77 Tanya-Jawab Seputar Shalat
Disusun Oleh:
H. Abdul Somad, Lc., MA.
S1 Al-Azhar, Mesir. S2 Darul-Hadits, Maroko.
Dosen Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
1
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
Sekapur Sirih.
وعلى آلو وصحبو ومن تبعو ومن وااله-صلى اهلل عليو وسلم- اضتمد هلل والصالة والسالـ على رسوؿ اهلل
Seorang laki-laki tua datang kepada saya, rambutnya sudah memutih karena usia, setelah
bersalaman ia pun berucap, “Pak Ustadz, ketika bangkit dari ruku’, saya selalu mengucapkan
‘Sami’allahu li man hamidah’. Kata penceramah di kampung saya, ma’mum yang melakukan perbuatan
seperti itu, maka shalatnya batal. Bagaimanakah shalat saya selama ini?”.
Dalam sebuah pengajian, terlihat seorang jamaah yang melaksanakan shalat, ketika TakbiratulIhram ia angkat kedua tangannya setinggi-tingginya, setiap kali tegak bangun dari sujud ia kembali
mengangkat kedua tangannya.
Seorang muslim yang hidup bernafas karena nikmat dan karunia Allah, detak jantungnya karena
qudrat dan iradat Allah, tapi tidak pernah mau menempelkan dahinya untuk bersimpuh sujud ke hadirat
Allah.
Tiga kasus di atas memberikan gambaran kepada kita tentang potret ummat saat ini. Saya
berharap, meskipun jauh dari kesempurnaan, mudah-mudahan buku kecil ini dapat memberikan
jawaban untuk ketiganya.
Saya kemas dalam bentuk tanya-jawab untuk memudahkan pembaca. Biasanya, ketika
membaca pertanyaan, akal bekerja ingin mencari jawaban, saat itulah jawaban datang, mudahmudahan lebih merasuk ke dalam hati dan akal.
Saya sebutkan beberapa pendapat mazhab, bukan untuk mengacaukan amalan ummat selama
ini, akan tetapi untuk mengetahui bahwa pendapat itu banyak dan masing-masing memiliki dalil, sikap
menghormati akan menguatkan ukhuwwah umat ini.
Buku kecil dan sederhana ini jauh dari kesempurnaan, masih perlu kritik yang membangun dari
pembaca. Semoga menjadi bahan kritikan bagi para ulama, dapat menjadi insipari bagi para pemula,
menjadi bekal amal ketika menghadap Yang Maha Kuasa.
Pekanbaru, 18 Mei 2013
H. Abdul Somad, Lc., MA.
2
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
Daftar Isi
(Tekan CTRL + F untuk mencari tulisan sesuai judul yang diinginkan)
Pertanyaan 1: Apakah shalat itu?
Pertanyaan 2: Apakah dalil yang mewajibkan shalat?
Pertanyaan 3: Bilakah Shalat diwajibkan?
Pertanyaan 4: Bilakah seorang muslim mulai diperintahkan melaksanakan shalat?
Pertanyaan 5: Apakah shalat mesti dilaksanakan secara berjamaah?
Pertanyaan 6: Apa saja keutamaan shalat berjamaah itu?
Pertanyaan 7: Apakah hukum perempuan shalat berjamaah ke masjid?
Pertanyaan 8: Bagaimanakah cara meluruskan shaf?
Pertanyaan 9: Bagaimanakah posisi Shaf anak kecil?
Pertanyaan 10: Apakah hukum shalat orang yang tidak berniat?
Pertanyaan 11: Apakah hukum melafazkan niat?
Pertanyaan 12: Bilakah waktu berniat?
Pertanyaan 13: Apakah batasan mengangkat kedua tangan ketika Takbiratul-Ihram?
Pertanyaan 14: Berapa posisi mengangkat kedua tangan dalam shalat?
Pertanyaan 15: Bagaimanakah letak tangan dan jari jemari?
Pertanyaan 16: Apakah hukum membaca doa Iftitah?
Pertanyaan 17: Adakah bacaan Iftitah yang lain?
Pertanyaan 18:
Ketika akan membaca al-Fatihah dan Surah, apakah dianjurkan membaca Ta’awwudz (A’udzubillah)?
Pertanyaan 19: Ketika membaca al-Fatihah, apakah Basmalah dibaca Jahr atau sirr?
Pertanyaan 20: Apakah hukum membaca al-Fatihah bagi Ma’mum?
Pertanyaan 21: Apakah hukum membaca ayat? Apa standar panjang dan pendeknya?
Pertanyaan 22: Ketika ruku’ dan sujud, berapakah jumlah tasbih yang dibaca?
3
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
Pertanyaan 23: Apakah bacaan pada Ruku’?
Pertanyaan 24:
Bagaimana pengucapan [زتده
]شتع اهلل ظتنdan ucapan [ربنا لك اضتمد+ ketika bangun dari ruku’ bagi imam,
ma’mum dan orang yang shalat sendirian?
Pertanyaan 25: Adakah bacaan tambahan?
Pertanyaan 26:
Ketika sujud, manakah yang terlebih dahulu menyentuh lantai, telapak tangan atau lutut?
Pertanyaan 27: Apakah bacaan sujud?
Pertanyaan 28: Apakah bacaan ketika duduk di antara dua sujud?
Pertanyaan 29:
Apakah ketika bangun dari sujud itu langsung tegak berdiri atau duduk istirahat sejenak?
Pertanyaan 30:
Ketika akan tegak berdiri, apakah posisi telapak tangan ke lantai atau dengan posisi tangan mengepal?
Pertanyaan 31: Apakah bacaan Tasyahhud?
Pertanyaan 32: Bagaimanakah lafaz shalawat?
Pertanyaan 33: Apa hukum menambahkan kata Sayyidina sebelum menyebut nama nabi?
Pertanyaan 34: Bagaimanakah posisi jari jemari ketika Tasyahhud?
Pertanyaan 35:
Jika saya masbuq, ketika imam pada rakaat terakhir, sementara itu bukan rakaat terakhir bagi saya,
imam duduk Tawarruk, bagaimanakah posisi duduk saya, Tawarruk atau Iftirasy?
Pertanyaan 36: Bagaimanakah posisi duduk pada Tasyahhud, apakah duduk Iftirasy atau Tawarruk?
Pertanyaan 37: Adakah doa lain sebelum salam?
Pertanyaan 38: Adakah doa tambahan lain sebelum salam?
Pertanyaan 39: Bagaimanakah salam mengakhiri shalat?
Pertanyaan 40: Ke manakah arah duduk imam setelah salam?
4
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
Pertanyaan 41: Ketika shalat, apakah Rasulullah Saw hanya membaca di dalam hati, atau dilafazkan?
Pertanyaan 42: Apakah arti thuma’ninah? Apakah standarnya?
Pertanyaan 43: Bagaimana shalat orang yang tidak ada thuma’ninah?
Pertanyaan 44: Apa pendapat ulama tentang Qunut Shubuh?
Pertanyaan 45: Apakah dalil hadits tentang adanya Qunut Shubuh?
Pertanyaan 46: Apakah ketika membaca Qunut mesti mengangkat tangan?
Pertanyaan 47:
Jika seseorang shalat di belakang imam yang membaca Qunut, apakah ia mesti mengikuti imamnya?
Pertanyaan 48: Adakah dalil keutamaan berdoa setelah shalat wajib?
Pertanyaan 49: Adakah dalil mengangkat tangan ketika berdoa?
Pertanyaan 50: Apakah dalil zikir setelah shalat?
Pertanyaan 51: Apakah ada dalil zikir jahar setelah shalat?
Pertanyaan 52: Apakah Sutrah itu?
Pertanyaan 53: Apakah dalil shalat menghadap sutrah?
Pertanyaan 54: Apakah hukum menggunakan sutrah?
Pertanyaan 55: Adakah hadits yang menyebut Rasulullah Saw shalat tidak menghadap Sutrah?
Pertanyaan 56: Apakah boleh membaca ayat ketika ruku’ dan sujud?
Pertanyaan 57: Apakah boleh berdoa ketika sujud?
Pertanyaan 58: Apakah boleh membaca doa yang tidak diajarkan nabi dalam shalat?
Pertanyaan 59: Apakah boleh berdoa bahasa Indonesia dalam shalat?
Pertanyaan 60: Berapa lamakah shalat nabi ketika shalat malam?
Pertanyaan 61: Apakah ayat yang dibaca nabi?
Pertanyaan 62: Apakah boleh shalat Dhuha berjamaah?
Pertanyaan 63: Apakah dalil membaca surat as-Sajadah pada shubuh jum’at?
Pertanyaan 64: Bagaimana jika dibaca terus menerus?
5
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
Pertanyaan 65: Ketika akan sujud, apakah imam bertakbir?
Pertanyaan 66: Apakah dalil shalat sunnat Rawatib?
Pertanyaan 67: Apakah shalat sunnat Rawatib yang paling kuat?
Pertanyaan 68: Apakah ada perbedaan antara shalat Shubuh dan shalat Fajar?
Pertanyaan 69: Jika terlambat melaksanakan shalat Qabliyah Shubuh, apakah bisa diqadha’?
Pertanyaan 70: Adakah dalil shalat sunnat Qabliyah Maghrib?
Pertanyaan 71:
Waktu hanya cukup shalat dua rakaat, antara Tahyatalmasjid dan Qabliyah, apakah shalat
Tahyatalmasjid atau Qabliyah?
Pertanyaan 72: Berapakah jarak musafir boleh shalat Jama’/Qashar?
Pertanyaan 73: Berapa hari boleh Qashar/Jama’?
Pertanyaan 74: Bagaimanakah cara shalat khusyu’?
Pertanyaan 75: Apakah fungsi shalat?
Pertanyaan 76: Apakah shalat yang tertinggal wajib diganti?
Pertanyaan 77: Apakah hukum orang yang meninggalkan shalat secara sadar dan sengaja?
6
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
Pertanyaan 1: Apakah shalat itu?
Jawaban:
Shalat menurut bahasa adalah: [ ]الدعاءdoa atau [خبري
]الدعاءdoa untuk kebaikan.
Sedangkan menurut istilah syariat Islam adalah: [.بالتسليم
ؼتتتمة، مفتتحة بالتكبري،] أقواؿ وأفعاؿ ؼتصوصة
Ucapan dan perbuatan khusus, diawali dengan Takbir dan ditutup dengan Salam1.
Pertanyaan 2: Apakah dalil yang mewajibkan shalat?
Jawaban:
Dari al-Qur’an:
ِ
ِ
ِ ِوما أ ُِم وا إِاَّلال لِيػعب ُدوا اللاَّلو ؼتُْل
الص َال َة َوػُ ْ تُوا اَّل
ك ِد ُن الْ َ يِّد َم ِة
ص َ لَوُ ِّد
يموا اَّل
َ اللَ ا َة َو َذل
َ
ُْ َ
ُ ُالد َن ُ نَػ َفاءَ َو
ُ ََ
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan
zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus”. (Qs. al-Bayyinah [98]: 5).
Ayat:
ِ
ِ
ِ
ِ ِ ِ اَّل
ِ
الص َال َة َوآَتُوا اَّل
يموا اَّل
ُ فََق
ُاللَ ا َة َو ْاعتَص ُموا باللو ُى َو َم ْوَال ُ ْم فَن ْع َم الْ َم ْوَذل َو ْع َم الناَّلصري
“..., maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah
Pelindungmu, Maka Dialah Sebaik-baik pelindung dan sebaik- baik penolong”. (Qs. Al-Hajj [22]: 78).
Dan banyak ayat-ayat lainnya.
Dalil hadits Rasulullah Saw:
الصالَةِ َوإِ تَ ِاء اَّل
ِ َ َ ق-صلى اهلل عليو وسلم- الناَّلِب
اللَ اةِ َو ِصيَ ِاـ
ِن ا ِإل ْسالَ ُـ َعلَى ستَْ َس ٍة َعلَى أَ ْف ػُ َو اَّل َد اللاَّلوُ َوإِقَ ِاـ اَّل
َع ِن ابْ ِن ُع َمَ َع ِن ِ ِّد
َ ُاؿ « ب
.» اضتَ ِّدج
ْ ضا َف َو
َ َرَم
Dari Abdullah bin Umar, dari Rasulullah Saw, beliau bersabda: “Agama Islam itu dibangun atas lima
perkara: agar mentauhidkan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan puasa
Ramadhan dan melaksanakan ibadah haji”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
1
Syekh Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu: 1/572.
7
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
Dan hadits-hadits lainnya.
Pertanyaan 3: Bilakah Shalat diwajibkan?
Jawaban:
Shalat diwajibkan lima waktu sehari semalam sejak peristiwa Isra’ dan Mu’raj Rasulullah Saw
berdasarkan hadits:
ِ
ِ
ِ
ٍ ِس ب ِن مال
ِ ْ لَْيػلَةَ أ-صلى اهلل عليو وسلم- الناَّلِب
ت ستَْ ًسا ُُثاَّل
َ َك ق
ى بِِو اَّل
َ ِ ُاؿ ف
ْ َت َ اَّلَّت ُجعل
ْص
ْض
ُ الصلَ َو
ت َعلَى ِ ِّد
َ ُ ات ستَْس َ ُُثاَّل
َ ْ ِ َََع ْن أ
َ ُس
ِ
ِ اطتَ ْم
. َ س ستَْ ِس
ْ ِك َِ ِه
ُ ى َا ُػتَ اَّلم ُد إِاَّلوُ الَ ػُبَد
اَّلؿ الْ َ ْو ُؿ لَ َد اَّل
َ َى َوإِ اَّلف ل
َ ُود
Dari Anas bin Malik, ia berkata: “Shalat diwajibkan kepada Rasulullah Saw pada malam ia di-Isra’-kan,
shalat itu ada lima puluh, kemudian dikurangi hingga dijadikan lima, kemudian Rasulullah Saw dipanggil:
“Wahai Muhammad, sesungguhnya kata yang ada pada-Ku tidak diganti, sesungguhnya untukmu
dengan lima shalat ini ada lima puluh”. (HR. At-Tirmidzi, Imam at-Tirmidzi berkata: “Hadits Hasan
Shahih”).
Pertanyaan 4: Bilakah seorang muslim mulai diperintahkan melaksanakan shalat?
Jawaban:
Seorang muslim wajib melaksanakan shalat ketika ia telah baligh dan berakal, akan tetapi sejak dini
telah diperintahkan sebagai proses belajar dan latihan, sebagaimana hadits:
ِ الصالَةِ وىم أَبػناء سب ِع ِسنِ واض ِبوىم علَيػ ا وىم أَبػناء ع ْ ِ ِسنِ وفَػِّدقُوا بػيػنػ م ِ الْمض
اج ِع
َ َ
َ ُ َْ ْ ُ َ َ ْ َ ْ ُ ُ ْ َ َ
ْ َ ُ َْ ْ ُ َ ُمُوا أ َْوالَ َد ُ ْم بِ اَّل
ْ ُ َ َْ َ َ
“Perintahkanlah anak-anak kamu agar melaksanakan shalat ketika mereka berusia tujuh tahun.
Pukullah mereka ketika mereka berumur sepuluh tahun. Pisahkan tempat tidur mereka”. (HR. Abu
Daud).
Pertanyaan 5: Apakah shalat mesti dilaksanakan secara berjamaah?
Jawaban:
Ya, berdasarkan al-Qur’an dan Sunnah. Allah berfirman:
ِ وإِذَا ُ ْن
ت َعتُ ُم اَّل
َالص َالة
َ ت في ِ ْم فََقَ ْم
َ
َ
8
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
“Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat
bersama-sama mereka”. (Qs. An-Nisa’ *4+: 102).
Allah tetap memerintahkan shalat berjamaah ketika saat berperang jihad fi sabilillah, jika ketika
berperang tidak menggugurkan shalat berjamaah maka tentunya pada saat aman lebih utama. Andai
shalat berjamaah itu bukan suatu tuntutan, pastilah diberikan keringanan saat kondisi genting.
Rasulullah Saw mendidik para shahabat untuk shalat berjamaah secara bertahap, diawali
dengan memberikan motifasi:
ِ اصتم
َع ْن َعْب ِد اللاَّل ِو بْ ِن ُع َمَ أ اَّل
» ًصالََة الْ َف ِّد بِ َسْب ٍع َو ِع ْ ِ َن َد َر َجة
َ َ ق- صلى اهلل عليو وسلم- وؿ اللاَّل ِو
َ َف َر ُس
ُ اعة تَػ ْف
َ َ َْ ُصالَة
َ « اؿ
َ ض ُل
Dari Abdullah bin Umar, sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda: “Shalat berjamaah lebih utama
daripada shalat sendiri 27 tingkatan”. (HR. Al-Bukhari).
Kemudian dilanjutkan dengan inspeksi, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits:
ِ اؿ « أَش
ِ اؿ « أ
ٍ َُب بْ ِن َ ْع
اى ٌد فُالَ ٌف
ُ صلاَّلى بِنَا َر ُس
َ َب ق
ُّ ػَ ْوًما-صلى اهلل عليو وسلم- وؿ اللاَّل ِو
َ َ َ ق.َ قَالُوا ال.» َشاى ٌد فُالَ ٌف
َ َ َ الصْب َح فَػ
َع ْن أ َِّد
َ اؿ
ِِ
ِ الصالَتَػ ِ أَثْػ َ ل اَّل
ِِ
ِ َُّوُهَا ولَو َ ْبػوا َعلَى ال
ب َوإِ اَّلف
َ َ ق.َ قَالُوا ال.»
ْ اؿ « إِ اَّلف َىاتَػ ْ ِ اَّل
ً ْ َ ُ الصلَ َوات َعلَى الْ ُمنَاف َ َولَ ْو تَػ ْعلَ ُمو َف َما في َما ألَتَػْيتُ ُم
ُ
ِ
ِِ ضيلَتو الَبػت َدردتُُوه وإِ اَّلف صالََة الاَّلج ِل مع الاَّلج ِل أ َْزَ ى ِمن
ِ ِ
ِ
ِ
الص اَّل
ص ِّد
اَّل
ُصالَتُو
َ صالَتو َو ْ َدهُ َو
َ ْ
َ َ ُ ْ َْ ُ ُ َف الْ َمالَئ َكة َولَ ْو َعل ْمتُ ْم َما ف
َ ف األ اَّلَو َؿ َعلَى مثْ ِل
ُ ََ ُ
ِ
.» اذل
َ ب إِ َذل اللاَّل ِو تَػ َع
ُّ َ َصالَتِِو َم َع الاَّل ُج ِل َوَما َ ثُػَ فَػ ُ َو أ
َ َم َع الاَّل ُجلَ ْ ِ أ َْزَ ى م ْن
Dari Ubai bin Ka’ab, ia berkata: “Suatu hari Rasulullah Saw melaksanakan shalat Shubuh bersama kami.
Rasulullah Saw bertanya: “Apakah si fulan ikut shalat berjamaah?”. Mereka menjawab: “Tidak”.
Rasulullah Saw bertanya: “Apakah si fulan ikut shalat berjamaah?”. Mereka menjawab: “Tidak”.
Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya dua shalat ini lebih berat bagi orang-orang munafik. Andai
kamu mengetahui apa yang ada dalam dua shalat ini, pastilah kamu menghadirinya walaupun kamu
merangkak dengan lutut. Sesungguhnya shaf pertama seperti shafnya para malaikat. Andai kamu
mengetahui keutamaannya, maka kamu akan segera menghadirinya. Sesungguhnya shalat satu orang
bersama satu orang lebih baik daripada shalat sendirian. Shalat satu orang bersama dua orang lebih baik
daripada shalat satu orang bersama satu orang. Lebih banyak maka lebih dicintai Allah”. (HR. Abu Daud).
Selanjutkan Rasulullah Saw memberikan ancaman bagi mereka yang menyepelekan shalat
berjamaah:
ِ الصلَو
ِ َ َف رس
ِ ِصلِّدى ب
ِ اسا ِ بػَ ْع
الناَّلاس ُُثاَّل
َ َ ات فَػ
ُ اؿ « لَ َ ْد َُهَ ْم
َ ُ ًآمَ َر ُجال
ُ ت أَ ْف
ً َ فَػ َ َد-صلى اهلل عليو وسلم- وؿ اللاَّلو
ُ َ َع ْن أََِب ُىَ ْػََة أ اَّل
َ ض اَّل
ٍ
ِ َ ُِخال
ِ َاضتَط
ػَ ْع ِِن.» ب بػُيُوتَػ ُ ْم َولَ ْو َعلِ َم أَ َ ُد ُى ْم أَاَّلوُ ََِي ُد َعظْ ًما َِشتينًا لَ َ ِ َد َىا
ْ آمَ ِِ ْم فَػيُ َحِّدقُوا َعلَْي ِ ْم ِِبَُلِـ
َأ
ُ َف إ َذل ِر َجاؿ ػَتَ َخلاَّل ُفو َف َعْنػ َ ا ف
.صالََة الْعِ َ ِاء
َ
Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Rasulullah Saw kehilangan beberapa orang pada sebagian shalat,
maka Rasulullah Saw bersabda: “Aku ingin memerintahkan seseorang memimpin shalat berjamaah,
kemudian aku menentang orang-orang yang meninggalkan shalat berjamaah, aku perintahkan agar
rumah mereka dibakar dengan ikatan-ikatan kayu bakar. Andai salah seorang dari mereka mengetahui
9
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
bahwa ia akan mendapati tulang yang gemuk (daging), pastilah ia akan menghadirinya”. Yang dimaksud
Rasulullah Saw adalah shalat Isya’. (HR. Muslim).
Dalam hadits lain disebutkan:
.» اع ِة أ َْو ألُ َ ِّدقَ اَّلن بػُيُوتَػ ُ ْم
ٌ « لَيَػْنتَ ِ َ اَّل ِر َج-صلى اهلل عليو وسلم- وؿ اللاَّل ِو
ْ اؿ َع ْن تَػ ْ ِؾ
ُ اؿ َر ُس
َ َاؿ ق
َ َُس َامةَ بْ ِن َزْ ٍد ق
َ اصتَ َم
َ َع ْن أ
Dari Usamah bin Zaid, ia berkata: Rasulullah Saw bersabda: “Hendaklah mereka berhenti meninggalkan
shalat berjamaah atau aku akan membakar rumah mereka”. (HR. Ibnu Majah).
Pertanyaan 6: Apa saja keutamaan shalat berjamaah itu?
Jawaban:
Banyak keutamaan shalat berjamaah menurut Sunnah Rasulullah Saw, berikut ini beberapa keutamaan
tersebut:
1. Lipat ganda amal. Sebagaimana yang dinyatakan dalam hadis:
ِ ْاصتماع ِة أَف
َع ِن ابْ ِن ُع َمَ أ اَّل
.» ًصالَةِ الْ َف ِّد بِ َسْب ٍع َو ِع ْ ِ َن َد َر َجة
َ َ ق-صلى اهلل عليو وسلم- وؿ اللاَّل ِو
َ َف َر ُس
َ َ َ َْ ُصالَة
َ «: اؿ
َ ض ُل م ْن
Dari Ibnu Umar, sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda: “Shalat berjamaah lebih baik daripada
shalat sendirian sebanyak dua puluh tujuh tingkatan”. (HR. Muslim).
2. Allah Swt menjaga orang yang melaksanakan shalat berjamaah dari setan. Rasulullah Saw
bersabda:
ِ
ِ
ِ إِ اَّلف ال اَّليطَا َف ِذئْب ا ِإل ْس
ِ ْاف َ ِئ
ماع ِة َوالْ َع اَّلام ِة والْ َم ْس ِ ِد
ْ ِاب َو َعلَْي ُك ْم ب
َ َاصت
ْ
َ ب الْ َنَ ِم َْ ُخ ُ ال اَّلا َة الْ َ اصيَةَ َوالناَّلا يَةَ فَِ اَّلا ُ ْم َوال
َ ِّدع
َ ُ
“Sesungguhnya setan itu bagi manusia seperti srigala bagi kambing, srigala menangkap
kambing yang memisahkan diri dari gerombolannya dan kambing yang menyendiri. Maka
janganlah kamu memisahkan diri dari jamaah, hendaklah kamu berjamaah, bersama orang
banyak dan senantiasa memakmurkan masjid”. (HR. Ahmad bin Hanbal).
Dalam hadis riwayat Abu ad-Darda’ disebutkan:
ِ
ِ َ ْاصتماع ِة فَِ اَّلَا ْ ُ ل ال ِّد ئْب ال
َما ِم ْن ثَالَثٍَة ِ قَػ ْ ٍَة َوالَ بَ ْد ٍو الَ تػُ َ ُاـ فِي ِ ُم اَّل
َاصيَة
َ استَ ْح َوذَ َعلَْي ِ ُم ال ْاَّليطَا ُف فَػ َعلَْي
َ َ َْ ِك ب
ْ الصالَةُ إِالاَّل قَد
ُ
ُ َ
“Ada tiga orang yang berada di suatu kampung atau perkampungan badui, tidak dilaksanakan
shalat berjamaah, maka sungguh setan telah menguasai mereka. Maka laksanakan shalat
berjamaah, karena sesungguhnya srigala hanya memakan kambing yang memisahkan diri dari
jamaah”. (HR. Abu Daud).
3. Keutamaan shalat berjamaah semakin bertambah dengan banyaknya jumlah orang yang shalat.
Berdasarkan hadits dari Ubai bin Ka’ab. Rasulullah Saw bersabda:
ِ
ِِ وإِ اَّلف صالَةَ الاَّلج ِل مع الاَّلج ِل أ َْزَ ى ِمن
اذل
َ ب إِ َذل اللاَّل ِو تَػ َع
ُّ َ َصالَتِِو َم َع الاَّل ُج ِل َوَما َ ثُػَ فَػ ُ َو أ
َ صالَتُوُ َم َع الاَّل ُجلَ ْ ِ أ َْزَ ى م ْن
َ صالَتو َو ْ َدهُ َو
َ ْ
َ َ
ُ ََ ُ
10
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
“Sesungguhnya shalat seseorang dengan satu orang lebih utama daripada shalat sendirian.
Shalat seseorang bersama dua orang lebih utama daripada shalatnya bersama satu orang. Jika
lebih banyak, maka lebih dicintai Allah Swt”. (HR. Abu Daud).
4. Dijauhkan dari azab neraka dan dijauhkan dari sifat munafik, bagi orang yang melaksanakan
shalat selama empat puluh hari secara berjamaah tanpa ketinggalan takbiratul ihram bersama
imam. Berdasarkan hadits Anas bin Malik. Rasulullah Saw bersabda:
ِ َ من صلاَّلى لِلاَّل ِو أَربعِ ػوما ِ َرتاع ٍة ْد ِرُؾ التاَّل ْكبِريَة األ
ِ اف بػ اءةٌ ِمن الناَّلا ِر وبػ اءةٌ ِمن النِّدػ َف
ِ
اؽ
ْ َُوذل ُ تب
َ َْ
ً َْ َ َْ
ُ ََ
َ َ ََ َ
َ َ ََ َت لَوُ بػََاءَت
َ
“Siapa yang melaksanakan shalat karena Allah Swt selama empat puluh hari berjamaah, ia
mendapatkan takbiratul ihram. Maka dituliskan baginya dijauhkan dari dua perkara; dari
neraka dan dijauhkan dari kemunafikan”. (HR. At-Tirmidzi). Dalam hadis ini terdapat keutamaan
ikhlas dalam shalat, karena Rasulullah Saw mengatakan: “Siapa yang melaksanakan shalat
karena Allah Swt”. Artinya tulus ikhlas hanya karena Allah Swt semata. Makna dijauhkan dari
kemunafikan dan azab neraka adalah: dilepaskan dan diselamatkan dari kedua perkara tersebut.
Dijauhkan dari kemunafikan, artinya: selama di dunia ia diberi jaminan tidak melakukan
perbuatan orang munafik dan selalu diberi taufiq oleh Allah Swt untuk selalu berbuat ikhlas
karena Allah Swt. Maka di akhirat kelak ia diberi jaminan dari azab yang menimpa orang
munafik. Rasulullah Saw memberi kesaksian bahwa ia bukan orang munafik, karena sifat orang
munafik merasa berat ketika akan melaksanakan shalat.
5. Siapa yang melaksanakan shalat Shubuh berjamaah, maka ia berada dalam lindungan Allah Swt
hingga petang hari, berdasarkan hadis riwayat Jundub bin Abdillah. Rasulullah Saw bersabda:
الصْب َح فَػ ُ َو ِ ِذ اَّلم ِة اللاَّل ِو
ُّ صلاَّلى
َ َم ْن
“Siapa yang melaksanakan shalat Shubuh berjamaah, maka ia berada dalam lindungan Allah
Swt”. (HR. Muslim).
6. Mendapatkan balasan pahala seperti haji dan umrah. Berdasarkan hadis riwayat Anas bin Malik.
Rasulullah Saw bersabda:
ٍ من صلاَّلى الْ َ َداةَ ِ َرت
وؿ اللاَّل ِو
ُ اؿ َر ُس
َ َاؿ ق
َ َ ق.» ٍَج ِ َ اَّل ٍة َو ُع ْمَة
ْ َ صلاَّلى َرْ َعتَػ ْ ِ َ ا
ََ
ْ َ ُت لَو
َ َْ
َ س ُُثاَّل
ْ اعة ُُثاَّل قَػ َع َد َ ْ ُ ُ اللاَّلوَ َ اَّلَّت تَطْلُ َع ال
ُ اَّلم
.» « تَ اَّلام ٍة تَ اَّلام ٍة تَ اَّلام ٍة-صلى اهلل عليو وسلم“Siapa yang melaksanakan shalat Shubuh berjamaah, kemudian ia duduk berzikir hingga terbit
matahari, kemudian ia melaksanakan shalat dua rakaat. Maka ia mendapatkan balasan pahala
seperti haji dan umrah”. Kemudian Rasulullah Saw mengatakan, “Sempurna, sempurna,
sempurna”. (HR. At-Tirmidzi).
7. Balasan shalat Isya’ dan shalat Shubuh berjamaah. Berdasarkan hadis riwayat Utsman bin ‘Affan.
Rasulullah Saw bersabda:
ِ
ٍ من صلاَّلى الْعِ َ اء ِ َرت
ٍ الصبح ِ َرت
َ ص
ََ َ
ََ
ْ اعة فَ َك َاَّلَا قَ َاـ
ُصلاَّلى اللاَّلْي َل ُ لاَّلو
َ َْ
َ ف اللاَّلْي ِل َوَم ْن
َ اعة فَ َك َاَّلَا
َ ْ ُّ صلاَّلى
“Siapa yang melaksanakan shalat Isya’ berjamaah, maka seakan-akan ia telah melaksanakan
Qiyamullail setengah malam. Siapa yang melaksanakan shalat Shubuh berjamaah, maka
seakan-akan ia telah melaksanakan Qiyamullail sepanjang malam”. (HR. Muslim).
11
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
8. Malaikat berkumpul pada shalat Shubuh dan shalat Ashar. Berdasarkan hadis riwayat Abu
Hurairah. Rasulullah Saw bersabda:
ِ وََيت ِمعو َف ِ صالَةِ الْ َف ِ و، ػتػعاقَػبو َف فِي ُكم مالَئِ َكةٌ بِاللاَّلي ِل ومالَئِ َكةٌ بِالناَّلػ ا ِر
فَػيَ ْس َ ُعتُ ْم َوْى َو، ُُثاَّل ػَ ْعُ ُج الاَّل ِ َن بَاتُوا فِي ُك ْم، ِ ص
ْ صالَة الْ َع
ََ ْ
َ
ُ َْ َ َ
ََ ْ
َْ
ُ َ ََ
ِ ِ
ِِ
صلُّو َف
َ أ َْعلَ ُم ْم َ ْي
ُ َ َوأَتَػْيػن، صلُّو َف
ُ َف تَػَْ تُ ْم عبَادى فَػيَػ ُولُو َف تَػَْ ن
َ ُ اى ْم َوُى ْم
َ ُ اى ْم َوُى ْم
“Malaikat malam dan malaikat siang saling bergantian, mereka berkumpul pada shalat Shubuh
dan shalat ‘Ashar. Kemudian yang bertugas di waktu malam naik, Allah Swt bertanya kepada
mereka, Allah Swt Maha Mengetahui, “Bagaimanakah kamu meninggalkan hamba-hambaKu?”. Mereka menjawab, “Kami tinggalkan mereka ketika mereka sedang melaksanakan shalat
dan kami datang kepada mereka ketika mereka sedang melaksanakan shalat”. (HR. Al-Bukhari
dan Muslim).
9. Allah Swt mengagumi shalat berjamaah karena kecintaan-Nya kepada orang-orang yang
melaksanakan shalat berjamaah.
ِ اَّل
اصتَ ِمي ِع
ْ ِ ِالصالَة
ب ِم َن اَّل
ُ َ إ اَّلف اللوَ لَيَػ ْع
“Sesungguhnya Allah Swt mengagumi shalat yang dilaksanakan secara berjamaah”. (HR. Ahmad
bin Hanbal).
10. Menanti shalat berjamaah. Menurut hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw
bersabda:
ِ
ِ
ٍ
ِ
ث
ُ ُ الصالََة َوتَػ
صالاَّلهُ ػَْنتَ ِظُ اَّل
َ ِص
َ ؼ أ َْو ُْد
َ َ اَّلَّت ػَْن.ُوؿ الْ َمالَئ َكةُ اللاَّل ُ اَّلم ا ْاف ْ لَوُ اللاَّل ُ اَّلم ْارزتَْو
َ صالَة َما َ ا َف ِ ُم
َ ِ الَ ػََل ُاؿ الْ َعْب ُد
“Seorang hamba yang melaksanakan shalat, kemudian ia tetap berada di tempat shalatnya
menantikan pelaksanaan shalat, maka malaikat berkata: “Ya Allah, ampunilah ia, curahkanlah
rahmat-Mu kepadanya”. Hingga ia beranjak atau berhadas. (HR. Muslim).
11. Keutamaan shaf pertama. Berdasarkan hadis riwayat Abu Hurairah. Rasulullah Saw bersabda:
ُُثاَّل َدلْ ََِي ُدوا إِالاَّل أَ ْف َ ْستَ ِ ُموا َعلَْي ِو الَ ْستَػ َ ُموا، ف األ اَّلَوِؿ
الص ِّد
النِّدد ِاء َو اَّل
َ ِ الناَّلاس َما
ُ لَ ْو ػَ ْعلَ ُم
“Andai manusia mengetahui apa yang ada dalam seruan azan dan shaf pertama, kemudian
mereka tidak mendapatkannya melainkan dengan diundi, pastilah mereka akan melakukan
undian”. (HR. Al-Bukhari).
12. Ampunan dan cinta Allah Swt bagi orang yang ucapan “amin” yang ia ucapkan serentak dengan
ucapan “amin” yang diucapkan malaikat. Berdasarkan hadits Abu Hurairah. Rasulullah Saw
bersabda:
اَّلـ ِم ْن َذ ْبِ ِو
َ لَوُ َما تَػ َ د
ِ ِ ِ
ِ ِ
ِ
ِ
ِ
َإ َذا أ اَّلَم َن اإل َم ُاـ فَ ِّدَمنُوا فَ اَّلوُ َم ْن َوافَ َ تَْمينُوُ تَْم َ الْ َمالَئ َكة ُاف
“Apabila imam mengucapkan ‘Amin’, maka ucapkanlah ‘Amin’. Sesungguhnya siapa yang
ucapannya sesuai dengan ucapan ‘Amin’ yang diucapkan malaikat, maka Allah mengampuni
dosanya yang telah lalu”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
13. Andai manusia mengetahui apa yang ada di balik shalat berjamaah, pastilah mereka akan datang
walaupun merangkak, sebagaimana sabda Rasulullah Saw:
12
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
َع ْن أََِب ُىَ ْػَةَ أ اَّل
ُُثاَّل َدلْ ََِي ُدوا إِالاَّل أَ ْف َ ْستَ ِ ُموا، ف األ اَّلَوِؿ
الص ِّد
َ َ ق- صلى اهلل عليو وسلم- وؿ اللاَّل ِو
َ َف َر ُس
النِّدد ِاء َو اَّل
َ ِ الناَّلاس َما
ُ اؿ « لَ ْو ػَ ْعلَ ُم
. » الصْب ِح ألَتَػ ْوُُهَا َولَ ْو َ ْبػ ًوا
ُّ َولَ ْو ػَ ْعلَ ُمو َف َما ِ الْ َعتَ َم ِة َو، َولَ ْو ػَ ْعلَ ُمو َف َما ِ التاَّلػ ْ ِ ِري الَ ْستَبَػ ُوا إِلَْي ِو، َعلَْي ِو الَ ْستَػ َ ُموا
Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda: “Andai manusia mengetahui apa
yang ada dalam seruan azan dan shaf pertama, kemudian mereka tidak mendapatkan cara
melainkan diundi, mereka pasti akan melakukan undian. Andai mereka mengetahui apa yang
ada di dalam Takbiratul-Ihram, pastilah mereka akan berlomba untuk mendapatkannya. Andai
mereka mengetahui apa yang ada dalam shalat Isya’ dan shalat Shubuh pastilah mereka akan
datang meskipun merangkak”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Pertanyaan 7: Apakah hukum perempuan shalat berjamaah ke masjid?
Jawaban:
Ada dua hadits yang berbeda,
Hadits Pertama:
ِ
ِ اؿ « صالَةُ الْم أَةِ ِ بػيتِ ا أَفْضل ِمن
ِ
ِ ِ
ض ُل
َ ْصالَتُػ َ ا ِ ؼتَْ َدع َ ا أَف
َع ْن َعْبد اللاَّلو َع ِن ِ ِّد
َ صالَِتَا ِ ُ ْ َِتَا َو
َ ْ ُ َ َ َْ
َ َ َ ق-صلى اهلل عليو وسلم- الناَّلِب
َْ
ِ
.» صالَ ِِتَا ِ بػَْيتِ َ ا
َ م ْن
Dari Abdullah, dari Rasulullah Saw, beliau bersabda: “Shalat perempuan di dalam Bait lebih baik
daripada shalatnya di dalam Hujr. Shalat perempuan di dalam Makhda’ lebih baik daripada shalatnya di
dalam Bait”. (HR. Abu Daud). Hadits ini menunjukkan makna bahwa perempuan lebih baik shalat di
tempat yang jauh dari keramaian.
Hadits Kedua:
ِ اؿ « الَ دتَْنػعوا إِماء اللاَّل ِو مس
َع ِن ابْ ِن ُع َمَ أ اَّل
.» اج َد اللاَّل ِو
َ َ ق-صلى اهلل عليو وسلم- وؿ اللاَّل ِو
َ َف َر ُس
َ َ َ َ َُ
Dari Abdullah bin Umar, sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda: “Janganlah kamu melarang hamba
Allah yang perempuan ke rumah-rumah Allah (masjid)”. (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Pendapat Imam an-Nawawi:
( إذا دل رتتب عليو فتنة وأهنا ال خت ج مطيبة ) قولو صلى اهلل عليو و سلم ( ال دتنعوا اماء اهلل مساجد اهلل ) ى ا وشب و من أ اد ث
الباب ظاى يف أهنا ال دتنع اظتس د لكن ب وط ذ ىا العلماء م خوذة من األ اد ث وىو أف ال تكوف متطيبة وال متل نة وال ذات
خالخل سمع صوِتا وال ثياب فاخ ة وال ؼتتلطة بال جاؿ وال شابة
Jika tidak menimbulkan fitnah, perempuan tersebut tidak memakai wangi-wangian (yang
membangkitkan nafsu). Rasulullah Saw bersabda: “Janganlah kamu larang hamba Allah yang perempuan
ke rumah-rumah Allah (masjid). Hadit ini ini dan yang semakna dengannya jelas bahwa perempuan tidak
dilarang ke masjid, akan tetapi dengan syarat-syarat yang disebutkan para ulama dari hadits-hadits,
yaitu: tidak memakai wangi-wangian (yang membangkitkan nafsu), tidak berhias (berlebihan), tidak
13
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
memakai gelang kaki yang diperdengarkan suaranya, tidak memakai pakaian terlalu mewah, tidak
bercampur aduk dengan laki-laki dan tidak muda belia2.
Pendapat Syekh Yusuf al-Qaradhawi:
Kehidupan moderen telah membuka banyak pintu bagi perempuan. Perempuan bisa keluar rumah ke
sekolah, kampus, pasar dan lainnya. Akan tetapi tetap dilarang untuk pergi ke tempat yang paling baik
dan paling utama yaitu masjid. Saya menyerukan tanpa rasa sungkan, “Berikanlah kesempatan kepada
perempuan di rumah Allah Swt, agar mereka dapat menyaksikan kebaikan, mendengarkan nasihat dan
mendalami agama Islam. Boleh memberikan kesempatan bagi mereka selama tidak dalam perbuatan
maksiat dan sesuatu yang meragukan. Selama kaum perempuan keluar rumah dalam keadaan menjaga
kehormatan dirinya dan jauh dari fenomena Tabarruj (bersolek ala Jahiliah) yang dimurkai Allah Swt”.
Walhamdu lillah Rabbil’alamin3.
Pertanyaan 8: Bagaimanakah cara meluruskan shaf?
Jawaban:
ِ َ َ ق- صلى اهلل عليو وسلم- الناَّلِب
ِ وَ ا َف أَ َ ُد َا ػُْل ِل ُؽ َمْن ِكبَوُ ِِبَْن ِك. » ص ُفوفَ ُكم فَِ ِّدِّن أَرا ُ م ِم ْن ور ِاء ظَ ْ ِى
ٍ َََع ْن أ
ب
س َع ِن ِ ِّد
ََ ْ َ
ْ ُ يموا
ُ اؿ « أَق
َ
. صا ِ بِ ِو َوقَ َد َموُ بَِ َد ِم ِو
َ
Dari Anas, dari Rasulullah Saw, beliau bersabda: “Luruskanlah shaf (barisan) kamu, sesungguhnya aku
melihat kamu dari belakang pundakku”. Salah seorang kami merapatkan bahunya dengan bahu
sahabatnya, kakinya dengan kaki sahabatnya”. (HR. al-Bukhari).
Rapat dan putusnya shaf bukan hanya sekedar barisan shalat, akan tetapi kaitannya dengan hubungan
kepada Allah Swt, karena Rasulullah Saw bersabda:
صفًّا قَطَ َعوُ اللاَّلوُ َعاَّلل َو َج اَّلل
َ صلَوُ اللاَّلوُ َوَم ْن قَطَ َع
َ صفًّا َو
َ ص َل
َ َم ْن َو
“Siapa yang menyambung shaf, maka Allah Swt menyambung hubungan dengannya dan siapa yang
memutuskan Shaff, maka Allah memutuskan hubungan dengannya”. (HR. Abu Daud, an-Nasa’i, Ahmad
dan al-Hakim).
Shaf juga berkaitan dengan hati orang-orang yang akan melaksanakan shalat, Rasulullah Saw bersabda:
ٍِ
ٍ ِ ِ الص اَّل
ٍ َع ِن الْبػ ِاء بْ ِن َعا ِز
وؿ
ُ ُ َص ُد َورَا َوَمنَا ِبَػنَا َوػ
ُ اؿ َ ا َف َر ُس
َ َب ق
ػَتَ َخلاَّل ُل اَّل-صلى اهلل عليو وسلم- وؿ اللاَّل ِو
ُ ف م ْن َا يَة إِ َذل َا يَة َيَْ َس ُح
ََ
ِ
ِ
ِ
ِ
.» الص ُفوؼ األ َُوِؿ
ُ ُ َ َوَ ا َف ػ.» ف قُػلُوبُ ُك ْم
ُّ صلُّو َف َعلَى
َ «الَ َختْتَل ُفوا فَػتَ ْختَل
َ ُ ُوؿ « إِ اَّلف اللاَّلوَ َوَمالَئ َكتَو
Dari al-Barra’ bin ‘Azib, ia berkata: “Rasulullah Saw memeriksa celah-celah shaf dari satu sisi ke sisi lain,
Rasulullah Saw mengusap dada dan bahu kami seraya berkata: “Jangan sampai tidak lurus,
menyebabkan hati kamu berselisih”. Kemudian Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya Allah dan para
malaikat bershalawat untuk shaf-shaf terdepan”. (HR. Abu Daud). Makna shalawat dari Allah Swt adalah
limpahan rahmat dan ridha-Nya. Makna shalawat dari malaikat adalah permohonan ampunan.
2
3
Imam an-Nawawi, Syarh an-Nawawi ‘ala Shahih Muslim: 4/161.
