Zakah Accounting

Kertas kerja ini bertujuan meneliti dan menganalisis hubungkait antara perakaunan zakat padi dengan kesejahteraan sosial para petani di Negeri Perlis. Penelitian dan penganalisisan ini dibuat berdasarkan buku panduan dan amalan perakaunan zakat pertanian di Negeri Perlis. Menurut Manual Pengurusan Pengiraan Zakat yang dikeluarkan oleh Jabatan Wakaf, Zakat dan Haji (JAWHAR), perakaunan zakat pertanian dibuat dengan menolak kos pengeluaran daripada pendapatan kasar. Setelah itu barulah dikeluarkan zakat pertanian. Salah sebuah negeri yang didapati mengguna pakai manual JAWHAR ini ialah Negeri Perlis. Mereka bukan sahaja mengguna pakai manual ini, malah lebih daripada itu kerana selain menolak kos pengeluaran pertanian mereka juga menolak kos sara hidup. Hal ini bermakna, perakaunan zakat pertanian di Negeri Perlis dibuat dengan menolak kos pengeluaran pertanian dan kos sara hidup. Persoalannya, kenapakah Perlis mengamalkan hal sedemikian sedangkan fatwa yang dikeluarkan oleh majoriti negeri di Malaysia tidak membenarkan kos pengeluaran pertanian ditolak daripada pendapatan kasar? Kenapakah Perlis membenarkan kos sara hidup ditolak? Apakah hujah dan alasan mereka dalam hal ini? Adakah mereka mengambil kira aspek kemaslahatan kesejahteraan sosial para petani? Bagi menjawab kesemua persoalan ini, perbincangan dalam kertas kerja ini dibahagikan kepada tiga bahagian. Pertama, membincangkan pandangan fuqaha’ tentang kos pengeluaran dan kos sara hidup; kedua, membincangkan keselarian amalan perakaunan zakat padi di Negeri Perlis dengan pandangan fuqaha’; dan ketiga, membincangkan hubungkait antara perakaunan zakat padi di Negeri Perlis dengan kesejahteraan sosial para petani. Berdasarkan analisis kandungan terhadap data sekunder dan data primer, kertas kerja ini mendapati amalan perakaunan zakat padi di Negeri Perlis adalah selari dengan pandangan fuqaha’. Mereka mempunyai hujah-hujah yang kukuh dan turut mengambil kira aspek kemaslahatan kesejahteraan sosial para petani.   

Kata Kunci: perakaunan, zakat, usahawan tani, kos pengeluaran, dan kos sara hidup

Kertas kerja yang dibentangkan di International Social Development Conference (ICDC2014), anjuran Pusat Pengajian Pembangunan Sosial, Universiti Utara Malaysia (UUM), pada 12-13 Ogos 2014, bertempat di Hotel Bayview, Langkawi, Kedah Darul Aman.

The various sources of zakat accounting are actually going to provide an answer to the question of whether the accounting capable of acting stints zakat management. Zakat accounting will provide information or data of a general nature modified technically-practical reorganized to be able to calculate the zakat that in fact contain a special purpose, such as the purification of wealth. The business organization is generally oriented to profit by using the entity (entity theory), which means that the company is a separate entity from its owners. While zakah accounting as a part of shari'a accounting affirms that a company or business organization is united with its owner, so that he has an obligation to pay zakat. Consequently, the business organization to change the orientation, from profit and stockholder-oriented to zakah-oriented, conservation of nature-oriented, and stakeholders-oriented.

