. Diazepam
2. Nitrazepam
3. Klonazepam.
30
Copyright2010@edi_ahsani
1. D I A Z E P A M
Digunakan terutama untuk pengobatan konvulsi yang bersifat rekuren
seperti pada status epileptikus atau kejang yang belum jelas penyebabnya.
Obat ini juga bermanfaat untuk bangkitan klonik fokal, bangkitan lena
serta hipsaritmia yang refrater terhadap obat antikonvulsi lainnya.
DOSIS DAN CARA PEMBERIAN
Untuk mengatasi bangkitan status epileptikus dan kejang demam
ataupun kejang demam yang belum diketahui penyebabnya maka
diberikan secara intravena 5 - 20 mg atau 0,5 - 1 mg/kg BB dan dosis
pemberian dapat diulangi kembali setelah 15 - 20 menit kemudian.
Pemberian per rektal dan peroral sama dengan dosis intravena.
Kadar optimal sebagai anti konvulsi dari diazepam adalah 500 mcg/ml.
EFEK SAMPING
Obstruksi saluran nafas, hipotensi, depresi pernafasan, jantung berhenti
dan mengantuk.
Efek samping yang berbahaya umumnya terjadi pada pemberian secara
intravena.
2. LORAZEPAM
Merupakan "long acting" benzodiazepin dimana pemakaiannya dapat
secara tunggal ataupun dikombinasi dengan antikonvulsi lainnya.
Terpilih untuk bangkitan mioklonik, akinetik dan spasme infantil.
Merupakan pilihan alternatif untuk bangkitan lena sesudah suksinimid.
Obat ini dapat juga dipakai untuk mengatasi status epileptikus akan tetapi
pilihan utama dalam hal ini tetap diazepam.
EFEK SAMPING
Mengantuk, ataksia dan gangguan mental.
DOSIS
Dosis awal adalah sebagai berikut :
Dewasa: 1,5 mg/hari dalam dosi yang terbagi.
Anak : 0,01-0,03 mg/kgBB/hari
Dosis dapat dinaikkan perlahan-lahan sampai didapatkan dosis
pemeliharaan.
Dosis pemeliharaan pada dewasa tidak boleh 20 mg/hari sedangkan
untuk anak 0,1-0,2 mg/kgBB/hari.
31
Copyright2010@edi_ahsani
3. NITRAZEPAM
Obat ini terpilih untuk bangkitan mioklonik.
Secara umum nitrazepam juga dapat dipakai untuk mengendalikan
hipsaritmia dan spasme infantil.
Nitrazepam dapat merangsang terjadinya bangkitan lena dan bangkitan
tonik-klonik sehingga pemakaian biasanya dikombinasikan dengan
antiepilepsi lainnya.
DOSIS
Dosis yang umumnya dipergunakan adalah 1,5 mg / kgBB/hari.
EFEK SAMPING
hipersekresi lendir saluran nafas, letargia dan ataksia.
VII. GOLONGAN ASETIL UREA
Dari golongan ini yang mempunyai khasiat antikonvulsi adalah
FENAGEMID.
Efek akan terlihat nyata pada bangkitan tonik-klonik, bangkitan lena dan
bangkitan persial kompleks.
FARMAKOLOGI
Spektrum antikonvulsinya cukup luas dimana obat ini bekerja sebagai
antikonvulsi dengan meningkatkan ambang rangsang fokus serebral
sehingga hipereksitabilitas dan lepas muatan listrik abnormal neuron yang
berlebihan dapat ditekan.
Pada sistim saraf perifer hiper-eksitabilitas ataupun hipoksaemia juga
ditekan oleh fenasemid.
INTOKSIKASI DAN EFEK SAMPING
Pemakaian fenasemid harus dimonitor dengan ketat karena sifaf
toksiknya.
Efek samping yang sering bersifat fatal adalah nekrosis hati, anemia
aplastik dan netropenia.
INTERAKSI OBAT
Karena efek mengantuk yang kurang maka obat ini sering
dikombinasikan dengan fenobarbital dan fenitoin yang tidak
menunjukkan interaksi dari masing-masing obat.
Interaksi dengan antikonvulsi lainnya belum ada literatur yang
melaporkan.
DOSIS
Dewasa 1,5 - 5,0 g/hari
Anak 5 - 10 tahun adalah setengah dosis dewasa.
