Michran Marsaoly, Burhanuddin Bahar, Saifuddin Sirajuddin
Michran Marsaoly, Burhanuddin Bahar, Saifuddin Sirajuddin
Michran Marsaoly, Burhanuddin Bahar, Saifuddin Sirajuddin
Abstract
There is a significant relationship between nutritional status with food consumption. The study aimed to
determine the effect of giving additional food (boiled eggs and green bean porridge) for school age
children. This study used a quasi experiment design before and after the intervention using an external
comparison group. Population was the entire school-age children who recite the TPA hamlet and village
Manuba Kampung Baru. The sample was selected using a purposive technique, totaling 48 children,
consisting of 24 children in the control group, as well as in the treatment group. The paired t-test
performed to analyze differences in the average nutritional status and nutrient intake before and after
intervention in both groups, and independent t-test test to analyze differences in the average nutritional
status and intake, both before and after intervention between the two group. The results, chi-square test
showed no differences in nutritional status before and after intervention in both groups (p > 0.05).
However, when analyzed using paired t-test , then there are differences in nutritional status before and
after the intervention in the treatment group, but not in the control group. While the independent t-test
that showed there was the effects of differences in both before and after intervention in the treatment
group but in the control grup was not. Intake of protein, vitamin A, iron in the treated group were
significantly different between before and after the intervention. However, B1 and B6 intake appear
higher in the control group compared to the treatment group. It is recommended to provide hard-boiled
eggs and green bean porridge to help improve the nutritional status of children, by placing it as a food
supplement rather than substitute for a main meal.
Keywords : supplementary feeding, nutritional status
Pendahuluan
Gizi menjadi masalah yang penting bagi anak
sekolah, karena gizi dapat mencerdaskan anak.1
Gizi kurang berdampak pada pertumbuhan fisik
dan kecerdasan tidak optimal yang bermuara pada
rendahnya produktivitas dan kemiskinan.2 Anak
yang kekurangan gizi mudah mengantuk dan
kurang bergairah, sehingga dapat menganggu
proses belajar di sekolah dan menurun prestasi
belajarnya. Daya pikir anak juga akan kurang,
karena pertumbuhan otaknya tidak optimal.1
PMT Telur Rebus dan Bubur Kacang Hijau pada Status Gizi Anak (Michran)
Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlangsung pada bulan April Juli
2011, di kabupaten Barru pada Taman Pengajian
Al-Quran (TPA) di dusun Kampung Baru,
kecamatan Soppeng Riaja sebagai kelompok
perlakuan, dan TPA di dusun Manuba, kecamatan
Mallusetasi sebagai kelompok kontrol.
Pengumpulan Data
Status gizi anak
dinilai secara antropometri
berdasarkan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB;
status penyakit infeksi dinilai berdasarkan
diagnosis petugas kesehatan atau berdasarkan
gejala klinis; asupan zat gizi dinilai berdasarkan
hasil recall 24 jam, kemudian dibandingkan
dengan AKG 2004. Sementara data demografi
diperoleh dari desa/kelurahan setempat.
Analisis Data
Analisis univariat dilakukan untuk melihat
distribusi frekuensi masing-masing variabel yang
15
Tabel 1. Distribusi Anak Usia Sekolah Berdasarkan Status Gizi pada Awal dan Akhir Perlakuan di
Lokasi Penelitian
Kelompok
Status Gizi
BB/U
Normal
Kurang
Buruk
TB/U
Normal
Pendek
BB/TB
Normal
Kurus
Gemuk
Perlakuan
Awal
n=24
Kontrol
Akhir
n=24
Awal
n=24
Akhir
n=24
17(70,8%)
5(20,8%)
2(8,3%)
18(75%)
4(16,7)
2(8,3%)
19(79,2%)
4(16,7%)
1(4,2%)
18(75%)
5(20,5%)
1(4,2%)
20(83,3%)
4(16,7%)
19(79,2%)
5(20,8%)
12(50%)
12(50%)
12(50%)
12(50%)
21(87,5%)
2(8,3%)
1(4,2%)
23(95,8%)
0
1(4,2%)
20(83,3%)
1(4,2%)
3(12,5%)
20(83,3%)
2(8,3%)
2(8,3%)
Penyakit Infeksi
Data pada Tabel 2 menunjukkan pada kelompok
perlakuan terdapat 13 orang (54,17%) yang
menderita penyakit infeksi sebelum diintervensi,
dan menurun menjadi 8 orang (33,33%) setelah
diintervensi. Sementara jenis penyakit yang paling
banyak diderita adalah ISPA (7 orang) dan tetap
sama setelah kedua kelompok diintervensi.
Hasil
Tabel 2. Karakteristik Penyakit Infeksi Sebelum dan
Sesudah Perlakuan di Lokasi Penelitian
Status Gizi
Sebelum kelompok perlakuan diintervensi,
terdapat 70,8% anak berstatus gizi normal, 20,8%
berstatus gizi kurang, dan 8,3% berstatus gizi
buruk. Setelah diintervensi, anak dengan status gizi
normal meningkat menjadi 75%, karena terdapat 1
orang anak dari status gizi kurang, menjadi normal,
sementara anak dengan status gizi buruk, tidak
berubah. Berdasarkan indeks TB/U, diketahui
bahwa sebelum kelompok perlakuan diintervensi,
terdapat 83,3% anak dengan status gizi normal,
dan setelah diintervensi menurun menjadi 79,2%,
karena anak yang pendek, bertambah 4,1% (1
orang). Pada kelompok yang sama, untuk indeks
BB/TB, anak dengan status gizi normal meningkat
sebesar 8,3%, yaitu dari 87,5% menjadi 95,8%,
karena tidak ada lagi anak dengan status gizi kurus
setelah diintervensi (sebelumnya 2 orang),
sementara yang gemuk, tetap 4,2% (1 orang)
(Tabel 1).