Yusuf al-Qaradhawi, Fatawa Mu’ashirah, 1/318.
14
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
Pertanyaan 9: Bagaimanakah posisi Shaf anak kecil?
Jawaban:
ِ
ِ
ٍ ِس ب ِن مال
. َوأ ِّدُمى أ ُُّـ ُسلَْي ٍم َخ ْل َفنَا- صلى اهلل عليو وسلم- الناَّلِب
َ َك ق
َ يم ِ بػَْيتنَا َخ ْل
ف ِ ِّد
ُ صلاَّلْي
َ اؿ
َ ْ ِ َََع ْن أ
ٌ ت أََا َوَت
Dari Anas bin Malik, ia berkata: “Saya shalat bersama seorang anak yatim di rumah kami, kami di
belakang Rasulullah Saw, ibu saya Ummu Sulaim di belakang kami”. (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Komentar al-Hafizh Ibnu Hajar tentang pelajaran yang dapat diambil dari hadits ini:
ِ
ِ
َِوقِيَاـ اَّل
دىا إِ َذا َدلْ َ ُك ْن َم َع َ ا اِ ْمَأَة َا ْريَىا
َ ْ صفًّا َو
َ َوقيَاـ الْ َم ْأَة، ص ُفوؼ الِّد َجاؿ
ُ النِّدساء َع ْن
َ ِب َم َع الاَّل ُجل
َ َوتَْخري، صفًّا
ّ الص
Anak kecil bersama lelaki baligh berada satu shaf. Perempuan berada di belakang shaf laki-laki.
Perempuan berdiri sati shaf sendirian, jika tidak ada perempuan lain bersamanya4.
Akan tetapi, jika dikhawatirkan anak kecil tersebut tidak suci, maka diposisikan pada shaf di
belakang lelaki baligh:
ولكن إذا ُخ ي من م إش اؿ اظتصل أو دل كتمل صف ال جاؿ فليصفوا مع،أف األفضل ىو أف األطفاؿ صفوف خلف ال جاؿ
و نب ي لإلماـ أف نبو األطفاؿ، وا تماؿ وهنم اري متط ن بعيد، وليس يف ذلك قطع للصفوؼ إذا ا وا ؽتيل ن متط ن،ال جاؿ
. واهلل أعلم.إذل صفة الط ارة والصالة واآلداب اليت جتب م اعاِتا يف اظتس د
Sebaiknya shaf anak-anak diposisikan di belakang shaf lelaki yang telah baligh, akan tetapi jika
dikhawatirkan mereka mengganggu orang yang shalat atau shaf lelaki baligh tidak sempurna, maka
anak-anak itu satu shaf dengan shaf lelaki baligh, itu tidak memutuskan shaf jika mereka telah mumayyiz
dan suci, kemungkinan mereka tidak suci sangat jauh, imam mesti mengingatkan anak-anak tentang
kesucian, shalat dan adab yang mesti dijaga di dalam masjid, wallahu a’lam5.
Pertanyaan 10: Apakah hukum shalat orang yang tidak berniat?
Jawaban:
Tidak sah, karena semua amal mesti diawali dengan niat, sesuai sabda Rasulullah Saw yang diriwayatkan
dari Umar bin al-Khaththab:
ِ اؿ بِالنػِّدياَّل
َوإِاَّلَا لِ ُك ِّدل ْام ِ ٍئ َما ػَ َوى، ات
ُ إِاَّلَا األ َْع َم
“Sesungguhnya amal-amal itu hanya dengan niat, seseorang akan mendapatkan sesuai dengan
niatnya”. (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Pertanyaan 11: Apakah hukum melafazkan niat?
4
5
Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani, Fath al-Bari: 2/91.
Fatawa asy-Syabakah al-Islamiyyah: 5/5423.
15
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
Jawaban:
Syekh Abu Bakar al-Jaza’iri menyebutkan dalam al-Fiqh ‘ala al-Madzahib al-Arba’ah:
أف اظتعترب يف النية إ ا ىو ال لب النط باللساف ليس بنية وإ ا ىو مساعد على تنبيو ال لب فخط اللساف ال ض ما دامت ية ال لب
صحيحة وى ا اضتكم متف عليو عند ال افعية واضتنابلة أما اظتالكية واضتنفية فا ظ م ىب ما حتت اطتط
إف التلفظ بالنية: إف التلفظ بالنية ليس ـشروعا يف الصالة اال إذا اف اظتصلي موسوسا على أف اظتالكية قالوا: ( اظتالكية واضتنفية قالوا
) إف التلفظ بالنية بدعة و ستحسن لدفع الوسوسة: خالؼ األوذل ل ري اظتوسوس و ندب للموسوس اضتنفية قالوا
Sesungguhnya yang dianggap dalam niat itu adalah hati, ucapan lidah bukanlah niat, akan tetapi
membantu untuk mengingatkan hati, kekeliruan pada lidah tidak memudharatkan selama niat hati itu
benar, hukum ini disepakati kalangan Mazhab Syafi’I dan Mazhab Hanbali. Sedangkan menurut Mazhab
Maliki dan Hanbali -lihat menurut kedua Mazhab ini pada footnote-:
Mazhab Maliki dan Hanafi: Melafazkan niat tidak disyariatkan dalam shalat, kecuali jika orang yang
shalat itu was-was.
Mazhab Maliki: Melafazkan niat itu bertentangan dengan yang lebih utama bagi orang yang tidak waswas, dianjurkan melafazkan niat bagi orang yang was-was.
Mazhab Hanafi: Melafazkan niat itu bid’ah, dianggap baik untuk menolak was-was6.
Pertanyaan 12: Bilakah waktu berniat?
Jawaban:
على أف صح أف تت دـ النية على تكبرية اإل اـ بلمن سري: اتف ثالثة من األئمة وىم اظتالكية واضتنفية واضتنابلة
ال بد من أف تكوف النية م ار ة لتكبرية اإل اـ ِبيث لو ف غ من تكبرية اإل اـ بدوف ية بطلت: وخالف ال افعية ف الوا
Tiga mazhab sepakat, yaitu Mazhab Maliki, Hanafi dan Hanbali bahwa sah hukumnya jika niat
mendahului Takbiratul-Ihram dalam waktu yang singat.
Berbeda dengan Mazhab Syafi’I, mereka berpendapat: niat mesti beriringan dengan Takbiratu-Ihram,
jika ada bagian dari Takbiratul-Ihram yang kosong dari niat, maka shalat itu batal7.
Pertanyaan 13: Apakah batasan mengangkat kedua tangan ketika Takbiratul-Ihram?
6
7
Syekh Abu Bakar al-Jaza’iri, al-Fiqh ‘ala al-Madzahib al-Arba’ah, juz.1, hal.231.
Syekh Abu Bakar al-Jaza’iri, al-Fiqh ‘ala al-Madzahib al-Arba’ah, juz.1, hal.237.
16
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
Jawaban:
Ada dua batasan menurut Sunnah;
Pertama: Mengangkat kedua tangan hingga sejajar dengan daun telinga, berdasarkan hadits:
ِ
ِ ْ ك ب ِن
ِ
ِ َف رس َ اَّل
ِِ
ِ
ى ِِ َما أُذُ ػَْي ِو َوإِ َذا َرَ َع َرفَ َع َ َد ْ ِو َ اَّلَّت
ْ َع ْن َمال
ُ َ اضتَُوْ ِث أ اَّل
َ َ ا َف إ َذا َ باَّلػَ َرفَ َع َ َد ْو َ اَّلَّت َُاذ-صلى اهلل عليو وسلم- وؿ اللو
ِ
ِِ ُ ِاذ
َِ اؿ « َِشتع اللاَّلو لِمن
ِ ِ
.ك
ِ ُُّْسوُ ِم َن ال
َ َ وع فَػ
َ فَػ َع َل ِمثْ َل َذل.» ُزت َده
َ ى َما أُذُ ػَْيو َوإ َذا َرفَ َع َرأ
َْ ُ َ
َ َ
Dari Malik bin al-Huwairit Apabila Rasulullah Saw bertakbir, ia mengangkat kedua tangannya hingga
sejajar dengan telinganya,
Ketika ruku’ Rasulullah Saw mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan kedua telinganya,
Ketika bangkit dari ruku’ Rasulullah Saw mengucapkan: sami’allahu liman hamidahu (Allah mendengar
orang yang memuji-Nya) beliau melakukan seperti itu (mengangkat tangan hingga sejajar dengan
telinga). (HR. Muslim).
Kedua: Mengangkat kedua tangan sejajar dengan kedua bahu, berdasarkan hadits:
أ اَّل
َ َف َر ُس
َ ا َف ػَْفَ ُع َ َد ْ ِو َ ْ َو َمْن ِكبَػْي ِو إِذَا افْػتَتَ َح اَّل- صلى اهلل عليو وسلم- وؿ اللاَّل ِو
َالصالَة
“Sesungguhnya Rasulullah Saw mengangkat kedua tangannya sejajar dengan bahunya keika ia membuka
(mengawali) shalat”. (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Pertanyaan 14: Berapa posisi mengangkat kedua tangan dalam shalat?
Jawaban:
Mengangkat kedua tangan pada empat posisi:
1. Ketika Takbiratul Ihram.
2. Ketika akan ruku’.
3. Ketika bangun dari ruku’.
4. Ketika bangun dari Tasyahud Awal.
Berdasarkan hadits:
ِ
ِ َف ابن عم َ ا َف إِذَا دخل ِ اَّل
َِ اؿ َِشتع اللاَّلو لِمن
ِ ِ
ِ ِ
َوإِ َذا، َرفَ َع َ َد ْ ِو. ُزت َده
ْ َ ُ َ َ َ َوإذَا ق، َوإذَا َرَ َع َرفَ َع َ َد ْو، الصالَة َ باَّلػَ َوَرفَ َع َ َد ْو
َ َ ُ َ ْ َع ْن َاف ٍع أ اَّل
َََ
قَ َاـ ِم َن الاَّلْ َعتَػ ْ ِ َرفَ َع َ َد ْ ِو
17
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
Dari Nafi’, sesungguhnya apabila Ibnu Umar memulai shalat, ia bertakbir dan mengangkat kedua
َِ
tangannya. Ketika ruku’ ia mengangkat kedua tangannya. Ketika ia mengucapkan (ُزت َده
‘ ) َِشت َع اللاَّلوُ لِ َم ْنAllah
mendengar siapa yang memuji-Nya’, ia mengangkat kedua tangannya. Ketika bangun dari dua rakaat
(Tasyahhud Awal), ia mengangkat kedua tangannya”. (HR. al-Bukhari).
Pertanyaan 15: Bagaimanakah letak tangan dan jari jemari?
Jawaban:
Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri berdasarkan hadits yang diriwayatkan Sahl bin Sa’ad:
»« اف الناس م وف أف ضع ال جل ده اليمِن على ذراعو اليس ى يف الصالة
“Manusia diperintahkan agar laki-laki meletakkan tangan kanan di atas lengan kiri ketika shalat”. (HR. alBukhari).
Adapun posisi jari-jemari, berikut pendapat beberapa mazhab:
أف ضع ده اليمِن على وع اليس ى أو ما اربو:عند اضتنابلة وال افعية
Mazhab Hanbali dan Syafi’i: Meletakkan tangan kanan di atas lengan tangan kiri atau mendekatinya.
أما اظت أة فتضع د ا. ػتل اً ال جل باطتنص واإل اـ على ال سغ، ف و أف َيعل باطن ف اليمِن على ظاى ف اليس ى:عند اضتنفية
.على صدرىا من اري حتلي أل و أسرت عتا
Mazhab Hanafi: Meletakkan telapak tangan kanan di atas punggung tangan kiri, bagi laki-laki
melingkarkan jari kelingking dan jempol pada pergelangan tangan. Sedangkan bagi perempuan cukup
meletakkan kedua tangan tersebut di atas dada (telapak tangan kanan di atas punggung tangan kiri)
tanpa melingkarkan (jari kelingking dan jempol), karena cara ini lebih menutupi bagi perempuan.
» « من السنة وضع اليم على ال ماؿ حتت الس ة: ظتا روي عن علي أ و قاؿ،الس ة
ُّ و ضع ما عند اضتنفية واضتنابلة حتت
Mazhab Hanafi dan Hanbali: Meletakkan tangan di bawah pusar, berdasarkan hadits dari Ali, ia berkata:
“Berdasarkan Sunnah meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri, di bawah pusar”. (HR. Ahmad dan
Abu Daud).
فتكو اف على أش ؼ، مائالً إذل ج ة اليسار؛ ألف ال لب في ا، أف َيعل ما حتت الصدر فوؽ الس ة:واظتستحب عند ال افعية
إ داُها، فوضع د و على صدره، « رأ ت رسوؿ اهلل صلّى اهلل عليو وسلم صلي: الساب
وعمالً ِبد ث وائل بن،األعضاء
.على األخ ى » و ده د ث آخ عند ابن خلَية يف وضع اليد ن على ى ه الكيفية
18
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
Mazhab Syafi’i: Dianjurkan memposisikan kedua tangan tersebut di bawah dada di atas pusar, miring ke
kiri, karena hati berada pada posisi tersebut, maka kedua tangan berada pada anggota tubuh yang
paling mulia, mengamalkan hadits Wa’il bin Hujr: “Saya melihat Rasulullah Saw shalat, ia meletakkan
kedua tangannya di atas dadanya, salah satu tangannya di atas yang lain”. Didukung hadits lain riwayat
Ibnu Khuzaimah tentang meletakkan kedua tangan menurut cara ini.
وَيوز قبض اليد ن على. وال دفع ما من أمامو ظتنافاتو للخ وع، ال ب وة، ندب إرساؿ اليد ن يف الصالة بوقار:وقاؿ اظتالكية
فلو فعلو ال، و ك ه ال بض يف صالة الف ض ظتا فيو من االعتماد أي و مستند،الصدر يف صالة النفل صتواز االعتماد فيو بال ض ورة
. و ا إذا دل صد شيئاً فيما ظ، بل استنا اً دل ك ه،لالعتماد
Mazhab Maliki: Dianjurkan melepaskan tangan (tidak bersedekap) dalam shalat, dengan lentur, bukan
dengan kuat, tidak pula mendorong orang yang berada di depan karena akan menghilangkan khusyu’.
Boleh bersedekap dengan memposisikan tangan di atas dada pada shalat Sunnat, karena boleh
bersandar tanpa darurat. Makruh bersedekap pada shalat wajib, karena orang yang bersedekap itu
seperti seolah-olah ia bersandar, jika seseorang melakukannya bukan untuk bersandar akan tetapi
karena ingin mengikuti sunnah, maka tidak makruh. Demikian juga jika ia melakukannya tidak dengan
niat apa-apa.
وىو اظتتف مع ي ة م ىب مالك ال ي ق ره حملاربة عمل اري،وال اجح اظتتع لدي ىو قوؿ اصتم ور بوضع اليد اليمِن على اليس ى
. وىو ظن العامي وجوب ذلك: أو حملاربة اعت اد فاسد، أي االستناد، وىو قصد االعتماد:مسنوف
Pendapat yang Rajih (kuat) dan terpilih bagi saya (Syekh Wahbah az-Zuhaili) adalah pendapat jumhur
(mayoritas) ulama: meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri, inilah yang disepakati. Adapun hakikat
Mazhab Maliki yang ditetapkan itu adalah untuk memerangi perbuatan orang yang tidak mengikuti
sunnah yaitu perbuatan mereka yang bersedekap untuk tujuan bersandar, atau untuk memerangi
keyakinan yang rusak yaitu prasangka orang awam bahwa bersedekap itu hukumnya wajib8.
Pertanyaan 16: Apakah hukum membaca doa Iftitah?
Jawaban:
« اف النِب صلّى اهلل عليو وسلم وأبو بك وعم: ظتا روى أ س قاؿ، بل كرب اظتصلي و أ، ك ه دعاء االستفتاح: قاؿ اظتالكية
.» فتتحوف الصالة باضتمد هلل رب العاظت
، ولو صيغ ثرية، وىو ال اجح لدي، سن دعاء االستفتاح بعد التح َية يف ال عة األوذل: وقاؿ اصتم ور
:اظتختار من ا عند اضتنفية واضتنابلة
« اف النِب صلّى اهلل عليو وسلم إذا: قالت، وال إلو اريؾ) ظتا روت عائ ة، وتعاذل َجدُّؾ، وتبارؾ اشتك، (سبحا ك الل م وِبمدؾ
» وال إلو اريؾ، وتبارؾ اشتك وتعاذل َجدُّؾ، سبحا ك الل م وِبمد ؾ: قاؿ،استفتح الصالة
8
Syekh Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu: 2/62-63.
19
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
Mazhab Maliki: Makruh hukumnya membaca doa iftitah. Orang yang melaksanakan shalat langsung
bertakbir dan membaca al-Fatihah, berdasarkan riwayat Anas bin Malik, ia berkata: “Rasulullah Saw,
Abu Bakar dan Umar mengawali shalat dengan Alhamdulillahi Rabbil’alamin”. (HR. al-Bukhari dan
Muslim).
Jumhur Ulama: Sunnat hukumnya membaca doa Iftitah setelah Takbiratul-Ihram pada rakaat pertama.
Ini pendapat yang Rajih (kuat) menurut saya (Syekh Wahbah az-Zuhaili. Bentuk doa Iftitah ini banyak.
Doa pilihan menurut Mazhab Hanafi dan Hanbali adalah:
ُّؾ َوالَ إِلَوَ َاْيػُ َؾ
َ اذل َجد
َ ك َوتَػ َع
ْ ك اللاَّل ُ اَّلم َوِِبَ ْم ِد َؾ َوتَػبَ َارَؾ
َ ُاشت
َ َ ُسْب َحا
“Maha Suci Engkau ya Allah dan dengan pujian-Mu, Maha Suci nama-Mu dan Maha Tinggi keagunganMu, tiada tuhan selain Engkau”. Berdasarkan riwayat Aisyah, ia berkata: “Rasulullah Saw ketika
mengawali shalat, beliau membaca: “Maha Suci Engkau ya Allah dan dengan pujian-Mu, Maha Suci
nama-Mu dan Maha Tinggi keagungan-Mu, tiada tuhan selain Engkau”. (HR. Abu Daud dan adDaraquthni dari riwayat Anas. Abu Daud, at-Tirmidzi, an-Nasa’I, Ibnu Majah dan Ahmad dari Abu Sa’id.
Muslim dalam Shahih-nya: Umar membaca doa ini dengan cara jahar [Nail al-Authar: 2/195])9.
ِ وػتياي و، إف صاليت وُسكي،
ؽتايت هلل رب
َ
ُ
:واظتختار عند ال افعية صي ة
وما أ ا من اظت،ً( وج ت وج ي لل ي فط السموات واألرض نيفاً مسلما
ال ش ك لو وب لك أم ت وأ ا من اظتسلم ) ظتا رواه أزتد ومسلم والرتم ي وصححو عن علي ابن أيب طالب، العاظت
Pendapat pilihan dalam Mazhab Syafi’I adalah bentuk doa:
ِ و اَّلج ت وج ِ ى لِلاَّل ِى فَطَ اَّل
ِ
ِ
ِ ات واألَر
صالَتِى
َ ْ َ الس َم َو
َ ض َ ني ًفا مسلماً َوَما أََا م َن الْ ُم ْ ِ َ إِ اَّلف
َ
َ َْ ُ ْ َ
ِ
ِ َ ِك لَو وبِ َ ل
ِِ
ِ وُس ِكى وَْػتياى وؽتََاتِى لِلاَّل ِو ر ِّد
َ ت َوأََا م َن الْ ُم ْسلم
ُ ْك أُم
ََ َ َ ُ َ
َ ُ َ ِ ب الْ َعالَم َ الَ َش
َ
“Aku hadapkan wajahku kepada Dia yang telah menciptakan langit dan bumi, aku condong kepada
kebenaran, berserah diri kepada-Nya, aku tidak termasuk orang-orang musyrik. Sesungguhnya shalatku,
ibadahku, hidupku, matiku hanya untuk Allah Rabb semesta alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya, dengan
itulah aku diperintahkan, aku termasuk orang-orang yang berserah diri (muslim)”. Berdasarkan riwayat
dari Ahmad, Muslim dan at-Tirmidzi, dinyatakan shahih oleh at-Tirmidzi, diriwayatkan dari Ali bin Abi
Thalib10.
Pertanyaan 17: Adakah bacaan Iftitah yang lain?
Jawaban:
9
Syekh Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu: 2/62-63.
Syekh Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu: 2/65.
10
20
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
Riwayat Pertama:
ِ اللاَّل اَّلم ب
ِ ِ ْ ت بػ ْ َ الْم ْ ِ ِؽ والْم
ِ
ػ
ب
و
ِن
ي
ػ
ب
د
اع
د
اع
ب
ا
م
اى
ا
ط
خ
اطتَطَا َا
ْ اللاَّل ُ اَّلم َػ ِِّدِن ِم َن، ب
َ
َ
ْ
ْ
َ
ْ
َ
َ
َ
ْ
َ
َ
َ ُ
َ
َ
َ
َ
َ َ
َ َ
َ
ِ
ِ َ الد
ض ِم َن اَّل
اى بِالْ َم ِاء َوالثاَّلػ ْل ِج َوالْبَػَ ِد
ُ َب األَبْػي
ُ َ َما ػُنَػ اَّلى الثػ ْاَّلو
َ َ اللاَّل ُ اَّلم ا ْاس ْل َخطَا، س
“Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan dosa-dosaku sebagaimana telah Engkau jauhkan antara timur dan
barat. Ya Allah, sucikanlah aku dari dosa-dosa sebagaimana disucikannya kain yang putih dari kotoran.
Ya Allah basuhlah dosa-dosaku dengan air, salju dan air yang sejuk”. (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Riwayat Kedua:
ِ و اَّلج ت وج ِ ى لِلاَّل ِى فَطَ اَّل
ِ
ِ
ِ ات واألَر
صالَتِى َوُ ُس ِكى
َ ْ َ الس َم َو
َ ض َ ني ًفا َوَما أََا م َن الْ ُم ْ ِ َ إِ اَّلف
َ
َ َْ ُ ْ َ
ِ
ِ َ ِك لَو وبِ َ ل
ِِ
ِ وَْػتياى وؽتََاتِى لِلاَّل ِو ر ِّد
ت
ُ ْك أُم
َ َْت َوأََا م َن الْ ُم ْسلم َ اللاَّل ُ اَّلم أ
ََ َ َ
َ ُ َ ِ ب الْ َعالَم َ الَ َش
َ
ِ
ِ
ت بِ َ ِِْب فَا ْا ِفْ ِذل ذُ ُ ِوَب
ُ الْ َمل
ُ ْت َػ ْفسى َو ْاعتَػَف
ُ ت َرِّدَب َوأََا َعْب ُد َؾ ظَلَ ْم
َ َْ أ.ت
َ َْك الَ إِلَوَ إِالاَّل أ
ِ
ِ
ِ رتيعا إِاَّلو الَ ػ ْ ِف ال ُّ ُوب إِالاَّل أَْت واى ِدِِّن ألَ س ِن األ
َِ
ت
ْ
ْ
َ ََْخالَؽ الَ َػ ْ دى ألَ ْ َسن َ ا إِالاَّل أ
َ
ُ
ْ
ً
َ
َ
َ
ُ
َ
ْ ك َو
ْ ِ اص
ُّ ك َوال اَّل
ُ ِص
َ ْ اطتَْيػُ ُ لُّوُ ِ َ َد
َ ْ ك َو َس ْع َد
َ ت لَباَّلػْي
َ َْؼ َع ِّدِن َسيِّدئَػ َ ا إِالاَّل أ
ْ َ َؼ َع ِّدِن َسيِّدئَػ َ ا ال
ْ َو
ِ ْ لَيس إِلَيك أََا بِك وإِلَيك تَػبارْ ت وتَػعالَيت أَستػ
َ
ك
ت
أ
و
ؾ
ف
َ
ُ
َ وب إِلَْي
َْ َ ْ
ُ َ ُ َْ َ ْ َ َ َ َ َ َ ْ َ َ
“Aku hadapkan wajahku kepada Dia yang telah menciptakan langit dan bumi, aku condong kepada
kebenaran, berserah diri kepada-Nya, aku tidak termasuk orang-orang musyrik. Sesungguhnya shalatku,
ibadahku, hidupku, matiku hanya untuk Allah Rabb semesta alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya, dengan
itulah aku diperintahkan, aku termasuk orang-orang yang berserah diri (muslim). Ya Allah, Engkaulah
Penguasa, tidak ada tuhan selain Engkau. Engkau adalah Tuhanku, aku adalah hamba-Mu, aku telah
menzalimi diriku, aku mengakui dosaku, ampunilah aku atas dosa-dosaku semuanya, sesungguhnya
tidak ada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau, tunjukkan padaku kebaikan akhlaq, tidak ada
yang dapat menunjukkannya kecuali Engkau, alihkan dariku kejelekan prilaku, tidak ada yang dapat
mengalihkannya kecuali Engkau, aku sambut panggilan-Mu, semua kebaikan berada dalam kedua
tangan-Mu dan kejelekan tidak ada pada-Mu, aku bersama-Mu dan kepada-Mu, Maha Suci Engkau,
Maha Tinggi Engkau, aku memohon ampun kepada-Mu dan aku kembali kepada-Mu”. (HR. Muslim,
Ahmad, Abu Daud, at-Tirmidzi, an-Nasa’I, Ibnu Majah dan Ahmad).
Riwayat Ketiga:
21
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
ُّؾ َوالَ إِلَوَ َاْيػُ َؾ
َ اذل َجد
َ ك َوتَػ َع
ْ ك اللاَّل ُ اَّلم َوِِبَ ْم ِد َؾ َوتَػبَ َارَؾ
َ ُاشت
َ َ ُسْب َحا
“Maha Suci Engkau ya Allah dan dengan pujian-Mu, Maha Suci nama-Mu dan Maha Tinggi keagunganMu, tidak ada tuhan selain Engkau”. (HR. Abu Daud, at-Tirmidzi, an-Nasa’I, Ibnu Majah dan Ahmad).
Riwayat Keempat:
ِ اؿ بػيػنَما َْؿتن ُصلِّدى مع رس
اؿ َر ُج ٌل ِم َن الْ َ ْوِـ
َ َ إِ ْذ ق-صلى اهلل عليو وسلم- وؿ اللاَّل ِو
ُ َ َ َ َ ُ َ َْ َ ََع ِن ابْ ِن ُع َمَ ق
ِ اضتم ُد لِلاَّل ِو َ ثِريا وسبحا َف اللاَّل ِو ب ْك ةً وأ
.ًَصيال
َ ُْ َ ً
ْ َْ اللاَّلوُ أَ ْ بَػُ َ بِ ًريا َو
َ َ ُ
ِ
ت َعتَا
َ َ ق.وؿ اللاَّل ِو
َ اؿ َر ُج ٌل ِم َن الْ َ ْوِـ أََا َا َر ُس
َ َ ق.» « َم ِن الْ َ ائِ ُل َ لِ َمةَ َ َ ا َوَ َ ا-صلى اهلل عليو وسلم- وؿ اللاَّل ِو
ُ اؿ َر ُس
َ َ فَػ
ُ اؿ « َع ْب
ِ ُ ُ ػ-صلى اهلل عليو وسلم- وؿ اللاَّل ِو
ِ
ِ
.ك
َ ت َر ُس
َ َ ق.» الس َم ِاء
اب اَّل
َ وؿ ذَل
ْ فُت َح
ُ اؿ ابْ ُن ُع َمَ فَ َما تَػَْ تُػ ُ اَّلن ُمْن ُ َشت ْع
ُ ت َعتَا أَبْػ َو
َ
Dari Abdullah bin Umar, ia berkata: “Ketika kami shalat bersama Rasulullah, tiba-tiba seorang laki-laki
diantara banyak orang mengucapkan: “Allah Maha Besar, segala puji bagi-Nya pujian yang banyak,
Maha Suci Allah pagi dan petang”. Rasulullah Saw bertanya: “Siapakah orang yang mengucapkan
kalimat anu dan anu”. Seorang laki-laki menjawab: “Saya wahai Rasulullah”. Rasulullah Saw berkata:
“Aku merasa takjub dengan kalimat itu, dibukakan untuknya pintu-pintu langit”. Umar berkata: “Aku
tidak pernah meninggalkan kalimat-kalimat itu sejak aku mendengar Rasulullah Saw mengatakan itu”.
(HR. Muslim).
Riwayat Kelima:
ٍ َََع ْن أ
س أ اَّل
اؿ
الص اَّل
َ َ س فَػ
َف َر ُجالً َجاءَ فَ َد َخ َل اَّل
ُ ف َوقَ ْد َ َفَلهُ الناَّلػ َف
.اضتَ ْم ُد لِلاَّل ِو َزتْ ًدا َ ثِ ًريا طَيِّدبًا ُمبَ َارً ا فِ ِيو
ْ
ِ
ِ اؿ « أَُّ ُكم الْمت َكلِّدم بِالْ َكلِم
ِ ُ فَػلَ اَّلما قَضى رس
َ َ فَ ََراَّلـ الْ َ ْوُـ فَػ.» ات
َ َصالَتَوُ ق
ُاؿ « أَُّ ُك ُم الْ ُمتَ َكلِّد ُم َا فَِ اَّلو
َ -صلى اهلل عليو وسلم- وؿ اللاَّلو
َُ َ
َ
ُ َُ ُ
ِ
ِ
ِ
.» ت اثْػ َ ِْن َع َ َ َملَ ًكا ػَْبتَد ُروػَ َ ا أَػُّ ُ ْم ػَْفَػ ُع َ ا
َ َ فَػ.س فَػ ُ ْلتُػ َ ا
َ َ فَػ.» َدلْ ػَ ُ ْل بَْ ًسا
ُ َْاؿ « لَ َ ْد َرأ
ُ اؿ َر ُج ٌل جْئ
ُ ت َوقَ ْد َ َفَلِّن الناَّلػ َف
Dari Anas, ada seorang laki-laki datang, ia masuk ke dalam barisan, nafasnya sesak (karena tergesa-gesa,
ia mengucapkan: “Segala puji bagi Allah, pujian yang banyak, baik dan penuh keberkahan di dalamnya”.
Ketika Rasulullah Saw selesai melaksanakan shalat, beliau bertanya: “Siapakah diantara kamu yang
mengucapkan kalimat tadi?”. Orang banyak terdiam. Rasulullah Saw berkata: “Siapa diantara kamu yang
mengucapkannya, sesungguhnya ia tidak mengatakan yang jelek”. Seorang laki-laki berkata: “Saya
datang, nafas saya tersengal-sengal, lalu saya mengucapkannya”. Rasulullah Saw berkata: “Aku telah
melihat dua belas malaikat segera mendatanginya, berlomba ingin mengangkatnya”. (HR. Muslim).
Riwayat Keenam:
22
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
ِ الصالَةِ ِمن جو
ٍ َع ِن ابْ ِن َعباَّل
اس أ اَّل
ؼ اللاَّلْي ِل
ُ ُ َ َ ا َف ػ-صلى اهلل عليو وسلم- وؿ اللاَّل ِو
َ َف َر ُس
وؿ إِذَا قَ َاـ إِ َذل اَّل
َْ ْ
ِ السمو
ِ السمو
ِ ات َواأل َْر
ِ ات َواأل َْر
ض
ْ ك
ْ ك
َ َض َول
َ َاللاَّل ُ اَّلم ل
َ َْاضتَ ْم ُد أ
َ َْاضتَ ْم ُد أ
ُُت
َ َ ت قَػيِّد ُم اَّل
َ َ ور اَّل
ِ
ِ السمو
ِ ات َواأل َْر
ْ ك
ْ اضتَ ُّ َوَو ْع ُد َؾ
ْ ت
ُّ َاضت
ُّ ت َر
َ ََول
َ َْض َوَم ْن في ِ اَّلن أ
َ َْاضتَ ْم ُد أ
َ َ ب اَّل
ْ ك
ْ اضتَ ُّ َولَِ ُاؤ َؾ َ ٌّق َو
اعةُ َ ٌّق
الناَّلار َ ٌّق َو اَّل
َ َُوقَػ ْول
َ الس
ُ اصتَناَّلةُ َ ٌّق َو
ت
َ ت َوإِلَْي
َ ِت َوب
َ ت َوإِلَْي
َ ت َو َعلَْي
َ ِت َوب
َ َاللاَّل ُ اَّلم ل
ُ ك َ ا َ ْم
ُ اص ْم
ُ ك أََػْب
ُ ك تَػ َواَّل ْل
ُ ك َآمْن
ُ َسلَ ْم
ْكأ
َ ك َخ
ِ ََْخ ت وأَس رت وأَعلَْنت أ
ِ
ت
َ َْت إِ َعتى الَ إِلَوَ إِالاَّل أ
َ ُ ْ َ ُ ْ َ ْ َ ُ ْ ت َوأ اَّل
ُ فَا ْافْ ِذل َما قَد ْاَّلم
“Ya Allah, bagi-Mu segala puji, Engkau cahaya langit dan bumi. Bagi-Mu segala puji, Engkau Pengatur
langit dan bumi. Segala puji bagi-Mu, Engkau Pemilik langit dan bumi beserta isinya. Engkau Maha
Benar, janji-Mu benar, firman-Mu benar, pertemuan dengan-Mu benar, surga itu benar, neraka itu
benar, hari kiamat itu benar. Ya Allah, kepada-Mu aku berserah diri, dengan-Mu aku beriman, kepadaMu aku bertawakkal, kepada-Mu aku kembali, dengan-Mu aku melawan orang-orang yang memusuhiMu, kepada-Mu aku berhukum, ampunilah aku atas dosaku di masa lalu dan akan datang, yang aku
rahasiakan dan aku nyatakan, Engkaulah Tuhanku, tiada tuhan selain Engkau”. (HR. al-Bukhari dan
Muslim).
Riwayat Ketujuh:
ٍ أَبو سلَمةَ بن عب ِد الاَّل ْزت ِن ب ِن عو
ِ َِ َى َشى ٍء َ ا َف
ِ
ِ
ِ ِِ
صالَتَوُ إِ َذا
َ َؼ ق
ُّ
ُ ْاؿ َس َل
َْ ُ ْ َ َ ُ
َ ػَ ْفتَت ُح-صلى اهلل عليو وسلم- ِب اللاَّلو
َْ ْ َ
ْ ت َعائ َ ةَ أ اَّلُـ الْ ُم ْ من َ ب ِّد
ِ
ِ
ْ َقَ َاـ م َن اللاَّلْي ِل قَال
ُصالَتَو
َ ت َ ا َف إِ َذا قَ َاـ م َن اللاَّلْي ِل افْػتَتَ َح
ِ ِ ات واألَر
ِب وال اَّل ادة
ِ اط اَّل
ِ ِب ِجبػ ائِيل وِمي َكائِيل وإِس اف
َ َ َ ِ ض َعادلَ الْ َْي
ْ َ الس َم َو
َ َ َ ْ اللاَّل ُ اَّلم َر اَّل
َ َيل ف
َ َْ َ َ
ِ أَْت َحت ُكم بػ ِعب ِاد َؾ فِيما َ ا ُوا فِ ِيو َ ْتلِ ُفو َف اى ِدِِّن لِما
ك
ْ ف فِ ِيو ِم َن
َ ِ اضتَ ِّد بِِ ْذ
َ
ْ
َ اختُل
ْ َ
َ ََْ ُ ْ َ
َ
ٍ ك تَػ ِدى من تَ َ اء إِ َذل ِص
ِ
. اط ُم ْستَ ِ ي ٍم
ُ ْ َ ْ َ إ اَّل
َ
Abu Salamah bin Abdirrahman bin ‘Auf berkata: “Saya bertanya kepada Aisyah Ummul Mu’minin:
“Dengan apa Rasulullah Saw mengawali shalatnya pada sebagian malam?”. Aisyah menjawab: “Apabila
Rasulullah Saw bangun untuk Qiyamullail, beliau mengawali shalatnya:
“Ya Allah Rabb Jibra’il, Mika’il dan Israfil, Pencipta langit dan bumi, Yang Mengetahui alam yang ghaib
dan yang tampak. Engkaulah yang menetapkan hukum diantara hamba-hamba-Mu tentang apa yang
mereka perselisihkan. Berikanlah hidayah kepadaku tentang kebenaran yang dipertentangkan, dengan
23
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
izin-Mu, sesungguhnya Engkau memberikan hidayah pada orang-orang yang Engkau kehendaki menuju
jalan yang lurus”. (HR. Muslim).
Pertanyaan 18:
Ketika akan membaca al-Fatihah dan Surah, apakah dianjurkan membaca Ta’awwudz (A’udzubillah)?
Jawaban:
Ulama tidak sepakat dalam masalah ini.
« أف النِب صلّى اهلل عليو وسلم وأبا بك وعم ا وا: ضتد ث أ س الساب، ك ه التعوذ والبسملة قبل الفاحتة والسورة: قاؿ اظتالكية
. » فتتحوف الصالة باضتمد هلل رب العاظت
. تعوذ يف ال عة األوذل ف ط:وقاؿ اضتنفية
( أعوذ باهلل من ال يطاف ال جيم ) وعن أزتد أ و: ب ف وؿ، سن التعوذ س اً يف أوؿ ل ر عة قبل ال اءة:وقاؿ ال افعية واضتنابلة
( أعوذ باهلل السميع العليم من ال يطاف ال جيم) (دليلو ما رواه أزتد والرتم ي عن أيب سعيد اطتدري عن النِب صلّى اهلل عليو:وؿ
« أعوذ باهلل السميع العليم من ال يطاف ال جيم من َُهْله و ْفخو وػَ ْفثو» وقاؿ ابن: ُث وؿ،وسلم أ و اف إذا قاـ إذل الصالة استفتح
2/196
: أعوذ باهلل من ال يطاف ال جيم» ( يل األوطار: «جاء عن النِب صلّى اهلل عليو وسلم أ و اف وؿ قبل ال اءة:اظتن ر
واستدلوا على، وج اً يف اصت ة عند ال افعية ما قدمنا، ( بسم اهلل ال زتن ال يم ) س اً عند اضتنفية واضتنابلة:) ُث وؿ.)ومابعدىا
.]16/98: فاستع باهلل من ال يطاف ال جيم } [النحل، { ف ذا ق أت ال آف:سنية التعوذ ب ولو تعاذل
Mazhab Maliki: Makruh hukumnya membaca Ta’awwudz dan Basmalah sebelum al-Fatihah dan Surah
berdasarkan hadits Anas: “Sesungguhnya Rasulullah Saw, Abu Bakar dan Umar mengawali shalat mereka
dengan membaca alhamdulillahi rabbil’alamin”.
Mazhab Hanafi: Mengucapkan Ta’awwudz pada rakaat pertama saja.
Mazhab Syafi’i dan Hanbali: Dianjurkan membaca Ta’awwudz secara sirr pada awal setiap rakaat
sebelum membaca al-Fatihah, dengan mengucapkan: [ ال جيم
( ] أعوذ باهلل من ال يطافAku berlindung kepada
Allah dari setan yang terkutuk). Dari Imam Ahmad, ia berkata: [يطاف ال جيم
( ] أعوذ باهلل السميع العليم من الAku
berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui dari setan yang terkutuk).
Dalilnya adalah hadits riwayat Imam Ahmad dan at-Tirmidzi dari Abu Sa’id al-Khudri, dari Rasulullah Saw,
ketika Rasulullah Saw akan melaksanakan shalat, beliau mengawali dengan mengucapkan: [ ] (Aku
berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar dan Mengetahui dari setan yang terkutuk, dari
bisikannya, kesombongan dan sihirnya). Ibnu al-Mundzir berkata: “Diriwayatkan dari Rasulullah Saw
bahwa beliau mengawali bacaan dengan: [ ال جيم
( ] أعوذ باهلل من ال يطافAku berlindung kepada Allah dari
24
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
setan yang terkutuk)11. Kemudian beliau mengucapkan: [ يم
] بسم اهلل ال زتن الdengan nama Allah Yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Dibaca sirr menurut Mazhab Hanafi dan Hanbali.
Dibaca Jahr menurut Mazhab Syafi’I, mereka berdalil tentang disunnahkannya Ta’awwudz berdasarkan
firman Allah: “Apabila kamu membaca Al-Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah
dari syaitan yang terkutuk”. (Qs. an-Nahl [16]: 98)12.
Pertanyaan 19: Ketika membaca al-Fatihah, apakah Basmalah dibaca Jahr atau Sirr?
Jawaban:
Yang membaca Sirr berdalil dengan hadits:
ٍ ِس ب ِن مال
ِ وأََِب ب ْك ٍ و ُعم و ُعثْما َف فَ َكا ُوا ستَػ ْفتِحو َف-صلى اهلل عليو وسلم- الناَّلِب
اضتَ ْم ُد
ْ (ب
َ َك أَاَّلوُ َ اَّلدثَوُ ق
َ ت َخ ْل
ف ِ ِّد
ُ صلاَّلْي
َ اؿ
ُ َْ
َ ْ ِ َََع ْن أ
َ َ ََ َ َ َ
ِ ِ َب الْعالَ ِم ) الَ ْ ُ و َف بِس ِم اللاَّل ِو الاَّل ْزت ِن الاَّل ِ ي ِم ِ أ اَّلَوِؿ قِ اءةٍ وال
ِِ
.آخ َِىا
َ
ْ ُ َ َ َ للاَّلو َر ِّد
َ ََ
Dari Anas bin Malik, ia meriwayatkan: “Saya shalat di belakang Rasulullah Saw, Abu Bakar, Umar dan
Utsman. Mereka memulai dengan ‘Alhamdulillah Rabbil’alamin’. Mereka tidak menyebutkan
‘Bismillahirrahmanirrahim’ pada awal bacaan dan di akhir bacaan. (HR. Muslim).
Akan tetapi dalil ini dijawab oleh para ulama yang mengatakan Basmalah dibaca jahr.
ِ ِ َالَ ْ ُ و َف بِس ِم اللاَّل ِو الاَّل ْزت ِن الاَّل ِ ي ِم ِ أ اَّلَوِؿ قِ اءةٍ وال
.آخ َِىا
َ
ْ ُ َ
َ ََ
Pertama, hadits ini mengandung ‘Illat, kalimat: [
]
(Mereka tidak menyebutkan ‘Bismillahirrahmanirrahim’ pada awal bacaan dan di akhir bacaan). Kalimat
ini bukan ucapan Anas bin Malik, akan tetapi ucapan tambahan dari periwayat yang memahami bahwa
makna kalimat: [
ِ
ِ اضتم ُد لِلاَّل ِو ر ِّد
ِ
َ ب الْ َعالَم
ْ َْ ( فَ َكا ُوا َ ْستَػ ْفت ُحو َف ب
َ
+ (Mereka memulai dengan ‘Alhamdulillah
Rabbil’alamin’), ia fahami membaca Alhamdulillahi Rabbil’alamin tanpa Basmalah. Padahal yang
dimaksud Anas dengan kalimat: [
‘Alhamdulillah Rabbil’alamin’).
ِ
ِ اضتم ُد لِلاَّل ِو ر ِّد
ِ
َ ب الْ َعالَم
ْ َْ ( فَ َكا ُوا َ ْستَػ ْفت ُحو َف ب
َ
] (Mereka memulai dengan
Maka makna hadits di atas adalah: mereka memulai dengan surat Alhamdulillahi Rabbil’alamin. Bukan
memulai dengan Alhamdulillahi Rabbil’alamin. Ini didukung hadits:
{ بسم اهلل ال زتن ال يم } إهنا أـ ال آف وأـ الكتاب والسبع اظتثاين و { بسم اهلل ال زتن ال يم: { اضتمد هلل } فاق ؤا: [ إذا ق أمت
] } إ داىا
11
12
Imam asy-Syaukani, Nail al-Authar: 2/196 dan setelahnya.
Syekh Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu: 2/67.
25
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
“Jika kamu membaca Alhamdulillah, maka bacalah: Bismillahirrahmanirrahim. Sesungguhnya al-Fatihah
itu adalah Ummul Qur’an, Ummul Kitab, as-Sab’u al-Matsani dan Bismillahirrahmanirrahim adalah salah
satu ayatnya.
Hadits ini dinyatakan shahih oleh Nashiruddin al-Albani dalam as-Silsilah ash-Shahihah dan Shahih wa
Dha’if al-Jami’ ash-Shaghir.
