Optimasi Konsentrasi Inokulum Bakteri Hidrokarbonoklastik Pada Bioremediasi Limbah Pengilangan Minyak Bumi Di Sungai Pakning
Optimasi Konsentrasi Inokulum Bakteri Hidrokarbonoklastik Pada Bioremediasi Limbah Pengilangan Minyak Bumi Di Sungai Pakning
Optimasi Konsentrasi Inokulum Bakteri Hidrokarbonoklastik Pada Bioremediasi Limbah Pengilangan Minyak Bumi Di Sungai Pakning
OPTIMASI KONSENTRASI INOKULUM BAKTERI HIDROKARBONOKLASTIK PADA BIOREMEDIASI LIMBAH PENGILANGAN MINYAK BUMI DI SUNGAI PAKNING
Syukria Ikhsan Zam
Dosen Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN Sultan Syarif Kasim Riau, Pekanbaru
Optimizing Hydrocarbonoclastic Bacteria Inoculum Concentration on Bioremediation of Oil Residue in Pakning River Abstract The purposes of this research were to get the best inoculum concentration and also to identify the ability of mixed culture of hydrocarbonoclastic bacteria in oil waste degradation. The isolats were used are Acinetobacter baumannii, Alcaligenes eutrophus, Bacillus sp1., Methylococcus capsulatus, Bacillus sp2., Morococcus sp., Pseudomonas diminuta, Xanthomonas albilineans, Bacillus cereus and Flavobacterium branchiophiia. Variation of inoculum concentrations were 10%, 15%, and 20% (v/v). Observed parameters in optimization were Total Plate Count (TPC) the culture every 24 hour, Total Petroleum Hydrocarbon (TPH) and Chemical Oxygen Demand (COD) examined at the end of the bioremediation period. Best optimization result then analyzed with GC/MS. Optimization result indicated the best inoculum concentration was 10% with TPH degradation 61,79% and COD slope 61,75%. It is assumed that the low value of TPH degradation and COD slope at 15% and 20% inoculum concentration were caused by competition inside the bacterial population at that high inoculum concentration. The competition result in low growth and degradation. The chromatogram indicated that hydrocarbon compound from nC9 nC32 have been degraded by 9,887% 88,056%. The conclusions of this research is the best result of bioremediation was obtained concentration inoculum at 10% mixed culture. Keywords : bioremediation, hydrocarbonoclastic bacteria, inoculum concentration
117
Optimasi Konsentrasi Inokulum Bakteri Hidrokarbonoklastik pada Bioremediasi Limbah Pengilangan Minyak Bumi di Sungai Pakning
PENDAHULUAN
Peningkatan kebutuhan bahan bakar minyak, mengakibatkan peningkatan eksplorasi dan pengolahannya. Eksplorasi dan pengolahan minyak bumi selain memberikan keuntungan juga memberikan dampak yang buruk bagi lingkungan, yaitu berupa limbah (residu). Limbah hasil pengolahan minyak bumi memiliki komposisi berupa aspal, lilin, logam berat, lumpur bercampur minyak sisa pengilangan (oil sludge) dan hidrokarbon (Anonimus, 1994). Pada umumnya limbah minyak bumi diolah secara fisika dengan penyaringan, penyerapan, pembakaran atau secara kimia dengan menggunakan pengemulsi. Cara-cara ini memang dapat menghilangkan limbah minyak bumi dengan cepat, akan tetapi biayanya mahal dan tidak ramah lingkungan. Sebagai contoh, pembakaran dapat menghancurkan hidrokarbon dengan cepat, tetapi pada saat yang bersamaan menyebabkan polusi udara dan meninggalkan sisa pembakaran yang memerlukan penanganan yang lebih lanjut. Sementara itu penggunaan bahan kimia sintetis selain lebih mahal juga dapat menimbulkan resiko pencemaran baru, sehingga diperlukan suatu cara pengolahan limbah minyak bumi yang lebih ekonomis dan lebih ramah lingkungan (Clark, 1986). Salahsatu cara untuk pengelolaan dan pemanfaatan limbah dilakukan dengan menggunakan agen biologi yang disebut bioremediasi. Bioremediasi merupakan suatu proses pemulihan (remediasi) lahan yang tercemar limbah organik maupun limbah anorganik dengan memanfaatkan organisme. Pengelolaan dengan menggunakan organisme merupakan alternatif penanggulangan limbah minyak bumi yang murah, efektif, ramah lingkungan dan menyebabkan terjadinya degradasi limbah yang menghasilkan senyawa akhir yang stabil dan tidak beracun, namun metode ini membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan cara fisika atau kimia (Atlas dan Bartha, 1992). Organisme yang telah diketahui memiliki kemampuan mendegradasi