1

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 9

Usulan Perawatan Mesin (Amal Witonohadi, dkk) Jurnal Teknik Industri, ISSN:1411-6340 1

USULAN PERAWATAN MESIN SECARA PREVENTIF DENGAN


PENDEKATAN MODULARISASI DESAIN PADA PT. BAI

Amal Witonohadi, Tiena G Amran, Niken Herawati
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Universitas Trisakti
J1. Kyai Tapa 1, Grogol Jakarta Barat 11440
Email:

[email protected]

ABSTRACT
PT. BAI produce polymer filter system components, such as the spin pack, candle filters, leaf
discs, gaskets and so forth. Problems that occur in the form of decreased reliability of machine
downtime resulting in large engine stalled, causing the production process, the company should have
a preventive maintenance schedule in accordance with the conditions of machines on the production
floor to reduce machine downtime by using modularity design method approach to reduce
maintenance costs. Level of maintenance reliability measured using Overall Equipment Effectiveness
(OEE), whereas treatment schedule used to obtain parameter Mean Time to Failure (MTTF) and
Mean Time to Repair (MTTR). Maintenance cost calculator is then performed with corrective
maintenance, preventive maintenance and preventive maintenance with design modularity. By using
modularity design companies can combine several components into a module to do the replacement
components simultaneously causing maintenance costs to be as much as 29.1% less than the company
doing the corrective maintenance activities.


Keywords: Preventive Maintenance, OEE, Modularity Design.

1. PENDAHULUAN

PT. BAI adalah perusahaan yang baru
berdiri pada tahun 2005 dan memproduksi
Polymer Filtration seperti Gasket, Screen,
Leaf Disc dan Candle Filter. PT BAI memiliki
misi memberikan kepuasan kepada konsumen
dengan menyediakan solusi inovatif sehingga
menjadi pemasok yang paling diinginkan dan
meningkatkan kinerja operasional dengan
melakukan peningkatan proses dan
mengurangi segala jenis pemborosan.
Penilitian dilakukan dilantai produksi PT.
BAI, tiap mesin dikelompokkan sesuai dengan
jenis prosesnya, PT. BAI sendiri memiliki 13
kelompok mesin yaitu, kelompok mesin
stamping press, press machine, rolling, lifting,
spot welding, tig welding, candle welding MC,
werner, cutting, machine tools, cleaning,
finishing & packaging, dan start-up utility.
Mesin digunakan secara terus menerus
karena tiap bulannya selalu mengejar target
pemesanan produk, selain itu perusahaan
menerapkan sistem make to order dengan
pemesanan produk yang memiliki bermacam-
macam dimensi sehingga mesin sering
mengalami pergantian tools dan kerusakaan
yang tidak diinginkan. Jika kerusakan yang
terjadi diluar jadwal akan mengakibatkan
produksi terhenti dan perusahaan akan
mengalami kerugian seperti mengeluarkan
biaya kerugian akibat tidak produksi, kerugian
untuk membayar man hour operator mesin
yang berhenti, dan biaya corrective
maintenance. Dengan kondisi tersebut
perusahaan membutuhkan efisiensi waktu dan
penghematan biaya preventive
maintenancedan metode modularity design
pada penggantian komponennya.








Usulan Perawatan Mesin (Amal Witonohadi, dkk) Jurnal Teknik Industri, ISSN:1411-6340 2

Tabel 1 : Data downtime kelompok mesin
No Group
Total
Downtime
Time (h)
%
Downtime
%
Kumulatif
1 STAMPING PRESS
2892,84 35,58 35,58
2 CUTTING
1289,50 15,86 51,44
3 PRESS MACHINE
734,75 9,04 60,48
4 ROLLING
733,50 9,02 69,5
5 CLEANING
549,50 6,76 76,26
6 MACHINE TOOLS
515,00 6,33 82,59
7 FINISHING & PACKING
452,50 5,57 88,16
8 Werner
337,75 4,15 92,31
9 START-UP UTILITY
268,00 3,3 95,61
10 Tig Welding
191,75 2,36 97,97
11 Spot Welding
108,50 1,33 99,3
12 CANDLE WELDING
31,50 0,39 99,69
13 LIFTING
26,00 0,32 100
Total 8131,09 100



2. TINJAUAN PUSTAKA
Maintenance excellence atau
pemeliharaan yang sempurna adalah
melakukan seluruh kegiatan produksi dengan
baik yaitu ketika pabrik membuat peningkatan
terhadap standar desain dan, mesin berjalan
lancar. Kebanyakan pengertian dari
pemeliharaan yang sempurna adalah saat
performansi produksi seimbang, kendala dan
biaya pada posisi yang optimal.


