PDF HM9 Mental Health PDF
PDF HM9 Mental Health PDF
PDF HM9 Mental Health PDF
MESSENGER
KESEHATAN
Kesehatan Jiwa
MENTAL HEALTH
PEMBAWA PESAN
MAJALAH KESEHATAN UNTUK PEKERJA KESEHATAN INDONESIA DIPUBLIKASIKAN OLEH AIDE MDICALE INTERNATIONALE THE HEALTH MAGAZINE FOR INDONESIAN HEALTH WORKERS PUBLISHED BY AIDE MDICALE INTERNATIONALE
HM TEAMTIM P2K
Publication Manager/Manager Publikasi Samantha Maurin & Chlo Forette Medical Editor/Penyunting Medis Dr. Nur Fardian Translator/Penerjemah Fikri Yunan Chalid Maria Oetoro-irwan Wasi Abbas Editing Committee/Dewan Penyunting Anne Broggi, Amy Dowler, Minha Husaini, Hesti L. Wiriaatmadja, Emily Christensen Rand, Astrid Reski, Naomi Stenning, Kate Yesberg Iconography/Ikonografi Hamrizal & Chlo Forette Layout/Tata Letak Hamrizal & Chlo Forette
1 2
5 8
PERISTIWA EVENTS
Banda Aceh bebas dengue Free Dengue Banda Aceh
12 PENGANTAR PRESENTATION
Tidak ada kesehatan Tanpa kesehatan mental No health without mental health
CONTRIBUTORS KONTRIBUTOR
Desvita S.KM M.Kes (Ka. Subdin Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Dinkes Kota Banda Aceh/Head of Prevention and Disease Control Section Banda Aceh HO) Dr. Ibrahim Puteh, Dr. Syahrial, Muttaqillah, SKM (Rumah Sakit Jiwa Prov. NAD/NAD Province Mental Hospital) Yayasan Harapan Permata Hati Kita Henni Fitriani, SKM (PKM Meuraxa Kota Banda Aceh) Suryati Mahmud, SKM & Devi Rosdiana (Ikatan Bidan Indonesia Provinsi NAD/Indonesian Midwive Association) Hj. Poppy Amalya, M.Psi, psikolog & Ira Yulita, S.Psi (Biro Psikologi Psikodinamika Banda Aceh/Psikodinamika Psychologist Center Banda Aceh) R.R. Andarjuangsyah.S (Koordinator Area Pulih Aceh/Pulih Aceh Area Coordinator) Tim Program Dukungan Psikososial / Psychosocial Support Program team, TRP American Red Cross Health Service Development Team-Trauma & Counselling Section (NAD Provincial Health Office) Dr. Fia Dewi Auliani, MARS & Dr. Eko Waskito (RSUD Kota Jantho/Jantho District Hospital) Dr. Endang Mutiawati, Sp.S (Bagian Neurologi Fak. Kedokteran Unsyiah/RSUZA Neurology Dept Medical Faculty of Syiah Kuala University Dr.Zainoel Abidin Hospital
40 PSIKOSOSIAL PSYCHOSOCIAL
Siklus kekeras & pemberian bantuan The cycle of domestic violence & support Pertolongan pertama secara psikologis Psychological first aid
EDITORIAL EDITORIAL
eeling well and in harmony with our environment is a life-long goal for many of us. This involves a constant interaction between an individual and his/her social background. This interaction is the grounding of Mental Health. Mental Health relates to the psychosocial wellbeing of all individuals within their community. As such, Mental Health is indeed a public health matter. Whether it is moderate depression or acute psychosis, young, old, rich, and poor, in any developed or developing country can be affected. Unfortunately, Mental Health care is usually neglected, or even denied. Persons with psychosocial disabilities often face stigmatization, discrimination and violations of their most basic human rights on a daily basis. As it is a complex issue, Mental Health needs a comprehensive approach and a strong collective commitment. On each October 10, we celebrate World Mental Health Day. To contribute to this international event, AMI has decided to dedicate the ninth edition of the Health Messenger to Mental Health. Combining psychiatric and neurological information with a psychological perspective, this edition is an attempt to cover both medical and social aspects of Mental Health. Successful local initiatives have been highlighted so that they can inspire others and be replicated elsewhere. The ongoing training of community mental health nurses and volunteers is a major step towards an enhanced response to the needs of thousands of persons with psychosocial disabilities in NAD province. However, a lot remains to be done and access to basic services is still a challenge for most of them. Persons with psychosocial disabilities should receive appropriate treatment and counseling in order to recover their well being with dignity and become active members of their community again. Health workers can play a key role in changing behaviors to avoid stigmatization and to facilitate communication. A better understanding of the signs and symptoms will allow earlier detection and diagnosis and result in the provision of appropriate care at the community level first. Health workers can support persons with psychosocial disabilities and their families to cope and progress towards recovery, so lets do it!
NEWS BERITA
emerintah serius tangani kejadian luar biasa (KLB) Diare-Kolera di Papua.Tim penanggulangan KLB telah diturunkan untuk melakukan investigasi epidemiologi dan surveilans dan pengiriman logistik. Secara kumulatif korban meninggal akibat Diare-Kolera sejak April awal Agustus 2008 berjumlah 105 orang. Data ini diterima Pusat Komunikasi Publik dari Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP &PL) Depkes.
overnment has taken seriously the outbreak of diarrhoea-cholera in Papua. The outbreak response team has been deployed to conduct epidemiological investigation and surveillance and delivering supplies. Cumulatively, 105 deaths have been reported due to diarrhoea-cholera since April to early August 2008. This data was received by Public Communication Centre Directorate of Disease Control and Environment Sanitation Ministry of Health. Since April to July 2008 an outbreak of diarrhoeacholera occurred in 2 areas, namely Nabire sub-district of Kammu and North Kammu as well as in Paniai sub districts of Obano and Yatamo, Papua province. Samples of rectal swab collected from patients and family showed they areinfected with the Ogawa type of Vibrio cholera.
Penting untuk diingat: Tidak tersedianya layanan kesehatan & kurangnya pengetahuan kesehatan dapat menyebabkan kematian Good to remember: Unavailable access to health care and lack of health knowledge contribute to death toll
The high number of mortality is due to the delay in seeking treatment, in addition to geographical distances and delayed medication given by health workers. The team also identified risk factors in the local community such as poor sanitation, drinking unboiled water, not washing hand before dining, rarely taking showers and changing clothes, defecating in garden as well as their habit of kissing the mortal remains of their relatives who died of the disease. (Ministry of Health, August 9, 2008).
Sejak April hingga Juli 2008 telah terjadi KLB Diare-Kolera di 2 kabupaten, yaitu di Kab. Nabire Distrik Kammu dan Distrik Kammu Utara serta di Kab. Paniai Distrik Obano dan Distrik Yatamo, Provinsi Papua. Pengambilan sampel usap dubur yang dilakukan pda penderita dan keluarganya menunjukkan positif terinfeksi Vibrio cholera tipe Ogawa. Tingginya angka kematian disebabkan keterlambatan saat berobat,jauhnya jarak tempuh dan keterlambatan penanganan. Tim Penanggulangan KLB juga mengidentifikasi faktor risiko di masyarakat setempat yaitu masih rendahnya pola hidup bersih dan sehat (PHBS). Kebisaaan minum air mentah, tidak biasa mencuci tangan sebelum makan, jarang mandi dan berganti pakaian, biasa buang air besar di kebun, serta memiliki kebiasaan mencium penderita yang meninggal. (Departemen Kesehatan RI 9 Agustus 2008)
2 health messenger
NEWS BERITA
BANK DUNIA : SANITASI BURUK MEMBEBANI INDONESIA 6 MILYAR DOLLAR TIAP TAHUNNYA
World Bank: Poor sanitation costs Indonesia US$ 6 billion a year
Oleh/By Health Messenger team
uruknya higiene dan sanitasi mengakibatkan ekonomi Indonesia terbebani sebesar 6 milyar dollar Amerika tiap tahunnya, karena menyangga investasi yang semakin besar di sektor air dan infrastruktur sanitasi, demikian laporan Bank Dunia, The Economic Impact of Sanitation in Indonesia, diterbitkan 19 Agustus 2008. Dikatakan, Minimnya akses sanitasi menyebabkan ongkos finansial yang tinggi bagi ekonomi Indonesia,tidak hanya bagi individu, namun juga sektor publik dan komersial. Di tahun 2006 saja, biaya yang hilang akibat higiene yang buruk ada di bidang kesehatan dan sumber air. Bentuk pengeluaran biaya ini berupa pembayaran layanan kesehatan, biaya untuk mendapatkan air bersih, atau mereka yang tidak dibayar karena tidak berada di kantor karena kondisi kesehatan yang buruk.
oor hygiene and sanitation costs Indonesias economy more than US$ 6 billion per year, supporting the need for the greater investment in water and sanitation infrastructure, a World Bank report, The Economic Impact of Sanitation in Indonesia, released on August 19, 2008. The lack of access to sanitation poses heavy financial and economic costs to the Indonesian economy, not only to individuals but also to the public and commercial sectors. it said. Only for the year 2006, costs stemming from poor hygiene losses were health and water resources. The costs took the form of financial losses for those who had to pay for health services, who paid more for access to clean water, or who might have lost income from being absent from work due to poor health.
Penting untuk diingat: Akses atas sanitasi yang baik akan mengurangi beban ekonomi negara Good to remember: Access to improved sanitation will contribute to reduce national financial cost
Sanitasi yang tidak baik juga mengakibatkan 120 juta orang sakit dan 50 kematian prematur tiap tahunnya. Studi ini menyatakan bahwa biaya per kapita atas sanitasi dan higiene yang buruk di daerah perkotaan adalah Rp 275.000 ($31.10), lebih tinggi dibanding daerah pedesaan sebesar Rp 224.000. Secara signifikan masih banyak orang tidak memiliki akses akan sanitasi yang baik di pedesaan. Cakupan sanitasi Indonesia hanya 55%, di bawah rata-rata negara Asia Tenggara 67%. Selain itu, lebih dari seperempat populasi di Indonesia buang air besar di tempat terbuka. (The Jakarta Post, 20 Agustus 2008)
Poor sanitation also creates to at least 120 million incidents of disease and 50,000 premature deaths annually. The study gave the per capita cost of poor sanitation and hygiene in urban areas as Rp 275,000 (US 31.10), higher than that in rural areas Rp 224,000. Significantly more people still do not have access to improved sanitation in rural area. World Bank stated sanitation coverage in Indonesia is lower compare to average of 67% for Southeast Asian countries, only 55%. Not surprisingly, more than a quarter of Indonesian defecate in open area. (The Jakarta Post, August 20, 2008)
ADVERTORIAL PARIWARA
ejak tahun 2005, International Medical Corps (IMC) telah bekerja dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan dasar, mata pencaharian dan ketersedian air bersih bagi masyarakat terpencil di pesisir Barat Aceh melalui pembangunan, rehabilitasi dan peningkatan kapasitas. Di tahun 2007 dan 2008, dengan dukungan dari AmeriCares, IMC memperluas program kesehatan dan kebersihan yang meliputi 3000 penerima manfaat di daerah tak terjangkau pelayanan di dua kecamatan di Aceh Jaya: Jaya dan Sampoiniet. Beberapa daerah bahkan sangat terpencil sehingga petugas dari IMC harus menempuh dua jam perjalanan dengan sepeda motor dan rakit.
ince 2005, International Medical Corps (IMC) has worked to improve basic services in health, livelihoods and water and sanitation for disadvantaged communities on the west coast of Aceh through reconstruction, rehabilitation and capacity building. In 2007 and 2008, with support from AmeriCares, IMC expanded its health and hygiene promotion program to cover over 3,000 people in under-served communities in two sub-districts of Aceh Jaya: Jaya and Sampoiniet. Some areas are so remote that IMC staff must travel two hours by motorcycle and raft.
Program kami di tahun 2007 adalah menunjukkan kebiasaan sehat dan bersih di daerah ini meningkat,namun karena perubahan perilaku merupakan proses bertahap, pendidikan lebih lanjut masih dibutuhkan, ucap Country Director IMC, Nesya Hughes. Survey
dasar IMC dilakukan pada awal 2007 guna menilai tingkat pengetahuan dan kesehatan di masyarakat. Sejak saat itu, lembaga telah melatih kader, kepala desa dan guru untuk menyampaikan pesan sehat kepada masyarakat. Survey dasar tersebut menunjukkan bahwa 42,5% responden secara teratur mencuci tangan menggunakan sabun setelah buang air besar. Setelah hampir setahun promosi kegiatan sehat ini berlangsung, angka ini meningkat menjadi 52%. Survey terbaru yang dilakukan pada bulan Agustus 2008 menunjukkan bahwa promosi kesehatan memberikan dampak positif dan mencapai angka 74%. Survey dasar juga menunjukkan bahwa hanya 33% ibu memahami manfaat pemberian ASI. Survei pertengahan menunjukkan angka ini meningkat menjadi 39%. Pendampingan selama setahun menunjukkan perkembangan menjadi 51%. Jumlah ibu yang memberikan ASI ekslusif selama tiga bulan pertama pada bayi awalnya sebanyak 29%. Para kader berperan besar dalam meningkatkan angka ini dan pada akhir survey menunjukkan 49% ibu saat ini memberikan ASI eksklusif selama enam bulan pertama. Indikator lain yang berhubungan dengan perawatan anak, keluarga berencana, gizi, kebersihan, penyakit menular dan penyakit usia lanjut juga memperlihatkan perkembangan namun demikian perbaikan masih dibutuhkan untuk benar-benar meningkatkan standar kesehatan. Hayatun, kader dari desa Marue mengatakan, Tidaklah mudah membuat orang mau merubah kebiasaannya sebab mereka telah melakukan hal yang sama dari generasi ke generasi. Namun mereka memahami bahwa kita mencoba membantu menolong mereka dan lambat laun mereka akan menerima kebiasaan yang lebih baik.
Our program in 2007 demonstrated that health and hygiene behaviors were improving in these areas,but because behavior change is a gradual process, more education was needed,
says IMCs Country Director, Nesya Hughes. IMCs baseline survey conducted in early 2007 assessed levels of knowledge and good health behavior in these communities.Since then,the organization has trained cadres, village heads and teachers to pass on selected health messages to their communities. The survey revealed initially that 42.5% of respondents regularly used soap when hand-washing after defecation. After nearly one year of health promotion activities, this number had slightly improved to 52%. The most recent survey conducted in August 2008 however has shown that the health promotion activities are having positive effects, with the number at 74%. The baseline also demonstrated that only 33% of mothers understood the benefits of breastfeeding. The mid-term survey showed this number rose to 39%. Follow up after a year has shown continued improvement at 51%.The number of mothers that practiced exclusive breastfeeding for the first three months of a childs life started at 29%. The cadres were instrumental in raising this number and the end-survey demonstrates that 49% of mothers are now practicing exclusive breastfeeding for the first six months of a childs life. Other indicators relating to child care, family planning, nutrition, hygiene, communicable diseases and diseases of the elderly also demonstrate improvements but ultimately greater progress is needed to really improve health standards. Hayatun, the cadres of Mareu village, says,It is not easy to get people to change their practices because this is what they have been doing for generations. But they understand that we are trying to help them and slowly they are willing to accept these better habits.
Jeni Bastian
4 health messenger
EVENT PERISTIWA
EVENTPERISTIWA
Vision, Australian Red Cross, American Red Cross, Muslim Aid, Palang Merah Indonesia Banda Aceh, dan Mentor Initiative, Kantor Dinas Kesehatan bersatu untuk memimpin aksi kuat yang terkoordinasi, memberitahu masyarakat dan mengurangi jumlah kasus ini di Banda Aceh.
Hanya satu jam tiap minggu untuk membersihkan tempat berkembang biak dan memberantas jentik nyamuk
(Taruna Siaga Bencana/Volunteers for disaster), Indonesian Red Cross volunteers and health staff. Together with UNICEF, World Vision, Australian Red Cross, American Red Cross, Muslim Aid, Palang Merah Indonesia Banda Aceh, and Mentor Initiative, DHO unites to lead a strong coordinated action, inform the communities and reduce the number of cases in Banda Aceh.
Tim Komunikasi Perubahan Perilaku (Tim KPP) telah dibentuk untuk menjalankan diskusi kelompok terarah di masyarakat A Behaviour Change Communication Team (BCC dan menghasilkan proyek keluarga ANTIK. ANTIK adalah Team) was created to run focus group discussions singkatan dari ANTI JENTIK. Para guru diikutsertakan untuk within the communities and resulted in the ANTIK family project. Antik refers to ANTI JENTIK (Anti memberitahu para murid tentang Pemberantasan sarang Larva). Teachers were involved to inform children in nyamuk DBD. RRI (Radio Republik Indonesia) & Radio their school on Dengue Breeding Sites elimination. Baiturrahman menyiarkan program DBD, dan beberapa jenis RRI (Radio Republik Indonesia) & Radio Baiturrahman materi komunikasi, informasi dan edukasi juga dicetak untuk aired programs on Dengue, and various types of mendukung kampanye tersebut. Information, Education and Communication Usaha pemberantasan nyamuk DBD harus dilakukan secara materials were produced to support the campaign. bersamasama dan dilakukan secara gotong royong dengan The effort to eliminate breeding sites shall be collective seluruh warga masyarakat. Kampanye and conducted hand in hand with the sejenis telah terbukti berhasil dalam community. Similar campaign mengurangi kasus DBD di negara lain. Penting untuk diingat: whole has proven to significantly reduce the Karenanya, Dinkes Kota Banda Aceh Memberantas sarang number of DHF cases in other dan para mitra berharap agar seluruh countries. Therefore, DHO Banda nyamuk lebih efektif keluarga dapat mengubah perilakunya Aceh and its partners hope that all daripada pengasapan. family and community members dengan tidak hanya membersihkan pohon dan halaman namun juga mencan change their behaviour by not Good to remember: cari tempat kemungkinan bersarangnya only cleaning up trees and yard but nyamuk DBD di rumah dan sekitarnya. Eliminating breeding also searching for any potential Hanya satu jam setiap minggu dari sites at home and in the sites is more effective breeding pukul 8 s/d 9 pagi pada hari Jumat di neighborhood. Only one hour each than fogging. week from 8am to 9am on Friday sekitar kantor dan sekolah, dan setiap within offices and schools, and every hari Minggu dilakukan di rumah dan Sunday at the same time at home and in public tempat umum lainnya pada waktu yang sama. Ini semata places. It is a matter of collective awareness to prevent merupakan kepedulian bersama untuk mencegah kejadian Dengue outbreak. luar biasa DBD.
One hour per week only to clean up all potential breeding sites and eliminate larvae
6 health messenger
EVENT PERISTIWA
YES for Dengue Breeding Site Elimination and OK for ANTIK Family!
Sampai saat ini, dari bulan Januari So far, from January to July 2008, 295 cases of hingga Juli 2008, 295 kasus DBD DHF have already been telah dilaporkan. Illiza Saaduddin reported in town. Illiza Djamal, Wakil Walikota Banda Saaduddin Djamal, Vice Aceh, menghimbau agar seluruh Major of Banda Aceh, masyarakat melakukan pemberanrequested everybody to tasan sarang nyamuk DBD dan perform breeding sites keluarga ANTIK di desanya dan elimination and ANTIK tempat kerja, karena telur yang family in their villages bersarang hari ini akan menjadi and work places, because nyamuk dewasa hanya dalam eggs laid today will waktu satu minggu. Kesadaran become adult mosquitoes Illiza Saaduddin Djamal dan keterlibatan seluruh masyarawithin only one week. kat dapat memastikan Banda Aceh Community awareness bebas dari DBD. Nyamuk tidak and the involvement of all should be guaranteed to memilih kaya atau miskin atau status sosial kita waktu meng- make Banda Aceh free from Dengue. Mosquitoes do not gigit. Mereka menggigit siapa saja yang tidak menjaga kebersi- bite according to richness or poorness or social position. han kata Illiza Saaduddin Djamal, yang juga Ketua Tim It bites those who do not keep their place clean said Kewaspadaan DBD Banda Aceh. Sebelum gerakan PSN,Wakil Illiza Saaduddin Djamal, who also Head of Tim Walikota melepas rombongan parade motor IMI (Ikatan Motor Kewaspadaan DBD Banda Aceh. Prior to PSN action, Indonesia). Memimpin rombongan sukarelawan, Wakil Vice Major began the starting of IMI (Ikatan Motor Walikota mengunjungi dua rumah di desa Blower untuk men- Indonesia) motor parade. Heading a volunteers cari tempat bersarangnya nyamuk DBD. Bersama dengan Dr. delegation, Vice Major visited two houses in Blower Media, mereka menemukan lusinan jentik nyamuk DBD di village to seek for Dengue breeding sites. Together dalam dispenser air. Jentik berada di dalam rumah dan dapur, with Dr. Media, they found dozens of Dengue larvae di tempat air bersih tergenang atau di bawah kulkas anda. in a water dispenser. It is there right in your house Selain slogan, pemberantasan sarang nyamuk DBD adalah and kitchen, in clean pooled water or under your sebuah usaha masyarakat yang konkrit yang dapat merubah refrigerator. Beyond a slogan, Dengue breeding sites sesuatu secara radikal dan membebaskan Banda Aceh dari elimination is the only concrete community action that can make a radical change and free Banda Aceh DBD.Tindak lanjut dari kegiatan ini radio menyiarkan kampafrom Dengue. The follow up of the launching will nye PSN DBD tiap minggu, sekolah melakukan PSN DBD dan ensure radios to air PSN DBD campaign each week, semua camat mengawasi implementasinya di lapangan, dan schools to run DBD breeding site elimination action, all kader akan melakukan penyuluhan dan distribusi dari materi head of subdistrict to monitor the implementation komunikasi, informasi dan edukasi PSN-DBD. in village level, as well as kader to conduct education and distribution of IEC materials of PSN DBD.