hidrokarbon terutama adalah mikroorganisme seperti jamur, ragi, dan bakteri (Rosenberg et al., 1992). Pertumbuhan mikroorganisme dalam hidrokarbon sering diikuti dengan pengemulsian sumber karbon yang tidak larut dalam medium kultur karena adanya agen polimer ekstraseluler yang dibentuk selama fermentasi hidrokarbon (Zajic et al., 1977). Bakteri yang memiliki kemampuan mendegradasi senyawa hidrokarbon disebut bakteri hidrokarbonoklastik (Davids, 1967). Secara alami mikroorganisme ini memiliki kemampuan untuk mengikat, mengemulsi, mentranspor, dan mendegradasi hidrokarbon. Bakteri ini mendegradasi senyawa hidrokarbon dengan cara memotong rantai hidrokarbon tersebut menjadi lebih pendek dengan melibatkan berbagai enzim. Sintesis enzim-enzim tersebut dikode oleh kromosom atau plasmid, tergantung pada jenis bakterinya (Ashok et al., 1995). Biodegradasi senyawa hidrokarbon yang terdapat pada limbah pengilangan minyak bumi dipengaruhi oleh faktor fisika, kimia dan biologi. Faktor fisika-kimia yang berpengaruh terhadap biodegradasi hidrokarbon antara lain komposisi dan struktur kimia hidrokarbon, konsentrasi hidrokarbon, suhu, oksigen, salinitas, pH, nutrisi, cahaya dan tekanan osmotik. (Englert, 1993; Bossert dan Bartha, 1984). Faktor biologis meliputi mikroorganisme yang ada, karakter, jumlah sel, serta enzim yang dimiliki oleh organisme tersebut (Atlas, 1981; Atlas dan Bartha, 1992;
118
Optimasi Konsentrasi Inokulum Bakteri Hidrokarbonoklastik pada Bioremediasi Limbah Pengilangan Minyak Bumi di Sungai Pakning
Leahy dan Colwell, 1990; Udiharto, 1992). Sebagai salahsatu faktor yang mempengaruhi proses bioremediasi, maka perlu dilakukan penelitian tentang konsentrasi inokulum yang tepat agar proses bioremediasi berjalan dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh inokulum terbaik dan mengetahui kemampuan kultur campuran dalam bioremediasi limbah pengilangan minyak bumi.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi SITH Institut Teknologi Bandung. Bahan penelitian adalah isolat bakteri yang diisolasi dari limbah minyak bumi yang berasal dari tempat pembuangan limbah kilang minyak bumi di Pertamina Sungai Pakning. Limbah yang dikirim merupakan limbah cair dengan warna kehitaman, berbau tajam, dan mudah terbakar. Medium pertumbuhan bakteri menggunakan Stone Mineral Salt Solution (SMSS), dibuat dengan cara melarutkan lima g CaCO3; 2,5 g NH4NO3; satu g Na2HPO4.7H2O; 0,5 g KH2PO4; 0,5 g MgSO4.7H2O; dan 0,2 g MnCl2.7H2O ke dalam satu liter akuades, pH diatur tetap 6,5 (Sharpley, 1966). Bahan kimia yang diperlukan dalam pengukuran COD adalah K2Cr2O7 0,25 N, H2SO4 pekat, kristal HgSO4, FAS [Fe(NH4)2(SO4)2], dan indikator Ferroin. Pengukuran menggunakan metode Dichromate Reflux Technique Standar (Anonimus, 2005). Isolat bakteri yang digunakan adalah Acinetobacter baumannii, Alcaligenes eutrophus, Bacillus sp1., Methylococcus capsulatus, Bacillus sp2., Morococcus sp., Pseudomonas diminuta, Xanthomonas albilineans, Bacillus cereus dan Flavobacterium branchiophiia . Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah labu Erlenmeyer, cawan Petri, tabung reaksi, mikropipet, pipet ukur, labu pemisah, gelas piala dan shaker incubation. Prosedur Kerja Sterilisasi Alat dan Bahan Bahan dan alat tahan panas yang digunakan dalam penelitian ini disterilisasi dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121 0C dengan tekanan 15 lbs selama 15 menit. Peralatan yang tidak tahan panas disterilisasi dengan menggunakan alkohol 90%. Optimasi Konsentrasi Inokulum Konsentrasi inokulum yang digunakan adalah 10%, 15%, dan 20% (v/v) kultur campuran (1:1:1:1:1:1:1:1:1:1) setiap tahapan isolasi ke dalam masing-masing labu Erlenmeyer yang berisi SMSSe yang ditambahkan 50% (v/v) limbah minyak bumi dengan jumlah sel 106 sel/ml (Mulvey, 2002). Kemudian diinkubasikan pada suhu 28 0C selama 7 x 24 jam dengan agitasi 120 rpm. Setiap 24 jam sekali dilakukan enumerasi untuk pembuatan pola pertumbuhan bakteri dengan metode cawan tuang. Pada hari terakhir dilakukan pengukuran tingkat degradasi limbah minyak bumi dan penurunan COD. Perlakuan yang memberikan hasil terbaik dilakukan GC/MS terhadap minyak sisa degradasi.