Anak dibawah 5 tahun tidak dianjurkan.
32
Copyright2010@edi_ahsani
33
Copyright2010@edi_ahsani
Okskarbazepin
Vigabatrin
Lamotrigin
Felbamat
Gabapentin
1. Okskarbazepin
Merupakan obat baru yang mirip dengan karbamazepin.
Potensinya kurang dibandingkan dengan karbamazepin.
Efek anti kejangnya akan sama dengan karbamazepin bila dosis dinaikkan
50 %.
Efek interaksinya sangat minimal karena obat ini kurang begitu
menginduksi enzim hati.
2. Vigabatrin
Obat ini mampu meningkatkan efek inhibisi GABA . Obat ini belum
beredar di Amerika.
3. Lamotrigin
Mekanisme kerja belum begitu jelas diketahui akan tetapi diduga dapat
mencegah rangsangan berulang dengan perpanjangan inaktivasi
natrium channel.
Waktu paruh 24 jam dan sebagian besar dikeluarkan melalui urin dalam
bentuk glukoronid.
Efektif untuk kejang parsial pada dewasa.
Dapat juga dipakai pada epilepsi mioklonik dan absence.
Dosis 100 300 mg / hari.
4. Felbamat
Efektif pada kejang parsial.
Waktu paruh 20 jam dan dieksresi-kan melalui hati dalam bentuk
metabolit.
Obat ini dapat meningkatkan kon-sentrasi fenitoin dan asam
valproat dalam darah dan menurunkan kon-sentrasi karbamazepin
dalam darah.
5. Gabapentin
Analog dengan GABA
Efektif untuk kejang parsial
Waktu paruh 6 jam
Eksresi melaui ginjal.
34
Copyright2010@edi_ahsani
Terminology
How to treat
Classification of antianxiety drugs
Classification of antidepressant drugs
Pharmacokinetics and pharmacodynamics
Clinical aspects
Terminology
Antianxiety drug or anxiolytic is a drug prescribed for the treatment of
symptoms of anxiety
Some anxiolytics have antidepressants such as the class of selective
serotonin reuptake inhibitors (SSRIs).
Beta-receptor blockers such as propranolol and oxprenolol can be used to
combat the somatic symptoms of anxiety, eventhough they are not
anxiolytics.
Beta-Blockers are most often used as adjuncts to other drugs or for
performance anxiety.
Most useful against the physical aspects of anxiety.
GI upset.
Palpitations.
Sweating.
Tachycardia.
Tremors.
Depressant is a chemical agent that diminishes the function or activity of
a specific part of the body.
Alcohol is the most common example of a depressant. Many depressants
acting on the CNS do so by increasing the activity of a particular
neurotransmitter known (GABA), although other targets such as the
NMDA receptor, mu opioid receptor and CB1 cannabinoid receptor can
also be important, depending on which drug is involved.
Antianxiety drugs
Types of anxiolytics
1 Benzodiazepines
2 Serotonin 1A agonists
3 Barbiturates
4 Hydroxyzine
5 Herbal treatments
6 Over-The-Counter
35
Copyright2010@edi_ahsani
1. Benzodiazepines
prescribed for short-term
relief of severe and disabling anxiety.
Common medications :
lorazepam,
clonazepam,
alprazolam,
diazepam
cover the latent periods to treat an underlying anxiety disorder.
first choice when short-term CNS sedation is needed.
Benzodiazepines
Quinazolinones
Copyright2010@edi_ahsani
37
Copyright2010@edi_ahsani
Copyright2010@edi_ahsani
Trembling
Weakness
Amnesia
Hangover effect (grogginess)
Dreaming or nightmares
Chest pain
Vision changes
Jaundice
Paradoxical reactions
39
Copyright2010@edi_ahsani
2.
Serotonin 1A agonists
Barbiturates
5.
Hydroxyzine
possesses anxiolytic properties in addition to its antihistamine
properties (old antihistamine)
originally approved by the FDA in 1956
for the treatment of anxiety and tension
sedative properties for premed. and induce sedation after
anesthesia
effective as benzodiazepines in the treatment of generalised
anxiety disorder whilst producing less side effects
Example : Hydroxyzine (Atarax)
Herbal treatments
Copyright2010@edi_ahsani
6.
Over-The-Counter (OTC)
very mild anxiolytic properties (off-label use).
anhistamine
Example ; Chlorpheniramine
is approved by the FDA for allergies, rhinitis, and urticaria.