Keywords: zakah, shari’a, accounting, business organization, profit
JEL Classification: H27, H71, I38, M41, N3

PENGERTIAN Yusuf Al Qardhawi menyatakan bahwa di antara hal yang sangat penting untuk mendapatkan perhatian kaum Muslimin saat ini adalah penghasilan atau pendapatan yang diusahakan melalui keahliannya, baik keahlian yang dilakukan secara sendiri maupun secara bersama-sama. Yang dilakukan sendiri, misalnya profesi dokter, arsitek, ahli hukum, penjahit, pelukis, mungkin juga da'i atau muballigh, dan lain sebagainya. Yang dilakukan secara bersama-sama, misalnya pegawai (pemerintah maupun swasta) dengan menggunakan sistem upah atau gaji. Wahbah az-Zuhaili secara khusus mengemukakan kegiatan penghasilan atau pendapatan yang diterima seseorang melalui usaha sendiri (wirausaha), seperti dokter, insinyur ahli hukum, penjahit, dan lain sebagainya. Dan juga yang terkait dengan pemerintah (pegawai negeri) atau pegawai swasta yang mendapatkan gaji atau upah dalam waktu yang relatif tetap, seperti sebulan sekali. Penghasilan atau pendapatan yang semacam ini dalam istilah fiqih dikatakan sebagai al-maal al-mustafad. Sementara itu, fatwa ulama yang dihasilkan pada waktu Muktamar Internasional tentang Zakat di Kuwait pada tanggal 29 Rajab 1404 H yang bertetapan dengan tanggal 30 April 1984 M, bahwa salah satu kegiatan yang menghasilkan kekuatan bagi manusia sekarag adalah kegiatan profesi yang menghasilkan amal yang bermanfaat, baik yang dilakukan sendiri, seperti kegiatan diokter, arsitek dan yang lainnya, maupun yang dilakukan secara bersama-sama, seperti pada karyawan atau para pegawai/ semua itu menghasilkan pendapatan atau gaji. LANDASAN HUKUM KEWAJIBAN ZAKAT PROFESI Pertama, ayat-ayat Al-Qur'an yang bersifat umum yang mewajibkan semua jenis harta untuk dikeluarkan zakatnya. Kedua, berbagai pendapat para ulama terdahulu maupun sekarang, meskipun dengan menggunakan istilah yang berbeda. Sebagian dengan menggunakan istilah yang bersifat umum, yaitu al-amwaal, sementara sebagian lagi secara khusus memberikan istilah dengan istilah al-Maal al-Mustafaad seperti terdapat dalam Fiqhuz Zakat dan al-Fiqh al-Islam wa 'Adillatuhu. Ketiga, dari sudut keadilan—yang merupakan ciri utama ajaran Islam—penetapan kewajiban zakat pada setiap harta yang dmiliki akan terasa sangat jelas, dibandingkan dengan hanya menetapkan kewajiban zakat pada komoditas-komoditas tertentu saja yang konvensional. Petani yang saat ini kondisinya secara umum kurang beruntung tetap harus berzakat, apabila hasil pertaniannya telah mencapai nishab. Karena itu, sanngat adil pula, apabila zakat ini pun bersifat wajib pada penghasilan yang didapatkan para dokter, para ahli hukum, konsultan dalam berbagai bidang, para dosen, para pegawai dan karyawan yang memiliki gaji tinggi, dan profesi lain nya. Keempat, sejalan dengan perkembangan kehidupan umat manusia, khususnya dalam bidang ekonomi, kegiatan penghasilan melalui keahlian dan profesi ini akan semakin berkembang dari waktu ke waktu. Bahkan akan menjadi kegiatan ekonomi yang utama, seperti terjadi di negara-negara industri sekarang ini. Peetapan kewajiban zakat kepadanya, menunjukkan betapa hukum Islam sangat aspiratif dan responsif terhadap perkembangan zakat.

Today, poverty is one of the most important problems in the world. This is not only the problem of poor people living in specific regions but also the problem of all people in general. Poverty is expected to decrease as the welfare level increases. The World Bank predicts that extreme poverty will disappear until 2030 but mentions significant hesitations in achieving this objective. Even though extreme poverty will have actually disappeared in 2030, the deep gap between the richest 20% and the poorest 20% will continue to maintain its presence. There are many reasons for poverty arising from individuals such as illiteracy, inexperience, and laziness. However, there are many reasons for poverty beyond the individual such as the management of the capital by a small group of people.

