Perilaku Beresiko Remaja Skrri
Perilaku Beresiko Remaja Skrri
Perilaku Beresiko Remaja Skrri
Abstract
Background: Several health problems happen to young adults related to risk behavior, among others are
smoking, alcohol drinking, drug misuse, and premarital sex. Field data and facts showed that these risk
behavior are inter-related.
Objective: This research was aimed to identify risk behavior determinants, the most dominant variable
related to risk behavior, and inter relationship among each risk behavior of young adults in Indonesia in
2007.
Methods: This research was an analytical study using raw data fromlndonesia Young Adult Reproductive
Health Survey data in 2007 which done in 33 provinces. The respondents were young adults within age
range 15-24 years old with single status, which comprised of 10.830 men and 8.481 women.
Result: Research findings showed that risk behavior determinants among young adults in Indonesia were
knowledge, attitude, age, sex, education level, ecomomic status, access to information and media,
communication with parents and also friends with risk behaviors. The most dominant variable was
sex.Menwere potentially 30 times higher to smoke, 10 times higher to drink alcohol, 20 times higher to
misuse drug, and 5 times higher to do premarital sex, compared to women.
Conclussion: From this research, it was also known an inter relationship among the four risk behavior in
young adults.
Keywords: 7owg adults, risk behavior, smoking, alcoholism, drugs, premarital sex
Ahstrak
Latar belakang: Beberapa masalah kesehatan yang terjadi pada remaja berkaitan dengan perilaku yang
berisiko, yaitu merokok, minum alkohol, penyalahgunaan narkoba, dan hubungan seksual pranikah.
Tujuan: Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku berisiko remaja, faktor yang paling
dominan yang berhubungan dengan perilaku berisiko, dan keterkaitan hubungan di antara masing-masing
perilaku berisiko pada remaja di Indonesia tahun 2007.
Metode: Penelitian ini merupakan studi analisis lanjut dengan menggunakan data Survei Kesehatan
Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2007 yang dilaksanakan di 33 propinsi. Responden adalah
remaja berusia 15-24 tahun, berstatus belum kawin, dan terdiri dari 10.830 remaja laki-laki dan 8.481
remaja perempuan.
Hasil: Perilaku berisiko pada remaja di Indonesia berhubungan signifikan dengan pengetahuan, sikap,
umur, jenis kelamin, pendidikan, status ekonomi, akses terhadap media informasi, komunikasi dengan
orang tua, dan adanya teman yang berperilaku berisiko. Faktor yang paling dominan hubungannya adalah
jenis kelamin. Remaja laki-laki berpeluang 30 kali lebih besar untuk merokok, 10 kali lebih besar untuk
minum alkohol, 20 kali lebih besar untuk penyalahgunaan narkoba, dan 5 kali lebih besar untuk hubungan
seksual pranikah, jika dibandingkan dengan remaja perempuan.
Kesimpulan: Dari hasil penelitian ini juga diketahui adanya keterkaitan hubungan di antara ke-empat
perilaku berisiko pada remaja.
Kata kunci: Remaja, merokok, alkohol, narkoba, hubungan seksual pranikah
136
PENDAHULUAN
Remaja
adalah
pribadi
yang
terus
berkembang menuju kedewasaan, dan
sebagai proses perkembangan yang berjalan
natural, remaja mencoba berbagai perilaku
yang terkadang merupakan perilaku yang
berisiko (Smet, 1994). Jumlah remaja (usia
15-24 tahun) di Indonesia pada tahun 2005
sebesar 39.242.100 jiwa atau 18,39% dari
total jumlah penduduk Indonesia yang
mencapai 213.375.100 jiwa (EPS, 2006). Hal
ini berarti sekitar seperlima penduduk
Indonesia adalah remaja berusia 15-24 tahun
(BPS, 2006).Jumlah remaja yang cukup besar
ini bisa menjadi tantangan yang berat bagi
pemerintah, terutama berkaitan dengan
pengembangan dan pelaksanaan program
kesehatan reproduksi (Hidayat, 2005).