Antidepressants
Antidepressants are drugs that are useful
in treating depressed patients.
These include:
Tricyclic antidepressants ( TCA's )
Second-generation antidepressants
Serotonin-specific reuptake inhibitors ( SSRI's )
Monoamine oxidase ( MAO )
Antidepressants
Amitriptyline
Amoxapine
Bupropion
Citalopram
Clomipramine
Desipramine
Doxepin
Escitalopram Oxalate
Fluoxetine
Fluvoxamine
Imipramine
Isocarboxazid
Maprotiline
Nortriptyline
Paroxetine
Phenelzine
Protriptylin
Sertraline
Tranylcypromine
Trimipramine
Trazodone
Venlafaxine
Adapin
Amfebutamone
Amitril
Anafranil
Asendin
Aventil
Celexa
Desyrel
Effexor
Elavil
Emitrip
Endep
Enovil
Etrafon
Etrafon-A
Etrafon-Forte
Dohme
41
Lexapro
( Lexaprotm )
Ludiomil
Luvox
Marplan
Nardil
Norpramine
Pamelor
Parnate
Paxil
Pertofrane
PMS-Levazine
Prozac
Sharpe
Sinequan
SK-Amitriptyline
Surmontil
Tofranil
Trialodine
Vivactil
Wellbutrin
Zoloft
Zonalon
Zyban
Copyright2010@edi_ahsani
Tips
Antidepressants should not be used unless the depression is severe
and/or other treatments have failed.
As with all drugs, the use of antidepressants requires monitoring
for side effects.
Suicide should be considered a possible side effect of the newer
antidepressants.
Antidepressants HCAs, MAOIs, and SSRIs may be helpful for a variety
of anxiety disorders. Antidepressants can be used to treat panic disorder
( not bupropion ).
Antidepressants :
MAOIs
Social phobia.
SSRIs
GAD ( generalized anxiety disorder ).
OCD ( obsessive compulsive disorder ).
PTSD ( posttraumatic stress disorder ).
Social phobia.
Panic disorder ( not bupropion ).
TCAs
School phobia.
Separation anxiety.
General Information
Antidepressants typically take 10 to 30 days to start working
( therapeutic dose ). It can take up to 6 weeks before receiving
their full effect and improvement may continue for months
afterwards. Depending on the the type of antidepressant some
secondary side effects of the depression may improve sooner.
SSRIs
More energy in 4 to 7 days.
Concentration, mood, and interest may begin to improve in 7 to
10 days. Feelings of hopelessness, helplessness, and anhedonia
should fade in about 10 to 14 days. Diurnal mood variation that is
worse in the morning should recede in about 8 days.
Libido revives in about 9 or 10 days.
42
Copyright2010@edi_ahsani
43
Copyright2010@edi_ahsani
Treatment:
Childhood Depression.
Delusional Depression.
44
Copyright2010@edi_ahsani
Antidepressants
Adapin
Amitril
Anafranil
Asendin
Aventil
Desyrel
Effexor
Elavil
Emitrip
Endep
Enovil
Etrafon
Etrafon-A
Etrafon-Forte
Dohme
Ludiomil
Luvox
Marplan
Nardil
Norpramine
Pamelor
Parnate
Paxil
Pertofrane
PMS-Levazine
Prozac
Sharpe
Sinequan
SK-Amitriptyline
Surmontil
Tofranil
Vivactil
Wellbutrin
Zoloft
Zyban
45
Copyright2010@edi_ahsani
Side Effects
Feeling sick, vomiting, indigestion, abdominal pain, diarrhea,
constipation, loss of appetite, weight loss, increased appetite, weight gain,
allergic reactions, dry mouth, irritability, anxiety, sleeplessness,
drowsiness, headache, shaking, dizziness, fits / convulsions, disturbance
of sexual function (but this is also a feature of depression), sweating,
bruising, manic or hypomanic behavior, abnormal movements, low
sodium level, suicidal ideas.
Second-generation antidepressants
In late 1970's to mid 1980's a group of structurally different
antidepressant drugs were developed, they were not significantly more
effective or safer than the TCAs, they did have a faster onset of effects
with less side effects, examples are:
Maprotiline (Ludiomol): Has a long half-life, blocks NE reuptake.