Gambar 2 Siklus Perbaikan MaintenanceContinue

Perawatan preventive bertujuan untuk
mencegah terjadinya kerusakan berdasarkan
data kerusakan masa lalu. Selain itu perawatan
preventive bertujuan untuk mengefektifkan
pekerjaan inspeksi, perbaikan kecil,
pelumasan, pembersihan dan set up
(penyetelan) sehingga peralatan atau mesin
dapat terhindar dari kerusakan. Perawatan ini
dilaksanakan sejak awal sebelum terjadi
kerusakan. Perawatan ini penting diterapkan
oleh perusahaan industri yang proses
produksinya kontinu atau memakai sistem
otomatis, misalnya pabrik kimia, industri
pengerolan baja, kilang minyak, produksi
masal dan lain lain. Manfaat dari perawatan
preventive adalah perusahaan dapat
menghemat pengeluaran, menghemat waktu
dan meningkatkan performansi.
Umumnya perawatan preventive
menggunakan data kerusakan di masa lalu
karena data kerusakan suatu sistem memiliki
hubungan yang erat dengan distribusi statistik
tertentu. Oleh sebab itu dalam pelaksanaan
preventive maintenance memiliki hubungan
Usulan Perawatan Mesin (Amal Witonohadi, dkk) Jurnal Teknik Industri, ISSN:1411-6340 3

erat dengan reability dan maintainability
engineering. OEE mengukur efektivitas
keseluruhan dari peralatan dengan mengalikan
availability, performance efficiency, dan rate
of quality product. Pengukuran efektivitas ini
mengkombinasikan faktor waktu, kecepatan,
dan kualitas operasi dari peralatan dan
mengukur bagaimana faktor-faktor ini dapat
meningkatkan nilai tambah.
Karena OEE menunjukkan efektivitas
keseluruhan dari peralatan, maka akurasi data
sangat diperlukan. Semakin akurat data yang
didapat, maka OEE yang diperoleh akan
semakin akurat menggambarkan efektivitas
dari peralatan tersebut. Overall Equipment
Effectiveness (OEE) dapat dirumuskan sebagai
berikut:
OEE = Availability x Performance Efficiency x Rate of Quality.........................(1)

Gambar 3 Kurva Bathtub

Modularity Design adalah suatu konsep
yang biasa digunakan pada proses medesain
suatu produk dan konsep ini akan diadaptasi
kedalam sisrtem maintenance. Modularisasi
adalah melakukan pengelompokan produk
dalam bentuk suatu unit yang berbeda
berdasarkan fungsinya untuk memudahkan
pemindahan dan penggantian. Dengan sistem
yang modular, sistem dapat menghasilkan
teknik yang menguntungkan dan solusi dalam
perekonomian pabrik. Pengembangan modular
hanya dimulai ketika awalnya dipahami
sebagai sebuah produk individu atau ukuran-
jarak dan pada pengembangan ini diharapkan
akan menghasilkan sejumlah besar varian.
Modularity mengijinkan untuk diadakan
pengurangan dari biaya servis dengan
mengelompokkan komponen berdasarkan
similiarydan dependency, sehingga
memudahkan dalam melakukan perbaikan
maupun pemeliharaan. Diharapkan setiap
fungsi yang ada pada suatu produk bersifat
independent terhadap fungsi yang lain. Ada
dua karakteristik dari modularity :
Simillary antara bentuk fisik dan fungsi
arsitektur dari desain (perspektif baru
dalam memisah bentuk dan proses).
Minimasi dari interaksi-interaksi yang
kurang penting dari komponen-komponen
fisik.
Arsitektur produk disusun dari dua yaitu
strukur fungsi dan struktur produk. Perbedaan
antara fungsi modul (function moduls)dengan
modul produksi (production moduls) yaitu
fungsi modul membantu
mengimplementasikan fungsi teknik yang
independen atau dikombinasi dengan yang
lain. Sedangkan modul produksi didesain
secara independen berdasarkan fungsi dan
mempertimbangkan faktor produksinya saja.
Berikut Gambar 4 merupakan bagan yang
akan menjelaskan beberapa tipe modul dan
fungisnya.