Beberapa masalah kesehatan yang terjadi
pada remaja berkaitan dengan perilaku yang
berisiko, yaitu merokok, minum minuman
beralkohol, penyalahgunaan narkoba, dan
melakukan hubungan seksual pranikah
(Smet, 1994).Perilaku berisiko pada remaja
mengacu pada segala sesuatu yang berkaitan
dengan perkembangan kepribadian dan
adaptasi sosial dari remaja
(WHO,
1993).Berbagai data dan fakta di lapangan
menunjukkan bahwa perilaku berisiko pada
remaja tersebut terjadi saling berkaitan
(Smet, 1994).Merokok, minum alkohol, dan
penyalahgunaan narkoba berhubungan erat
dengan performance remaja di sekolah,
tempat kerja maupun dalam bidang olahraga.
Menyalahgunakan satu jenis narkoba akan
berkembang
menjadi
penyalahgunaan
berbagai
narkoba
lainnya
(WHO,
1993).Departemen
Kesehatan
Republik
Indonesia mendefmisikan remaja berisiko
sebagai remaja yang pernah melakukan
perilaku yang berisiko bagi kesehatan, seperti
merokok, minum minuman beralkohol,
menyalah- gunakan narkoba, dan melakukan
hubungan seksual pranikah (Depkes, 2003).
Merokok dan minum alkohol merupakan
baru loncatan bagi terbentuknya penyalahgunaan narkoba, walaupun tidak semua
remaja yang merokok berakhir menjadi
pecandu narkoba (Damayanti, 2007).Pada
umumnya penyalahgunaan narkoba diawali
dengan merokok yang kemudian disusul
merokok
ganja
dan berlanjut pada
penyalahgunaan
narkoba
(Damayanti,
137
faktor yang paling dominan yang berhubungan dengan perilaku berisiko pada
remaja, dan keterkaitan hubungan di antara
masing-masing perilaku berisiko pada remaja
di Indonesia tahun 2007. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan gambaran
tentang besaran permasalahan kesehatan dan
sosial yang terjadi pada remaja di Indonesia,
khususnya mengenai perilaku berisiko pada
remaja.Perilaku tersebut meliputi merokok,
minum alkohol, penyalahgunaan narkoba,
dan
melakukan
hubungan
seksual
pranikah.Sehingga
dapat
dijadikan
identifikasi kebutuhan upaya kesehatan
reproduksi remaja di Indonesia berdasarkan
data yang ada di masyarakat.
METODE
Penelitian ini merupakan studi analitik
dengan menggunakan data mentah dari hasil
Survei Kesehatan Reproduksi Remaja
Indonesia (SKRRI) tahun 2007 yang
dilaksanakan di 33 propinsi. Dalam
rancangan SKRRI 2007 ditentukan paling
sedikit 40 Blok Sensus (BS) untuk setiap
propinsi.Sebanyak 1.694 BS yang terdiri dari
676 di daerah perkotaan dan 1.018 di daerah
perdesaan yang dipilih dari BS Survei
Angkatan
Kerja
Nasional (Sakernas)
2007.Jumlah BS yang terpilih dalam setiap
kabupaten/kota tidak dialokasikan secara
proporsional
terhadap
jumlah
penduduk.Dengan demikian, penyesuaian
penimbang
akhir
dilakukan
untuk
mendapatkan
perkiraan
seluruh
variabel.Dalam setiap BS dilakukan listing
bangunan dan rumah tangga secara lengkap
dengan metode pengambilan sampel dua
tahap (second stage sampling) (BPS, 2007).
Di setiap propinsi, pemilihan BS di wilayah
perkotaan
dan
perdesaan
dilakukan
menggunakan sampling beberapa tahap
(multi stage stratified sampling).D\ daerah
perkotaan, tahap pertama BS dipilih secara
sistematik sampling.Di setiap BS terpilih, 25
rumah tangga dipilih secara acak.Di daerah
perdesaan pemilihan rumah tangga dilakukan
dengan tiga tahap.Tahap pertama, kecamatan
dipilih dengan proporsi banyaknya rumah
tangga.Di tahap kedua, di setiap kecamatan
terpilih, dipilih BS dengan sistematik
sampling.Di tahap ketiga, di setiap BS
terpilih, dipilih 25 rumah tangga secara
acak.Dari hasil sampling seperti di atas,
138
HASIL
Gambaran perilaku berisiko pada remaja usia
15-24 tahun di Indonesia pada tahun 2007
ditampilkan pada Tabel 1. Dari tabel tersebut
tampak bahwa fc*banyak 55,2% remaja
pernah melakukan pferilaku berisiko. Secara
berurutan pola perilaku berisiko yang
terbesar adalah merokok, minum alkohol,
melakukan hubungan seksual pranikah, dan
penyalahgunaan narkoba. Dari data tersebut
terlihat lebih dari separuh remaja di
Indonesia pernah merokok dan seperempat
remaja pernah minum alkohol. Hal ini
dimungkinkan karena rokok dan alkohol
banyak dijual bebas sehingga remaja semakin
mudah untuk mendapatkannya.
