Jump to ratings and reviews
Rate this book

Rectoverso

Rate this book
Dewi Lestari yang bernama pena Dee, kali ini hadir dengan mahakarya unik dan pertama di Indonesia. "Rectoverso" merupakan hibrida dari fiksi dan musik, terdiri dari sebelas cerita pendek dan sebelas lagu yang bisa dinikmati secara terpisah maupun bersama-sama. Keduanya saling melengkapi bagaikan dua imaji yang seolah berdiri sendiri tapi sesungguhnya merupakan satu kesatuan. Inilah cermin dari dua dunia Dewi Lestari yang ia ekspresikan dalam napas kreatifitas tunggal bertajuk "Rectoverso". Dengar fiksinya. Baca musiknya. Lengkapi penghayatan anda dan temukanlah sebuah pengalaman baru.

148 pages, Hardcover

First published July 1, 2008

Loading interface...
Loading interface...

About the author

Dee Lestari

26 books5,443 followers
Dee Lestari, is one of the bestselling and critically acclaimed writers in Indonesia.
Born in January 20, 1976, she began her debut with a serial novel: Supernova in 2001. Supernova’s first episode, Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh (The Knight, The Princess, and The Falling Star), was sold phenomenally, achieving a cult status among Indonesian young readers. She has published four other episodes: Akar (The Root), Petir (The Lightning), Partikel(The Particle), and Gelombang (The Wave).
Aside of the Supernova series, Dee has also published a novel titled Perahu Kertas (Paper Boat), and three anthologies: Filosofi Kopi (Coffee’s Philosophy), Madre, and Rectoverso — a unique hybrid of music and literature.
Dee also has an extensive music career, producing four albums with her former vocal trio, and two solo albums. She has been writing songs for renowned Indonesian artists.
Perahu Kertas (Paper Boat) was turned into a movie in 2009, marking Dee’s debut as a screenplay writer. The movie became one of the national's block busters. Following the same path, Madre, Filosofi Kopi, Madre, and Supernova KPBJ, were made into movies.
In February 2016, Dee released the final episode of Supernova, Inteligensi Embun Pagi (Intelligence of the Morning Dew). All Dee’s books are published by Bentang Pustaka.

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
2,209 (30%)
4 stars
2,731 (37%)
3 stars
1,940 (26%)
2 stars
390 (5%)
1 star
78 (1%)
Displaying 1 - 30 of 752 reviews
Profile Image for Vivaldi.
10 reviews7 followers
November 11, 2008
Buat saya, membaca RectoVerso bagaikan masuk restorant mewah. Mahal, dengan daftar menu yang terasa asing dan susah bacanya. Worthed sih. Penataan dan penyajian yang indah, bukan cuma rasanya lezat, warnanya pun serasi. Cuma...begitu selesai, saya kok masih laper yaaa hehehehe. Maklum perut kampung, gak biasa dengan porsi yang sedikit.

Saya pikir Dee sendiri sudah cukup berupaya baik menuntaskan eksperimennya. Jika konsep RectoVerso adalah dua sisi yang saling melengkapi, Dee bikin 3 sisi sekaligus! Lagu, Cerpen dan Ilustrasi buku di dalamnya. Dee berhak mengubah judulnya tuh: RectoVersoRecto hehehe.

Hanya saja, saya tidak merasakan nuansa melengkapi ketika saya berpindah dari syair lagu ke cerpen terkait. Terasa sama. Atau malah jangan-jangan seperti inilah maksud RectoVerso-nya Dee.

Kalo boleh saya membandingkan, Tetralogi-nya Pramoedya, lebih bersifat RectoVerso. 3 buku pertamanya (Bumi Manusia, Jejak Langkah, Anak Semua Bangsa) pada sisi Recto, dan buku terakhirnya (Rumah Kaca) sebagai Verso-nya. Bisa dinikmati terpisah, tapi jika kita baca ke dua sisinya: Dapet banget nuansanya !! hehehe.

Dari isinya, saya cuma menangkap satu ide utama: cinta tidak harus memiliki (biasanya dibungkus dalam skema cinta segitiga). Dan ide ini jadi sangat jelas dengan cerita terakhirnya: Heaven’s Light. Saya merasa, untuk eksperimen besar ini, Dee sesungguhnya bisa lebih memperkaya isinya. Atau jangan-jangan, ini karena Dee ingin menjaga idealisme RectoVersonya. Cerita harus berjumlah 11. Simetri. RectoVerso. (Kaya kitab suci aja Dee, tidak ada yang kebetulan, semuanya penanda bagi makna yang tersembunyi hehehe)

Dee, (sok akrab hehehe, kan sesama Goodreader) bagaimanapun, kamu merupakan salah satu penulis favorit saya. Jangan berhenti bereksperimen. Sementara ini saya kasih 3 bintang dulu yaa, nanti saya tambah, kalo udah lebih ngerti RectoVerso-mu.
Profile Image for Fahd.
Author 24 books530 followers
November 1, 2008
“Mungkin matahari lupa ingatan lalu keasyikan terbenam atau terlambat terbit?” Ketika sampai di kalimat itu di halaman 27, aku berhenti. Merasakan napas yang tertahan di dada. Ada rasa yang mendesir gamang di seluruh persendianku, sedikit lagi, andai saja aku tak lagi malu pada dunia bahwa aku lelaki, air mata pasti sudah meleleh dan mengalir di tebing pipiku. Adakah dunia mengerti? Miliaran panah jarak kita, tak jua tumbuh sayapku...

Andai saja aku tahu peta waktu, ketika itu aku tak akan menunggu. Dua jam lagi dia akan mengucapkan selamat ulang tahun. Tapi, aku yang terbiasa dengan kebiasaannya mengagungkan prosesi dan setia pada waktu sebagai sesuatu yang tak bisa mendua, aku menunggunya datang mengetuk pintu—atau setidaknya menderingkan teleponku—lalu memberikan kejutan atau kecupan.

Tengah malamnya lewat sudah, tiada kejutan tersisa... Saya berkesimpulan, tak ada ucapan. Tak ada perhatian. Dia lupa. Seperti seorang ayah yang lupa membawakan oleh-oleh mainan pada anaknya sepulang dari luar kota padahal si anak sudah menunggu lama dan menceritakannya pada hampir seluruh kawan-kawannya. Aku kecewa. Seperti anak kecil yang kecewa.

Andai saja aku tahu peta waktu, aku tak akan marah padanya. Sebentar lagi saja akan kutunggu, ternyata dia sedang menyiapkan kejutan yang lebih hebat dari sekedar dering telepon yang berteriak tepat ketika jam dinding menunjukkan waktu 00:00. Sebentar lagi saja, andai kutahu peta waktu.

Lalu kau datang dengan kejutan besar itu. Tapi aku sudah pergi meninggalkan malam ulangtahunku sendiri.

“Mundurlah wahai waktu, ada selamat ulang tahun... yang tertahan.”