Amoxapine (Asendin): Inhibits NE reuptake, has some Parkinsonlike symptoms due to its blocking of DA receptors, overdosage
may be fatal. Trazodone (Desyrel): Its mechanism is unclear, as it
does not block the reuptake of NE or 5-HT, however it is known to
block 5-HT2 receptors. It has a short onset of action less than a
week, with optimal effect in 2-5 weeks. Bupropion (Wellbutrin or
Zyban): Blocks DA reuptake but does not possess any reinforcing
effects, used to treat ADHD in children, also believed to stop
nicotine craving.
Tricyclic antidepressants ( TCA's )
Copyright2010@edi_ahsani
Interactions
TCAs are highly metabolized by the cytochrome P450 hepatic enzymes.
Drugs that inhibit cytochrome P450 (for example cimetidine,
methylphenidate, antipsychotics, and calcium channel blockers) may
produce decreases in the tricyclic's metabolism leading to increases in
tricyclic blood concentrations and accompanying toxicity. Drugs which
prolong the QT interval including antiarrhythmics such as quinidine, the
antihistamines astemizole and terfenadine, and some antipsychotics may
increase the chance of ventricular dysrhythmias. TCAs may enhance the
response to alcohol and the effects of barbiturates and other CNS
depressants. Side effects may also be enhanced by other drugs which
have antimuscarinic properties.
47
Copyright2010@edi_ahsani
48
Copyright2010@edi_ahsani
Adenosine
Dopamine
Adenosine
receptor
antagonists
caffeine,
theobromine,
theophylline
cocaine,
Dopamine
methylphenidate,
reuptake
amphetamine,
inhibitors (DRIs)
bupropion
Dopamine
releasers
amphetamine
Dopamine
agonists
49
Copyright2010@edi_ahsani
Dopamine
receptor
antagonists
GABA
Norepinephrine
haloperidol,
droperidol,
many antipsychotics
GABA reuptake
tiagabine
inhibitors
GABA receptor
agonists
ethanol,
barbiturates,
diazepam, and other
benzodiazepines,
muscimol, ibotenic
acid
GABA
antagonists
thujone, bicuculline
Norepinephrine
reuptake
inhibitors
most non-SSRI
antidepressants such
as amoxapine,
atomoxetine,
bupropion,
venlafaxine and the
tricyclics
Norepinephrine
releasers
mianserin,
mirtazapine
50
Copyright2010@edi_ahsani
Serotonin
Serotonin reuptake
inhibitors
Serotonin releasers
AMPA receptor
AMPA receptor
antagonists
Cannabinoid
Cannabinoid receptor
receptor
agonists
Melanocortin
Melanocortin receptor
receptor
agonists
NMDA receptor NMDA receptor
antagonists
Opioid
receptor
Monoamine
oxidase
most antidepressants
including tricyclics such as
amitryptyline and SSRIs
such as fluoxetine and
sertraline
MDMA (ecstasy)
mirtazapine
kynurenic acid, NBQX
THC
bremelanotide
ketamine, PCP, DXM
morphine, heroin,
oxycodone
naloxone, naltrexone
salvinorin A,
butorphanol, nalbuphine
buprenorphine
amphetamine,
methamphetamine
Copyright2010@edi_ahsani
Mood stabilizers
Antiparkinson drugs
Psycholeptics
(Anxiolytics, Antipsychotics, Hypnotics/Sedatives)
Psychoanaleptics
(Antidepressants, Stimulants/Psychostimulants)
Psycholeptics:
antipsychotics
- primarily dopamine antagonists
Typical antipsychotics (first generation antipsychotics, conventional
antipsychotics, classical neuroleptics, or major tranquilizers) are a
class of antipsychotic drugs first developed in the 1950s and used to treat
psychosis (in particular, schizophrenia), and are generally being replaced
by atypical antipsychotic drugs. Typical antipsychotics may also be used
for the treatment of acute mania, agitation, and other conditions. The first
typical antipsychotics to enter clinical use were the phenothiazines.
Atypical antipsychotics (second generation antipsychotics) are a group
of antipsychotic drugs used to treat psychiatric conditions. Some atypical
antipsychotics are FDA approved for use in the treatment of
schizophrenia. Some carry FDA approved indications for acute mania,
bipolar mania, psychotic agitation, bipolar maintenance, and other
indications.