) (بسم اهلل ال زتن ال يم: اضتمد هلل رب العاظت سبع آ ات إ داىن: أ و اف وؿ، عن النِب صلى اهلل عليو وسلم، عن أيب ى ة
وفاحتة الكتاب، وىي أـ ال آف، وال آف العظيم، وىي السبع اظتثاين،
Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah Saw, beliau bersabda: “Alhamdulillah Rabbil’alamin itu tujuh ayat,
salah satunya adalah: Bismillahirrahmanirrahim. Dialah tujuh ayat yang diulang-ulang, al-Qur’an yang
Agung, Ummul Qur’an dan pembuka kitab (Fatihah al-Kitab)”. Imam al-Hafizh Ibnu Hajar al-Haitsami
berkata:
.رواه الطرباين يف األوسط ورجالو ث ات
Diriwayatkan Imam ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Ausath, para periwayatnya adalah Tsiqat (para
periwayat yang terpercaya)13.
Maka makna ucapan Anas bin Malik:
ِ ستَػ ْفتِحو َف
) َ ب الْ َعالَ ِم
ْ (ب
اضتَ ْم ُد لِلاَّل ِو َر ِّد
ُ َْ
Mereka memulai dengan surat Alhamdulillahi Rabbil’alamin.
Kedua, para ahli hadits menjadikan hadits riwayat Anas diatas sebagai contoh hadits yang mengandung
‘Illat pada matn, hadits yang mengandung ‘Illat tidak dapat dijadikan dalil.
وقد مثلو ابن الصالح والل ن ِبد ث أ س ابن مالك يف البسملة وىو مثاؿ العلة يف اظتنت
Imam Ibnu ash-Shalah dan Imam Zainuddin memberikan contoh hadits riwayat Anas tentang Bismillah,
hadits tersebut adalah contoh ‘Illat pada matn14.
Ketiga, riwayat Anas di atas bertentangan dengan riwayat lain yang juga diriwayatkan Anas bin Malik:
ِ َ اؿ سئِل أََس َ يف َ ا
َيَُُّد، ُُثاَّل قَػَأَ بِ ْس ِم اللاَّل ِو الاَّل ْزتَ ِن الاَّل ِ ي ِم. ت َمدًّا
َ َ فَػ. - صلى اهلل عليو وسلم- الناَّلِب
ْ َ اؿ َ ا
ْ َ ْ ٌ َ ُ َ ََع ْن قَػتَ َاد َة ق
ت قَاءَةُ ِ ِّد
َوَيَُُّد بِالاَّل ِ ي ِم، َوَيَُُّد بِالاَّل ْزتَ ِن، بِبِ ْس ِم اللاَّل ِو
13
14
Al-Hafizh al-Haitsami, Majma’ az-Zawa’id wa Manba’ al-Fawa’id: 2/129.
Imam ash-Shan’ani, Taudhih al-Afkar li Ma’ani Tanqih al-Anzhar: 2/28.
26
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
Dari Qatadah, ia berkata: “Anas bin Malik ditanya tentang bacaan Rasulullah Saw”. Anas menjawab:
“Menggunakan Madd”. Kemudian ia membaca Bismillahirrahmanirrahim, menggunakan madd pada
Bismillah. Menggunakan madd pada ar-Rahman. Dan menggunakan madd pada ar-Rahim. (HR. alBukhari).
Keempat, hadit riwayat Anas bin Malik terdapat perbedaan, antara yang menetapkan dan menafikan,
kaedah menyatakan:
اظتثبت م دـ على النايف
Yang menetapkan lebih didahulukan daripada yang menafikan.
Kelima, salah satu alasan yang membaca Basmalah secara sirr adalah karena Basmalah bukan bagian
dari al-Fatihah, maka dibaca Sirr.
Sedangkan riwayat menyebutkan:
{ بسم اهلل ال زتن ال يم } إهنا أـ ال آف وأـ الكتاب والسبع اظتثاين و { بسم اهلل ال زتن ال يم: { اضتمد هلل } فاق ؤا: [ إذا ق أمت
] } إ داىا
“Jika kamu membaca Alhamdulillah, maka bacalah: Bismillahirrahmanirrahim. Sesungguhnya al-Fatihah
itu adalah Ummul Qur’an, Ummul Kitab, as-Sab’u al-Matsani dan Bismillahirrahmanirrahim adalah salah
satu ayatnya.
Hadits ini dinyatakan shahih oleh Nashiruddin al-Albani dalam as-Silsilah ash-Shahihah dan Shahih wa
Dha’if al-Jami’ ash-Shaghir.
Jika Basmalah itu adalah bagian dari al-Fatihah berdasarkan hadits yang shahih, mengapa dibaca Sirr?!15
Adapun hadits yang menyatakan Rasulullah Saw membaca jahr, Imam an-Nawawi berkata:
)وأما أ اد ث اصت فاضت ة قائمة ِبا د لو بالصحة (من ا
وىو ما روى عن ستة من الصحابة أيب ى ة وأـ سلمة وابن عباس وأ س وعلى بن أَب طالب وشت ة بن جندب رضي اهلل عن م
Adapun hadits-hadits membaca Basmalah dengan cara Jahr adalah hujjah yang kuat terbukti
keshahihannya (diantaranya) adalah hadits-hadits yang diriwayatkan dari enam orang shahabat
Rasulullah Saw; Abu Hurairah, Ummu Salamah, Ibnu Abbas, Anas bin Malik, Ali bin Abi Thalib dan
Samurah bin Jundub semoga Allah Swt meridhai mereka semua16.
15
16
Lihat Shahih Shifat Shalat Nabi, Syekh Hasan as-Saqqaf: 113-114.
Imam an-Nawawi, al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab: 3/344.
27
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
Pertanyaan 20: Apakah hukum membaca al-Fatihah bagi Ma’mum?
Jawaban:
Mazhab Hanafi:
Ma’mun tidak perlu membaca al-Fatihah, berdasarkan dalil-dalil berikut ini:
Pertama, ayat al-Qur’an: “Dan apabila dibacakan Al-Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan
perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat”. (Qs. al-A’raf *7+: 204). Imam Ahmad
bekrata: “Umat telah sepakat bahwa ayat ini tentang shalat”. Perintah agar mendengarkan bacaan alFatihah yang dibacakan, khususnya pada shalat Jahr. Diam mencakup shalat Sirr dan Jahr, maka orang
yang shalat wajib mendengarkan bacaan imam yang dibaca jahr dan diam pada bacaan Sirr. Haditshadits mewajibkan bacaan, maka makna ayat ini mengandung makna wajib, menentang yang wajib
berarti haram.
Kedua, dalil Sunnah. Dalam hadits disebutkan:
ف ف ق اءة اإلماـ لو ق اءة،من صلى خلف إماـ
“Siapa yang shalat di belakang imam, maka bacaan imam sudah menjadi bacaan baginya”. (HR. Abu
Hanifah dari Jabir). Ini mencakup shalat Sirr dan Jahr.
Hadits lain:
وإذا ق أ ف صتوا، ف ذا رب فكربوا،إ ا جعل اإلماـ لي مت بو
“Sesungguhnya imam itu diangkat untuk diikuti, apabila imam bertakbir maka bertakbirlah kamu.
Apabila imam membaca maka diamlah kamu”. (HR. Muslim, dari Abu Hurairah).
Hadits lain:
Rasulullah Saw melaksanakan shalat Zhuhur, ada seorang laki-laki di belakang membaca ayat:
“Sabbihisma rabbika al-a’la”. Ketika selesai shalat, Rasulullah Saw bertanya: “Siapakah diantara kamu
yang membaca ayat?”. Laki-laki itu menjawab: “Saya”. Rasulullah Saw berkata: “Menurutku salah
seorang kamu telah melawanku dalam membaca ayat”. (HR. al-Bukhari dan Muslim dari ‘Imran bin
Hushain). Ini menunjukkan pengingkaran terhadap bacaan ma’mum dalam shalat Sirr, maka dalam
shalat Jahr lebih diingkari lagi.
Ketiga, dalil dari Qiyas. Jika membaca al-Fatihah itu wajib bagi ma’mum, mengapa digugurkan
kewajibannya bagi orang yang masbuq seperti rukun-rukun yang lain. Maka bacaan ma’mum diqiyaskan
kepada bacaan masbuq dalam hal gugur kewajibannya, dengan demikian maka bacaan al-Fatihah tidak
disyariatkan bagi ma’mum.
28
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
Jumhur Ulama:
Rukun bacaan dalam shalat adalah bacaan al-Fatihah. Berdasarkan sabda Rasulullah Saw:
ال صالة ظتن دل أ بفاحتة الكتاب
“Tidak sah shalat orang yang tidak membaca al-Fatihah”.
Hadits lain:
ال جتلئ صالة ال أ في ا بفاحتة الكتاب
“Tidak sah shalat orang yang tidak membaca Fatihah al-Kitab (al-Fatihah)”. (HR. Ibnu Khuzaimah dan
Ibnu Hibban).
Juga berdasarkan perbuatan Rasulullah Saw sebagaimana yang disebutkan dalam Shahih Muslim dan
hadits yang terdapat dalam Shahih al-Bukhari:
صلوا ما رأ تموين أصلي
“Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat”.
Adapun membaca surat setelah al-Fatihah pada rakaat pertama dan rakaat kedua dalam semua
shalat adalah sunnat. Ma’mum membaca al-Fatihah dan surat pada shalat Sirr saja, tidak membaca apa
pun pada shalat Jahr, demikian menurut Mazhab Maliki dan Mazhab Hanbali. Membaca al-Fatihah
dalam shalat Jahr saja menurut Mazhab Syafi’i.
Dapat difahami dari pendapat Imam Ahmad bahwa beliau menganggap baik membaca sebagian alFatihah ketika imam diam pada diam yang pertama, kemudian melanjutkan bacaan al-Fatihah pada
diam yang kedua. Antara kedua diam tersebut ma’mum mendengar bacaan imam.
Mazhab Syafi’i: Imam, Ma’mum dan orang yang shalat sendirian wajib membaca al-Fatihah dalam setiap
rakaat, apakah dari hafalannya, atau melihat mushaf atau dibacakan untuknya atau dengan cara lainnya.
Apakah pada shalat Sirr ataupun shalat Jahr, shalat Fardhu ataupun shalat Sunnat, berdasarkan dalildalil diatas dan hadits ‘Ubadah bin ash-Shamit,
ِ ِ
ِ الص ِام
اؿ « إِ ِّدِّن أ ََرا ُ ْم
َ َؼ ق
ُ صلاَّلى َر ُس
َ َت ق
ُّ -صلى اهلل عليو وسلم- وؿ اللاَّل ِو
َع ْن ُعبَ َاد َة بْ ِن اَّل
َ َص
ْ َالصْب َح فَػثَػ ُل
َ ْ ت َعلَْيو الْ َاءَةُ فَػلَ اَّلما ا
َ اؿ
ِ
ِ
.» صالََة لِ َم ْن َدلْ ػَ ْ َأْ َِا
َ َ ق.وؿ اللاَّل ِو إِى َواللاَّل ِو
َ اؿ قُػ ْلنَا َا َر ُس
َ َ ق.» تَػ ْ َءُو َف َوَراءَ إِ َم ِام ُك ْم
َ َاؿ « فَالَ تَػ ْف َعلُوا إِالاَّل ب ِّدُـ الْ ُ ْآف فَِ اَّلوُ ال
Dari ‘Ubadah bin ash-Shamit, ia berkata: “Rasulullah Saw melaksanakan shalat Shubuh, Rasulullah Saw
merasa berat melafazkan ayat. Ketika selesai shalat, Rasulullah Saw berkata: “Aku melihat kamu
membaca di belakang imam kamu”. Kami menjawab: “Ya wahai Rasulullah”. Rasulullah Saw berkata:
“Janganlah kamu melakukan itu, kecuali membaca al-Fatihah, karena sesungguhnya tidak sah shalat
orang yang tidak membaca al-Fatihah”. (HR. Abu Daud, at-Tirmidzi, Ahmad dan Ibnu Hibban).
29
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
Ini nash (teks) yang jelas mengkhususkan bacaan bagi ma’mum, menunjukkan bahwa bacaan tersebut
wajib. Makna nafyi (meniadakan) menunjukkan makna tidak sah, seperti menafikan zat pada sesuatu.
Menurut Qaul Jadid: jika seseorang meninggalkan bacaan al-Fatihah karena terlupa, maka tidak sah.
Karena rukun shalat tidak dapat gugur disebabkan lupa, seperti ruku’ dan sujud. Tidak gugur bagi orang
yang shalat, kecuali bagi masbuq dalam satu rakaat, maka imam menanggungnya.
Sama hukumnya seperti masbuq, orang yang berada dalam keramaian, atau terlupa bahwa ia sedang
shalat, atau terlambat dalam gerakan; ma’mum belum juga bangun dari sujud sementara imam sudah
ruku’ atau hampir ruku’. Atau ma’mum ragu membaca al-Fatihah setelah imamnya ruku’, lalu ia
terlambat membaca al-Fatihah17.
Pertanyaan 21: Apakah hukum membaca ayat? Apa standar panjang dan pendeknya?
Jawaban:
سنة عند اصتم ور يف ال عت األوذل والثا ية من ل صالة،واجب عند اضتنفية ما بينا
Wajib menurut Mazhab Hanafi.
Sunnat menurut Jumhur (mayoritas) Ulama, dibaca pada rakaat pertama dan kedua dalam setiap
shalat18.
Adapun standar panjang dan pendeknya, surat-surat tersebut terbagi tiga:
Thiwal al-mufashshal, dari surah Qaf/al-Hujurat ke surah an-Naba’, dibaca pada Shubuh dan Zhuhur.
Ausath al-mufashshal, dari surah an-Nazi’at ke surah adh-Dhuha, dibaca pada ‘Ashar dan Isya’.
Qishar al-Mufashshal, dari surah al-Insyirah ke surah an-nas, dibaca pada shalat Maghrib.
Keterangan lengkapnya dapat dilihat dalam kitab al-Adzkar karya Imam an-Nawawi:
Sunnat dibaca -setelah al-Fatihah- pada shalat Shubuh dan Zhuhur adalah Thiwal al-Mufashshal artinya
surat-surat terakhir dalam mush-haf. Diawali dari surat Qaf atau al-Hujurat, berdasarkan khilaf yang ada,
mencapai dua belas pendapat tentang penetapan surat-surat al-Mufashshal. Surat-surat al-Mufashshal
ini terdiri dari beberapa bagian, ada yang panjang hingga surat ‘Amma (an-Naba’), ada yang
pertengahan hingga surat adh-Dhuha dan ada pula yang pendek hingga surat an-Nas.
Pada shalat ‘Ashar dan ‘Isya’ dibaca Ausath al-Mufashshal (bagian pertengahan). Pada shalat Maghrib
dibaca Qishar al-Mufashshal (bagian pendek).
17
18
Syekh Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu: 2/25.
Syekh Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu: 2/71.
30
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
Sunnah dibaca pada shalat Shubuh rakaat pertama pada hari Jum’at surat Alif Lam Mim as-Sajadah,
pada rakaat kedua surat al-Insan. Pada rakaat pertama shalat Jum’at sunnah dibaca surat al-Jumu’ah
dan rakaat kedua surat al-Munafiqun. Atau pada rakaat pertama surat al-A’la dan rakaat kedua surat alGhasyiyah.
Sunnah dibaca pada shalat Shubuh rakaat pertama surat al-Baqarah ayat 136 dan rakaat kedua surat Al
‘Imran ayat 64. Ada pada rakaat pertama surat al-Kafirun dan rakaat kedua surat al-Ikhlas, keduanya
shahih. Dalam Shahih Muslim disebutkan bahwa Rasulullah Saw melakukan itu.
Dalam shalat sunnat Maghrib, dua rakaat setelah Thawaf dan shalat Istikharah Rasulullah Saw membaca
surat al-Kafirun pada rakaat pertama dan al-Ikhlas pada rakaat kedua.
Pada shalat Witir, Rasulullah Saw membaca surat al-A’la pada rakaat pertama, surat al-Kafirun pada
rakaat kedua, surat al-Ikhlas, al-Falaq dan an-Nas pada rakaat ketiga. Imam Nawawi berkata, “Semua
yang kami sebutkan ini berdasarkan hadits-hadits yang shahih dan selainnya adalah hadits-hadits
masyhur”.
Pertanyaan 22: Ketika ruku’ dan sujud, berapakah jumlah tasbih yang dibaca?
Jawaban:
Imam Ibnu Qudamah menyebutkan satu riwayat dari Imam Ahmad:
ِ ْ جاء: َزتد ِيف ِرسالَتِ ِو
ِ : اؿ
.ث
ْ ث َع ْن
َ َي أَاَّلوُ ق
َ َق
ُ َوالْ َو َس، التاَّلاـ َسْب ٌع
ُّ يح
ص ِ ِّد
ٌ َوأ َْد َاهُ ثََال، س
ُ َ ْ اؿ أ
ُ اضتَد
ْ َاضتَ َس ِن الْب
َ
ُ التاَّلسب
ْ
ََ
ٌ َْط ست
Imam Ahmad bin Hanbal berkata dalam Risalahnya, “Terdapat riwayat dari al-Hasan al-Bashri bahwa ia
berkata: “Tasbih yang sempurna itu tujuh, pertengahan itu lima dan yang paling sedikit itu tiga”19.
Pertanyaan 23: Apakah bacaan pada Ruku’?
Jawaban:
Riwayat Pertama:
ٍ الث ماَّل
ِِ
ات
َ َ َالْ َعظيم" ث
ِ اَّل ِ اَّل اَّل ِ اَّل
يب
َ " ُسْب َحا َف َرِّد:َوَ ا َف َر ُس ُوؿ اللو َصلى اللوُ َعلَْيو َو َسل َم إ َذا َرَ َع قَ َاؿ
Rasulullah Saw ketika ruku’ mengucapkan: “Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung” tiga kali.
(HR. Abu Daud, at-Tirmizi, Ibnu Majah, ad-Daraquthni dan ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir).
19
Imam Ibnu Qudamah, al-Mughni: 2/373.
31
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
Riwayat Kedua:
ِ وِِبم
ثَالَثًا.» ِده
َْ َ
ِ اَّل
ِ
َب الْ َع ِظي ِم
َ إذَا َرَ َع قَ َاؿ « ُسْب َحا َف َرِّد-صلى اهلل عليو وسلم- فَ َكا َف َر ُس ُوؿ اللو
Rasulullah Saw ketika ruku’ mengucapkan: “Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung dan dengan PujianNya”. Tiga kali. (Hadits riwayat Abu Daud, ad-Daraquthni dan al-Baihaqi dalam as-Sunan al-Kubra).
Riwayat Ketiga:
ِ وع ِو وس
ِوده
ِ ِ َ ُ كْثِ أَ ْف ػ-صلى اهلل عليو وسلم- وؿ اللاَّل ِو
ِ
ُ ت َ ا َف َر ُس
ْ ََع ْن َعائ َ ةَ قَال
ُ ُ َ ُوؿ ُر
َ ُ ُ
.» ِذل
ِ
ِ ِ
َ َ « ُسْب َحا
ْك اللاَّل ُ اَّلم َوِبَ ْمد َؾ اللاَّل ُ اَّلم ا ْاف
Dari Aisyah, ia berkata: “Rasulullah Saw banyak membaca pada ruku’ dan sujudnya:
“Maha Suci Engkau Ya Allah dan dengan pujian-Mu Ya Allah ampunilah aku”. (HR. Ibnu Majah dan
Ahmad bin Hanbal).
Riwayat Keempat:
ِ وع ِو وس
ِوده
ِ عن مطَِّد
ِ ِ ُ ُ َ ا َف ػ-صلى اهلل عليو وسلم- وؿ اللاَّل ِو
َف َعائِ َ ةَ ػَباَّل َتْوُ أ اَّل
ِّدخ ِري أ اَّل
َ َف َر ُس
ؼ بْ ِن َعْب ِد اللاَّل ِو بْ ِن ال ِّد
ُ ُ َ ُوؿ ُر
َ
ُ َْ
ِ ِ
ُّ ُّوس َر
ٌ ُّ« ُسب
ٌ وح قُد
َ ب الْ َمالَئ َكة
.» وح
ِ ُّوال
Dari Mutharrif bin Abdillah bin asy-Syikhkhir, sesungguhnya Aisyah memberitahukan kepadanya bahwa
Rasulullah Saw mengucapkan pada ruku’ dan sujudnya:
“Maha Suci, Maha Memberi berkah, Tuhan para malaikat dan Jibril”. (HR. Muslim).
Riwayat Kelima:
ِ َ َك أَسلَمت خ َ ع ل
ِ
صِِب
َ ِت َوب
َ ََوإِ َذا َرَ َع قَ َاؿ « اللاَّل ُ اَّلم ل
ُ ك َآمْن
ُ ك َرَ ْع
َ ص ِى َوُؼتِّدى َو َعظْمى َو َع
َ َك شتَْعى َوب
َ َ ُ ْ ْ َ َت َول
Ketika ruku’ Rasulullah Saw membaca: “Ya Allah kepada-Mu aku ruku’, dengan-Mu aku beriman,
kepada-Mu aku berserah, kepada-Mu khusyu’ telingaku, pandanganku, otakku, tulangku dan urat
sarafku”. (HR. Muslim).
Pertanyaan 24:
Bagaimana pengucapan [زتده
]شتع اهلل ظتنdan ucapan [ ]ربنا لك اضتمدketika bangun dari ruku’ bagi imam,
ma’mum dan orang yang shalat sendirian?
32
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
Jawaban:
لإلماـ س اً يف التحميد وللمنف د عند اضتنفية ويف اظت ور عند اضتنابلة ،وأما اظت تدي في وؿ ف ط عند اضتنابلة وعلى اظتعتمد عند
اضتنفية ( :ربنا لك اضتمد ) أو ( ربنا ولك اضتمد ) أو (الل م ربنا ولك اضتمد) واألوؿ عند ال افعية أوذل لورود السنة بو ،وأفضلو عند
اضتنفية األخريُ ،ث ( ربنا ولك اضتمد ) ُث األوؿ .واألفضل عند اضتنابلة واظتالكية( :ربنا ولك اضتمد).
وعند اظتالكية :اإلماـ ال وؿ ( :ربنا لك اضتمد ) واظت موـ ال وؿ ( :شتع اهلل ظتن زتده ) واظتنف د َيمع بين ما اؿ ال ياـ ،ال اؿ
رفعو من ال وع ،إذ ال فع رتف بػ ( شتع اهلل ) ،ف ذا اعتدؿ قاؿ ( :ربنا )...اخل.
واطتالصة :إف اظت تدي عند اصتم ور كتفي بالتحميد.
ل مصل ،منف د وإماـ وم موـ.
و سن عند ال افعية :اصتمع ب التسميع والتحميد يف
وـ،
كرب
والدليل على اصتمع لدى ال افعية :د ث أيب ى ة قاؿ « :اف رسوؿ اهلل صلّى اهلل عليو وسلم إذا قاـ إذل الصالة ِّد
ُث كرب
عُ ،ث وؿ :شتع اهلل ظتن زتده،
ص ْلبو من ال عةُ ،ث وؿ وىو قائم :ربنا ولك اضتمد »...اضتد ث متف
فع ُ
Mazhab Hanafi dan pendapat Masyhur dalam Mazhab Hanbali: Imam dan orang yang shalat sendirian
mengucapkan Tahmid secara Sirr.
Mazhab Hanbali dan pendapat Mu’tamad dalam Mazhab Hanafi: Ma’mum hanya mengucapkan:
].الل م ربنا ولك اضتمد[ ] atauربنا ولك اضتمد[ ] atauربنا لك
اضتمد[
] lebih utama, karena Sunnah menyebutkan demikian.ربنا لك
اضتمد[ Mazhab Syafi’i: bacaan
], kemudianربنا ولك اضتمد[ ] lebih utama, kemudian bacaan:الل م ربنا ولك
اضتمد[ Mazhab Hanafi: bacaan
].ربنا لك
].ربنا ولك
اضتمد[ bacaan:
اضتمد[ Mazhab Hanbali dan Maliki: yang lebih utama adalah bacaan:
شتع اهلل ظتن * + dan ma’mum tidak mengucapkan:ربنا لك
اضتمد[ Mazhab Maliki: imam tidak mengucapkan:
].زتده
],شتع اهلل ظتن زتده ربنا لك
اضتمد[ Sedangkan orang yang shalat sendirian menggabungkan bacaan keduanya:
] dengan perbuatan bangunشتع
اهلل* bukan ketika bangun dari ruku’, akan tetapi beriringan antara ucapan
] dan seterusnya.ربنا لك
اضتمد* dari ruku’. Ketika telah tegak berdiri, mengucapkan:
Kesimpulan:
Jumhur ulama: Ma’mum cukup mengucapkan Tahmid.
33
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
Mazhab Syafi’i: Imam, Ma’mum dan orang yang shalat sendirian menggabungkan bacaan Tasmi’ dan
Tahmid. Dalilnya adalah hadits riwayat Abu Hurairah: “Ketika Rasulullah Saw melaksanakan shalat,
beliau bertakbir ketika berdiri, bertakbir ketika ruku’, kemudian mengucapkan: *زتده
] شتع اهلل ظتنketika
menegakkan tulang belakangnya dari posisi ruku’. Kemudian setelah posisi tegak, beliau mengucapkan:
[اضتمد
]ربنا ولك. (HR. al-Bukhari dan Muslim)20.
Pertanyaan 25: Adakah bacaan tambahan?
Jawaban:
: اؿ
َ َصلاَّلى اللاَّلو َعلَْي ِو َو َسلاَّل َم إِ َذا َرفَ َع ظَ ْ ه ِم ْن الُُّ وع ق
َ ََع ْن اِبْن أَِيب أ َْو َ َر ِض َي اللاَّلو َعْنوُ ق
َ َ ا َف َر ُسوؿ اللاَّلو: اؿ
َِ َِشتع اللاَّلو لِمن
الس َم َاوات َوِم ْلء ْاأل َْرض
ْ زت َدهُ اللاَّل ُ اَّلم َربػّنَا لَك
اضتَ ْمد ِم ْلء اَّل
َْ
َ
َوِم ْلء َما ِشْئت ِم ْن َش ْيء بَػ ْعد
Dari Ibnu Abi Aufa, ia berkata: “Rasulullah Saw itu ketika mengangkat pundaknya dari ruku’, ia
mengucapkan: “Allah Maha Mendengar ucapan orang yang memuji-Nya, ya Allah Tuhan kami, segala
puji bagi-Mu memenuhi langit dan bumi serta memenuhi apa saja yang Engkau kehendaki”. (HR.
Muslim).
Pertanyaan 26:
Ketika sujud, manakah yang terlebih dahulu menyentuh lantai, telapak tangan atau lutut?
Jawaban:
Ada dua hadits yang berbeda dalam masalah ini.
Hadits pertama:
ِ
ِ
}ض ْع َ َد ْ ِو قَػْب َل ُرْ بَتَػْي ِو
ُ اؿ َر ُس
َ َ ق: اؿ
َ ََع ْن أَِيب ُىَ ْػََة ق
َ َ َولْي، فَ َال ػَْبػُ ْؾ َ َما ػَْبػُ ُؾ الْبَع ُري، {إ َذا َس َ َد أَ َ ُد ُ ْم:صلاَّلى اللاَّلوُ َعلَْيو َو َسلاَّل َم
َ وؿ اللاَّلو
Dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw bersabda: “Apabila salah seorang kamu sujud, maka janganlah ia
turun seperti turunnya unta, hendaklah ia meletakkan kedua tangannya sebelum kedua lututnya”. (HR.
Abu Daud).
Hadits Kedua:
20
Syekh Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu: 2/79.
34
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
ِ
ِ
.ض َرفَ َع َ َد ْ ِو قَػْب َل ُرْ بَتَػْي ِو
َ ََع ْن َوائِ ِل بْ ِن ُ ْ ٍ ق
َ إِذَا َس َ َد َو-صلى اهلل عليو وسلم- الناَّلِب
ت ِ اَّل
ُ َْاؿ َرأ
َ َ َض َع ُرْ بَتَػْيو قَػْب َل َ َد ْو َوإِذَا ػ
Dari Wa’il bin Hujr, ia berkata: “Saya melihat Rasulullah Saw, ketika sujud ia meletakkan kedua lututnya
sebelum kedua tangannya. Ketika bangun ia mengangkat kedua tangannya sebelum kedua lututnya”.
(HR. Abu Daud, an-Nasa’I dan Ibnu Majah).
Ulama berbeda pendapat dalam mengamalkan kedua hadits ini. Imam ash-Shan’ani berkata:
ِ
ِ
ِ اؿ ْاألَوز
ِ ِ ْ َإذل الْعم ِل ِ َ ا: اعي
ٍِ
أ َْد َرْ نَا: اع ُّي
َ ف الْ ُعلَ َماءُ ِيف ذَل
َ ْ َ َ َ اَّلَّت ق، اضتَد ث
َ َاختَػل
ْ َوقَ ْد
َو ْاأل َْوَز ِّد، َوِرَوا َةٌ َع ْن َمالك، ُب ا ْعتَ َاد ِواَّلة
َ ََ
َ فَ َ َى، ك
ِ اضت ِد
ِ ْ وُىو قَػو ُؿ أ: اؿ ابْن أَِيب َداود
ث
َ َ َوق: ض ُعو َف أَْ ِد ػَ ُ ْم قَػْب َل ُرَ بِ ِ ْم
َ َ الناَّلاس
َْ َص َحاب
ْ َ َ ُ
َ
Para ulama berbeda pendapat dalam masalah ini: al-Hadawiyah, satu riwayat dari Imam Malik dan alAuza’i mengamalkan hadits yang menyatakan lebih mendahulukan tangan daripada lutut. Bahkan Imam
al-Auza’i berkata: “Kami dapati orang banyak meletakkan tangan mereka sebelum lutut mereka”. Imam
Abu Daud berkata: “Ini adalah pendapat para Ahli Hadits.
ِِ
ِ َإذل الْعم ِل ِِب ِد: ك
ٍ ِ وِروا ةُ عن مال، ُاضتنَ ِفياَّلة
ث َوائِ ٍل
ْ ََو َذ َىب
َ ََ
َ َْ ََ َ
َْ َو، ُت ال اَّلافعياَّلة
Mazhab Syafi’i, Hanafi dan satu riwayat dari Imam Malik menyebutkan bahwa mereka mengamalkan
hadits riwayat Wa’il (mendahulukan lutut daripada telapan tangan).
Pendapat ulama dalam masalah ini:
ِ
ِ ولَ ِك اَّلن أ َْىل َى َ ا الْم ْ َى، ِ َال َظْ َ تَػ ِجيح أَ َ ِد الْم ْ َىبَػ ْ ِ َعلَى ْاآل َخ: ي
َوقَالُوا ِيف " أَِيب ُىَ ْػََة، " ث " َوائِ ٍل
َ ََوق
ُّ اؿ النػ َاَّلوِو
َ ب َر اَّلج ُحوا َ د
ُ ْ ُ
َ
َ
َ
َ
. ي َعْنوُ ْاأل َْمَ ِاف
ْ إ اَّلوُ ُم: "
ٌ ِ َضط
َ إ ْذ قَ ْد ُرِو، ب
ِ
ِ
ِ إف ِيف ِد
َ َث ق
َ َاؿ فِي َ ا َوق
َ ََو َ اَّل َ ابْ ُن الْ َ يِّد ِم َوأَط
ُ َ ْي، ث " أَِيب ُىَ ْػَةَ " قَػ ْلبًا ِم ْن الاَّلا ِوي
َ َ " َولْي: اؿ
ْ ض ْع َ َد ْو قَػْب َل ُرْ بَتَػْيو " َوإِ اَّلف أ
َُصلَو
َ اَّل: اؿ
ِ
ِ
ِ وؼ ِمن بػ
ِ ِ ْ و ُد ُّؿ علَي ِو أ اَّلَو ُؿ: اؿ
ِ ِ
وؾ
َ َ " َولْي:
ْ َ َ َ َ َ ق، " ض ْع ُرْ بَتَػْيو قَػْب َل َ َد ْو
ُُ ْ َ ُ " فَ َال ػَْبػُ ُؾ َ َما ػَْبػُ ُؾ الْبَع ُري " فَ اَّلف الْ َم ْع: ُ َوُى َو قَػ ْولُو، اضتَد ث
ِ ْ َالْبَعِ ِري ُىو تَػ ْ ِد ُ الْيَ َد ْ ِن َعلَى الِّد ْجل
َ
Imam an-Nawawi berkata: “Tidak kuat Tarjih antara satu mazhab dengan mazhab yang lain dalam
masalah ini, akan tetapi Mazhab Syafi’I menguatkan hadits Wa’il (mendahulukan lutut daripada tangan).
Mereka berkata tentang hadits riwayat Abu Hurairah bahwa hadits itu Mudhtharib; karena ia meriwayat
kedua cara tersebut.
Imam Ibnu al-Qayyim meneliti dan membahas secara panjang lebar, ia berkata: “Dalam hadits riwayat
Abu Hurairah terdapat kalimat yang terbalik dari perawi, ia mengatakan: “Hendaklah meletakkan kedua
tangan sebelum kedua lutut”, kalimat asalnya adalah: “Hendaklah meletakkan kedua lutut sebelum
kedua tangan”. Ini terlihat dari lafaz awal hadits: “Janganlah turun seperti turunnya unta”, sebagaimana
35
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
diketahui bahwa turunnya unta itu adalah dengan cara lebih mendahulukan tangan (kaki depan)
daripada kaki belakang21.
Pendapat Ibnu Baz:
وى ا ىو ال ي، ف شكل ى ا على ثري من أىل العلم ف اؿ بعض م ضع د و قبل ر بتيو وقاؿ آخ وف بل ضع ر بتيو قبل د و
الف ب وؾ البعري ألف ب وؾ البعري بدأ بيد و ف ذا ب ؾ اظت من على ر بتيو ف د خالف البعري وى ا ىو اظتواف ضتد ث وائل بن
وى ا ىو الصواب أف س د على ر بتيو أوال ُث ضع د و على األرض ُث ضع جب تو أ ضا على األرض ى ا ىو اظت وع ف ذا رفع
وأما، رفع وج و أوال ُث د و ُث ن ض ى ا ىو اظت وع ال ي جاءت بو السنة عن النِب صلى اهلل عليو وسلم وىو اصتمع ب اضتد ث
وليضع د و قبل ر بتيو فالظاى واهلل أعلم أ و ا الب ما ذ ذلك ابن ال يم رزتو اهلل إ ا الصواب أف: قولو يف د ث أيب ى ة
وما جاء يف معناه
ضع ر بتيو قبل د و َّت واف آخ اضتد ث أولو و َّت تف مع د ث وائل بن
Masalah ini menjadi polemik di kalangan banyak ulama, sebagian mereka mengatakan: meletakkan
kedua tangan sebelum lutut, sebagian yang lain mengatakan: meletakkan dua lutut sebelum kedua
tangan, inilah yang berbeda dengan turunnya unta, karena ketika unta turun ia memulai dengan kedua
tangannya (kaki depannya), jika seorang mu’min memulai turun dengan kedua lututnya, maka ia telah
berbeda dengan unta, ini yang sesuai dengan hadits Wa’il bin Hujr (mendahulukan lutut daripada
tangan), inilah yang benar; sujud dengan cara mendahulukan kedua lutut terlebih dahulu, kemudian
meletakkan kedua tangan di atas lantai, kemudian menempelkan kening, inilah yang disyariatkan. Ketika
bangun dari sujud, mengangkat kepala terlebih dahulu, kemudian kedua tangan, kemudian bangun,
inilah yang disyariatkan menurut Sunnah dari Rasulullah Saw, kombinasi antara dua hadits. Adapun
ucapan Abu Hurairah: “Hendaklah meletakkan kedua tangan sebelum lutut, zahirnya –wallahu a’lamterjadi pembalikan kalimat, sebagaimana yang disebutkan Ibnu al-Qayyim –rahimahullah-. Yang benar:
meletakkan kedua lutut sebelum kedua tangan, agar akhir hadits sesuai dengan awalnya, agar sesuai
dengan hadits riwayat Wa’il bin Hujr, atau semakna dengannya22.
Pendapat Ibnu ‘Utsaimin:
ما قلت
فحينئ كوف الصواب إذا أرد ا أف تطاب آخ اضتد ث وأولو "وليضع ر بتيو قبل د و"؛ أل و لو وضع اليد ن قبل ال بت
. و ينئ كوف أوؿ اضتد ث وآخ ه متناقضاف.لربؾ ما ربؾ البعري
. وقد ألف بعض األخوة رسالة شتاىا (فتح اظتعبود يف وضع ال بت قبل اليد ن يف الس ود) وأجاد فيو وأفاد...
. وعلى ى ا ف ف السنة اليت أم ا ال سوؿ صلى اهلل عليو وسلم يف الس ود أف ضع اإل ساف ر بتيو قبل د و...
Ketika itu maka yang benar jika kita ingin sesuai antara akhir dan awal hadits: “Hendaklah meletakkan
kedua lutut sebelum kedua tangan”, karena jika seseorang meletakkan kedua tangan sebelum kedua
21
22
Lihat Subul as-Salam, Imam ash-Shan’ani: 2/161-165.
Majmu’ Fatawa wa Maqalat Ibn Baz: 11/19.
36
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
lutut, sebagaimana yang saya nyatakan, pastilah ia turun seperti turunnya unta, maka berarti ada
kontradiktif antara awal dan akhir hadits.
Adalah salah seorang ikhwah menulis satu risalah berjudul Fath al-Ma’bud fi Wadh’i ar-Rukbataini Qabl
al-Yadaini fi as-Sujud, ia bahas dengan pembahasan yang baik dan bermanfaat.
Dengan demikian maka menurut Sunnah yang diperintahkan Rasulullah Saw ketika sujud adalah
meletakkan kedua lutut sebelum kedua tangan23.
Pertanyaan 27: Apakah bacaan sujud?
Jawaban:
Riwayat Pertama:
ِ وِِبم
. ثَالَثًا.» ِده
َْ
ِ
ْ َب األ
َ َعلَى
ََوإذَا َس َ َد قَ َاؿ « ُسْب َحا َف َرِّد
Ketika sujud, Rasulullah Saw mengucapkan: “Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi dan dengan pujianNya”. Tiga kali. (HR. Abu Daud, Ahmad, ad-Daraquthni, ath-Thabrani dan al-Baihaqi).
Riwayat Kedua:
ٍ ث ماَّل
ات
َ َ َثَال
ِِ
َعلَى
ْ َب األ
َُس ُ وده ُسْب َحا َف َرِّد
ِ اؿ
َ َ َوإِذَا َس َ َد فَػ
Ketika sujud, Rasulullah Saw mengucapkan pada sujudnya: “Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi”, tiga
kali. (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad dan ath-Thabrani).
Riwayat Ketiga:
ِ ِ
ِِ
ِِ
ُّ ُّوس َر
ٌ ُُّرُ وعو َو ُس ُ وده « ُسب
ٌ وح قُد
َ ب الْ َمالَئ َكة
.» وح
ِ ُّوال
ِ وؿ
َع ْن َعائِ َ ةَ أ اَّل
ُ ُ َ َ ا َف ػ-صلى اهلل عليو وسلم- الناَّلِب
َف ِ اَّل
Dari Aisyah, sesungguhnya Rasulullah Saw membaca pada ruku’ dan sujudnya:
“Maha Suci, Maha Berkah Tuhan para malaikat dan Jibril”. (HR. Muslim, Abu Daud, an-Nasa’i, Ahmad,
ath-Thabrani dan al-Baihaqi).
Riwayat Keempat:
ِ وع ِو وس
ِوده
ِ
ِ ِ ُ ُ ػ- صلى اهلل عليو وسلم- الناَّلِب
ْ َ قَال- رضى اهلل عن ا- ََع ْن َعائ َ ة
ُّ ِ ت َ ا َف
ُ ُ َ ُوؿ ُر
َ
23
Majmu’ Fatawa wa Rasa’il Ibn ‘Utsaimin: 13/125.
37
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
. » ِذل
ِ
ِ ِ
َ َ « ُسْب َحا
ْ اللاَّل ُ اَّلم ا ْاف، ك اللاَّل ُ اَّلم َربػاَّلنَا َوِبَ ْمد َؾ
Dari Aisyah, ia berkata: “Rasulullah Saw mengucapkan pada ruku’ dan sujudnya:
“Maha Suci Engkau Ya Allah Tuhan kami dan dengan pujian-Mu, ya Allah ampunilah aku”.
(HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Riwayat Kelima:
اؿ
َ ََوإِ َذا َس َ َد ق
ت
َ َت َول
َ ِت َوب
َ َ« اللاَّل ُ اَّلم ل
ُ ك َس َ ْد
ُ َسلَ ْم
ُ ك َآمْن
ْكأ
.» َ
ِِ
ِِاطتال
َْ صَهُ تَػبَ َارَؾ اللاَّلوُ أَ ْ َس ُن
َ َص اَّلوَرهُ َو َش اَّل َشتْ َعوُ َوب
َ َس َ َد َو ْج ِ ى للاَّل ى َخلَ َ وُ َو
Ketika sujud, Rasulullah Saw mengucapkan:
“Ya Allah, kepada-Mu sujudku, dengan-Mu aku beriman, kepada-Mu aku berserah diri. Wajahku
bersujud kepada Dia yang telah menciptakannya, membentuknya, menciptakan pendengaran dan
penglihatannya. Maha Suci Allah sebaik-baik pencipta”. (HR. Muslim).
Riwayat Keenam:
ِ وؿ ِ س
ِوده
ِ َ َف رس
ُ ُ ُ ُ َ َ ا َف ػ-صلى اهلل عليو وسلم- وؿ اللاَّلو
ُ َ َع ْن أََِب ُىَ ْػََة أ اَّل
َِآخ ه وعال
ِ « اللاَّل اَّلم ا ْا ِف ِذل ذَ ِِْب ُ لاَّلو ِدقاَّلو وِجلاَّلو وأ اَّلَولَو و
و
ت
ي
َ
َ
ُ
ُ
ُ
َ
َ
َ َ َُ َُ َُ ُ
ْ
.» ُو ِساَّله
Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Rasulullah Saw mengucapkan dalam sujudnya:
“Ya Allah, ampunilah aku, semua dosa-dosaku, yang halus dan yang nayata, yang pertama dan terakhir,
yang tampak dan yang rahasia”. (HR. Muslim).
Riwayat Ketujuh:
.» ت
َ َْإِالاَّل أ
ِ ِ
َ َ فَِذَا ُى َو َرا ِ ٌع أ َْو َس ِاج ٌد ػَ ُ ُوؿ « ُسْب َحا
َك اللاَّل ُ اَّلم َوِبَ ْمد َؾ الَ إِلَو
Ketika ruku’ atau sujud, Rasulullah Saw mengucapkan: “Maha Suci Engkau ya Allah dan dengan pujianMu, tiada tuhan selain Engkau”. (HR. Abu Daud dan An-Nasa’i).
38
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
Riwayat Kedelapan:
ِ وؿ ِ صالَتِِو أَو ِ س
ِوده
ُ ُ َػ
َ
ُُ ْ
ِ ِ ُ « اللاَّل اَّلم اجعل ِ قَػ ْلِِب
ِ َص ِى ُورا و َع ْن ََيِ ِيِن ُورا و َع ْن ِِش
ورا
اذل
ُ
َ َورا َوِ ب
ً
ً
َ ً
َ ً
ً ُ ورا َو َشتْعى
ْ َْ ُ
ِ ْ وأ ََم ِامى ُورا و َخ ْل ِفى ُورا وفَػوقِى ُورا وَْحت َِّت ُورا و
.» اج َع ْل ِِن ُورا
ْ ورا » أ َْو قَ َاؿ « َو
ً
ً ُ اج َع ْل ذل
َ ً
َ ً َْ ً
َ ً
َ
Rasulullah Saw mengucapkan dalam shalat atau sujudnya:
“Ya Allah, jadikanlah dalam hatiku cahaya, pada pendengaranku cahaya, pada penglihatanku cahaya, di
sebelah kananku cahaya, di sebelah kiriku cahaya, di hadapanku cahaya, di belakangku cahaya, di atasku
cahaya, di bawahku cahaya, jadikan untukku cahaya”. Atau, “Jadikanlah aku cahaya”. (HR. Muslim).
Riwayat Kesembilan:
ِ ِِ ِ
ِ ْ س ِودهِ « سبحا َف ِذى
َ ُْ ُ ُ
َ اصتَبَػُوت َوالْ َملَ ُكوت َوالْك ْربَاء
.» والْ َعظَم ِة
َ
ِ وؿ
ُ ُ َػ
Rasulullah Saw mengucapkan pada sujudnya: “Maha Suci Pemilik kekuasaan, alam malakut, kebesaran
dan keagungan”. (HR. Abu Daud dan an-Nasa’i).
