Teknologi Co-Processing: Solusi Alternatif Mereduksi Bahan Bakar Fosil Dan Gas CO Di Industri Semen Indonesia
Teknologi Co-Processing: Solusi Alternatif Mereduksi Bahan Bakar Fosil Dan Gas CO Di Industri Semen Indonesia
Teknologi Co-Processing: Solusi Alternatif Mereduksi Bahan Bakar Fosil Dan Gas CO Di Industri Semen Indonesia
Teknologi Co-processing :
Solusi Alternatif Mereduksi Bahan Bakar Fosil
dan Gas CO2 di Industri Semen Indonesia
Yulius Pamungkas*
Bagian Produksi PT Indocement Tunggal Prakasa, Tbk
Abstract
Co-processing technology in cement industry is defined as the technology to use wastes such as used oil,
scrap tires and other organic wastes in order to reduce fossil fuel consumption. This technology also allows the
utilization of material elements contained in the wastes such as alumina, silica and iron to substitute some of raw
materials used in cement industry. In Europe, this technology is also known as co-incinerator and being used
widely. Hazardous waste disposal in Indonesia is done traditionally using incineration technology. The
incineration technology may result toxic ashes that require further treatment before it can be dumped into a
secure landfill. Big industries that have combustion reactor system with high temperature such as cement
industry, steel industry and power generation could utilize co-processing technology as their long term strategy
to reduce both fossil and raw material consumptions. If this technology can be consistently applied in the big
industries, it has big potential to reduce the use of fossil fuel (and global warming) and to lower the risk due to
traditional hazardous waste disposal. Some keys for successful implementation of the co-processing technology
in cement industries include the appropriate selection of feeding method and location; consistency in energy
content of the wastes and waste treatments that are compliance with safety and environmental laws. Care should
be taken in the use of this technology due to the variation in composition, shape and size of the wastes and its
water and impurities content so that these variations would not affect the plant operation stability and the product
quality.
Keywords: co-processing, incinerator, energi, CO2 emission, waste
Abstrak
Teknologi co-processing dalam industri semen didefinisikan sebagai teknik pemakaian kembali limbah suatu
industri sebagai substitusi bahan bakar fosil dan bahan baku semen (bahan galian C) dengan tujuan untuk
memanfaatkan nilai energi dan nilai bahan yang masih terkandung di dalam limbah tersebut. Di Eropa teknologi
co-processing dikenal juga sebagai co-incinerator dan telah berkembang pesat. Sementara di Indonesia
pemusnahan limbah masih dilakukan terpisah dan menggunakan teknologi incenerator yang masih menghasilkan
residu yang harus dilakukan pemusnahan kembali. Industri besar yang menggunakan sistem reaktor pembakaran
seperti semen, baja, kapur, pembangkit listrik sangat mungkin memanfaatkan teknologi co-processing dalam
strategi jangka panjangnya dalam mengelola pemakaian bahan bakar dan bahan baku berupa bahan galian C.
Teknologi co-processing yang dilakukan secara konsisten dapat membantu penghematan energi fosil,
mengurangi pemanasan global yang diakibatkan oleh peningkatan emisi CO 2 dan mempunyai dampak
lingkungan yang lebih bersih dalam hal pemusnahan limbah industri. Dalam industri semen, kunci keberhasilan
teknologi co-processing adalah penentuan lokasi dan sistem pengumpanan limbah, konsistensi kualitas nilai
energi dan nilai bahan dari limbah dan pengelolaan limbah yang memperhatikan sistem Kesehatan dan
Keselamatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH). Hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan teknologi coprocessing adalah komposisi, bentuk dan ukuran serta kandungan air dan zat pengotor yang bervariasi antara
berbagai jenis limbah agar tidak mempengaruhi kestabilan operasi dan kualitas produk.