Skeletal formula of chlorpromazine, the first neuroleptic drug
High-potency and low-potency
Traditional antipsychotics are classified as either high-potency or lowpotency:
Potency
Examples
high-potency
low-potency
chlorpromazine
52
Copyright2010@edi_ahsani
53
Copyright2010@edi_ahsani
Copyright2010@edi_ahsani
Typical
Phenothiazine
Chlorpromazine Fluphenazine
Mesoridazine Periciazine
Perphenazine Prochlorperazine
Promazine
Thioridazine/Sulforidazine
Trifluoperazine Triflupromazine
Indoles
Molindone
Butyrophenones
Thioxanthenes
Flupentixol Chlorprothixene
Thiothixene Zuclopenthixol
Diphenylbutylpiperidines
Other
Loxapine
Atypical antipsychotic
Atypicals are a group of unrelated drugs united by the fact that they work
differently from typical antipsychotics. Most share a common attribute of
working on serotonin receptors as well as dopamine receptors. One drug,
amisulpride, does not have serotonergic activity, instead it has some
partial dopamine agonism. Another drug, aripiprazole, also displays some
partial dopamine agonism, 5-HT1A partial agonism and 5-HT2A
antagonism.
Pharmacology
The mechanism of action of these agents is unknown, and differs greatly
from drug to drug. The variation in the receptor binding profile is such
that the only effect all have in common is an anti-psychotic effect; the
side effect profiles vary tremendously. While modulation of the dopamine
neurotransmitter system is the most important mechanism by which antipsychotics exert their benefits, the role of the serotonergic activity of the
atypicals is debated. Some researchers believe that D2 receptor
antagonism, coupled with 5-HT2A receptor antagonism, is responsible
55
Copyright2010@edi_ahsani
Copyright2010@edi_ahsani
57
Copyright2010@edi_ahsani
Atypical
Butyrophenones Melperone
Serotonin
antagonists
Indoles
Sertindole Ziprasidone
Other D2
selective
Aripiprazole Asenapine
Iloperidone Mosapramine
Paliperidone Perospirone
Quetiapine Risperidone
Zotepine
D4 selective
Clozapine Olanzapine
Barbiturates
Benzodiazepines
58
Copyright2010@edi_ahsani
Nonbenzodiazepines
Piperidinediones
Quinazolinones
Afloqualone Cloroqualone
Diproqualone Etaqualone
Mebroqualone Mecloqualone
Methaqualone Methylmethaqualone
Neuroactive steroids
Acebrochol Allopregnanolone
Alphadolone Alphaxolone Ganaxolone
Hydroxydione Minaxolone Org 20599
Tetrahydrodeoxycorticosterone
Neuroleptics
Neuroleptic potency
Neuroleptic threshold dose
Mechanism of action
Neuroleptic for long-term treatment
Indication, dose, side effects
59
Copyright2010@edi_ahsani
HORMON KELAMIN
HORMON GONADOTROPIN
1.
FSH
DIHASILKAN & DISEKRESI OLEH SEL
GONADOTROP HIP. ANTERIOR