Faktor yang mendorong remaja untuk mulai
merokok amat beragam, antara lain mencari
bentuk jati diri, kurangnya pengetahuan
tentang bahaya rokok bagi kesehatan, orang
tua yang perokok, dan teman sebaya (WHO,
1993). Selain itu, faktor lingkungan yang
mempengaruhi seseorang untuk mulai
merokok adalah iklan dan faktor kemudahan
mendapatkan rokok, baik dari sudut harganya
yang relatif murah maupun ketersediaanya di
mana-mana (Aditama, 1997).
Tabel 1. Gambaran perilaku berisiko pada remaja di Indonesia tahun 2007 (n=19.311)
Variabel Perilaku Berisiko
Merokok
Ya
Tidak
Minum alkohol
Ya
Tidak
Penyalahgunaan narkoba
Ya
Tidak
Hubungan seksual pranikah
Ya
Tidak
Jumlah
Persentase
10.176
9.135
52,7
47,3
4.761
14.550
24,7
75,3
651
18.660
3,4
96,6
801
18.510
4,1
95,9
139
menawarkan
a
Merokok
Minum alkohol
Penyalahgunaan narkoba
Hubungan seksual pranikah
SKRRI2002-2003
SKRRI2007
140
PEMBAHASAN
Peningkatan prevalensi perilaku berisiko
pada remaja di Indonesia dalam kurun waktu
5 tahun dapat terjadi karena berbagai hal.
Antara lain karena semakin sulitnya
kehidupan sehingga menuntut kedua orang
tua untuk bekerja lebih keras dan kurang
dekat dengan remajanya. Semakin buruk
tingkat komunikasi antara remaja dengan
orang tuanya, semakin besar kemungkinan
remaja
melakukan
perilaku
berisiko
(Sarwono, 2001). Kurang dekatnya hubungan
antara remaja dengan orang tuanya,
menyebabkan remaja lebih dekat dengan
teman sebayanya.Remaja yang memiliki
hubungan yang baik dengan orang tuanya
cenderung dapat menghindarkan diri dari
pengaruh
negatif
teman
sebayanya,
dibandingkan dengan remaja yang kurang
baik hubungan dengan orang tuanya (Yusuf,
2009). Hasil ini serupa dengan hasil
penelitian Raharni (2002), Ismail (2006), dan
Iqbal (2008) yang menunjukkan bahwa
remaja yang memiliki teman berperilaku
berisiko cenderung akan berperilaku berisiko
juga. Hal ini terjadi karena remaja ingin
diakui oleh lingkungan pertemanannya, tidak
3
4
5
6
7
8
9
Variabel
Pengetahuan
Sikap
Umur
Jenis kelamin
Pendidikan
Status ekonomi
Akses media informasi
Komunikasi ortu
Teman perilaku berisiko
SE
0,045
0,042
0,043
0,045
0,046
0,043
0,044
0,045
0.059
Nilai p
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
0,000
OR
0,712
1,522
2,020
26,966
1,207
1,168
0,672
1,303
2,378
95%CI
0,652-0,778
1,403-1,651
1,858-2,196
24,691-29,452
1,103-1,321
1,074-1,271
0,616-0,733
1,194-1,422
2,117-2,671
141
label 3.
Hasil analisis hubungan antara merokok, minum alkohol, dan hubungan seksual
pranikah dengan penyalahgunaan narkoba pada remaja di Indonesia tahun 2007
Variabel
Perilaku
Penyalahgunaan Narkoba
Tidak
Ya
Jumlah
Nilai
P
OR
95% CI
Merokok
Ya
Tidak
Minum alkohol
Ya
Tidak
Hubungan seksual pranikah
Ya
Tidak
646 (6,3%)
5 (0,1%)
9.530 (93,7%)
9.130(99,9%)
10.176(100%)
9.135 (100%)
0,000*
123,777
(51,321-298,526)
595 (12,5%)
55 (0,4%)
4.165(87,5%)
14.495 (99,6%)
4.760(100%)
14.550(100%)
0,000*
37,649
(28,501-49,734)
184(23,0%)
467 (2,5%)
617(77,0%)
18.043(97,5%)
801(100%)
18.510(100%)
0,000*
11,522
(9,542-13,912)
142
Tabel 4.