***

Rectoverso mungkin hanya menuliskan kisah-kisah sederhana, tapi kesederhanaan itulah yang membuatnya tidak berjarak dengan para pembacanya. Seperti saya yang menikmati “Selamat Ulang Tahun” sebagai refleksi dari kisah malam ulang tahun saya sendiri—yang benar-benar pernah saya alami dalam kenyataan. Benar-benar terasa, benar-benar dekat. Setelah menyelesaikan kisahnya, saya mendengarkan lagunya, dan: gelombang itu datang, seperti ombak yang memeluk erat mata kaki kita, mengajak kita berlepas dari gigir pantai, menuju laut untuk menyelami kedalaman maknanya, mabuklaut kata-katanya.

Hibridasi lagu dan kisahnya telah benar-benar menjadi Rectoverso yang me-rectoverso. Lagu dan kisahnya tidak hanya saling bercermin dalam kedalaman maknanya, tapi juga saling bercermin bahkan di wajah terluar mereka. Untunglah komposisinya 11:11, sebelas kisah dan sebelas lagu. Kalau saja Dee membuat 12 kisah, untuk menjadikannya me-rectoverso, tentu harus ada dua puluh satu lagu, 12:21. Atau kalau 10, hanya satu lagu yang bisa membuatnya menjadi komposisi rectoverso, 10:01. Rectoverso dalam komposisi 11:11, membuat saya tahu bahwa berkomunikasi dengannya adalah menghilangkan pembatasnya, melebur dengannya: satu-satu bacalah kisahnya, satu-satu resapilah maknanya.

Di sisi lain, Rectoverso benar-benar menginspirasi. Buktinya, setelah membaca kalimat ini: “Bagaimana bisa kita ingin pisah dengan diri sendiri?” dalam Peluk di halaman 54, saya tergerak untuk menulis Cermin. Gagasan saya dalam Cermin mungkin memang agak lain, tapi ia benar-benar menjelma menjadi bukti bahwa Rectoverso—sebagai sebuah kesatuan yang koheren—benar-benar menginspirasi pembacanya.

Saya membelinya di toko buku, jadi tidak ada tandatangan, tidak ada pemaketan khusus yang mengantarkan Rectoverso ke ruang baca saya. Hanya bonus stiker yang selanjutnya membuat saya bingung harus menempelkannya di mana. CD-nya saya beli terpisah juga. Sehingga harus bernasib sama seperti bukunya. Tapi saya tetap puas, toh meskipun buku itu bertandatangan, saya tetap tidak bisa membaca tandatangannya—setidaknya sebelum saya bergabung dengan klub Firasat. :) Saya tak menyesal tak dapat tandatangannya, meskipun suatu saat saya tetap akan menagih tandatangannya.

Kritik saya sederhana saja, untuk buku yang masuk jadwal beli saya di akhir bulan menjelang Lebaran. Harganya membuat saya kesulitan mencarikan budget yang tepat dan memadai. Apalagi, untuk mahasiswa yang harus mudik seperti saya, harganya agak mengganggu kenyamanan dompet saya. :) Soal bukunya, ada beberapa gambar/image dan foto yang bagi saya kurang ‘berbunyi’… Entah kenapa…

Akhirnya, kali ini aku mengucapkannya tidak seperti perpisahan, bukan juga perjumpaan, melainkan sebuah kesadaran (Aku Ada, hal. 36). Di atas semua itu, saya mesti mengucapkan banyak-banyak terima kasih untuk kehadiran Rectoverso di ruang baca saya, dan tentu saja, angkat topi untuk ibu yang melahirkannya.
Profile Image for Winna.
Author 17 books1,963 followers
July 22, 2011
Saya suka buku ini, jauh lebih suka dibanding Filosofi Kopi. Cerpen-cerpennya lebih padat, dan tidak seperti curhatan belaka :) bahkan saya kebingungan memilih mana saja yang menjadi favorit.

I also love her English short stories, having read them for the very first time.

Lebih lagi, it's a beautiful book. Suka dengan hardcovernya, suka dengan warna hijaunya, juga foto dan penanda halaman di dalamnya. Fotonya memberi imaji lebih pada unsur cerita.
Profile Image for Ihwan.
Author 11 books11 followers
May 23, 2010
Salah satu alasan kenapa aku sangat mengidolakan Dee dan menjadikannya guru menulisku (walaupun nggak secara langsung) adalah cara Dee bercerita yang unik, simple dan to the point. Dee tahu benar bagaimana cara mengaduk-aduk emosi pembaca tanpa harus jatuh ke dalam cerita yang bertele-tele dan cenderung lebay dalam penceritaan.

Nah, di dalam Rectoverso inilah Dee membuktikan lagi kehebatannya itu. Sebelas kisah yang disajikan dalam buku berkemasan luks ini boleh dibilang temanya sederhana, bahkan mungkin sudah sering diangkat oleh penulis lain. Namun cara Dee mengemas dan menyajikannya beda banget, liat saja cerita tentang kedahsyatan cinta seseorang yang terbelakang secara mental dalam Malaikat Juga Tahu, cinta yang terpendam dalam Cicak di Dinding, perpisahan dalam Aku Ada, Peluk dan Firasat, wanita karier yang kehilangan quality time dengan keluarganya dalam Tidur.

Dari semua kisah itu yang menjadi favoritku adalah Curhat Buat Sahabat soalnya nasib sang tokoh dalam cerita itu agak-agak mirip denganku he3. Aku suka banget kalimat penutupnya: “Sebotol mahal anggur putih ada di depan matamu, tapi kamu tak pernah tahu. Kamu terus menanti. Segelas air putih.” Ciee curhat colongan neh ceritanya.

Buat pembaca yang menyenangi deskripsi yang begitu detail dan panjang mungkin akan kecewa karena cerpen-cerpen dalam Rectoverso ini ceritanya singkat-singkat, bahkan ada yang hanya dua halaman saja. Jujur , awalnya aku sempat ‘ngambek’ karena ada salah satu cerita yang menurutku bisa lebih di-explore tapi Dee hanya menuliskannya ‘gitu aja’. Sehingga aku nggak dapet feel-nya. Tapi aku lalu sadar bahwa gaya bercerita Dee memang seperti itu. Nggak ada deh, dalam novel-novel Dee, seorang tokoh digambarkan menangis termehek-mehek saat dilanda kesedihan, atau deskripsi tentang suatu tempat yang begitu panjang lebar seperti dalam novel-novel penulis lain (dan menurutku itu malah jadi membosankan.) Dalam salah satu blognya, Dee pernah mengatakan gini: We’re writers, but don’t write’em all down. Trust our readers’ ability to imagine things. And give them some inspiring and convincing description, bukan sekadar deskripsi harfiah akibat malas mikir. Setuju banget tuh!

Dari segi kemasan, Rectoverso tampil begitu lux dan nge-pop banget. Kertasnya aja sama kayak kertas-kertas di buku dongeng terjemahan. Udah gitu, di setiap cerpen disertai foto dan gambar yang mendukung jalan cerita. Bahkan beberapa malah ada yang satu halaman full tuh berupa foto atau gambar. Sumpah, aku iri banget tau nggak sih. Aku berharap someday bukuku ada yang bisa kayak gitu, amiiin.