PADA WANITA FUNGSI FSH :
MATURASI FOLIKEL OVARIUM
SELAMA FASE FOLIKULER SIKLUS
HAID PELAN-PELAN & kmd pd
PERTENGAHAN SIKLUS
BERSAMA LH, MENYEBABKAN
MATURASI AKHIR KORPUS LUTEUM
PADA PRIA FSH MENYEB. PRODUKSI
SPERMATOZOA pd TESTIS
2. LH
1. DIHASILKAN & DISEKRESI OLEH SEL
GONADOTROP HIP. ANTERIOR
2. PADA WANITA :
KADAR PUNCAK LH pd PERTENGAHAN
SIKLUS
MENGINDUKSI OVULASI & PEMBENTUKAN
AWAL KORPUS LUTEUM
3. PADA PRIA :
MENGAKTIVASI SEL INTERSTITIAL UNTUK
MENSEKRESI ANDROGEN
3. HCG (HUMAN CHORIONIC GONADOTROPIN)
DISEKRESI OLEH SINCISIOTROPOBLAS FETAL
PLASENTA
MENYEBABKAN PERTUMBUHAN KORPUS LUTEUM,
MENCEGAH HAID
MENUNJUKKAN TES KEHAMILAN ( )
60
Copyright2010@edi_ahsani
61
Copyright2010@edi_ahsani
BROMOKRIPTIN
DOPAMINERGIK AGONIS
SECARA EXPERIMENTAL LEVEL GH dlm PLASMA
PENGGUNAAN KLINIK :
MENEKAN SEKRESI PROLAKTIN (MENGAKTIVASI
RESEPTOR DOPAMINERGIK)
AMENORE-GALAKTOREA krn
HIPERPROLAKTINEMIA
ADENOMA HIPOFISE yg MENSEKRESI PROLAKTIN
PARKINSONISME
EFEK SAMPING :
NAUSEA, VOMITUS
ARITHMIA, HIPOTENSI, PERUBAHAN TINGKAH
LAKU (PARANOIA)
KONTRA-INDIKASI
PEND. MYOCARD INFARK BARU
PEND. PSIKIATRI
MEKANISME KERJA BROMOKRIPTIN
SEKRESI PROLAKTIN (HIPOFISE)
dipengaruhi
PRIF [HIPOTALAMUS]
[Prolactin release-inhibiting factor]
BROMOKRIPTIN AGONIS DOPAMIN
MERANGSANG PELEPASAN PRIF
KADAR PROLAKTIN
LAKTASI STOP
ESTROGEN
1. MERUPAKAN STEROID HORMON
2. DI SINTESA OLEH GONAD (PREDOMINAN), ADRENAL,
PLASENTA, HATI, OTOT SKELET & LEMAK
3. DI SINTESA DI FOLIKEL OVARIUM [DIRANGSANG OLEH
FSH]
4. KERJA
STIMULASI PERKEMBANGAN UTERUS, TUBA
FALOPII, VAGINA, MAMMA &
KARAKTERISTIK SEX SEKUNDER
62
Copyright2010@edi_ahsani
MACAM-MACAM ESTROGEN
1. ESTROGEN ALAM :
MANUSIA : 17 -ESTRADIOL, ESTRON, ESTRIOL
GENUS EQUUS [KUDA] : EKUILIN, EKUILENIN
TUMBUH-TUMBUHAN : GENISTEIN
2. ESTROGEN SEMISINTETIK
ETINIL ESTRADIOL
3. ESTROGEN SINTETIK
MESTRANOL
DIENESTROL
DIETILSTILBESTROL
63
Copyright2010@edi_ahsani
FARMAKOKINETIK
BAIK ESTROGEN ALAM MAUPUN SINTETIK MUDAH
DIABSORBSI mel. KULIT, MUKOSA & SAL. CERNA
ESTROGEN ALAM TIDAK SE-EFEKTIF EST.
SEMISINTETIK/ SINTETIKkrn DEGRADASI LEBIH CEPAT
INAKTIVASI TERJADI DI HATI SIKLUS
ENTEROHEPATIK METABOLIT TIDAK AKTIF (ESTRIOL)
DALAM DARAH DIIKAT GLOBULIN & SEBAG. Tdp dlm btk
KONYUGASI dg as.sulfat & glukoronat
EKSKRESI mel. URINE [glukoronid & sulfat]
INDIKASI
1. TERAPI HORMON PENGGANTI PADA :
HIPOGONADISM & HIPOPITUITARISM PRIMER
MENOPAUSE
2. KONTRASEPSI ORAL
3. DYSFUNCTIONAL UTERINE BLEEDING
4. KARSINOMA PROSTAT [PALIATIF MENGURANGI
METASTASE]
5. DISMENORE
6. OSTEOPOROSIS, HIRSUTISME, AKNE
64
Copyright2010@edi_ahsani
EFEK SAMPING
1. UMUM : MUAL, MUNTAH, ANOREKSIA, NYERI
PAYUDARA
2. RETENSI Na & AIR EDEMA