Pertanyaan 28: Apakah bacaan ketika duduk di antara dua sujud?
Jawaban:
ِ ْ الس ْ َدتَػ
ٍ َع ِن ابْ ِن َعباَّل
اس أ اَّل
ُ ُ َ َ ا َف ػ-صلى اهلل عليو وسلم- الناَّلِب
وؿ بػَ ْ َ اَّل
َف ِ اَّل
.» ِذل َو ْار َزتِِْن َو َعافِِِن َو ْاى ِدِِّن َو ْارُزقْ ِِن
Dari Ibnu Abbas, sesungguhnya Rasulullah Saw diantara dua sujud mengucapkan:
ِ
ْ« اللاَّل ُ اَّلم ا ْاف
“Ya Allah ampunilah aku, rahmatilah aku, berilah aku kebaikan, berilah aku hidayah dan berilah aku
rezeki”. (HR. Abu Daud, at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan al-Hakim).
:وصي ة ى ا الدعاء عند ال افعية واظتالكية واضتنابلة
) وعافين، واىدين، وارزقين، وارفعين، واجربين،( رب ااف رل وارزتين
Bentuk doa (duduk diantara dua sujud) menurut Mazhab Syafi’I, Mazhab Maliki dan Mazhab Hanbali:
39
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
“Ya Tuhanku ampunilah aku, rahmatilah aku, muliakanlah aku, angkatlah aku, berilah aku rezeki, berilah
aku hidayah dan berilah aku kebaikan”24.
Pertanyaan 29:
Apakah ketika bangun dari sujud itu langsung tegak berdiri atau duduk istirahat sejenak?
Jawaban:
Rasulullah Saw tidak langsung berdiri, akan tetapi duduk sejenak:
ِ
ِ الس ْ َدةِ الثاَّلا ِيَ ِة َجلَس َو ْاعتَ َم َد َعلَى األ َْر
ض
ْسوُ َع ِن اَّل
َ َوإ َذا َرفَ َع َرأ
َ
“Ketika Rasulullah Saw mengangkat kepalanya dari sujud kedua, beliau duduk dan bertumpu ke tanah
(lantai)”. (HR. al-Bukhari).
ِ ِ ِ ْ وِيف
ِِ ِ
ض ِأل ََد ِاء الاَّلْ َع ِة الثاَّلا ِيَ ِة أ َْو
َ الس ْ َدةِ الثاَّلا ِيَ ِة ِم ْن الاَّلْ َع ِة ْاأل
يل َعلَى َش ْ ِعياَّل ِة َى ِهِ الْ َ ْع َدةِ بػَ ْع َد اَّل
ُ َ ُُثاَّل ػَْنػ، َوالاَّلْ َعة الثاَّلالثَة، ُوذل
َ
ٌ اضتَد ث َدل
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ُور َعْنو
ُ ُ ْ َوالْ َم، ُ َوُى َو َاْيػُ الْ َم ْ ُ ور َعْنو، ب َإذل الْ َ ْوؿ ب َ ْعياَّلت َ ا ال اَّلافع ُّي يف أَ َ د قَػ ْولَْيو
َ َوقَ ْد ذَ َى، َوتُ َس اَّلمى ج ْل َسةَ اال ْس َرتا َ ة، الاَّلاب َعة
ِ
ِِ ث وائِ ِل ب ِن ٍ ِيف ِص َف ِة
ِ ِ ِ ِ
ٍ ِاضتنَ ِفياَّل ِة ومال
ْ ك َوأ
َ َزتَ َد َوإِ ْس َح
ُ ع الْ ُ ُع
ُ َ ْ ُ أَاَّلوُ َال: اؽ
ُصلاَّلى اللاَّلو
ْ ُ ْ َ ُم ْستَدلِّد َ ِبَد، ود
َ ص َالتو
َ
َ َ َْ ْي ا ْعتَ َاد ِواَّلة َو
ُ َوُى َو َرأ
ِِ
ِ
ِ ِ
ِ
َوِِبَا َرَواهُ ابْ ُن، ي
ُّ ض اَّلع َفوُ النػ َاَّلوِو
ْسوُ ِم ْن اَّل
َ َُخَ َجوُ الْبَػاَّلل ُار ِيف ُم ْسنَده اَّلإال أَاَّلو
ْ استَػ َوى قَائ ًما } أ
ْ ِ ْ الس ْ َدتَػ
َ { فَ َكا َف إ َذا َرفَ َع َرأ: َعلَْيو َو َسلاَّل َم بلَ ْفظ
ِ
ِ ِ ِ
ٍِِ
ِ الْمْن ِ ِر ِمن ِد
ِ ث النػُّعم
ٍ اف بْ ِن أَِيب َعياَّل
ْسوُ ِم ْن
ْ " أ َْد َرْ ت َاْيػَ َوا د م ْن أ: اش
َ َص َحاب َر ُسوؿ اللاَّلو
َ صلاَّلى اللاَّلوُ َعلَْيو َو َسلاَّل َم فَ َكا َف إذَا َرفَ َع َرأ
َ ْ
َْ
ُ
ِ
ِ
ِ
ِ
ٍ
ِ
ِ
ِ
."س
اَّل
ْ الس ْ َدة يف أ اَّلَوؿ َرْ َعة َويف الثاَّلالثَة قَ َاـ َ َما ُى َو َوَدلْ ََْيل
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
َوإِ ْف َ ا َف ذ ْ ُ َىا ِيف َ د ث الْ ُمسيء ُ ْ عُ ب ُو ُجو َا، ك
َ َوَم ْن تَػََ َ ا فَ َك َ ل، ٌ إ ْذ َم ْن فَػ َعلَ َ ا فَِلَ ػاَّل َ ا ُسناَّلة، اب َع ْن الْ ُك ِّدل ب َاَّلوُ َال ُمنَافَا َة
ُ ََوَُي
لَ ِك ْن َدلْ ػَ ُ ْل بِِو أَ َ ٌد،
Dalam hadits ini terkandung dalil disyariatkannya duduk setelah sujud kedua pada rakaat pertama dan
rakaat ketiga, kemudian bangun untuk melaksanakan rakaat kedua atau keempat. Disebut dengan nama
Jilsah al-Istirahah (Duduk Istirahat). Salah satu pendapat dari Imam Syafi’I menyatakan disyariatkannya
duduk ini, akan tetapi pendapat ini tidak masyhur, pendapat yang masyhur adalah pendapat alHadawiyyah, Mazhab Hanafi, Malik, Ahmad dan Ishaq: tidak disyariatkan duduk istirahat, mereka
berdalil dengan hadits Wa’il bin Hujr tentang sifat shalat Rasulullah Saw dengan lafaz: “Ketika Rasulullah
Saw mengangkat kepalanya dari sujud kedua, beliau tegak berdiri”. Diriwayatkan oleh al-Bazzar dalam
Musnadnya, akan tetapi Imam an-Nawawi mendha’ifkannya. Mereka juga berdalil dengan hadits riwayat
Ibnu al-Mundzir dari hadits an-Nu’man bin Abi ‘Ayyasy: “Saya bertemu dengan banyak shahabat
Rasulullah Saw, apabila ia mengangkat kepalanya dari sujud pada rakaat pertama dan ketiga, ia berdiri
sebagaimana adanya, tanpa duduk”.
24
Syekh Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu: 2/86.
40
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
Semuanya dijawab bahwa itu tidak saling menafikan, siapa yang melakukannya maka itu Sunnah, yang
meninggalkannya juga demikian. Jika masalah duduk istirahat ini disebutkan dalam hadits tentang orang
yang keliru melaksanakan shalat, seolah-olah duduk istirahat itu wajib, akan tetapi tidak seorang pun
yang berpendapat demikian25.
Pertanyaan 30:
Ketika akan tegak berdiri, apakah posisi telapak tangan ke lantai atau dengan posisi tangan mengepal?
Jawaban:
ِ
ِ الس ْ َدةِ الثاَّلا ِيَ ِة َجلَس َو ْاعتَ َم َد َعلَى ْاأل َْر
ض ُُثاَّل قَ َاـ
ْسوُ ِم ْن اَّل
َ فَ َذا َرفَ َع َرأ
َ
Dari Malik bin al-Huwairits, ia berkata: “Ketika Rasulullah Saw mengangkat kepalanya dari sujud kedua,
beliau duduk, dan bertumpu ke tanah (lantai), kemudian berdiri”. (HR. al-Bukhari).
Ketika Rasulullah Saw akan bangun berdiri dari duduk istirahat tersebut, ia bertumpu dengan kedua
tangannya, apakah bertumpu tersebut dengan telapak tangan ke lantai atau dengan dua tangan
terkepal?
Sebagian orang melakukannya dengan tangan terkepal, berdalil dengan hadits riwayat Ibnu Abbas:
ِ ض َ ما ضع الْع
ِ
ِِ وؿ اللاَّل ِو صلاَّلى اللاَّلو علَي ِو وسلاَّلم َ ا َف إذَا قَاـ ِيف
أ اَّل
اج ُن
َ َف َر ُس
َ ص َالتو َو
َ ُ َ َ َ ِ ض َع َ َد ْو َعلَى ْاأل َْر
َ َ
َ
َ ََ َْ ُ
“Sesungguhnya apabila Rasulullah Saw akan berdiri ketika shalat, beliau meletakkan kedua tangannya ke
tanah (lantai) seperti orang yang membuat adonan tepung”.
Berikut komentar ahli hadits tentang hadits ini:
ِ ْ ى َ ا: يط
ِ الص َال ِح ِيف َ َال ِم ِو علَى الْو ِس
ِ ث َال
. وز أَ ْف ُْتَ اَّلج بِِو
َ َق
اؿ ابْ ُن اَّل
ُ َص ُّح َوَال ػُ ْع
ُ ُؼ َوَال ََي
َ
َ ُ اضتَد
َ َ
ِ
ِ يف ب
ِ : يح
ِ
ِ ي ِيف َش ِح الْم اَّل
اؿ ِيف َش ْ ِح
َ ََوق
َ َ َوق، اط ٌل
َ َ َوق، َُص َل لَو
ُّ اؿ النػ َاَّلوِو
ٌ َى َ ا َ ِد: ب
ٌ ِضع
َ ِ اؿ ِيف التاَّلػْن
َ ث
ْ أ َْو بَاط ٌل َال أ، يف
َُ ْ
َ ٌ ضع
ِ ِ الْم اَّل
ِ
ِ
ِ
ص اَّلح
َ َ ق، وـ ُم ْعتَ ِم ًدا َعلَْيػ َ ا
َ َارل أَاَّلوُ ق
َوُى َو بِ اَّل، اؿ ِيف َد ْرِس ِو
ُ َل َع ْن الْ ََلِ ِّد: ب
ُ َِص ُّح َوُى َو الاَّل ي ػَ ْ ب
َ َولَ ْو: اؿ
ُ ُ َض َ َد ْو َوػ
َ اللا ِي َوبِالنُّوف أ
َُ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ ِ
ػَ ْع ِين َما: اؿ
ْ
َ َس الْ ُمَ ُاد َعاج َن الْ َع ِ ُُثاَّل ق
ُ اضتَد
َ َولَْي، َوُى َو ال ْاَّلي ُخ الْ َكب ُري، ث لَ َكا َف َم ْعنَاهُ قَ َاـ ُم ْعتَم ًدا ببَطْن َ َد ْو َ َما ػَ ْعتَم ُد الْ َعاجُل
ِ ُّوف فَػ و ع
ِ أَو الْع، ُّوف
ِ
ِِ ِ
ِ
ِ اجن بِالن
أ اَّل، الص َال ِح
اج ُن
اجُل بِ اَّل
ذَ َ َهُ ابْ ُن اَّل
الْ ََلِ اَّل. َف
َ َ ُ إ اَّلوُ بِالن: فَ اَّلَما إذَا قُػ ْلنَا، اللا ِي
َ ْ
ُ ارل َ َكى يف َد ْرسو َى ْل ُى َو الْ َع
ِ
ِ
ِ
ِ ض ُع َرا َ تَػْي ِو َعلَى ْاأل َْر
َو َع ِم َل َِ َ ا َ ثِ ٌري ِم ْن: الص َال ِح
ْ
َ َ ق، ض
اؿ ابْ ُن اَّل
َ َ َوػَْتَف ُع َوَال، ض ُّم َ ا َوػَتاَّلك ُئ َعلَْيػ َ ا
ُ ََصابِ َع َ فْاَّليو َو
ُ ِاطتُْب ِل ػَ ْ ب
َ ضأ
ِ فَِ اَّلف الْع، ولَو ثػَبت َدل ُكن َذلِك معناه، ث َدل ػثْبت
ِ وىو إثْػبات ىيئ ٍة ش ِعياَّل ٍة ِيف اَّل، الْع ِم
ٍ ِ ِ ِ
: اج َن ِيف اللُّ َ ِة
ُ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ َ ْ َ ْ ُ َ ْ ِبَد، الص َالة َال َع ْ َد َا
َ
ْ َ َْ َ ُ َ َ ُ َ َ َ
25
Imam ash-Shan’ani, Subul as-Salam: 2/152.
41
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
ِ فَِ ْف َ ا َف وصف الْ ِك ِرب بِ َ لِك م ْخوذًا ِمن ع: اؿ
ِ فَ اَّل ِخص ِاؿ الْم ِء ُ ْنت وع: اَّلاع
ِ
ِ ِ اج ِن الْ َع
َ َاج َن ق
َ َ ق، ُى َو الاَّل ُج ُل الْ ُم ِس ُّن
َ ْ
َ َ َ ْ َ َ َ ُ اؿ ال
ُ َ َ
َ ُ َْ
ِ
ِِ
َصابِعِ َ ا
ْ فَالتاَّل ْ بِيوُ ِيف ِشداَّلةِ ِاال ْعتِ َماد ِعْن َد َو
َ ض ِع الْيَ َد ْ ِن َال ِيف َ ْيفياَّلة
َ ض ِّدم أ
Imam Ibnu ash-Shalah berkata dalam komentarnya terhadap al-Wasith: “Hadits ini tidak shahih, tidak
dikenal, tidak boleh dijadikan sebagai dalil”.
Imam an-Nawawi berkata dalam Syarh al-Muhadzdzab: “Ini hadits dha’if, atau batil yang tidak ada
sanadnya”.
Imam an-Nawawi berkata dalam at-Tanqih: “Haditsh dha’if batil”.
Imam an-Nawawi berkata dalam Syarh al-Muhadzdzab: “Diriwayatkan dari Imam al-Ghazali, ia berkata
ِ ( ]الْعorang yang lemah) dan huruf Nun [اجن
ِ
dalam kajiannya, kata ini dengan huruf Zay [اج ُل
َ
ُ ( ]الْ َعorang
yang membuat adonan tepung), demikian yang paling benar, yaitu orang yang menggenggam kedua
tangannya dan bertumpu dengannya.
Andai hadits ini shahih, pastilah maknanya: berdiri dengan bertumpu dengan telapak tangan,
sebagaimana bertumpunya orang yang lemah, yaitu orang yang telah lanjut usia, bukan maksudnya
orang yang membuat adonan tepung.
ِ ( ]الْعorang yang membuat
Al-Ghazali menceritakan dalam kajiannya, apakah dengan huruf Nun [اج ُن
َ
ِ ( ]الْعorang yang lemah). Jika kita katakan dengan huruf Nun,
adonan tepung), atau dengan huruf Zay [اج ُل
َ
berarti orang yang membuat adonan roti, ia menggenggam jari-jemarinya dan bertumpu dengannya, ia
bangkit ke atas tanpa meletakkan telapak tangannya ke tanah (lantai).
Ibnu ash-Shalah berkata: “Perbuatan seperti ini banyak dilakukan orang non-Arab, menetapkan suatu
posisi dalam shalat, bukan melaksanakannya, berdasarkan hadits yang tidak shahih. Andai hadits
ِ ] الْعmenurut bahasa adalah orang
tersebut shahih, bukanlah seperti itu maknanya. Karena makna [اج َن
َ
yang telah lanjut usia. Penyair berkata: ‘Sejelek-jelek perilaku seseorang adalah engkau dan orang lanjut
usia’. Jika tua renta disifati dengan itu, diambil dari kalimat * ِ
ِ اج ِن الْع
ِع
َ
َ
] (tukang buat roti yang
membuat adonan), penyamaan itu pada kuatnya bertumpu ketika meletakkan kedua tangan, bukan
pada cara mengepalkan jari jemari26.
Komentar Ibnu ‘Utsaimin tentang masalah ini:
ذ أف النِب صلى اهلل عليو وسلم [ اف إذا أراد أف وـ اعتمد على د و] ولكن ىل ىو على صفة-ًأ ضا- و مالك بن و ث
أ و وـ: أي، وقد أ ك النووي رزتو اهلل يف اجملموع صحة ى ا اضتد ث،العاجن أـ ال؟ ف ا نبين على صحة اضتد ث الوارد يف ذلك
26
Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani, at-Talkhish al-Habir fi Takhrij Ahadits ar-Rafi’I al-Kabir: 2/12.
42
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
وعلى ٍل فال ي ظ من اؿ النِب صلى اهلل عليو وعلى آلو وسلم أ و َيلس؛ أل و رب وأخ ه. وبعض اظتت خ ن صححو،العاجن
فكاف َيلس ُث إذا أراد أف ن ض و وـ اعتمد على د و ليكوف ذلك، فكاف ال ستطيع الن وض دتاماً من الس ود إذل ال ياـ،اللحم
جلسة:أعين- وعت ا اف ال وؿ ال اجح يف ى ه اصتلسة، ى ا ىو الظاى من اؿ النِب صلى اهلل عليو وعلى آلو وسلم،أس ل لو
ُث إذا ا تاج إذل أف عتمد عند، أ و إف ا تاج إلي ا لكرب أو ث ل أو م ض أو أدل يف ر بتيو أو ما أشبو ذلك فلي لس-االسرتا ة
رتع أصابعو ىك ا واعتمد علي ا أو على: عين، سواء اعتمد على ظ ور األصابع،ال ياـ على د و فليعتمد على أي صفة ا ت
. وإف دل تج فال عتمد، اظت م إذا ا تاج إذل االعتماد فليعتمد، أو اري ذلك،را تو
Malik bin Huwairits juga menyebutkan bahwa Rasulullah Saw: apabila ia akan berdiri, ia bertumpu
dengan kedua tangannya. Apakah bertumpu ke lantai itu dengan mengepalkan tangan atau tidak? Ini
berdasarkan keshahihan hadits yang menyatakan tentang itu, Imam an-Nawawi mengingkari keshahihan
hadits ini dalam kitab al-Majmu’, sedangkan sebagian ulama muta’akhirin (generasi belakangan)
menyatakan hadits tersebut shahih. Bagaimana pun juga, yang jelas dari kondisi Rasulullah Saw bahwa
beliau duduk ketika telah lanjut usia dan badannya berat, beliau tidak sanggup bangun secara sempurna
dari sujud untuk tegak berdiri, maka beliau duduk, kemudian ketika akan bangun dan tegak berdiri,
beliau bertumpu ke kedua tangannya untuk memudahkannya, inilah yang jelas dari kondisi Rasulullah
Saw. Oleh sebab itu pendapat yang kuat tentang duduk istirahat, jika seseorang membutuhkannya
karena usia lanjut atau karena penyakit atau sakit di kedua lututnya atau seperti itu, maka hendaklah ia
duduk. Jika ia butuh bertumpu dengan kedua tangannya untuk dapat tegak berdiri, maka hendaklah ia
bertumpu seperti yang telah disebutkan, apakah ia bertumpu dengan bagian punggung jari jemari,
maksudnya mengepalkan tangan seperti ini, kemudian bertumpu dengannya, atau bertumpu dengan
telapak tangan, atau selain itu. Yang penting, jika ia perlu bertumpu, maka hendaklah ia bertumpu. Jika
ia tidak membutuhkannya, maka tidak perlu bertumpu27.
Pertanyaan 31: Apakah bacaan Tasyahhud?
Jawaban:
ِ ُ اؿ َ ا َف رس
ِ ُ ْالسورَة ِمن ال
ٍ َع ِن ابْ ِن َعباَّل
وؿ
ُ ُ َآف فَ َكا َف ػ
َ َاس أَاَّلوُ ق
َُ
ْ َ َ ُّ ػُ َعلِّد ُمنَا التاَّل َ ُّ َد َ َما ػُ َعلِّد ُمنَا-صلى اهلل عليو وسلم- وؿ اللاَّلو
ِ
ِ
ات اَّل
ات لِلاَّل ِو اَّل
َ السالَ ُـ َعلَْي
ُّ ِ ك أَػُّ َ ا
ُ َات الطاَّليِّدب
ُ الصلَ َو
ُ َات الْ ُمبَ َار
ُ « التاَّلحياَّل
ُالناَّلِب َوَر ْزتَةُ اللاَّلو َوبَػََ اتُو
.» اللاَّل ِو
الصاضتِِ َ أَ ْش َ ُد أَ ْف الَ إِلَوَ إِالاَّل اللاَّلوُ َوأَ ْش َ ُد أ اَّل
وؿ
ُ َف ُػتَ اَّلم ًدا َر ُس
السالَ ُـ َعلَْيػنَا َو َعلَى ِعبَ ِاد اللاَّل ِو اَّل
اَّل
27
Ibnu ‘Utsaimin, Liqa’ al-Bab al-Maftuh: 65/8.
43
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
Dari Abdullah bin Abbas, sesungguhnya Rasulullah Saw mengajarkan Tasyahhud kepada kami
sebagaimana beliau mengajarkan satu surat dari al-Qur’an. Beliau mengucapkan:
“Semua penghormatan, keberkahan, doa-doa dan kebaikan hanya milik Allah. Keselamatan untukmu
wahai nabi, rahmat Allah dan berkah-Nya. Keselamatan untuk kami dan untuk hamba-hamba Allah yang
shaleh. Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi sesungguhnya Muhammad adalah rasul
utusan Allah”. (HR. Muslim).
Pertanyaan 32: Bagaimanakah lafaz shalawat?
Jawaban:
Riwayat Pertama:
ِ َ ما صلاَّليت علَى إِبػ ِاىيم وعلَى ِآؿ إِبػ، وعلَى ِآؿ ُػت اَّلم ٍد، اللاَّل اَّلم صل علَى ُػت اَّلم ٍد
ك
اى
َ إِاَّل، يم
َ
َ َ ُ َ ِّد
َ َ َ َْ َ َ ْ َ َ
ََ
َ َْ
ِ ِ
ٍ
ٍ
ِ ِ
َو َعلَى ِآؿ، يم
َ ْ َ َما بَ َار، َو َعلَى ِآؿ ُػتَ اَّلمد، اللاَّل ُ اَّلم بَا ِرْؾ َعلَى ُػتَ اَّلمد، َزتي ٌد َغتي ٌد
َ ت َعلَى إبْػَاى
28 ِ
ِ إِبػ
َِ ك
زتي ٌد َغتي ٌد
اى
َ إِاَّل، يم
َ َْ
Riwayat Kedua:
ِ ِ ِ
ِِ ِ ِ ٍ
، يم
َ صلاَّلْي
َ َ َما، ص ِّدل َعلَى ُػتَ اَّلمد َوأ َْزَواجو َوذُِّدراَّلتو
َ اللاَّل ُ اَّلم
َ ت َعلَى آؿ إبْػَاى
ِ ِ ِ
ِِ ِ ِ ٍ
َِ ك
زتي ٌد َِغتي ٌد
َ إِاَّل، يم
َ ْ َ َما بَ َار، َوبَا ِرْؾ َعلَى ُػتَ اَّلمد َوأ َْزَواجو َوذُِّدراَّلتو
َ ت َعلَى آؿ إبْػَاى
29
Riwayat Ketiga:
ِ َ ما صلاَّليت علَى ِآؿ إِبػ، اللاَّل اَّلم صل علَى ُػت اَّلم ٍد وعلَى ِآؿ ُػت اَّلم ٍد
َِ ك
، زتي ٌد َِغتي ٌد
اى
َ إِاَّل، يم
َ
َ َ َْ َ
َ َ َ َ ُ َ ِّد
َ َْ
30 ِ
ِ ِ ِ
ٍ
ٍ
َِ ك
زتي ٌد َغتي ٌد
َ إِاَّل، يم
َ ْ َ َما بَ َار، اللاَّل ُ اَّلم بَا ِرْؾ َعلَى ُػتَ اَّلمد َو َعلَى ِآؿ ُػتَ اَّلمد
َ ت َعلَى آؿ إبْػَاى
Riwayat Keempat:
ِ َ ما صلاَّليت علَى ِآؿ إِبػ، اللاَّل اَّلم صل علَى ُػت اَّلم ٍد عب ِد َؾ ورسولِك
، يم
اى
َ َ ْ َ َ َ ُ َ َ َْ َ َ ُ َ ِّد
َ َْ
28
Hadits riwayat al-Bukhari.
Hadits riwayat al-Bukhari dan Muslim.
30
Hadits riwayat al-Bukhari.
29
44
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
ِ ِ
ٍ
ٍ
يم
َ َْوبَا ِرْؾ َعلَى ُػتَ اَّلمد َو َعلَى ِآؿ ُػتَ اَّلمد َ َما بَ َار
َ ت َعلَى إبْػَاى
31
Riwayat Kelima:
ِ اللاَّل اَّلم صل علَى ُػت اَّلم ٍد وعلَى ِآؿ ُػت اَّلم ٍد َ ما صلاَّليت علَى ِآؿ إِبػ
اى
يم َوبَا ِرْؾ َعلَى ُػتَ اَّلم ٍد
َ َ َ َ ُ َ ِّد
َ َ َْ َ َ
َ َْ
ِ ِ ِ
ٍ
َِ ك
زتي ٌد َِغتي ٌد
َ يم ِ الْ َعالَ ِم َ إِاَّل
َ َْو َعلَى ِآؿ ُػتَ اَّلمد َ َما بَ َار
َ ت َعلَى آؿ إبْػَاى
32
Pertanyaan 33: Apa hukum menambahkan kata Sayyidina sebelum menyebut nama nabi?
Jawaban:
ف و أفضل من، تندب السيادة حملمد يف الصلوات اإلب اىيمة؛ ألف ز ادة اإلخبار بالواقع ع سلوؾ األدب: قاؿ اضتنفية وال افعية
«الل م صل على سيد ا ػتمد: أ مل الصالة على النِب وآلو: وعليو. وأما خرب «ال تسودوين يف الصالة» فك ب موضوع.ت و
ما، وبارؾ على سيد ا ػتمد وعلى آؿ سيد ا ػتمد، ما صليت على سيد ا إب اىيم وعلى آؿ سيد ا إب اىيم،وعلى آؿ سيد ا ػتمد
. » إ ك زتيد غتيد، وعلى آؿ سيد ا إب اىيم يف العاظت،بار ت على سيد ا إب اىيم
Mazhab Hanafi dan Syafi’i: Dianjurkan mengucapkan Sayyidina pada Shalawat Ibrahimiyah, karena
memberikan tambahan pada riwayat adalah salah satu bentuk adab, maka lebih utama dilakukan
daripada ditinggalkan. Adapun hadits yang mengatakan: “Janganlah kamu menyebut Sayyidina
untukku”. Ini adalah hadits palsu. Maka shalawat yang sempurna untuk nabi dan keluarganya adalah:
كما صليت على سيدنا إبراهيم وعلى آل سيدنا،اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد
وعلى آل سيدنا، كما باركت على سيدنا إبراهيم، وبارك على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد،إبراهيم
33
إنك حميد مجيد،إبراهيم في العالمين
Beberapa dalil menyebut Sayyidina sebelum nama Rasulullah Saw:
Memanggil nabi tidaklah sama seperti menyebut nama orang biasa, demikian disebutkan Allah Swt:
“Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul diantara kamu seperti panggilan sebahagian kamu kepada
sebahagian (yang lain)”. (Qs. An-Nur [24]: 63). Ini adalah perintah dari Allah SWT, meskipun perintah ini
bukan perintah yang mengandung makna wajib, akan tetapi minimal tidak kurang dari sebuah anjuran,
31
Hadits riwayat al-Bukhari.
Hadits riwayat Muslim.
33
Syekh Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu: 2/94.
32
45
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
dan mengucapkan Sayyidina Muhammad adalah salah satu bentuk penghormatan dan memuliakan Nabi
Muhammad SAW.
Allah SWT berfirman :
ِ ٍِ ِ ِ
ِ فَػنَ َادتْوُ الْم َالئِ َكةُ وُىو قَائِم صلِّدي ِيف الْ ِم ْح
ِ
اب أ اَّل
)39( َ ِِالصاضت
ص ًورا َوَبِيًّا ِم َن اَّل
ُ َ ص ِّددقًا ب َكل َمة م َن اللاَّلو َو َسيِّد ًدا َو
َ َف اللاَّلوَ ػُبَ ِّد ُ َؾ بيَ ْح َ ُم
ٌَُ َ َ
َ
َ
“Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu) Yahya, yang
membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu)”. (Qs.
Al ‘Imran *3+: 39). Jika untuk nabi Yahya as digunakan kata *سيِّد ًدا
َ ] َو, mengapa tidak boleh digunakan
untuk Nabi Muhammad Saw yang Ulul’Azmi dan memiliki keutamaan lainnya.
Adh-Dhahhak berkata dari Ibnu Abbas, “Mereka mengatakan, ‘Wahai Muhammad’, dan ‘Wahai
Abu al-Qasim’. Maka Allah melarang mereka mengatakan itu untuk mengagungkan nabi-Nya”. Demikian
juga yang dikatakan oleh Mujahid dan Sa’id bin Jubair. Qatadah berkata, “Allah memerintahkan agar
menghormati nabi-Nya, agar memuliakan dan mengagungkannya serta menggunakan kata Sayyidina”.
Muqatil mengucapkan kalimat yang sama. Imam Malik berkata dari Zaid bin Aslam, “Allah
memerintahkan mereka agar memuliakan Nabi Muhammad SAW”34.
Adapun beberapa dalil dari hadits, dalam hadits berikut ini Rasulullah SAW menyebut dirinya
dengan lafaz Sayyid di dunia, beliau juga mengingatkan akan kepemimpinannya di akhirat kelak dengan
keterangan yang jelas sehingga tidak perlu penakwilan, berikut ini kutipannya:
1. Abu Hurairah berkata, “Rasulullah SAW bersabda,
ِ
آد َـ ػَ ْوَـ الْ ِ يَ َام ِة
َ أََا َسيِّد ُد َولَد
“Aku adalah Sayyid (pemimpin) anak cucu (keturunan) Adam pada hari kiamat”35. Dalam riwayat lain
dari Abu Sa’id Al Khudri dengan tambahan,
Abu Hurairah,
ِ أََا َسيِّد ُد
الناَّلاس ػَ ْوَـ الْ ِ يَ َام ِة
ََوَال فَ ْخ
“Bukan keangkukan”36. Dalam riwayat lain dari
“Aku adalah pemimpin manusia pada hari kiamat”37.
34
Tafsir Ibnu Katsir: 3/306.
HR. Muslim (5899), Abu Daud (4673) dan Ahmad (2/540).
36
HR. Ahmad (3/6), secara panjang lebar. At-Tirmidzi (3148), secara ringkas. Ibnu Majah (4308).
37
HR. Al Bukhari (3340), Muslim (479), At-Tirmidzi (2434), Ahmad (2/331), Ibnu Majah (3307), AsySyama’il (167), Ibnu Abi Syaibah (11/444), Ibnu Khuzaimah dalam At-Tauhid, hal.242-244, Ibnu Hibban (6265), Al
Baghawi (4332), An-Nasa’i dalam Al Kubra, Tuhfat Al Asyraf (10/14957).
35
46
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
2. Dari Sahl bin Hunaif, ia berkata, “Kami melewati aliran air, kami masuk dan mandi di dalamnya, aku
keluar dalam keadaan demam, hal itu disampaikan kepada Rasulullah SAW, beliau berkata,
ِ ا سيِّد ِدي والُّقَى ص
ٌاضتَة
َ
َ َ
َ
ٍ ‘ َال ُرقْػيَةَ إِاَّلال ِيف ػَ ْفTidak ada
‘Wahai tuanku, bukankah ruqyah lebih baik’. Beliau menjawab,زتٍَة أ َْو لَ ْد َا ٍة
ُ س أ َْو
‘Perintahkanlah Abu Tsabit agar memohon perlindungan’. Maka aku katakan,
ruqyah kecuali pada jiwa atau demam panas atau sengatan (binatang berbisa)’.”38 Perhatian, dalam
hadits ini Sahl bin Hunaif memanggil Rasulullah SAW dengan sebutan Sayyidi dan Rasulullah SAW tidak
mengingkarinya. Ini adalah dalil pengakuan dari Rasulullah SAW. Tidak mungkin Rasulullah SAW
mengakui suatu perbuatan shahabat yang bertentangan dengan syariat Islam.
3. Terdapat banyak riwayat yang shahih yang menyebutkan lafaz Sayyidi yang diucapkan para
shahabat. Diantaranya adalah hadits yang diriwayatkan Aisyah dalam kisah kedatangan Sa’ad bin
Mu’adz untuk memimpin di Bani Quraizhah, Aisyah berkata:
ِ
ُوموا إِ َذل َسيِّدد م فََْػَللُْوه
ُ ُق
“Berdirilah kamu
untuk (menyambut) pemimpin kamu”, mereka menurunkannya”39. Al Khaththabi berkata dalam
penjelasan hadits ini, “Dari hadits ini dapat diketahui bahwa ucapan seseorang kepada sahabatnya, “Ya
sayyidi (wahai tuanku)” bukanlah larangan, jika ia memang baik dan utama. Tidak boleh mengucapkan
itu kepada seseorang yang jahat”.
Dalam riwayat lain dari Abu Sa’id Al Khudri, ia berkata,
وموا لِ َسيِّد ِد ُ ْم
ُ ُق
“Berdirilah kamu untuk
(menyambut) pemimpin kamu”. Tanpa lafaz, “mereka menurunkannya” . Berdiri tersebut adalah untuk
menghormati Sa’ad RA, bukan karena ia sakit. Jika mereka berdiri karena ia sakit, maka tentunya ucapan
yang dikatakan kepadanya adalah, “Berdirilah kamu untuk menyambut orang yang sakit”, bukan
“Berdirilah kamu untuk menyambut pemimpin kamu”. Yang diperintahkan untuk berdiri hanya sebagian
mereka saja, bukan semuanya.
40
4. Diriwayatkan dari Abu Bakarah, ia berkata, “Aku melihat Rasulullah SAW, Al Hasan bin Ali berada di
sampingnya, saat itu ia menyambut beberapa orang, beliau berkata,
ِ
ِ ِ ِ ِِ ِ إِ اَّلف اب ِين ى َ ا سيِّد ٌد ولَع اَّلل اللاَّلو أَ ْف
ِِ
َ يمتَػ ْ ِ م ْن الْ ُم ْسلم
ُْ َ ََ َ َ ْ
َ صل َح بو بػَ ْ َ فئَتَػ ْ َعظ
HR. Ahmad (3/486), Abu Daud (3888), An-Nasa’i dalam ‘Amal Al Yaum wa Al-Lailah (257), Al Hakim
(4/413), ia berkata, “Hadits shahih”, disetujui oleh Adz-Dzahabi.
39
HR. Ahmad dengan sanad yang shahih (3/22), Al Bukhari (3043), dalam Al Adab Al Mufrad (945), Muslim
(4571) dan Abu Daud (5215).
40
HR. Al Bukhari (3043), Abu Daud (5215) dan Ahmad (3/22).
38
47
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
“Sesungguhnya anakku ini adalah seorang pemimpin, semoga dengannya Allah mendamaikan dua
kelompok besar kaum muslimin”41.
5. Umar bin Al Khaththab RA berkata,
أَبُو بَ ْك ٍ َسيِّد ُد َا َوأ َْعتَ َ َسيِّد َد َا ػَ ْع ِين بِ َالًال
“Abu Bakar adalah pemimpin kami, ia telah membebaskan pemimpin kami”, yang ia maksudkan adalah
Bilal42.
6. Dalam kitab Shahih Muslim disebutkan bahwa Ummu Ad-Darda’ berkata,سيِّد ِدي أَبُو
َ َ اَّلدثَِين
“الد ْاَّلرَد ِاءTuanku Abu Ad-Darda’ memberitahukan kepadaku, ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, ُُد َعاء
ِ َخ أل
ِ َخْي ِو بِظَ ْ ِ الْ َْي
اب
ِ “ األDoa seseorang untuk saudaranya tanpa sepengetahuannya itu adalah doa
ٌ َ َب ُم ْست
yang dikabulkan”43.
ِ اصت
7. Rasulullah SAW bersabda,ناَّلة
َْ
ِ اضتس ْ ُ سيِّد َدا َشب
اب أ َْى ِل
ْ
َ
َ َ ُْ اضتَ َس ُن َو
“Al Hasan dan Al Husein adalah dua
pemimpin pemuda penghuni surga”44.
8. Rasulullah SAW bersabda,
ِ
ِ
ِ ِ ْ وؿ أَى ِل
ِ
ْ ِ ُ ُ أَبُو بَ ْك ٍ َو ُع َمُ َسيِّد َدا
َ اصتَناَّلة م ْن ْاأل اَّلَول َ َو ْاآلخ ِ َن َما َخ َال الناَّلبِيِّد َ َوالْ ُم ْ َسل
“Abu Bakar dan Umar adalah dua pemimpin orang-orang tua penghuni surga dari sejak manusia
generasi awal hingga terakhir, kecuali para nabi dan rasul”45.
ِ
9. Rasulullah SAW bersabda,ِاآلخ ة
dunia dan akhirat”46.
َ
ُّ “ اَ ْضتَلِْي ُم َسيِّد ٌد ِيفOrang yang sabar itu menjadi pemimpin di
الد ْػيَا َو َسيِّد ٌد ِيف
41
HR. Al Bukhari (3/31) dan At-Tirmidzi (3773).
HR. Al Bukhari (3/32).
43
HR. Muslim (15/39).
44
HR. At-Tirmidzi (3768), ia berkata, “Hadits hasan shahih”. Imam As-Suyuthi memberikan tanda hadits
42
shahih.
45
HR. At-Tirmidzi (3664).
48
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
10. Rasulullah SAW berkata kepada Fathimah Az-Zahra’ RA,
ِ
ِ
اصتَ ِناَّلة
ْ ين َسيِّد َدةَ ِ َس ِاء
ْ أ ََما تَػ ْض ْ َ أَ ْف تَ ُك ْو
“Apakah engkau tidak mau menjadi pemimpin wanita penduduk surga”47.
11. Al Maqburi berkata, “Kami bersama Abu Hurairah, kemudian datang Al Hasan bin Ali, ia
mengucapkan salam, orang banyak membalasnya, ia pun pergi, Abu Hurairah bersama kami, ia tidak
menyadari bahwa Al Hasan bin Ali datang, lalu dikatakan kepadanya, “Ini adalah Al Hasan bin Ali
mengucapkan salam”, maka Abu Hurairah menjawab,سيِّد ِدي
َ
ك َا
َ َو َعلَْي
“Keselamatan juga bagimu wahai
tuanku”. Mereka berkata kepada Abu Hurairah, “Engkau katakan ‘Wahai tuanku’?”. Abu Hurairah
menjawab,
ِ َ “ أَ ْش ُد أَ ّف رسAku bersaksi bahwa Rasulullah SAW bersabda, إِاَّلو
صلاَّلى اللاَّلوُ َعلَْي ِو َو َسلاَّل َم قاَ َؿ
ُ
َ وؿ اللاَّلو
َ
َُ
“ َسيِّد ٌدIa –Al Hasan bin Ali- adalah seorang pemimpin”48.
Kata Sayyid dan Sayyidah digunakan pada Fathimah, Sa’ad, Al Hasan, Al Husein, Abu Bakar,
Umar dan orang-orang yang sabar secara mutlak, dengan demikian maka kita lebih utama untuk
menggunakannya.
Dari dalil-dalil diatas, maka jumhur ulama muta’akhkhirin dari kalangan Ahlussunnah
waljama’ah berpendapat bahwa boleh hukumnya menggunakan lafaz Sayyid kepada Nabi Muhammad
SAW, bahkan sebagian ulama berpendapat hukumnya dianjurkan, karena tidak ada dalil yang
mengkhususkan dalil-dalil dan nash-nash yang bersifat umum ini, oleh sebab itu maka dalil-dalil ini tetap
bersifat umum dan lafaz Sayyid digunakan di setiap waktu, apakah di dalam shalat maupun di luar
shalat.
Imam Ibnu ‘Abidin berkata dalam kitab Hasyiahnya sesuai dengan pendapat pengarang kitab AdDurr, Ibnu Zhahirah, Ar-Ramli Asy-Syafi’i dalam kitab Syarahnya terhadap kitab Minhaj karya Imam
Nawawi dan para ulama lainnya, menurutnya, “Yang paling afdhal adalah mengucapkannya dengan lafaz
Sayyid”.
Dalam kitab Al Adzkar karya Imam Nawawi, halaman: 4 disebutkan, “Diriwayatkan kepada kami
dari As-Sayyid Al Jalil Abu Ali Al Fudhail bin ‘Iyadh, ia berkata, ‘Tidak melaksanakan suatu amal karena
orang banyak adalah perbuatan riya’, sedangkan melaksanakan suatu amal karena orang banyak adalah
syirik, keikhlasan akan membuat Allah mengampunimu dari riya’ dan syirik itu’.” Kitab ini ditahqiq oleh
HR. As-Suyuthi dalam Al Jami’ Ash-Shaghir (3831).
HR. At-Tirmidzi (3781).
48
HR. Ath-Thabrani dalam Al Kabir (2596), para periwayatnya adalah para periwayat yang tsiqah, Majma’
Az-Zawa’id (15049).
46
47
49
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
Abdul Qadir Al Arna’uth, beliau juga melakukan takhrij terhadap hadits-hadits yang terdapat dalam kitab
ini. Pada bagian bawah, halaman: 4, no.2, beliau berkata, “Di dalamnya terkandung hukum boleh
menggunakan kata Sayyid kepada selain Allah SWT. Ada pendapat yang mengatakan hukumnya makruh
jika dengan huruf alif dan lam ( ) َا لَّسِّيُد. Ini adalah dalil boleh hukumnya menggunakan kata As-Sayyid
kepada selain Allah SWT. Demikian penjelasan dari Syekh Abdul Qadir Al Arna’uth dalam kitab Al Adzkar,
cetakan tahun 1971M, Dar Al Mallah.
Bagi orang yang sedang melaksanakan shalat, pada saat tasyahhud dan pada saat membaca
shalawat Al Ibrahimiah, dianjurkan agar mengucapkan Sayyidina sebelum menyebut nama Nabi
Muhammad SAW. Maka dalam shalawat Al Ibrahimiah itu kita ucapan lafaz Sayyidina. Karena sunnah
tidak hanya diambil dari perbuatan Rasulullah SAW, akan tetapi juga diambil dari ucapan beliau.
Penggunaan kata Sayyidina ditemukan dalam banyak hadits Nabi Muhammad SAW. Ibnu Mas’ud
memanggil beliau dalam bentuk shalawat, ia berkata, “Jika kamu bershalawat kepada Rasulullah SAW,
maka bershawalatlah dengan baik, karena kamu tidak mengetahui mungkin shalawat itu diperlihatkan
kepadanya”. Mereka berkata kepada Ibnu Mas’ud, “Ajarkanlah kepada kami”. Ibnu Mas’ud berkata,
“Ucapkanlah:
ِ
ِ ٍ
َِ ك َعلَى َسيِّد ِد الْم َسلِ َ وإِ َم ِاـ الْمتاَّل ِ َ و َخ
ك
َ ِك َوبػَََ ات
َ َك َوَر ْزتَت
َ َص َالت
َ امت الناَّلبِيِّد َ ُػتَ اَّلمد َعْبد َؾ َوَر ُسول
ْ اللاَّل ُ اَّلم
َ اج َع ْل
ُْ
َ ُ
َ
“Ya Allah, jadikanlah shalawat, rahmat dan berkah-Mu untuk pemimpin para rasul, imam orang-orang
yang bertakwa, penutup para nabi, Nabi Muhammad SAW hamba dan rasul-Mu …”49.