For the last, dengan sebelas cerita yang singkat namun penuh makna dan kemasannya yang lux itu (ada bonus stikernya lagi), menurutku worth it lah dengan harganya yang buatku cukup menguras kantong agak dalam he3. Konsekuensinya, dengan berat hati aku katakan pada temen-temenku di dunia nyata, kalau aku nggak bakalan minjemin neh novel. Bukannya pelit sih, agak trauma aja soalnya dua novelku baru aja ilang dan aku lupa siapa yang terakhir kali minjem.
Profile Image for Nilam Suri.
Author 2 books141 followers
January 28, 2009
penilaian terhadap sesuatu itu saya rasa nggak ada yang objektif, karena biasanya tergantung pada minat dan kesukaan.

jadi saat saya memberi bintang lima pada buku ini, mungkin banyak orang yang nggak setuju, tapi buat saya membaca buku ini seperti pengalaman spiritual yang menenangkan. cerita-cerita yang ditulis dee, walaupun tidak semuanya berakhir bahagia mendatangkan perasaan hangat pada saya.

terutama cerpen yang berjudul peluk. reading it, was like read something in another level, memberi saya kesempatan untuk memahami sesuatu dari sudut yang berbeda, dan baru. tanpa terkesan muluk, menye-menye atau dipaksakan. membuat saya mengerti kalau perpisahan sekalipun bisa menjadi indah, bila telah tiba waktunya.

mungkin karena saya menunggu waktu itu tiba makanya cerita itu menjadi sangat istimewa bagi saya.

tapi temtu saja, itu semua berdasarkan sudut pandang saya, yang sangat-sangat bias, :)
Profile Image for Tinton.
18 reviews
May 20, 2009
when I see black then I just realize the existence of white.. when I'm down suddenly I feel strong for knowing that I was on the top on the old days..

When I'm sad I just think about something happy in the past..
When I'm so burdened with the work load, I'm just thankful for not being an unemployment one..

When I'm fear about the uncertainty of the world condition nowadays, then I'm brave to make a stand & strong point to determine my own future, to be the master of my future.. I command my self not to get weaker, but stronger.. more discipline and more diligent.

Recto verso will bring u a new understanding in dealing with life.. hope it will.. =]
Profile Image for Meliana.
Author 2 books17 followers
December 26, 2008
bagian terbagus dari rectoverso adalah:
- judulnya yang "berkelas"
- covernya yang hijau
- halaman-halamannya yang dihiasi dengan gambar bagus dan puitis.

11 kisah cintanya yang menyentuh masih ditulis dengan diksi yang bagus dan puitis. tapi, aku kehilangan ledakan yang biasanya buncah riuh di dadaku seperti pada buku-buku dee yang terdahulu. aku juga gagal membangun kesatuan buku dan lagunya. bagiku, buku lebih asyik dinikmati tanpa lagu. karena nuansa dan imaji yang berkembara di benakku ternyata tidak bisa direpresentasikan dengan lagu-lagu mendayu yang dinyanyikan dee.

my favourite line from my favourite story: grow a day older
..i'd like to find the guy who invented the proverb 'go with the flow' and lead hom to an ocean fill of hungry sharks. and see how he would flow. i'd really like to know..

why i like it? it is just like my so-called-life story. :)

can't wait for another better book of dee. how about the next episode of supernova?

Profile Image for Santh memories.
100 reviews14 followers
January 7, 2009
awal-awal denger tentang buku ini aku sempat mengernyitkan kening saat membaca judulnya yang asing "Rectoverso", trus isinya yang kombinasi antara lagu dan cerpen. aneh.

herannya ketertarikanku nggak sebesar pada "supernova" dan "filosofi kopi". walhasil, kumpulan cerpen ini belum kuprioritaskan masuk dalam daftar "pengen dibaca".

kata "Rectoverso" sendiri - setelah mencari di mesin pencari virtual paling ajaib en cangging, i.e. google trus ke wikipedia - aku menemukan arti seperti ini: The recto is the right-hand page and the verso the left-hand page of a folded sheet or bound item, such as a book, broadsheet, or pamphlet...The term recto-verso describes two-sided printing. hmmmmm....

minat baca buku ini muncul ketika menonton dan dengerin "Malaikat juga Tahu" di TV, terus terang tertarik dengan cerita video klipnya.

tanggal 1 kemarin, kesampean juga mendapatkan buku ini. walaupun, entah kenapa harus menunggu "mood" terlebih dulu. karena tidak ditemani CD lagu-lagunya, akhirnya kubuka acak lembar demi lembar dan langsung tertarik dengan foto-foto (desain grafis) yang bertebaran di dalamnya (mungkin, kebetulan juga aku baru getol-getolnya ama kamera analog en jepret-jepret). wal khusus waktu liat foto-foto hujan! (di bagian cerpen "Firasat"). asli, ambisi terbesarku adalah memotret hujan, air hujan yang jatuh, rain drops, karena emang super duper susah.

ok, kembali ke buku, ada 11 lagu dan 11 cerpen di dalamnya. ada keterangan juga dari penulis tentang arti "rectoverso" itu sendiri. tapi, saat membaca, ada kecenderungan aku "skip" alias melewatkan lirik-lirik lagu dan langsung lompat ke cerpen (tau ni, mungkin kapasitas otakku yang menangkap lirik-lirik tersebut sebagai puisi, yang notabene selalu sukar dan butuh waktu lama untuk kucerna). well, hal ini cukup mengganggu kenyamanan membaca...seperti ada distraksi.

seperti bisa ditemukan dalam karya-karya sebelumnya dari penulis ini, aku pribadi menemukan penuturan atau pelukisan dengan kata-kata yang sudah dipilih dengan sangat seksama dan hati-hati...bersifat figuratif (kadang ada makna dobel) sehingga memperkaya bahasa yang dipakai (atau kadang membingungkan, perlu ulang membacanya).

cinta dan kehidupan, itu yang kutemukan di semua cerpennya, entah itu cinta yang bisa muncul dari seorang penderita autis, cinta sesama jenis, cinta ibu, cinta terhadap karir or keluarga, perselingkuhan, firasat, merelakan, kematian, kelahiran ...

in overall, aku memilih "Hanya Isyarat" sebagai cerpen yang paling kusuka - cerita cinta yang dipendam sendirian, cinta sepihak dan hanya bisa memandang ... selalu menjadi favoritku, ditambah dengan foto-fotonya (ya, bisa dibilang, favorit nomor 2 setelah foto-foto hujan).

piss
^_^
Profile Image for Stefanie Sugia.
727 reviews174 followers
May 18, 2010
Hmm, kesan pertamaku tentang buku ini (sebelum buka bukunya) adalah judul yang menurutku sangat menarik dan melekat di hati: RECTOVERSO. Setelah membaca alasan di balik kata tersebut: Pengistilahan dua citra yang seolah terpisah tapi sesungguhnya satu kesatuan. Hal ini ditunjukkan oleh Dee dengan cara menyatukan sebuah cerita dan musik.

Sebetulnya aku jarang sekali membaca cerpen, tetapi cerpen-cerpen yang ada dalam buku Rectoverso ini benar-benar mengesankan untukku. Karena menurutku, membuat sebuah cerpen yang bagus lebih sulit daripada membuat novel yang bagus, karena cerpen cenderung lebih pendek - sehingga tidak banyak informasi yang bisa diberikan. Meskipun begitu, menurutku Dee sudah berhasil membuat 11 kisah yang berhasil mengundang perasaanku dan terhanyut dalam untaian kata-katanya yang begitu manis.