Usulan Perawatan Mesin (Amal Witonohadi, dkk) Jurnal Teknik Industri, ISSN:1411-6340 4


Gambar4 Fungsi dan Tipe Modul pada Sistem Modular dan Mixed Sistem

Pengertian dari fungsi dan tipe modul
pada sistem modular dan mixed sistem (G.
Pahl & W. Beitz, 1996) :
a. Basic Function : dasar dari tiap sistem.
Basic function tidak berupa variabel.
Fungsi ini dapat memenuhi kebutuhan
fungsi lainnya atau berkombinasi. Fungsi
ini diterapkan pada basic module yang
dapat berupa beberapa ukuran, tahapan
dan tahapan akhir. Basic module bersifat
penting
b. Auxiliary Function: dilakukan dengan
menempatkan atau menyatukan beberapa
auxiliary module yang tersimpan dalam
langkah basic module dan kadang-kadang
bersifat penting.
c. Special Function : melengkapi dan
menspesifikais tugas dari sub-function
yang tidak muncul pada beberapa jenis
functions. Fungsi ini dikerjakan pada
special modules dan mempunyai tipe
kemungkinan.
d. Adaptive Function: perlu dilakukan untuk
adaptasi terhadap sistem lainnya dan
kondisi yang marjinal. Fungsi ini
dilakukan dengan adaptive module
dengan dimensi yang berubah-ubah dan
dimungkinkan untuk keadaan yang tidak
terduga. Adaptive modules termasuk tipe
yang penting atau tipe kemungkin.
e. Customer-specific Function: tidak
disediakan dalam sistem modular karena
akan terjadi perbaikan dan pengembangan
yang berkali-kali. Sistem seperti ini
dikerjakan oleh non-modules yang harus
didesain secara individual untuk tugas
yang spesifik. Dan pada saat sistem ini
digunakan maka berupa gabungan dari
beberapa modul dan non-modul.
Terdapat 6 macam kemungkinan hubungan
atau modular antara kesamaan dan
ketergantungan antara komponen yaitu :
1. Komponen yang satu dengan komponen
yang saling bergantungan.
Usulan Perawatan Mesin (Amal Witonohadi, dkk) Jurnal Teknik Industri, ISSN:1411-6340 5

Terjadi pada saat 2 komponen yang saling
bergantung karena desain fisik, spesifikasi
dalam atributnya.
Contoh : Gear yang berpasangan dengan
shaft. Gear dan shaft adalah 2 komponen
yang berbeda, akan tetapi ukuran
diameter lubang dari gear dan diameter
dari shaft saling berhubungan erat.
2. Komponen yang satu dengan komponen
yang sama.
Hubungan ini tidak digunakan karena
tidak mengikat desain yang masih sama
sehingga pada saat satu berubah yang lain
berubah dengan bentuk yang sama.
3. Komponen dengan proses yang saling
bergantungan.
Desain produk bergantung pada proses
daur hidup. Apabila proses yang sama
menghasilkan dua komponen yang
berbeda, komponen tersebut harus
dikelompokkan dalam modul yang sama
sehingga dapat dilakukan pada proses
yang sama dan meminimalisasi efek
terhadap komponen yang lain. Contoh :
dial tuner dan tombol power pada stereo,
dua komponen yang sama sekali tidak
terkait tetapi menjalani proses manufaktur
yang sama.
4. Komponen dengan proses yang sama.
Pengelompokkan komponen yang
mengalami proses siklus kehidupan yang
sama dalam satu modul untuk
mengurangi dampak dari perubahan
produk.
Contoh : 2 komponen serat gelas dari
sepeda motor yaitu spatbor depan dan
belakang.
5. Proses dengan proses yang saling
bergantungan dan
6. Proses dengan proses yang sama,
Kedua proses ini tidak mempengaruhi
desain produk secara langsung karena
mengesampingkan interaksi antara
komponen dan tidak termasuk kedalam
ukuran modularitas dan metodologi
desain.