3. RESIKO THROMBOEMBOLISM
4. HIPERPIGMENTASI
5. NON-MALIGNANT GENITAL ABNORMALITY [LAKILAKI / PEREMPUAN] pd KETURUNANNYA BILA
DIKONSUMSI OLEH WANITA HAMIL
6. KARSINOMA VAGINA & CERVIX pd WANITA MUDA
[IBUNYA MENDAPAT STILBESTROL]
7. MIGREN, HIPERTENSI & PENY. KANDUNG EMPEDU
KONTRAINDIKASI
THROMBOPHLEBITIS
KARSINOMA ENDOMETRIUM
PERDARAHAN GENITAL [UNDIAGNOSED]
PENYAKIT HATI
HATI-HATI pd PEND. EPILEPSI, MIGREN, DEPRESI, GAGAL
JANTUNG & PENY. GINJAL
ANTI-ESTROGEN
SENYAWA yg DAPAT MENGHAMBAT ATAU
MEMODIFIKASI bbrp EFEK ESTROGEN
ANTI-ESTROGEN yg KUAT ADALAH :
DER. KLOROTIANISEN yaitu :
KLOMIFEN
ETAMOKSITRIPETOL
KLOMIFEN
MEKANISME KERJA :
BEKERJA SEBAGAI PENGHAMBAT KOMPETITIF,
MENGIKAT RESEPTOR ESTROGEN DAN
MENGHAMBAT PENGHAMBATAN UMPAN BALIK
(FEEDBACK INHIBITION) ESTROGEN pd
HIPOTALAMUS & HIPOFISE thd SEKRESI LH-RF &
GONADOTROPIN shg PRODUKSI LH, FSH &
GONADOTROPIN DAN STIMULASI OVARIUM
OVULASI
PENGGUNAAN KLINIK :
PENGOBATAN INFERTILITAS krn GANGGUAN
FUNGSI OVARIUM (WANITA) dg SYARAT :
AKTIVITAS ESTROGEN ()
65
Copyright2010@edi_ahsani
66
Copyright2010@edi_ahsani
Copyright2010@edi_ahsani
PENGGUNAAN TERAPI
TERAPI HORMON PENGGANTI pd TESTICULAR FAILURE
& SEBAGAI ANABOLIC AGENT
OSTEOPOROSIS
KARSINOMA PAYUDARA [PALIATIF]
PEMACU PERTUMBUHAN
ANEMIA
EFEK SAMPING
MASKULINISASI PADA WANITA
PADA PRAPUBERTAS PUBERTAS PREKOK &
PENUTUPAN EPIFISIS CEPAT
EDEMA
IKTERUSDISEBABKAN OLEH STEROID yg MEMPUNYAI
GUGUS 17 -METIL mis.
FLUOKSIMESTERON
68
Copyright2010@edi_ahsani
METANDROSTENOLON
17 -METIL 19-NOR-TESTOSTERON
OKSITENOLON
STONAZOLOL
KARSINOMA HATI
IMPOTEN / AZOOSPERMIA
HIPERPLASIA PROSTAT
ANTAGONIS ANDROGEN
SIPROTERON :
BERKOMPETISI dg TESTOSTERON pd RESEPTOR
TARGET ORGAN
SPERMATOGENESIS AZOOSPERMIA
(REVERSIBEL)
INDIKASI :
HIPERSEKSUAL pd PRIA
HIRSUTISME yg BERAT pd WANITA
GABUNGAN dg ETINIL-ESTRADIOL (DIANE)
TERAPI AKNE yg BERAT pd WANITA
DEHIDROTESTOSTERON (DHT)
METABOLISME TESTOSTERON OLEH ENZIM 5REDUCTASE MENGHASILKAN DHT, SUATU AGONIS
ANDROGEN
AFINITAS IKATAN dg RESEPTOR ANDROGEN adl 5X
TESTOSTERON
DIDISTRIBUSI pd JAR. KULIT, PROSTAT, GINJAL DAN
OTAK
MENIMBULKAN EFEK ANDROGENIK SPECIFIK spt MALE
PATTERN BALDNESS, BEARD GROWTH & HIPERPLASIA
PROSTAT
5 - REDUCTASE INHIBITOR
MERUPAKAN PENGHAMBAT SELEKTIF BIOSINTESIS DHT
DIGUNAKAN pd PENGOBATAN PENYAKIT PROSTAT
ADA 2 ISOFORM 5 - REDUCTASE [pd HUMAN] TIPE I &
TIPE II
PENGHAMBATAN TIPE I MENGURANGI KONSENT. DHT
dlm PLASMA 30%
FINASTERID 5 mg/hari MENGURANGI KONSENT. DHT dlm
PLASMA SEBANYAK 70% [pd LAKI-LAKI] (MENGHAMBAT
TIPE II) MENGURANGI UKURAN PROSTAT SECARA
MODERAT, ME URINARY FLOW RATE DAN
MEMPERBAIKI SIMPTOM SCORE HIPERPLASIA PROSTAT
69
Copyright2010@edi_ahsani
70