Dalam kitab Ad-Durr Al Mukhtar disebutkan, ringkasannya, “Dianjurkan mengucapkan lafaz
Sayyidina, karena tambahan terhadap berita yang sebenarnya adalah inti dari adab dan sopan santun.
Dengan demikian maka menggunakannya lebih afdhal daripada tidak menggunakannya. Disebutkan
Imam Ar-Ramli Asy-Syafi’i dalam kitab Syarhnya terhadap kitab Al Minhaj karya Imam Nawawi, demikian
juga disebutkan oleh para ulama lainnya.
Memberikan tambahan kata Sayyidina adalah sopan santun dan tata krama kepada Rasulullah
SAW. Allah berfirman, “Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya
dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka Itulah orang-orang
yang beruntung”. (Qs. Al A’raf *7+: 157). Makna kata At-Ta’zir adalah memuliakan dan mengagungkan50.
Dengan demikian maka penetapannya berdasarkan Sunnah dan sesuai dengan isi kandungan Al Qur’an.
Sebagian ulama berpendapat bahwa adab dan sopan santun kepada Rasulullah SAW itu lebih baik
daripada melaksanakan suatu amal. Itu adalah argumentasi yang baik, dalil-dalilnya berdasarkan haditshadits shahih yang terdapat dalam kitab Shahih Al Bukhari dan Muslim, diantaranya adalah ucapan
Rasulullah SAW kepada Imam Ali,
49
50
HR. Ibnu Majah dalam As-Sunan (1/293).
Mukhtar Ash-Shahhah, pembahasan kata: ع ز ر.
50
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
وؾ أَبَ ًدا
َ َ ق.وؿ اللاَّل ِو
َ ْام ُح َر ُس
َ ُ َال َواللاَّل ِو َال أ َْػت:اؿ
“Hapuslah kalimat, ‘Rasulul (utusan) Allah’.” Imam Ali menjawab,
“Tidak, demi Allah aku tidak akan menghapus engkau untuk selama-lamanya”51.
Ucapan Rasulullah SAW kepada Abu Bakar,
ِ
ِ ِ
صلاَّلى اللاَّلوُ َعلَْي ِو َو َسلاَّل َم
َ َ ك فَػ
َ ُت إِ ْذ أ ََم ْت
َ َما َمنَػ َع
َ ُك أَ ْف تَػثْب
َ ُ اؿ أَبُو بَ ْك ٍ َما َ ا َف البْ ِن أَِيب قُ َحافَةَ أَ ْف
َ صلِّد َي بػَ ْ َ َ َد ْي َر ُسوؿ اللاَّلو
“Apa yang mencegahmu untuk menetap ketika aku memerintahkanmu?”. Abu Bakar menjawab, “Ibnu
Abi Quhafah tidak layak melaksanakan shalat di depan Rasulullah SAW”52.
Adapun hadits yang sering disebutkan banyak orang yang berbunyi,
ِالصالَة
ِ
ين ِيف اَّل
ْ َال تُ َسيِّد ُد ْو
“Janganlah kamu menggunakan kata Sayyidina pada namaku dalam shalat”. ini adalah hadits maudhu’
dan dusta, tidak boleh dianggap sebagai hadits. Al Hafizh As-Sakhawi berkata dalam kitab Al Maqashid
Al Hasanah, “Hadits ini tidak ada asalnya”. Juga terdapat kesalahan bahasa dalam hadits ini, karena asal
53
kata ini adalah ا
َا َاjadi kalimat yang benar adalah اْوِن ْو
ا َا لُدْوُد
َا لُدْوُد. Cukuplah demikian bagi orang
yang mau menerima dalil, walhamdulillah rabbil ‘alamin.
Jika menambahkan Sayyidina itu dianggap menambah bacaan shalat, apakah menambah bacaan
selain yang ma’tsur (yang diajarkan Rasulullah Saw) itu membatalkan shalat? Imam Ibnu Taimiah
menyebutkan dalam Majmu’ Fatawa-nya:
ِ الص َال َة بِالد
ِ
ِ
َزتَد فَِ اَّلوُ َدلْ ػُْب ِط ْل اَّل
ْ َوَى َ ا َْحت ِ ي ُ قَػ ْوِؿ أ
َ
ُُّعاء َا ِْري الْ َم ْثُوِر ؛ لَكناَّلوُ َدلْ َ ْستَحباَّلو
Ini adalah tahqiq terhadap ucapan Imam Ahmad bin Hanbal, sesungguhnya shalat tidak batal dengan
doa yang tidak ma’tsur, akan tetapi Imam Ahmad bin Hanbal tidak menganjurkannya54.
Pertanyaan 34: Bagaimanakah posisi jari jemari ketika Tasyahhud?
Jawaban:
ندب يف الة اصتلوس للت د أف ع د ما عدا السبابة واإل اـ حتت اإل اـ من ده اليمِن وأف َيد السبابة واإل اـ: اظتالكية قالوا
وأف ؾ السبابة دائما َيينا وِشاال حت كا وسطا
ب ريىا من أصابع اليمِن وال اليس ى عند
ري بالسبابة من ده اليمِن ف ط ِبيث لو ا ت م طوعة أو عليلة دل: اضتنفية قالوا
ال إلو إال اهلل و ضع ا عند إثبات األلوىية هلل: ا ت ائو من الت د ِبيث فع سبابتو عند في األلوىية عما سوى اهلل تعاذل ب ولو
إال اهلل فيكوف ال فع إشارة إذل النفي والوضع إذل اإلثبات: و ده ب ولو
51
HR. Al Bukhari (7/499) dan Muslim (3/1409).
HR. Al Bukhari (2/167), Fath Al Bari, Muslim (1/316).
53
Al Maqashid Al Hasanah, hal.463, no.1292.
54
Imam Ibnu Taimiah, Majmu’ Fatawa Ibn Taimiah: 5/215.
52
51
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
ع د اطتنص والبنص من ده و ل ب امو مع الوسطى و ري بسبابتو يف ت د ودعائو عند ذ لفظ اصتاللة وال: اضتنابلة قالوا
ا
بض رتيع أصابع ده اليمِن يف ت ده إال السبابة وىي اليت تلي اإل اـ و ري ا عند قولو إال اهلل و د رفع ا بال: ال افعية قالوا
حت ك إذل ال ياـ يف الت د األوؿ والسالـ يف ال د األخري اظ ا إذل السبابة يف رتيع ذلك واألفضل قبض اإل اـ جبنب ا وأف ضع ا
على ط ؼ را تو
Mazhab Maliki: Dianjurkan ketika duduk Tasyahhud agar menekuk jari jemari kecuali telunjuk dan
jempol tangan sebelah kanan, meluruskan telunjuk dan jempol, telunjuk ke arah bawah jempol,
menggerakkan jari telunjuk secara terus menerus ke kanan dan kiri dengan gerakan sedang.
Mazhab Hanafi: Menunjuk dengan jari telunjuk sebelah kanan saja, andai terputus atau cacat tidak
dapat digantikan jari yang lain dari jari jemari tangan kanan dan kiri ketika berakhir Tasyahhud. Jari
telunjuk diangkat ketika menafikan tuhan selain Allah pada ucapan: [ إلو
ketika menetapkan ketuhanan Allah pada lafaz: [ اهلل
ال
], menurunkannya kembali
]إال. Dengan demikian maka mengangkat telunjuk
sebagai tanda menafikan (tuhan selain Allah) dan menurunkan telunjuk sebagai tanda menetapkan
(Allah sebagai Rabb yang disembah).
Mazhab Hanbali: Menekuk jari kelingking dan jari manis, melingkarkan jempol dan jari tengah,
menunjuk dengan jari telunjuk pada Tasyahhud dan doa ketika menyebut lafaz Allah tanpa
menggerakkannya.
Mazhab Syafi’i: Menggenggam semua jari jemari tangan kanan, kecuali telunjuk, menunjuk dengan
telunjuk pada lafaz: [ اهلل
إال
], terus mengangkat telunjuk tanpa menggerakkannya hingga berdiri pada
Tasyahhud Awal dan hingga salam pada Tasyahhud Akhir, dengan memandang ke arah jari telunjuk
selama waktu tersebut. Afdhal menggenggam jempol di samping telunjuk dan posisi jempol di tepi
telapak tangan55.
Pertanyaan 35:
Jika saya masbuq, ketika imam pada rakaat terakhir, sementara itu bukan rakaat terakhir bagi saya,
imam duduk Tawarruk, bagaimanakah posisi duduk saya, Tawarruk atau Iftirasy?
Jawaban:
: يفيّة جلوس اظتسبوؽ
55
Syekh Abu Bakar al-Jaza’iri, al-Fiqh ‘ala al-Madzahib al-Arba’ah, 1/323.
52
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
: إذا جلس اظتسبوؽ مع اإلماـ يف آخ صالة اإلماـ ففيو أقواؿ: قاؿ ال ّ افعيّة- 9
ً َيلس اظتسبوؽ ُم ْف َِرتشا: وبو قاؿ أبو امد والبند ي ّي وال اضي أبو الطّيّب وال لارل, األـ
ّ الصحيح اظتنصوص يف
ّ وىو: األوؿ
ّ ال وؿ
. أل ّو ليس بآخ صالتو,
. كاه إماـ اضت م والّافعي, تور اً متابعةً لإلماـ
اظتسبوؽ َيلس ُم ِّد: والثّاين
, أل ّف جلوسو ينئ جملّد اظتتابعة فيتابع يف اعتيئة, تورؾ
ّ , األوؿ للمسبوؽ افرتش
ّ وإال
ّ ػتل التّ د
ّ إ ّف اف جلوسو يف: والثّالث
. كاه الّافعي
Cara duduk bagi orang yang masbuq.
Mazhab Syafi’i berpendapat: apabila orang yang masbuq duduk bersama imam di akhir shalat imam,
maka dalam masalah ini ada beberapa pendapat:
Pendapat pertama: Pendapat ash-Shahih yang tertulis secara teks dalam kitab al-Umm (Karya Imam
Syafi’i), ini juga pendapat Abu Hamid, al-Bandaniji, al-Qadhi Abu Thayyib dan al-Ghazali: orang yang
masbuq itu duduk Iftirasy (duduk tasyahud awal), karena orang yang masbuq itu tidak berada di akhir
shalatnya.
Pendapat Kedua: orang yang masbuq itu duduk tawarruk (duduk tasyahud akhir) mengikuti cara duduk
imamnya. Pendapat ini diriwayatkan Imam al-Haramain dan Imam ar-Rafi’i.
Pendapat Ketiga: jika duduk itu pada posisi tasyahhud awal bagi si masbuq, maka si masbuq itu duduk
iftirasy. Jika bukan pada posisi tasyahud awal, maka si masbuq duduk tawarruk. Karena duduk si masbuq
saat itu hanya sekedar duduk mengikuti imam, maka masbuq mengikuti imam dalam bentuk cara duduk
imam, demikian diriwayatkan Imam ar-Rafi’i56.
Pertanyaan 36: Bagaimanakah posisi duduk pada Tasyahhud, apakah duduk Iftirasy atau Tawarruk?
Jawaban:
سواء أ اف آخ صالتو أـ دل، كوف مفرتشاً ما وصفنا، صفة اصتلوس ب الس دت،صفة اصتلوس للت د األخري عند اضتنفية
بدليل د ث أيب زتيد الساعدي يف صفة صالة رسوؿ اهلل صلّى اهلل عليو وسلم «أف النِب صلّى اهلل عليو وسلم جلس ػ عين،كن
)275/2 : وىو د ث صحيح سن ( يل األوطار، وأقبل بصدر اليمِن على قبلتو» (رواه البخاري،للت د ػ فافرتش رجلو اليس ى
فلما جلس ػ عين للت د ػ افرتش رجلو، أل ظ ف إذل صالة رسوؿ ا هلل صلّى اهلل عليو وسلم، «قدمت اظتد نة:
وقاؿ وائل بن
: د ث سن صحيح ( صب ال ا ة: وقاؿ، و صب رجلو اليمِن» (أخ جو الرتم ي، ووضع ده اليس ى على فخ ه اليس ى،اليس ى
)273/2 : يل األوطار،419/1
56
Al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah: 39/174.
53
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
ظتا روى ابن مسعود «أف النِب صلّى اهلل، ) ومابعدىا329/1 : َيلس متور اً يف الت د األوؿ واألخري (ال ح الص ري:وقاؿ اظتالكية
. )533/1 :عليو وسلم اف َيلس يف وسط الصالة وآخ ىا متور اً» (اظت ين
بدليل، ولكن ج س اه من ج ة َيينو و لص ور و باألرض، وىو االفرتاش، سن التورؾ يف الت د األخري:وقاؿ اضتنابلة وال افعية
،ً وقعد على ش و متور ا، أخاَّل رجلو اليس ى، « َّت إذا ا ت ال عة اليت تن ضي في ا صالتو:ما جاء يف د ث أيب زتيد الساعدي
ال عود:) والتورؾ يف الصالة184/2 : ورواه البخاري ؼتتص اً ( يل األوطار، وصححو الرتم ي،ُث سلاَّلم» (رواه اطتمسة إال النسائي
ال تورؾ يف ت د الصبح؛ أل و ليس بت ٍد: لكن قاؿ اضتنابلة. فوؽ الفخ ن الكعب فوؽ العضد ن: والور اف،على الورؾ اليس ى
ٍ
، وما ليس فيو إال ت د وا د ال اشتباه فيو، وال ي تورؾ فيو النِب ِبد ث أيب زتيد ىو الت د الثاين للف ؽ ب الت د ن،ثاف
.فال اجة إذل الف ؽ
. وليس بسنة عند اضتنفية، إف التورؾ يف الت د الثاين سنة عند اصتم ور:واطتالصة
Mazhab Hanafi:
Bentuk duduk Tasyahhud Akhir menurut Mazhab Hanafi seperti bentuk duduk antara dua sujud, duduk
Iftirasy (duduk di atas telapak kaki kiri), apakah pada Tasyahhud Awal atau pun pada Tasyahhud Akhir.
Berdasarkan dalil hadits Abu Humaid as-Sa’idi dalam sifat Shalat Rasulullah Saw: “Sesungguhnya
Rasulullah Saw duduk –maksudnya duduk Tasyahhud-, Rasulullah Saw duduk di atas telapak kaki kiri,
ujung kaki kanan ke arah kiblat”. (Hadits riwayat Imam al-Bukhari, hadits shahih hasan (Nail al-Authar:
2/275). Wa’il bin Hujr berkata: “Saya sampai di Madinah untuk melihat Rasulullah Saw, ketika beliau
duduk –maksudnya adalah duduk Tasyahhud- Rasulullah Saw duduk di atas telapak kaki kiri, Rasulullah
Saw meletakkan tangan kirinya di atas paha kiri, Rasulullah Saw menegakkan (telapak) kaki kanan”.
(Hadits riwayat at-Tirmidzi, ia berkata: “Hadits hasan shahih”. (Nashb ar-Rayah: 1/419) dan Nail alAuthar: 2/273).
Menurut Mazhab Maliki:
Duduk Tawarruk (pantat menempel ke lantai) pada Tasyahhud Awal dan Akhir. (Asy-Syarh ash-Shaghir:
1/329 dan setelahnya). Berdasarkan riwayat Ibnu Mas’ud: “Sesungguhnya Rasulullah Saw duduk di
tengah shalat dan di akhir shalat dengan duduk Tawarruk (pantat menempel ke lantai). (al-Mughni:
1/533).
Menurut Mazhab Hanbali dan Syafi’i:
Disunnatkan duduk Tawarruk (pantat menempel ke lantai) pada Tasyahhud Akhir, seperti Iftirasy (duduk
di atas telapak kaki kiri), akan tetapi dengan mengeluarkan kaki kiri ke arah kanan dan pantat menempel
ke lantai. Berdasarkan dalil hadits Abu Humaid as-Sa’idi: “Hingga ketika pada rakaat ia menyelesaikan
shalatnya, Rasulullah Saw memundurkan kaki kirinya, Rasulullah Saw duduk di atas sisi kirinya dengan
pantat menempel ke lantai, kemudian Rasulullah Saw mengucapkan salam”. (diriwayatkan oleh lima
Imam kecuali an-Nasa’i. Dinyatakan shahih oleh at-Tirmidzi. Diriwayatkan al-Bukhari secara ringkas. (Nail
al-Authar: 2/184). Duduk Tawarruk (menempelkan pantat ke lantai) dalam shalat adalah: duduk dengan
sisi pantat kiri menempel ke lantai. Makna al-Warikan adalah: bagian pangkal paha, seperti dua mata
kaki di atas dua otot.
54
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
Pendapat Mazhab Hanbali:
Akan tetapi tidak duduk Tawarruk (pantat menempel ke lantai) pada duduk Tasyahhud dalam shalat
Shubuh, karena duduk itu bukan Tasyahhud Kedua. Rasulullah Saw duduk Tawarruk berdasarkan hadits
Abu Humaid adalah pada Tasyahhud Kedua, untuk membedakan antara dua Tasyahhud (Tasyahud
Pertama dan Tasyahhud Kedua/Akhir). Adapun shalat yang hanya memiliki satu Tasyahhud, maka tidak
ada kesamaran di dalamnya, maka tidak perlu perbedaan.
Kesimpulan: duduk Tawarruk (pantat menempel ke lantai) pada Tasyahhud Kedua adalah Sunnat
menurut jumhur ulama, tidak sunnat menurut Mazhab Hanafi57.
Pertanyaan 37: Adakah doa lain sebelum salam?
Jawaban:
ِ
التاَّلسلِي ِم
ُ ُ ََما ػ
ْ وؿ بػَ ْ َ التاَّل َ ُّ د َو
ِ
ت
ت َوَما أ اَّل
ُ َسَ ْر
ُ َْخ
ُ َْسَف
ُ ت َوَما أ َْعلَْن
ُ « اللاَّل ُ اَّلم ا ْافْ ِذل َما قَد ْاَّلم
ْ ت َوَما أ
ْ ت َوَما أ
ِِ
.» ت
َ َْت الْ ُم َ ِّدخُ الَ إِلَوَ إِالاَّل أ
َ َِّْدـ َوأ
َ َْت أ َْعلَ ُم بِو م ِّدِن أ
َ ََْوَما أ
ُ ت الْ ُم َ د
Antara Tasyahhud dan Salam, Rasulullah Saw mengucapkan:
“Ya Allah, ampunilah aku, dosa yang telah lalu dan dosa belakangan, dosa yang telah aku sembunyikan
dan yang aku tampakkan, perbuatan berlebihanku, dosa yang Engkau lebih mengetahuinya daripada
aku, Engkaulah yang Pertama dan Engkaulah yang terakhir. Tiada tuhan selain Engkau”. (HR. Muslim).
Pertanyaan 38: Adakah doa tambahan lain sebelum salam?
Jawaban:
-صلى اهلل عليو وسلم- وؿ اللاَّل ِو
ُ اؿ َر ُس
َ َاؿ ق
َ ََع ْن أََِب ُىَ ْػََة ق
ِ َ ِوؿ اللاَّل اَّلم إِ ِّدِّن أَعوذُ ب
ِِ ِ
ِ
ناَّلم
ُ
ُ ُ ُ « إِ َذا تَ َ اَّل َد أَ َ ُد ُ ْم فَػ ْليَ ْستَع ْ بِاللاَّلو م ْن أ َْربَ ٍع َػ
َ َ ك م ْن َع َ اب َج
ِ اب الْ َ ِرب وِمن فِْتػنَ ِة الْمحيا والْمم
ِ اَّلج
ِ َ وِمن َع
.» اؿ
ِ ات َوِم ْن َشِّد فِْتػنَ ِة الْ َم ِس
يح الد اَّل
ْ َ ْ
ْ َ
َ َ َ َْ َ
Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah Saw bersabda: “Apabila salah seorang kamu bertasyahhud,
maka mohonlah perlindungan dari empat:
57
Syekh Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu: 2/44.
55
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari azab neraka Jahannam, dari azab kubur, dari azab hidup dan
mati dan dari kejelekan azab al-Masih Dajjal”. (HR. Muslim).
?Pertanyaan 39: Bagaimanakah salam mengakhiri shalat
Jawaban:
أقل ما َيلئ يف واجب السالـ م ت عند اضتنفية :السالـ ،دوف قولو« :عليكم» ،وأ ملو وىو السنة أف وؿ ( :السالـ عليكم ورزتة
ا هلل ) م ت .و نوي اإلماـ بالتسليمت السالـ على من َيينو و ساره من اظتالئكة ومسلمي اإل س واصتن .و سن عدـ اإلطالة يف لفظو
واإلس اع فيو ضتد ث أيب ى ة عند أزتد وأيب داود ( :ؼ التسليم سنة ) قاؿ ابن اظتبارؾ :معناه أال َيد مداً.
وأقل ما َيلئ عند ال افعية واضتنابلة ( :السالـ عليكم ) م ة عند ال افعية ،وم ت عند اضتنابلة وأ ملو ( :السالـ عليكم ورزتة ا هلل
) م ت َييناً وِشاالً ،ملتفتاً يف األوذل َّت ى خده األَين ،ويف الثا ية :األ س ،او اً السالـ على من عن َيينو و ساره من مالئكة
وإ س وجن .و نوي اإلماـ أ ضاً ز ادة على ما سب السالـ على اظت تد ن .وىم نووف ال د عليو وعلى من سلم علي م من اظت موم ،
فينو و اظت تدوف عن َي اإلماـ عند ال افعية بالتسليمة الثا ية ،ومن عن ساره بالتسليمة األوذل .وأما من خلفو وأمامو فينوي ال د ب ي
التسليمت شاء.
ودليل ذلك د ث شت ة بن جندب قاؿ« :أم ا رسوؿ ا هلل صلّى اهلل عليو وسلم أف د على اإلماـ ،وأف تحاب ،وأف سلم بعضنا
على بعض» (رواه أزتد وأبو داود) .
وقاؿ اضتنفية :نوي اظت موـ ال د على اإلماـ يف التسليمة األوذل إف اف يف ج ة اليم ،ويف التسليمة الثا ية إف اف يف ج ة اليسار،
وإف اذاه واه يف التسليمت .وتسن ية اظتنف د اظتالئكة ف ط.
وال ندب ز ادة ( وب اتو ) على اظتعتمد عند ال افعية واضتنابلة ،ودليل م تف مع دليل اضتنفية :وىو د ث ابن مسعود واريه
اظتت دـ« :أف النِب صلّى اهلل عليو وسلم اف سلم عن َيينو وعن ساره :السالـ عليكم ورزتة ا هلل ،السالـ عليكم ورزتة اهللَّ ،ت
ُ ى بياض خده» .
ف ف كس السالـ ف اؿ ( :عليكم السالـ ) دل َيله عند ال افعية واضتنابلة .واألصح عندىم أال َيل و ( :سالـ عليكم ).
] (ke kiri dan ke kanan).السالـ[ Mazhab Hanafi: Minimal ucapan salam yang sah adalah dua kali ucapan
] السالـ عليكم ورزتة ا هلل
[ ]. Yang sempurna, itulah menurut Sunnah adalah ucapan:عليكم[ Tanpa ucapan
dua kali ke kiri dan ke kanan). Dalam kedua salam itu imam berniat mengucapkan salam untuk yang
berada di sebelah kanan dan kirinya dari kalangan malaikat, kaum muslimin, manusia dan jin. Dianjurkan
agar tidak terlalu panjang dan tidak terlalu cepat dalam pengucapannya, berdasarkan hadits Abu
Hurairah dalam Musnad Ahmad dan Sunan Abi Daud: “Menghapus salam itu adalah Sunnah”. Ibnu alMubarak berkata: “Maknanya adalah tidak terlalu panjang (menggunakan madd)”.
56
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
Mazhab Syafi’I dan Hanbali: Minimal salam yang sah adalah [ عليكم
] السالـ, satu kali menurut Mazhab
Syafi’i. Dua kali menurut Mazhab Hanbali. Salam yang sempurna adalah: * هلل
]السالـ عليكم ورزتة ا, dua kali;
ke kanan dan ke kiri. Pada salam pertama dengan cara menoleh hingga terlihat pipi sebelah kanan. Pada
salam yang kedua hingga terlihat pipi sebelah kiri. Dengan berniat mengucapkan salam kepada yang
berada di sebelah kanan dan kiri dari kalangan malaikat, manusia dan jin. Imam juga berniat menambah
ucapan salam kepada para ma’mum. Para ma’mum juga berniat membalas ucapan salam imam dan para
ma’mum lain yang mengucapkan salam. Mazhab Syafi’i: Ma’mum sebelah kanan imam berniat pada
salam kedua dan ma’mum di sebelah kiri imam berniat pada salam pertama. Adapun ma’mum yang
berada di belakang dan selanjutnya berniat sesuai keinginan mereka. Dalilnya adalah hadits Samurah bin
Jundub, ia berkata: “Rasulullah Saw memerintahkan kami membalas ucapan salam imam, agar kami
berkasih sayang, agar sebagian kami mengucapkan salam kepada yang lain”. (HR. Ahmad dan Abu
Daud).
Mazhab Hanafi: Ma’mum berniat membalas salam imam pada salam pertama jika ia berada di sebelah
kanan imam, pada salam kedua jika ia berada di sebelah kiri imam, jika ma’mum berada sejajar dengan
imam maka ia berniat pada kedua salam tersebut. Orang yang shalat sendirian sunnat berniat untuk
malaikat saja.
Tidak dianjurkan menambah kalimat [اتو
وب
+, demikian menurut pendapat yang mu’tamad menurut
Mazhab Syafi’I dan Hanbali. Dalil mereka sama dengan dalil Mazhab Hanafi, yaitu hadits Ibnu Mas’ud
dan lainnya diatas: “Sesungguhnya Rasulullah Saw mengucapkan salam ke kanan dan ke kiri dengan
lafaz: [اهلل
السالـ عليكم ورزتة+, hingga terlihat putih pipinya”.
Jika seseorang membalik salam [ السالـ
عليكم
+, maka tidak sah menurut Mazhab Syafi’I dan Hanbali.
Menurut pendapat al-Ashahh tidak sah ucapan [عليكم
] سالـ58.
Pertanyaan 40: Ke arah manakah arah duduk imam setelah salam?
Jawaban:
Sisi kanan tubuh mengarah ke ma’mum, sisi kiri ke arah kiblat, berdasarkan hadits:
ِ
ِ ف رس
َ ََع ِن الْبَػَ ِاء ق
َ َ ق- أَ ْ بَْبػنَا أَ ْف َ ُكو َف َع ْن ََيِينِ ِو ػُ ْ بِ ُل َعلَْيػنَا بَِو ْج ِ ِو-صلى اهلل عليو وسلم- وؿ اللاَّل ِو
ُ فَ َسم ْعتُو- اؿ
َ اؿ ُ ناَّلا إِ َذا
ُ َ َ صلاَّلْيػنَا َخ ْل
ِ وؿ « ر ِّد
.» ِعبَ َاد َؾ- أ َْو َْجت َم ُع- ث
ُ ك ػَ ْوَـ تَػْبػ َع
َ َب ق ِِن َع َ اب
َ ُ ُ َػ
58
Syekh Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu: 2/50.
57
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
Dari al-Barra’, ia berkata: “Apabila kami shalat di belakang Rasulullah Saw, kami ingin agar kami berada
di sebelah kanan beliau, maka beliau menghadap ke arah kami dengan wajahnya. Saya mendengar
Rasulullah Saw mengucapkan:
ِ ر ِّد
ِعبَ َاد َؾ- أ َْو َْجت َم ُع- ث
ُ ك َػ ْوَـ تَػْبػ َع
َ َب ق ِِن َع َ اب
َ
“Ya Tuhanku, peliharalah aku dari azab-Mu pada hari Engkau bangkitkan –kumpulkan- hamba-hambaMu”. (HR. Muslim).
Pertanyaan 41: Ketika shalat, apakah Rasulullah Saw hanya membaca di dalam hati, atau dilafazkan?
Jawaban:
Rasulullah Saw tidak hanya mengucapkan di dalam hati, akan tetapi beliau melafazkannya, ini
berdasarkan hadits:
ِ ت ِطتَباَّل
َى
َ َ ق. اؿ ػَ َع ْم
َ َص ِ ق
اب بْ ِن األ ََر ِّد
َ ََع ْن أََِب َم ْع َم ٍ ق
ت بِ ِّد
ُّ ِ ت أَ َ ا َف
ُ اؿ قُػ ْل
ْ ػَ ْ َأُ ِ الظُّ ْ ِ َوالْ َع- صلى اهلل عليو وسلم- الناَّلِب
ُ اؿ قُػ ْل
ِ اض ِط
ِ َ ََشى ٍء ُ ْنتُم تَػ ْعلَمو َف قِ اءتَوُ ق
. اب ِضتْيَتِ ِو
ََ ُ ْ
َ ْ اؿ ب
ْ
Dari Abu Ma’mar, ia berkata: “Saya bertanya kepada Khabbab bin al-Arts, ‘Apakah Rasulullah Saw
membaca pada shalat Zhuhur dan ‘Ashr?”. Khabbab bin al-Arts menjawab: “Ya”. Saya bertanya:
“Bagaimana kamu mengetahui bacaan Rasulullah?”. Khabba bin al-Arts menjawab: “Dari goyang
jenggotnya”. (HR. al-Bukhari).
Pertanyaan 42: Apakah arti thuma’ninah? Apakah standarnya?
Jawaban:
أو سكوف ب، سكوف بعد ة:والطم ينة
ً أف تست األعضاء يف ال وع مثال:وأقل ا.ت ِبيث نفصل مثالً رفعو عن ىو و
ما قاؿ بعض، وأما الناسي فب در أدِّن سكوف، وذلك ب در ال الواجب ل ا ه.ِبيث نفصل ال فع عن اعتوي ما قاؿ ال افعية
ما، وال فع من ما، أو ىي تسك اصتوارح قدر تسبيحة يف ال وع والس ود. أهنا السكوف وإف قل: والصحيح من اظت ىب،اضتنابلة
. ما قاؿ اظتالكية، أو ىي است ار األعضاء زمناً ما يف رتيع أر اف الصالة.قاؿ اضتنفية
Thuma’ninah adalah tenang setelah satu gerakan. Atau tenang setelah dua gerakan, kira-kira terpisah
antara naik dan turun. Minimal Thuma’ninah adalah anggota tubuh merasa tenang, misalnya ketika
ruku’, kira-kira terpisah antara naik dan turun, sebagaimana pendapat Mazhab Syafi’i. Dapat diukur
dengan kadar ingatan wajib bagi orang yang mengingat. Adapun orang yang lupa kira-kira pada kadar
minimal tenang, sebagaimana pendapat sebagian Mazhab Hanbali. Pendapat Shahih menurut mazhab
adalah: tenang, meskipun sejenak. Atau tenangnya anggota tubuh kira-kira satu tasbih pada ruku’ dan
58
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
sujud, dan bangun dari ruku’ dan sujud, demikian menurut pendapat Mazhab Hanafi. Atau tenangnya
anggota tubuh pada waktu tertentu dalam semua rukun shalat, sebagaimana pendapat Mazhab Maliki.
Pertanyaan 43: Bagaimana shalat orang yang tidak ada thuma’ninah?
Jawaban:
Tidak sah, karena Rasulullah Saw memerintahkan agar orang yang tidak thuma’ninah mengulangi
shalatnya.
ِ
َع ْن أََِب ُىَ ْػََة أ اَّل
َ َ فَ َ اءَ فَ َسلاَّل َم َعلَْي ِو فَػ، ِ َا ِ يَ ِة الْ َم ْس ِ ِد- صلى اهلل عليو وسلم- وؿ اللاَّل ِو
ُ صلِّدى َوَر ُس
ُاؿ لَو
َ ُ َف َر ُجالً َد َخ َل الْ َم ْس َد
ِ
ِ
اؿ ِ الثاَّلالِثَِة فَ َْعلِ ْم ِِن
َ َ ُُثاَّل َسلاَّل َم فَػ، صلاَّلى
َ َ ق. » ص ِّدل
َ َِ ف، ص ِّدل
َ َِ ف، ص ِّدل
َ اؿ « َو َعلَْي
َ ُاَّلك َدلْ ت
َ ُاَّلك َدلْ ت
َ َ فَػَ َج َع ف. » ص ِّدل
َ َ« ْارج ْع ف
َ َ ْارج ْع ف، ك
ِ ِ ُُثاَّل، الصالَةِ فََسبِ ِغ الْوضوء
ِ
ِ ُ ْك ِمن ال
، ُُثاَّل ْارَ ْع َ اَّلَّت تَطْ َمئِ اَّلن َرا ِ ًعا، آف
َ َ ق.
ت إِ َذل اَّل
َ اؿ « إِذَا قُ ْم
ْ
ْ َ َ َواقْػَأْ ِبَا تَػيَ اَّلسَ َم َع، ْ استَػ ْ ب ِل الْ ْبػلَةَ فَ َكبِّدػ
َُُ ْ
ِ
ِ ِ
ِ ِ
ِ
اس ُ ْد َ اَّلَّت تَطْ َمئِ اَّلن
َ ْس
ْ ُُثاَّل، ك َ اَّلَّت تَػ ْعتَد َؿ قَائ ًما
ْ ُُثاَّل، ى َوتَطْ َمئ اَّلن َجال ًسا
َ ُُثاَّل ْارفَ ْع َرأ
َ َساج ًدا ُُثاَّل ْارفَ ْع َ اَّلَّت تَ ْستَ ِو، اس ُ ْد َ اَّلَّت تَطْ َمئ اَّلن
ِ
ِ
. » ك ُ لِّد َ ا
َ ِصالَت
َ ُُثاَّل افْػ َع ْل ذَل، ى قَائِ ًما
َ ِك
َ ُُثاَّل ْارفَ ْع َ اَّلَّت تَ ْستَ ِو، َساج ًدا
Dari Abu Hurairah, seorang laki-laki masuk ke dalam masjid, ia melaksanakan shalat, Rasulullah Saw
berada di sudut masjid. Rasulullah Saw datang, mengucapkan salam kepadanya dan berkata:
“Kembalilah, shalatlah, sesungguhnya engkau belum shalat”. Ia kembali dan melaksanakan shalat.
Rasulullah Saw berkata: “Engkau mesti kembali, shalatlah, sesungguhnya engkau belum shalat”. Pada
kali yang ketiga, ia berkata: “Ajarkanlah kepada saya”. Rasulullah Saw berkata: “Jika engkau akan
melaksanakan shalat, maka sempurnakanlah wudhu’, kemudian menghadaplah ke kiblat, bertakbirlah.
Bacalah apa yang mudah bagimu dari al-Qur’an. Kemudian ruku’lah hingga engkau thuma’ninah dalam
keadaan ruku’. Kemudian angkat kepalamu hingga engkau tegak sempurna. Kemudian sujudlah hingga
engkau thuma’ninah sujud. Kemudian bangunlah hingga engkau thuma’ninah duduk. Kemudian sujudlah
hingga engkau thuma’ninah sujud. Kemudian bangunlah hingga engkau duduk sempurna. Kemudian
lakukanlah seperti itu dalam semua shalatmu”. (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Pertanyaan 44: Apa pendapat ulama tentang Qunut Shubuh?
Jawaban:
Mazhab Hanafi dan Hanbali: Tidak ada Qunut pada shalat Shubuh.
Mazhab Maliki: Ada Qunut pada shalat Shubuh, dibaca sirr, sebelum ruku’.
Mazhab Syafi’i: Ada Qunut pada shalat Shubuh, setelah ruku’.
59
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
Pertanyaan 45: Apakah dalil hadits tentang adanya Qunut Shubuh?
Jawaban:
Hadits Pertama:
ِ ُ س ىل قَػنَت رس
.وع َ ِس ًريا
ِ ُُّاؿ ػَ َع ْم بػَ ْع َد ال
َ ََع ْن ُػتَ اَّلم ٍد ق
َ َالصْب ِح ق
ُّ ِصالَة
ُ اؿ قُػ ْل
َ ِ -صلى اهلل عليو وسلم- وؿ اللاَّلو
ُ َ َ ْ َ ٍ ََت أل
Dari Muhammad, ia berkata: “Saya bertanya kepada Anas bin Malik: “Apakah Rasulullah Saw membaca
Qunut pada shalat Shubuh?”. Ia menjawab: “Ya, setelah ruku’, sejenak”. (HR. Muslim).
Hadits Kedua:
ِ ُ اؿ ما ز َاؿ رس
ٍِ
ِ َََع ْن أ
ُّ ت ِ الْ َف ْ ِ َ اَّلَّت فَ َار َؽ
.الد ْػيَا
ُ ُ ػَ ْ ن-صلى اهلل عليو وسلم- وؿ اللاَّلو
ُ َ َ َ َ َس بْ ِن َمالك ق
Dari Anas bin Malik, ia berkata: “Rasulullah Saw terus menerus membaca Qunut pada shalat Shubuh
hingga beliau meninggal dunia”.
Hadits ini riwayat Imam Ahmad, ad-Daraquthni dan al-Baihaqi.
Bagaimana dengan hadits lain yang juga diriwayatkan oleh Anas bin Malik yang menyatakan bahwa
Rasulullah Saw membaca Qunut shubuh selama satu bulan, kemudian setelah itu Rasulullah Saw
meninggalkannya. Berarti dua riwayat ini kontradiktif?
Tidak kontradiktif, karena yang dimaksud dengan meninggalkannya, bukan meninggalkan Qunut, akan
tetapi meninggalkan laknat dalam Qunut. Laknatnya ditinggalkan, Qunutnya tetap dilaksanakan.
Demikian riwayat al-Baihaqi:
عن عبد ال زتن بن م دى يف د ث ا س قنت ش ا ُث ت و قاؿ عبد ال زتن رزتو اهلل ا ا ت ؾ اللعن
Dari Abdurrahman bin Mahdi, tentang hadits Anas bin Malik: Rasulullah Saw membaca Qunut selama
satu bulan, kemudian beliau meninggalkannya. Imam Abdurrahman bin Mahdi berkata: “Yang
ditinggalkan hanya laknat”59.
Yang dimaksud dengan laknat dalam Qunut adalah:
ٍ ِس ب ِن مال
ك أ اَّل
.ُص ُوا اللاَّلوَ َوَر ُسولَو
َف ِ اَّل
َ َ قَػن-صلى اهلل عليو وسلم- الناَّلِب
َ صياَّلةَ َع
َ ت َش ْ ًا ػَْل َع ُن ِر ْعالً َوذَ ْ َوا َف َو ُع
َ ْ ِ َََع ْن أ
Dari Anas bin Malik, sesungguhnya Rasulullah Saw membaca Qunut selama satu bulan beliau melaknat
(Bani) Ri’lan, Dzakwan dan ‘Ushayyah yang telah berbuat maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya”.
(HR. al-Bukhari dan Muslim).
59
Imam al-Baihaqi, as-Sunan al-Kubra: 2/201.
60
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
Qunut Shubuh Menurut Mazhab Syafi’i:
{ما زاؿ رسوؿ اهلل صلى اهلل عليو وسلم نت يف:وأما ال نوت فيستحب يف اعتداؿ الثا ية يف الصبح ظتا رواه أ س رضي اهلل عنو قاؿ
من م اضتا م والبي ي: قد كم بصحتو اري وا د من اضتفاظ:الصبح َّت فارؽ الد يا} رواه اإلماـ أزتد واريه قاؿ ابن الصالح
، العمل ِب تضاه عن اطتلفاء األربعة:والبلخي قاؿ البي ي
Adapun Qunut, maka dianjurkan pada I’tidal kedua dalam shalat Shubuh berdasarkan riwayat Anas, ia
berkata: “Rasulullah Saw terus menerus membaca doa Qunut pada shalat Shubuh hingga beliau
meninggal dunia”. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan imam lainnya. Imam Ibnu ash-Shalah berkata,
“Banyak para al-Hafizh (ahli hadits) yang menyatakan hadits ini adalah hadits shahih. Diantara mereka
adalah Imam al-Hakim, al-Baihaqi dan al-Balkhi”. Al-Baihaqi berkata, “Membaca doa Qunut pada shalat
Shubuh ini berdasarkan tuntunan dari empat Khulafa’ Rasyidin”.
و وف ال نوت يف الثا ية رواه البخاري يف صحيحو و و و بعد رفع ال أس من ال وع فلما رواه ال يخاف عن أيب ى ة رضي اهلل عنو أف
{ ظتا قنت يف قصة قتلى بئ معو ة قنت بعد ال وع ف سنا عليو قنوت الصبح} عم يف الصحيح:رسوؿ اهلل صلى اهلل عليو وسلم
لكن رواة ال نوت بعد:عن أ س رضي اهلل عنو أف رسوؿ اهلل صلى اهلل عليو وسلم { اف نت قبل ال فع من ال وع} قاؿ البي ي
. دل َيلئو على الصحيح و س د للس و على األصح:ال فع أ ث وأ فظ ف ا أوذل فلو قنت قبل ال وع قاؿ يف ال وضة
Bahwa Qunut Shubuh itu pada rakaat kedua berdasarkan riwayat Imam al-Bukhari dalam kitab
Shahihnya. Bahwa doa Qunut itu setelah ruku’, menurut riwayat Imam al-Bukhari dan Muslim dari Abu
Hurairah bahwa ketika Rasulullah Saw membaca doa Qunut pada kisah korban pembunuhan peristiwa
sumur Ma’unah, beliau membaca Qunut setelah ruku’. Maka kami Qiyaskan Qunut Shubuh kepada
riwayat ini. Benar bahwa dalam kitab Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim diriwayatkan dari Anas
bahwa Rasulullah Saw membaca doa Qunut sebelum ruku’. Al-Baihaqi berkata: “Akan tetapi para
periwayat hadits tentang Qunut setelah ruku’ lebih banyak dan lebih hafizh, maka riwayat ini lebih
utama”. Jika seseorang membaca Qunut sebelum ruku’, Imam Nawawi berkata dalam kitab ar-Raudhah,
“Tidak sah menurut pendapat yang shahih, ia mesti sujud sahwi menurut pendapat al-Ashahh”.
ولفظ ال نوت
{الل م اىدين فيمن ىد ت وعافين فيمن عافيت وتولين فيمن توليت وبارؾ رل فيما أعطيت وقين ش ما قضيت ف ك ت ضي وال
}ضى عليك وإ و ال ؿ من واليت تبار ت ربنا وتعاليت
وزاد: قاؿ ال افعي.ىك ا رواه أبو داود والرتم ي والنسائي واريىم ب سناد صحيح أعين ب ثبات الفاء يف ف ك وبالواو يف وإ و ال ؿ
وبعده { فلك اضتمد على ما قضيت، وقد جاءت يف روا ة البي ي،}العلماء { وال عل من عاد ت} قبل { تبار ت ربنا وتعاليت
61
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
وقصد ال نوت ت دت السنة،َّت لو قنت بآ ة تتضمن دعاء
واعلم أف الصحيح أف ى ا الدعاء ال تع.}أست ف ؾ وأتوب إليك
،ب لك
Lafaz Qunut:
“Ya Allah, berilah hidayah kepadaku seperti orang-orang yang telah Engkau beri hidayah. Berikanlah
kebaikan kepadaku seperti orang-orang yang telah Engkau beri kebaikan. Berikan aku kekuatan seperti
orang-orang yang telah Engkau beri kekuatan. Berkahilah bagiku terhadap apa yang telah Engkau
berikan. Peliharalah aku dari kejelekan yang Engkau tetapkan. Sesungguhnya Engkau menetapkan dan
tidak ada sesuatu yang ditetapkan bagi-Mu. Tidak ada yang merendahkan orang yang telah Engkau beri
kuasa. Maka Suci Engkau wahai Tuhan kami dan Engkau Maha Agung”.
Demikian diriwayatkan oleh Abu Daud, at-Tirmidzi, an-Nasa’i dan lainnya dengan sanad sahih. Maksud
saya, dengan huruf Fa’ pada kata: ك
فdan huruf Waw pada kata: وإ و ال ؿ.
Imam ar-Rafi’i berkata: “Para ulama menambahkan kalimat:
وال عل من عاد ت
memuliakan orang yang telah Engkau hinakan). Sebelum kalimat:
(Tidak ada yang dapat
( تبار ت ربنا وتعاليتMaka Suci Engkau
wahai Tuhan kami dan Engkau Maha Agung).
Dalam riwayat Imam al-Baihaqi disebutkan, setelah doa ini membaca doa:
فلك اضتمد على ما قضيت أست ف ؾ وأتوب إليك
(Segala puji bagi-Mu atas semua yang Engkau tetapkan. Aku memohon ampun dan bertaubat kepadaMu).