Zakat on income is one of the emerging issues among Syariah scholars where they might have varying opinions regarding it. The aim of this paper is to identify factors that may influence the Muslims behaviour towards zakat on income. Academicians from three faculties in the International Islamic University Malaysia (IIUM) were used as sample in this study. They were sent self-developed questionnaires requiring them to indicate their level of agreement on certain factors which might influence them in paying zakat on income. Based on the mean ranking of those who pay zakat, the findings suggest that social, religious and economic factors prevail over the other relatively ‘self-centered’ factors. This study concludes by suggesting that there is a need for proper education on zakat which may eventually help the Ummah to benefit from the noble system of zakat.

This study is aimed to examine the factors that influence the decision Muzakki to pay zakat maal. Factors affecting the cultural, motivation, regulation, and understanding of the zakah. Respondents were sampled in this study is the Muzakki who live in the city of Sabang. Total Respondents many as 150 people. The sample selection is done by using Slovin formula with convenience sampling method. Method of data analysis are binary logit logistic regression. The esults of this study showed that simultaneous culture, motivation, regulation, and an understanding of the zakah affect the decision Muzakki to pay his Zakah Maal. Partially, as whole independent variable namely culture,motivation, regulation, and an understanding of zakah has positive and significant effect on the decision for Muzakki to pay zakah maal.

This paper aims to analyze the assessment of agricultural zakat among farmers in Malaysia based on manuals, fatawa and practices of various zakat institutions in Malaysia. According to the rules the assessment of agricultural zakat is made after deducting the production costs or farming cost. However, the fatawa issued by most of the states in Malaysia does not allow the farming costs such as fertilizers, plowing seeds, harvesting and transportation to be deducted, let alone, the living costs of the farmers. Nevertheless, the zakat assessment for income shows otherwise, where one's living costs are allowed to be deducted from one's gross income. Based on content analysis on secondary data as well as primary data, the discussions in this paper are divided into three sections. Firstly, this paper reviews in brief the classical works on production costs and living costs as the background of this research. Secondly, this paper examines the present zakat assessment method for agriculture as practiced by the zakat institutions in Malaysia. Thirdly, this paper intends to analyze the agricultural zakat assessments that ought to be practiced, by taking into account the classical works and types of agricultural zakat of today. It is therefore important to note that, by taking into consideration the type of agriculture nowadays, there is a strong and urgent need for a re-evaluation of the agricultural zakat assessment. In addition, the meaning of zakat itself is taking the assets from the rich to be distributed to the poor and not otherwise.

The various sources of zakat accounting is actually going to provide an answer to the question of whether the accounting capable of acting stints zakat management. Zakat accounting will provide information or data of a general nature modified technicallypractical reorganized to be able to calculate the zakat that in fact contain a special purpose, such as the purification of wealth. Business organization are generally oriented to profit by using the entity (entity theory), which means that the company is a separate entity from its owners. While zakah accounting as a part of shari'a accounting affirms that a company or business organization is united with its owner, so that he has an obligation to pay zakat. Consequently, the business organization to change the orientation, from profit and stockholder-oriented to zakah-oriented, conservation of nature-oriented, and stakeholders-oriented.

Zakat sebagai kekuatan sosial di negeri ini terus menunjukkan perkembangan menarik. Sejak pergeseran paradigmanya di awal 90 an, zakat telah mampu memberikan warna dalam peta gerakan sosial di Indonesia. Meminjam istilah yang dipopulerkan oleh Alvin Toffler dalam bukunya, The Third Wave, saat ini zakat setidaknya sudah melewati 2 gelombang peradabannya dan sedang bersiap menjejakkan langkahnya di fase ketiga. Gelombang Pertama adalah ketika zakat didistribusikan untuk santunan dan kebutuhan karitatatif. Ini paradigma lama zakat, dimana perolehan zakat dari masyarakat dibagikan langsung habis kepada yang berhak. Biasanya untuk kebutuhan konsumtif. Model penyalurannya pun terkadang kurang sensitif terhadap harkat kemanusiaan. Biasanya dibagikan dengan antrian panjang dan berdesak-desakkan.