Demam Berdarah Dengue (DBD) ialah penyakit tropis yang disebabkan oleh virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti & Aedes albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia. 75% wilayah di seluruh Indonesia telah terserang penyakit ini. Di Aceh,terdapat rata-rata 3 kasus baru DBD tiap harinya. Situasi di Indonesia dan Aceh
Di Indonesia, penyakit DBD pertama kali ditemukan di Surabaya pada tahun 1968, dan konfirmasi virologis didapat tahun 1972.Sejak itu,kasus terus meningkat baik dalam jumlah maupun luas wilayah yang terjangkit, dan secara sporadis selalu terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) setiap tahun. Sekarang 330 kabupten/kota1 telah terjangkit, dengan angka yang berfluktuasi secara geografis. Jakarta menempati peringkat atas untuk angka insiden DBD dengan 316 per 100.000 penduduk2 dibanding 19 per 100.000 penduduk di Aceh. Walau selama ini Lhokseumawe menjadi daerah dengan prevalensi tertinggi di NAD menyusul Banda Aceh, Aceh Besar and Aceh Barat Daya, namun sejak 2007 kasus tertinggi ditemukan di Banda Aceh dengan 851 kasus (3 kali lipat tahun 2006 yang hanya 242 kasus), 4 diantaranya meninggal dunia3. Jumlah kasus pun semakin meningkat selama 7 tahun terakhir.
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a viral tropical disease transmitted by Aedes aegypti and Aedes albopictus mosquitoes. These two mosquitos live in almost every part of Indonesia. 75% of the country is affected. In Aceh, there are on average 3 new cases of DHF per day. Situation in Indonesia and Aceh
In Indonesia, the first case of DHF was found in Surabaya in 1968, and virologically confirmed in 1972. Since then, the number of cases has increased and the affected area expanded, with a seasonal epidemic outbreak each year. Today, 330 districts1 of Indonesia are affected, with fluctuating geographical prevalence. Jakarta has the highest level of DHF incidence with 316 cases per 100,000 persons2, compared to 19 per 100,000 in Aceh. Although Lhokseumawe has long been the district with the highest DHF incidence in NAD, in front of Banda Aceh, Aceh Besar and Aceh Barat Daya, since 2007 the majority of DHF cases in NAD have occurred in Banda Aceh where 851 cases were recorded (3 times the 2006 figure of 242 cases), among them 4 resulting in death3. The number of DHF cases in Banda Aceh has continued to increase over the last 7 years.
8 health messenger
ZOOMLEBIH DEKAT
Tanda
- Demam bisa mencapai 41C. Demam biasa terjadi pada hari ketiga dan berlangsung selama 5-7 hari. Kadang menggigil, bercak kemerahan pada kulit. Demam kemudian turun dan membentuk grafik dengan gambaran pelana - Uji Tourniquet positif. Dikatakan positif bila dijumpai lebih dari 20 petekiae per inci luas permukaan kulit - Temuan hematemesis atau melena dan trombositopenia (100.000 sel/ L) dan adanya perembesan plasma akibat peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah
Signs
- High fever, possibly reaching 41C. High fever is most likely to happen on the third day and can last for 5-7 days. Sometimes shivering and spots on the skin can occur. The fever then drops resulting in a temperature gradient that looks like a horse saddle. - Positive Tourniquet test. A tourniquet test can be said to be positive if it finds more than 20 petechiae per inch of skin surface. - Haematemesis or melena and thrombocytopenia (100.000 sel/ L) and leaking of plasma due to increased permeability of the blood cell wall.
Demam berdarah dengue dapat menyebabkan kematian bila komplikasi telah terjadi dan terlambat ditangani. Dengue Hemorrhagic Fever can cause death if a complication occurs and is handled too late.
Pengendalian vektor adalah komponen penting bagi
pencegahan dan pembasmian DBD. Ini dapat dilakukan melalui tiga cara yaitu: biologis, lingkungan dan kimiawi.
Vector control is a key component of prevention and elimination of DHF. It can be performed by three different approaches: biological, environmental and chemical. Biological control uses existing biological properties
to minimize or eliminate the population of mosquitoes. For instance, some fishes (adu and cupang) are used to eat mosquito larvae.
Pengendalian biologis menggunakan unsur biologi yang ada untuk meminimalisasi populasi atau membasmi nyamuk. Sebagai contoh, dapat berupa penggunaan ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang). Pengendalian kimiawi menggunakan pestisida untuk
membasmi nyamuk. Biasa diupayakan melalui pengasapan (penggunaan malathion dan fenthion) atau larvasida/abatisasi dengan bubuk abate (temephos) pada tempat penampungan air. Pengasapan tidak dapat mengontrol penyebaran DBD. Pengasapan hanya membunuh nyamuk dewasa dan tidak dapat membunuh ribuan telur. Jentik dan larvanyanya tetap aman di tempat penyimpanan/genangan air jernih bahkan setelah pengasapan. Departemen Kesehatan melalui Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang mengingatkan bahwa pengasapan tidak efektif untuk memberantas penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), bahkan berbahaya karena bisa menimbulkan resistensi terhadap nyamuk Aedes aegypti.
Chemical control uses pesticides to eliminate mosquitoes. It is usually done by fogging (malathion and fenthion pesticides) or by pouring abate powder (temephos) in the water collection area. Fogging cannot control the spread of DHF: it only kills adult mosquitoes, and cannot eliminate thousands of eggs. The larvae will remain safely in the clean water collection area even after fogging. The Ministry of Health through its Department of Animal borne disease reminds us that not only is fogging ineffective for the elimination of DHF, but also that it can be even more harmful as it can make the Aedes aegypti mosquito resistant. Environmental control
is a cross-sectoral approach that attempts to raise collective awareness and responsibility. Because prevention of Dengue is a public matter, it should not only rely on health workers but also on all members of the community. DHO Banda Aceh has chosen to implement an environmental approach to prevent DHF with the Dengue Breeding Sites Elimination Campaign (see Free Dengue Banda Aceh). The 3M Plus is a national campaign detailing a number of actions that have to be performed regularly at home, at school, at work and in the neighbourhood in order to eliminate larvae: draining, closing the water collection bin, burying all used goods around the house that collect rain water; plus cleaning breeding sites and preventing mosquito bites. Special attention should be given to pregnant women and children: sleeping under mosquito nets, wearing long clothes at peak hours, using natural repellent such as citronella and avoiding water collection areas. Health workers will encourage their patients, families and neighbours to implement all these simple, healthy and environmentally friendly actions. The accumulation of individuals little efforts will lead to a significant change in controlling Dengue in Aceh and Indonesia.
1. Profil Kesehatan Indonesia, 2006. 2. Profil Kesehatan Indonesia, 2006. 3. Subdin P2P Dinkes Kota Banda Aceh 2007.
Pengendalian lingkungan merupakan pendekatan lintas sektoral yang berupaya untuk meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab bersama. Karena pencegahan Dengue adalah masalah bersama, maka tidak hanya mengandalkan tenaga kesehatan semata namun seluruh warga masyarakat. Dinkes Kota Banda Aceh telah memilih melakukan pendekatan lingkungan untuk mencegah DBD dengan kampanye pemberantasan sarang nyamuk Demam Berdarah (lihat Bebaskan Banda Aceh dari Dengue). Gerakan 3M Plus merupakan kampanye nasional atas 3 tindakan yang dilakukan di rumah, di kantor dan di sekolah secara teratur untuk membasmi jentik yaitu: menguras, menutup tempat penampungan air, mengubur semua barang bekas yang ada di sekitar rumah yang dapat menampung air hujan ditambah membersihkan tempat jentik dan menghindari gigitan nyamuk. Perhatian khusus diberikan pada wanita hamil dan anak-anak; tidur dalam kelambu, mengenakan baju berlengan panjang pada jam puncak, menggunakan losion pengusir nyamuk seperti citronella dan menghindari daerah genangan air.
Petugas kesehatan dapat mengajak semua pasien, keluarga, dan tetangga untuk melaksanakan tindakan yang secara sederhana akan menyehatkan lingkungan. Akumulasi dari setiap kerja individu akan menuju perubahan nyata dalam mengendalikan Dengue di Aceh dan Indonesia.
10 health messenger
Melindungi Hak Asasi Orang-orang Dengan Disabilitas Psikososial Protecting The Rights Of Persons With Psychosocial Disabilities
INTRODUCTION PENGANTAR
Tidak ada kesehatan NO HEALTH WITHOUT MENTAL HEALTH 1 Tanpa kesehatan mental
1
Kesehatan Mental didefinisikan sebagai suatu keadaan sejahtera secara psikososial di mana tiap individu menyadari potensi dirinya sendiri, dapat menghadapi tekanan yang normal dalam kehidupan, mampu bekerja secara produktif dan baik, dan dapat berkontribusi bagi komunitasnya.
Ratusan juta orang di dunia dipengaruhi oleh gangguan mental, perilaku, neurologis dan penyalahgunaan zat. Perkiraan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2002 menunjukkan bahwa 154 juta orang secara global mengalami depresi dan 25 juta orang menderita skizofrenia; 15 juta orang berada di bawah pengaruh penyalahgunaan zat terlarang. 50 juta orang menderita epilepsi. Dan sekitar 877.000 orang meninggal karena bunuh diri tiap tahunnya. Menegaskan batasan gangguan mental tidaklah mudah. Telah ada sejumlah debat yang intens tentang kondisi apa atau bagaimana yang harus dimasukkan dalam definisi gangguan mental. Kebanyakan dari dokumen klinis international menghindari penggunaan istilah sakit jiwa, namun menggunakan istilah gangguan mental yang mencakup gangguan neurologis, ketidakcakapan intelektual, gangguan personal dan ketergantungan atas obat/zat tertentu. Ketidakcakapan/cacat mental2 meliputi seseorang dengan gangguan mental, namun bukan merupakan sinonim dari gangguan mental. Seseorang yang telah sembuh dari gangguan mental dapat terus mengalami ketidakcakapan/ kecacatan dan banyak orang dengan gangguan mental yang saat ini dialaminya akan juga mengalami ketidakcakapan/kecacatan sebagai akibat gangguan tadi. Istilah ketidakmampuan/cacat psikososial sebaiknya menggantikan terminologi gangguan mental, mengingat istilah ini meliputi suatu keadaan yang cenderung mempengaruhi kesehatan individu yang lebih tepat. Karena terdapat interaksi yang kuat antara ketidakmampuan psikososial dan keadaan kesehatan lainnya, maka tidak ada kesehatan tanpa kesehatan mental.
Mental health is defined as a state of psychosocial well-being in which every individual realizes his or her own potential, can cope with the normal stresses of life, can work productively and fruitfully, and is able to make a contribution to her or his community.
Hundreds of millions of people worldwide are affected by mental, behavioural, neurological and substance use disorders. Estimates made by the World Health Organisation (WHO) in 2002 showed that 154 million people globally suffer from depression and 25 million people from schizophrenia; 15 million people are affected by drug use disorders. 50 million people suffer from epilepsy. About 877,000 people die by commiting suicide every year. Defining mental disorder is difficult. There is intense debate about which conditions are or should be included in the definition of mental disorders. Most international clinical documents avoid use of the term mental illness, preferring to use the term mental disorder that can cover neurological disorders, intellectual disability, personality disorders and substance dependence. Mental disability2 includes persons with mental disorder, but is not synonymous with mental disorder. Persons who have recovered from a mental disorder may continue to have disabilities and many persons with ongoing mental disorder will also have disability due to the disorder. The term psychosocial disability should further replace the terminology of mental disorder, as it covers more accurately the scope of conditions likely to affect the mental health of an individual. Because there are strong interactions between psychosocial disability and other health conditions, there can be no health without mental health.
12 health messenger
INTRODUCTION PENGANTAR
dalam institusi ataupun masyarakat.Tindakan penyiksaan secara fisik, seksual dan psikologis merupakan pengalaman harian bagi banyak orang. Selain itu, mereka juga menghadapi ketidakadilan kesempatan untuk bekerja dan diskriminasi untuk mengakses pendidikan, layanan kesehatan dan perumahan. Beberapa orang dimasukkan ke fasilitas rawatan mental di mana mereka kerap mengalami pertentangan jiwa atau perawatan yang merendahkan martabat mereka. Di lain pihak, saat jumlah tempat tidur untuk rawatan tidaklah cukup, kegagalan untuk melaksanakan rawat inap, atau pembebasan dini pasien, juga merupakan pelanggaran hak mereka untuk mendapatkan perawatan. Bahkan dalam komunitasnya dan keluarganya sendiri, dijumpai kasus di mana seseorang dikurung dalam ruangan sempit, dipasung atau diikat ke pohon dan mengalami siksaan seksual. Pasal 1 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, yang di gunakan oleh PBB di tahun 1948, menyatakan bahwa semua orang bebas dan setara dalam hak dan martabatnya, dan ini termasuk orang dengan ketidakmampuan psikososial. Di bulan Mai 2008, Konvensi PBB atas Hak Orang dengan Kecacatan berlaku. Instrumen legal international ini melindungi semua hak fundamental seseorang dengan kecacatan seperti menunjukkan kapasitas diri, memilih pilihan mereka sendiri, hidup dalam komunitas, menikmati privasi, dilindungi akan tindak diskriminasi, bebas dari penyiksaan, perawatan yang kejam,tidak manusiawi dan merendahkan,termasuk eksperimen ilmiah dan medis tanpa ijin. Konvensi PBB atas Hak Orang dengan Kecacatan mewajibkan kita untuk beralih dari pendekatan beorientasi kedermawanan atau berbasis medis ke pendekatan berbasis hak asasi manusia bagi para penyandang cacat/diabilitas. Pendekatan dan tindakan tradisional ini, terlepas dari nilai kebajikannya, menganggap orang dengan ketidakmampuan/kecacatan sebagai penerima pasif atas niat baik atau sebagai masalah yang harus diperbaiki ataupun keduanya, kata Louise Harbour, Komisioner PBB untuk Hak Asasi.4
1. Buku WHO tentang Kesehatan Mental, Hak Asasi dan Legislasi, 2005;The Lancet, 4 September , 2007, edsi khusus tentang Kesehatan Menal. 2. Ketidakmampuan merupakan akibat dari interaksi antara masyarakat non-inklusif dan individu (Konvensi PBB tentang Hak Perorangan dengan Kecacatan). 3. Buku WHO tentang Kesehatan Mental, Hak Asasi dan Legislasi, 2005; Jaringan Dunia Penyintas dan Pengguna Psikiatri; Konvensi PBB tentang Hak Perorangan dengan Kecacatan. 4. Pusat Berita PBB, Pemberlakuan Pakta Disabilitas Rintangan Utama dalam Perlindungan Hak, 12 Mai 2008.
and discrimination in access to education, health care and housing. Some people are admitted in mental health facilities where they frequently remain for life against their will or suffer degrading treatment. On the other hand, where there are shortages of beds, the failure to admit people who need inpatient treatment, or their premature discharge, also constitutes a violation of their right to receive treatment. Even within their own communities and their own families, there are cases of people being locked up in confined spaces, chained to trees and sexually abused. Article 1 of the Universal Declaration of Human Rights, adopted by the United Nations in 1948, provides that all people are free and equal in rights and dignity, and this include people with psychosocial disabilities. In May 2008, the UN Convention on the Rights of People with Disabilities (CRPD) came into force. This international legal instrument protects all fundamental rights of persons with disabilities such as to perform their legal capacity, to make their own choices, to live in the community, to enjoy privacy, to be protected against discrimination, to be free from torture, cruel, inhuman and degrading treatment, including non-consensual medical or scientific experimentation. It [the CRPD] requires us to move away from charityoriented or medical-based approaches to a human rights-based approach to disabilities. These traditional approaches and attitudes, no matter how well-intentioned they might have been, regarded persons with disabilities either as passive recipients of good will or deeds or as problems to be fixed, or both, Louise Harbour, UN High Commissioner for Human Rights, stated.4
1. WHO Resource Book on Mental Health, Human Rights and Legislation, 2005; The Lancet, September 4, 2007, special issue on Mental Health. 2. Disability results from the interaction between a non-inclusive society and individuals (UN Convention on the Rights of Persons with Disabilities). 3. WHO Resource Book on Mental Health, Human Rights and Legislation, 2005; World Network of survivors and users of psychiatry; UN Convention on the Rights of Persons with Disabilities. 4. UN News Center, Entry into force of disability pact closes major gap in rights protection, 12 May 2008.
esehatan mental di Indonesia telah lama terabaikan. Pengaruh lingkungan (sosial, politik, iklim, ekologi, ekonomi dan lainnya) terhadap kesejahteraan psikososial dari suatu populasi sangatlah kompleks dan beragam. Di hampir seluruh bagian dari wilayah Indonesia dan selama beberapa dekade, populasi telah mengalami masa sulit, apakah karena konflik, kemiskinan ataupun bencana alam. Sejumlah besar masyarakat Indonesia mengalami penderitaan mental yang bervariasi mulai dari tekanan psikologis ringan hingga gangguan mental akut. Di samping itu, penyalahgunaan zat dan obat-obatan mengalami peningkatan di kalangan anak-anak dan orang dewasa dan sekarang menjadi satu dari sekian permasalahan besar yang terkait dengan kesehatan mental di negeri ini. Di Aceh, bencana tsunami merupakan suatu goncangan besar. Dampak psikologis yang dahsyat akibat bencana ini kemudian memungkinkan trauma muncul ke permukaan. Di propinsi dengan situasi perang selama 30 tahun dan mengorbankan 150.000 nyawa, tidaklah mengherankan tercatat sebanyak 9.751 pasien dengan gangguan jiwa dan dari angka tersebut sebanyak 5.000 orang mengidap skizofrenia, sedangkan 1.051 mengalami depresi1. Wilayah kabupaten dengan jumlah kasus terbanyak adalah Bireuen, (1.581 kasus),Aceh Pidie (1.460 kasus),Aceh Besar (1.257 kasus) dan Aceh Utara (1.148 kasus). Sebanyak 10% kasus (97 orang) ditemukan dalam keadaan terisolasi,dikurung dan/atau dipasung (22 kasus di Bireuen). Di Bireuen saja, separuh kasus (810) terkait dengan situasi konflik dan sepertiganya (521) merupakan penyalahgunaan narkoba. 2. Stigmatisasi seseorang yang menderita gangguan psikososial sangat tinggi di masyarakat. Namun demikian, kita patut mengucapkan terimakasih kepada metode pendekatan berbasis masyarakat, penerimaan secara sosial terhadap masalah gangguan mental mulai membaik. Sebagai bukti, data dari Puskesmas Meuraxa Banda Aceh menunjukkan sebanyak 6 kasus yang dilaporkan di tahun 2005 meningkat menjadi 56 pasien yang berada di bawah pengawasan perawat
ental Health in Indonesia has long been neglected. The effects of the environment (social, political, climatic, ecological, economic and so on) on the psychosocial well-being of a population are complex and multiple. In many parts of Indonesia, and over many decades, populations have had a hard time, whether because of conflict, poverty or natural disasters. A large number of people in Indonesia suffer from mental health afflictions, ranging from mild psychological distress to acute mental disorder. In addition, substance abuse is an increasing habit among children and adolescents and has now become one of the major mental health related issues in the country. In Aceh, the tsunami acted as an electro-shock. The overwhelming psychological impact of such a disaster somehow allowed other kinds of trauma to emerge. In a province where 30 years of war were concluded by the brutal loss of 150,000 persons, it is not surprising that of the 9751 recorded mental health patients, more than 5000 suffer from schizophrenia, while 1051 are diagnosed with depression1.