Mungkin sulit sekali memilih cerpen favorit dari 11 cerpen yang ada, tapi setelah dipikir baik-baik pilihanku jatuh pada Firasat. Aku memilih cerita ini bukan karena ceritanya yang bagus dan menarik - karena menurutku sebagian besar semuanya cukup bagus dan menarik, tetapi karena pelajaran yang diajarkan dalam cerpen itu.

Ini adalah bagian favoritku dari cerpen Firasat :):)

"Lalu... kalau saya tidak suka dengan yang dikatakan firasat
saya, lantas apa?"

"Kamu hanya perlu menerima. Ketika belum terjadi, terima
firasatnya. Ketika sudah terjadi, terima kejadiannya. Menolak,
menyangkal, cuma bikin kamu lelah."

4 star rating, why?
karena menurutku terlalu banyak gambarnya. haha :DD
Profile Image for Elfi.
49 reviews
November 13, 2008
Selalu ga bisa obyektif menilai karya Dee, yeah I'm crazy about her!

Rectoversonya gw lahap seperti org yg kelaparan, terakhir baca buku Dee bulan Maret lalu (Filosofi Kopi) dan gw benar2 merindukannya. Jadwal terbitnya yang akhir bulan menjelang Lebaran, saat2 dimana pengeluaran lagi banyak2nya pun gw paksain untuk memasukkan buku ini dalam list worth to buy.

Kesan pertama selesai membaca adalah tenang & meneduhkan, lanjut denegrin lagunya (hiiiyyyaaa baru tau klo lagu 'Malaikat juga tahu' -yg akhirnya jd RBT ponselku- yg sering diputer di radio itu lagu Dee, kirain BCL :D) semakin bener2 rileks & nyaman, berasa masuk spa dan dipijit :D

Cerita favorit gw Peluk, menceritakan sebuah drama perpisahan dengan indah, tanpa air mata ato malah caci maki.
Selamat Ulang Tahun, gw suka pilihan katanya, cerdas! (psssttt lagu ini jg yg gw puter di rumah saat my hubby ultah, 6 okt lalu)
Tidur, ayayayaya..sangat menohok, apa kabar bidadari kecilku, maafkan mama yang jarang bisa menyanyikan lagu nina bobo untukmu, huuuhhh Jakarta....*sigh*
Aku Ada (hmmm gw sedang berpikir mengganti RBT dg lagu ini....akulah lautan memeluk pantaimu erat), Curhat buat sahabat, Firasat (gambarnya dasyat!), Cicak di dinding....aaahhhh gw suka smua!

Dee, Malaikat juga tahu, kamu yang jadi juaranya!
Profile Image for Awal Hidayat.
195 reviews29 followers
June 20, 2024
Bukan sekedar antologi. Kombinasi antara prosa dan lirik lagu benar-benar brilian. Sekali lagi, untuk kesekian kali, Dewi Lestari menyelesaikan kisahnya dengan penuh kekerenan. Rectoverso.

11 cerita dengan balutan kata yang menyihir dengan begitu sempurna. 11 cerita dengan makna yang hebat di dalamnya. 11 cerita, semuanya... saya menyukainya. Paling suka dengan curhat buat sahabat. Rasanya membaca kisah sendiri. Subjektif memang, tapi kalau benar-benar mau dibandingkan dengan cerita yang lain, curhat buat sahabat termasuk yang paling keren.

Malaikat juga tahu dan Firasat ada tepat di balik kehebatan sihir cerita curhat buat sahabat.

“Aku ingin membisikkan selamat tidur, Jangan bermimpi, mimpi mengurangi kualitas istirahatnya, dan untuk bersamaku, ia tak perlu bermimpi” - Curhat Buat Sahabat
“Dia mencintai bukan cuma dengan hati. Tapi seluruh jiwanya. Bukan basa-basi surat cinta, bukan cuma rayuan gombal, tapi fakta” - Malaikat Juga Tahu.
“Kamu hanya perlu menerima. Ketika belum terjadi, terima firasatnya. Ketika sudah terjadi, terima kejadiannya. Menolak, menyangkal cuma bikin kamu lelah.” - Firasat

There's so many more beautiful quotes from the book. Dee emang ga pernah kehabisan kata buat bukunya. Bravo!
Profile Image for Aveline Agrippina.
Author 3 books69 followers
July 7, 2009
Nyaris semua orang mengenal Dewi "Dee" Lestari adalah seorang penulis Karena bakat tarik suara yang lebih dahulu muncul di permukaan kemudian lahirlah Supernova yang menjadi cikal bakal kelahirannya sebagai seorang penulis.

Rectoverso yang dikatakan oleh Dee -nama pena Dewi Lestari- merupakan konsep sederhana yang memang sudah dicita-citakannya sewaktu dia menuliskan Supernova (novel fantasi pertamanya).

Sebelas cerpen dan sebelas lagu yang tercipta. Sebelas lagu yang merupakan hasil aransemen ulang dari lagu yang sudah pernah dia ciptakan sebelum Rectoverso ini lahir. Dengan sentuhan Andi Rianto, lagu - lagu menjadi terasa sesuatu yang lebih.

Namun, saya tidak membahas musik Rectoverso. Melainkan bukunya. Sebelas cerpen Dee bukanlah sesuatu yang asing untuk dibaca. Sebelum Rectoverso ini lahir, Dee juga telah menerbitkan kumpulan cerpennya, Filosofi Kopi, yang dibalut juga dengan beberapa prosanya.

Di dalam Rectoverso, Dee memang lebih menukik dalam gaya penceritaan dan caranya dalam menceritakan sesuatu yang lebih.

Sebelum membaca cerpennya, kita disuguhi dengan lirik lagu yang judulnya juga menjadi judul cerpennya. Dengan kata lain, antara lirik dan cerpen berkesinambungan. Semua cerita yang dihadirkan keseluruhannya berjalan seperti apa yang dia tulis di lirik lagunya.

Beberapa cerpen yang benar-benar menyentuh adalah "Malaikat Juga Tahu", "Peluk", "Firasat", dan "Tidur". Yang menurut versi saya tidak menarik adalah "Aku Ada", "Cicak di Dinding", dan "Back To Heaven's Light".

Di dalam cerpen "Malaikat Juga Tahu", Dee menceritakan sesuatu yang lebih dengan pendeskripsian yang kuat dan tidak terkesan terbata-bata. Juga topik yang diangkat lebih mengesankan bahwa Dee benar-benar berempati dengan tokoh yang dia ciptakan. Dengan berbagai karakter dan "keanehan yang ada".

Peluk. Mungkin topik yang diangkat oleh Dee memang tak pernaj jauh dari yang namanya cinta. Bahkan Dee sendiri mengakuinya. Di dalam cerpennya "Peluk", dia berani mengeksplorasi dirinya sendiri secara lebih mendalam dalam kisah-kisah percintaan yang dikemas lebih menarik. Walau topiknya tetaplah patah hati, dia pandai mengolah kata dan sifat keakuannya lebih dalam.