119
Optimasi Konsentrasi Inokulum Bakteri Hidrokarbonoklastik pada Bioremediasi Limbah Pengilangan Minyak Bumi di Sungai Pakning
Tingkat degradasi Pengukuran tingkat degradasi dilakukan dengan menggunakan metode Gravimetri. Metode ini dilakukan dengan mengekstraksi lima ml sampel dengan menggunakan benzene, pentana, dan dietileter dengan perbandingan 3:1:1 sebanyak lima ml. Minyak yang diperoleh lalu ditimbang untuk mengetahui jumlah minyak yang terkandung dalam sampel. Tingkat degradasi diukur dengan rumus sebagai berikut (Pikoli, 2000; Astuti, 2003) :
% deg radasi
AB x 100% A
Keterangan : A = Total petroleum hydrocarbon (TPH) awal B = Total petroleum hydrocarbon (TPH) akhir TPC (Total Plate Count) Analisis TPC bertujuan untuk mengetahui pola pertumbuhan bakteri selama proses bioremediasi berlangsung. TPC dilakukan dengan metode cawan tuang yang mengacu kepada Cappuccino dan Sherman (1987). Laju pertumbuhan dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini (Crueger dan Crueger, 1984):
= 1 dX . X dt
Keterangan : X = Konsentrasi biomasa dX = X-X0 X = log jumlah sel dt = t t0 t = waktu COD (Chemical Oxygen Demand) Pengukuran COD dilakukan untuk mengetahui konsentrasi total bahan kimia yang terdapat pada limbah sebelum dan sesudah bioremediasi. Pengukuran dilakukan di Laboratorium Air Departemen Teknik Lingkungan ITB dengan metode Dichromate Reflux Technique Standar. Metode ini dilakukan dengan cara mengambil 25 ml medium sampel dan 25 ml akuades sebagai blanko ke dalam labu Erlenmeyer 500 ml. Ditambahkan satu g HgSO4, lima ml H2SO4 pekat, dan diaduk sampai HgSO4 larut. Perlahan-lahan ditambahkan 12,5 ml K2Cr2O7 0,25 kemudian diaduk hingga homogen. Selama pengadukan ditambahkan 35 ml H2SO4 pekat, kemudian direfraksi selama 2 jam. Hasil refraksi didinginkan, kemudian ditambahkan akuades hingga volume 175 ml. Kemudian ditambahkan 2 3 tetes indikator Ferroin, selanjutnya dititrasi
120
Optimasi Konsentrasi Inokulum Bakteri Hidrokarbonoklastik pada Bioremediasi Limbah Pengilangan Minyak Bumi di Sungai Pakning
dengan FAS [Fe(NH4)2(SO4)2] sampai terjadi perubahan warna menjadi coklat kemerahan. Kandungan COD ditentukan dengan perhitungan berikut (Anonimus, 2005) :
COD mg / l
(a b).(N ).8000 v
Keterangan : a = mL Fe(NH4)2(SO4)2 yang digunakan untuk blangko b = mL Fe(NH4)2(SO4)2 yang digunakan untuk sampel N = normalitas Fe(NH4)2(SO4)2 v = volume sampel Kromatografi Gas (GC/MS) Kromatografi gas dilakukan hanya untuk perlakuan terbaik dari hasil optimasi. Tujuan analisis dengan GC/MS adalah untuk mengetahui komposisi dan jenis senyawa yang terkandung di dalam sampel sebelum dan sesudah bioremediasi. Alat yang digunakan adalah GC jenis HP5890 dengan detektor FID dan suhu 300 0C, kolom GC adalah kapiler kaca (panjang 30 m dan diameter 0,25 mm) dengan tekanan 100 kPa dan aliran kolom 1,6 ml/menit, sedangkan gas pembawa sampel yang akan dianalisis yaitu helium. Tingkat degradasi senyawa hidrokarbon dihitung dengan cara:
% deg radasi
AB x 100% A
Keterangan : A = Luas fitana awal : luas area awal B = Luas fitana akhir : luas area akhir
121
Optimasi Konsentrasi Inokulum Bakteri Hidrokarbonoklastik pada Bioremediasi Limbah Pengilangan Minyak Bumi di Sungai Pakning