Districts with the highest number of reported cases are Bireun, (1581 cases), Aceh Pidie (1460 cases), Aceh Besar (1257 cases) and Aceh Utara (1148 cases). 10% of the reported cases (97 persons) were discovered isolated, locked up and/or chained (22 in Bireun). In Bireun, half of the cases (810) are related to conflict and one third (521) to drug abuse2. Stigmatization of persons with psychosocial disabilities is very high in the community. However, thanks to a recent community-based mental health approach, the social acceptance of mental health issues seems to be improving. As evidence, data from puskesmas Meuraxa in Banda Aceh show that 6 reported cases in 2005 increased to 56 persons being monitored by mental health nurses in 2008: people are more willing today than they were 3 years ago to seek medical or
14 health messenger
jiwa di tahun 2008: masyarakat sekarang ingin mencari pertolongan medis dan dukungan psikologis, berbeda dengan masyarakat 3 tahun yang lalu. Namun struktur yang ada masih belum memadai untuk mengatasi kebutuhan mereka. Dengan hanya satu Rumah Sakit Jiwa (RSJ, Banda Aceh) yang saat ini menangani sebanyak 350 pasien dengan kapasitas 220 tempat tidur, dan 5 psikiater untuk seluruh propinsi, sistem kesehatan jiwa di Aceh masih belum adekuat untuk memenuhi kebutuhan saat ini. Terlepas dari pembangunan dua bangsal jiwa di Aceh Besar dan Aceh Barat3, tidak ada sistem rujukan terstruktur bagi pasien yang membutuhkan pertolongan darurat di tingkat Kabupaten. Melalui pelatihan yang sedang berlangsung bagi perawat kesehatan jiwa masyarakat, termasuk juga GP+ dan Kader Kesehatan Jiwa, sistem ini berkembang dalam mendeteksi kasus dan berhasil meningkatkan kesadaran masyarakat tentang masalah kesehatan mental. Namun demikian, jurang pemisah masih harus dijembatani antara perawatan kesehatan jiwa berbasis masyarakat dengan perawatan psikiatri akut.
psychological support. Still, existing structures are insufficient to meet their needs. With only one psychiatric hospital (Rumah Sakit Jiwa, Banda Aceh) which currently accommodates 350 patients with a capacity of 220 beds, and 5 psychiatrists for the whole province, the mental health system in Aceh is still very far from adequately responding to existing needs. Apart from two recently built mental health wards in Aceh Besar and Aceh Barat3, there is no other district level referral structure for persons in need of emergency treatment. With the ongoing training of Community Mental Health Nurses, as well as GP+ and Kader Kesehatan Jiwa, the system is however improving at detecting cases and increasing community awareness of mental health issues. However, a huge gap remains to be filled between community mental health care and acute psychiatric care.
1.Dinas Kesehatan Provinsi NAD,2007 rekapitulasi laporan kasus gangguan jiwa. 2. Dinas Kesehatan Provinsi NAD (2007) dan DHO Bireun (2008). 3.RSU Kota Jantho,Aceh Besar dan RSU Cut Nyak Dhien Meulaboh di Aceh Barat. 4. Penilaian Kebutuhan Psikososial komunitas yang dipengaruhi oleh konflik di Kabupaten Pidie, Bireuen dan Aceh Utara, 2006, Penilaian Kebutuhan Psikososial Komunitas di 14 kabupaten pasca konflik di Aceh, 2007, IOM, Harvard Medical Schook, WB, Universitas Syiah Kuala, dan Departemen Kesehatan.
1. Dinas Kesehatan Provinsi NAD, 2007 recapitulasi laporan kasus gangguan jiwa. 2. Dinas Kesehatan Provinsi NAD (2007) and DHO Bireun (2008). 3. RSU Kota Jantho, Aceh Besar and RSU Cut Nyak Dhien Meulaboh in Aceh Barat. 4. Psychosocial needs assessment of communities affected by the conflict in the districts of Pidie, Bireuen and Aceh Utara, 2006, Psychosocial needs assessment of communities in 14 conflict affected districts in Aceh, 2007, IOM, Harvard Medical School, WB, Syiah Kuala University, MoH.
Otak dilindungi oleh lapisan selaput meninges. Tiga lapisan berbeda yang menyusun meninges adalah: Duramater (tersusun atas jaringan ikat putih sebagai lapisan terluar meninges); membran Arachnoid ( lapisan seperti jaring laba-laba); Pia mater (melekat pada bagian terluar otak dan mengandung pembuluh darah). Bagian utama dari otak, dari bawah ke atas adalah sebagai berikut: batang otak, serebellum (otak kecil), diencepalon, dan serebrum (otak besar). Batang otak terdiri dari: Medulla oblongata (bagian dari otak yang melekat pada saraf tulang belakang); Pons dan Otak tengah. Ketiga struktur ini terdiri dari substansia alba dan formasi retikular.Batang otak bekerja pada fungsi sensorik, motrik dan refleks.Traktus spinothalamik dan kortikospinalis merupakan traktus utama yang terdapat di bagian putih dari batang otak. Nukleus medulla mengandung sejumlah pusat refleks: jantung, vasomotor, pernafasan, muntah, batuk, bersin, tersedak dan menelan. Pons terdiri dari pusat refleks yang dimediasi oleh saraf kranial ke-lima, enam, tujuh, dan delapan. Selain itu terdapat pusat pneumotaksik yang membantu regulasi pernafasan. Otak tengah juga memiliki pusat reflek bagi beberapa reflek saraf kranial tertentu seperti papilari dan pergerakan mata yang dimediasi oleh saraf ke empat dan ketiga.
rain is the main part of human nerves system. Functions of the brain tightly depend on the availability of oxygen and glucose. Weighting only 2% from total adult mass body, brain receives 20% blood circulation. 100 billion neuron estimated load in adult brain, and 900 billion ganglias. Brain is covered by membranes known as meninges. Three distinct layers compose the meninges: the Dura mater (made of strong white fibrous tissue serves as the outer layer of the meninges); the Arachnoid membrane (a cobweb-like layer); the Pia mater (adheres to the outer surface of the brain and contains blood vessels). Major divisions of the brain, named from from below to upward, are as follows: brainstem, cerebellum, diencephalons and cerebrum.
1.
1.
The brainstem consists in: Medulla oblongata (the part of brain that attaches the spinal cord); the Pons and the Midbrain. All three structures of the brainstem are composed of white matter and reticular formation. The brainstem performs sensory, motor and reflex functions. The spinothalamic and corticospinal tracts are major tracts present in the white matter of the the brainstem. Nuclei of the medulla contain a number of reflex centers: cardiac, vasomotor, respiratory, vomiting, coughing, sneezing, hiccupping and swallowing. The pons contains centers for reflexes mediated by the fifth, sixth, seventh and eights cranial nerves. In addition the pons contains the pneumotaxic centers that helps regulate respiration. The midbrain also contains reflex centers for certain cranial nerve reflexes like papillary and eye movement reflexes mediated by the fourth and the third nerve.
16 health messenger
Lobus oksipitalis/ Occidental lobe Area wernicke sensorik bahasa/ Sensory speech area of Wernicke
2. 3. 4.
Serebellum (otak kecil) memiliki tiga fungsi, semuanya terkait kontrol atas otot rangka: koordinasi dari pergerakan otot secara volunter, kontrol postur, dan mengontrol otak rangka tetap seimbang.
2. 3. 4.
The cerebellum performs three general functions, all of which have to do with the control of the skeletal muscles: performs coordination of voluntary muscle movement, helps control posture and controls skeletal muscles to maintain balance.
The diencephalon includes the thalamus, the hypothalamus, the optic chiasma and the pineal body. The cerebrum the largest and uppermost division of the brain consists of two half, the right and left cerebral hemispheres. The surface of the the cerebrum called the cerebral cortex is made up of gray matter composed of millions of axons terminals synapsing with millions of dendrites of other neurons. Beneath the cerebral cortex lies the white matter made of numerous tracts. The function of each region of the cerebral cortex depends on the structures with which it communicates. The functions of the cortex are: sensorial (for touch, pressure, temperature, body position, vision, hearing); motor (for voluntary movements) and integrative functions (consciousness, language, emotions, memory).
Serebrum (otak besar) merupakan bagian terbesar dan teratas dari otak yang terdiri dari dua sisi, hemisper otak kiri dan kanan. Permukaan otak - yang disebut corteks serebrum - terdiri dari substansia kelabu yang terdiri dari jutaan terminal akson yang bersinaps dengan jutaan dendrit dari neuron lain. Di bawah korteks serebrum terletak substansi putih (alba) yang terdiri dari sejumlah traktus. Fungsi dari masing-masing area bergantung dari struktur dengan siapa bagian itu berhubungan. Fungsi korteks adalah sensorik (sentuh, temperatur, posisi tubuh, penglihatan, pendengaran), motorik (untuk gerakan sadar), dan fungsi integrasi (kesadaran, bahasa, emosi dan ingatan).
30 year old woman came to a hospital clinic complaining of feeling extremely tired for almost a month and having no energy although she was not working. She was suffering insomnia. She had difficulties in concentrating and remembering things. If she watched TV she could not stop eating so that she had also put on weight. She often felt sad all day long and had difficulty having fun. If she got angry, she would be very upset; she threw things around and yelled. Later on she would feel sorry for it; she considered her past as unhappy and wanted to die quickly. Just as she was about to drink insect poison, her daughter entered the room and she decided not to die. But the desire to commit suicide kept returning. The doctor said that she was suffering heavy depression and she was given medical therapy.
What is depression?
Depression can be a set of symptoms, syndromes or a depression disorder. Feeling sad is already a symptom of depression. When is sad-feeling considered as illness? Someone can be diagnosed as sick if the sadness disturbs their daily life, such as their working function, social function and usage of spare time. Everyone has felt and can feel sad, exhausted, and can sometimes even cry. This is a group of several depression syndromes known as Depression Syndrome. When does someone have depression disorder? Someone is suffering from depression if the syndromes and signs of that person fulfill the diagnostic criteria for depression. Depression can be caused by various factors such as :
1.
. Biological Factors - The data report that there is a consistency in the hypothesis that mood disturbance is closely related to biogenicamine, serotonin, norepinephrine and dopamine disregulation.
18 health messenger
2. Faktor genetik 2. Genetic factors 3. Faktor psikososial - Sebagai contoh adanya peristiwa dan 3. Psychosocial factors - Such as stressfull event or lingkungan yang menimbulkan stress. environment 4. Faktor kepribadian - Orang yang mempunyai kepribadian 4. Character factors - Persons with a hysterical
histerionik, obsesif-kompulsif dan borderline lebih banyak menderita gangguan depresi dibanding orang yang mempunyai kepribadian antisosial dan paranoid.
character, obsessive-compulsive disorder or borderline personality disorder are more likely to suffer depression than persons with an antisocial or paranoid character. . Learned Powerlessness - Powerlessness theory, which is learned from depression, connects the depression phenomenon with uncontrollable experiences.
Ketidakberdayaan yang dipelajari Teori ketidakberdayaan yang dipelajari dari depresi menghubungkan fenomena depresi dengan pengalaman peristiwa yang tak terkendali.
5.
A.
Terdapat lima atau lebih gejala berikut dan sudah berlangsung sekurang-kurangnya dua minggu dan menunjukkan adanya perubahan dari fungsi sebelumnya; paling kurang satu dari gejala berikut: 1).Mood yang depresi 2). Hilangnya minat terhadap kesenangan. Catatan: Tidak termasuk gejala yang disebabkan oleh adanya kondisi medik umum, halusinasi ataupun waham yang tidak sesuai dengan mood.
A.
Note: this does not include symptoms caused by general medical conditions, hallucinations or symptoms which are not related to moods.
setiap hari yang ditunjukkan oleh adanya laporan subjektif dari penderita (seperti rasa sedih, kehilangan) ataupun dari pengamatan orang lain (seperti kelihatan menangis). Berkurangnya minat secara nyata terhadap kesenangan secara keseluruhan, terhadap aktifitas sehari-hari hampir setiap hari (berdasarkan laporan dari orang lain atau oleh penderita)
. An all-day-long mood depression, on almost a 1. Mood depresi yang berlangsung sepanjang hari, hampir 1 daily basis, evidenced by subjective reports from the patient (for example feelings of sadness or loss), or from other people (for example, looking as if they were crying). . Obvious loss of interest in fun in general and in daily activities on an almost daily basis (based on reports from other people or from the patient).
2.
3. Berkurang atau bertambah berat badan secara nyata tanpa diet 3. Obvious gain or loss of weight, without dieting. 4. Tidur terganggu atau terlalu banyak tidur hampir setiap hari 4. Sleep disorder or too much sleep, almost daily. 5. Mengamuk/marah-marah atau malas (dari pengamatan 5. Upset/angry or lazy (based on other peoples orang lain) reports). 6. Merasa lelah atau hilangnya energi hampir setiap hari 6. Feeling tired and a loss of energy almost every day. 7. Merasa berdosa berlebihan (kadang disertai halusinasi) 7. A feeling of extreme guilt almost every day (somehampir setiap hari times with hallucination). 8. Kesulitan untuk berkonsentrasi atau berpikir hampir 8. Difficulties concentrating or thinking almost every
setiap hari (dari keluhan penderita ataupun pengamatan orang lain)
9. Pikiran yang berulang tentang kematian (tidak hanya 9. Repeated thoughts about death (not only the fear ketakutan terhadap kematian), pikiran untuk mencoba
bunuh diri yang berulang tanpa rencana khusus untuk melakukan bunuh diri
of death) or repeatedly thinking of trying to commit suicide, without a special plan to commit suicide.
Gejala secara klinis menyebabkan timbulnya distress atau hendaya dalam fungsi sosial, pekerjaan dan fungsi penting lainnya yang nyata.
B. C.
B.
C.
Clinical symptoms causing distress or impairment to social functions, work functions and other obvious important functions.
D. E.
Gejala tidak disebabkan oleh akibat fisik atau penggunaan zat (seperti penggunaan obat-obatan, atau penyalahgunaan zat) atau kondisi medik umumnya (seperti hipotiroidisme) Bukan disebabkan oleh dukacita contohnya setelah kehilangan orang yang dicintai, gejala yang berlangsung lebih dari dua bulan atau ditunjukkan oleh adanya hendaya fungsi yang nyata, adanya preokupasi ketidakberdayaan, ide-ide bunuh diri, gejala psikotik atau retardasi psikomotor.
Symptoms not caused by physical impact or use of substances (such as medicine or drug abuse) or other general medical conditions (such as hypotiroidism). Symptoms not caused by grief (for example from losing a beloved person), persisting for more than two months, or manifested by significant impairment of function, powerlessness preoccupation, suicidal ideas, psychotic symptoms or psychomotor retardation.
D.
E.
1.
2.
Bila pasien membahayakan dirinya dan orang lain maka pasien harus dirawat Depresi memerlukan penanganan medis dan psikoterapi.
Good to remember:
When a patient is a danger for himself and for the others, he needs to be hospitalized. People suffering depression need a medical treatment as well as a psychotherapy.
3. Kirimkan ke dokter atau psikiater untuk mendapat 3. If needed, refer the patient to a doctor or psychipenatalaksanaan selanjutnya Lakukan usaha untuk mengurangi atau menghilangkan penyebab terjadinya gangguan depresi
atrist for further care.
4.
5. Karena gangguan depresi dapat berulang, jangan lupa 5. Since depression can be repeated, do not forget memberitahukannya sebagai serangan ulangan.
Kapan penderita dengan gangguan depresi harus dirawat di rumah sakit?
1. Ada keinginan untuk bunuh diri atau membunuh 1. There is a will to commit suicide or to kill. 2. Penderita tidak mempunyai kemampuan untuk mendapatkan makanan sendiri 2. The patient is not able to get food by himself. 3. Tidak ada tempat tinggal 3. There is no place for the patient to stay. 4. Gejala yang semakin berat dan berkembang dengan cepat 4. Heavy and rapidly growing symptoms. 5. Tidak adanya dukungan sosial bagi penderita 5. The patient has no social support.
Terapi
Terapi terhadap pasien dengan gangguan depresi dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti : Terapi obat-obatan Dapat diberikan obat dari golongan SSRI dan golongan TCA. Anti depressan mulai bekerja optimal setelah 3 sampai 4 minggu dikonsumsi.
Therapy
Therapy for depression patients can be carried out in several ways such as :
1.
1. Medical therapy
Medicines from the category SSRI and TCA can be given. Anti-depressants will work optimally after being consumed for 3-4 weeks.
2. Psikoterapi
Kepustakaan/Sources Sadock, BJ, Sadock VA, 2003, Major Depression and Bipolar Disorder in Kapalan & Sadocks Synopsis of Psychiatry, Vehavioral Sciences/Clinnical Psychiatry,Vol 2 Ninth Edition, Lippincot William & Wilkins, Philadelphia.
2. Psychotherapy
Violence is a sign of mental disorder. Violent behaviour in schizophrenia patients are particularly driven by hallucinations and delusion.Care of patients need to be performed in a thorough way including biological, and psychosocial approach. Violence
Violence is an unpleasant physical attack by one person on another. It is a motoric behaviour classed as a strong verbal or physical act manifested with anger or hatred which can be a sign or symptom of mental disorder. Schizophrenia patients are not able to differentiate fantasy and reality and have no responsibility for their violence. Most adults with schizophrenia act aggressively towards people they know, such as family members.
22 health messenger
3. Setelah pemulangan dari rumah sakit Tindakan kekerasan lebih rendah pada skizofrenia daripada dengan diagnosis lain, seperti pada penyalahgunaan zat. Faktor risiko tindakan kekerasan pada orang tanpa penyakit jiwa dan skizofrenia adalah sama. Yang terpenting adalah riwayat tindakan kekerasan sebelumnya dan adanya penggunaan zat terlarang. Pengguna zat terlarang mempunyai risiko melakukan tindakan kekerasan dan mengalami gangguan perilaku. Alkohol dihubungkan dengan tindakan kekerasan karena terjadi disinhibisi, penurunan fungsi kognitif dan persepsi, serta tilikan yang terganggu. Akhir-akhir ini, komorbiditas antara skizofrenia dan pengguna zat (terutama ketergantungan alkohol) yang disebut dual-diagnosis skizofrenia mempunyai risiko untuk melakukan tindakan kekerasan dua kali lipat dibanding penderita skizofrenia.3
3. After being released from hospital Schizophrenics commit less violence compared to other diagnoses such as drug misuse. Schizophrenic or not, the risk factor of violence is the same. The crucial point is history of previous violence and drug misuse. Addicts also have the potential of being violent or having a mental disorder. Alcohol is connected with violence because of the decrease of inhibition, cognitive function and perception it causes. Lately, the co-morbidity between schizophrenia and addicts (especially in the case of alcohol addiction), which is called dual schizophrenia diagnosis, has been found to double the risk of violence.3
Previous violence is a predictor for future violence. The psychotic symptoms related to an increased risk Adanya tindakan kekerasan sebelumnya merupakan prediktor of acting violently are delusion and hallucination. untuk tindakan kekerasan berikutnya. Gejala psikotik yang Delusion plays an important role in triggering violence berhubungan dengan peningkatan risiko untuk melakukan in schizophrenics. About tindakan kekerasan adalah waham dan 46% of attacks are caused by halusinasi. Waham berperan penting delusion.4 But only some Penting untuk diingat: untuk memicu terjadinya kekerasan pada delusions are related with penderita skizofrenia. Diperkirakan 46% Waham & halusinasi memegang violence, such as the feeling dari penyerangan yang dilakukan pasien peranan penting untuk memicu that there is a strange power skizofrenia disebabkan oleh waham.4 controlling the persons terjadinya kekerasan pada Namun hanya beberapa jenis waham mind (delusion of control) penderita skizofrenia. yang berhubungan dengan tindakan kekeand delusions that someone will hurt or put the persons rasan, antara lain waham merasa adanya life in danger. Delusion does kekuatan asing yang sedang mengontrol Good to remember: not increase the risk of pikiran (delution of control), waham Delusions & hallucinations play violent behaviour after merasa ada orang yang akan menyakitinya dan mengancam keselamatan jiwa- an important role in triggering release from hospital. nya. Waham tidak meningkatkan risiko violence among schizophrenics. Common hallucinations are voices which order untuk tindakan kekerasan setelah keluar individuals to hurt other dari rumah sakit. people and they must obey the order. We should ask Halusinasi perintah ( command hallucination ) yaitu to find out if there is a possibility of violence. suara-suara yang menyuruh individu untuk menyakiti orang Research by forensic psychiatrists concludes that lain dan individu tersebut harus mematuhinya. Kita perlu patients with a criminal history often report voices menanyakan untuk mengetahui kemungkinan tindakan giving commands. kekerasan. Penelitian pada psikiatri forensik menyimpulkan bahwa pasien dengan kasus kriminal sering melaporkan Schizophrenics who are not taking their medication adanya suara-suara yang menyuruhnya. regularly are also at greater risk of acting violently. Penderita skizofrenia yang tidak patuh meminum obat juga Some researchers conclude that mental disorder berisiko untuk melakukan tindakan kekerasan. Beberapa patients who are taking their medication are no more penelitian menyimpulkan bahwa penderita gangguan jiwa dangerous than normal people.
Penatalaksanaan
1.Lindungi diri dan staf. Jangan pernah melakukan wawancara sendirian atau di ruang tertutup dengan pasien yang bersenjata, atau memiliki potensi perilaku kekerasan. Tetaplah berada di dalam jangkauan penglihatan staf yang lain dan hindari membelakangi pasien. 2. Pengekangan fisik dilakukan bila bujukan maupun modifikasi tidak efektif dan bila tindak kekerasan atau pelarian mungkin terjadi. Usahakan ditempat yang tidak dapat mencetuskan kemarahan. Kekangan harus diperiksa secara berkala untuk keamanan, kenyamanan dan evaluasi ulang pasien tiap 15-30 menit. 3. Perhatikan tanda kekerasan, awasi tiap perubahan perilaku, emosi, cara bicara atau afeknya.Tiap perubahan menandakan hilangnya pengendalian diri. 4. Merawat pasien perlu dilakukan untuk menahan dan mencegah pasien melakukan perilaku kekerasan. Observasi yang terus menerus harus dilakukan bahkan pada pasien yang dirawat di sel isolasi yang terkunci. 5.Tanyakan tentang adanya ide bunuh diri/membunuh. 6.Calon korban kekerasan harus diberikan peringatan tentang bahaya yang masih mungkin terjadi apabila pasien tidak dirawat.