Penyakit
Infeksi
Perlakuan
n=24
Sebelum
Ya
13 (54.17%)
Tidak
11 (45.83%)
Sesudah
Ya
8 (33.33%)
Tidak
16 (66.67%)
Jenis Penyakit
Sebelum
Diare
4 (30.77%)
ISPA
7 (53.84%)
Typhoid
1 (7.69%)
Malaria
1 (7.69%)
Sesudah
Diare
0
ISPA
7 (87.5%)
Typhoid
1 (12.5%)
Malaria
0
16
Kelompok
Kontrol
n=24
10 (41.67%)
14 (58.33%)
13 (54.17%)
11 (45.83%)
0
10 (100%)
0
0
3 (23.07%)
10 (76.92%)
0
0
PMT Telur Rebus dan Bubur Kacang Hijau pada Status Gizi Anak (Michran)
Tabel 3. Perbedaan Kategori Status Gizi Sebelum dan Sesudah Perlakuan Antarkelompok
Kelompok
Status Gizi
BB/U
Normal
Kurang
Buruk
TB/U
Normal
Pendek
BB/TB
Normal
Kurus
Gemuk
Perlakuan
Awal
Akhir
n=24
n=24
Kontrol
p value
Awal
n=24
Akhir
n=24
p value
19(79,2%)
4(16,7%)
1(4,2%)
18(75%)
5(20,5%)
1(4,2%)
12(50%)
12(50%)
12(50%)
12(50%)
20(83,3%)
1(4,2%)
3(12,5%)
20(83,3%)
2(8,3%)
2(8,3%)
0.16
17(70,8%)
5(20,8%)
2(8,3%)
18(75%)
4(16,7)
2(8,3%)
20(83,3%)
4(16,7%)
19(79,2%)
5(20,8%)
21(87,5%)
2(8,3%)
1(4,2%)
23(95,8%)
0
1(4,2%)
0.32
1.00
1.00
0.16
0.66
Kelompok
Rerata z-score
Sebelum
Sesudah
p
value1
BB/U
Perlakuan
Kontrol
P value2
-1.52
-1.40
0.6752
-1.36
-1.41
0.862
0.0011
0.751
Perlakuan
Kontrol
P value2
-1.48
1.83
0,232
-1.52
-1.88
0.222
0.001
0.131
TB/U
BB/TB
Perlakuan
-0.77
-0.47
0.001
Kontrol
-0.20
-0.1
0.361
2
2
2
P value
0.75
0.22
Ket : 1 = paired sampel t-test, 2 = independent sampel t-test
Tabel 5.
Kelompok
Pembahasan
Status Gizi
Dari hasil penelitian ini diketahui, bahwa masalah
gizi yang terbanyak dialami pada kelompok
perlakuan adalah masalah gizi akut (BB/U kategori
kurang 20,8%, dan buruk 8,3%), sedangkan
masalah gizi terbanyak yang dialami pada
kelompok kontrol adalah masalah gizi kronis
(TB/U kategori pendek sebesar 50%). Timbulnya
masalah gizi di atas, kemungkinan disebabkan oleh
minimnya asupan zat gizi dan energi. Di Indonesia,
hampir sepertiga anak prasekolah menderita
18
PMT Telur Rebus dan Bubur Kacang Hijau pada Status Gizi Anak (Michran)
Daftar Pustaka
1.
2.
3.
4.
5.
Jika melihat dari frekuensi makan, ditemukan
sebanyak 3 kali lebih besar pada kelompok kontrol.
Kebiasaan makan sayur tiap hari juga lebih besar
pada kelompok kontrol. Inilah yang menyebabkan
kebutuhan zat gizi mikro pada kelompok kontrol
terpenuhi. Selain itu, lingkungan tempat tinggal
6.
19
Badan
Penelitian
dan
Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia; 2008.
7. Wiryo, H. Peningkatan Gizi Bayi, Anak, Ibu
Hamil dan Menyusui dengan Bahan Makanan
Lokal. Jakarta: CV. Sagung Seto; 2002.
8. Budianto AK. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Umm
Press; 2009.
9. Gibney,
M.J,
dkk.
Gizi
Kesehatan
Masyarakat. Jakarta: EGC; 2009.
10. Sandjaya, dkk, Status Gizi Bayi dan Anak
yang Mendapat Program Makanan Tambahan
dalam JPS-BK. Kongres Nasional Persagi dan
Temu Ilmiah XII Jakarta 8-10 Juli 2002.
Jakarta: Persagi; 2002.
11. Pudjadi. S. dkk. Ilmu Gizi Klinik pada Anak
Edisi Keempat. Jakarta: UI Press; 2003.
20
PMT Telur Rebus dan Bubur Kacang Hijau pada Status Gizi Anak (Michran)
21