Al-Qur’an Mushaf Al-Bantani disingkat (QMB) merupakan Al-Qur’an model kontemporer dengan banyaknya ragam iluminasi didalamnya, telah diterbitkan pada tahun 2010 dan dijadikan cagar budaya di wilayah Banten. Penulis telah mengidentifikasi...
moreAl-Qur’an Mushaf Al-Bantani disingkat (QMB) merupakan Al-Qur’an model kontemporer dengan banyaknya ragam iluminasi didalamnya, telah diterbitkan pada tahun 2010 dan dijadikan cagar budaya di wilayah Banten. Penulis telah mengidentifikasi mushaf tersebut secara regional. Dalam penelitian ini, penulis merujuk pada argumentasi Islah bahwa, selama ini Al-Qur’an jarang dibicarakan melalui realitas yang berhubungan dengan teks budaya. Oleh sebab itu, secara regional, identitas kultural QMB dalam penelitian ini meliputi objek kajian yang berkaitan dengan hal-hal erat di luar kemunculannya. Ada dua rumusan masalah dalam pembahasanya yaitu, terkait karakteristik QMB, dan instrumen politik pada QMB sebagai sebuah realitas yang terkesan dapat menjawab keluhan Islah secara internal, dan bertujuan agar penelitian ini dapat pula menjadi referensi dalam pembahasan tentang khazanah permushafan di Nusantara.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian pustaka (library reseach) secara deskriptif analitik dengan dua teori pada dua rumusan masalah. Rumusan masalah pertama merujuk pada pandangan Annabel Teh Gallop dalam kajian iluminasi sebagai letak kunci untuk membaca nilai penghormatan yang dibangun tidak hanya kepada teks wahyu namun juga artistik suatu wilayah. Rumusan masalah kedua, melalui teori hegemoni Gramsci merupakan hubungan persetujuan atau kesepakatan antara kelompok sipil dan pemerintahan dengan menggunakan kepemimpinan politik dan ideologis.
Hasil yang didapat penulis bahwa, karakteristik yang dimiliki Al-Qur’an Mushaf Al-Bantani, memiliki ragam iluminasi begah yang diadopsi dari manuskrip Al-Qur’an Mushaf Sultan Aliyuddin (QSA) yakni mushaf tulis tangan di abad ke-18, mushaf ini tergolong sebagai Al-Qur’an kalangan elit sosial. Kemudian, QMB ini juga memiliki relevansi terhadap tiga landasan yaitu diwujudkan atas dasar etis, filosofis, dan estetis. Sedangkan, instrumen politik di QMB ini disedasarkan pada dua pengaruh yaitu, adanya tokoh politik pemerintahan yakni gubernur Banten saat itu (Ratu Atut Chosiyah) sebagai pemrakarsa mushaf, dan kedua kelompok sipil yang bertugas sebagai para ahli dalam kepenulisan QMB seperti terpilihnya para putra-putri Banten, anggota lembaga LPTQ, dan MUI Provinsi Banten sebagai Tim Penulisan yang berkerja sama dalam memperkenalkan situs budaya serta identitas kultural Banten melalui perwujudan QMB.Akan tetapi, QMB ini dinilai memiliki tanggapan kontroversi sebagai bahan politik untuk menarik simpati masyarakat saat mencalonkan ketua Gubernur Banten di dua periode. Pendek kata, pandangan penulis pada QMB tidak hanya dilihat dari sisi karakteristik dan perbedaanya dengan Al-Qur’an lain, namun juga adanya instrumen politik oleh pemerintah, terkait pendekatan pada masyarakat secara persuasif melalui agama atau program kitab suci yang diterbitkan.
Kata Kunci: Iluminasi, Politik, Al-Qur’an Mushaf Al-Bantani.