Ketahuilah bahwa sebenarnya doa ini tidak tertentu. Bahkan jika seseorang membaca Qunut dengan
ayat yang mengandung doa dan ia meniatkannya sebagai doa Qunut, maka sunnah telah dilaksanakan
dengan itu.
و نت اإلماـ بلفظ اصتمع بل ك ه ختصيص فسو بالدعاء ل ولو صلى اهلل عليو وسلم {ال ـ عبد قوماً فيخص فسو بدعوة دوهنم ف ف
لك أي ك ه لو إف اد فسو ص ح بو
اإلماـ
ُث سائ األدعية يف، د ث سن:فعل ف د خاهنم} رواه أبو داود والرتم ي وقاؿ
.ال لارل يف اإل ياء وىو م تضى الـ األذ ار للنووي
Imam membaca Qunut dengan lafaz jama’, bahkan makruh bagi imam mengkhususkan dirinya dalam
berdoa, berdasarkan sabda Rasulullah Saw: “Janganlah seorang hamba mengimami sekelompok orang,
lalu ia mengkhususkan dirinya dengan suatu doa tanpa mengikutsertakan mereka. Jika ia melakukan itu,
maka sungguh ia telah mengkhianati mereka”. Diriwayatkan oleh Abu Daud dan at-Tirmidzi. Imam at62
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
Tirmidzi berkata: “Hadits hasan”. Kemudian demikian juga halnya dengan semua doa-doa, makruh bagi
imam mengkhususkan dirinya saja. Demikian dinyatakan oleh Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya’
‘Ulumiddin. Demikian juga makna pendapat Imam Nawawi dalam al-Adzkar.
والسنة أف فع د و وال َيسح وج و أل و دل ثبت قالو البي ي وال ستحب مسح الصدر بال خالؼ بل ص رتاعة على اىتو قالو
ا رواه الرتم ي عن علي رضي اهلل عنو وأبو داود عن أيب
و ستحب ال نوت يف آخ وت ه ويف النصف الثاين من رمضاف.يف ال وضة
، قيل نت يف رتيع رمضاف، إ و مستحب يف رتيع السنة: وقيل نت ل السنة يف الوت قالو النووي يف التح ي ف اؿ،بن عب
األصح بعده ألف قنوت الصبح ثابت عن:و ستحب فيو قنوت عم رضي اهلل عنو و كوف قبل قنوت الصبح قالو ال افعي وقاؿ النووي
. واهلل أعلم،النِب صلى اهلل عليو وسلم يف الوت فكاف ت دَيو أوذل
Sunnah mengangkat kedua tangan dan tidak mengusap wajah, karena tidak ada riwayat tentang itu.
Demikian dinyatakan oleh al-Baihaqi. Tidak dianjurkan mengusap dada, tidak ada perbedaan pendapat
dalam masalah ini. Bahkan sekelompok ulama menyebutkan secara nash bahwa hukum melakukan itu
makruh, demikian disebutkan Imam Nawawi dalam ar-Raudhah. Dianjurkan membaca Qunut di akhir
Witir dan pada paruh kedua bulan Ramadhan. Demikian diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi dari Imam
Ali dan Abu Daud dari Ubai bin Ka’ab. Ada pendapat yang mengatakan dianjurkan membaca Qunut pada
shalat Witir sepanjang tahun, demikian dinyatakan Imam Nawawi dalam at-Tahqiq, ia berkata: “Doa
Qunut dianjurkan dibaca (dalam shalat Witir) sepanjang tahun”. Ada pendapat yang mengatakan bahwa
doa Qunut dibaca di sepanjang Ramadhan. Dianjurkan agar membaca doa Qunut riwayat Umar,
sebelum Qunut Shubuh, demikian dinyatakan oleh Imam ar-Rafi’i. Imam Nawawi berkata, “Menurut
pendapat al-Ashahh, doa Qunut rirwayat Umar dibaca setelah doa Qunut Shubuh. Karena riwayat Qunut
Shubuh kuat dari Rasulullah Saw pada shalat Witir. Maka lebih utama untuk diamalkan. Wallahu a’lam60.
Pertanyaan 46: Apakah ketika membaca Qunut mesti mengangkat tangan?
Jawaban:
Imam an-Nawawi berkata dalam al-Adzkar:
. ستحب رفع ما وال َيسح الوجو
أصح ا أ و
ّ : اختلف أصحابنا يف رفع اليد ن يف دعاء ال نوت ومسح الوجو ما على ثالثة أوجو
ّ
ذلك مك وه: واتف وا على أ و ال َيسح اري الوجو من الصدر وؿتوه بل قالوا. َيسح وال فع
ُ ال: والثالث. فع وَيسحو: والثاين
Ulama Mazhab Syafi’I berbeda pendapat tentang mengangkat tangan dan mengusap wajah dalam doa
Qunut, terbagi kepada tiga pendapat:
Pertama, yang paling shahih, dianjurkan mengangkat tangan tanpa mengusap wajah.
Kedua, mengangkat tangan dan mengusapkannya ke wajah.
60
Imam Taqiyuddin Abu Bakr bin Muhammad al-Husaini al-Hishni ad-Dimasyqi asy-Syafi’i, Kifâyat al-Akhyâr
fi Hall Ghâyat al-Ikhtishâr, 1/114-115
63
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
Ketiga, tidak mengusap dan tidak mengangkat tangan.
Para ulama sepakat untuk tidak mengusap selain wajah, seperti dada dan lainnya. Bahkan mereka
mengatakan perbuatan itu makruh61.
Pertanyaan 47:
Jika seseorang shalat di belakang imam yang membaca Qunut, apakah ia mesti mengikuti imamnya?
Jawaban:
Pendapat Imam Ibnu Taimiah:
ِ اؽ َرت
ِ
ِ
ِ
ٍ
ِ
اى ِري عُلَ َم ِاء
َ َصلَ َح ِيف د نِ ِو أ َْو الْ َ ْو ُؿ َا أ َْر َج ُح أ َْو َْؿت ِو ذَل
َ ك َج َاز َى َ ا بِاتِّدػ َف
ْ فَِذَا َ ا َف الْ ُم َ لِّد ُد ػُ َ لِّد ُد ِيف َم ْس َلَة ػََ َاىا أ
ِ
ِ
ِ
ك الْ ِوتْػ ُ َو َاْيػ ُهُ ػَْنبَ ِي لِْل َم ْ ُم ِوـ أَ ْف ػَْتبَ َع فِ ِيو
ْ ك َوَال ال اَّلافِعِ ُّي َوَال أ
ٌ ِك َال أَبُو َ نِي َفةَ َوَال َمال
َ َوَ َ ل. َزتَد
َ الْ ُم ْسل ِم َ َدلْ َُِّد ْـ ذَل
ِ
ٍ
ِ ِ
. ضا
َ صولٍَة فَػ َع َل ذَل
ً َْص َل أ
ْ ُت َدلْ ػَ ْ ن
ْ ُت َم َعوُ َوإِ ْف َدلْ ػَ ْ ن
َ َت قَػن
َ ََإم َاموُ فَِ ْف قَػن
َ َص َل ف
َ َك َوإِ ْف ف
ُ صلاَّلى بثََالث َرَ َعات َم ْو
َ ت َوإِ ْف
ِ ِ
ِ
ِ َوِم ْن
. َص ُّح َواَللاَّلوُ أ َْعلَ ُم
َ ص َل َإم ُاموُ َو ْاأل اَّلَو ُؿ أ
َ َالناَّلاس َم ْن َ ْتَ ُار ل ْل َم ْ ُموـ أَ ْف َص َل إذَا ف
Jika seorang yang bertaklid itu bertaklid dalam suatu masalah yang menurutnya baik menurut agamanya
atau pendapat itu kuat atau seperti itu, maka boleh berdasarkan kesepakatan jumhur ulama muslimin,
tidak diharamkan oleh Imam Hanafi, Maliki, Syafi’I dan Hanbali. Demikian juga dengan witir dan lainnya,
selayaknya bagi makmum mengikuti imamnya. Jika imamnya membaca qunut, maka ia ikut membaca
qunut bersamanya. Jika imamnya tidak berqunut, maka ia tidak berqunut. Jika imamnya shalat 3 rakaat
bersambung, maka ia melakukan itu juga. Jika dipisahkan, maka ia laksanakan terpisah. Ada sebagian
orang yang berpendapat bahwa makmum tetap menyambung jika imamnya melaksanakannya terpisah.
Pendapat pertama lebih shahih. Wallahu a’lam62.
Pendapat Ibnu ‘Utsaimin:
عن كم ال نوت يف صالة الف ضة؛ والصالة خلف إماـ نت يف الف ضة؟:وسئل فضيلة ال يخ
لكن من صلى خلف إماـ نت، ال ي ى أف ال قنوت يف الف ائض إال يف النوازؿ: ف جاب فضيلتو ب ولو...
. وت ليفاً لل لوب،فليتابعو درءاً للفتنة
Syekh Ibnu ‘Utsaimin ditanya tentang hukum Qunut pada shalat Fardhu di belakang imam yang
membaca Qunut pada shalat Fardhu?
61
62
Imam an-Nawawi, al-Adzkar: 146.
Imam Ibnu Taimiah, Majmu’ Fatawa Ibn Taimiah: 5/360.
64
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
Syekh Ibnu ‘Utsaimin menjawab: “Menurut kami, tidak ada Qunut pada shalat Fardhu, kecuali Qunut
Nawazil. Akan tetapi, jika seseorang shalat di belakang imam yang membaca Qunut, maka hendaklah ia
mengikuti imamnya, untuk menolak fitnah dan mempertautkan hati”63.
Pendapat Ibnu ‘Utsaimin Lagi:
ازلة؟
عن كم ال نوت يف الف ائض؟ وما اضتكم إذا لؿ باظتسلم:وسئل فضيلة ال يخ
لكن إف قنت اإلماـ فتابعو ألف اطتالؼ، ال نوت يف الف ائض ليس ِب وع وال نب ي فعلو: ف جاب فضيلتو ب ولو...
.ش
. وإف لؿ باظتسلم ازلة فال ب س بال نوت ينئ لس اؿ اهلل تعاذل رفع ا...
Ibnu ‘Utsaimin ditanya tentang hukum Qunut pada shalat Fardhu? Apa hukumnya apabila terjadi
musibah menimpa kaum muslimin?
Syekh Ibnu ‘Utsaimin menjawab: “Qunut pada shalat Fardhu tidak disyariatkan, tidak layak dilaksanakan,
akan tetapi jika imam membaca Qunut, maka ikutilah imam, karena berbeda dengan imam itu jelek.
Jika terjadi musibah menimpa kaum muslimin, boleh berqunut untuk memohon kepada Allah Swt agar
Allah mengangkatnya”64.
Pertanyaan 48: Adakah dalil keutamaan berdoa setelah shalat wajib?
Jawaban:
: عن أيب أمامة رضي اللّو عنو قاؿ
ِ الصلَو
ِ ؼ اللاَّلي ِل
" ات اظتكْتوبات
اآلخ َو ُدبػُُ اَّل
ْ ُ " َج ْو: أي الدعاء أشتع ؟ قاؿ
ّ : قيل ل سوؿ اللّو صلى اللّو عليو وسلم
َ
َ
د ث سن: قاؿ الرتم ي
Dari Abu Umamah, ia berkata:
Dikatakan kepada Rasulullah Saw, “Apakah doa yang paling didengarkan?”.
Beliau menjawab, “Doa di tengah malam dan doa di akhir shalat wajib”.
Imam at-Tirmidzi berkata, “Hadits hasan”. (HR. at-Tirmidzi). Hadits ini dinukil Imam an-Nawawi dalam alAdzkar.
Riwayat Kedua:
63
64
Majmu’ Fatawa wa Rasa’il Ibn ‘Utsaimin: 14/113.
Ibid.
65
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
ِ
ِ َ َف رس
« اؿ
َ َ فَػ.» ك
َ ََخ َ بِيَ ِدهِ َوق
َ ُّك َواللاَّل ِو إِ ِّدِّن ألُ ِ ب
َ ُّاؿ « َا ُم َعاذُ َواللاَّل ِو إِ ِّدِّن ألُ ِ ب
َ أ-صلى اهلل عليو وسلم- وؿ اللاَّلو
ُ َ َع ْن ُم َعاذ بْ ِن َجبَ ٍل أ اَّل
.» ك
َ ِِعبَ َادت
ِ ُدب ِ ُ ِّدل َصالَةٍ تَػ ُ ُوؿ اللاَّل اَّلم أ
َع ِّدِن َعلَى ِذ ْ ِ َؾ َو ُش ْك ِ َؾ َو ُ ْس ِن
ُ
ُ
ِ
ِ يك ا م َعاذُ الَ تَ َد َع اَّلن
ُ َ َ أُوص
Dari Mu’adz bin Jabal, sesungguhnya Rasulullah Saw menarik tangan Muadz seraya berkata: “Wahai
Mu’adz, demi Allah sesungguhnya aku sangat menyayangimu, demi Allah sungguh aku sangat
menyayangimu. Aku pesankan kepadamu wahai Mu’adz, janganlah engkau tinggalkan setiap selesai
shalatmu engkau ucapkan: “Ya Allah, tolonglah aku agar mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu dan
beribadah dengan ibadah yang baik kepada-Mu”. (HR. Abu Daud).
Riwayat Ketiga:
ٍ
ب
ُ ُ َ ػ-صلى اهلل عليو وسلم- وؿ اللاَّل ِو
ُ اؿ ُسلَْي َما ُف َ ا َف َر ُس
َ ََوق
ُّ ت الاَّل
صالَتِِو « اللاَّل ُ اَّلم َربػاَّلنَا َوَر اَّل
َ َب ُ ِّدل َش ْىء أََا َش ِ ي ٌد أ
َ َْاَّلك أ
َ ُِوؿ ِ ُدب
ب ُ ِّدل َشى ٍء أََا َش ِ ي ٌد أ اَّل
ب ُ ِّدل َشى ٍء أََا َش ِ ي ٌد أ اَّل
َف الْعِبَ َاد ُ لاَّل ُ ْم
ك اللاَّل ُ اَّلم َربػاَّلنَا َوَر اَّل
ك اللاَّل ُ اَّلم َربػاَّلنَا َوَر اَّل
َ َُف ُػتَ اَّلم ًدا َعْب ُد َؾ َوَر ُسول
َ َك ل
َ ِ َو ْ َد َؾ الَ َش
ْ
ْ
ٍ
ِ
ِ الد ْػيا و
ِ ٍ َ ك وأ َْىلِى ِ ُ ِّدل س
ِ ِ َاست
ْ اآلخَةِ َا َذا
إِ ْخ َوةٌ اللاَّل ُ اَّلم َربػاَّلنَا َوَر اَّل
ْ اصتَالَ ِؿ َوا ِإل ْ َ ِاـ
ْ ب ُ ِّدل َش ْىء
ُب اللاَّلو
ْ اشتَ ْع َو
ً اج َع ْل ِِن ؼتُْل
َ
َ َ ُّ اعة
َ َ َصا ل
ِ السمو
اَّل
ِ ات َواأل َْر
.» ض
َ َ أَ ْ بَػُ األَ ْ بَػُ الل ُ اَّلم ُ َور اَّل
Sulaiman berkata: “Setelah selesai shalat Rasulullah Saw berdoa dengan doa ini “Ya Allah Tuhan kami
dan Tuhan segala sesuatu, aku saksi bahwa sesungguhnya Engkau adalah Tuhan, Engkau Maha Esa, tiada
sekutu bagi-Mu. Ya Allah, Engkau Tuhan segala sesuatu. Aku saksi bahwa Muhammad adalah hamba-Mu
dan rasul-Mu. Ya Allah Tuhan kami dan Tuhan segala sesuatu, aku saksi bahwa hamba-hamba-Mu
semuanya adalah bersaudara. Ya Allah Tuhan kami dan Tuhan segala sesuatu, jadikanlah aku ikhlas
kepada-Mu, juga keluargaku, dalam setiap saat di dunia dan akhirat, wahai Yang Memiliki Kemuliaan dan
keagungan. Dengarkan dan perkenankanlah wahai Tuhan Yang Maha Besar. Ya Allah, Engkaulah cahaya
langit dan bumi”. (HR. Abu Daud).
Riwayat Keempat:
ِ اللاَّل اَّلم أَصلِح ِذل ِد ِِن الاَّل ِى جع ْلتَو ِذل ِعصمةً وأَصلِح ِذل د ْػياى الاَّلَِّت جع ْلت فِي ا مع
اشى
ُ ََ
ََ َ َ ََ
ْ ْ ُ
َ َ ُ ْ ْ َ َْ
ك
َض
َ ك ِمْن
َ ِك َوأَعُوذُ ب
َ ِك َوأَعُوذُ بِ َع ْف ِو َؾ ِم ْن ِْ َمت
َ اؾ ِم ْن َس َخ ِط
َ ِ ِاللاَّل ُ اَّلم إِ ِّدِّن أَعُوذُ ب
.اصتَ ُّد
ْ
ِ ِ
ِ ِ
ك
ْ ت َوالَ َػْنػ َف ُع َذا
َ اصتَ ِّدد ِمْن
َ ت َوالَ ُم ْعط َى ل َما َمنَػ ْع
َ الَ َما َع ل َما أ َْعطَْي
ِ ِِ ِ ِ
ص َ ْيبًا َ اَّلدثَوُ أ اَّل
ب أ اَّل
.صالَتِِو
َ َق
َ َ ا َف ػَ ُوُعتُ اَّلن عْن َد ا ْصَافو م ْن-صلى اهلل عليو وسلم- َف ُػتَ اَّلم ًدا
ُ َف
ٌ اؿ َو َ اَّلدثَِِن َ ْع
66
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
“Ya Allah, perbaikilah untukku agamaku yang telah Engkau jadikan sebagai penjaga bagiku. Perbaikilah
untukku duniaku yang telah Engkau jadikan kehidupanku di dalamnya. Ya Allah aku berlindung dengan
ridha-Mu dari murka-Mu, aku berlindung dengan ampunan-Mu dari azab-Mu. Aku berlindung denganMu. Tidak ada yang mencegah atas apa yang Engkau beri. Tidak ada yang memberi atas apa yang Engkau
cegah. Yang memiliki kemulliaan tidak ada yang dapat memberikan manfaat, karena kemuliaan itu dariMu”. Shuhaib menyatakan bahwa Rasulullah Saw mengucapkan kalimat ini ketika selesai shalat. (HR. anNasa’i).
Adapun berdoa bersama setelah shalat, masalah ini dijelaskan Imam al-Mubarakfuri dalam
Tuhfat al-Ahwadzi Syarh Sunan at-Tirmidzi:
ِ
ِ ِ ِ ْ َف علَماء أَى ِل
ِ
ِ ؼ ِمن اَّل
ِ
ِ اللم
ِْ َف
اف ِيف أ اَّل
وز لَوُ أَ ْف َ ْد ُع َو َرافِ ًعا َ َد ْ ِو
ُ ُالص َالة الْ َمكْتُوبَة َى ْل ََي
ْ َ َ ُ ا ْعلَ ْم أ اَّل
َ ْ اإل َم َاـ إِذَا ا
َ اضتَد ث قَ ْد ا ْختَػلَ ُفوا ِيف َى َ ا اَّل
ْ َ َص
ِ
ِ و ػ ِّدمن من خ ْل َفو ِمن الْم ْم
ْ ِض ُ ْم ب
َ َ وم َ َرافِعِي أَْ ِد ْم فَػ
َ َ َوق، اصتََوا ِز
َ قَالُوا إِ اَّلف ذَل، ٌض ُ ْم بِ َع َدِـ َج َوا ِزهِ ظَنًّا ِمْنػ ُ ْم أَاَّلوُ بِ ْد َعة
ُ اؿ بػَ ْع
ُ اؿ بػَ ْع
ْك َدل
ُ َ ْ ُ َ ْ َ َ َُ َ
ٍ
ٍ
ِ
ِ
ِ ِ
ِ
ِاصتوا ِز فَاست َدلُّوا ِخبمسة
ِ
ِ
ِ
ٍ صح
ٌ يح بَ ْل ُى َو أ َْمٌ ُْػت َد
ْ ُػَثْب
َ صلاَّلى اللاَّلوُ َعلَْيو َو َسلاَّل َم ب َسنَد
َ ت َع ْن َر ُسوؿ اللاَّلو
َ ْ َ َ ْ ََْ ث َوُ ُّل ُْػت َدث ب ْد َعةٌ َوأ اَّلَما الْ َ ائلُو َف ب
ِ
.ث
َ أَ َ اد
Ketahuilah bahwa ulama hadits berbeda pendapat pada zaman ini tentang imam ketika selesai shalat
wajib, apakah boleh berdoa dengan mengangkat tangan dan diaminkan ma’mum yang juga mengangkat
tangan. Sebagian ahli hadits membolehkannya. Sebagian yang lain menyatakan tidak boleh karena
menurut mereka itu perbuatan bid’ah. Menurut mereka perbuatan itu tidak ada dalam hadits Rasulullah
Saw dengan sanad yang shahih, akan tetapi perkara yang dibuat-buat, semua yang dibuat-buat itu
bid’ah. Adapun mereka yang membolehkan berdalil dengan lima hadits65.
Pertanyaan 49: Adakah dalil mengangkat tangan ketika berdoa?
Jawaban:
Imam al-Bukhari menulis satu Bab dalam Shahih al-Bukhari:
ِ
ُّع ِاء
َ باب َرفْ ِع األَْدى ِ الد
Bab: Mengangkat Tangan Ketika Berdoa.
Imam an-Nawawi berkata dalam Syarh Shahih Muslim:
ِ
ِ
ِ ِ
ِ
ِ
ِ
َوقَ ْد َرتَ ْعت ِمْنػ َ ا َْؿت ًوا ِم ْن، ص
َ صلاَّلى اللاَّلو َعلَْيو َو َسلاَّل َم ِيف الد
َ َقَ ْد ثػَب
َ َوى َي أَ ْ ثَ م ْن أَ ْف ُْحت، ُّعاء ِيف َم َواطن َا ْري اال ْست ْس َ اء
َ ت َرفْع َ َد ْو
ِ وذَ َ ِتما ِيف أَو، الص ِحيح ِ أَو أَ دُها
ِ ِ ِ
الص َالة ِم ْن َش ْح الْ ُم َ اَّل ب
اخ بَاب ِص َفة اَّل
َ
َ ْ َ َ َ ْ ْ َ ثََالث َ َ د ثًا م ْن اَّل
65
Imam al-Mubarakfuri, Tuhfat al-Ahwadzy Syarh Sunan at-Tirmidzi: 1/331.
67
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
Berdasarkan hadits shahih disebutkan bahwa Rasulullah Saw mengangkat kedua tangannya ketika
berdoa di berbagai kesempatan, bukan pada saat shalat Istisqa’ saja, terlalu banyak untuk dihitung, saya
(Imam an-Nawawi) telah mengumpulkan lebih kurang 30 hadits dari Shahih al-Bukhari dan Shahih
Muslim atau salah satu dari keduanya, saya sebutkan di akhir Bab Shifat Shalat dalam kitab Syarh alMuhadzdzab66.
Diantara hadits yang menyebutkan mengangkat tangan ketika berdoa adalah:
ستح من عبده إذا رفع د و إليو أف دُها صف ا
إف ربكم
“Sesungguhnya Tuhan kamu Maha Hidup dan Maha Mulia, Ia malu kepada hamba-Nya apabila hamba
itu mengangkat kedua tangan kepada-Nya, lalu Ia menolaknya dalam keadaan kosong”. (HR. Abu Daud,
at-Tirmidzi dan Ibnu Majah, dari Salman al-Farisi).
Ada sekelompok orang melarang berdoa mengangkat tangan, berdalil dengan hadits Anas:
االستس اء ف و اف فع د و َّت ى بياض إبطيو
اف النِب صلى اهلل عليو وسلم ال فع د و يف شيء من دعائو إال
“Rasulullah Saw tidak mengangkat kedua tangannya dalam doanya kecuali pada doa shalat Istisqa’,
Rasulullah Saw mengangkat kedua tangannya hingga terlihat putih kedua ketiaknya”. (HR. al-Bukhari
dan Muslim). Akan tetapi pendapat ini ditolak dengan beberapa argumentasi:
Pertama, Anas bin Malik tidak melihat, bukan berarti shahabat lain tidak melihat, terbukti banyak hadits
lain yang menyatakan Rasulullah Saw berdoa mengangkat tangan. Diantaranya hadits:
ِ د ِو « اللاَّل م إِ ِّدِّن أَبػ أُ إِلَي- صلى اهلل عليو وسلم- الناَّلِب
. » صنَ َع َخالِ ٌد
َ ََوق
َ ْ َ ْ ُ اَّل
ُّ ِ اؿ ابْ ُن ُع َمَ َرفَ َع
ْ ََ
َ ك ؽتاَّلا
Ibnu Umar berkata: “Rasulullah Saw mengangkat kedua tangannya, (seraya berkata): “Ya Allah, aku
berlepas diri kepada-Mu atas apa yang dilakukan Khalid”. (HR. al-Bukhari).
Hadits lain:
ِ اطتَطاَّل
َص َحابُوُ ثَالَُذتِائٍَة
ْ َ اَّلدثَِِن ُع َمُ بْ ُن
ُ اؿ لَ اَّلما َ ا َف ػَ ْوُـ بَ ْد ٍر َظََ َر ُس
َ َاب ق
ٌ ْ إِ َذل الْ ُم ْ ِِ َ َوُى ْم أَل-صلى اهلل عليو وسلم- وؿ اللاَّل ِو
ْ ف َوأ
ِْ الْ ِ بػلَةَ ُُثاَّل م اَّلد َد ِو فَ عل ػ تِف بِ بِّدِو « اللاَّل اَّلم أ-صلى اهلل عليو وسلم- وتِسعةَ ع َ رجالً فَاستػ ْ بل َِِب اللاَّل ِو
َؾت ْل ِذل َما َو َع ْدتَِِن اللاَّل ُ اَّلم
ُّ َ َ َ ْ ُ َ َ َ َ ْ َ
ْ
ُ
َ ُ َْ َ َ َ ْ َ َ
ِ
ِ
ِ ِ ِ ْ ِآت ما وع ْدتَِِن اللاَّل اَّلم إِ ْف تَػ ل
ِ صابَةُ ِم ْن أ َْى ِل ا ِإل ْسالَِـ الَ تػُ ْعبَ ْد ِ األ َْر
ادا َ َد ْ ِو ُم ْستَػ ْ بِ َل الْ ِ ْبػلَ ِة َ اَّلَّت
ًّ ف بَِبِّدِو َم
ُ فَ َم َاز َاؿ ػَ ْ ت.» ض
ََ َ
ْ
َ ك َى ه الْع
ُ
ِ ِ
َ َ َوق.َخ َ ِرَداءَهُ فََلْ َ اهُ َعلَى َمْن ِكبَػْي ِو ُُثاَّل الْتَػَلَموُ ِم ْن َوَرائِِو
َ َ َس
َ َِب اللاَّل ِو َ َ َاؾ ُمن
َ ك َرباَّل
َ ُاش َدت
اؿ َا َِ اَّل
َ َط ِرَد ُاؤهُ َع ْن َمْنكبَػْيو فََتَاهُ أَبُو بَ ْك ٍ ف
ُك فَِ اَّلو
ِِ ِ ِ
ِ
ِ ٍ
ِ ك ما وع َد َؾ فََْػلَؿ اللاَّلو عاَّلل وج اَّلل (إِ ْذ تَست ِيثُو َف رباَّل ُكم فَاست اب لَ ُكم أ ِّد
َْ
َ َ َ َ ََسيُػْن ُل ل
َُِّن ُؽت ُّد ُ ْم بَِلْف م َن الْ َمالَئ َكة ُم ْدف َ ) فَ ََمداَّلهُ اللاَّلو
ََ َ ُ َ
ْ َ َ َْ ْ َ
.بِالْ َمالَئِ َك ِة
66
Imam an-Nawawi, Syarh an-Nawawi ‘ala al-Muslim: 3/299.
68
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
Umar bin al-Khattab berkata: “Pada saat perang Badar, Rasulullah Saw melihat kepada kaum musyrikin,
jumlah mereka 1000 orang, sedangkan shahabat Rasulullah Saw 319 orang, maka Rasulullah Saw
menghadap kiblat, kemudian menengadahkan kedua tangannya, ia berdoa kepada Tuhannya: “Ya Allah,
tunaikanlah untukku apa yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, berikanlah apa yang telah
Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, jika pasukan kaum muslimin ini binasa, Engkau tidak akan disembah
di atas bumi”. Rasulullah Saw terus berdoa kepada Tuhannya dengan menengadahkan kedua tangannya
menghadap kiblat hingga selendangnya jatuh dari atas kedua bahunya. Maka Abu Bakar datang
mengambil selendang itu dan meletakkannya di atas bahu Rasulullah Saw, ia mengikuti Rasulullah Saw
dari belakang seraya berkata: “Wahai nabi utusan Allah, demikian munajatmu kepada Tuhanmu,
sesungguhnya Ia akan menunaikan untukmu apa yang telah Ia janjikan”. Maka Allah menurunkan ayat:
“(ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu:
"Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu Malaikat yang
datang berturut-turut”. (Qs. al-Anfal *8+: 9). Maka Allah Swt menurunkan para malaikatnya”. (HR. alBukhari dan Muslim).
Kedua, jika ada dua hadits yang kontradiktif, maka kaedah yang dipakai adalah:
واظتثبت م دـ على النا
Yang menetapkan lebih diutamakan daripada yang menafikan.
Ketiga, bahwa yang dimaksud Anas bin Malik “Rasulullah Saw tidak mengangkat kedua tangannya”,
maksudnya adalah: Rasulullah Saw tidak mengangkat kedua tangannya hingga terlihat putih kedua
ketiaknya pada kesempatan lain, hanya pada saat doa Istisqa’ saja.
Pendapat al-Mubarakfuri dalam Tuhfat al-Ahwadzi Syarh Sunan at-Tirmidzi:
ِ
ِ ُّ ِوِيف رفْ ِع الْي َد ِن ِيف الدُّع ِاء ِرسالَةٌ ل
ِ ِ
ِ واستَ َدلُّوا أَ ضا ِِب ِد. ث رفْ ِع الْي َد ِن ِيف الدُّع ِاء
ٍ ََث أ
س َر ِض َي
اىا فَ اَّل
َ لسيُوط ِّدي َشتاَّل
ْ َ َ ض الْ ِو َعاء ِيف أَ َ اد
َ ًْ
َْ َ
ْ َ َ َ
َ َ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ت
ْ صلاَّلى اللاَّلوُ َعلَْيو َو َسلاَّل َم ػَ ْوـ
َ َا َر ُس: اؿ
َ َ اصتُ ُم َعة فَػ
َ َاذل َعْنوُ ق
َ اللاَّلوُ تَػ َع
أَتَى َر ُج ٌل أ َْعَ ِ ٌّق: اؿ
ْ وؿ اللاَّلو َىلَ َك
َ ايب م ْن أ َْى ِل الْبَ ْد ِو إ َذل َر ُسوؿ اللاَّلو
ِ
ِ ِ
ِ وؿ اللاَّل ِو اَّل اَّل ِ اَّل
ِ الْم
صلاَّلى
ُ فَػَفَ َع َر ُس، الناَّلاس
ُ َك الْعِي
َ َ َىل، اؿ
َ َ َىل، ُاشيَة
َ الناَّلاس أَْد ػَ ُ ْم َم َع َر ُسوؿ اللاَّلو
َ
َ
ُ َوَرفَ َع، صلى اللوُ َعلَْيو َو َسل َم َ َد ْو َ ْد ُعو
ُ ك
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ك
ْ ، اللاَّلوُ َعلَْيو َو َسلاَّل َم َ ْد ُعو َف
ًّ َس ؼتُْت
ُّ َرَواهُ الْبُ َخا ِر، ث
َ اضتَد
َ َول َ ل، صا بِو
َ لَكناَّلوُ لَْي، ي قَالُوا َى َ ا الاَّلفْ ُع َى َك َ ا َوإ ْف َ ا َف يف ُد َعاء اال ْست ْس َ اء
ِ اب الد
ِ ُّ اِست َد اَّلؿ الْبخا ِر
ِ ِ ْ ات ِ َ ا
. ُّع ِاء
َ ِ َي ِيف ت
َ اضتَد ث َعلَى َج َوا ِز َرفْ ِع الْيَ َد ْ ِن ِيف ُمطْلَ ِ الد
َ ُ َْ
َ اَّلع َو
ِِ ِ
ِ ِ َف رفْع الْي َد ِن ِيف الدُّع ِاء بػع َد اَّل
اذل أ َْعلَ ُم
َ اذل َواَللاَّلوُ تَػ َع
َ س َعلَْي ِو إِ ْف َشاءَ اللاَّلوُ تَػ َع
َْ َ
ْ َ َ َ قالْ َ ْو ُؿ الاَّلاج ُح عْندي أ اَّل
َ َْالص َالة َجائٌل لَ ْو فَػ َعلَوُ أَ َ ٌد َال ب
Tentang mengangkat kedua tangan ketika berdoa ada satu risalah yang ditulis oleh Imam as-Suyuthi
berjudul Fadhdh al-Wi’a’ fi Ahadits Raf’ al-Yadain fi ad-Du’a’. Mereka juga berdalil dengan hadits Anas,
ia berkata: “Ada seorang Arab Badui dari perkampungan badui datang kepada Rasulullah Saw pada hari
Jum’at. Ia berkata: “Wahai Rasulullah, hewan ternak telah mati, keluarga telah binasa, orang banyak
telah binasa”. Rasulullah Saw mengangkat kedua tangannya berdoa, orang banyak juga mengangkat
tangan mereka bersama Rasulullah Saw, mereka berdoa”. Hadits ini diriwayatkan al-Bukhari. Mereka
69
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
berkata: “Mengangkat tangan seperti ini. meskipun dalam dosa Istisqa’ (minta hujan), akan tetapi bukan
khusus pada Istisqa’ saja. Oleh sebab itu Imam al-Bukhari berdalil dalam kitab ad-Da’awat berdasarkan
hadits ini bahwa boleh mengangkat kedua tangan dalam semua doa (tidak terbatas pada Istisqa’ saja).
Pendapat yang kuat menurut saya (Imam al-Mubarakfuri) bahwa mengangkat kedua tangan berdoa
setelah shalat itu hukumnya boleh. Jika seseorang melakukannya, maka boleh insya Allah. Allah Maha
Maha Tinggi dan Mah Mengetahui67.
Doa dengan mengangkat tangan pula memiliki beberapa cara:
Pertama, dengan punggung telapak tangan ke atas, berdasarkan hadits:
ِ
ِ ِ اَّل
) الس َماء
َش َار بِظَ ْ ِ َ فْاَّلي ِو إِ َذل اَّل
َ َصلاَّلى اللاَّلو َعلَْي ِو َو َسلاَّل َم ا ْستَ ْس َ ى ف
َ الناَّلِب
ّ ( إف: قَػ ْولو
Hadits: “Sesungguhnya Rasulullah Saw ketika Istisqa’ memberikan isyarat dengan punggung telapak
tangannya ke langit (ke atas)”. (HR. Muslim). Imam an-Nawawi berkata:
ِ اؿ َرت
َوإِ َذا َد َعا، الس َماء
ُّ ىم
السناَّلة ِيف ُ ّل ُد َعاء لَِفْ ِع بََالء َ الْ َ ْح ِط َوَْؿتوه أَ ْف ػَْفَع َ َد ْ ِو َوََْي َعل ظَ ْ َ فْاَّلي ِو إِ َذل اَّل
َ َ َ َق
ْ اعة م ْن أ
ْ َص َحابنَا َو َا ْري
ِ لِس ِاؿ َشيء وَْحت
. اضتَ ِد ث
ْ الس َماء اِ ْ تَ ُّ وا َِ َ ا
صيلو َج َع َل بَطْن َ فْاَّلي ِو إِ َذل اَّل
َُ
َ ْ
Sekelompok ulama Mazhab Syafi’i dan ulama lain berpendapat: Sunnah dalam setiap doa untuk menolak
bala seperti kemarau panjang dan sejenisnya dengan cara mengangkat kedua tangan dan menjadikan
punggung telapak tangan ke arah langit (ke atas). Jika berdoa untuk memohon sesuatu yang ingin
dihasilkan, maka menjadikan kedua telapak tangan ke langit (ke atas). Mereka berdalil dengan hadits
ini68.
Kedua, mengusapkan kedua tangan ke wajah, berdasarkan hadits:
: عن عم بن اطتطاب رضي اللّو تعاذل عنو قاؿ
َيسح ما وج َ و
ُ اف
َ رسوؿ اللّو صلى اللّو عليو وسلم إذا رفع د و يف الدعاء دل طاَّل ما َّت
Dari Umar bin al-Khaththab, ia berkata: “Rasulullah Saw apabila mengangkat kedua tangannya berdoa,
ia tidak menurunkan kedua tangannya hingga ia mengusapkan kedua tangannya ke wajahnya”. (HR. atTirmidzi). Komentar al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani dalam kitab Bulugh al-Maram tentang status hadits
ini:
ولو أي ضتد ث الرتم ي شواىد من ا عند أيب داود من د ث ابن عباس واريه وغتموع ا ضي ب و د ث سن
Ada beberapa hadits lain yang semakna (syawahid) dengan hadits riwayat at-Tirmidzi ini, terdapat dalam
Sunan Abi Daud dari hadits Ibnu Abbas dan lainnya, secara keseluruhan mengangkat derajat hadits ini
menjadi hadits Hasan.
67
68
Imam al-Mubarakfuri, Tuhfat al-Ahwadzi Syarh Sunan at-Tirmidzi: 1/331.
Imam an-Nawawi, Syarh an-Nawawi ‘ala Muslim: 3/300.
70
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
Pertanyaan 50: Apakah dalil zikir setelah shalat?
Jawaban:
Imam an-Nawawi menyebutkan dalam kitab al-Adzkar:
: ورو نا يف صحيح مسلم عن ثوباف رضي اللّو عنو قاؿ
: اف رسوؿ اللّو صلى اللّو عليو وسلم إذا ا ص ؼ من صالتو است ف ثالثاً وقاؿ
ِ ت ا َذا اصت
ْ الؿ َوا ِإل
ك اَّل
ت اَّل
َ الـ َوِمْن
َ ْبار
َ ْ اللاَّل ُ اَّلم أ
ُ الس
ُ الس
َ
َ َالـ ت
ِ استػ ْ ِف اللاَّلو: يف االست فار ؟ قاؿ: قيل لِلوزاعي وىو أ د رواة اضتد ث
َأستَػ ْفُ اللاَّلو
ْ َ ُ َْ
" ِاـ
Telah diriwayatkan kepada kami dalam Shahih Muslim dari Tsauban, ia berkata:
Rasulullah Saw ketika selesai shalat, beliau beristighfar tiga kali dan mengucapkan:
“Ya Allah, Engkaulah Maha Keselamatan, dari-Mu keselamatan, Maha Berkah, wahai Pemilik Kemuliaan
dan Keagungan”.
Dikatakan kepada al-Auza’i -salah seorang perawi hadits- “Bagaimanakah beristighfar itu?”.
Beliau menjawab, “Aku memohon ampun kepada Allah, aku memohon ampun kepada Allah”.
: ورو نا يف صحيحي البخاري ومسلم عن اظت رية بن شعبة رضي اللّو عنو
: أف رسوؿ اللّو صلى اللّو عليو وسلم اف إذا ف غ من الصالة وسلّم قاؿ
ِ ٍ
ُ ك لَوُ لَوُ اظت ْل
َ ِ " ال إلوَ إِالاَّل اللاَّلوُ َو ْ َدهُ ال َش
ٌ ك َولَوُ اضتَ ْم ُد َوُى َو على ُ ّل َش ْيء قَد
ُِ ِ
ِ
ِ
" ك اصتَ ُّد
َ ت َوال َػْنػ َف ُع َذا اصتَ ِّدد مْن
ْ اللاَّل ُ اَّلم ال ما ِ َع ل َما
َ ت َوالَ ُم ْعط َي ل َما َمنَػ ْع
َ أعطَْي
Telah diriwayatkan kepada kami dalam Shahih al-Bukhari dan Muslim, dari al-Mughirah bin Syu’bah,
Sesungguhnya Rasulullah Saw apabila selesai shalat, beliau mengucapkan:
“Tiada tuhan selain Allah, Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya kekuasaan, bagi-Nya pujian, Ia
Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, tidak ada yang mencegah terhadap apa yang Engkau berikan
dan tidak ada yang dapat memberi terhadap apa yang Engkau tahan. Yang bersungguh-sungguh tidak
akan mendatangkan manfaat, dari-Mu lah kesungguhan itu”.
ورو نا يف صحيح مسلم عن عبد اللّو بن اللبري رضي اللّو عن ما
: سلم
أ و اف وؿ ُدبػَُ ّل صالة
71
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
ِ ٍ
ُ ك لَوُ لَوُ اظت ْل
َ " ال إلوَ إِالاَّل اللاَّلوُ َو َدهُ ال َش
ٌ ك َولَوُ اضتَ ْم ُد َوُى َو َع َلى ُ ّل َش ْيء قَد
ُ
ض ُل َولَوُ الثاَّلناءُ اضتَ َس ُن
ْ ال َ ْوَؿ َوالَ قُػ اَّلوَة إِالاَّل باللّو ال إِلوَ إِالاَّل اللّو َوالَ َػ ْعبُ ُد إِالاَّل إ اَّلاهُ لَوُ النػ ِّْدع َمةُ ولَوُ ال َف
"ف
َ الكافِ و
ُ
ِ ِال إلو إِالاَّل اللّو ؼتُْل
الد َن َولَ ْو َ َِه
ص َ لَوُ ِّد
َ
و اف رسوؿ اللّو صلى اللّو عليو وسلم لّل ّن ُدبػَُ ُ ِّدل صالة: قاؿ ابن اللبري
Telah diriwayatkan kepada kami dalam Shahih Muslim dari Abdullah bin az-Zubair, ia mengucapkan doa
ini setelah selesai shalat, ketika mengucapkan salam:
Tidak ada tuhan selain Allah, Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya kekuasaan, bagi-Nya pujian,
Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tiada daya dan upaya kecuali dengan Allah. Tidak ada tuhan selain
Allah. Kita tidak menyembah kecuali kepada-Nya, Dialah pemilik karunia dan keutamaan. Bagi-Nya
pujian yang baik. Tidak ada tuhan selain Allah. Ikhlas beribadah kepada-Nya karena menjalankan agama
Islam walaupun orang-orang kafir benci”.
Ibnu az-Zubair berkata: “Rasulullah Saw bertakbir menggunakan takbir ini selesai shalat”.
: ورو نا يف صحيحي البخاري ومسلم عن أيب ى ة رضي اللّو عنو
ُّ ذىب أىل
صلُّوف ما ُصلِّدي
َ ُ العلى والنعيم اظت يم
ُ الدثُور بالدرجات
َ : أف ف اء اظت اج ن أتوا رسوؿ اللّو صلى اللّو عليو وسلم ف الوا
" أال أ َُعلِّد ُم ُك ْم َشْيئاً تُ ْد ِرُ و َف بِِو َم ْن: و صوموف ما صوـ وعتم فضل من أمواؿ ّ وف ا و عتم وف وَياىدوف و تص ّدقوف ف اؿ
ِ
ِ ْسبػ َ ُكم وتَسبِ ُو َف بِِو من بػع َد ُؾ ِِـ والَ ُكو ُف أ ٌد أف
تُ َسبِّد ُحو َف: بلى ارسوؿ اللّو قاؿ: صنَػ ْعتُ ْم ؟ قالوا
َ َ
َ صنَع مثْ َل ما
َ ض َل مْن ُك ْم إِالاَّل َم ْن
َ َ ْ َْ ْ َ
ْ َ ْ ََ
" َ صالةٍ ثَالثاً َوثَالث
َ َوَْحت َم ُدو َف َوتُ َكبِّدػُو َف َخ ْل
َ ف ُ ّل
اضتمد للاَّلو واللاَّلو أ رب َّت كوف من ّن لُّ ن ثالث
ُ سبحاف اللاَّلو و: قاؿ أبو صاحل ال اوي عن أيب ى ة ظتا سئل عن يفية ذ ه ؟ وؿ
رتع َدثْ بفتح الداؿ وإسكاف الثاء اظتثلثة وىو اظتاؿ الكثري: الدثور. وثالثوف
Telah diriwayatkan kepada kami dalam Shahih al-Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah:
Sesungguhnya orang-orang fakir dari kalangan Muhajirin datang kepada Rasulullah Saw, mereka
berkata: “Orang-orang yang kaya naik ke tingkatan yang tinggi dan kenikmatan yang abadi, mereka
shalat seperti kami shalat, mereka berpuasa seperti kami berpuasa, mereka memiliki kelebihan harta,
mereka bisa melaksanakan haji , umrah, berjihad dan bersedekah”.