Cerpennya "Firasat" dan "Tidur" membebaskan dirinya dalam berkata-kata secara fokus dan lebih. Metafora dan puitisnya lebih terlihat kuat. Satu kalimat yang menarik yang saya kutip dari "Firasat".
"Saat kepala kita sibuk berencana dan melamun tak karuan, hati kita bicara dengan alam, dengan malaikat, dengan hati-hati lain. Petunjuk dan tuntunan hidup tersedia di mana-mana. Hanya saja kita tidak terlatih untuk membacanya"


Untuk cerpennya "Aku Ada", "Cicak di Dinding", dan "Back To Heaven's Light", Dee memang memberikan suatu nuansa baru. Gaya penceritaan yang agak lain dari Filosofi Kopi. Namun penyimpangan yang seperti itu terlalu melebar, maka kata-kata yang harusnya berkesan malah menjadi bertele-tele dan mengakibatkan menjadi tak ada kesan yang ingin tersuratkan.

Keeleganan buku terletak karena hard cover, foto-foto yang terselip, lembar-lembar hijau dan kuning yang menjadi warna dasar dari Rectoverso ini menjadi suatu nilai lebih untuk pembaca. Ditambah pula dengan tata letak kata yang cukup menarik. (Apalagi ditambah lagu, duh!)

Rasanya walau saya sudah membacanya empat bulan lalu dan baru meresensinya sekarang, ini adalah warna baru dari sastra Indonesia yang cukup menarik. Sebuah metamorfosa yang nyaris sempurna.
Profile Image for bakanekonomama.
573 reviews83 followers
February 7, 2013
Akhirnya, bagai sungai yang mendamba samudra,
Kutahu pasti ke mana kan kubermuara
Semoga ada waktu
Sayangku, kupercaya alam pun berbahasa
Ada makna di balik semua pertanda
Firasat ini...
Rasa rindukah ataukah tanda bahaya?
Aku tak peduli
Kuterus berlari...


Sebelas cerpen. Sebelas lagu. Sebelas interpretasi. Sebelas hal yang menjadi satu, dalam sebuah buku kumpulan cerpen, lagu, dan foto. Dari sebelas itu, hanya beberapa saja yang saya benar-benar mengerti. Salah satunya cerpen "Firasat" yang entah kenapa meninggalan jejak lebih dalam buat saya.

Orang-orang bilang, disini Dee bercerita tentang cinta. Dan memang itu kenyataannya. Dan seperti cinta, karya Dee inipun tak mudah untuk saya mengerti. Ah, memang siapa yang bisa mengerti cinta? Bukankah seorang tokoh legendaris pernah berkata, "Sejak dahulu, begitulah cinta... Deritanya tiada akhir..." (yang tau quote ini darimana, berarti satu angkatan sama saya xD)

Entah kenapa setelah membaca buku Dee ini, saya jadi ingin menuliskan review dengan kata-kata yang indah dan puitis. Padahal, saya ini bukan penikmat puisi. Bagi saya, sebagian besar puisi hanya bisa dipahami oleh sang penulis dan Tuhan saja. Begitupun dengan kata-kata indah yang telah dirangkai Dee di dalam cerpen ini. Tapi toh, saya masih terkagum-kagum dengan keindahan bahasa yang digunakan Dee (meski saya nggak ngerti). Itukah kesamaan puisi dengan lukisan? Terkadang, semakin abstrak dan absurd karya itu, semakin orang terpukau karenanya... (versi pengamat sotoy nan amatir)

Satu hal yang saya pahami dari kumpulan cerpen ini. Cinta memang bukan hal yang mudah dipahami, tapi cinta adalah tentang menemukan muara yang membuat diri kita merasa nyaman berada di sana. Menemukan jalan pulang. Jalan menuju tempat yang membuat kita berada di tempat yang paling nyaman. Karena ada banyak cara untuk mencintai, dan yang terbaik adalah melakukannya dengan cara yang ternyaman bagi kita. Ada yang melakukannya dengan merelakan, membiarkan masing-masing berada di posisi nyamannya, atau hanya dengan menatap saja. Semuanya adalah bentuk cinta, semuanya adalah bentuk yang akan membuat kita menuju rumah.

Mereka yang kehilangan cinta akan merasa tidak memiliki tempat untuk pulang, dan menjadi terluntang-lantung karenanya. Tapi ada juga yang memiliki cinta itu, tapi masih tidak merasa di rumah. Adapula yang telah kehilangan orang yang dicintainya, tapi tetap merasakan bahwa mereka tidak kehilangan tempat pulang (bukan karena nggak cinta, tapi karena ada kekuatan besar lainnya bernama 'kepasrahan' dan 'penerimaan'). Dan saya pun berharap, suatu saat cinta--seperti apapun bentuknya nanti--akan membawa saya pulang ke tempat yang nyaman....
Profile Image for rebelsofie.
41 reviews2 followers
February 9, 2009
Sedikit berbeda dengan buku2nya Dee yang sebelumnya [which is Supernova, I mean:], di rectoverso Dee kerap mengungkapkan perasaan yang dialaminya saat itu, seperti membaca sebuah buku harian seorang sahabat, begitu dekat dan satu hal: sangat JUJUR..

Mungkin itu yang ingin ditularkan Dee kepada semua orang, mencoba untuk jujur terhadap diri sendiri, tentang segala perasaan yang kita punya, yang kita alami. Tidak perlu mengerutkan kening untuk membaca buku ini, ikuti saja alurnya dan kita merasakan apa yang dialami si tokoh dalam cerita.

Cerita favorit gw dalam buku ini, pastinya Malaikat Juga Tahu..mengingatkan gw pada adik kandung bernama Agil yang memang penderita Autis. Bahwa memang tidak mudah hidup berdampingan dengan seorang penderita autis, tapi justru disinilah gw menemukan kebermaknaan dalam hidup..[Agil, you're the best teacher...:]

Mungkin saat ini banyak orang yang acuh tak acuh, atau merasa aneh, atau bahkan tidak suka terhadap karya2nya Dee. Dianggap terlalu berlebihanlah, terlalui mainstream lah karena berjuta2 orang mengagumi karya seorang Dee.

Tapi bagi gw, itu semua ga penting, mau dibilang mainstream kek, aneh kek, kalo judulnya gw enjoy pada saat membaca buku itu, dan selalu penasaran untuk membuka halaman2 berikutnya, SO What????

The book, for me, still good enough to read.
Profile Image for Suzan Oktaria.
345 reviews29 followers
March 1, 2013
Kita tak tahu dan tak pernah pasti tahu hingga semuanya berlalu. Benar atau salah, dituruti atau tidak dituruti, pada akhirnya yang bisa membuktikan cuma waktu. Dan itu yang membuat kita kadang bertanya : lalu, untuk apa? Untuk apa diberi pertanda jika ternyata tak bisa mengubah apa-apa? Untuk apa tahu sebelum waktunya?

"Memang tidak mudah menerima pertanda, menerima diri kita yang dikirimi pertanda, dan menerima hidup yang mengirimkan pertanda. Firasat tidak menjadikan kita lebih pandai dari yang lain. Seringkali firasat menjadi siksa."

Jadi Untuk apa kita semua ada disini ?

" Untuk belajar menerima"

Saat kita belajar menerima, kita juga belajar berdamai. Melalui firasat kita belajar menerima diri, dan berdamai dengan hidup ini.