Tabel 2). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwasanya peningkatan konsentrasi inokulum menjadi dua kali lipat, bahkan tiga kali lipat tidak meningkatkan proses biodegradasi limbah pengilangan minyak bumi. Hasil penelitian yang dilakukan Satitiningrum (2005) menunjukkan tidak terdapatnya korelasi antara pemberian inokulum dalam jumlah yang banyak terhadap tingkat degradasi dan pertumbuhan mikroorganisme. Pemberian inokulum dengan konsentrasi lebih besar dari 10% mengakibatkan pertumbuhan dan penurunan TPH yang kurang baik (Gambar 2 dan 3). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2003) diketahui bahwa konsentrasi inokulum terbaik digunakan dalam degradasi minyak bumi adalah 10%. Pemberian konsentrasi dibawah ataupun lebih dari 10% akan memberikan hasil pertumbuhan dan degradasi yang kurang baik. Mulvey (2002) menyatakan pemberian konsentrasi inokulum melebihi 15% akan mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan biodegradasi minyak bumi.
3.00E+11 2.50E+11 2.00E+11 1.50E+11 1.00E+11 5.00E+10 1.00E+07
Waktu (Hari)
10% 20% 30%
Gambar 1. Kurva Pola Pertumbuhan Kultur Campuran dalam Medium SMSSe + 50% Limbah Minyak Bumi pada Optimasi Konsentrasi Inokulum. Kondisi Lingkungan : suhu 28 0C, pH awal medium 6,5, dengan agitasi 120 rpm. Tabel 1. Total plate count optimasi konsentrasi inokulum Konsentrasi Inokulum 10% 3,43 x 10 7 1,77 x 1010 2,03 x 1011 1,00 x 1011 2,07 x 1011 2,24 x 1011 2,24 x 1011 15% 4,80 x 107 5,43 x 1010 1,05 x 1011 9,25 x 1010 1,31 x 1011 1,79 x 1011 1,82 x 1011 20% 6,46 x 107 1,16 x 1011 1,18 x 1011 9,01 x 1010 1,64 x 1011 1,04 x 1011 1,08 x 1011
122
Optimasi Konsentrasi Inokulum Bakteri Hidrokarbonoklastik pada Bioremediasi Limbah Pengilangan Minyak Bumi di Sungai Pakning
Pemberian konsentrasi inokulum 10% dapat dinyatakan sebagai konsentrasi inokulum yang tepat untuk proses bioremediasi limbah pengilangan minyak bumi ini. Konsentrasi tersebut mendukung untuk pertumbuhan bakteri jika dibandingkan dengan konsentrasi inokulum 15% dan 20%, sehingga pertumbuhan bakteri menjadi lebih baik. Menurut Doelle (1994) konsentrasi inokulum yang mencukupi merupakan salahsatu syarat supaya proses fermentasi dapat berlangsung dengan optimum. Mishra et al. (2001) menambahkan kesesuaian antara rasio inokulum dan komposisi substrat dapat mempengaruhi proses degradasi minyak bumi. Kurang baiknya pertumbuhan dan degradasi limbah pengilangan minyak bumi pada konsentrasi inokulum 15% dan 20% diduga diakibatkan konsentrasi tersebut terlalu banyak sehingga medium kurang memadai untuk pertumbuhan bakteri tersebut. Hal ini mengakibatkan terjadinya kompetisi antar bakteri, sehingga pertumbuhan dan proses degradasi menjadi rendah. Astuti (2003) menyatakan persaingan dalam penggunaan substrat mengakibatkan pertumbuhan kultur menjadi kurang baik, karena pertambahan jumlah sel atau biomassa menjadi rendah. Pada optimasi ini, penurunan COD pada konsentrasi inokulum 15% dan 20% tidak jauh berbeda dengan konsentrasi inokulum 10%. Hal ini dapat diakibatkan terjadinya kompetisi antar populasi pada perlakuan tersebut, sehingga bakteri-bakteri beradaptasi menggunakan substrat selain hidrokarbon, seperti asam lemak dan senyawa lainnya yang terdapat dalam limbah minyak tersebut. Penggunaan senyawa-senyawa lain ini mengakibatkan penurunan COD yang cukup tinggi, sedangkan degradasi hidrokarbon menjadi rendah. Menurut Slater (1981, dalam Astuti, 2003) jika terdapat lebih dari satu pengguna substrat dalam satu kultur, maka kemungkinan mikroorganisme untuk termutasi akan lebih besar. Akibat dari mutasi ini mikroorganisme akan memiliki kemampuan untuk memanfaatkan substrat lainnya untuk pertumbuhan (Black, 1999).