Care
1. Protect yourself and your staff. Do not ever conduct an interview alone or in a closed room with an armed patient, or with patients with a potential to act violently. Stay within sight of other staff and do not turn your back on the patient. 2. Physical restraint has to be carried out if talking and modifications are not effective and if there is a possibility of violence or a runaway. Try to be in a place which cannot cause anger. Restraint has to be checked regularly, every 1530 minutes, for the safety, comfort and evaluation of the patient. 3. Note signs of violence; keep an eye on every behavioural change, emotion, way of talking or affection. Every change is a sign of loss of self-control. 4. Treatment of patients has to be carried out to keep the patient from acting violently. Continuous observation also has to be carried out even if the patient is treated in a locked isolation cell. 5. Ask about ideas of committing suicide or murder. 6. Victim candidates of violence have to be warned about the possible danger if the patient is not treated.
Tujuan Terapi
Tujuan dari terapi kasus akut adalah untuk menenangkan pasien dan pada terapi kasus kronis adalah mengurangi frekuensi dan intensitas setiap periode perilaku kekerasan. Pengobatan tambahan mungkin diperlukan apabila pendekatan terapi standar tidak efektif. Setiap pasien yang melakukan kekerasan harus diberikan pengobatan sesegera mungkin. Pilihan pengobatan bergantung pada riwayat dan pemeriksaan pasien.
Closing
Violence is one of a group of positive symptoms of schizophrenia which is caused by the lack of neurochemical balance in the brain. A disturbed ability to judge reality, especially because of hallucinations and delusions, causes violence. Violence treatment has to be done throughout therapy, not only via biological approaches but also through social and psychological approaches.
Kesimpulan
Tindakan kekerasan (violence) termasuk dalam salah satu kumpulan gejala positif pada penderita skizofrenia yang timbul karena tidak adanya keseimbangan neurokimiawi di otak. Tindakan kekerasan yang dilakukan penderita karena terganggunya kemampuan menilai realita terutama halusinasi dan waham. Penanganan tindakan kekerasan harus menyeluruh, tidak hanya melalui pendekatan biologis tetapi juga melakukan pendekatan psikologis dan sosial.
1. 2. 3. 4.
Humpreys dkk -1992 Karson & Biaelow, 1987; Walker & Seifert, 1994 Lindquist & Allebeck, 1989; Swanson dkkl, 1990; Eronen dkk, 1996 Taylor 1985
1. Humpreys et al -1992 2. Karson & Biaelow, 1987; Walker & Seifert, 1994 3. Lindquist & Allebeck, 1989; Swanson et al, 1990; Eronen et al, 1996 4. Taylor 1985
24 health messenger
KECANDUAN
dan gangguan mental terkait
Bahaya kombinasi pengobatan dan pemakaian zat terlarang
ADDICTION
AND RELATED MENTAL DISORDERS
the dangers of combining medications and drug use
Metamfetamin/Methamphetamine
Penyembuhan kecanduan adalah sebuah konsep baru di Aceh. Kurangnya informasi yang akurat yang dimiliki orang tua, dan masyarakat tentang kecanduan masih menciptakan kebingungan dan dapat memicu terjadinya masalah kesehatan mental yang serius bagi para pencandu.
Saat YAKITA sebagai pemrakarsa memulai kerjanya di tahun 1996, pengobatan yang berlebihan adalah hal yang umum dan program penyembuhan dianggap tidak ada. Banyak keluarga membutuhkan bantuan. Mereka melakukan yang biasa orang lain lakukan: pergi ke dokter umum atau psikiater. Kebanyakan pencandu sering diberikan obat yang sama seperti valium, codeine, prozac, artane, clozaril dan zat serupa yang bisa berbahaya bila dicampur dan digunakan terlalu lama. Di tahun 1999, YAKITA membuka pusat penyembuhan pertama di Jakarta. Kebanyakan yang datang ke YAKITA
Addiction recovery is a new concept in Aceh. The lack of accurate information that parents and communities have regarding addiction still causes confusion and can lead to serious mental health problems for drug abusers and addicts.
When YAKITA initiators began their work in 1996, overmedication was common and recovery programs virtually non-existent. Many families needed help. Most families did what most would do: go to a general physician or a psychiatrist. The vast majority of addicts was almost always given similar medications such as valium, codeine, prozac, artane, clozaril and others, which can be dangerous when cocktailed, or taken for long periods of time. In 1999, YAKITA opened its first Recovery Centre in Jakarta. Most of the people who came into YAKITA
adalah pencandu heroin. Di awal tahun 2001, pencandu metamfetamin mengikuti program ini. Namun lebih dari 80% pencandu yang dipantau oleh YAKITA pernah menggunakan ganja sebelum menggunakan zat terlarang yang lebih kuat. Penggunaan ganja secara tunggal sebenarnya bukan merupakan penyebab penggunaan zat terlarang yang lebih kuat, namun lebih pada kecenderungan untuk menggunakan obat terlarang1. Penggunaan ganja bisa digunakan sebagai alat identifikasi bahwa seseorang memiliki risiko untuk menggunakan obat terlarang. Di Aceh, ganja telah digunakan dari dulu, dan selalu ada untuk dikonsumsi. Penggunaan ganja begitu umum hingga digunakan juga untuk bumbu masakan, kopi dan bahkan teh. Tidak sulit untuk anak-anak mencuri ganja dari dapur dan menghisapnya; juga remaja membeli ganja dengan alasan untuk bumbu masakan. Sebagai akibatnya, di Aceh banyak anak memulai menghisap ganja2 di usia sangat muda. Dari 20 pencandu yang bergabung pada Rumoh Geutanyo (Pusat Penyembuhan YAKITA di Banda Aceh) seluruhnya pertama kali menggunakan ganja pada usia 11-12 tahun. Hal ini tidak berarti bahwa seluruh penguna ganja akan menjadi pencandu dan menggunakan obat yang lebih kuat. Namun ini menunjukkan bahwa beberapa pengguna ganja akhirnya akan menjadi kronis, terbiasa serta problematis dan beberapa orang di antaranya akan menggunakan zat yang lebih kuat karena mempunyai kecenderungan untuk itu.
were heroin addicts. In 2001, methamphetamine addicts began to attend the program. Still over 80% of addicts currently supported by YAKITA have used and abused marijuana at some point in their lives before moving on to harder drugs. The use of Marijuana is not necessarily the cause for progression to hard drugs, but rather indicates a propensity for drug use1. Marijuana use is a possible identifier of an individual at risk for progression to illicit drug use. In Aceh, marijuana has been used for generations, and is easily available. The use of marijuana is so common that it is also used to spice food, coffee and even tea. It is not difficult at all for children/young people to steal marijuana from the kitchen for smoking; neither would it be difficult for young people to buy marijuana with the pretext of using it for cooking. As a result, many in Aceh are initiated into ganja2 use at a very early age. From the original 20 addicts that joined Rumoh Geutanyo (the YAKITA Recovery Centre in Banda Aceh) all of them were initiated to ganja by the age of 11-12 years. This of course does not mean that all marijuana users will become addicted and progress to harder drugs. However, it does indicate that some marijuana users will end up being chronic, habitual, and problematic users, and some will also progress into harder drugs because they have the propensity to use drugs.
Mulut kering/Dry mouth Mual/Nausea Sakit Kepala/Headache Nystagmus/Nystagmus Tremor/Tremor Berkurangnya koordinasi/Decreased coordination Peningkatan detak jantung/Increased heart rate Perubahan keadaan paru/Altered pulmonary status Perubahan suhu tubuh/Altered body temperature Penurunan kekuatan otot/Reduced muscle strength Pengurangan aliran darah otak/Decreased cerebral blood flow Peningkatan konsumsi makanan/Increased food consumption
26 health messenger
Ganja berdampak pada kedua cabang simpatis dan parasimpatis (sistem sensorik) dari sistem saraf otonom,dan mempengaruhi keseimbangan kimiawinya.Pada dosis rendah,dapat membantu menghilangkan sakit kepala misalnya, namun bila overdosis dapat menyebabkan dampak merugikan sebagaimana tercantum dalam tabel di atas.
Marijuana impacts on both sympathetic and parasympathetic branches (sensory systems) of the Autonomic Nervous System (ANS), and affects its chemical balance. At low doses, it can help to relieve pain from headaches for instance, but will provoke the above listed adverse effects when overused. The cannabinoid Tetrahydrocannabinol (THC) is the main psychoactive substance found in cannabis. In the Cannabinoid Tetrahydrocannabinol Central Nervous System, (THC) adalah zat psikoaktif utama serotonin plays an important yang ada pada ganja. Pada sistem Penting untuk diingat: role as a neurotransmitter in saraf pusat, serotonin berperan the modulation of anger, utama sebagai neurotransmitter Kombinasi antara obat dan ganja aggression, body temperature, dalam perubahan amarah, agresi, adalah berbahaya dan terkadang mood, sleep, sexuality, temperatur tubuh, mood, tidur, seks, appetite, and metabolism, as dapat menyebabkan psikosis. nafsu makan dan metabolisme, well as stimulating vomiting. dan juga merangsang muntah. Depletion of serotonin in the Good to remember: Kurangnya serotonin dalam otak brain leads to depression, so The combining of medicine and SSRI-class (Selective Serotonin akan memicu depresi, maka anti-depresi golongan SSRI marijuana is dangerous and can Re-uptake Inhibitor) anti(Penghambat Ambilan Khusus depressants like Prozac and sometimes cause psychosis. Celexa work by enhancing the Serotonin) seperti Prozac dan available concentration of Celexa bekerja dengan cara meningkatkan konsentrasi serotonin dalam otak. THC juga serotonin in the brain. Similarly, THC affects the mempengaruhi reseptor serotonin di otak dengan menghambat serotonin receptors of the brain by inhibiting its asupannya dan meningkatkan sintesisnya. THC mengubah uptake and increasing its synthesis. THC alters the membran lemak di dalam neuron dan mengacaukan fungsi lipid membrane in all neurons and interferes with normal sel otak. Pada dosis rendah, ganja memang mempu- the normal function of these brain cells. At low doses, nyai fungsi sebagai anti depresi. Tapi penggabungan ganja marijuana can thus have an anti-depressant effect. dan obat anti depresi dapat membuat kadar serotonin mening- However, the association of cannabis and antikat dan menyebabkan keadaan psikosis serius dengan memba- depressants may lead to excessive levels of serotonin and cause serious psychosis by reversing the antilikkan efek anti depresi tersebut. depressant effect.
Umum terjadi kita menyalahartikan efek yang merugikan dari ganja dibanding ketidakwarasan yang benar-benar memerlukan perhatian psikiater. Beberapa pencandu yang datang ke Rumoh Geutanyo demi penyembuhan telah didiagnosa mengalami dual diagnosis.Tidak hanya mereka punya masalah dengan kecanduan namun juga patologi mental yang serius, termasuk psikosis. Walaupun remaja hanya menggunakan ganja, para orang tua akan membawa anak mereka mencari bantuan medis guna meringankan gejala kejiwaan mereka. Obat-obat anti psikotik sering diberikan untuk menekan sejumlah gejala ini. Sebagai pasien rawat jalan, faktanya justru para remaja ini tidak langsung berhenti menggunakan ganja dan kadang bahkan mengkombinasikan obat yang diresepkan dokter dengan ganja. Pada awalnya penggunaan ganja hanya untuk mengobati sendiri untuk menghilangkan rasa sakit, ketakutan bosan dan masalah psikologi yang berat, seperti yang dilakukan terhadap kasus depresi yang dialami para pasien HIV/AIDS. Di Aceh,
It is common to mistake adverse effects of marijuana for a real psychotic break down which needs medical psychiatric attention. Some addicts who came to recovery at Rumoh Geutanyo were diagnosed with dual diagnosis. Not only they had an addiction problem, but also serious mental pathology, including psychosis. Even if young people are only using marijuana, parents would bring their children for medical help to alleviate their psychotic symptoms. Antipsychotic medications are often given to suppress these symptoms. As outpatients, the fact is that these young people do not necessarily stop their marijuana use and would often combine doctor prescribed medication and marijuana. The use of marijuana could be early attempts to, have fun and excitement, fit-in, be cool, be more outgoing, relief from boredom, and self-medicate in order to relieve pain, deal with anxiety/stress, anger, selfesteem/confidence, and deeper psychological problems, as it has been seen with depression and
Penting untuk diingat: Memberikan obat anti depresi terhadap pencandu ganja adalah keputusan yang berpotensi bahaya. Menggunakan obat anti depresi dan secara bersamaan melakukan pengobatan sendiri dengan menggunakan ganja adalah resep sebuah bencana. Good to remember: Putting Marijuana addicts under antidepressants is a potentially dangerous decision. Taking antidepressants and simultaneously self-medicating with marijuana is a recipe for disaster.
trauma tsunami dan konflik berkepanjangan dapat dan telah menyebabkan masalah pikologis.Apakah masyarakat di Aceh mengobati dirinya sendiri dengan menggunakan ganja? Keberadaan ganja, penggunaan ganja secara umum, tekanan sebaya, bosan karena tidak ada kegiatan, frustasi, trauma dan pemberontakan adalah beberapa faktor yang memaksa orang untuk menggunakan narkoba dan terus melanjutkannya. Rumah Sakit Jiwa Propinsi di Banda Aceh melaporkan telah mengobati sekitar 500 orang di tahun 2006 untuk masalah kejiwaan yang berhubungan dengan penyalahgunaan narkoba, terutama ganja. Apapun yang ada di belakang penggunaan narkoba di Aceh, narkoba akan tetap ada, khususnya berbagai macam jenis narkoba semisal metamfetamin yang semakin mudah ditemukan3. Penting bagi petugas kesehatan untuk tahu lebih banyak agar dapat membedakan antara gangguan jiwa dan efek merugikan dari obat terlarang serta mengambil keputusan yang tepat bagi penatalaksanaan dan memberikan dukungan psikologis untuk para pencandu obat terlarang. Pencandu akan selalu mengulang kecanduannya, selama bertahun-tahun, sampai akhirnya mencapai keadaan bersih dan sadar. Penyembuhan adalah sebuah proses lama. Karenanya, keberadaan pusat perawatan pasca kecanduan di wilayah setempat adalah sangat penting serta perlu ditingkatkan kualitas informasi tentang kecanduan dan gangguan mental lainnya di keluarga dan masyarakat.
also HIV/AIDS patients for instance. In Aceh, trauma cause by tsunami and the years of conflict can and has caused a host of psychological problems. Are the people in Aceh self medicating themselves using marijuana? Availability of ganja, commonality of its use, peer pressure, boredom for lack of activities, frustration, trauma, and rebellion may be some factors that push people to use and continue drug use. The Provincial Mental Health Hospital in Banda Aceh reports having treated approximately 500 people in 2006 for mental health problems related to drug abuse, particularly cannabis. Whatever lies behind drug use in Aceh, drug use is going to stay. Especially now as various drugs including methamphetamines are becoming increasingly available3. It is thus crucial for health workers to be better informed in order to be able to distinguish between mental disorders and adverse effects of drug abuse, and be knowledgeable enough to make appropriate decisions for the treatment and psychological support of drug abusers and addicts. Drug abusers and addicts most often relapse over and over again, for many years, before finally reaching a more permanent life of being clean and sober. Recovery is a long process. For this reason, during the recovery process increasing local availability of aftercare and enhancing the level of information about addiction and related mental health disorders in the family and the community are very important.
1. (Agrawal et al., 2004). 2. Marijuana di Indonesia di sebut ganja. 3. Menurut data dari Penjara Jantho di Nanggroe Aceh Darussalam, dari total 368 narapidana di bulan May 2008, 57% di antaranya adalah kasus narkoba. 37% adalah pengguna ganja, dan 20% adalah pengguna metamfetamin. Persentase antara pengguna ganja dan metamfetamin semakin dekat. Data dari Direktorat Narkoba Kepolisian Nanggroe Aceh Darussalam menunjukkan bahwa penggunaan ganja telah meningkat rata rata 10% per tahun di antara tahun 2006-2007, sedangkan penggunaan Amfetamin (shabu) meningkat rata rata 40% per tahun.
1. (Agrawal et al., 2004). 2. Marijuana in Indonesia is usually called ganja. 3. According to data from Jantho Prison in Nanggroe Aceh Darussalam, from a total of 368 inmates in May 2008, 57% of them are related directly to drug charges. 37% are ganja users, and 20% are methamphetamine users. The percentage between ganja users and methamphetamine users are indeed closing in. Data from the Directorate of Drugs District Police Nanggroe Aceh Darussalam, show that cannabis usage has increased by an average of 10% per year within the year 2006-2007, while amphetamine usage (shabu) has seen an average increase of 40% per year.
28 health messenger
penyalahgunaan
Pengertian napza
Napza adalah singkatan dari Narkotika,Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya. Napza akan mempengaruhi sistem saraf pusat, dan dapat menyebabkan gangguan fisik, psikologis dan fungsi sosial. Yang termasuk dalam napza adalah opiat, ganja, kokain, sedatif hipnotik, amfetamin, halusinogen, alkohol, inhalansia, nikotin dan kafein (ditemukan dalam kopi). Penyalahgunaan zat ini dapat merusak kesehatan fisik dan mental, serta dianggap sebagai pelanggaran hukum.
Definition of napza
Napza stands for Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya (narcotics, alcohol, psychotropics, and other additive substance). Napza affects the central nervous system, causing physical and psychological problem, and hindering social function. Opiate, hemp plant, cocaine, sedative hypnotic, amphetamine, hallucinogen, alcohol, inhalant, nicotine and caffeine (found in coffee) are included in napza. This substance abuse may destroy physic and mental health and is also considered as law violation.
Jenis-jenis Napza
Napza terdiri dari opiat, ganja, kokain, sedatif hipnotik, amfetamin, halusinogen, alkohol, inhalansia, nikotin dan kafein. Jenis napza yang disalahgunakan di Indonesia adalah opiat (heroin atau putaw), ganja (cimeng, gelek), sedatif hipnotik (benzodiazepin, lexo, pil BK), alkohol (wiski, arak) dan amfetamin (ekstasi, shabu). Salah satu penyebab terjadinya gangguan jiwa terjadi akibat penyalahgunaan napza yang dilakukan dalam jangka waktu yang panjang dan rutin.Orang yang mengkonsumsi napza akan mengalami perilaku manipulatif, misalnya sering berbohong.
Variety of napza
Napza consists of opiate, cannabis, cocaine, hypnotics sedative, amphetamine, hallucinogen, alcohol, inhalant, nicotine and caffeine. The types of napza which are abused in Indonesia are opiate (heroine or putaw), marijuana (known as cimeng and gelek), sedative hypnotic (benzodiazepine, lexo, BK pills), alcohol (whiskey, arrack) and amphetamine (ecstasy, shabu). Continuous and routine use of napza is one of the cause of mental disorders. People who consume napza will adopt manipulative behaviour such as lying.
Opiate
Eforia Euphoria Mengantuk Sleepiness Bicara cadel Speech defect Konstipasi Constipation Penurunan Kesadaran Self degradation
Hemp
Eforia Euphoria Mata merah Red eyes Mulut kering Dry mouth Banyak bicara dan tertawa Talkative and giggly Peningkatan nafsu makan Increasing appetite Gangguan persepsi Perception disorder
Sedative-hypnotics
Alcohol
Amphetamine
Hiperaktif Hyperactive Berkeringat berlebihan Excessive sweating Gemetar Shivering Cemas Anxious
Pengendalian diri berkurang Mata merah Lack of self control Red eyes Jalan sempoyongan Totter Mengantuk Sleepness Tidur berkepanjangan Over sleeping Hilang kesadaran Unconsciousnesss Bicara cadel Speech defect Jalan sempoyongan Totter Gangguan persepsi Perception disorder
Penurunan kemampuan menilai Depresi Decreased judging ability Depressed Paranoid Paranoia
Opiate
Nyeri Pain Mata dan hidung berair Watery eyes and runny nose Kedinginan Cold Diare Diarrhoea Gelisah Nervousness Tidak bisa tidur Unable to sleep
Hemp
Jarang ditemukan Rarely found
Sedative-hypnotics
Cemas Worry Tangan gemetar Shaky hands Gangguan persepsi Perception disorder Gangguan daya ingat Memory interruption Tidak bisa tidur Unable to sleep
Alcohol
Cemas Worry Depresi Depressed Wajah merah Red face Mudah marah Easily angered Tangan gemetar Shaky hands Mual muntah Nauseaus, vomitting Tidak bisa tidur Unable to sleep
Amphetamine
Cemas Worry Depresi Depressed Kelelahan Exhausted Energi berkurang Losing energy Tidur berkepanjangan Over sleep
Penyalahgunaan napza akan memicu halusinasi dalam diri pengguna dan akibat ketidaktahuan mereka tentang penyalahgunaan zat terlarang, kebanyakan dari mereka mengalami gangguan jiwa yang permanen. Dorongan untuk bertindak merugikan sebenarnya tidak berasal dari diri yang sehat. Dukungan kuat bagi pasien baik dari aspek medis dan lingkungan keluarga menjadi syarat penting bagi pengguna untuk berhenti menggunakan napza dan ini juga berlaku selama pengguna mengalami putus zat. Dukungan ini harus disertai kesabaran penuh mengingat waktu yang diperlukan bagi penyembuhan tidaklah singkat. 30 health messenger
Napza abuse triggers hallucination in users and due to their lack of knowledge on substance abuse, most of them suffer from permanent mental disorder. The urge to act wrongfully does not come from a healthy person. Strong support for the patient both from medical aspects and family environment becomes an important requirement for the patients to stop using napza and this also applies during the patients withdrawal episodes. This support demands patience considering the time to cure is a long journey.