Diketahui modularity dalam perawatan
berarti modul-modul yang digunakan,
diterapkan dengan tanpa adanya perubahan
dalam konsep dasar dari peralatan.Dan modul
(modules)adalah berupa unit yang dapat
dideskripsikan secara fungsional dan secara
esensial independen (tidak terkait).
Operator juga mendapatkan keuntungan
dengan sistem modular yaitu :
1. Waktu pengiriman yang lebih pendek.
2. Memiliki beberapa kemungkinan dalam
perubahan dan kemudahan dalam
maintenance.
3. Memiliki komponen cadangan yang siap.
4. Memilki jangkauan dan perubahan fungsi
yang lebih luas.
5. Dapat menghilangkan faktor kegagalan
pada produksi.
Keuntungan modularisasi pada sistem
maintenance adalah
1. Rancangan peralatan yang baru lebih
mudah.
2. Mengurangi biaya dan waktu pelatihan
tenaga kerja perawatan.
3. Kemudahan dalam perawatan.
4. Penurunan waktu perawatan.
5. Kebutuhan kemampuan (skill) yang
rendah untuk memindajkan unit yang
modular.
6. Penuruan kegagalan peralatan.
7. Isolasi.
8. Pemindahan dari unit yang gagal menjadi
lebih mudah.

Perawatan yang baik akan dilakukan
dalam jangka waktu tertentu dan pada waktu
proses produksi sedang tidak berjalan.
Semakin sering perawatan suatu mesin
dilakukan akan meningkatkan biaya
perawatan. Disisi lain bila perawatan tidak
dilakukan akan mengurangi performa kerja
mesin tersebut.
Ongkos perawatan dapat diringkas menjadi
dua, yaitu :
1. Ongkos pemeliharan akibat diadakannya
perawatan untuk mencegah terjadinya
kerusakan pada mesin atau komponennya.
2. Ongkos perbaikan yang dilakukan akibat
terjadinya kerusakan komponen kritis
pada mesin atau peralatan tersebut
disamping biaya untuk penggantian suku
cadangnya.
Dengan demikian pola perawatan yang
optimal perlu dicari supaya antara biaya
perawatan dan biaya kerusakan bisa seimbang
pada total cost yang paling minimal.
Preventive Cost merupakan biaya yang
timbul karena adanya perawatan mesin yang
memang sudah dijadwalkan Sedangkan
Failure Cost merupakan biaya yang timbul
karena terjadi kerusakan di luar perkiraan yang
Usulan Perawatan Mesin (Amal Witonohadi, dkk) Jurnal Teknik Industri, ISSN:1411-6340 6

menyebabkan mesin produksi terhenti pada
waktu produksi sedang berjalan. Sehingga
rumusnya menjadi :




Cp = Biaya satu siklus preventif
= [(A+B+C) x D] + E .................................................................(2)
Keterangan :
A = Biaya tenaga kerja/jam
B = Biaya kehilangan produksi/jam
C = Biaya operator menganggur/jam
D = Waktu standart penggantian komponen secara preventif dalam jam
E = Harga komponen/unit (Rp)

Dari analisa biaya pemeliharaan dan waktu
preventive maintenance maka dapat ditentukan
total biaya preventive maintenance yang dapat
dicari dengan persamaan sebagai berikut.