Rasulullah Saw bersabda: “Maukah kamu aku ajarkan sesuatu yang membuat kamu mendapatkan apa
yang diperoleh orang-orang sebelum kamu dan kamu dapat mendahului orang-orang setelah kamu dan
tidak ada seorang pun yang lebih baik daripada kamu selain orang yang melakukan amal seperti yang
kamu lakukan?”. Mereka menjawab, “Ya wahai Rasulullah”.
Rasulullah Saw menjawab: “Kamu bertasbih, bertahmid dan bertakbir setiap selesai shalat 33 kali”.
72
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
Abu Shalih –perawi hadits- berkata dari Abu Hurairah ketika ia ditanya tentang cara menyebutnya:
“Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah dan Allah Maha Besar”. Setiap kalimat ini disebut sebanyak 33
kali.
ورو نا يف صحيح مسلم عن عب بن ُع ْ َة رضي اللّو عنو
ِ
ِ
ِ
: صالةٍ َمكْتُوبٍَة
ٌ " ُم َع: عن رسوؿ اللّو صلى اللّو عليو وسلم قاؿ
َ يب قائلُ ُ اَّلن ْأو فاعلُ ُ اَّلن ُدبػَُ ُ ّل
ُ َ َِّدبات ال
ِ
ِ
" يد ًة و ْأربعاً َوثَالثِ َ تَ ْكبِريًة
َ يحةً َوثَالثاً َوثَالثِ َ َْحت ِم
َ ثَالثاً َوثَالث َ تَ ْسب
Diriwayatkan kepada kami dalam Shahih Muslim dari Ka’ab bin ‘Ujrah, dari Rasulullah Saw, beliau
bersabda:
“Kalimat-kalimat, orang yang mengucapkan dan mengamalkannya tidak akan sia-sia, setiap selesai
shalat wajib: 33 kali tasbih, 33 tahmid dan 34 kali takbir”.
ورو نا يف صحيح مسلم عن أيب ى ة رضي اللّو عنو
َِ " من سباَّلح اللاَّلو يف دب ِ ُ ِّدل صالةٍ ثَالثاً وثَالثِ و: عن رسوؿ اللّو صلى اللّو عليو وسلم قاؿ
ًزت َد اللاَّلوَ ثَالثاً َوثَالث َ وَ باَّلػَ اللاَّلوَ ثَالثا
َ
ُُ َ َ َ ْ َ
ََ َ
: قاؿ َدت َاـ اظتئة
َ َوثَالثِ َ َو
ِ َال إِلو إِالاَّل اللاَّلو و َده ال ش ِ ك لو لَو اظت ْلك ولَو اضتم ُد وىو على ُ ل شي ٍء ق
د
َ
ٌ َْ ّ
ََُ َْ ُ َ ُ ُ ُ َ َ ُ ْ َ ُ
ِ
" ِ ت ِمثْ َل َزبَ ِد البَ ْح
ْ َاُف
ْ َ ت َخطا اهُ َوإ ْف َ ا
Diriwayatkan kepada kami dalam Shahih Muslim dari Abu Hurairah, dari Rasulullah Saw, beliau berkata:
“Siapa yang bertasbih selesai shalat 33 kali, bertahmid 33 kali dan bertakbir 33 kali, dia sempurnakan
seratus dengan: Tiada tuhan selain Allah, Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya kuasa, bagi-Nya
pujian, Ia Maha Kuasa atas segala sesuatu”.
Maka diampuni dosanya meskipun sebanyak buih di lautan.
: ورو نا يف صحيح البخاري يف أوائل تاب اصت اد عن سعد بن أيب وقاص رضي اللّو عنو
: تعوذ ُدبػَُ الصالة الء الكلمات
ّ أف رسوؿ اللّو صلى اللّو عليو وسلم اف
ِ َك أ ْف أُراَّلد إذل أَرذ
ِْب وأعُوذُ ب
ِ
ِ
ِ ُْك ِمن اصت
ُّ ك ِم ْن فْتػنَ ِة
الد ْيا
ؿ
َ ِالعم ِ وأعُوذُ ب
َ
ْ
ُ
َ
َ
َ َ " اللاَّل ُ اَّلم إ ِّدين أَعُوذُ ب
ِْ َ ال
" رب
ِ َ ك من َع
ِ
اب
ْ َ وأعُوذُ ب
Telah diriwayatkan kepada kami dalam Shahih al-Bukhari dalam awal-awal kitab al-Jihad, dari Sa’ad bin
Abi Waqqash, sesungguhnya Rasulullah Saw memohon perlindungan kepada Allah setiap selesai shalat
dengan kalimat-kalimat ini:
73
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
“Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari sikap pengecut, aku berlindung kepada-Mu dikembalikan
kepada usia yang hina, aku berlindung kepada-Mu dari fitnah dunia dan aku berlindung kepada-Mu dari
azab kubur”.
ورو نا يف سنن أيب داود والرتم ي والنسائي عن عبد اللّو بن عم و رضي اللّو عن ما
ِ
ِ
ِ ضتاف أو خلاَّل
ِ َ " خصل: عن النِب صلى اللّو عليو وسلم قاؿ
ِ ُ ِتاف ال ُ اف
ْ َ
َ ْ
ٌظ َعلَْي َما َعْب ٌد ُم ْسل ٌم إالاَّل َد َخ َل اصتَناَّلةَ ُُهَا َسري
ّ
ِ سبِّدح اللاَّلو تَعاذل دبػ ُ ل صالةٍ ع ْ اً وَ مد ع ْ اً و َك ِّدرب ع ْ اً فَ َ ل: ومن ػعمل ِِما قَلِيل
ِ ك ستَْسو َف
ِومئَةٌ باللِّدساف
َ ُ َ ُ َ ْ َ َ َ ّ َُ ُ
ُ ُ َ ُ ٌ َ ُ َ َْ ْ ََ
ُ َ
ِِ ٍِ
ِ
ٌلك ِمئَة
ْ أخ َ َم
ٌ ْوأل
َ َ َض َ َعةُ َو ْ َم ُد ثَالثاً َوثَالث َ َوُ َسبِّد ُح ثَالثاً َوثَالث َ ف
َ َوُ َكبِّدػ ُ ْأربَعاً َوثَالث َ إذَا. ف وستَْ ُسمئَة يف اظت َيلا
ِ باللِّد
ارسوؿ اللّو يف: فل د رأ ت رسوؿ اللّو صلى اللّو عليو وسلم ع دىا بيده قالوا: قاؿ. " باظتيل ِاف
ٌ ساف و
َ ألف
ِِ
ِِ
صالتِِو
َ " ِيت أ َ َد ُ ْم عين ال يطاف يف َمنامو فَػيُػنَػ ِّدوُموُ قَػْب َل أ ْف ػَ ُولَوُ و تيو يف: ُها سري ومن عمل ما قليل ؟ قاؿ
اجةً قَػْب َل أ ْف ػَ ُوَعتَا " إسناده صحيح إال أف فيو عطاء بن السائب وفيو اختالؼ بسبب اختالطو وقد أشار
َ ُفَػيُ َ ِّد َه
وب السختياين إذل صحة د ثو ى ا
ُ أ
Telah diriwayatkan kepada kami dalam Sunan Abi Daud, at-Tirmidzi, an-Nasa’I dari Abdullah bin ‘Amr,
dari Rasulullah Saw:
“Ada dua perbuatan baik yang dilakukan seorang hamba yang muslim, maka ia akan masuk surga.
Keduanya ringan dan orang yang melakukannya sedikit:
“Bertasbih setelah selesai shalat 10 kali, bertahmid 10 kali, bertakbir 10 kali, maka itu terhitung 150 di
lidah dan 1500 di timbangan amal.
Bertakbir 34 kali ketika akan tidur, bertahmid 33 kali dan bertasbih 33 kali. Aka itu seratus di lidah dan
seribu di timbangan amal.
“Saya melihat Rasulullah Saw menghitung dengan tangannya”. Mereka berkata, “Wahai Rasulullah,
bagaimana mungkin amal itu ringan akan tetapi yang mengamalkannya sedikit?”.
Rasulullah Saw menjawab: “Datang setan kepada salah seorang kamu dalam tidurnya, lalu membuatnya
tertidur sebelum ia sempat membaca doa ini. Setan juga datang ketika ia shalat, setan itu mengingatkan
hajatnya sebelum ia sempat mengucapkan doa ini”.
Sanad hadits ini shahih, hanya saja terdapat ‘Atha’ bin as-Sa’ib, ada perbedaan pendapat tentang diriya
disebabkan ia pikun. Abu Ayyub mengisyaratkan keshahihan hadits riwayatnya ini.
: ورو نا يف سنن أيب داود والرتم ي والنسائي واريىم عن ع بة بن عام رضي اللّو عنو قاؿ
74
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
باظتعوذات " فينب ي أف
ّ " ويف روا ة أيب داود. باظتعوذت ُدبػَُ ل صالة
ّ أم ين رسوؿ اللّو صلى اللّو عليو وسلم أف أق أ
ب الناس
ّ ب الفل وقل أعوذ ب
ّ قل ىو اللّو أ د وقل أعوذ ب: أ
Telah diriwayatkan kepada kami dalam Sunan Abu Daud, at-Tirmidzi, an-Nasa’I dan selain mereka dari
‘Uqbah bin ‘Amir, ia berkata:
“Rasulullah Saw memerintahkan saya membaca al-Mu’awwidzatain (al-Falaq dan an-Nas) setiap selesai
shalat. Dalam riwayat Abu Daud: al-Mu’awwidzat, selayaknya membaca: al-Ikhlash, al-Falaq dan an-Nas.
: ورو نا ب سناد صحيح يف سنن أيب داود والنسائي عن معاذ رضي اللّو عنو
ِ أ: اؿ
يك ا ُمعاذُ ال تَ َد َع اَّلن
َ َك ف
َ أف
َ ُوص
َ ُّ " ا ُم َعاذُ َواللاَّل ِو إِ ّين ألُ ِ ب: رسوؿ اللاَّلو صلى اللّو عليو وسلم أخ بيده وقاؿ
: وؿ
ُ ُ صالةٍ تَػ
َ ِيف ُدبُِ ُ ّل
ِ
ِ
ِ
"ك
َ ِبادت
َ اللاَّل ُ اَّلم أع ِّدين على ذ ْ ِ َؾ َو ُش ْك ِ َؾ َو ُ ْس ِن ع
Diriwayatkan kepada kami dengan sanad shahih dalam Sunan Abu Daud, an-Nasa’I dari Mu’adz:
Sesungguhnya Rasulullah Saw menarik tangannya seraya berkata:
“Wahai Mu’adh, demi Allah aku menyayangimu. Aku wasiatkan kepadamu wahai Mu’adz, janganlah
engkau meninggalkan setiap selesai shalat agar engkau ucapkan:
“Ya Allah, tolonglah aku agar mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu dan beribadah dengan ibadah yang
baik kepada-Mu”.
" واضتل َف
: السين عن أ س رضي اللّو عنو قاؿ
ّ ورو نا يف تاب ابن
: مسح جب تَو بيده اليمِن ُث قاؿ
ُ ا َف
َ رسوؿ اللاَّلو صلى اللّو عليو وسلم إذا قَضى صالتَو
ِ
ِ
ِ اَّل
ب َع ِّدين اعتَ اَّلم
ْ يم اللاَّل ُ اَّلم أ ْذى
ُ " أ ْش َ ُد أ ْف ال إلوَ إالاَّل اللوُ الاَّل ْزتَ ُن الاَّل
Telah diriwayatkan kepada kami dalam kitab Ibnu as-Sinni, dari Anas, ia berkata:
Rasulullah Saw ketika selesai shalat, beliau mengusap keningnya dengan tangan kanan sambil
mengucapkan:
“Aku bersaksi tiada tuhan selain Allah, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Ya Allah, hilangkanlah
dariku susah hati dan kesedihan”.
75
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
: ورو نا فيو عن أيب أُمامة رضى اللّو عنو قاؿ
: تطوع إال شتعتُو وؿ
ُّ وت من رسوؿ اللّو صلى اللّو عليو وسلم يف ُدبُ مكتوبة وال
ُ ما د
ِ
اي ُ لاَّل ا اللاَّل ُ اَّلم ا ْعِ ْ ِين
َ " اللاَّل ُ اَّلم ا ْافْ رل ذُ ُويب َو َخطا
ِ ِالؽ إ اَّلو الَ ػ ِدي ل
ِ ِواجبػ ِين واى ِدِين ل
ِ ماؿ واألخ
ت
ُ ِص
ْ صالح
ْ َ ُْ ْ
ْ َ ِ األع
َ َْؼ َسيِّدئَ ا إِالاَّل أ
ْ َ َصاضت ا َوال
َْ ُ
َ
َ
"
Telah diriwayatkan kepada kami dari Abu Umamah, ia berkata:
“Setiap kali saya mendekati Rasulullah Saw setelah selesai shalat wajib dan sunnat, beliau
mengucapkan:
“Ya Allah, ampunilah dosaku dan kesalahanku semuanya. Ya Allah senangkanlah aku, cukupkanlah aku,
berikanlah hidayah kepadaku untuk beramal shaleh dan berakhlaq, sesungguhnya tidak ada yang
menunjukkan hidayah kepada kebaikannya dan tidak ada yang memalingkan kejelekannya kecuali
Engkau”.
"َ
: اطتدري رضي اللّو عنو
ورو نا فيو عن أيب سعيد
ّ
: النِب صلى اللّو عليو وسلم اف إذا ف غ من صالتو ال أدري قبل أف سلِّدم أو بعد أف سلِّدم وؿ
ّ أف
ِ
ِِ
ِ ك ر ِّد
ِ
العالَ ِم
ٌ ب العاَّللةِ َع اَّلما َص ُفو َف َو َس
ّ الـ على اظتُْ َسل َ َواضتَ ْم ُد للاَّلو َر
َ ب
َ َ " ُسْبحا َف ربِّد
Diriwayatkan kepada kami dari Abu Sa’id al-Khudri, sesungguhnya Rasulullah Saw ketika selesai shalat,
saya tidak tahu apakah sebelum salam atau setelah salam, ia mengucapkan:
“Maha Suci Tuhanmu, Tuhan keagungan, Maha Suci ia dari apa yang mereka sifati. Kesalamatan bagi
para rasul. Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam”.
" اؾ
َ
: ورو نا فيو عن أَ س رضي اللّو عنو قاؿ
: اف النِب صلى اللّو عليو وسلم وؿ إذا ا ص ؼ من الصالة
ِ
ِ
ِ
ْاج َع ْل َخْيػَ أَاَّلامي َػ ْوَـ أل
ْ اج َع ْل َخْيػَ عُ ُم ِي آخَهُ َو َخْيػَ َع َملي َخوادتَوُ َو
ْ " اللاَّل ُ اَّلم
Telah diriwayatkan kepada kami dari Anas, Rasulullah Saw mengucapkan ini ketika selesai shalat:
“Ya Allah, jadikanlah kebaikan umurku di akhirnya. Kebaikan amalku penutupnya. Dan jadikanlah
kebaikan hari-hariku ketika aku bertemu dengan-Mu”.
76
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
: ورو نا فيو عن أيب بك ة رضي اللّو عنو
: أف رسوؿ اللّو صلى اللّو عليو وسلم اف وؿ يف ُدب الصالة
ِ َ ك ِمن ال ُك ْف ِ وال َف ْ ِ و َع
ِ
"اب ال َ ِْرب
َ
َ
َ َ "اللاَّل ُ اَّلم إين أعُوذُ ب
Diriwayatkan dari Abu Bakarah, sesungguhnya Rasulullah Saw mengucapkan ini selesai shalat:
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kekafiran, kefakiran dan azab kubur”.
: ورو نا فيو ب سناد ضعيف عن فضالة بن عبيد اللّو قاؿ
ِ " إ َذا صلاَّلى أ ُد ُ م فَػ ْليبدأ بِتح ِم: قاؿ رسوؿ اللّو صلى اللّو عليو وسلم
يد اللاَّل ِو تَعاذل َوالثاَّلناء َعلَْي ِو ُُثاَّل ُ َ ِّد
الناَّلِب
ْ َ َ َْ ْ َ َ
ّ صلي على
" َصلى اللّو عليو وسلم ُُثْ ليَ ْدعُو ِِبَا َشاء
Telah diriwayatkan kepada kami dengan sanad dha’if, dari Fadhalah bin ‘Ubaidillah, ia berkata:
Rasulullah Saw bersabda: “Apabila salah seorang kamu berdoa, maka hendaklah ia memulainya dengan
memuji Allah, kemudian bershalawat kepada nabi, kemudian berdoa dengan doa yang ia inginkan”.
Pertanyaan 51: Apakah ada dalil zikir jahar setelah shalat?
Jawaban:
. ؼ ا ضاء صالة رسوؿ اللّو صلى اللّو عليو وسلم بالتكبري
ُ نت أع
ُ : عن ابن عباس رضي اللّو عن ما قاؿ
رفع الصوت بال
َ أف: ويف روا ة مسلم " نّا " ويف روا ة يف صحيحي ما عن ابن عباس رضي اللّو عن ما
. الناَّلاس من اظتكتوبة ا َف على ع ِد رسوؿ اللّو صلى اللّو عليو وسلم
ُ نص
ُ ؼ
أعلم إذا ا ص فوا ب لك إذا شتعتُو
ُ : وقاؿ ابن عباس
ُ نت
Telah diriwayatkan kepada kami dalam Shahih al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas, beliau berkata:
“Aku mengetahui bahwa shalat Rasulullah Saw telah selesai ketika terdengar suara takbir”.
Dalam riwayat Muslim disebutkan, “Kami mengetahui”.
Dalam riwayat lain dalam Shahih al-Bukhari dan Muslim, dari Ibnu Abbas, “Sesungguhnya mengeraskan
suara ketika berzikir selesai shalat wajib telah dilakukan sejak masa Rasulullah Saw”.
77
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
Ibnu Abbas berkata, “Saya mengetahui bahwa mereka telah selesai melaksanakan shalat ketika saya
mendengarnya”. (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Pendapat Syekh Ibnu ‘Utsaimin:
ع ب الصالة اظتكتوبة؟
ما كم رفع الصوت بال: فضيلة ال يخ:الس اؿ
. إال إذا اف إذل جنبك رجل تم وخت ى إف رفعت الصوت أف ت وش عليو فال ت فع صوتك، سنة:ال يخ
( اف رفع الصوت: الدليل د ث عبد اهلل بن عباس رضي اهلل عن ما يف صحيح البخاري قاؿ: والدليل ا شيخ؟ ال يخ:السائل
.) و نت أع ؼ ا ضاء صاليت ب لك،نص ؼ الناس من اظتكتوبة على ع د النِب صلى اهلل عليو وسلم
بال
Penanya:
Syekh yang mulia, apa hukum mengangkat suara berzikir setelah shalat wajib?
Syekh Ibnu ‘Utsaimin:
Sunnah, kecuali jika di samping anda ada seseorang yang menyempurnakan shalat dan anda khawatir
jika anda mengangkat suara anda akan mengganggunya, maka jangan keraskan suara anda.
Penanya:
Dalilnya syekh?
Syekh Ibnu ‘Utsaimin:
Hadits Abdullah bin Abbas dalam Shahih al-Bukhari: “Mengangkat suara berzikir ketika setelah selesai
shalat wajib telah ada pada masa Rasulullah Saw, saya mengetahui shalat telah selesai dengan itu”.
Ayat Memerintahkan Zikir Sirr.
Ada ayat yang memerintahkan agar berzikir sirr di dalam hati. Allah Swt berfirman:
اصتَ ْ ِ ِم َن الْ َ ْوِؿ بِالْ ُ ُد ِّدو
ْ ضُّ ًعا َو ِخي َفةً َو ُدو َف
َ ك ِيف ػَ ْف ِس
َ َواذْ ُ ْ َرباَّل
َ َك ت
“Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan
dengan tidak mengeraskan suara”. (Qs. al-A’raf *7+: 205).
Imam as-Suyuthi memberikan jawaban dalam kitab Natijat al-Fikr fi al-Jahr bi adz-Dzikr:
78
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
اف النِب صلى اهلل
إهنا مكية ألهنا من األع اؼ وىي مكية آ ة اإلس اء )وال جت بصالتك وال ختافت ا ( وقد للت:األوؿ
عليو وآلو وسلم َي بال آف فيسمعو اظت وف فيسبوف ال آف ومن أ للو فام ه اهلل برتؾ اصت سدا لل ر عة ما هنى عن سب األصناـ
. )وال تسبوا ال ن دعوف من دوف اهلل فيسبوا اهلل عدوا ب ري علم( وقد زاؿ ى ا اظتعِن:يف قولو
Pertama: ayat ini turun di Mekah, karena bagian dari surat al-A’raf, surat ini turun di Mekah, seperti
ayat dalam surat al-Isra’: “Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah
pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu”. (Qs. al-Isra’ *17 +: 110), ayat ini
turun ketika Rasulullah Saw membaca al-Qur’an secara jahr lalu didengar orang-orang musyrik, lalu
mereka mencaci maki al-Qur’an dan Allah yang menurunkannya, maka Allah memerintahkan agar
jangan membaca jahr untuk menutup pintu terhadap perbuatan tersebut, sebagaimana dilarang
mencaci-maki berhala dalam ayat: “Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka
sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa
pengetahuan”. (Qs. al-An’am *6 +: 108).
أف رتاعة من اظتفس ن من م عبدال زتن بن ل د بن أسلم شيخ مالك وابن ج زتلوا اآل ة على ال اؿ ق اءة ال آف وأ و:والثاين
أم ه بال على ى ه الصفة تعظيما لل آف الك أف ت فع األصوات عنده و و و اتصالو ب ولو تعاذل )وإذا ق ئ ال آف فاستمعوا لو
(وا صتوا لعلكم ت زتوف
Kedua: sekelompok ahli Tafsir, diantara mereka Abdurrahman bin Yazid bin Aslam guru Imam Malik dan
Ibnu Jarir memaknai perintah zikir sirr ini ketika ada bacaan al-Qur’an. Diperintahkan zikir sirr ketika ada
bacaan al-Qur’an untuk mengagungkan al-Qur’an. Ini kuat hubungannya dengan ayat: “Dan apabila
dibacakan Al Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu
mendapat rahmat”. (Qs. al-A’raf *7 +: 204).
ما ذ ه علماء الصوفية من أف األم يف اآل ة خاص بالنِب صلى اهلل عليو وآلو وسلم واما اريه فمن ىو ػتل الوساوس:الثالث
واطتواط فم مور باصت أل و أشد ت ثريا يف دفع ا
Ketiga: Sebagaimana yang disebutkan para ulama Tasauf bahwa perintah dalam ayat ini khusus kepada
Rasulullah Saw, adapun kepada selain Rasulullah Saw maka mereka adalah tempatnya was-was dan
lintasan hati, maka diperintahkan zikir jahr karena zikir jahr itu lebih kuat pengaruhnya dalam menolak
was-was.
Ayat lain yang memerintahkan zikir sirr:
(الْ ُم ْعتَ ِد َن
ب
ُّ ُِ ضُّ ًعا َو ُخ ْفيَةً إِاَّلوُ َال
َ َ) ْادعُوا َرباَّل ُك ْم ت
“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang melampaui batas”. (Qs. Al-A’raf: 55).
Jawaban:
أف ال اجح يف تفسريه أ و جتاوز اظت مور أو اخرتاع دعوة ال أصل عتا يف ال ع فعن عبداهلل بن م فل رضي اهلل عنو أ و شتع ابنو:ا دُها
( الل م إين أس لك ال ص األبيض عن َي اصتنة ف اؿ إين شتعت رسوؿ اهلل صلى اهلل عليو وآلو وسلم وؿ« كوف يف األمة قوـ:وؿ
.)عتدوف يف الدعاء والط ور» وق أ ى ه اآل ة ف ا تفسري صحايب وىو أعلم باظت اد
Pertama: Pendapat yang kuat tentang makna melampaui batas dalam ayat ini adalah melampaui batas
yang diperintahkan, atau membuat-buat doa yang tidak ada dasarnya dalam syariat Islam, diriwayatkan
dari Abdullah bin Mughaffal, ia mendengar anaknya berdoa: “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu istana
79
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
yang putih di sebelah kanan surga”, maka Abdullah bin Mughaffal berkata: “Aku pernah mendengar
Rasulullah Saw bersabda: “Ada di antara ummatku suatu kaum yang melampaui batas dalam berdoa dan
bersuci. Kemudian ia membaca ayat ini: “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara
yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”. (Qs. Al-A’raf * 7+:
55). Ini penafsiran seorang shahabat nabi tentang ayat ini, ia lebih mengetahui maksud ayat ini.
والدعاء خبصوصو األفضل فيو اإلس ار أل و أق ب إذل اإلجابة ول ا قاؿ تعاذل
على ت د التسليم فاآل ة يف الدعاء ال يف ال:الثاين
.()إذ ادى ربو داء خفيا
Kedua: ayat ini tentang doa, bukan tentang zikir. Doa secara khusus lebih utama dengan sirr, karena
lebih dekat kepada dikabulkan, sebagaimana firman Allah: “Yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya
dengan suara yang lembut”. (Qs. Maryam *19+: 3).
Keutamaan Zikir Jahr Bersama-sama Menurut al-Qur’an dan Sunnah.
Banyak ayat-ayat al-Qur’an menyebut kata zikir dalam bentuk jamak.
Firman Allah Swt:
ِ
ِ
ودا َو َعلَى ُجنُوِِ ْم
ً ُالاَّل َن َ ْ ُ ُو َف اللاَّلوَ قيَ ًاما َوقُػع
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring”.
(Qs. Al ‘Imran *3+: 191).
Firman Allah Swt:
ِ
ِ ِ
ِ
ِ
ِ
يما
َ َوال اَّل ا ِ َن اللاَّلوَ َ ث ًريا َوال اَّل ا َات أ
ْ َع اَّلد اللاَّلوُ َعتُ ْم َم ْفَةً َوأ
ً َجًا َعظ
“Laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak
menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar”. (Qs.
Al-Ahzab [33]: 35).
Firman Allah Swt:
ِ ) وسبِّدحوه ب ْك ًة وأ41( ا أَػُّ ا الاَّل ِ ن آَمنُوا اذْ ُ وا اللاَّلو ِذ ْ ا َ ثِريا
)42( َص ًيال
َ َ
َ َ
َ َ ُُ ُ ََ
ً ً َ ُ
“Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyakbanyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang”. (Qs. Al-Ahzab [33]: 41-42).
Hadits-Hadits Tentang Zikir Jahr Beramai-ramai dan Keutamaannya.
80
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
Hadits Pertama:
ف ذا
قاؿ رسوؿ اهلل صلى اهلل عليو وآلو وسلم «إف هلل مالئكة طوفوف يف الط ؽ تلمسوف أىل ال:عن أيب ى ة رضي اهلل عنو قاؿ
ما: فيس عتم ر م وىو أعلم من م: فيحفوهنم ب جنحت م إذل السماء الد يا قاؿ:وف اهلل تنادوا ىلموا إذل اجتكم قاؿ
وجدوا قوما
: ىل رأوين؟ قاؿ في ولوف ال واهلل ما رأوؾ قاؿ: ولوف سبحو ك و كربو ك و مدو ك وَي دو ك قاؿ في وؿ:وؿ عبادي؟ قاؿ
: يف لو رأوين؟ قاؿ ولوف لو رأوؾ ا وا أشد لك عبادة وأشد لك دت يدا وأ ث لك تسبيحا قاؿ وؿ فما س لوين؟ قاؿ:في وؿ
وىل رأوىا؟قاؿ ولوف ال واهلل ا رب ما رأوىا قاؿ وؿ فكيف لو أهنم رأوىا؟ قاؿ في لوف لو أهنم راوىا: وؿ:س لو ك اصتنة قاؿ
ولوف من النار قاؿ وؿ وىل رأوىا ؟ قاؿ ولوف:ا وا أشد علي ا صا وأشد عتا طلبا وأعظم في ا رابة قاؿ فمم تعوذوف ؟ قاؿ
ف ش د م أين قد: ال واهلل ما رأوىا قاؿ وؿ فكيف لو رأوىا؟ قاؿ ولوف لو رأوىا ا وا أشد من ا ف ارا وأشد عتا ؼتافة قاؿ في وؿ
ى م جليس م
ىم اصتلساء ال:اف ت عتم قاؿ وؿ ملك من اظتالئكة في م فالف ليس من م إ ا جاء ضتاجة قاؿ
Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya Allah Swt memiliki para
malaikat yang berkeliling di jalan-jalan mencari ahli zikir, apabila para malaikat itu menemukan
sekelompok orang berzikir, maka para malaikat itu saling memanggil: “Marilah kamu datang kepada apa
yang kamu cari”. Para malaikat itu menutupi majlis zikir itu dengan sayap-sayap mereka hingga ke langit
dunia. Tuhan mereka bertanya kepada mereka, Allah Maha Mengetahui daripada mereka: “Apa yang
dikatakan hamba-hamba-Ku?”. Malaikat menjawab: “Mereka bertasbih mensucikan-Mu, bertakbir
mengagungkan-Mu, bertahmid memuji-Mu, memuliakan-Mu”. Allah bertanya: “Apakah mereka pernah
melihat Aku?”. Malaikat menjawab: “Demi Allah, mereka tidak pernah melihat Engkau”. Allah berkata:
“Bagaimana jika mereka melihat Aku?”. Para malaikat menjawab: “Andai mereka melihat-Mu, tentulah
ibadah mereka lebih kuat, pengagungan mereka lebih hebat, tasbih mereka lebih banyak”. Allah
berkata: “Apa yang mereka mohon kepada-Ku?”. Malaikat menjawab: “Mereka memohon surga-Mu”.
Allah berkata: “Apakah mereka pernah melihat surga?”. Malaikat menjawab: “Demi Allah, mereka tidak
pernah melihatnya”. Allah berkata: “Bagaimana jika mereka melihatnya?”. Malaikat menjawab: “Andai
mereka pernah melihat surga, pastilah mereka lebih bersemangat untuk mendapatkannya, lebih
berusaha mencarinya dan lebih hebat keinginannya”. Allah berkata: “Apa yang mereka mohonkan
supaya dijauhkan?”. Malaikat menjawab: “Mereka mohon dijauhkan dari neraka”. Allah berkata:
“Apakah mereka pernah melihat neraka?”. Malaikat menjawab: “Demi Allah, mereka tidak pernah
melihatnya”. Allah berkata: “Bagaimana jika mereka pernah melihatnya?”. Malaikat menjawab:
“Pastilah mereka lebih kuat melarikan diri dari nereka dan lebih takut”. Allah berkata: “Aku persaksikan
kepada kamu bahwa Aku telah mengampuni orang-orang yang berzikir itu”. Ada satu malaikat berkata:
“Ada satu diantara mereka yang bukan golongan orang berzikir, mereka datang karena ada suatu
keperluan saja”. Allah berkata: “Mereka adalah teman duduk yang tidak menyusahkan teman
duduknya”. (Hadits riwayat Imam al-Bukhari, Muslim, at-Tirmidzi dan Ahmad bin Hanbal).
Hadits Kedua:
81
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
ا أ ا الناس إف هلل س ا ا من اظتالئكة حتل وت ف: خ ج علينا النِب صلى اهلل عليو وآلو وسلم ف اؿ:عن جاب رضي اهلل عنو قاؿ
غتالس ال فاادوا ورو وا يف ذ اهلل وذ وا:على غتالس ال يف األرض فارتعوا يف ر اض اصتنة قالوا وأ ن ر اض اصتنة؟ قاؿ
.أ فسكم من اف ب أف علم منللتو عند اهلل فلينظ يف منللة اهلل عنده ف ف اهلل نلؿ العبد منو يث أ للو من فسو
Dari Jabir, ia berkata: “Rasulullah Saw keluar menemui kami, ia berkata: “Wahai manusia, sesungguhnya
Allah Swt memiliki sekelompok pasukan malaikat yang menempati dan berhenti di majlis-majlis zikir di
atas bumi, maka nikmatilah taman-taman surga”. Para shahabat bertanya: “Di manakah taman-taman
surga itu?”. Rasulullah Saw menjawab: “Majlis-majlis zikir. Maka pergilah, bertenanglah dalam zikir
kepada Allah dan jadikanlah diri kamu berzikir mengingat Allah. Siapa yang ingin mengetahui
kedudukannya di sisi Allah, maka hendaklah ia melihat bagaimana kedudukan Allah bagi dirinya.
sesungguhnya Allah menempatkan seorang hamba di sisi-Nya sebagaimana hamba itu menempatkan
Allah bagi dirinya”. (Hadits riwayat Al-Hakim dalam al-Mustadrak).
Komentar Imam al-Hakim terhadap hadits ini:
ى ا د ث صحيح اإلسناد و دل جاه
Hadits ini sanadnya shahih, tapi tidak disebutkan Imam al-Bukhari dan Muslim dalam kitab mereka.
Hadits Ketiga:
قاؿ رسوؿ اهلل صلى اهلل عليو وآلو وسلم «إذا م رمت ب اض اصتنة فارتعوا قالوا ا رسوؿ اهلل وما ر اض:وعن أ س رضي اهلل عنو قاؿ
. ل ال: اصتنة؟ قاؿ
Dari Anas, ia berkata: Rasulullah Saw bersabda: “Apabila kamu melewati taman surga, maka nikmatilah”,
para shahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah taman surga itu?”. Rasulullah Saw menjawab:
Halaqah-halaqah (lingkaran-lingkaran) majlis zikir”. (HR. At-Tirmidzi).
Komentar Syekh al-Albani terhadap hadits ini: Hadits Hasan. (Dalam Shahih wa Dha’if Sunan at-Tirmidzi).
Hadits Keempat:
اهلل قاؿ آهلل ما أجلسكم إال
عن أيب سعيد اطتدري قاؿ خ ج معاو ة إذل اظتس د ف اؿ ما َيلسكم قالوا جلسنا
ذاؾ قالوا واهلل ما أجلسنا إال ذاؾ قاؿ أما إين دل أستحلفكم ِتمة لكم وما اف أ د ِبنلليت من رسوؿ اهلل صلى اهلل
عليو وسلم أقل د ثا عنو مين إف رسوؿ اهلل صلى اهلل عليو وسلم خ ج على ل ة من أصحابو ف اؿ ما َيلسكم
اهلل وؿتمده ظتا ىدا ا لإلسالـ ومن علينا بو ف اؿ آهلل ما أجلسكم إال ذاؾ قالوا آهلل ما أجلسنا إال
قالوا جلسنا
ذاؾ قاؿ أما إين دل أستحلفكم لت مة لكم إ و أتاين جرب ل ف خربين أف اهلل باىي بكم اظتالئكة
Dari Abu Sa’id al-Khudri, ia berkata: Mu’awiyah pergi ke masjid, ia berkata: “Apa yang membuat kamu
duduk?”. Mereka menjawab: “Kami duduk berzikir mengingat Allah”. Ia bertanya: “Demi Allah, apakah
kamu duduk hanya karena itu?”. Mereka menjawab: “Demi Allah, hanya itu yang membuat kami
duduk”. Mu’awiyah berkata: “Aku meminta kamu bersumpah, bukan karena aku menuduh kamu, tidak
seorang pun yang kedudukannya seperti aku bagi Rasulullah Saw yang hadits riwayatnya lebih sedikit
daripada aku, sesungguhnya Rasulullah Saw keluar menemui halaqah (lingkaran) majlis zikir para
shahabatnnya, Rasulullah Saw bertanya: “Apa yang membuat kamu duduk?”. Para shahabat menjawab:
“Kami duduk berzikir dan memuji Allah karena telah memberikan hidayah Islam dan nikmat yang telah Ia
berikan kepada kami”. Rasulullah Saw berkata: “Demi Allah, kamu hanya duduk karena itu?”. Mereka
82
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
menjawab: “Demi Allah, kami duduk hanya karena itu”. Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya aku
meminta kamu bersumpah, bukan karena aku menuduh kamu, sesungguhnya malaikat Jibril telah
datang kepadaku, ia memberitahukan kepadaku bahwa Allah membanggakan kamu kepada para
malaikat”. (Hadits riwayat Imam at-Tirmidzi).
Komentar Syekh al-Albani terhadap hadits ini: Hadits Shahih. (Dalam Shahih wa Dha’if Sunan atTirmidzi).
Hadits Kelima:
اف سلماف يف عصابة وف اهلل فم م رسوؿ اهلل صلى اهلل عليو و سلم ف اءىم قاصدا َّت د ا من م فكفوا
ما نتم ت ولوف ف ين رأ ت ال زتة تنلؿ عليكم ف ببت: عن اضتد ث إعظاما ل سوؿ اهلل صلى اهلل عليو و سلم ف اؿ
أف أشار كم في ا
و قد ا ت ا جبعف بن سليماف ف ما أبو سلمة سيار بن امت اللاىد ف و عابد عص ه و قد أ ث أزتد بن نبل ال وا ة
عنو
Salman al-Farisi bersama sekelompok shahabat berzikir, lalu Rasulullah Saw melewati mereka,
Rasulullah Saw datang kepada mereka dan mendekat. Lalu mereka berhenti karena memuliakan
Rasulullah Saw. Rasulullah Saw bertanya: “Apa yang kamu ucapkan? Aku melihat rahmat turun kepada
kamu, aku ingin ikut serta dengan kamu”. (Hadits riwayat Imam al-Hakim).
Komentar Imam al-Hakim terhadap hadits ini:
ى ا د ث صحيح و دل جاه
Ini hadits shahih, tidak disebutkan Imam al-Bukhari dan Muslim dalam kitab mereka.
Komentar Imam adz-Dzahabi:
صحيح: تعلي ال ىِب قي التلخيص
Komentar Imam adz-Dzahabi dalam kitab at-Talkhish: Hadits Shahih.
Hadits Keenam:
" ال: اف رسوؿ اهلل صلى اهلل عليو وسلم إذا سلم من صالتو وؿ بصوته األعلى: وعن عبد اهلل بن اللبري قاؿ
إلو إال اهلل و ده ال ش ك لو لو اظتلك ولو اضتمد وىو على ل شيء قد ال وؿ وال قوة إال باهلل ال إلو إال اهلل ال
" إلو إال اهلل وال عبد إال إ اه لو النعمة ولو الفضل ولو الثناء اضتسن ال إلو إال اهلل ؼتلص لو الد ن ولو ه الكاف وف
رواه مسلم.
Dari Abdullah bin az-Zubair, ia berkata: Rasulullah Saw apabila telah salam dari shalat, ia mengucapkan
dengan suara yang tinggi:
ال إلو إال اهلل و ده ال ش ك لو لو اظتلك ولو اضتمد وىو على ل شيء قد ال وؿ وال قوة إال باهلل ال إلو إال اهلل
ال إلو إال اهلل وال عبد إال إ اه لو النعمة ولو الفضل ولو الثناء اضتسن ال إلو إال اهلل ؼتلص لو الد ن ولو ه الكاف وف
83
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
Komentar Syekh al-Albani dalam Misykat al-Mashabih: Hadits Shahih.
Hadits Ketujuh:
َ
ِ وؿ اللاَّلو عاَّلل وج اَّلل أََا ِعْن َد ظَ ِّدن عب ِدى َِب وأََا معو
ِ ُ اؿ رس
َ ََع ْن أََِب ُىَ ْػََة ق
َْ
ََُ َ
َ َ َ ُ ُ ُ َ « ػ-صلى اهلل عليو وسلم- وؿ اللاَّلو
ُ َ َ َاؿ ق
ِ
ِِ
ِ
ِ ِ
ِ
ب ِم ِّدِن ِشْبػًا
َ َ ْ ُ ُِِّن إ ْف ذَ َ َِِّن ِ ػَ ْفسو ذَ َ ْتُوُ ِ ػَ ْفسى َوإ ْف ذَ َ َِِّن ِ َم ٍإل ذَ َ ْتُوُ ِ َم ٍإل ُى ْم َخْيػٌ مْنػ ُ ْم َوإ ْف تَػ َ اَّل
ِ ذل ِذراعا تَػ َ اَّلب
ِ ً ت إِلَْي ِو ِذر
.» ًاعا َوإِ ْف أَتَ ِاِّن َيَْ ِ ى أَتَػْيتُوُ َى ْ َولَة
ً َت مْنوُ ب
ُ ْتَػ َ اَّلب
ُ ْ ً َ ب إِ َاَّل
َ اعا َوإ ْف تَػ َ اَّل
َ
Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah Saw bersabda: Allah Swt berfirman: “Aku menurut prasangka
hamba-Ku kepada-Ku. Aku bersamanya ketika ia berzikir mengingat Aku. Jika ia berzikir sendirian, maka
Aku menyebutnya di dalam diriku. Jika ia berzikir bersama kelompok orang banyak, maka aku
menyebutnya dalam kelompok yang lebih baik dari kelompok mereka. Jika ia mendekat satu jengkal
kepadaku, maka Aku mendekat satu hasta kepdanya. Jika ia mendekat satu hasta, maka Aku mendekat
satu lengan kepadanya. Jika ia datang berjalan, maka Aku akan datang kepadanya dengan berlari”.
(Hadits riwayat al-Bukhari dan Muslim).
Hadits Kedelapan:
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ ِ َف رفْع اَّل
اؿ
َ َاؿ ق
َ َ َوأَاَّلوُ ق.-صلى اهلل عليو وسلم- الناَّلِب
ُ ِص
الناَّلاس م َن الْ َمكْتُوبَة َ ا َف َعلَى َع ْ د ِ ِّد
َ الص ْوت بال ِّد ْ ِ َ ػَْن
َ َ أ اَّل
ُ ؼ
ِ
ٍ ابْ ُن َعباَّل
.ُك إِ َذا َِشت ْعتُو
َ صَفُوا بِ َ ل
ُ اس ُ ْن
َ ْ ت أ َْعلَ ُم إِ َذا ا
Sesungguhnya mengeraskan suara ketika berzikir setelah selesai shalat wajib sudah ada sejak zaman
Rasulullah Saw. Ibnu Abbas berkata: “Aku tahu bahwa mereka telah selesai shalat ketika aku
mendengarnya (zikir dengan suara jahr)”. (Hadits riwayat al-Bukhari dan Muslim).
Hadits Kesembilan:
وف اهلل إال فت م اظتالئكة وا يت م ال زتة و للت علي م السكينة وذ ىم اهلل فيمن عنده
ما من قوـ
Tidaklah sekelompok orang berzikir mengingat Allah, melainkan para malaikat mengelilingi mereka,
mereka diliputi rahmat Allah, turun ketenangan kepada mereka dan mereka dibanggakan Allah kepada
para malaikat yang ada di sisi-Nya. (Hadits riwayat Imam at-Tirmidzi).
Komentar Syekh al-Albani dalam shahih wa dha’if Sunan at-Tirmidzi: Hadits Shahih.
Hadits Kesepuluh:
وف اهلل ال دوف ب لك اال
ما من قوـ اجتمعوا: عن أ س بن مالك عن رسوؿ اهلل صلى اهلل عليو و سلم قاؿ
وج و اال اداىم مناد من السماء اف قوموا م فورا لكم قد بدلت سيئاتكم سنات
Dari Anas bin Malik, dari Rasulullah Saw, beliau bersabda: “Sekelompok orang berkumpul berzikir
mengingat Allah, tidak mengharapkan kecuali keagungan Allah, maka ada malaikat dari langit yang
memanggil mereka: “Berdirilah kamu, dosa-dosa kamu telah diganti dengan kebaikan”.
Hadits riwayat Imam Ahmad bin Hanbal dalam kitab al-Musnad.
Komentar Syekh Syu’aib al-Arna’uth tentang hadits ini:
وى ا إسناد سن،صحيح ل ريه
Shahih li ghairihi, sanad ini sanad hasan.