90 80 70
Persentase (%)
Degradasi TPH
Penurunan COD
123
Optimasi Konsentrasi Inokulum Bakteri Hidrokarbonoklastik pada Bioremediasi Limbah Pengilangan Minyak Bumi di Sungai Pakning
Gambar 2. Tingkat Degradasi TPH dan Penurunan COD dari Optimasi Konsentrasi Inokulum
Tabel 2. Penurunan TPH dan COD Hasil Optimasi Konsentrasi Inokulum Konsentrasi TPH Awal TPH Akhir COD Awal COD Akhir Inokulum (g/100ml) (g/100ml) (g/100ml) (g/100ml) 10% 14,500 5,540 91,437 34,975 20% 14,500 7,066 91,437 35,960 30% 14,500 7,430 91,437 36,945 Berdasarkan hasil GC/MS terlihat terjadi degradari senyawa hidrokarbon n C9 n C32 berkisar antara 9,887% 88,056%, dengan degradasi total 43,413% (Tabel 3 dan Gambar 3). Penggunaan GC/MS bertujuan untuk mengetahui senyawa-senyawa hidrokarbon yang dapat didegradasi oleh kultur campuran bakteri. Terjadinya proses degradasi senyawa-senyawa hidrokarbon tersebut diduga karena terjadi sinergisme dalam kultur campuran tersebut dan terjadi proses kometabolisme.
C13
C14
C15 C16 C19 C21 C26 C17 C18 C22 C24 C23 C25 C27 C20 C C28 30 C29 C31 C32 Pr
C9
Ph
124
Optimasi Konsentrasi Inokulum Bakteri Hidrokarbonoklastik pada Bioremediasi Limbah Pengilangan Minyak Bumi di Sungai Pakning
Tabel 3. Tingkat Degradasi Senyawa Hidrokarbon Dari Hasil Optimasi Terbaik Setelah Tujuh Hari Inkubasi. Senyawa Tingkat Senyawa Tingkat Hidrokarbon Degradasi (%) Hidrokarbon Degradasi (%) nC9 9,887 n C20 22,507 nC10 14,704 n C21 20,693 nC11 16,222 n C22 23,374 nC12 17,626 n C23 24,721 nC13 18,842 n C24 18,702 nC14 20,669 n C25 32,233 nC15 23,129 n C26 14,640 nC16 21,084 n C27 14,289 nC17 19,765 n C28 50,331 Pristana n C29 30,164 nC18 34,022 n C30 37,816 Fitana n C31 86,915 nC19 16,792 n C32 88,056 Total 43,413
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1. Perlakuan yang memberikan hasil perlakuan terbaik secara berturut-turut adalah konsentrasi inokulum 10% dengan tingkat degradasi TPH 61,79% dan penurunan COD 61,74% serta laju pertumbuhan 0,098 jam-1, konsentrasi inokulum 15% tingkat degradasi TPH 51,26% dan penurunan COD 60,66% serta laju pertumbuhan 0,096 jam-1, dan konsentrasi inokulum 20% tingkat degradasi TPH 48,75% dan penurunan COD 59,59% serta laju pertumbuhan 0,095 jam-1. 2. Degradasi senyawa hidrokarbon n C9 nC32 dari hasil perlakuan terbaik berkisar antara 9,887% 88,056%, dengan degradasi total 43,413%. Kultur campuran bakteri hidrokarbonoklastik memiliki kemampuan yang baik dalam bioremediasi.
3.