Ic =
Cp x R(tp)
tp
.....................................................................(3)
Dimana :
Tc/jam = Total Cost
Cp = Biaya preventive replacement
R(tp) = Nilai keandalan
tp = Waktu preventive replacement

Cf = Biaya satu siklus failure
= [(A+B+C) x D] + E ................................................................(4)
Keterangan :
A = Biaya tenaga kerja/jam
B = Biaya kehilangan produksi/jam
C = Biaya operator menganggur/jam
D = Waktu standart penggantian komponen secara corrective dalam jam
E = Harga komponen/unit (Rp)

3. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dimulai dengan penelitian
pendahuluan dilakukan pada PT BAI dengan
tujuan untuk mengetahui informasi aktual
seperti data perusahaan, proses produksi,
produk yang dihasilkan serta mengidentifikasi
masalah yang terjadi pada perusahaan.
Penelitian dilakukan dengan melakukan
wawancara langsung kepada pihak perusahaan
untuk mengetahui penyebab terjadinya
kerusakan dan dampak yang ditimbulkan, yang
meliputi; metide, mesin, manusia dan
lingungan kerja. Selanjutnya ditentukan
beberapa hal yang menjadi tujuan penelitian
antara lain; (1) perhitungan kondisi siatem
perawatan saat ini dengan menggunakan OEE,
(2) perhitungan interval dan jadwal preventive
maintenance, (3) memberikan usulan
penghematan biaya perawatan dengan
modularity design pada kelompok mesin kritis.
Urutan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Pengumpulan dan pengolahan data, terdiri
dari: (a) penentuan kelompok mesin
kritis, (b) perhitungan nilai OEE, (c)
penentuan komponen yang menyebakan
downtime terbesar, (d) perhitungan selang
waktu kerusakan dan selang waktu
perbaikan, (e) penentuan jenis distribusi
kerusakan dengan nilai index of fit, (f) uji
kecocokan distribusi dengan uji
kolmogorov smirnov, (g) perhitungan
parameter MTTF dan MTTR pada
distribusi yang terpilih, (h) perhitungan
interval waktu pengganti pencegahan, (i)
perhitungan interwal waktu pemeriksaan,
(j) perhitungan tingkat keandalan
(reliability) komponen kritis, dan (k)
perhitungan biaya penggantian
komponen.
2. Analisis
Usulan Perawatan Mesin (Amal Witonohadi, dkk) Jurnal Teknik Industri, ISSN:1411-6340 7

3. Usulan perbaikan Preventive
Maintenance
Hasil dari usulan perbaikan ini merupakan
perbandingan antara kegiatan perbaikan
aktual dan kegiatan setelah menggunakan
metode preventive yang baru. Dari hasil
pengolahan data sampai perhitungan
interval waktu pencegahan dan
pemeriksaan selanjutnya dibuatkan usulan
penjadwalan kegiatan perbaikan
pencegahan dan pemeriksaan untuk
komponen yang diharapkan dapat
diterapkan oleh perusahaan.
4. Usulan penghematan biaya dengan Model
Modularity
Penjadwalan mesin akan kurang apabila
biaya maintenance tidak diminimalisasi
juga, maka selanjutnya akan diberikan
usulan penghematan biaya maintenace
perusahaan menggunakan metode
modularity yang akan diaplikasi pada saat
penggantian komponen mesin.

4. HASIL DAN PEMBAHASAAN

Berdasarkan data pada Tabel 1, dihasilkan
nilai OEE sesuai dengan Tabel 2 dibawah ini;
Tabel 2 : Nilai OEE aktual dalam 3
bulan pengamatan
Bulan OEE (%)
Januari 40,77
Februari 45,75
Maret 34,66

Overall equipment effectiveness (OEE)
merupakan indikator performansi mesin dan
merupakan kalkulasi akurat untuk menentukan
berapa besar efektif mesin yang digunakan.
OEE ini didapat dari perkalian availability,
performance efficiency, dan rate of
quality.Hasil OEE pada kelompok mesin
stamping press untuk bulan Januari hingga
Maret, masing-masing adalah 40,77%;
45,75%; dan 34,66%. Nilai OEE berada
dibawah nilai 85% hal ini disebabkan oleh
nilai availabiltiy dan performance efficiency
yang kecil akibat dari unplanned downtime
mesin yang besar. Waktu produksi banyak
yang terbuang sia-sia karena waktu unplanned
downtime mesin yang besar. Nilai OEE dapat
ditingkatkan dengan cara mengurangi waktu
unplanned downtime pada kelompok mesin
kritis. Downtime yang tinggi terjadi karena
sistem maintenance yang belum sesuai dengan
kondisi mesin dilapangan. Dengan perawatan
pencegahan dan meminimasi waktu perbaikan
mesin diharapkan akan mengurangi waktu
downtime yang terjadi
Selanjutnya dilakukan pemilihan mesin
kritis. Pada kelompok mesin kritis diperoleh 4
mesin dan komponen yang mengalami
downtime selama periode penelitian yaitu :
1) Mesin AAA Auto 110 dengan komponen:
Pneumatic Valve, Selector Switch, dan
Control Panel.
2) Mesin Amada 60 dengan komponen:
Power Sourch Cable, Push in Fitting,
Foot Switch, dan Magnetic Relay.
3) Mesin Amada 60 (new) dengan
komponen: Solenoid Valve, Selector
Switch, Fuse, dan Magnetic Relay dengan
komponen :
4) Mesin Wasino dengan komponen:
Pneumatic Valve, Magnetic Relay, Safety
Plate, Sensor Controller, dan Pneumatic
Seal