Hasil analisis hubungan antara merokok dengan minum alkohol pada remaja di
Indonesia tahun 2007
Variabel
Perilaku
Merokok
Ya
Tidak
Ya
Minum alkohol
Tidak
4.351(42,8%)
409 (4,5%)
5.824(57,2%)
8.726(95,5%)
Jumlah
Nilai
P
OR
95% CI
10.175
(100%)
9.135(100%)
0,000*
15,939
(14,327-17,733)
pernah
minum
alkohol
(p=0,000;
OR=15,739; 95% CI=13,111-18,894). Hasil
ini serupa dengan hasil penelitian Kristanti,
dkk (2010) yang menunjukkan bahwa salah
satu alasan remaja melakukan hubungan
seksual pranikah adalah karena mabuk
Hasil analisis hubungan antara minum alkohol dengan hubungan seksual pranikah pada
remaja di Indonesia tahun 2007
Variabel
Perilaku
Minum alkohol
Ya
Tidak
4.106(86,2%)
14.405 (99,0%)
Jumlah
Nilai
P
OR
95% CI
4.761 (100%)
14.551
(100%)
0,000*
15,739
(13,111-18,894)
KESIMPULAN SARAN
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa
faktor
faktor yang secara signifikan
berhubungan dengan perilaku berisiko pada
remaja di Indonesia pada tahun 2007 adalah
pengetahuan, sikap, umur, jenis kelamin,
pendidikan, status ekonomi rumah tangga,
akses terhadap media informasi, komunikasi
dengan orang tua, dan keberadaan teman
yang berperilaku berisiko. Variabel yang
dengan
paling dominan berhubungan
perilaku berisiko pada remaja adalah jenis
kelamin. Remaja laki-laki berpeluang 30 kali
lebih besar untuk merokok, 10 kali lebih
besar untuk minum alkohol, 20 kali lebih
besar untuk penyalahgunaan narkoba, dan 5
kali lebih besar untuk hubungan seksual
pranikah, jika dibandingkan dengan remaja
perempuan. Dari hasil penelitian ini juga
diketahui adanya keterkaitan hubungan di
antara ke-empat perilaku berisiko pada
remaja.
Agar Pemerintah dapat lebih banyak
memberikan informasi dasar yang tepat dan
akurat mengenai berbagai hal yang berkaitan
dengan pencegahan perilaku berisiko,
143
Aditama,
T.Y.
1997.
Rokok
dan
kesehatan.Cetakan pertama, edisi ketiga.
Jakarta: Ul-Press.
2. Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional dan Yayasan Mitra INTI. 2001. Tanya
Jawab Kesehatan Reproduksi Remaja: Seri
Informasi KRR. Jakarta.
3. Badan Narkotika Nasional. 2006. Hasil survey
nasional penyalahgunaan dan peredaran gelap
narkoba pada kelompok pelajar dan mahasiswa
di 33 propinsi di Indonesia tahun 2006.
(http://www.bnn.go.id/portalbaru/portal/konten.
php?nama=HasilPenelitian&op=detail_hasil_pe
nelitian&id-17&mn=2&smn=e. diakses 29
Maret2010).
4. Badan
Pusat
Statistik
dan
Macro
International.2003.
Swvei
Kesehatan
Reproduksi Remaja Indonesia 2002-2003.
Jakarta.
5. Badan
Pusat
Statistik
dan
Macro
International.2007.
Swvei
Kesehatan
Reproduksi Remaja Indonesia 2007. Jakarta.
6. Badan Pusat Statistisk. 2006. Penduduk
Indonesia, Hasil Swvei Penduduk Antar Sensus
2005. Jakarta: Sub Direktorat Statistik
Demografi.
7. Damayanti, R. 2007. Peran biopsikososial
terhadap perilaku berisiko tertular HIV pada
remaja SLTA di OKI tahun 200(J.Disertasi.
Fakultas Kesehatan Masyarakat. Depok:
Universitas Indonesia.
8. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
2003. Materi Pelayanan Kesehatan Peduli
Remaja (PKPR). Jakarta.
9.
Green, L.W. and Kreuter, M.W. 2005.Health
program planning: an educational and
144