SUICIDE ATTEMPT
Oleh/By Muttaqillah, SKM Staf RS Jiwa Prov. NAD & Tim Health/ Staff from Mental Hospital, NAD & Health Messenger Team
Bunuh diri menjadi penyebab utama kematian di seluruh dunia; khususnya usia 15-35 tahun. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan, hampir 1 juta orang bunuh diri di tahun 2000. Ini berarti ada satu kematian tiap 40 detik dan percobaan bunuh diri tiap tiga detik. Kematian akibat bunuh diri di seluruh dunia hanyalah gambaran dari puncak gunung es. Suicide has become the major cause for death all over the world; especially for those ranging in age from 15 35 years old. The World Health Organization (WHO) estimated about 1 million people committed suicide in the year of 2000. This means one life loss every 40 seconds. In addition there is an attempt to commit suicide every 3 seconds. Suicide worldwide is just an iceberg phenomenon.
Sejumlah faktor berkontribusi atas angka kematian bunuh diri di tiap negara; populasi, distribusi jenis kelamin dan usia, etos sosiobudaya, luasnya pengembangan sosioteknologi, ketersediaan metode bunuh diri dan upaya intervensi. Di Ruang Rawat Dahlia Rumah Sakit Jiwa Provinsi NAD tercatat pasien berisiko bunuh diri yang dirawat berjumlah 6 orang sepanjang tahun 2006, dan menjadi hampir 2 kali lipat (11 kasus) di tahun 2007.1 Itu baru di satu ruang rawat saja, belum dari ruang rawat lain dan rumah sakit umum lain di Aceh. Sebagai perbandingan di Rumah Sakit Umum dr. Soetomo Surabaya, tercatat tiap bulan rata-rata 5 orang meninggal karena bunuh diri dan kebanyakan mereka adalah remaja. Psikiater yang juga Direktur RSJ Bali, dr. I Gusti Tirta, Sp.KJ mengungkapkan bahwa di Bali sepanjang 2006 tercatat 170 korban bunuh diri. Sedangkan data dari WHO menunjukkan angka bunuh diri di Indonesia diperkirakan 1,6-1,8 orang per 100.000 penduduk.Tercatat juga dari tahun 20052007, sejumlah lebih kurang 50.000 orang Indonesia bunuh diri. Dampak psikologi, sosial dan finansial dari bunuh diri pada keluarga dan komunitas juga tidak terhitungkan.2
Several factors contribute to the increasing number of suicide attempt in every country: population, sex and age, socio-cultural, socio-technology expansion, available methods of suicide and intervention efforts. Based on records from the Mental hospital of NAD, Dahlia Ward has handled 6 patients who attempted suicide in 2006, and almost double that number (11 cases) in 2007.1 The data was only from one ward. It did not include other wards or other hospital in Aceh. Comparing with Dr. Soetomo hospital in Surabaya, it was noted 5 patients died from suicide and most of them were teenagers. Dr. I Gusti Tirta, Sp, Kj Director of Bali Mental hospital and psychiatrist, said 170 victims from suicide were recorded in 2006 in Bali. In addition, data from WHO shows number of suicidal attempt in Indonesia estimated around 1,6 1,8 people per 100.000 people. In 2005-2007, approximately 50.000 Indonesian were committed suicide. Psychological, social and financial impact caused by suicide to the family and community were under consideration.2
Bunuh diri adalah tindakan agresi yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri adalah problem kesehatan masyarakat yang serius3 dan merupakan kedaruratan psikiatri karena pasien berada dalam keadaan tertekan yang tinggi dan menggunakan koping yang maladaptif. Bagaimanapun juga bunuh diri dapat dicegah.4
Suicide is an aggression action to ruin body and causing oneself to lose life. Suicide is a serious problem in community health3 and a psychiatric emergency situation because the patient is under high pressure and use maladaptive coping. However suicide attempt is preventable.4
Category of suicide
Suicide activity divided into three categories5:
1.
Upaya bunuh diri. Semua tindakan yang dapat mengarah pada kematian jika tidak dapat dicegah Bunuh diri. Mungkin terjadi setelah tanda dan peringatan terlewatkan atau diabaikan
2. 3.
2.
1.
2. 3. 4.
1. Failure to adapt, ended with failure to face stress 2. Feeling of isolation as a result of a failing interpersonal relation or failure to maintain a serious relationship Feeling angry or hatred. In these cases suicide is seen as a punishment
Perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal atau gagal melakukan hubungan yang berarti Perasaan marah atau bermusuhan. Bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri sendiri Cara untuk mengakhiri keputusasaan
3.
Faktor sosial dan personal memainkan peranan penting. Faktor sosial yang membuat seseorang merasa tidak bahagia dan mencoba untuk bunuh diri antara lain: Hubungan & perkawinan yang tidak bahagia Berbagai kesulitan ekonomi atau kehilangan pekerjaan Kehilangan orang yang dicintai Tidak memiliki teman untuk berbagi perasaan dan memecahkan masalah Tiga gangguan mental yang dapat membuat individu berisiko untuk bunuh diri yaitu gangguan afektif, penyalahgunaan zat dan skizofrenia.
32 health messenger
Lebih 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri mempunyai hubungan dengan gangguan mental.
Beberapa kelompok berisiko yang didiagnosa dalam usaha bunuh diri:
Depresi (dalam bentuk apapun) Gangguan kepribadian (anti sosial dan borderline dengan sifat yang impulsif, agresif dan perubahan mood yang sering) Alkoholisme (dan/atau penyalahgunaan zat lain dalam masa remaja) Skizofrenia
More than 90% of adolescents who ended their life with suicide are related to mental illness.
Groups at risk of committing suicide:
Depressed individuals (of any kind) Individuals with a personal disorder (anti-social and borderline behavior with impulsive action, aggressive and gradual mood changing) Alcoholics (and/or drug abusers of any age) Schizophrenics
Apa tindakan yang harus diberikan pada klien dengan risiko bunuh diri?
Terdapat beberapa tindakan yang harus dilakukan pada klien risiko bunuh diri:
1.
1. Accompany the client to a safer place 2. Take away weapon/dangerous things 3. Explain to the client that he/she is in a secure
situation and you will give protection until the feeling to commit suicide disappears
3. 4. 5.
4. 5.
Discuss how to overcome suicidal feelings by asking for some help from relatives and community members
Improve the client self-respect by giving them a chance to express his/her feeling. Show appreciation, and convince the client that they are important by planning activities and improving the clients capability to solve problem
Kesimpulan
Peran petugas kesehatan amat penting, khususnya para dokter, perawat jiwa dan gawat darurat yang sewaktu-waktu berurusan dengan kasus bunuh diri. Keinginan untuk bunuh diri mesti selalu dianggap serius dan jangan diremehkan. Selain itu, klien dengan keinginan bunuh yang sebagian besar adalah penderita gangguan mental masih menjadi golongan yang tersisih, akibat kesadaran yang rendah dan adanya stigma negatif penderita serta ketertutupan keluarga akibat malu.Peran kelompok pendukung dan tenaga kesehatan menjadi agen pembawa perubahan bagi klien dan keluarga klien diharapkan dapat meminimalisasi angka kejadian bunuh diri secara nyata. Pendekatan psikososial dapat digunakan untuk mengajak anggota keluarga dan lingkungan berperan aktif dalam berinteraksi dengan klien.
1. Dahlia section RSJ Aceh Medical record 2. www.yakita.or.id/bunuh diri.htm 3. Scatcher, 1999
Conclusion
Health workers play an important role, especially doctors, mental nurses and emergency room staff in dealing with suicide cases in unpredictable time. Intention to suicide has to be taken seriously. Besides, most clients with the intention to suicide who also suffer with mental disorder are still isolated, due to lack of acknowledgment and negative stigma towards the client and family introversion since they feel ashamed. Role of supporting group and health workers to become a changing agent for patients and their family is expected to minimize number of suicide significantly. Psychosocial approach can be use to involve participation of family member and community to interact with patients.
Sindrom
BABY BLUESSyndrome
After giving birth, mothers may experience exhausting days which can be related to newborn babies or changes in the mothers physical and psychological conditions, and this can potentially lead to stress.These mothers are going through post natal depression or better known as Baby Blues Syndrome.
Baby Blues is a feeling of sadness expressed by crying, feeling lonely, rejection towards the newborn baby, anxiety, confusion, exhaustion, abandonment and sleeplessness1.
Oleh/By Suryati Mahmud, SKM & Devi Rosdiana - Ikatan Bidan Indonesia Provinsi NAD/Indonesian Midwive Association
Pasca persalinan adalah periode dimana ibu harus menjalani hari yang melelahkan. Kelelahan ini terkait dengan keadaan sang bayi maupun perubahan kondisi fisik dan psikis ibu, dan hal ini dapat memicu perasaan tertekan (stres). Banyak ibu baru melahirkan mengalami depresi pasca persalinan atau lebih dikenal sebagai Sindrom Baby Blues .
Baby Blues merupakan perasaan sedih, diwujudkan dengan menangis, merasa kesepian atau penolakan terhadap bayi yang dilahirkan, kecemasan, kebingungan, kegelisahan, kelelahan, kelalaian dan perasaan tidak bisa tidur1.
1.
1. Hormonal factor
After giving birth, motherss cortisol hormone increases to a level similar to the level of a person in a depressive state. Simultaneously, the lactogen and prolactin hormone which stimulate breastmilk production, increase while progesterone decreases into a very low level. The combination of these hormones results in exhaustion and provokes depression.
2. 3.
2. Social factor
A mother having hard time accepting her new role as a mother will feel tied to the presence of the baby.
3. Physical factor
The exhaustion from the daily baby care activities triggers the syndrome.
34 health messenger
Faktor psikologis Ibu yang mengalami kelelahan membutuhkan perhatian dari keluarga terutama dari suami. Kekecewaan atas minimnya dukungan dapat memicu terjadinya Sindrom Baby Blues.
4.
4. Psychological factor
An exhausted mother needs the attention from family members, especially the husband. The disapointment due to lack of support can lead to baby blues syndrome.
Upaya apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi sindrom Baby Blues?
Berikut merupakan upaya yang dapat dilakukan untuk membantu para ibu dengan sindrom Baby Blues sehingga ibu dapat lebih siap: llmu Calon ibu mempersiapkan diri dengan membaca buku atau majalah tentang proses persalinan & pasca persalinan, atau bertanya pada ibu lain untuk berbagi pengalaman. Berkomunikasi dengan pasangan Hadirkan khadimat Adanya khadimat (pembantu)/perawat anak dapat meringankan beban pekerjaan pasca melahirkan. Dukungan orangtua Kehadiran orang tua dapat membantu menenangkan pikiran serta perasaan negatif yang muncul. Berusahalah untuk menyenangkan diri sendiri Konsumsi makanan yang bergizi
Loss of appetite Loss of energy and motivation resulting in reluctance to do activities Sleeplessness or oversleeping Crying or feeling sad easily Feeling unappreciated, hopeless, overly guilty, dissatisfied Feeling tired, easily offended and anxious Afraid of hurting her baby Sometime mothers feel the urge to kill the baby
Knowledge Prepare themselves for the pre and post natal processes, by reading books or magazines or ask questions to other mothers to share their experience Communicate with their spouse Hire a helper/nanny The presence of helper/nanny can minimize post delivery work load. Ask for parents support Support from parents can help calm the mothers mind and reduce negative feelings Try to entertain herself Consume nutritious food
AUTISTIK :
Gangguan Perkembangan Pervasif pada Anak
AUTISTIC: Children Pervasive Development Disorder
Oleh/by Hj. Poppy Amalya, M.Psi, psikolog & Ira Yulita, S.Psi Biro Psikologi Psikodinamika Banda Aceh/ Psikodinamika Psychologist Center Banda Aceh
Definisi
Menurut DSMIV1 gangguan autistik adalah gangguan perkembangan pervasif yang ditandai dengan adanya ketidaknormalan atau hambatan dalam interaksi sosial, komunikasi dan adanya perilaku dan minat yang terbatas dan berulang. Manifestasi gangguan ini bervariasi tergantung pada tingkat perkembangan dan usia kronologis individu. Biasanya gejala gangguan autistik sudah mulai tampak pada saat anak berusia di bawah tiga tahun.
Definition
According to DSM IV1 autistic disorder is pervasive development interruption marked by unusual social interaction or barrier, communication and limitedrepetitive ability. Symptoms of such disorder are various depending on the level of development and personal chronological age. Usually autism symptoms begin to appear in children under three years.
36 health messenger
Bagian piramida yang paling penting adalah bagian bawah, yaitu: - Kebiasaan bekerja, regulasi diri - Sikap kerja anak setiap kali diberi tugas, dan bagaimana dia mengembangkan kontrol serta strategi setiap menghadapi stress - Menolong diri, kemandirian - Kemampuan anak membantu dirinya sendiri dan bersikap mandiri sesuai dengan usia tahap perkembangannya - Komunikasi fungsional - Kemampuan untuk menjawab pertanyaan secara konsisten dan kontekstual, menyampaikan keinginan, perasaan dan pendapat Setelah anak dapat menguasai keahlian pada piramida bagian bawah, anak diharapkan sudah mampu bersekolah atau mengerjakan pekerjaan sekolah dan akhirnya mampu melakukan komunikasi dua arah secara verbal dan nonverbal. Terapi dengan metode ABA bersifat intensif yaitu 30-40 jam setiap minggunya selama dua tahun. Terapi ABA bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup anak autistik sehingga mereka dapat mengembangkan potensi yang mereka miliki secara maksimal. Namun faktor biaya kerap kerap menjadi kendala bagi orang tua anak autistik untuk membawa anaknya ke pusat terapi. Hal ini perlu mendapat perhatian dari semua pihak seperti pemerintah, organisasi non pemerintah nasional atau internasional dan juga masyarakat.
The most important part of the pyramid is on the base level: - Working habit, self regulation - Attitude towards given exercises and control to develop strategy every time under pressure - Self-reliant, independent - Ability to help him/herself and acting independently according to age level development - Functional communication - Ability to answer question consistently and contextually, expressing desire, feeling and opinion After patient has control over skills in base level pyramid, children are expected to be able to go to school and do homework and finally able to perform two ways of communication, verbally and nonverbally. Therapy with ABA method runs continually range from 30-40 hours every week in two years. Therapy means to improve quality of life for autistics in order to help them developing their potential ability at maximal level. However, financial factor usually act as obstacle for parents to bring their children to therapy centre. These situations need further attention from all stakeholders including government, national or international NGO and community.
38 health messenger
28. Melompat dua atau tiga kali dengan satu kaki dalam satu garis/Jump two or three times with single leg on straigt line 29. Mampu menangkap bola yang besar/Able to catch big ball 30. Mampu berlari atau berhenti dengan perintah/Able to run and stop with orders 31. Mampu menggambar gambar sederhana/Able to draw simple drawing 32. Mampu membedakan bentuk-bentuk yang berlainan/Able to differ shapes 33. Mampu mencontohkan gambar lingkaran atau kotak/Able to give example of round or box picture 34. Berdiskusi cerita yang didengar atau dilihat di TV/Discuss story on TV or heard 35. Memilih objek atau gambar yang hampir sama/Choose similar pictures or objects 36. Memperlihatkan keinginannya untuk bersekolah/Eager to enter school
1. Manual diagnostik dan Statistik Guangguan Mental, Asosiasi Ahli Jiwa Amerika, 2004 2. Dr. Lam Chee Meng & Chan Yee Pei, 2002
1. Diagnostik and Statistical Manual of Mental Disorder, American Psychiatric Association, 2004 2. Dr. Lam Chee Meng & Chan Yee Pei, 2002
PSYCHOSOCIAL PSIKOSOSIAL
Siklus Kekerasan
The Cycle of Domestic Violence
Pemberian Bantuan
Oleh/By R.R. Andarjuangsyah.S - Koordinator Area Pulih Aceh/Pulih Aceh Area Coordinator
&
Support
Dalam hubungan personal, tindakan kekerasan dapat dilakukan. Menghina, mengancam atau melanggar hak misal dengan teman merampas hak milik dan memaksa anda memberikan uang adalah contoh kekerasan dari sahabat. Saat kekerasan dimulai, biasanya mengikuti pola lingkaran yang kejam yang dapat menyebabkan dampak fisik dan atau mental serius bila intervensi tidak dilakukan.
Umumnya pelaku kekerasan melakukannya dengan alasan disadari atau tidak untuk mendominasi, menguasai, atau memaksakan keinginannya sendiri. Namun sayang, ketika hal itu terjadi dalam relasi personal, khususnya dalam hubungan romantis atau dalam keluarga, orang kemudian dapat berubah pendapat. Orang lalu tidak melihatnya sebagai bentuk kekerasan melainkan sebagai bentuk konflik atau masalah biasa yang dianggap boleh dan wajar terjadi di dalam keluarga dan tidak dapat dicampuri oleh pihak luar. Sebenarnya pihak luar dapat saja mencoba memberikan bantuan. Bantuan sebaiknya tidak hanya dengan misalnya menggerebek saat pelaku sedang melakukan penganiayaan, namun juga dapat dilakukan dengan pendekatan halus, baik pada penyintas, orang-orang dekatnya, ataupun pelaku. Bila situasi sudah mengancam nyawa, orang luar berkewajiban untuk menghentikan kekerasan yang ada dan melaporkan pada pihak yang berwajib.
In a personal relation, abusive behaviour can occur. Humiliation, threats, beatings or violation of somenones rights such as stealing belongings or forcing to give away money are some examples of violence among friends or relatives. When violence starts, it usually follows a vicious cycle that can have serious physical and/or mental effects if no intervention is made.
Consciously or unconsciously, the abuser usually exerts violence in order to dominate, control, or impose his/her own will. Unfortunately, when such event occurs at a personal level, especially in a romantic relationship, within the wedlock or within the family, people tend to minimize the issue. Its only a domestic dispute, it happens all the time. There is a widespread accepted false idea that it is common and usual to quarrel in any family. For that reason, people refuse any intervention from outsiders. However, outsiders could indeed provide support. Support does not mean breaking into someones home when the incident occurs, but rather to find a more suttle approach to the survivors, close friends of survivors involved, or directly to the abuser. If it gets out of hand, potentially physically harmful or even life-threatening, then the outsiders shall try to stop the violence and immediately report it to the relevant authority.
Siklus kekerasan
Dalam relasi personal atau hubungan romantis,ada yang disebut dengan siklus kekerasan, yaitu: Ketertarikan. Awalnya kita tertarik dan jatuh cinta, dan mengembangkan harapan positif lalu menjalin hubungan khusus. Pada saat ini semuanya tampak baik
Attraction: First we are attracted, we fall in love, or develop some positive hopes that lead to a special
40 health messenger
PSYCHOSOCIAL PSIKOSOSIAL
Ketegangan dan konflik. Setelah hubungan menjadi dekat, kita lebih mengenal pasangan dan mungkin mengembangkan tuntutan tertentu satu sama lain. Konflik/ketegangan mulai terjadi Tindak kekerasan. Konflik/ketegangan dapat meningkat dan suatu saat meledak, hingga terjadi kekerasan. Kekerasan bisa dalam bentuk umpatan, ancaman, atau kekerasan fisik. Permintaan maaf. Setelah periode kekerasan, ketegangan mereda. Penyintas mungkin terkejut dan berpikir apa yang sesungguhnya telah terjadi dan mengapa pasangan tega melakukan tindakan kasar. Khusus pada perempuan, sosialisasi peran perempuan yang diterima sejak kecil adalah untuk lebih memahami orang lain. Oleh karenanya, perempuan secara umum malah menyalahkan dirinya sendiri. Pada saat itu, pelaku tidak atau mungkin meminta maaf. Ini dinamakan periode tenang. Periode bulan madu.Penyintas dengan harapannya kemudian mencoba memaafkan pelaku. Mungkin sambil menyalahkan diri sendiri. Sementara itu pelaku bersikap lebih baik bahkan mungkin bersikap sangat manis. Ini menyebabkan pasangan merasa bersalah bila ia harus terus mempertahankan kemarahannya. Ini disebut periode bulan madu. Periode bulan madu tidak dapat bertahan terus.Terjadi lagi konflik dan ketegangan berupa tindakan kekerasan. Demikian seterusnya, siklus ini berputar dan berulang. Dapat dimaklumi bahwa kadang kita merasa kesal dengan teman, saudara ataupun penyintas yang kita dampingi. Mereka terkesan keras kepala dan menciptakan masalah bagi diri sendiri. Agar dapat membantu mereka, pendamping perlu memahami situasi yang dihadapi dan perlahan membuka mata mereka agar dapat memutuskan lingkaran yang ada.