"Kadang-kadang pilihan yang terbaik adalah menerima..."
Profile Image for Mimin Haway.
44 reviews5 followers
August 2, 2011
Membaca Rectoverso sama dengan membaca lagu.Cukup romantis.Dan yang pasti melow.Tidak cocok dibaca saat galau.Berisi 11 prosa.Salah duanya berbahasa Inggris.Yang paling menyentuh menurutku adalah 'Malaikat Juga Tahu'.Menceritakan seorang adik kakak yang mencintai satu perempuan.Kakaknya autis, jadi kecil harapannya bisa mendapatkan cinta Si Perempuan.

Satu lagi cerpen yang menurut saya menarik adalah 'Firasat'.Speechless aja saat baca halaman 100.
"Seminggu ini aku merasa berada di tubuh yang salah.Ini bukan diriku yang ingin kukenal; kuping yang tahu-tahu mendengar tiupan angin seperti memanggil nama seseorang; mata yang menangkap pola awan di langit seperti raut muka seseorang...."

Prosa lain juga Oke sih.Tapi kurang menyentuhku.Lebih suka buku Filosofi Kopi.

Thanks to Lowo
Profile Image for Hana Ahmad.
57 reviews28 followers
July 27, 2013
Tentang apa itu cinta? Rumit tetapi sentiasa tidak pernah buat kita lupa apa rasanya.
Rectoverso; ini adalah perihal cinta-cinta yang tidak kesampaian. Yang tersembunyi dan tidak terjangkaukan. Yang manis tetapi tidak sempat untuk dinikmati hujungnya, hanya separuh jalan.
Buku ini dibaca setelah aku menonton filemnya lewat malam di saat cinta itu sedang ada (?) dan tiada. Lunak bahasa yang dialunkan sang penulis, diadun bersama lagu yang menyamankan juga filemnya yang mungkin simple tetapi cukup meninggalkan kesan. Pastinya, ketiga-tiganya (filem, buku dan lagu) harus saling dinikmati bersama untuk mendapatkan interpretasi yang berbeda.

March 3, 2013
Kumpulan cerpen yang tidak bisa dibilang hanya cerpen semata. Dari sebelas cerita, lima memang patut difilmkan. Tapi favorit gue tetap, "Curhat untuk Sahabat". Entah dari segi esensi atau gaya penulisan. Dee memang tiada dua. Satu yang bermakna, memang terkadang suka tidak terlihat di pelupuk mata.
Profile Image for mollusskka.
250 reviews150 followers
June 7, 2020
Berisi kumpulan cerpen-nya Dee. Ada yang bagus, ada juga yang biasa aja. Favoritku yang difilmnya diperankan oleh Asmirandah. Yang paling kusuka juga adalah kisah yang bikin merenung dan gambar-gambarnya yang menarik XD

54 reviews1 follower
November 4, 2023
Rectoverso adalah dua hal yang terpisah namun pada hakikatnya adalah satu kesatuan yang utuh. Ibarat sebuah buku yang memiliki lembar bagian kiri dan kanan, dilihat memang terpisah namun saat di baca mereka adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan.

Rectoverso dalam buku Dee Lestari merupakan sebuah kumpulan 11 cerita pendek yang pada dasarnya memiliki vibes dan topik yang sama, yaitu kisah cinta yang tak terungkap atau berbalas. Melankolis, tragis, dan bittersweet.

Yang baru aku tau adalah dari naskah ini muncul beberapa lagu legendaris seperti Malaikat Juga Tahu dan Firasat. Lagu favoritku dan juga 2 cerpen favoritku di buku ini.

Cerpen Malaikat Juga Tahu bercerita tentang seorang pria autis yang jatuh cinta pada seorang wanita yg telah menjadi sahabatnya. Namun cinta tak berbalas, sang wanita memilih untuk menjadi kekasih adik dari pria itu.

Cerpen Firasat berkisah tantang sebuah klub bernama Firasat yg saling bercerita tenyang Firasat sebagai bahasa semesta. Seorang wanita yang diberi firasat oleh semesta tentang mereka yang pergi dan tak kan pernah kembali.

Dua cerpen yang paling sedih dan menyayat hati😭

Selain itu, Rectoverso juga sudah diadaptasi menjadi film omnibus (sebuah film yang disajikan dalam bentuk antologi)

Gaya penulisan Ibu Suri mmg sudah tidak perlu diragukan lagi, sukses mengaduk aduk emosi. Tiap cerpen meninggalkan kesan yg bikin hampa😩

Rectoverso adalah salah satu kumcer favoritku. 4/5 ⭐
Profile Image for Ram.   .
6 reviews
January 24, 2022
Selesai. Ternyata ada perasaan baik yang mengiringi aku saat menyelam bersama buku indah ini. Rectoverso adalah buku pertama yang aku habiskan di tahun ke dua puluh dua. Terlebih, hanya butuh waktu dua hari. Itu berarti, ia mampu menyertakan kebahagiaan sehingga aku tidak merasa bosan. Si cantik ini terdiri dari 11 cerita pendek dengan 2 diantaranya berbahasa Inggris. Menurutku ringan, mudah dipahami dan tidak berbelit-belit. Kan, sudah aku bilang, aku menikmati dengan baik pada setiap air yang membawaku mengalir menuju pemberhentian terakhir. Oh, iya, aku paling suka cerita tentang Abang dan perempuan yang ia cinta. Bagian ”Malaikat Juga Tahu.” Semoga kalian juga menemukan mana bagian atau potongan yang paling kalian sayang; yang paling mengerti kalian.
Profile Image for Maddy.
97 reviews2 followers
April 13, 2024
Cakrawala tak berbatas, tanpa pembiasaan, bisa lebih mengerikan ketimbang sepetak langit yang dijatahkan setiap hari lewat rutinitas.


Rectoverso ini adalah karya pertama dari Dee yang aku baca ketika SMA. Sekian tahun berlalu, membaca ulang Rectoverso rasanya jauh lebih menakjubkan ketimbang sebelumnya. Kudos for Dee Lestari!

Sebelas cerita pendek dengan narasi luar biasa penuh rasa yang mampu menyentuh relung hati. Cerita favoritku: 'Malaikat Juga Tahu' dan 'Tidur'
Profile Image for nadinosaurus.
232 reviews4 followers
June 15, 2021
Baca Rectoverso empat tahun lalu.
Bulan ini memutuskan untuk re-read karena tidak sengaja menemukannya di ipusnas
Sekaligus ingin kembali menikmati diksi yang sangat cantik dengan cerita singkat yang penuh nasihat, yaaa banget! very quotable dan menenangkan...

kali ini baca sambil sesekali dengar semua lagunya di Spotify

Cerita kesukaan saya... "Aku Ada"
ternyata... saya juga suka lagunya, lembut dan poetic ♡
Profile Image for David Dewata.
330 reviews3 followers
April 8, 2017
11 cerita pendek yang memikat, dan saya akui beberapa sangat menyentuh atau memiliki ending yang "twisted". ini adalah buku ke-dua Dee yang saya baca, sebelumnya adalah Filosofi Kopi.