Kata kunci: co-processing, incinerator, energi, emisi CO2, limbah
Pendahuluan
Cadangan sumber daya energi fosil dunia
termasuk Indonesia terus menurun dari waktu ke
waktu. Misalnya cadangan sumber daya energi
yang berasal dari batubara (yang dipakai di
industri semen, baja, dan pembangkit listrik
__________
*Alamat korespondensi: email: yuliuspamungkas@yahoo.com
46
47
CO2
CO2 + CO
(1)
(2)
48
CaO + CO2
MgO + CO2
(3)
(4)
49
Kesimpulan
Hadirnya teknologi co-processing dapat
menjembatani antara perusahaan-perusahaan
penghasil limbah yang mengalami kesulitan
dalam menangani limbah dan industri semen
yang membutuhkan pasokan energi yang besar.
Pada industri semen, teknologi co-processing
dapat memberikan keuntungan yang berganda
yaitu mendapatkan energi alternatif yang dapat
mengurangi pemakaian batubara sehingga dapat
menekan biaya produksi dan juga mendapatkan
tambahan pendapatan sebagai kompensasi dari
perusahaan penghasil limbah karena sudah
memusnahan limbah yang dihasilkan. Pencitraan
perusahaan dalam pengelolaan lingkungan pun
bertambah baik. Penggunaan teknologi coprocessing akan meningkatkan kemampuan daya
saing perusahaan secara regional maupun
internasional. Dunia semakin bersih, masyarakat
pun dapat berkontribusi dalam pembukaan
lapangan kerja dalam hal penyediaan,
transportasi dan pretreatment limbah sebelum
siap
dilakukan
pengumpanan.
Dengan
mempertimbangkan berbagai keuntungan dari
teknologi co-processing yang telah dijelaskan di
atas maka sudah selayaknya pemerintah
membantu dalam memberikan konsultasi dan
regulasi yang jelas terhadap teknologi ini.
Industri semen pun sesering mungkin melakukan
sosialisasi terhadap masyarakat luas. Sinergi
kedua belah pihak akan menjadikan Indonesia
lebih bersih dan tidak dijadikan sebagai Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) dari negara-negara
tetangga yang telah menikmati hasil dari
kekayaan alam Indonesia. Sejumlah industri
semen termasuk PT Indocement Tunggal Prakasa
dan HOLCIM telah mulai menerapkan teknologi
co-processing. Pihak industri, lembaga riset serta
perguruan tinggi perlu bekerjasama dalam
mengembangkan teknologi co-processing ini
agar sejumlah kendala terkait variasi komposisi,
ukuran dan bentuk limbah serta kandungan air
dan zat pengotor yang dapat mempengaruhi
kestabilan operasi dan kualitas produk dapat
teratasi dengan baik.
50
Daftar Pustaka
Anonim, 2006, Guidelines on Co-procesing Waste
Materials in Cement Production , The GTZHolcim Public Partnership.
Chandelle, J-M, 2009, Co-processing of Alternative
Fuels in the Cement Industry: Sustainable Energy
with a Future, EUROPEAN ENERGY FORUM,
6 Oktober 2009.
Claude, LOREA CEMBUREAU, 2006, Use of
Aternativre Fuels and Materials In The European
Cement Industry , IEA MEETING, 4 September
2006.
Ewall, M dan Nicholson, K,, 2005, Hazardous Waste
and Tire Incineration in the U.S. and Mexican
Cement Industries: Environmental and Health
Problems, Energy Justice Network, Nov 2005;
updated Nov 2007.
Nrskov, L. , Dam-Johansen, K., Glarborg, P., Larsen,
M.B., Hjuler, K., dan Smidth, F.L., 2009, Fuel
Flexible Burners in Cement and Mineral Industry,
CHEC Annual Day , 01 Oktober 2009
Sprott, J. C., 2006, Is Global Warming for Real?,
the Chaos and Complex Systems Seminar,
Madison, Wisconsin, January 17, 2006.
van der Meer, R., 2007, Current CDM experiences
HeidelbergCement, Heidelberg Cement ,
member of WBCSD / CSI
Verhagen, P., 2006, Potential and Opportunities For
Increased Waste Use , IEA / WBCSD Cement
Energy Efficiency Workshop, Corporate Industrial
Ecology, Holcim Group Support Ltd, September 4,
2006.