Bila tidak ada intervensi yang tepat, siklus kekerasan dapat terus berputar, semakin lama disertai kekerasan yang lebih berbahaya. Good to remember: The vicious circle of violence can lead to more dangerous physical and mental abuses if there is no timely appropiate intervention.
Tension and conflict: Getting closer, we know more of the spouse and become more likely to develop expectation from each another: tensions arise and the conflict starts. Violent event: Conflict and tension can increase and blow up, until violence occurs. Violence can have various forms: verbal, threat, or physical abuse. Forgiveness: After the violent event, tension soothes. Survivor is shocked and will think of what had just happened and why the spouse did it. As the socialization of womens role in the early age was to understand others, women are more likely to go through this analysis step, and therefore, women usually blame themselves. At that moment, the abuser may apoligize or not. This is the calm period. Honeymoon period: The survivor, with hope, forgives the abuser, while the abuser behaves better or even sweeter. This makes the spouse feel guilty if she stays angry or bitter. This period is likely to be called honeymoon period. The honeymoon period will not last forever. conflict and tensions will repeat and burst again in a form of violence following a vicious circle. It is tolerable that sometimes we feel resentment towards friends, family members or beloved ones. They seem hard headed and create problems for themselves. To support them, counselors need to understand the situation that they are facing and progressively open their eyes in order to break the cycle they may be trapped in.
PSYCHOSOCIAL PSIKOSOSIAL
Akan berputar cepat, dengan kekerasan yang lebih serius atau intens Will turn faster, with a more serious or intense violence
Analisis risiko menelaah sejumlah risiko yang dapat terjadi bahkan untuk kemungkinan terburuk. Bila ini diketahui, penyintas dapat mengambil keputusan yang risikonya tidak terlalu besar. Atau, ia dapat mempersiapkan diri dalam menghadapi risiko tersebut. Analisis dapat dilakukan dengan menelaah pengalaman penyintas itu sendiri terkait dengan kekerasan yang dialami, misalnya: Kapan kekerasan dialami pertama dan terakhir kali? Bagaimana bentuk kekerasan itu? Apa yang memicu terjadinya kekerasan tersebut? Bagaimana umumnya kekerasan dilakukan? Seberapa sering kekerasan terjadi? Bagaimana gambaran kekerasan yang paling menyakitkan? Kapan terjadi? Apa pemicunya? Bagaimana pelaku melakukan kekerasannya? Apakah menggunakan senjata atau alat? Apa yang biasa dilakukan pelaku setelah kekerasan terjadi? Bagaimana pelaku menampilkan diri di depan orang-orang lain? Bagaimana penyintas mendefinisikan karakteristik pelaku? Berdasarkan pengalaman penyintas, perilaku apa saja yang dirinya lakukan akan membuat pelaku semakin marah atau dapat menenangkan bahkan menghentikan tindakan perilaku? Bagaimana umumnya penyintas bereaksi bila terjadi pertengkaran? Besarnya risiko yang diambil oleh penyintas dapat diketahui oleh pendamping bila informasi di atas dapat diperoleh. Bila penyintas tetap ingin mempertahankan hubungan dengan pelaku, informasi itu bermanfaat untuk membantu penyintas meminimalisasi kemungkinan terjadinya kekerasan di masa selanjutnya. 42 health messenger
When was the first and the last violent event experienced? What was the nature of the violent event? What triggered the event? How is the violence generally come about? How often does the violence occur? What was the most painful incident? When did it happen? What caused it? How did the abuser do it? Did he/she use any weapon? What does the abuser usually do after the violent event? How does the abuser introduce him/herself to people? How does the survivor define the characteristics of the abuser? Based on the survivors experience, what type of behaviour makes the abuser feeling angrier? Based on the survivors experience, what kind of behaviour can calm or even stop the abuser from becoming violent? Generally, how does the survivor act when a dispute occurs? Obtaining such information can help assessing the extent of risk faced by a survivor. If he/she still wants to maintain the relationship with the abuser, this information can help analyzing the survivors behaviour and therefore minimize the propability of experiencing violence in the future.
PSYCHOSOCIAL PSIKOSOSIAL
Kepustakaan/Sources: Poerwandari, Kristi. (2006). Penguatan psikologis untuk menanggulangi kekerasan dalam rumah tangga dan kekerasan seksual: Panduan dalam bentuk tanya-jawab. Jakarta: Program Kajian Wanita, Program Pascasarjana Universitas Indonesia.
PSYCHOSOCIAL PSIKOSOSIAL
mplemented in Aceh since the December 2004 tsunami, Psychological First Aid (PFA) is an essential theme within American Red Cross and PMI Psychosocial Support Program. Through community and school based intervention, the program is aimed to meet the psychological and social needs of individuals, groups and communities affected by the disaster in order to support them bounce back and recover their well-being status. The program tries to strengthen the traditional ways of coping and pre existing healing mechanisms that were disrupted by the disaster. Specific psycho-educational trainings were designed to deliver PFA and to practice stress management for individuals. The purpose of PFA is to develop individual care for self and to offer support to others. It is one practical tool for community members to support each other during the difficult moments.
Kemampuan mengatasi masalah tiap individu berbeda, sehingga suatu kejadian yang anda anggap normal mungkin merupakan kejadian yang mendatangkan stress bagi orang lain. Good to remember: Each individual coping level is different, so even if one event is normal to you, it can be stressful for others.
44 health messenger
PSYCHOSOCIAL PSIKOSOSIAL
Siapkan diri untuk menjadi pendengar yang baik dan mengijinkan orang yang anda bantu untuk percaya pada anda serta mengeluarkan perasaannya. Perhatikan cerita yang dituturkan, pertahankan kontak mata, selama hal itu dianggap sopan dalam budaya setempat.Berada di tempatsepenuhnya,jangan biarkan diri anda terganggu hal lain dan perlihatkan minat anda untuk mendengarkan. Mendengarkan disebutkan sebanyak tiga kali untuk menekankan pentingnya mendengarkan dalam pelaksanaan PFA. Ingatlah apa yang dikatakan oleh orang yang anda bantu untuk membantu anda dalam melakukan langkah selanjutnya.
3. Menerima perasaan
Langkah ini dilakukan secara bersamaan saat mendengarkan. Hindari menilai pernyataan karena dapat berakibat pada penarikan diri seseorang untuk bercerita. Namun upayakan memberikan persetujuan dengan apa yang dikatakan oleh seseorang, yang akan menenangkannya saat bersama anda dan tertarik untuk bercerita lebih banyak. Selalu ada kemungkinan di mana seseorang mengalami emosi yang tak tertahankan, dia dapat menangis histeris, menolak bicara, atau marah yang meledak-ledak.Yang dapat kita lakukan adalah memahami bahwa reaksi adalah cara meluapkan perasaan, dan sering menolong menurunkan tekanan dalam diri,sebelum kita dapat benar-benar tenang dan menangani situasi dengan lebih baik.
3. Accept feelings
This step is done simultaneously while listening. Dont judge statements because it may result on the person withdrawal to express. Instead try to express your agreement with what the person says, this will comfort his/her trust towards you and encourage sharing more.
PSYCHOSOCIAL PSIKOSOSIAL
There is always a possibility that the person will experience an emotional breakdown: he/she may cry hysterically, refuse to talk, burst out in anger. All we can do is to understand that reaction as a way to let out the feeling, and most of the time it helps to reduce the pressure inside, before we could settle down and better deal with the situation.
kehilangan anggota keluarganya. Dalam hal ini, anda hanya diminta untuk menuntun orang tersebut untuk menemukan dimana atau bagaimana memperoleh makanan, kemudian langkah berikutnya bagaimana menemukan keluarganya. Anda tidak harus menolong ia untuk memperoleh makanan karena ia mampu untuk menemukan caranya. Seandainya ia tidak mampu melakukannya,anda dapat merujuk pada langkah ke-lima.
46 health messenger
PSYCHOSOCIAL PSIKOSOSIAL
Hindari memberi saran pada mereka yang datang pada anda karena dapat menciptakan ketidakmandirian. Hindari menghakimi, menyalahkan, dan mengajari namun bagilah pengalaman positif menghadapi masalah. Simpanlah hal yang dibicarakan bagi orang yang dibantu dan diri anda saja. Jagalah rahasia kecuali dalam situasi yang membahayakan seperti jika orang tersebut mengatakan akan melukai dirinya sendiri atau orang lain. Pastikan anda TIDAK akan memberitahukan cerita pada siapapun dan ANDA BERSUNGGUH-SUNGGUH.
Good to remember: Avoid giving suggestion to those who come to you because it would create dependency. Dont judge, dont blame, do not lecture but share positive experiences of coping. Keep it between you and the person, be secretive. Unless in dangerous situation such as the person claims that he/she wants to harm himself or others. Ensure the person that you will NOT tell anyone about the story and YOU MEAN IT.
Untuk meminimalisasi hambatan dalam menyampaikan pengetahuan kepada anggota masyarakat tanpa mengurangi tujuan sebenarnya dan kejelasan alat tersebut, program mencoba untuk bahasa yang sederhana dan memberikan banyak contoh untuk digunakan. Walaupun awalnya dirancang bagi situasi darurat, PFA tetap dapat digunakan dalam situasi kehidupan sehari-hari yang non-formal dengan penekanan pada aktivitas mendengar. Lebih dari tiga setengah tahun setelah tsunami, PFA tetap berlangsung guna memperkuat budaya lokal Aceh dalam memberi dan menerima dukungan satu sama lain. Seseorang sebagai bagian sosial dari kelompok akan terhubungkan kembali dengan komunitasnya. Interaksi dan hubungan yang dibangun lewat PFA akan menciptakan efek terapeutik dan memperbaiki hubungan interpersonal juga intrapersonal di masyarakat dan di kelompok dukungan yang telah ada. PFA berperan penting dalam memotivasi individu untuk memperoleh kembali kehidupan yang berkualitas, menjadi tangguh dan juga mengarahkan mereka untuk meningkatkan rasa percaya diri dan melancarkan pemulihan akibat bencana sehingga memungkinkan mereka untuk siap dan sigap menghadapi krisis dan bahkan peristiwa konflik.
To minimize obstacles in transferring this knowledge to community members without reducing the real purpose and the clarity of the tools, simple language and more practical examples should be used. Although primarily designed for emergency situation, PFA can still be used in non formal daily life crisis situations, with emphasizing on the listening activity. More than three and a half years after Tsunami, PFA shall be sustained to strengthen the local Aceh culture of offering and receiving support from each other. A person who is part of social group will then be re-connected to his/her social community. Interaction and relationships built through PFA will create a therapeutic effect and improve interpersonal as well as intrapersonal relationships with the community and with the established support group. PFA plays a significant role in motivating individuals to get back their quality of life and being resilient. It can also lead towards enhancing individual self esteem to get along smoothly, to progressively recover from disaster and to be better prepared to respond to other crisis event and conflict as well.
ADVERTORIAL PARIWARA
PELAYANAN KESEHATAN BAGI KAUM LANSIA HEALTH SERVICES FOR ELDERLY POPULATIONS
Tahukah anda?
Indonesia merupakan satu dari 10 negara dengan jumlah populasi lansia (lanjut usia) terbanyak di dunia. Tahun 1997, populasi lansia berjumlah 6,5% (12,7 juta), dan di tahun 2020 jumlah ini akan bertabah hampir dua kali lipat, 11,3% (28,8 juta). Strategi nasional tentang pelayanan kesehatan atas kaum lansia di Indonesia meliputi: Pusat kesehatan ramah kaum lansia Penyelenggaraan Posyandu Usila (Usia Lanjut)
1.
Di pusat layanan kesehatan seperti Puskesmas, tersedia perawatan dan rehabilitasi ramah lansia dan staf di imbau memberi prioritas dan ramah terhadap pasien lansia. Infrastruktur bangunan dapat dibuat sesuai dengan usia misalnya akses dan palang untuk berpegang.
1.
Health centers, such as the Puskesmas, have an age friendly treatment and rehabilitation and the staff are encouraged to give priority and be polite to the seniors. The infrastructure of the building can be made age-friendly too in terms of access and support bars. Posyandu Usila is a community based health care program. This program provides medical documentation, laboratory finding, physical measurements, health training, counseling, physical checks and medical referral for seniors. Currently, three districts - Biruen, Aceh Jaya and Aceh Besar together with NAD Provincial Health Office and HelpAge International (HAI) are trying to activate and sustain health care activities for seniors through Posyandu Usila and age-friendly Puskesmas.
2.
Posyandu Usila adalah program kesehatan berbasis masyarakat. Program ini menyediakan catatan kesehatan, temuan laboratorium, pengukuran fisik, pelatihan kesehatan, konseling, pemeriksaan fisik, dan rujukan medis bagi kaum lansia.
2.
Saat ini, tiga kabupaten - Bireuen, Aceh Jaya and Aceh Besar bersama Dinas Kesehatan Propinsi dan Helpage International (HAI) mencoba mengaktifkan dan melanjutkan aktifitas layanan kesehatan bagi kaum lansia melalui Posyandu Usila dan Puskesmas ramah lansia.
Mohon memasang stiker tak perlu menunggu di ruang tunggu puskesmas dan gunakan fasilitas ini bagi para lansia. Jadikan puskesmas anda sebagai
ADVERTORIAL PARIWARA
Komponennya antara lain: Pendaftaran: Kader bertangungjawab terhadap pengumpulan data rekam medik lansia. Temuan laboratorium: analisa urin dan darah untuk pemeriksaan kesehatan. Pengukuran fisik: berat badan, tinggi badan, pinggang, pinggul dan tekanan darah. Pemeriksaan medik: selama konsultasi, pasien menerima obat sesuai kondisinya dan dirujuk bila perlu. Konsultasi kesehatan: higiene, gizi dan layanan fisioterapi.
It has the the following components: Registration: Kaders are responsible for data collection of seniors medical records. Laboratory finding: blood and urine diagnosis for medical check up. Physical measurement: body weight, height, waist, hips and blood pressure. Medical check up: during consultation, patients receive medication according to their condition and he/she is referred to a health center if necessary. Health consultation: hygiene, nutrition, and physiotherapy services.
1.
2. 3. 4. 5. 6.
1.
Rencanakan penggalangan dana dan alokasi sumber daya dengan mengajukan anggaran pada pemerintah setempat dan menggerakkan sumber yang ada di masyarakat. Gunakan uang dari masyarakat dengan mengumpulkan dana bulanan dari keluarga yang memiliki orang lansia. Mencari dukungan lintas sektoral (dinas kesehatan, kelompok perempuan, dinas sosial, dll) atau LSM yang berfokus pada pelayanan usia lanjut dan lembaga swasta yang berada di desa atau wilayah sekitar. Publikasikan kegiatan posyandu dari awal dan beri tahu lansia di desa tentang waktu dan tempat Posyandu Usila. Fasilitasi kunjungan rumah rutin bagi lansia yang tidak dapat keluar rumah. Tentukan hari dan waktu yang tetap bagi masyarakat dan petugas kesehatan untuk melaksanakan Posyandu Usila.
Obtain communitys commitment through Village Community Meeting Plan fund raising and resource allocation by submitting a budget to the local government and by mobilizing resources from the community. Use the money from the community by making monthly routine collection of money from the families with senior. Encourage cross sectoral cooperation (health department, Womens group, social department, etc.), or NGOs focusing on age-care and private institutions who are based in the village or the region. Publicize posyandus activity well in advance and inform each senior in the village of the time and place for the Posyandu Usila. Facilitate routine home visits for the home bound seniors. Set up a fixed day and time with the community and health workers to conduct Posyandu Usila.
2. 3. 4. 5. 6.
Promosi Kesehatan
Dinkes NAD bekerja sama dengan HelpAge International telah menciptakan poster terkait Posyandu Usila. Poster ini bertujuan untuk mempromosikan pemahaman tentang Posyandu Usila di antara tenaga kesehatan dan anggota masyarakat. Poster ini dapat dipajang di ruang tunggu.
Health Promotion
NAD Province Health Department in cooperation with HelpAge International has developed a poster about Posyandu Usila. This poster aims to promote knowledge about Posyandu Usila among heath center staff and community members. This poster can be placed in the health center waiting area to promote this program well.
Please use the no waiting sticker in your health centers waiting area and extend this facility to the ederly. Please make your health center age friendly.
&
Penelitian Badan Kesehatan Dunia di beberapa negara berkembang menunjukkan bahwa 30-50% pasien yang berobat ke sarana pelayanan kesehatan umum ternyata menderita gangguan atau masalah kesehatan yang berlatar belakang mental emosional. Oleh karenanya,diperlukan suatu intervensi program untuk menangani masalah kesehatan secara dini. Program seperti ini dapat menyelesaikan masalah kesehatan mental berbasis masyarakat karena individu yang bermental sehat pada akhirnya akan mewujudkan negara yang sehat jiwa. A World Health Organization survey conducted in several developing countries, revealed that 30 to 50% of patients that come to general health clinics are suffering from illnesses or experiencing health problems with a psychological background.Therefore, an intervention program capable of detecting mental health problems in advance is needed. Such a program could resolve community based mental health problems because an individual with good mental health can create a mentally healthy country.
Program penanggulangan kesehatan mental masyarakat dirintis pada tahun 2002 atas adanya kekhawatiran kecenderungan peningkatan kasus gangguan psikologis di masyarakat akibat adanya konflik yang berkepanjangan. Kondisi pasca bencana gempa dan tsunami ternyata juga berkontribusi pada peningkatan kejadian gangguan mental dan masalah psikososial. Sehat mental diartikan sebagai suatu kondisi mental seseorang yang memungkinkan seseorang hidup harmonis dan produktif. Ini dicirikan dengan menyadari sepenuhnya kemampuan diri, mampu menghadapi tekanan kehidupan yang wajar, mampu bekerja secara produktif dan memenuhi kebutuhan hidup.
The community mental health rehabilitation program was established in 2002 due to concerns of an increasing frequency of psychological disorder cases in the community as a result of long lasting conflict. Post earthquake and tsunami conditions also contributed to an increase in mental disorders and psychosocial problems. Mental health is defined as a mental condition that gives a person the ability to live productively and harmoniously. It is characterized by a full understanding of his or her capabilities, ability to handle normal life pressures, work productively and fulfil the necessities of life.
50 health messenger
Data laporan kasus gangguan mental tahun 2007 Propinsi NAD menunjukkan bahwa total kasus yang dilaporkan adalah 9.751 kasus dengan 1.947 kasus baru ( 20%). Dari seluruh kasus, terlihat bahwa Skizoprenia & Gangguan Psikotik Lainnya mencapai 51,52% (5.024 kasus), gangguan depresif 10,78% (1.051 kasus) dan gangguan neurotik sebesar 8,58% atau 837 kasus. 97 orang diantaranya mengalami pemasungan, satu tindakan yang masih kerap dilakukan oleh keluarga klien. Dalam upaya membangun sistem kesehatan jiwa yang menyeluruh, Dinas Kesehatan Propinsi NAD adalah telah membentuk Desa Siaga Sehat Jiwa (DSSJ). Kegiatan dalam desa ini meliputi pendataan kesehatan mental keluarga, penyuluhan kesehatan jiwa untuk mengatasi masalah risiko psikososial, melaksanakan terapi pada pasien gangguan mental dimana paramedis melakukan kunjungan rumah dan rehabilitasi pasien gangguan jiwa, dan melaksanakan penyuluhan kesehatan mental untuk mengatasi masalah risiko psikososial sehingga pasien dengan gangguan mental dapat hidup mandiri.
2007 data revealed that the total number of mental disorder cases reported in NAD Province was 9,751 with 1,947 (20%) new cases. Among these cases, Schizophrenia and Other Psychotic Disorder represented 51.5% (5,024 cases), depression disorder 10.7% (1,051 cases) and neurotic disorder 8.5% (837 cases). 97 cases were generally chained, an action unfortunately still being practiced by the patients family. In order to build a comprehensive mental health system, NAD Province implemented a Mental Health Alert Village. Its activities include data collection of mental health status in families, running mental health education session on how to overcome risk of psychosocial problems and home visits by mental health nurses who perform therapy for mental disorder patients and try to overcome psychosocial risks so that patients with mental disorders can live independently. Alert Village is a reflection of an aware community,
Program bertujuan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan mental. Ini juga melibatkan pasien dan keluarganya. The goal of the program is to raise the community awarness and knowledge regarding mental health mental health. It also involve patients and their family.
Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu untuk mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat, seperti kurang gizi, kejadian bencana, dan gangguan mental, dengan memanfaatkan potensi setempat secara gotong-royong menuju Desa Sehat Program diawali dengan melatih tenaga medis, paramedis, dan kader kesehatan jiwa. Kegiatan pelatihan ditujukan bagi tenaga kesehatan untuk mampu melakukan deteksi dini gangguan mental di masyarakat, dan mampu memberikan terapi sesuai kewenangannya dan memberikan konseling kepada pasien dengan gangguan mental. Pendekatan Community Mental Health Nurse (CMHN) yaitu suatu pendekatan asuhan keperawatan jiwa masyarakat yang dapat dilakukan oleh perawat dengan pengawasan dokter, yang dilakukan untuk mengantisipasi kurangnya tenaga kesehatan jiwa (perawat jiwa dan psikiater).Pelatihan CMHN ini difokuskan pada tenaga perawat,sementara untuk konseling dan juga terapi medis dengan psikotropika dilakukan oleh dokter melalui pelatihan GP (General Practitioner) Plus. Sejak tahun 2005 hingga 2007 telah dilatih 199 dokter plus, 506 perawat kesehatan jiwa (Community Mental Health Nurse) dan telah dibentuk 332 Desa Siaga Sehat Jiwa.
willing and able to prevent and overcome every threat toward community health, such as malnutrition, disaster, and mental disorder, by using local potentiality to together achieve a Healthy village. The Program starts with training for medical staff, paramedics and mental health cadres. The aim of the training is to give the health worker an ability to detect health disorders in the community early, and the ability to give therapy and counselling to patients with mental health disorders as needed. Nurses care are performed for the communitys mental health through the Community Mental Health Nurse (CMHN) approach. This work is performed by a nurse under the supervision of a medical doctor due to the shortage of mental health staff (mental health nurses and psychiatrists). CMHN training is focused on the nursing staff, while counselling and medical therapy with psychiatric drugs is performed by a medical doctor through GP+ (General Practitioner Plus). Between 2005 and 2007, 199 GP+ and 506 mental health nurses were trained and 332 Mental Health Alert villages were formed. To increase community based mental health program coverage, the Provincial Health Office of NAD will implement training for mental health cadres from
Untuk lebih meningkatkan cakupan program kesehatan jiwa yang berbasis masyarakat, Dinas Kesehatan Propinsi NAD dalam tahun anggaran 2008-2009 akan melaksanakan pelatihan bagi para kader kesehatan jiwa dari tiap Desa Siaga Sehat Jiwa. Pengembangan program kesehatan mental berbasis masyarakat bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesadaran masyarakat dalam menemukan kasus gangguan mental.Tujuan lain untuk mengikutsertakan penderita dan keluarga gangguan mental untuk mengikuti terapi kesehatan jiwa yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan,mendeteksi dan meningkatkan motivasi penderita gangguan mental yang telah mandiri untuk datang ke fasilitas pelayanan kesehatan. Konsep ini sesuai dengan pendekatan pelayanan kesehatan berbasis masyarakat yang di adopsi dari model level intervensi pelayanan kesehatan jiwa secara komprehensif sebagaimana gambar berikut ini:
each Mental Health Alert Village in 2008-2009. The objective of community based mental health program development is to increase knowledge, skills and community awareness in regards to mental health cases. The goal is also to involve patients and their families in the mental health therapy conducted by health workers and to increase the motivation of mental health patients to come to health centre facilities independently. The community based health services concept was adopted from a comprehensive mental health intervention model as pictured below:
T/H
Blays Cost
PKJ Masyarakat oleh Tim Keswamas (Perawat Keswa) Community Mental Health team
PKJ di Puskesmas Mental Health workers/CMHN in Primary Health Care PKJ Informal dan formal diluar sektor kesehatan Informal and formal mental Health workers Pelayanan di tingkat individudan keluarga Services at individual and family level
5 6 T/H
Dari piramida tersebut diketahui bahwa kebutuhan pelayanan kesehatan jiwa di tingkat individu dan keluarga cukup besar sehingga intervensi pada level ini menjadi prioritas. Berdasarkan pendekatan tersebut di atas maka hipotesis yang dapat ditegakkan adalah: Semakin besar kebutuhan pelayanan di tingkat komunitas akan semakin kecil biaya pelayanan yang dikeluarkan.
From the pyramid we know that the needs for mental health service at the individual and family level is high, making intervention a priority. Based on this approach we can make the hypothesis: The greater the need for health services at the community level is, the lower the cost for health services will be.
52 health messenger
Gangguan kesehatan mental merupakan masalah yang memerlukan pendekatan menyeluruh. Tidak semata perawatan di rumah sakit jiwa, namun juga dukungan unit pelayanan kesehatan primer,keluarga dan masyarakat. Untuk itu perlu memberdayakan para perawat dan dokter di puskesmas agar mampu memberikan pelayanan yang utuh, berkesinambungan dan bersinergi dengan masyarakat dan keluarga. Pelayanan ini ditujukan bagi masyarakat yang sehat, masyarakat yang mengalami masalah psikososial dan gangguan mental.
Pada awal tahun 2005, perawat kesehatan jiwa masyarakat di puskesmas harus mendeteksi kasus kesehatan mental dalam lingkungan masyarakat di wilayah kerjanya.Ternyata, proses ini menemui sejumlah tantangan. Di antara tantangan itu adalah sulitnya mencari informasi dari masyarakat tentang keberadaan warga yang mengalami gangguan mental. Ini dikarenakan masyarakat masih menganggap bahwa gangguan jiwa adalah suatu aib, dan terjadi karena kutukan atau akibat kemasukan roh,sehingga seseorang yang mengalami gangguan mental beserta keluarganya dikucilkan oleh masyarakat setempat. Saat itu saya belum berpengalaman banyak. Sempat saya memberikan pelayanan pada pasien gangguan mental dengan diagnosa perilaku kekerasan. Saya galau karena berdasar informasi dari masyarakat; kemungkinan pasien ini akan mengayunkan parang kepada setiap orang yang ditemui. Lalu bagaimana pertemuan itu berlansung? Setelah saya bertemu dan berkomunikasi dengan pasien itu, saya berkesimpulan bahwa menghadapi orang dengan gangguan mental tidak
Mental health disorders are problems that require a thorough approach. Not only is hospital treatment necessary, but also support from primary health units,family and community. Therefore it is necessary to empower the nurses and doctors at the puskesmas so that they are capable of giving complete care, ongoing and in synergy with the community and family. This service is available for healthy communities, communities with psychosocial problems and communities with mental disorder problems.
At the beginning of 2005, community mental health nurses in puskesmas had to detect mental health cases in the communities in their working area. This process was subject to various challenges. One of these challenges was the difficulty in obtaining information from the community about the whereabouts of those with a mental disorder. This was a result of beliefs in communities that mental disorders were something bad, caused by a curse or spirits, so that people with mental disorders and his/her familiy usually stayed away from their communities. At that time I had not had much experience. Once I treated a mentally disordered patient with a violent diagnosis. I was confused because based on the information from the community; there was a possibility that the patient would swing his sword at anyone who crossed his way. So how then did the meeting proceed? After I met and communicated with the patient, I concluded that facing people with mental problems is not as frightening as I had
Agar sembuh dari gangguan mental, psikoterapi dibutuhkan selain pengobatan medis.
menakutkan seperti yang dibayangkan. Kondisi klien yang memprihatinkan justru menimbulkan keinginan yang lebih kuat untuk membantu agar mereka cepat sembuh dan mandiri. Penanganan kasus memerlukan waktu yang tidak singkat. Penanganan terdiri dari obat-obatan yang diberikan oleh dokter GP+, dan terapi terapeutik melalui komunikasi dua arah antara pasien, keluarga dan perawat. Hal ini dilakukan agar pelayanan yang diberikan bersifat layaknya rumah hingga dapat mempercepat proses penyembuhan. Kasus paling sering adalah halusinasi, perilaku kekerasan, defisit perawatan diri, isolasi sosial & harga diri rendah. Stigma negatif terhadap pasien gangguan menal harus dihilangkan. Untuk itu, diadakan juga penyuluhan terhadap masyarakat yang berisiko mengalami masalah psikososial serta kedepan perlu melibatkan kerjasama lintas program dan lintas sektor untuk mendukung program ini. Karena tiada sehat itu tanpa sehat jiwa. Ini merupakan kesempatan pertama saya bertemu orang yg paling jujur, melebihi kejujuran & kepolosan anak kecil.Apa yang ada dalam pikiran mereka akan langsung diungkapkan. Sedih, marah, senang & segala perasaan yang ada di benak mereka. Setelah itu mereka akan menundukkan wajah dengan tatapan kosong hingga tampak jelas terlihat kesedihan & kepedihan yang berkepanjangan tanpa seorangpun tahu kapan akan berakhir. Alhamdulillah, di antara mereka yang telah dirawat kini kembali mandiri layaknya anggota masyarakat lain. Peluang untuk sembuh itu masih ada.
Rio (false name) is 29 years old.He was 20 when he started to consume marijuana. At that time, he began taking marijuana in order to be accepted by his peers and to escape family problems, but he did not think that he would continue the habit for a long time. Rio had goals that his family could not afford to fulfil. He used marijuana for three years.Today he still hears voices (hallucinations). A health worker from Puskesmas made the diagnosis that Rio suffers from schizophrenia. With assistance from a mental nurse, his family and community are now accepting the new Rio who no longer turns to marijuana to run away from a problem. Family assistance, medical therapy and counselling have made Rio into a new person. Nowadays, Rio can join the villages activities with other members of his community.
54 health messenger
TPKJM
Kabupaten Bireuen dapat dianggap sebagai perintis di bidang kesehatan mental di Provinsi NAD.Terima kasih atas keuletan dr.Mursyidah, mantan Ka Subdin Kesehatan Keluarga, saat ini telah ada koordinasi yang nyata bagi pendeteksian, penanganan, pengawasan dan tindak lanjut dari individu dengan gangguan mental dari desa hingga Dinas Kesehatan Kabupaten.
Sebagai kesinambungan atas penilaian kebutuhan kesehatan mental yang dilaksanakan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) di seluruh propinsi Aceh pasca tsunami, rekomendasi utama adalah dapat mengadopsi pendekatan berbasis masyarakat tentang kesehatan mental. Kabupaten Bireuen terpilih sebagai kabupaten percontohan untuk melaksanakan program ini di bawah supervisi teknis dari WHO, bersama dengan Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia (UI), dan koordinasi yang baik dengan Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Bulan Desember 2005, 28 perawat kesehatan mental (CMHN) dari 10 Puskesmas di Kabupaten Bireuen menjalani pelatihan dasar tentang kesehatan mental. Dengan dukungan dari Aceh Partnership in Health (APIH) dan IOM, program pelatihan ini semakin diperluas. Di akhir September 2007, 59 perawat mental dari 17 Puskesmas telah mengikuti pelatihan tingkat menengah dan mulai melatih kader guna mewujudkan Desa Siaga Sehat Jiwa, dengan 5 kader di tiap desa. 859 kader telah menjadi Kader Kesehatan Jiwa (KKJ) and 192 dari 603 desa telah menjadi Desa Siaga Sehat Jiwa di Kabupaten Bireuen. KKJ memilki peran antara lain mendeteksi kasus di desa dan melaporkan ke CMHN, merawat dan mengawasi pasien mandiri tiap dua mingguan, dan memobilisasi masyarakat untuk mengikuti penyuluhan kesehatan mental yang dibimbing oleh CMHN. Dokter GP+ dan CMHN akan melakukan kunjungan rumah bagi pasien yang tidak dapat datang ke puskesmas. CMHN, GP+ dan kader secara bersama-sama menjadi kelompok terlatih yang kuat yang memungkinkan Kabupaten Bireuen menyediakan pelayanan kesehatan primer
The district of Bireun is considered a pioneer in the area of mental health in NAD Province. Thanks to the tenacity of dr. Mursyidah, former Head of the Family Health Section, from village to District Health Office (DHO), there is now real coordination for detecting, treating, monitoring and following up persons with mental disorders.
Following a mental health needs assessment conducted by the WHO across NAD province after the tsunami, a major recommendation was to adopt a communitybased approach to mental health. The district of Bireun was chosen as a pilot district for implementing such a community-based program under the technical supervision of the WHO, together with the Faculty of Nursing of University of Indonesia (UI), and in close coordination with Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat of the Ministry of Health. As of December 2005, 28 Community Mental Health Nurses (CMHN) in 10 Puskesmas of Bireuen district received basic training on mental health. With the support of the Aceh Partnership in Health (APiH) and IOM, the training program has since been expanded. By the end of September 2007, 59 CMHN within 17 Puskesmas had received the intermediate level course and started to train kaders to create Desa Siaga Sehat Jiwa, with at least 5 trained kaders in each village. 859 kaders became Kader Kesehatan Jiwa (KKJ) and 192 out of 603 villages became Desa Siaga Sehat Jiwa in Bireuen. KKJ have three roles: detection of cases in the village and reporting to the CMHN, care and fortnightly follow up of patients already independent, and community mobilization of community to follow mental health education given by CMHN. CMHN and/or GP+ do home visits for patients who are unable to attend a puskesmas. Together, CMHN, GP+ and KKJ compose a solid group of skilled health workers that allow Bireuen district to provide primary health care to persons
TPKJM adalah koordinasi nyata antara tenaga kesehatan, staf pemerintah dan LSM dan menjadikan semua terlibat dalam penanganan kesehatan mental. TPKJM is a real coordination between medical workers, government staff and NGOs and makes everyone active in the field of mental health care.
bagi orang dengan gangguan mental. Namun keterlibatan pemangku kepentingan lain dan kerjasama lintas sektoral masih dibutuhkan. Pasca pertemuan advokasi yang dilaksanakan pada Februari 2008, pemerintah setempat membuat Surat Keputusan TPKJM1.TPKJM adalah kependekan dari Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat, dan terdiri dari perwakilan berbagai sektor di pemerintahan untuk berkoordinasi pada kegiatan di bidang kesehatan mental. Sejak Maret 2008, pertemuan bulanan dilaksanakan oleh TPKJM Bireuen.Kami tidak saja mengadopsi panduan TPKJM dari Jakarta, namun sedikit merubahnya, agar dapat melibatkan seluruh tenaga kesehatan. Staf pemerintahan, staf teknis (GP+ dan CMHN), kader dan LSM saling berkonsultasi. Kesatuan dari semua komponen telah mewujudkan partisipasi bagi semua orang, bukan Dinas Kesehatan sendiri yang berperan, jelas dr. Mursyidah. Pada 28 Agustus, dr. Mursyidah sebagai Wakil Ketua TPKJM Bireuen mempresentasikan program ini di Dinas Kesehatan Propinsi dalam acara sosialisasi TPKJM bagi seluruh Dinas Kesehatan dalam wilayah NAD.Kami mendapat persetujuan DPRK atas usulan Dana Rujukan bagi orang dengan gangguan mental. Ini merupakan hal pertama yang terwujud sejak upaya ini dilakukan.TPKJM Bireuen juga membuka hotline internal di mana dr. Mursyidah mengkoordinasikan berbagai sektor (kepolisian, GP+ dan rumah sakit). Sejak Maret 2008, telah ada 5 kasus yang tertangani dan dirujuk lewat hotlineini. Menurut dr. Mursyidah, masih banyak kerja yang harus dilakukan guna memperbaiki kualitas pelayanan kesehatan mental. Yang paling awal dan penting adalah ketersediaan psikiater di Rumah Sakit Umum Daerah Bireuen, pembangunan unit perawatan psikiatri akut, dan jumlah serta kualitas dari Desa Siaga Sehat Jiwa yang harus terus di tingkatkan. Saat ini, TPKJM Bireuen tengah mempersiapkan perayaan Hari Kesehatan Mental Sedunia pada tanggal 17-18 Oktober. Perayaan akan menampilkan pameran kerajinan tangan yang dibuat oleh pasien, seminar publik tentang kesehatan mental dan perlombaaan hikayat Aceh dengan tema kesehatan mental. Silakan datang dan mengikutinya, ajak dr. Mursyidah.
with mental disorders. However, there was a direct need to involve other stakeholders and implement cross-sectoral programs. After an advocacy meeting organised in February 2008, the local government endorsed the national TPKJM organizational chart1. TPKJM stands for Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat, and consists of representatives from various sectors of the government to coordinate their activities in the area of mental health. Since March 2008, monthly meetings are held by TPKJM Bireuen. We have not only adopted the manual of TPKJM from Jakarta but we amended it, in order to involve the health workers themselves. Government staff, technical staff (GP+ and CMHN), kaders and NGOs are consulting each other. The unity of all these partners has enabled everyone to participate, instead of DHO as the only leading player, explained dr. Mursyidah. On 28 August 2008, dr. Mursyidah, Deputy of TPKJM Bireuen, presented her program at the Provincial Health Office for a socialisation of TPKJM to all NAD DHO. We obtained from the Parliament the creation of a Referral Fund for Persons with Mental Disorders. It is the first time that such a measure has been taken. TPKJM Bireuen has created an internal hotline with dr. Mursyidah centralizing the coordination between sectors (police, GP+ and hospital). Since March 2008, they have been able to handle the referral of 5 emergency cases. According to dr. Mursyidah, much remains to be done to improve the quality of community mental health services. First and foremost a psychiatrist needs to be recruited to work in RSUD Bireuen, an acute psychiatric care unit should also be built, and the number and level of Desa Siaga Sehat Jiwa needs to be increased. For now, TPKJM Bireuen is preparing celebrations for the World Mental Health Day on October 17 and 18, 2008. Celebrations include an exhibition of handicrafts made by patients, a public seminar on mental health and a competition of Acehnese storytellers on the theme of mental health. Please come and join us concluded dr. Mursyidah.
1. Decree no 173/2008
1. SK No 173/2008
56 health messenger
Unit Perawatan Psikiatri Akut RSUD Kota Jantho Kabupaten Aceh Besar
Acute Psychiatric Care Unit Jantho District Hospital of Aceh Besar
Oleh Dr. Fia Dewi Auliani, MARS (Direktur RSUD Kota Jantho) & Dr. Eko Waskito (Staf RSUD Kota Jantho) By Dr. Fia Dewi Auliani, MARS (Director of Jantho District Hospital) & Dr. Eko Waskito (Staff of Jantho District Hospital)
Unit Perawatan Psikiatri Akut ialah sebuah unit perawatan khusus untuk menstabilkan kondisi seseorang dengan gangguan jiwa berat, sehingga dapat kembali ke keluarga dan/atau masyarakat. Pasien kemudian mendapat perawatan lanjutan dari perawat kesehatan jiwa masyarakat di Puskesmas. Unit ini menyediakan pelayanan rawat inap psikiatri jangka pendek. Dasar Pemikiran
Pelayanan kesehatan mental di Kabupaten Aceh Besar telah dilakukan sejak awal tahun 2005 baik di tingkat puskesmas maupun desa oleh Dokter GP+ dan perawat CMHN. Data per Februari 2007 menunjukkan jumlah pasien gangguan mental mencapai 729 orang, dengan 3 kasus pasien di pasung. Berdasarkan data dari Rumah Sakit Jiwa (RSJ)Prov. NAD di Banda Aceh, RSJ menampung kurang lebih 67 pasien (19,82%) dari Aceh Besar dari total 338 pasien yang dirawat dengan daya tampung 220 tempat tidur. Mengingat kapasitas RSJ telah terlewati dan jumlah pasien yang berasal dari Kab. Aceh Besar mencapai 19,82% maka dianggap perlu memanfaatkan areal RSUD Kota Jantho, Kabupaten Aceh Besar sebagai bangsal perawatan pasien dengan gangguan mental. Ditinjau dari segi geografis, pemilihan RSUD Kota Jantho sangat tepat karena berada di atas pegunungan dengan suasana yang tenang, alam yang menawan dan udara yang bersih. Hingga 2008, 1.083 pasien telah mendapatkan perawatan.
Acute Psychiatric Care Unit is a special treatment unit to stabilize someone with severe mental disorder, so they can return back to family and/or community. Patients then will receive a continuous care from community mental health nurse in primary health centre.This unit provides a short term inpatient psychiatrist services. Background
Mental health services in Aceh Besar district has been held since the beginning of 2005 either in primary health centre or village level by General Practioner Plus (GP+) and community mental health nurse (CMHN). Data of February 2007 showed mental health patient have reach 729 people, with 3 cases of being locked up/chain. According to the provincial Mental Health Hospital in Banda Aceh, this hospital served approximately 67 patient (19.82%) from Aceh Besar with the capacity of 220 beds and 338 patients in services. Due to the overload of patients and number of patients originated from Aceh Besar reached up to 19.82%, it is necessary to take advantage on Jantho District Hospital in Aceh Besar as inpatient ward for patients with mental disorder. Geographically, the election of Jantho District Hospital is appropriate since it is located in hills with quiet and calm environment, nice point of view with fresh air. Until 2008, 1,083 patients has received treatment.
Availability of services
Mental health services in Jantho District Hospital consisted of Psychiatric Emergency Care, nursing care, medication and other supporting services. Soon as patient shows significant improvement/stable and remain under control, he/she will be referred back to the family through his or her original health centre.
agar pasien tetap mendapatkan pelayanan baik pelayanan obat-obatan, juga asuhan keperawatan oleh Puskesmas setempat. Bila pasien tidak mengalami perbaikan, pasien dirujuk ke RSJ di Banda Aceh. Selama pasien dirawat di ruang akut, pasien akan mendapatkan pelayanan medis dari psikiater, dokter GP+, pelayanan asuhan keperawatan dan terapi aktifitas kelompok. Pelayanan pendukung lainnya juga tersedia di RSUD Jantho.