Usulan Perawatan Mesin (Amal Witonohadi, dkk) Jurnal Teknik Industri, ISSN:1411-6340 8


Gambar 5 Nilai Reliability Komponen Pneumatic Valve Pada Mesin AAA Auto 110Dengan dan
Tanpa Perawatan Pencegahan

Nilai R(t) merupakan nilai yang muncul
akibat komponen tidak diberikan perawatan
pencegahan, makin lama reliability komponen
akan melemah dan mesin berhenti karena
karena komponen rusak. Sedangkan hasil nilai
R(t-nT) menunjukkan penurunan reliability
dari komponen yang bertahap dan sebelum
komponen rusak dilakukan penggantian
pencegahan sesuai dengan hasil perhitungan
age replacement (tp) sehingga reliability
kembali menjadi 1. Nilai R
m
(t) menunjukkan
reliabilitas kondisi komponen sekarang akibat
penggantian pencegahan, reability menurun
akan tetapi tidak terlalu signifikan karena
tertolong dengan kegiatan penggantian
pencegahan. Ada tahap dimana kondisi
komponen tidak dapat lagi hanya digantikan
tetapi harus overhaul dimana overhaul adalah
tindakan maintenance membongkar total
sebuah mesin atau peralatan dan memeriksa
keausan setiap komponennya satu persatu.
Komponen yang mengalami aus yang melebihi
batas diganti sehingga setelah mesin dipasang
kembali, kondisi mesin kembali pada kondisi
mesin baru. Biasanya saat kondisi R
m
(t)
dibawah 0,5.

Tabel 3 Hasil Perhitungan Biaya Total Preventive Maintenance
Mesin Komponen Cp (Rp) R(tp) tp Tc
AAA Auto 110 Pneumatic Valve Rp 4,418,080.56 1 606 Rp 7,290.56
AAA Auto 110 Selector Switch Rp 159,277.81 1 12793 Rp 12.45
AAA Auto 110 Control Panel Rp 444,580.56 1 66876 Rp 6.65
Amada 60
Power Sourch
Cable Rp 88,777.81 1 12588 Rp 7.05
Amada 60 Push in Fitting Rp 685,102.74 1 56841 Rp 12.05
Amada 60 Foot Switch Rp 5,528,777.81 1 66792 Rp 82.78
Amada 60 Magnetic Relay Rp 1,128,777.81 1 66786 Rp16.90
(New) Amada
60 Selenoid Valve Rp 1,257,580.56 1 7536 Rp166.88
(New) Amada
60 Selector Switch Rp 159,277.81 1 69998 Rp 2.28
(New) Amada
60 Fuse Rp 478,777.81 1 9996 Rp 47.90
(New) Amada
60 Magnetic Relay Rp 1,128,777.81 1 89995 Rp 12.54
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
5
0
0
6
0
0
6
0
6
7
0
0
8
0
0
9
0
0
1
0
0
0
1
2
1
2
1
3
5
0
1
5
0
0
1
6
5
0
1
7
0
0
1
8
1
8
1
9
0
0
2
0
0
0
2
1
0
0
2
2
0
0
2
4
2
4
2
5
0
0
2
6
0
0
2
7
0
0
2
8
0
0
3
0
3
0
3
1
0
0
R
e
l
i
a
b
i
l
i
t
a
s
Waktu (Jam)
Reliabilitas Tanpa dan Dengan Perawatan Pencegahan
R(t) R(t-nT) Rm(t)
Usulan Perawatan Mesin (Amal Witonohadi, dkk) Jurnal Teknik Industri, ISSN:1411-6340 9