saya sungguh puas. sebentar lagi lanjut ke Madre.
Profile Image for Sriwahyuni Wagiman.
9 reviews1 follower
May 30, 2011
Akhirnya aku membaca buku kembali... dengan benar dan secara dalam... tidak karena tergesa apalagi terpaksa. Rectoverso yang ditulis oleh Dee *my most fave writter, u know that!!* Nich buku lama kok.. dah dari tahun 2008.. tapi baru sempat baca sekarang. Halah ngaku2 aja demen ma novel DEE tapi baru baca 2 tahun setelah novelnya terbit.. payah!! xixixi gak papa ah.. dari pada gak baca sama sekali... dikit ulasan aja dari aku.. Novel ini isinya 11 cerita pendek yang ternyata 2 diantaranya ditulis dalam bahasa inggris *yang langsung aku skip pas bacanya hehew..* jadi aku cuma baca 9 cerita aja.. most fave is Curhat Buat Sahabat.. langsung nangis tersedu-sedu bis baca cerita ini.. hmmm.. seperti melihat diriku diceritakan kembali oleh DEE.. tebak aku yang cow apa yang cew.. xixixi.. Malaikat Juga Tahu... suka banget ma lagunya.. aku kan jadi juaranya... Selamat Ulang Tahun... huft!! lagi-lagi seperti bercermin dikaca.. bener2 melihat pantulan diriku... bodoh karena .menanti atau bangga karena setia.. aaaaarrrgghh!! Aku Ada... cerita tentang kehilangan Hanya Isyarat... kayanya nich buku isinya aku banget dech.. satu lagi nich.. wah ketohok abis ma cerita yang satu ini.. duh dah didepan mata malah hanya dibiarin gitu aja.. hmmm dasar secret admirer tingkat jendral!!! pensiun gih sana... Peluk.. mendapatkan filosofi apa sich pasangan itu.. nice.. Cicak di Dinding.. kisah cinta tak sampai.. tak terungkap... udahlah.. aku banget itu... Firasat.. lagu keren tapi aku gak begitu suka ceritanya.. Tidur.. seperti melihat diriku kelak.. ya Allah semoga gak gitu banget lah yach..
nich ada beberapa kutipan yang aku suka dari buku ini...kapan2 beli nich buku ah.. kemaren dah beli tapi buat kado.. hikz..

Curhat buat sahabat
aku tidak butuh dia. Yang aku butuhkan adalah orang yang menyayangi aku... dan segelas air putih

sebotol mahal anggur putih ada di depan matamu,
tapi aku tak pernah tahu. kamu terus menanti.
segelas air putih

5 tahun?? hohoho aku mah nyampe 7 tahun kaleee.. akhirnya berhenti menunggu... berhenti berharap... xixixi

Selamat ulang tahun
kamu boleh terus percaya bahwa kemarin... besok... lusa... dan hari-hari sesudah itu... aku masih disini. Menunggu kamu mengucapkan apa yang seharusnya kamu ucapkan... berjam-jam lalu :
selamat ulang tahun

Mungkin ini prosa yang bakal aku tulis saat menanti dirimu mengucapakan selamat ulang tahun tapat pada jam 12 malam untukku... kalo kamu gak lupa...

Hanya isyarat
kursi kami berdempetan membuat tempurung lutut kami bersinggungan. Andai ada pintu masuk di situ, akan kuselundupkan setengah bahkan tiga perempat jiwaku untuk merasukinya, untuk membaca pikirannya, memata-matai perasaannya.

Ia kembali menjadi sebentuk punggung yang sanggup kuhayati, yang kuisyaratkan halus melalui udara, langit, sinar bulan atau gelembung bir.

mungkin aku bakal nangis tersedu sedan menyadari bahwa warna bola matamu saja aku tidak tahu... dan secara implisit aku berujar tidakkah lebih kita putus saja.. sebelum cerita ini selesai kubaca.. kisah kita terangkai kembali.. lega.. itu yang kurasa..

Peluk
Aku tidak ingin bersamamu cuma karena enggan sendiri. Kau tidak layak untuk itu. Seseorang semestinya memutuskan bersama orang lain karena menemukan keutuhannya tercermin, bukan ketakutannya akan sepi.

Cicak di dinding
Aku jatuh cinta pada pandangan pertama, kedua, dan seterusnya sampai mati.

entahlah.. kisah cinta yang tak sampai atau cinta yang tak terungkap selalu menjadi faveku.. don't blame me like that!!!
Profile Image for Zahwa az-Zahra.
131 reviews21 followers
October 4, 2013
Saya mungkin terlalu berani untuk mendeklarasikan bahwa saya penggemar karya-karya Dee. Nyatanya, satu paket supernova pun belum pernah saya baca. Tapi bolehlah saya sampaikan bahwa untuk karya Dee yang lain, saya telah tuntas membacanya. Dimulai dari Filosofi Kopi yang membuat saya seketika terpikat oleh cara Dee mengikat ide. Berlanjut ke Madre, lalu Perahu Kertas. Dan terakhir adalah yang akan saya buat ulasannya adalah ini: RectoVerso.

Boleh dibilang saya terlambat mengetahui karya unik Dee yang satu ini. perkenalan saya dengan Rectoverso justru ketika kisah-kisah dalam kumpulan cerpen ini hendak diangkat ke layar lebar. Sejak membaca bukunya untuk pertama kali di bulan April 2013 pun saya tak langsung melahapnya hingga habis. Saya memilih untuk tak terburu-buru menyelesaikannya. Bagi saya, begitulah cara paling asyik menikmati karya Dee. Butuh konsentrasi yang cukup penuh jika tak ingin menutup buku dengan mata yang melongo --ketauan kan kalo saya gagap sama bacaan sastra ^^a

Oya, saya menyebut Rectoverso ini sebagai karya yang unik karena memang buku ini lain dari yang lain -saat awal mula peluncurannya tepatnya-. Terdapat 11 kisah yang didukung oleh 11 lagu plus gambar-gambar penunjang di beberapa halamannya. Semuanya benar-benar saling melengkapi. Buku ini mungkin juga menjadi cerminan paling real bagi seorang Dee, sebagai seorang musisi dan penulis.

Dan saya terpikat Rectoverso.

Tidak semua kisahnya meninggalkan kesan mendalam, sih. Beberapa kisah yang paling saya suka diantaranya Hanya Isyarat, Malaikat Tanpa Sayap, dan Firasat. Tapi yang lain tetap memiliki kekhasannya. Saya selalu suka dengan cara Dee menyampaikan tiap gagasan ke dalam tulisan. Ide-ide yang sebenarnya klise, dipoles menjadi sebuah cerita dengan sudut pandang yang berbeda. Menarik. Terutama bagaimana Dee kemudian mengeksekusi cerpen tersebut hingga dihasilkan ending yang apik. Sangat apik.

Seperti tagline yang tertulis di cover bukunya yang baru (pun dalam filmnya), Rectoverso banyak mengambil kisah-kisah cinta khususnya perihal cinta yang tak terungkapkan. Rasanya buku ini menjadi begitu cocok untuk sesiapa yang sedang patah hati atau memilih mematahkan hatinya sendiri karena cintanya yang diam-diam.