The aim of the patient referencing is to keep treatment either medication or nursing care from his/ her local health centre. If no sign of change shown, patients will be referred to mental hospital in Banda Aceh. As long as patient stays in acute psychiatric care unit, he/she will receive medical services from psychiatrist, GP+, nursing care and group activity therapy. Other supporting services also available in the Jantho District Hospital.
Pasien dirujuk untuk stabilisasi oleh perawat kesehatan jiwa. Kemudian dikembalikan kepada keluarga dan perawat jiwa akan mengawasi pengobatan dan gejala.
Alur Pelayanan
Kader Kesehatan Jiwa (KKJ) yang dibentuk di tiap desa akan merujuk pasien dengan gangguan mental ke Puskesmas (Dokter GP+ dan CMHN). Perawat CMHN akan merujuk pasien yang tidak bisa ditangani di wilayah kerjanya ke Unit Perawatan Psikiatri Akut RSUD Jantho. Perawatan akut psikiatri selama 10-14 hari diharapkan akan mampu menstabilisasi penderita dan kemudian dikembalikan ke keluarga. Perawat Kesehatan Jiwa di Puskesmas yang selanjutnya akan mengontrol minum obat dan gejala lain.
Good to remember: Patients are refered by a CMHN for a short stay which aims at stabilizing him. Then he/she returns within his/her family and the community mental health nurse will control the medication and symptoms.
Services Cycle
Mental Health Cadres formed in each village will refer patient with mental disorder to Primary Health Care (GP+ and CMHN). CMHN will refer unhandled patients in respective working area to Acute Phsyciatric Care Unit in Jantho District Hospital. The acute treatments for 10-14 days is aimed to stabilized patient and return them back to the family. Community mental health nurse then will control medication and other symptoms.
58 health messenger
EPILEPSI
EPILEPSY
I
n Indonesia epilepsy is known by various names such as ayan, sawan, or celeng, but action taken to prevent it is far from adequate. Because people still view epilepsy as the result of unnatural causes such as being afflicted by a curse or possession, many patients are not taken to the doctor. Epilepsy is also related to mental illness or low intelegensia. Young people often avoid or drop out of school because the convulsions they experience may occur at anytime. Most of these patients would be able to go to school, work, and live happy productive lifes if these epileptic episodes could be prevented. If we assume the prevalence of epilepsy in Indonesia is similar to that of other countries like Australia (which is from 5-10 cases per 1000 inhabitants) this represents an estimated 1.000.000 2.000.000 Indonesians currently afflicted with epilepsy. This situation will continue to grow into an increasingly burdensome social problem unless adequate treatment resources are directed toward resolving it.
Oleh/By Dr. Endang Mutiawati, Sp.S Staff Bagian Neurologi Fak. Kedokteran Unsyiah/RSUZA Staff of Neurology Dept Medical Faculty of Syiah Kuala University - Dr.Zainoel Abidin Hospital
i Indonesia epilepsi dikenal dengan berbagai nama, diantaranya ayan, sawan, atau celeng. namun penanggulangannya masih belum adekuat. Ini karena masyarakat masih menganggap epilepsi sebagai akibat kekuatan gaib, kutukan atau kesurupan, sehingga banyak penderita epilepsi tidak dibawa kedokter. Epilepsi juga dikaitkan dengan gangguan mental atau intelegensia rendah. Anak dengan epilepsi sering tidak atau keluar sekolah karena mendapat serangan kejang. Padahal sebagian besar penderita epilepsi dapat bersekolah, bahkan bekerja dan hidup bahagia apabila serangan epilepsi dicegah. Jika kita berasumsi Indonesia memiliki prevalensi yang sama dengan negara lain semisal Australia, yakni 5-10 per 1000 penduduk,minimal terdapat 1.000.000-2.000.000 orang dengan epilepsi. Kedaan ini akan terus meningkat dan menimbulkan masalah sosial kecuali bila penanganan terus dilakukan.
What is epilepsy?
The word epilepsy is derived from the Greek word epilambanein meaning to be seized, attacked, or overwhelmed by surprise by a force ,causing to fall down. The word epilepsy implies that the attack was not caused by disease, but rather the result of a force coming from outside the patients body such as a curse from an evil spirit or Satan. Nowadays epilepsy is defined as an interruption or discontinuity of brain function from sporadic, random, and overwhelming electric impulses that are suddenly released by the brain, which causes severe disruption of the normal transmission and acceptance of neural signals between brain and other parts of the body.
Penting untuk diingat: epilepsi bukanlah suatu penyakit tapi sekumpulan gejala yang bermanifestasi lewat serangan epileptik yang berulang.
Good to remember: epilepsy is not a disease but a series of symptoms manifest through a gradual epileptic seizure.
genetik perlu dipertimbangkan dalam terjadinya serangan epilepsi.Yang diturunkan ialah ambang kejang rendah atau faktor genetik lain predisposisi yang mungkin mempengaruhi kecenderungan, durasi dan intensitas serangan epilepsi. Seorang dengan ambang kejang rendah mempunyai risiko lebih besar mengalami serangan epilepsi dibanding orang dengan ambang kejang normal. Lebih dari separuh penderita epilepsi mendapat serangan pertama di bawah usia 18 tahun. Berbagai keadaan dapat mencetuskan serangan pada orang yang menderita epilepsi, yakni diantaranya ialah demam, kurang tidur, tekanan jiwa, emosi berlebihan, haid,minuman keras dan lain-lain.
striking some persons, while not others. Most patients suffer from what is known as primary or idiopathic epilepsy, where there are no identifiable factors causing their seizures. Genetic (hereditary) factors are considered to play a part in some epilepsy. Inheritance of a low seizure convulsion threshold or other genetic predisposition may influence the likelihood, duration, and intensity of an epileptic attack. Someone with a low convulsion threshold may be subjected to a greater risk epilepsy seizure onset than a person of normal convulsion threshold. More than a half of all patients experience their first seizure before 18 years of age. Various conditions can initiate the seizure, such as fever, sleep deprivation, mental pressure, overwhelming emotion, menstruation, alcohol and others.
60 health messenger
Tujuan Terapi
Tujuan utama terapi epilepsi adalah tercapainya kualitas hidup optimal untuk pasien,sesuai dengan perjalanan penyakit epilepsi dan disabilitas fisik maupun mental yang dimilikinya. Agar tujuan tercapai diperlukan beberapa upaya antara lain: menghentikan kejang, mengurangi frekuensi kejang, mencegah timbulnya efek samping obat anti epilepsi, menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat epilepsi.1
Purpose of Therapy
The main purpose of therapy is to achieve optimal quality life for the patient, according to their history of epilepsy and physical or mental disability. In order to achieve this goal we need to pursue a preventive effort such as: stopping seizure attacks, decreasing number of attacks/events, minimizing side effects from medicine, decrease of pain and of death numbers resulting from epilepsy.1
Jenis dan Dosis obat anti epilepsi / Type and Dose of anti epilepsi drugs
OBAT/DRUG DOSIS AWAL (mg/hari) DOSIS RUMATAN (mg/hari) DOSIS PER HARI WAKTU PARUH PLASMA (jam) WAKTU TERCAPAINYA STEADY STATE (hari)
Carbamazepin Phenytoin Valproic acid Phenobarbital Clonazepam Clobazam Oxcarbazepine Levetiracetam Topiramate Gabapentine Lamotrigine
2-10 2-6
2 2-5 2 2-6
CR: controlled release
TAKARIR
AC: Advance Course, pelatihan tingkat lanjutan bagi perawat kesehatan jiwa. Arthralgia: nyeri pada sendi BC: Basic Course, pelatihan tingkat dasar bagi perawat kesehatan jiwa . Biogenicamin: berasal dari proses biologis. Borderline: gangguan personalitas ditandai dengan instabilitas mood pervasif, kesan diri dan hubungan interpersonal. Reaksi impulsif dan merusak diri sering ditemukan, seperti kemarahan tidak terkontrol, ketakutan diabaikan, kehampaan yang kronis, perilaku mencelakai diri sendiri yang berulang dan ancaman bunuh diri, tekanan yang memicu periode paranoid dan disosiasi. CMHN (Community Mental Health Nurse): perawat yang telah mendapatkan pelatihan tentang Perawatan pasien dengan gangguan jiwa. Dokter GP+: General Practitioner Plus, dokter umum yang telah mengikuti pelatihan tambahan tentang Kesehatan Jiwa. Dopamin: katekolamin yang terbnetukdi tubuh oleh proses dekarboksilasi dopa, suatu produk lanjutan dari sintesis norepinefrin yang berfungsi sebagai neurotransmitter. Dual diagnosis: Didefinisikan sebagai adanya gangguan mental dan gangguan pengguan obat secara bersamaan (alkohol atau obat terlarang). Banyak jenis gangguan mental yang diasosiasikan dengan penggunaan obat terlarang dan disebut dual diagnosis. Beberapa dari gangguan ini termasuk: skizofrenia, gangguan bipolar, gangguan kepribadian anti sosial, kepribadian narsistik, dan depresi. Bergantung pada gangguan yang muncul, gejala dual diagnosis bisa berbeda. Hematemesis: muntah darah, berasal dari saluran cerna bagian atas dibatasi oleh ligamentum Treitz. Heroin: jenis obat terlarang berasal dari morfin. Histerionik: berhubungan dengan atau ditandai dengan histeria,luapan emosi tidak terkendali. Homeostasis: fungsi yang mengatur keadaan internal tubuh untuk mempertahankan stabilitas, dan kondisi konstan. IC: Intermediate Course, pelatihan tingkat menengah bagi perawat kesehatan jiwa. Kannabinoid: Bagian penting dari Cannabis sativa (ganja), termasuk THC (Tetrahydrocannabinol). Macula(r): bercak perubahan warna kulit semata dan tidak melebihi tinggi permukaan kulit. Metamfetamin: sering disalahgunakan, obat stimulan yang poten, bagian dari golongan amfetamin. Metamfetamin melepaskan neurotransmitter dopamin dalam kadar yang tinggi, memicu sel otak, meningkatkan mood dan gerakan tubuh. Juga memiliki efek neurotoksik, merusak sel otak yang mengandung dopamin dan serotonin, transmitter jenis lain. Seiring waktu, metamfetamin menurunkan jumlah dopamin, yang berakibat pada gejala seperti pada penyakit Parkinson, gangguan gerakan tubuh yang berat. Myalgia: nyeri otot. Neurotransmitter: zat kimiawi seperti serotonin, terletak dan dilepaskan di otak untuk menghantarkan impuls dari satu sel saraf ke sel saraf lainnya. Norepinefrin: neurotransmiter utama, satu dari katekolamin alami, neurohormon yang dilepaskan oleh saraf adrenergik postganglionik dan beberapa dari saraf otak. Merupakan vasopresor kuat dan dilepaskan dalam tubuh sebagai respon terhadap hipotensi dan tekanan(stres). Obsesif-kompulsif: berhubungan dengan obsesi dan kompulsi (memaksa). Papula(r): perubahan permukaan warna kulit lebih tinggi dari permukaan kulit berbentuk lingkaran berdiameter 0,5 1 cm Peristalsis: urutan kontraksi otot yang teratur terjadi dalam sistem pencernaan. Petekiae: bintik bulat seukuran jarum pentul, berwarna ungu kemerahan yang terjadi karena perdarahan dalam kulit atau selaput lendir Psikosis: secara umum, sakit mental yang ditandai dengan gangguan kapasitas individu memenuhi kebutuhan harian. Secara khusus, berarti gangguan pemikiran di mana tes realitas telah rusak. Gejala bisa berupa melihat, mendengar, mencium atau merasa sesuatu yang tidak ada; paranoid; dan waham. Bergantung pada kondisi yang mendasari gejala psikotik, gejala mungkin menetap atau datang dan pergi. Psikosis dapat terjadi sebagai akibat trauma otak atau penyakit, dan terlihat paling sering pada pasien skizofrenia dan gangguan bipolar. Gejala psikotik dapat terjadi karena penyalahgunaan obat. Purpura: bercak perdarahan dalam kulit atau selaput lendir. Serotonin: vasokonstriktor monoamin disintesis di sel kromafin usus atau di saraf pusat atau perifer, dengan konsentrasi tinggi di banyak jaringan tubuh, termasuk mukosa usus, badan pineal dan sistem saraf pusat. Sistem saraf otonom (SSO): sistem saraf otonom merupakan bagian dari sistem saraf tepi (kebalikan dari sistem saraf pusat) yang berperan sebagai sistem kendali untuk mempertahankan homeostasis tubuh. Dikontrol oleh hipotalamus dan memiliki dua cabang. Cabang simpatis berfungsi pada aksi yang butuh respons cepat dan meningkatkan detak jantung, nafas yang lebih cepat dan dalam, penyempitan vena, dilatasi bronkus dan pupil serta peristalsis. Cabang parasimpatis berperan pada aksi yang tidak butuh reaksi segera, salivasi, lakrimasi, miksi, pencernaan dan defekasi. Kebanyakan SSO bersifat involunter, beberapa diantaranya seperti bernafas, bekerjasama dengan perasaan sadar. SSRI: Selective serotonin reuptake inhibitors = penghambat ambilan khusus serotonin, suatu kelompok antidepresan digunakan untuk pengobatan depresi, gangguan cemas, dan beberapa gangguan personalitas lain. TCA: Tricyclic antidepressants = antidepresan trisiklik, kelompok obat antidepresan. Dinamai demikian sesuai dengan struktur molekuler yang terdiri dari tiga atom.
62 health messenger
GLOSSARY
AC: Advance Course, advance level training for Mental Health Nurse. Autonomic Nervous System: The Autonomic Nervous System (ANS) is the part of the peripheral nervous system (as opposed to the Central Nervous System) that acts as a control system to maintain homeostasis in the body. It is controlled by the hypothalamus and has two branches. The sympathetic branch of the ANS typically functions in actions requiring quick responses and allows increases in heart rate, faster and deeper breathing, constrction of veins, dilatation of brochi, dilatation of pupils, and peristalsis. The parasympathetic branch of ANS functions with actions that do not require immediate reaction and is responsible for salivation, lacrimation, urination, digestion and defecation. Whereas most of the ANS actions are involuntary, some, such as breathing, work in tandem with the conscious mind. If the central nervous system (CNS) is damaged above a certain level, life is still possible, because cardiovascular, digestive, and respiratory functions will continue to be adequately regulated. Arthralgia: joint pain BC: Basic Course, basic level of training for Mental Health Nurse. Biogenic amine: having origins in a biological process. Borderline: a personality disorder marked by a pervasive instability of mood, self image and interpersonal relationships. Impulsive and self-damaging acts are common, as is uncontrolled anger, fear of abandonment, a chronic feeling of emptiness, recurrent self-mutilating behaviour and suicide threats and transient, stress-induced periods of paranoia and dissociation. Cannabinoid: Any of the active principles of Cannabis Sativa (marijuana), including, but not limited to THC - Tetrahydrocannabinol. CMHN (Community Mental Health Nurse): Trained nurses on the treatment of Mental Disorder patient. Dopamine: a cathecolamine formed in the body by the decarbocylation of dopa, an intermediate product in the synthesis of norepinephrine which acts as neurotransmitter. Dual diagnosis: Dual diagnosis is defined by the presence of both mental health disorders and substance abuse disorders (alcohol and/or drug dependence or abuse). There are a variety of different mental health disorders that can be associated with substance use and labelled dual diagnosis. Some of these disorders include: schizophrenia, bipolar disorder, anti-social personality disorder, narcissistic personality, and depression. Depending on what disorder is present, the symptoms of a dual diagnosis patient can be different. GP+ Doctor: General Practitioner Plus, general medical doctor with additional training on Mental Health. Haematemesis: throwing up blood originated from the upper digestive system limited by ligamentum Treitz. Usually followed by melena. Heroin: a highly addictive drug derived from morphine. Homeostasis: the property to regulate the internal environment of the body so as to maintain a stable, constant condition. Hysteric: pertaining to or characterized by hysteria, uncontrolled emotion. IC: Intermediate Course, mid level training for Mental Health Nurse. Insomnia: inability to sleep; abnormal wakefulness. Macula(r): a discolored spot on the skin that is not elevated above the surface. Melena: black color faeces caused by contamination by blood pigment. Methamphetamine: commonly abused, potent stimulant drug that is part of a larger family of amphetamines. Methamphetamine releases high levels of the neurotransmitter dopamine, which stimulates brain cells, enhancing mood and body movement. It also appears to have a neurotoxic effect, damaging brain cells that contain dopamine and serotonin, another neurotransmitter. Over time, methamphetamine appears to cause reduced levels of dopamine, which can result in symptoms like those of Parkinsons disease, a severe movement disorder. Myalgia: muscle pain. Neurotransmitter: chemicals, such as serotonin, located and released in the brain to allow an impulse from one nerve cell to pass to another nerve cell. Norepinephrine: major neurotransmitter, one of the natural cathecolamins, a neurohormone released by the postganglionic adrenergic nerves and some brain neurons. It is a powerful vasopressor and is released in the body usually in response to hypotension and stress. Obsessive-compulsive: pertaining to obsessions and compulsions. Papula(r): spots emerging and changing color that form a circle with a diameter of 0.5 1 cm. Peristalsis: series of organized muscle contractions that occur throughout the digestive tract. Petechiae (pl): intradermal or submucous hemorrhage intradermal or submucous hemorrhage spot. Psychosis: In the general sense, a mental illness that markedly interferes with a persons capacity to meet lifes everyday demands. In a specific sense, it refers to a thought disorder in which reality testing is grossly impaired. Symptoms can include seeing, hearing, smelling, or tasting things that are not there; paranoia; and delusional thoughts. Depending on the condition underlying the psychotic symptoms, symptoms may be constant or they may come and go. Psychosis can occur as a result of brain injury or disease, and is seen particularly in schizophrenia and bipolar disorders. Psychotic symptoms can occur as a result of drug use. Serotonin: a monoamine vasocontrictor synthesized in the testinal chromaffin cells or in central or peripheral neurons an found in high concentrations in many body tissues, including the intestinal mucosa, pineal body and central nervous system. SSRI: Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) are a class of antidepressants used in the treatment of depression, anxiety disorders, and some personality disorders. TCA: Tricyclic antidepressants are a class of antidepressant drugs. They are named after the drugs molecular structure, which contains three rings of atoms.
SUBSCRIPTION BERLANGGANAN
Organisasi anda dapat Your organisation can take out subscription to the Health berlangganan majalah Pembawa Pesan Kesehatan: Messenger Magazine as: International NGO >300 copies - Rp 50.000 <300 copies - Rp 44.500 Local Institution >300 copies - Rp 38.000 <300 copies - Rp 30.000 Local NGO >300 copies - Rp 20.000 <300 copies - Rp 15.000 LSM Internasional >300 eksemplar - Rp 50.000 <300 eksemplar - Rp 44.500 Institusi Lokal >300 eksemplar - Rp 38.000 <300 eksemplar - Rp 30.000 LSM Lokal >300 eksemplar - Rp 20.000 <300 eksemplar - Rp 15.000
ADVERTISINGPARIWARA
Your organisation can publish an advertising in the Health Messenger Magazine. For more information, please contact us. Organisasi anda dapat menerbitkan pariwara di majalah Pembawa Pesan Kesehatan. Untuk informasi, silakan menghubungi.
CONTACT KONTAK
Aide Mdicale Internationale Lr. Tgk. Meunara VII, no.6 Desa. Garot Geuceu Kec. Darul Imarah Aceh Besar, NAD [email protected]
Aide Mdicale Internationale (AMI) is a nongovernmental, non-profit organization (NGO). It is apolitical and secular. The goal of Aide Mdicale Internationale is to implement or re-establish access to health care for deprived and isolated populations. AMI was founded in 1979 by a group of twenty volunteer doctors and nurses. Since its creation, Aide Mdicale Internationale has developed programs in more than thirty countries. Now present in 9 countries, AMI teams provide primary health care, prevent infections, and implement health education programs. They also equip, rehabilitate and supply health care structures and train health care personnel. AMI has been working in Indonesia since March 2005 to provide Indonesian health workers, in the province of Aceh, with a continuous training tool appropriate to improve their knowledge and skills.
Aide Mdicale Internationale (AMI) adalah suatu organisasi nirlaba non-pemerintah.AMI tidak berpolitik dan bersifat sekuler. Aide Mdicale Internationale bertujuan untuk mewujudkan atau membangun kembali akses layanan kesehatan bagi masyarakat yang tersisihkan dan terisolasi. AMI didirikan pada tahun 1979 oleh dua puluh orang dokter dan perawat relawan. Sejak pendiriannya, Aide Mdicale Internationale telah mengembangkan program di lebih dari tiga puluh negara. Saat ini AMI bekerja di sembilan negara. Tim AMI memberikan layanan kesehatan primer, pencegahan infeksi, dan melakukan program pendidikan kesehatan. AMI juga melengkapi, merehabilitasi dan mensuplai pusat layanan kesehatan serta melatih petugas kesehatan. AMI telah bekerja di Indonesia sejak Maret 2005 untuk membantu para pekerja kesehatan Indonesia di Provinsi Aceh dengan sejumlah perangkat pelatihan yang tepat guna meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka.
Contributors / Kontributor:
www.amifrance.org