Wasino Pneumatic Valve Rp 4,418,080.56 1 39982 Rp110.50
Wasino Pneumatic Seal Rp 668,080.56 1 88867 Rp7.52
Wasino Quick Coupler Rp 554,302.74 1 89995 Rp 6.16
Wasino Magnetic Relay Rp 1,128,777.81 1 89985 Rp12.54
Wasino Sencor Controler Rp 3,649,080.56 1 140988 Rp 25.88
Wasino Safety Plate Rp 883,080.56 1 82462 Rp 10.71

Dengan menggunakan usulan penjadwalan
metode preventive maintenance modularity
design perusahaan dapat menghemat biaya
maintenance. Jika dibandingkan dengan biaya
corrective, perusahaan dapat menghemat biaya
Rp 10,886,454,- dan jika dibandingkan dengan
biaya preventive saja perusahaan dapat
menghemat biaya Rp 186,797,-. Penjadwalan
ini hanya dilakukan pada kelompok mesin
stamping press, bayangkan jika penjadwalan
dilakukan pada seluruh kelompok mesin yang
ada dilantai produksi. Biaya yang dikeluarkan
perusahaan akan banyak menurun.

5. KESIMPULAN

a. Dari 13 kelompok mesin yang berada di
lantai produksi, terpilih satu kelomok
mesin kritis dengan kumulatif downtime
terbesar yaitu kelompok mesin stamping
press.
b. Kondisi awal kelompok mesin kritis
dengan OEE (overall equipment
effectiveness) sebagai indikator kinerja
utama keandalan pada bulan Januari
hingga maret 2011 adalah 40,77%;
45,75%; dan 34,66%.
c. Usulan terbaik menggunakan preventive
maintenance dengan metode modularity
design karena perusahaan dapat
menghemat biaya sebesar 29,1%
dibandingkan perusahaan melakukan
kegiatan corrective maintenance dan jika
membandingan preventive maintenance
saja dengan corrective maintenance
perusahaan hanya dapat menghemat biaya
sebesar 28,5%.


6. DAFTAR PUSTAKA

[1] Anggono, Willyanto; Julianingsih;
Linawati., Preventive Maintenance
System Dengan Modularity Design
Sebagai Solusi Penurunan Biaya
Maintenance (Studi Kasus di Perusahaan
Tepung Ikan).Maintenance, Tugas
Program Teknik Industri.Universitas
Kristen Petra.
[2] Assauri, Sofjan. 2004. Manajemen
Produksi dan Operasi. Edisi Revisi.
Jakarta, Penerbit Fakultas Ekonomi UI.
[3] Campbell, D John; Jardine, K S Andrew.
2001. Maintenance Excellence. United
State of America, Marcel Dekker Inc.
[4] Ebeling, Charles E. 1997.An
Introduction to Reliability and
Maintainability Engineering. New York,
McGraw Hill.
[5] Efendy, Yunus. 2008. Perencanaan
Model Preventive Maintenance Dengan
Desain Modularity Untuk Penggantian
Komponen Mesin Produksi RG 4 Yang
Optimal di PT X. Maintenance, Tugas
Akhir Program Teknologi & Manajemen
Informatika. Surabaya. Universitas
Negeri Surabaya.
[6] G. Pahl and W. Beirtz 1996, Engineerng
Design: A Systematic Approach, Third
Edition, Springger.
[7] Nakajima, S. 1988. Introduction to Total
Productive Maintenance, Cambridge,
MA, Producticity Press, Inc.
[8] Novarina, Erna, Rutiah, 2009. Sistem
Perawatan Berbasis Pencegahan
Menurut Rancangan Modularity Task
Dalam Upaya Penurunan Biaya
Perawatan Pada PT. Cakra Compact
Alumunium Industries. Tugas Akhir
Program Teknik Industri. Medan.
Universitas Sumatra Utara.

You might also like