Dan sebagai penutup, terimalah satu kutipan paragraf dari cerpen berjudul Hanya Isyarat berikut:

Aku menghela napas. Kisah ini terasa smakin berat membebani lidah. Aku sampai di bagian bahwa aku telah jatuh cinta. Namun, orang itu hanya mampu kugapai sebatas punggungnya saja. Seseorang yang cuma sanggup kuhayati bayangannya dan tak akan pernah kumiliki keutuhannya. Seseorang yang hadir sekelebat bagai bintang jatuh yang lenyap keluar dari bingkai mata sebelum tangan ini sanggup mengejar. Seseorang yang hanya bisa kukirimi isyarat halus udara, langit, awan, atau hujan. Seseorang yang selamanya harus dibiarkan berupa sebentuk punggung karena kalau sampai ia berbalik, niscaya hatiku hangus oleh cinta dan siksa. - Hanya Isyarat, hal 52

Selamat membaca!
Profile Image for Roos.
391 reviews
October 3, 2008
" Dengar fiksinya, Baca musiknya, Dan temukan sebuah pengalaman baru" ....ehmmm sepertinya mennggiurkan tawaran ini. Soalnya aku penggemar Cerita-cerita Pendek-nya Dee daripada Novelnya.

Yup, terdorong karena rasa penasaranku terhadap Rectoverso akhirnya kebeli juga buku ini, gara-gara dengerin lagu Malaikat Juga Tahu di radio tiap hari. Dan kebetulan pas main ke TGA lihat cover yang menarik...walah mataku langsung hijau...11 cerita dan 11 lagu...angka yang bagus.

Dimulai dengan Curhat buat sahabat dan ternyata aku termasuk Sebotol anggur putih yang mahal...menyedihkan.
Malaikat Juga Tahu cerita mengenai eksistensi seorang anak dari mata seorang Ibu yang menemukan "cinta adalah paket airmata, keringat, dan dedikasi untuk merangkai jutaan hal kecil agar dunia ini menjadi temapt yang indah dan masuk akal bagi seseorang". Iya, Malaikat juga tahu siapa yang jadi juaranya.
Ucapan Selamat Ulang Tahun yang terlupakan, karena momentum yang tidak lagi berarti dengan begitu banyaknya hari-hari indah dalam setahun seperti Valentine dan tiupan terompet Tahun Baru.
Aku Ada dilagu duet dengan adeknya, Arina (Mocca). Ternyata perpisahan tidak membuat kita menjadi tiada, melainkan menghadirkan kesadaran kalau kita selalu ada...ehmmm.
Hanya Isyarat yang menjadi ide awal Rectoverso, cinta yang tak diutarakan hanya diucapkan sebagai isyarat yang tidak jua dimengerti.
Favorite-ku karena yang ini terasa Dee didalamnya Peluk, hebatnya kekuatan sebuah pelukan disaat semua kata-kata hilang tak berbekas.
Grow a Day Older...Say:I Love you, before it's to late...*halah*.
Terus ada juga Cicak di Dinding lucu juga.
Nah ini yang aku juga suka Firasat...baru denger kalau ada "Firasat Klub"...pasti hebat-hebat nih orangnya.
Kemudian Tidur bisa dibilang cerita ini buat para Perantau atau orang Indonesia yang menjadi Expat dinegeri orang.
Dan terakhir Back To Heaven's Light Nice and sweet ending.

Dan ternyata proses Rectoverso ini gak gampang lho, bisa dilihat dari hasilnya yang Sangat Bagus menurutku, baik dari Buku maupun lagu-lagunya.

MUST READ BOOK, Temans!

Profile Image for Pera.
230 reviews49 followers
October 18, 2008
Hibrida antara fiksi dengan musik.
Idenya...Kereen dan unik.

Awalnya kukira idenya dari Dee, ternyata Dee hanya yang mewujudkan ide seseorang.
Dan memang hibrida ini lah daya tarik Rectoverso ini.

Bagiku bukan sekedar hibrida sih...
Tampilan gambar dan karya fotografi dalam buku ini juga ikut mengaduk-ngaduk perasaaan dalam membaca buku ini. Ada istilah tribrida gak??
Hehehe...:)

Membaca buku sambil mendengar musik emang asyik, tapi membaca buku yang berpasangan dengan musik, Dee yang pertama kali menyandingkannya dalam rectoverso.

Ditengah asyiknya mengunyah kata-kata dalam rectoverso, ada muncul tanda tanya juga nee..

Dee..kenapa lagunya bernada slow semua?
Gimana klo bernada cepat, atau sebising lagu metalica, tetap asyik kah membaca cerpen-cerpenmu?
Bagaimanakah pasangan lagunya jika kisah cerpennya penuh ceria, atau penuh pemberontakan?.
Hmm...

Sejujurnya Rectoverso bagus. Hanya saja aku kehilangan daya tarik karya Dee yang selama ini membuatku selalu menunggu kejutan-kejutan karyanya.
Yaitu : Ide pencarian jati diri.
Di rectoverso, ide itu hilang.
Berganti dengan cinta dan cinta...melulu.
Kesannya tak jauh berbeda dengan Chicklit, namun dengan bungkus bahasa-bahasa filosofis.

Yah..memang tetap berbeda dengan cinta di chiklit dan lit..lit lainnya.
Gaya bahasa Dee masih tetap menyihirku, untuk membacanya perlahan, mengunyahnya pelan. Memilah-milah rasanya.
kisah Cicak...paling kusuka :D

Dee...
Aku rindu karya mu yang dulu.



Roos...
Thanks...:)
Its a beautifull gift

Btw...
Apa sebenarnya arti rectoverso ya???

Profile Image for Enya Rahman.
32 reviews6 followers
June 20, 2013
Saya sebenarnya sudah baca ini sejak edisi plus CD yang harganya cukup lumayan untuk buku setipis ini (harusnya nggak ada CD-nya biar harganya lebih murah :p)

buku ini terdiri dari 11 cerpen yang masing-masing cerpennya punya soundtrack sendiri, pada jamannya ini unik dan nggak biasa. Sayangnya dari 11 cerpen itu saya hanya suka dua, eh tiga, cerpen.
1. Malaikat juga tahu: karena cerita tentang lelaki autis yang jatuh cinta masih fresh dan saya suka dengan hubungan Abang dan Bunda. (lagipula yang bikin saya beli buku ini karena lihat video klip malaikat juga tahu itu :p)

2. Curhat buat sahabat: sederhana tapi sangat mengena. Ceritanya bisa dibilang pendek tapi entah kenapa saya suka

3. Aku ada: saya lebih suka soundtrack-nya daripada cerpennya sendiri. Cerpennya jadi seperti kumpulan diksi bombastis tanpa makna (maaf mbak Dee, maaf)

selain itu, sudah. mbak Dee memang masih menyajikan diksi-diksi indah yang bikin saya kagum, juga quote-quote yang lumayan banyak. hanya saja kesannya tergesa-gesa dan entah saya aja atau ini sebenarnya album yang dibukukan? bukan cerpen plus soundtrak. Entah, yang pasti saya lebih suka filosofi kopi, di situ saya masih bisa meraba khas mbak Dee selain diksi indah.
ini oke, lagu aku ada sangat oke malah. lagu favorit saya sejak dahulu.
P.S. filmnya ummm ... saya hanya suka malaikat juga tahu karena akting lukman sardi.
Displaying 1 - 30 of 752 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.