125
Optimasi Konsentrasi Inokulum Bakteri Hidrokarbonoklastik pada Bioremediasi Limbah Pengilangan Minyak Bumi di Sungai Pakning
UCAPAN TERIMAKASIH
Terimakasih kepada Pemerintah Provinsi Riau dan Pemerintah Kabupaten Bengkalis yang telah membantu dalam pendanaan penelitian ini. Ucapan terimakasih ini juga ditujukan kepada Pimpinan PT. Pertamina UP II Sungai Pakning atas kesediaannya memberikan limbah pengilangan minyak bumi. Dan tak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada Ibu Nuryati Juli yang telah memberikan kritikan, saran dan ide-ide cemerlangnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 1994. Limbah Cair Berbagai Industri di Indonesia : Sumber, Pengendalian dan Baku Mutu. Project of the Ministry of State For the Environment RI, Jakarta. Anonimus. 2005. Chemical Oxygen Demand (COD). Oasis Environmental Ltd., New York. Ashok, B. T., Saxena, S., Susarrat, J. 1995. Isolation and Characterization of Four Polycyclic Aromatic Hydrocarbon Degrading Bacteria From Soil Near on Oil Refinery. Letter in Applied Microbiology. The Society for Aplied Bacteriology. 21, 246 248. Astuti, D, I. 2003. Pemanfaatan Kultur Campuran Isolat Mikroba Lokal Untuk Degradasi Minyak Bumi dan Produksi Biosurfaktan. Disertasi Doktor Institut Teknologi Bandung, Bandung. Atlas, R. M. 1981. Microbial Degradation of Petroleum Hydrocarbon : An Environmental Perspective. Microbiol. Rev. 45, 297 308. Atlas, R. M., and Bartha, R. 1992. Microbial Ecology. Benyamin Cummings Science, California. Black, J. 1999. Microbiology Principles and Explorations. Prentice Hall Upper Saddle River, New Jersey. Bossert, I., and Bartha, R. 1984. The Fate of Petroleum Soil Ecosystems. Petroleum Microbiology. Mcmillan, New York. Capucino, J. B., and Sherman, N. 1987. Microbiology : A Laboratory Manual. Addison Wesley Publ. Co., Massachusetts. Clark, R. B. 1986. Marine Polution. Clarendon Press, Oxford. Crueger, W., Crueger, A. 1984. Biotechnology : A Textbook of Industrial Microbiology. Sinauer Associates, Inc. Sunderland.
126
Optimasi Konsentrasi Inokulum Bakteri Hidrokarbonoklastik pada Bioremediasi Limbah Pengilangan Minyak Bumi di Sungai Pakning
Davids, J.B. 1967. Petroleum Microbiology. Elsevier Publishing Co., Amsterdam. Doelle, H. W. 1994. Microbial Process Development. Word Scientific Publishing Co. Pte. Ltd., Singapore. Englert, C. J. 1993. Bioremediation of Petroleum Product in Soil. Principles and Practices for Petroleum Contaminated Soil. Lewis, Michigan. Leahy, J. G., and Colwell, R. R. 1990. Microbial Degradation of Hydrocarbons In The Environment. Microbiol. Rev. 54, 305 315. Mishra, S. J., Jyot, R. C., Kuhad, and B, Lal. 2001. Evaluation of Inoculum Addition to Stimulate In Situ Bioremediation of Oily Sludge Contaminated Soil. App. And Environ. Microbial. 67 (4), 1675 1681 Mulvey, P. 2002. Treatment, Recovery and Disposal Technology: Bioremediation Techniques for Petroleum Facilities. Environmental and Earth Sciences Pty Ltd., North Sydney. Pikoli, M. R. 2000. Isolasi Bertahap Bakteri Termofilik Pendegradasi Minyak Bumi dari Sumur Bangko. Tesis Magister Biologi Institut Teknologi Bandung, Bandung. Rosenberg, E., Legmann, R., Kushmaro, A., Taube, R., Adler, E., and Ron, E. Z. 1992. Petroleum Bioremediation A Multiphase Problem. Biodeg. 3 , 213 226. Satitiningrum, Y. 2005. Optimisasi Proses Bioremediasi Menggunakan Bakteri Hasil Isolasi Dari Sludge dan Oilly Cutting Secara Landfarming. Tesis Magister Biologi Institut Teknologi Bandung, Bandung. Sharpley, J. M. 1966. Elementary Petroleum Microbiology. Gult. Publ. Co., Texas. Udiharto, M. 1992. Aktivitas Mikroba Dalam Mendegradasi Crude Oil. Diskusi Ilmiah VII. Hasil Penelitian Lemigas. Zajic, J. E., Guignard, H., and Gerson, F. D. 1977. Emulsifying and Surface Active Agents From Corynebacterium hydrocarbonoclatus. Biotechnology and Bioengineering. 19, 1285 1301.
127