84
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
Hadits Kesebelas:
عن أ س رضي اهلل عنو عن رسوؿ اهلل صلى اهلل عليو وآلو وسلم قاؿ «ألف أذ اهلل تعاذل مع قوـ بعد صالة الف إذل طلوع ال مس
.أ ب ارل ؽتا طلعت عليو ال مس وألف أذ اهلل مع قوـ بعد صالة العص إذل أف ت يب ال مس أ ب إرل من الد يا وما في ا
Dari Anas, dari Rasulullah Saw, beliau bersabda: “Aku berzikir mengingat Allah bersama orang banyak
setelah shalat shubuh hingga terbit matahari lebih aku sukai daripada terbitnya matahari. Aku berzikir
bersama orang banyak setelah shalat ashar hingga tenggelam matahari lebih aku sukai daripada dunia
dan seisinya”. (Hadits riwayat Imam as-Suyuthi dalam kitab al-Jami’ ash-Shaghir dengan tanda: Hadits
Hasan).
Pertanyaan 52: Apakah Sutrah itu?
Jawaban:
.د و
ما َيعلو اظتصلي أمامو ظتنع اظت ور ب
Sesuatu yang diletakkan orang yang shalat di hadapannya untuk mencegah orang lewat di depannya.
Pertanyaan 53: Apakah dalil shalat menghadap sutrah?
Jawaban:
Fungsi Sutrah agar orang lain tidak melewati orang yang sedang shalat, karena Rasulullah Saw bersabda:
ِ
ِ
ِ
ف أ َْربَعِ َ َخْيػًا لَوُ ِم ْن أَ ْف َيَُاَّل بػَ ْ َ َ َد ْ ِو
َ َ صلِّدى َماذَا َعلَْيو لَ َكا َف أَ ْف
َ لَ ْو ػَ ْعلَ ُم الْ َم ُّار بػَ ْ َ َ َدى الْ ُم
“Kalaulah orang yang melewati orang yang sedang shalat itu mengetahui hukuman baginya, maka
berdiri 40 tahun lebih baginya daripada melewati orang yang sedang shalat”. (HR. Al-Bukhari dan
Muslim).
Ancaman bagi orang yang melewati orang yang sedang shalat sangat keras, oleh sebab itu
dianjurkan menahan orang yang akan melewati tersebut dengan cara meluruskan tangan untuk
menyelamatkannya dari murka Allah Swt:
ِ صلاَّلى أَ َ ُد ُ ْم إِ َذل َشى ٍء َ ْستُػُهُ ِم َن
فَِ اَّلَا ُى َو َشْيطَا ٌف، ُ فَِ ْف أ َََب فَػ ْليُػ َ اتِْلو، ُ فَ ََر َاد أَ َ ٌد أَ ْف ََْيتَ َاز بػَ ْ َ َ َد ْ ِو فَػ ْليَ ْدفَػ ْعو، الناَّلاس
َ إِ َذا
ْ
“Apabila salah seorang kamu melaksanakan shalat menghadap sesuatu yang dapat menghalanginya dari
orang lain (agar tidak melewatinya), jika ada seseorang yang akan melewatinya di depannya, maka
hendaklah ia menolaknya, jika orang itu melawan, maka hendaklah ia memeranginya, karena
sesungguhnya dia adalah setan”. (HR. Al-Bukhari).
85
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
Oleh sebab itu dianjurkan shalat menghadap Sutrah. Rasulullah Saw bersabda:
ف و شيطاف، فلي اتلو، ف ف جاء أ د َي،د و
وال دع أ داً َي ب، ولْيَ ْدف من ا،إذا صل أ د م فليصل إذل سرتة
“Apabila salah seorang kamu shalat, maka hendaklah ia shalat menghadap sutrah, hendaklah ia
mendekat ke sutrah, janganlah ia membiarkan seseorang lewat di hadapannya, jika seseorang datang
melewatinya, maka hendaklah ia memeranginya, karena sesungguhnya itu adalah setan”. (HR. Abu
Daud, an-Nasa’I dan Ibnu Majah, dari Abu Sa’id al-Khudri).
Pertanyaan 54: Apakah hukum menggunakan sutrah?
Jawaban:
ولعدـ التلاـ، إذ ال للـ من عدم ا بطالف الصالة وليست ش طاً يف الصالة،وليست واجبة باتفاؽ الف اء؛ ألف األم باختاذىا للندب
وألف «النِب صلّى اهلل عليو، ولو ا ت واجبة ألُث اظتصلي، وألف اإلُث على اظتار أماـ اظتصلي، ولو اف واجباً اللتلموه،السلف اختاذىا
.وسلم صلى يف فضاء ليس ب د و شيء» رواه البخاري
Tidak wajib berdasarkan kesepakatan ahli Fiqh, karena perintah memakai sutrah itu bersifat anjuran,
karena tidak menggunakan sutrah tidak menyebabkan shalat menjadi batal, bukan pula syarat sahnya
shalat, karena kalangan Salaf tidak melazimkan diri memakai sutrah, andai wajib pastilah mereka
melazimkannya, karena dosa bagi orang yang lewat di depan orang shalat, seandainya wajib pastilah
orang yang shalat itu ikut berdosa, juga karena hadits menyebut: Rasulullah Saw pernah shalat di tanah
lapang, tidak ada apa-apa di depannya. (HR. al-Bukhari)69.
Pertanyaan 55: Adakah hadits yang menyebut Rasulullah Saw shalat tidak menghadap Sutrah?
Jawaban:
Riwayat Pertama:
Hadits yang diriwayatkan Abdullah bin Abbas:
ِ ُ ورس
ِ ِصلِّدى ب
الناَّلاس ِبِِ ًِن إِ َذل َا ِْري ِج َدا ٍر
َ ُ - صلى اهلل عليو وسلم- وؿ اللاَّلو
ُ ََ
“Rasulullah Saw shalat bersama orang banyak di Mina ke (arah) tanpa ada dinding”. (HR. Al-Bukhari).
Hadits ini dijelaskan oleh al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani:
ِ
ِ
. إِ َذل َا ْري ُسْتػَة قَالَوُ ال اَّلافِعِ ّي: َي
ْ ( إ َذل َا ْري ج َدار ) أ: قَػ ْولو
69
Syekh Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu: 2/118.
86
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
Kalimat: “Ke (arah) tanpa dinding” artinya: ke (arah) tanpa ada Sutrah”. Demikian menurut Imam
Syafi’i70.
Riwayat Kedua:
والنِب صلى اهلل عليو وسلم صلى اظتكتوبة ليس ل يء سرته
“Rasulullah Saw melaksanakan shalat wajib, tidak ada sesuatu yang menutupinya (tanpa Sutrah)”. (HR.
al-Bazzar).
Riwayat Ketiga:
ِ
ِ
ِ ُ ِجْئت أََا وا: اؿ
ٍ َع ِن ابْ ِن َعباَّل
َ َ ق، اس
فَ َمَ ْرَا بػَ ْ َ َ َد ِي ِ ِّد، الـ م ْن بَِين َىاش ٍم َعلَى زتَا ٍر
ٌ َ ُ
ُ فَػنَػَللْنَا َعْنو، صلِّدي
َ ُ الناَّلِب صلى اهلل عليو وسلم َوُى َو
ِ ِمن ػَب: اؿ
ِ اضتِ َم َار َْ ُ ل ِم ْن بػَ ْ ِل األ َْر
ِ ات األ َْر
اؿ
ْ َوتَػَْ نَا،
َ َ أَ َ ا َف بػَ ْ َ َ َد ْ ِو َعنَػَلةٌ ؟ ق: اؿ َر ُج ٌل
َ َ الصالةِ فَػ
فَ َد َخ ْلنَا َم َعوُ ِيف اَّل، ض
َ ْ َ َ أ َْو ق، ض
ُ
ال:
Dari Ibnu Abbas, ia berkata: “Saya datang bersama seorang anak/sahaya dari Bani Hasyim menunggang
keledai, kami melewati bagian depan Rasulullah Saw, ketika itu beliau sedang shalat, kami turun, kami
tinggalkan keledai memakan tanaman tanah. Kami ikut shalat bersama Rasulullah Saw. Seseorang
bertanya: “Adakah tongkat di hadapan Rasulullah?”. Ia menjawab: “Tidak ada”. (HR. Abu Ya’la).
Komentar al-Hafizh al-Haitsami:
.رواه أبو على ورجالو رجاؿ الصحيح
Diriwayatkan oleh Abu Ya’la, para periwayatnya adalah para periwayat shahih71.
Pertanyaan 56: Apakah boleh membaca ayat ketika ruku’ dan sujud?
Jawaban:
Tidak boleh berdasarkan hadits:
ٍ َع ِن ابْ ِن َعباَّل
اؿ « أَػُّ َ ا
َ َ ف أََِب بَ ْك ٍ فَػ
ُ ف َر ُس
َ َاس ق
ٌ ص ُف
ِّد-صلى اهلل عليو وسلم- وؿ اللاَّل ِو
َ وؼ َخ ْل
َ َ َ اؿ
ُ الناَّلاس
ُ الستَ َارَة َو
ِ ات النُّبػ اَّلوةِ إِالاَّل الُّ ْؤ ا اَّل
ِ
ِ
ِ الناَّلاس إِاَّلو َدل ػب ِمن مب ِّد
يت أَ ْف أَقْػَأَ الْ ُ ْآ َف َرا ِ ًعا أ َْو
ُ الصاضتَةُ ػََ َاىا الْ ُم ْسل ُم أ َْو تػَُى لَوُ أَالَ َوإِ ِّدِّن ُهن
َ
ُ
َ َ ُ ْ َ َْ ْ ُ ُ
ِس
ِ ِ الس ود فَاجتَ ِ ُدوا ِ الد
.» اب لَ ُك ْم
اج ًدا فَ اَّلَما الُُّ وعُ فَػ َعظِّد ُموا فِ ِيو الاَّل اَّل
َ
ْ ُ ُ ُّ ب َعاَّلل َو َج اَّلل َوأ اَّلَما
َ َ َُّعاء فَػ َ م ٌن أَ ْف ُ ْست
َ
Dari Ibnu Abbas, ia berkata: “Rasulullah Saw menyingkap tirai ketika banyak orang berbaris di belakang
Abu Bakar. Rasulullah Saw berkata: “Wahai manusia, sesungguhnya tidak ada yang tersisa dari kabar
gembira kenabian selain mimpi yang benar yang dilihat seorang muslim atau diperlihatkan kepadanya.
70
71
Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani, Fath al-Bari: 1/125.
Al-Hafizh al-Haitsami, Majma’ az-Zawa’id, 2/78
87
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
Ketahuilah sesunggguhnya aku dilarang membaca al-Qur’an ketika ruku’ atau sujud. Adapun ruku’ maka
agungkanlah Allah di dalamnya, adapun sujud maka berusahalah dalam berdua agar layak dikabulkan
bagi kamu”. (HR. Muslim).
Pertanyaan 57: Apakah boleh berdoa ketika sujud?
Jawaban:
Boleh, bahkan diperintahkan, berdasarkan hadits:
ِ
ِ
ِ ِ
َع ْن أََِب ُىَ ْػََة أ اَّل
.» َُّعاء
َ َ ق-صلى اهلل عليو وسلم- وؿ اللاَّل ِو
َ َف َر ُس
َ ب َما َ ُكو ُف الْ َعْب ُد م ْن َربِّدو َوُى َو َساج ٌد فََ ْ ثُوا الد
ُ َاؿ « أَقْػ
Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda: “Seorang hamba paling dekat dengan
Tuhannya ketika ia sujud, perbanyaklah doa”. (HR. Muslim).
Pertanyaan 58: Apakah boleh membaca doa yang tidak diajarkan nabi dalam shalat?
Jawaban:
ِ
ِ ٍ اَّل
َوالْ َم ْكُوهُ ُ ْكَهُ َوَال ػُْب ِطلُ َ ا. الص َال َة
ب َوَال ػُْب ِط ُل اَّل
ُّ اح فَ َال ُ ْستَ َح
ُّ ب َوالْ ُم ْستَ َح
َ فَالد
ُ َ َوأ اَّلَما الْ ُمب. ب
ُ ال ي ُ ْ َع ُى َو الْ َواج: ُّعاءُ ستَْ َسةُ أَقْ َساـ
ِ الص َالةِ وَ ما لَو تَ اَّل د ِيف الْ ِ ي ِاـ أَو قَػ أَ ِيف الْ ُع
ِ َ ِااللْتِ َف
. َوالْ ُم َحاَّل ُـ ػُْب ِطلُ َ ا ؛ ِألَاَّلوُ ِم ْن الْ َك َالِـ. ود
َ َ ْ َ َ ات ِيف اَّل
ُ
َ ْ َ
Doa itu lima macam: Doa yang disyariatkan, itulah yang wajib dan dianjurkan. Doa yang mubah (boleh),
tidak dianjurkan dan tidak membatalkan shalat. Doa yang makruh, makruh dibaca tetapi tidak
membatalkan shalat, seperti menoleh saat shalat, juga seperti bertasyahhud saat berdiri atau membaca
ayat saat duduk. Doa yang haram, membatalkan shalat, karena ucapan biasa72.
Pertanyaan 59: Apakah boleh berdoa bahasa Indonesia dalam shalat?
Jawaban:
Imam an-Nawawi berkata:
وال َيوز اف رتع دعوة اري م ثورة و تى ا الع مية بال خالؼ وتبطل ا الصالة
72
Majmu’ Fatawa Ibn Taimiah: 2/215.
88
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
“Tidak boleh membuat-buat doa yang tidak ma’tsur (bukan dari al-Qur’an dan Sunnah), kemudian
diucapkan dalam bahasa asing (bukan Arab), tidak ada perbedaan pendapat dalam masalah ini, shalat
menjadi batal disebabkan perbuatan tersebut”73.
Pertanyaan 60: Berapa lamakah shalat nabi ketika shalat malam?
Jawaban:
ِ ِ
ِ
ِ ُ َ ا َف ػ- صلى اهلل عليو وسلم- َف َِِب اللاَّل ِو
صنَ ُع
ْ َوـ م َن اللاَّلْي ِل َ اَّلَّت تَػتَػ َفطاَّلَ قَ َد َماهُ فَػ َ ال
أ اَّل اَّل- رضى اهلل عن ا- ََع ْن َعائ َ ة
ْ َت َعائ َ ةُ دلَ ت
ُ َ
. » ب أَ ْف أَ ُ و َف َعْب ًدا َش ُك ًورا
َ ََخَ ق
ك َوَما تَ اَّل
َ َى َ ا َا َر ُس
ُّ ِ ُاؿ « أَفَالَ أ
َ ِاَّلـ ِم ْن ذَ ْب
َ َوؿ اللاَّل ِو َوقَ ْد َا َفَ اللاَّلوُ ل
َ ك َما تَػ َ د
Dari Aisyah, sesungguhnya Rasulullah Saw melaksanakan shalat malam hingga bengkak kedua kakinya.
Aisyah berkata: “Mengapa engkau melakukan ini wahai Rasulullah. Allah telah mengampuni dosamu
yang lalu dan yang akan datang”. Rasulullah Saw menjawab: “Apakah tidak boleh jika aku ingin menjadi
hamba yang bersyukur”. (HR. al-Bukhari).
Pertanyaan 61: Apakah ayat yang dibaca nabi?
Jawaban:
ِ
ٍ ِ
ِ ِ اؿ قُمت مع رس
ِ
ٍِ
ف
َ َ لَْيػلَةً فَػ َ َاـ فَػ َ َأَ ُس َورَة الْبَػ َ َِة الَ َيَُُّ بِآ َة َر ْزتَة إِالاَّل َوق-صلى اهلل عليو وسلم- وؿ اللاَّلو
ُ َ َ َ ُ ْ َ ََع ْن َع ْوؼ بْ ِن َمالك األَ ْش َ ع ِّدى ق
ِ وت والْملَ ُك
ِ ْ وع ِو « سبحا َف ِذى
ِ ُوؿ ِ ر
ِِ ِ ِ ِ
ٍ َ فَس ََؿ والَ َيَُُّ بِآ ِة َع
وت َوالْ ِك ِْربَ ِاء
َ َ ق- ف فَػتَػ َع اَّلو َذ
َ َاب إِالاَّل َوق
َ ُْ
َ
َ َ ُاصتَبَػ
َ َ
ُ ُ ُ َ ُُثاَّل َرَ َع ب َ ْدر قيَامو ػ- اؿ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ ِ ُُثاَّل قَاـ فَػ َ أَ ب- ك
.آؿ ع ْمَا َف ُُثاَّل قَػَأَ ُس َورًة ُس َورًة
َ َ ُُثاَّل َس َ َد بَِ ْد ِر قيَامو ُُثاَّل ق.» َوالْ َعظَ َمة
َ اؿ ِ ُس ُ وده مثْ َل َذل
َ َ
Dari ‘Auf bin Malik al-Asyja’i, ia berkata: “Saya shalat malam bersama Rasulullah Saw pada suatu malam,
beliau berdiri, lalu membaca surat al-Baqarah, tidak melewati ayat rahmat melainkan beliau berhenti
dan berdoa, tidak melewati ayat azab melainkan berhenti dan memohon perlindungan, kemudian beliau
ruku’ seperti tegaknya, dalam ruku’nya ia membaca: “Maha Suci Pemilik Kekuasaan, Keagungan,
Kebesaran dan Kemuliaan”. Kemudian beliau sujud seperti tegaknya. Kemudian beliau mengucapkan
doa dalam sujudnya seperti itu. Kemudian beliau berdiri dan membaca surat Al ‘Imran, kemudian
membaca surat demi surat”. (HR. Abu Daud, an-Nasa’I, Ahmad, ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir
dan al-Baihaqi dalam as-Sunan al-Kubra).
Pertanyaan 62: Apakah boleh shalat Dhuha berjamaah?
Jawaban:
73
Imam an-Nawawi, al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab: 16/212.
89
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
Pendapat Imam an-Nawawi:
(الثامنة) قد سب اف النوافل ال ت ع اصتماعة في ا اال يف العيد ن والكسوف واالستس اء و ا الرتاو ح والوت بعدىا إذا قلنا باالصح
اف اصتماعة في ا أفضل وأما باقى النوافل السنن ال اتبة مع الف ائض والضحي والنوافل اظتطل ة فال ت ع في ا اصتماعة أي ال تستحب
لكن لو صالىا رتاعة جاز وال اؿ ا و مك وه وقد ص ال افعي رزتو اهلل يف ؼتتص ي البو طي وال بيع علي ا و ال باس باصتماعة يف
" النافلة ودليل جوازىا رتاعة ا اد ث ثرية يف الصحيح من ا د ث عتباف ابن مالك رضى اهلل عنو أف النِب صلي اهلل عليو وسلم
جاءه يف بيتو بعد ما اشتد الن ار ومعو أبو بك رضي اهلل عنو ف اؿ النِب صلي اهلل عليو وسلم أ ن حتب أف أصلى من بيتك فاش ت
سلم " رواه البخاري ومسلم وثبتت اصتماعة يف النافلة مع
إذل اظتكاف ال ى أ ب اف صلى فيو ف اـ وصفنا خلفو ُث سلم وسلمنا
رسوؿ اهلل صلي اهلل عليو وسلم من روا ة ابن عباس وأ س بن مالك وابن مسعود و فة رضى اهلل عن م وا اد ث م ل ا يف
.فة ففى مسلم ف ط واهلل أعلم
الصحيح اال د ث
(Ke Delapan) telah disebutkan sebelumnya bahwa shalat-shalat sunnat tidak disyariatkan dilaksanakan
berjamaah, kecuali shalat Idul Fitri dan Idul Adha, gerhana matahari dan bulan, shalat Istisqa’ (minta
hujan), demikian juga Tarawih dan Witir setelahnya. Jika kami katakan menurut pendapat al-Ashahh,
sesungguhnya berjamaah afdhal dalam semua itu, adapun shalat-shalat sunnat yang lain seperti shalat
sunnat Rawatib bersama Fardhu, shalat Dhuha, shalat sunnat mutlaq, tidak disyariatkan berjamaah,
artinya tidak dianjurkan, akan tetapi jika dilaksanakan secara berjamaah, maka hukumnya boleh, tidak
dikatakan makruh. Imam Syafi’I menyebutkan secara teks dalam Mukhtashar al-Buwaithi dan ar-Rabi’
bahwa boleh dilaksanakan berjamaah, dalil bolehnya adalah banyak hadits dalam kitab Shahih,
diantaranya adalah hadits ‘Itban bin Malik, sesungguhnya Rasulullah Saw datang ke rumahnya setelah
panas terik, bersama Rasulullah Saw ada Abu Bakar. Rasulullah Saw berkata: “Di manakah engkau suka
aku laksanakan shalat di dalam rumahmu?”. Maka saya tunjuk tempat yang saya sukai agar Rasulullah
Saw shalat di tempat itu. Rasulullah Saw berdiri, kemudian kami menyusun shaf di belakang beliau,
kemudian Rasulullah Saw mengucapkan salam, kami pun ikut mengucapkan salam ketika beliau
mengucapkan salam. (HR. al-Bukhari dan Muslim). Shalat sunnat berjamaah bersama Rasulullah Saw
juga berdasarkan hadits-hadits shahih dari riwayat Ibnu Abbas, Anas bin Malik, Ibnu Mas’ud dan
Hudzaifah. Semua hadits mereka ada dalam Shahih al-Bukhari dan Muslim, kecuali hadits Hudzaifah
hanya ada dalam Shahih Muslim saja. Wallahu a’lam74.
Pendapat Imam Ibnu Taimiah:
ِ ص َالةُ التاَّلطَُّوِع ِيف َرتاع ٍة ػَوع
: اف
َْ َ َ
َ
ِ ِ ِ ِ ِ
ِ ِ اصتم
. ُالسناَّلة
ُّ ت بِِو
َ اعة َدائ ًما َ َما َم
َ َ الْ ُك ُسوؼ َواال ْست ْس َ اء َوقيَ ِاـ َرَم
ْض
َ َ َْ ضا َف فَػ َ َ ا ػُ ْف َع ُل ِيف
74
ْ ُ َما تُ َس ُّن لَو: أَ َ ُد ُُهَا
ُاعةُ الاَّلاتِبَة
َ اصتَ َم
Imam an-Nawawi, al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab: 4/55.
90
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
ِِ
ِ
ِ بو
ِ
ِ
.ك
ْ ُ َما َال تُ َس ُّن لَو: الثاَّلاين
ُّ َ ِ يَ ِاـ اللاَّلْي ِل َو: ُاعةُ الاَّلاتِبَة
َ ُّحى َوَِحتياَّل ِة الْ َم ْس د َوَْؿت ِو ذَل
َ اصتَ َم
َ َ ِ السنَ ِن الاَّل َوات
َ ص َالة الض
ِ
. اعةً أَ ْ يَا ًا َج َاز
َ َفَػ َ َ ا إ َذا فُع َل َرت
Shalat sunnat terbagi kepada dua:
Pertama: shalat sunnat yang disunnatkan untuk dilaksanakan secara berjamaah seperti shalat Kusuf
(Gerhana Matahari), shalat Istisqa’ (minta hujan) dan shalat malam Ramadhan. Shalat-shalat sunnat ini
dilaksanakan secara berjamaah sebagaimana yang disebutkan dalam hadits.
Kedua: shalat sunnat yang tidak dianjurkan untuk dilaksanakan secara berjamaah seperti shalat
Qiyamullail, shalat sunnat Rawatib, shalat Dhuha, shalat sunnat Tahyatulmasjid dan shalat-shalat sunnat
lainnya. Shalat-shalat sunnat jenis ini jika dilaksanakan secara berjamaah, maka hukumnya boleh, jika
dilaksanakan sekali-sekali75.
Pertanyaan 63: Apakah dalil membaca surat as-Sajadah pada shubuh jum’at?
Jawaban:
ِ ْ َ ا َف ػ ْ أُ ِ صالَةِ الْ َف ِ ػوـ-صلى اهلل عليو وسلم- الناَّلِب
ِ الس َدةُ و (ىل أَتَى علَى ا ِإل ْس
ِ
ٍ َع ِن ابْ ِن َعباَّل
اس أ اَّل
اف
َف ِ اَّل
َ
َ َْ ْ
َ
ْ َ َ ْ اصتُ ُم َعة (ادل تَػْنل ُل) اَّل
َ
ََ
ِ ِ
اَّلى ِ ) َوأ اَّل
. َ ِ ِاصتُ ُم َع ِة َوالْ ُمنَاف
ْ ِصالَة
ْ َاصتُ ُم َع ِة ُس َورة
ْ ٌ م َن الد
َف ِ اَّل
َ ِ ُ َ ا َف ػَ ْ َأ-صلى اهلل عليو وسلم- الناَّلِب
Dari Ibnu Abbas, sesungguhnya Rasulullah Saw membaca pada shalat Shubuh hari Jum’at (surat) Alif
Lam Mim Tanzil as-Sajdah dan Hal Ata ‘Ala al-Insan Hinun min ad-Dahr (Surat al-Insan). Rasulullah Saw
pada shalat Jum’at membaca surat al-Jumu’ah dan surat al-Munafiqun. (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Pertanyaan 64: Bagaimana jika dibaca terus menerus?
Jawaban:
و ىل أتى على، اف أ يف صالة الصبح وـ اصتمعة ادل تنل ل الس دة: عن عبد اهلل بن مسعود أف النِب صلى اهلل عليو وآلو وسلم
اإل ساف د ذلك
Dari Abdullah bin Mas’ud, sesungguhnya Rasulullah Saw membaca pada shalat Shubuh hari Jum’at Alif
Lam Tanzil as-Sajdah dan surat al-Insan, melakukannya terus menerus. (HR. ath-Thabrani dalam alMu’jam ash-Shaghir).
Pendapat Ibnu Baz:
75
Majmu’ Fatawa Ibn Taimiah: 5/381.
91
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
. فالسنة اظتداومة، داوـ على ق اءة السورت اظت ورت:أ و اف صلى اهلل عليو وسلم د ذلك أي
Rasulullah Saw melaksanakannya secara terus menerus, artinya: terus menerus membaca dua surat
tersebut, maka sunnah melaksanakannya secara terus menerus76.
Pertanyaan 65: Ketika akan sujud, apakah imam bertakbir?
Jawaban:
س دة التالوة مثل س ود الصالة ف ذا س د يف الصالة عند الس ود كرب وإذا رفع كرب إذا اف يف الصالة والدليل على ى ا ما
ىك ا أخرب- إذا س د رب وإذا هنض رب، ثبت عن رسوؿ اهلل صلى اهلل عليو وسلم أ و يف الصالة كرب يف ل خفض ورفع
، أما إذا س د للتالوة يف خارج الصالة فلم و إال التكبري يف أولو- الصحابة عنو صلى اهلل عليو وسلم من د ث أيب ى ة واريه
. ى ا ىو اظتع وؼ ما رواه أبو داود واضتا م
Sujud Tilawah sama seperti sujud shalat, apabila seseorang sujud dalam shalat, maka ketika sujud itu ia
bertakbir, ketika bangun juga bertakbir, dalilnya adalah hadits shahih dari Rasulullah Saw bahwa ketika
beliau shalat bertakbir saat akan sujud dan bangun dari sujud, demikian diriwayatkan oleh para
shahabat dari hadits Abu Hurairah dan lainnya.
Adapun sujud Tilawah di luar shalat, tidak ada riwayat melainkan hanya takbir pada awalnya saja,
demikian yang diketahui umum sebagaimana yang diriwayatkan Abu Daud dan al-Hakim77.
Pertanyaan 66: Apakah dalil shalat sunnat Rawatib?
Jawaban:
ِ َ َِشتعت رس: وعن أ ِّدُـ بِيبةَ أ ِّدُـ الْم ِمنِ ر ِضي اللاَّلو عْنػ ا قَالَت
صلاَّلى اثْػنَ َ ْيت َع ْ ََة َرْ َعةً ِيف
ُ ُ َصلاَّلى اللاَّلوُ َعلَْي ِو َو َسلاَّل َم ػ
ْ َ َ ُ َ َ َ ُْ
َ وؿ اللاَّلو
َ { َم ْن: وؿ
َُ ْ
َ َ ََْ
ِِ ِ ػوِم ِو ولَيػلَتِ ِو ب
اصتَ ِناَّلة } َرَواهُ ُم ْسلِ ٌم
ْ ت ِيف
ٌ ين لَوُ اَّلن بػَْي
َ ُ ْ َ َْ
Dari Ummu Habibah Ummul Mu’minin, ia berkata: “Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda:
“Siapa yang shalat 12 rakaat sehari semalam, dibangunkan untuknya satu tempat di surga”. (HR.
Muslim).
Penjelasan 12 rakaat tersebut terdapat dalam riwayat Imam at-Tirmidzi:
76
77
Majmu’ Fatawa Ibn Baz: 12/323.
Majmu’ Fatawa wa Maqalat Ibn Baz: 11/221.
92
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
ِ ِ
ِ
ِ ْ ص َالةِ الْ َف
َ َوَرْ َعتَػ ْ ِ قَػْب َل، َوَرْ َعتَػ ْ ِ بػَ ْع َد الْع َ اء، َوَرْ َعتَػ ْ ِ بػَ ْع َد َىا َوَرْ َعتَػ ْ ِ بػَ ْع َد الْ َم ْ ِب، ِ ْ ُّأ َْربػَ ًعا قَػْب َل الظ
4 rakaat sebelum Zhuhur. 2 rakaat setelah Zuhur. 2 rakaat setelah Maghrib. 2 rakaat setelah Isya’. Dan 2
rakaat sebelum Shubuh. Menurut riwayat Ibnu Umar: 2 rakaat sebelum Zhuhur.
Sedangkan 2 rakaat sebelum Ashar, 2 rakaat sebelum Maghrib dan 2 rakaat sebelum Isya’ masuk dalam
hadits:
ِ ُ اؿ رس
ٍ َع ْن َعْب ِد اللاَّل ِو بْ ِن ُم َف
لِ َم ْن- اؿ ِ الثاَّلالِثَِة
َ َاَّلل الْ ُمَلِِّنِّد ق
َ َ قَا َعتَا ثَالَثًا ق- ٌصالَة
َ ِ ْ َ « بػَ ْ َ ُ ِّدل أَذَا ػ-صلى اهلل عليو وسلم- وؿ اللاَّلو
ُ َ َ َاؿ ق
.» ََشاء
Dari Abdullah bin Mughaffal al-Muzani, ia berkata: Rasulullah Saw bersabda: “Antara adzan dan iqamah
ada shalat. Antara adzan dan iqamah ada shalat. Antara adzan dan iqamah ada shalat, bagi siapa yang
mau melaksanakannya”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Pertanyaan 67: Apakah shalat sunnat Rawatib yang paling kuat?
Jawaban:
ٍ
ِ
. اى ًدا ِمْنوُ َعلَى َرْ َع َ ْيت الْ َف ْ ِ } ُمتاَّلػ َف ٌ َعلَْي ِو
َ صلاَّلى اللاَّلوُ َعلَْي ِو َو َسلاَّل َم َعلَى َش ْيء ِم ْن النػ َاَّلواف ِل أ
ُّ ِ { َدلْ َ ُك ْن
ُ َش اَّلد تَػ َع
َ الناَّلِب
Dari Aisyah, Rasulullah Saw tidak pernah sangat kuat melaksanakan shalat sunnat melebihi dua rakaat
Fajar (Qabliyah Shubuh)”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
ُّ َرْ َعتَا الْ َف ْ ِ َخْيػٌ ِم ْن
الد ْػيَا َوَما فِي َ ا
“Dua rakaat Fajar (Qabliyah Shubuh) lebih baik daripada dunia dan seisinya”. (HR. Muslim).
ِ ُ عن عائِ َ ةَ قَالَت َ ا َف رس
.صلِّدى َرْ َع ََِّت الْ َف ْ ِ إِذَا َِشت َع األَذَا َف َوَُِّدف ُف ُ َما
ْ
َ َْ
َ ُ -صلى اهلل عليو وسلم- وؿ اللاَّلو
َُ
Dari Aisyah, ia berkata: “Rasulullah Saw melaksanakan dua rakaat Fajr apabila telah mendengar adzan,
beliau melaksanakannya ringan (pendek)”. (HR. Muslim).
Pertanyaan 68: Apakah ada perbedaan antara shalat Shubuh dan shalat Fajar?
Jawaban:
وىي ر عتاف مف وضتاف، ال ف ؽ بين ما، صالة الف ىي صالة الصبح
، ر عتاف، وعتا سنة قبليّة. بدأ وقت ا من طلوع الف الصادؽ إذل طلوع ال مس،
. أو ر عيت الف، وتسمى سنة الف أو سنة الصبح
93
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
Shalat Fajar adalah shalat Shubuh, tidak ada perbedaan antara keduanya.
Dua rakaat yang diwajibkan, dimulai dari terbit fajar shadiq hingga terbit matahari.
Shalat Shubuh memiliki sunnat Qabliyyah dua rakaat, disebut Sunnat Fajar atau Sunnat Shubuh atau
dua rakaat Fajar78.
Pertanyaan 69: Jika terlambat melaksanakan shalat Qabliyah Shubuh, apakah bisa diqadha’?
Jawaban:
وال عارض ذلك د ث الن ي عن الصالة بعد صالة الف ؛ ألف،قضاء سنة الف بعد صالة الف ال ب س بو على ال وؿ ال اجح
. أو اال اؿ عن ا ف و أوذل، ودل ش من سياهنا، ولكن إف أخ قضاءىا إذل الضحى،اظتن ي عنو الصالة اليت ال سبب عتا
Qadha’ sunnat Fajar (Qabliyah Shubuh) setelah shalat Shubuh hukumnya boleh menurut pendapat yang
kuat (rajih). Tidak bertentangan dengan hadits larangan melaksanakan shalat setelah shalat Shubuh,
karena yang dilarang adalah shalat yang tidak ada sebabnya. Akan tetapi jika qadha’, sunnat fajar
tersebut ditunda pelaksanaannya hingga waktu Dhuha, tidak khawatir terlupa, atau sibuk, maka itu lebih
baik79.
Pertanyaan 70: Adakah dalil shalat sunnat Qabliyah Maghrib?
Jawaban:
ِ ِ ِ ِ َ َ ق- . » ب
ِ
ِ ِ ْ اؿ « صلُّوا قَػْبل صالَةِ الْم
َعْب ُد اللاَّلو الْ ُمَلِِّنُّ َع ِن ِ ِّد
َ َ
َ َ َ ق- صلى اهلل عليو وسلم- الناَّلِب
َ
َ ل َم ْن َشاء- اؿ الثاَّلالثَة
Dari Abdullah al-Muzani, dari Rasulullah Saw: “Shalatlah kamu sebelum Maghrib. Shalatlah kamu
sebelum Maghrib. Shalatlah kamu sebelum Maghrib, bagi siapa yang mau”. (HR. Al-Bukhari).
ِ
ٍ َع ْن ابْ ِن َعباَّل
ِ اَّلم
. } فَػلَ ْم َْ ُم ْ َا َوَدلْ ػَْنػ َ نَا، صلاَّلى اللاَّلوُ َعلَْي ِو َو َسلاَّل َم ػََا َا
َ َاس ق
ُّ ِ َوَ ا َف، س
َ الناَّلِب
َ ُ ُ ناَّلا: { اؿ
ْ صلِّدي َرْ َعتَػ ْ ِ بػَ ْع َد ُاُوب ال
Dari Ibnu Abbas: “Kami melaksanakan shalat dua rakaat setelah tenggelam matahari, Rasulullah Saw
melihat kami, beliau tidak memerintahkan kami dan tidak pula melarang kami”. (HR. Muslim).
78
79
Fatawa al-Islam Su’al wa Jawab: 1/6126.
Majmu’ Fatawa wa Rasa’il Ibn ‘Utsaimin: 14/242.
94
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
ِ َ اؿ َ ا َف الْم ذِّد ُف إِذَا أَذاَّل َف قَاـ
ٍ ِس ب ِن مال
ِ َصح
ِ ػَْبتَ ِدرو َف اَّل- صلى اهلل عليو وسلم- الناَّلِب
الناَّلِب
َ َك ق
ُّ ِ ى َ اَّلَّت َ ُْ َج
َُ
اب ِ ِّد
َ ْ اس م ْن أ
َ ْ ِ َََع ْن أ
ٌ َ
ُ
َ الس َوار
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
َ َوُى ْم َ َ ل- صلى اهلل عليو وسلمَُك
ٌ َوَدلْ َ ُك ْن بػَ ْ َ األَذَاف َوا ِإلقَ َامة َش ْىء، صلُّو َف الاَّلْ َعتَػ ْ قَػْب َل الْ َم ْ ِب
Dari Anas bin Malik, ia berkata: “Ketika mu’adzin telah mengumandangkan azan, para shahabat shalat
menghadap tiang hingga Rasulullah Saw keluar (rumah), para shahabat sedang melaksanakan shalat dua
rakaat sebelum Maghrib. Tidak ada apa-apa antara adzan dan iqamah. (HR. Al-Bukhari).
ِ
ِ ِ ْ ك ِمن أََِب َدتِي ٍم ػ َ ع رْ عتَػ ْ ِ قَػْبل صالَةِ الْم
ْ ٍ ت ُع ْ بَةَ بْ َن َع ِام
َ ََم ْثَ َد بْ َن َعْب ِد اللاَّل ِو الْيَػَلِِّناَّل ق
َ َ فَػ. ب
ُاؿ ُع ْ بَة
اصتُ َ ِ اَّل
ُ اؿ أَتَػْي
ُ ِن فَػ ُ ْل
َ َ
َ َ ُ َْ
ْ َ ُت أَالَ أ ُْع ب
َ
ِ ِ ِ
. اؿ ال ُّ ْ ُل
َ َك اآل َف ق
َ ت فَ َما َيَْنَػ ُع
ُ قُػ ْل. - صلى اهلل عليو وسلم- إِاَّلا ُ ناَّلا ػَ ْف َعلُوُ َعلَى َع ْ د َر ُسوؿ اللاَّلو
Martsad bin Abdullah al-Yazani berkata: “Saya datang menemui ‘Uqbah bin ‘Amir al-Juhani, saya katakan
kepadanya: “Apakah tidak aneh bagaimu melihat Abu Tamim shalat dua rakaat sebelum Maghrib?”.
‘Uqbah menjawab: “Kami melaksanakannya pada masa Rasulullah”. Saya bertanya: “Apa yang
membuatmu tidak melaksanakannya sekarang?”. Ia menjawab: “Kesibukan”. (HR. Al-Bukhari).
Pertanyaan 71:
Waktu hanya cukup shalat dua rakaat, antara Tahyatalmasjid dan Qabliyah, apakah shalat
Tahyatalmasjid atau Qabliyah?
Jawaban:
اظت وع يف مثل ى ا أف صلي ال اتبة وتكفي عن التحية ما لو دخل اظتس د والف ضة ت اـ ف و دخل مع اإلماـ وتكفيو الف ضة
. إذا أقيمت الصالة فال صالة إال اظتكتوبة خ جو مسلم يف صحيحو: عن حتية اظتس د ل وؿ النِب صلى اهلل عليو وسلم
وألف اظت صود أف ال َيلس اظتسلم يف اظتس د َّت صلي ما تيس من الصلوات ف ذا وجد ما وـ م اـ التحية فى ذلك الف ضة
. وصالة ال اتبة وصالة الكسوؼ وؿتو ذلك
. ) من ب امج ( ور على الدرب
Dalam kasus seperti ini disyariatkan agar melaksanakan shalat sunnat Rawatib (Qabliyah), sudah
tercakup di dalamnya shalat Tahyatalmasjid. Sama halnya jika seseorang masuk ke dalam masjid, ia
dapati shalat wajib sedang dilaksanakan, maka ia langsung ikut menyertai shalat wajib bersama imam,
tidak perlu lagi shalat Tahyatalmasjid, berdasarkan hadits: “Apabila shalat wajib dilaksanakan, maka
tidak ada shalat lain kecuali shalat wajib”. Hadits riwayat Muslim dalam Shahihnya.
Karena tujuannya adalah agar seorang muslim tidak duduk di dalam masjid hingga ia melaksanakan
shalat yang mungkin untuk ia laksanakan. Apabila ia mendapati shalat yang dapat menempati shalat
95
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
Tahyatalmasjid, maka itu sudah mencukupi, seperti shalat Wajib, shalat Rawatib, Shalat Kusuf (Gerhana
Matahari), atau sejenisnya. *Dikutip dari Acara Nur ‘Ala ad-Darb]80.
Pertanyaan 72: Berapakah jarak musafir boleh shalat Jama’/Qashar?
Jawaban:
َّت لو قطع تلك اظتسافة
و ص،يلو وسبع مئة وأربعة أمتار
م ذتاف وذتا88.704: م) وعلى وجو الدقة89( وت در ِبوارل
السف بالطائ ة والسيارة وؿتوىا،بساعة وا دة
Diukur dengan ukuran sekarang lebih kurang 89km, detailnya: 88.708m. Tetap shalat Qashar meskipun
dapat ditempuh dalam satu jam perjalanan, seperti musafir menggunakan pesawat, mobil dan
sejenisnya81.
Pertanyaan 73: Berapa hari boleh Qashar/Jama’?
Jawaban:
Mazhab Hanafi:
للمو، ف ف وى تلك اظتدة،ً فصاعدا،ًوما
وَيتنع عليو ال ص إذا وى اإلقامة يف بلد ستسة ع، ً صري اظتساف م يما:ف اؿ اضتنفية
. وإف وى أقل من ذلك قص،اإلدتاـ
Tetap boleh shalat Qashar hingga menjadi mukim, tidak boleh qashar shalat jika berniat mukim di suatu
negeri selama 15 hari lebih. Jika berniat mukim selama itu, maka mesti shalat normal. Jika berniat
kurang daripada itu, maka shalat qashar.
Mazhab Malik dan Mazhab Syafi’i:
، أمت صالتو؛ ألف اهلل تعاذل أباح ال ص ب ط الض ب يف األرض، إذا وى اظتساف إقامة أربعة أ اـ ِبوضع:قاؿ اظتالكية وال افعية
،واظت يم والعازـ على اإلقامة اري ضارب يف األرض
80
81
Majmu’ Fatawa wa Maqalat Ibn Baz: 11/204.
Syekh Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu: 2/477.
96
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
Jika orang yang musafir itu berniat menetap empat hari, maka ia shalat secara normal, karena Allah
membolehkan shalat Qashar dengan syarat perjalanan. Orang yang mukim dan berniat mukim tidak
dianggap melakukan perjalanan
. ف ذا صت عن ذلك قص،وقدر اظتالكية اظتدة اظت ورة بع ن صالة يف مدة اإلقامة
وُها، ويف الثاين ال يل،ودل سب اظتالكية وال افعية ومي الدخوؿ واطت وج على الصحيح عند ال افعية؛ ألف يف األوؿ ط األمتعة
. من أش اؿ السف
Mazhab Maliki mengukur kadar mukim tersebut dengan 20 shalat. Jika kurang dari itu, boleh shalat
Qashar.
Mazhab Maliki dan Syafi’I tidak menghitung hari masuk dan hari keluar, menurut pendapat shahih
dalam Mazhab Syafi’I, karena yang pertama adalah hari meletakkan barang-barang dan yang kedua
adalah hari keberangkatan, kedua hari tersebut hari kesibukan dalam perjalanan.
Mazhab Hanbali:
، أمت، إذا وى أ ث من أربعة أ اـ أو أ ث من ع ن صالة:وقاؿ اضتنابلة
Jika orang yang musafir itu berniat mukim lebih dari empat hari atau lebih dari 20 shalat, maka ia shalat
secara normal.
Perjalanan Tidak Pasti:
جاز لو ال ص عند،ًف ف اف نتظ قضاء اجة توقع ا ل وقت أو جوؾتا ا أو ج اد عدو أو على أىبة السف وماً فيوما
لو ال ص ذتا ية ع وماً اري ومي الدخوؿ: وقاؿ ال افعية. ما ق ر اضتنفية، ما دل نو اإلقامة، م ما طالت اظتدة،اظتالكية واضتنابلة
ص الصالة،واطت وج؛ أل و صلّى اهلل عليو وسلم أقام ا ِبكة عاـ الفتح ضت ب ىوازف
Jika menunggu urusan yang tidak pasti kapan selesai, ditunggu di setiap waktu, atau berharap selesai,
atau jihad memerangi musuh, atau melakukan perjalanan hari demi hari tanpa diketahui berakhirnya,
boleh shalat Qashar menurut Mazhab Maliki dan Hanbali, meskipun berlangsung lama, selama tidak
berniat mukim, sebagaimana ditetapkan mazhab Hanafi. Menurut Mazhab Syafi’i: orang tersebut boleh
shalat Qashar selama 18 hari, tidak termasuk hari masuk dan hari keluar, karena Rasulullah Saw berada
di Mekah pada peristiwa Fathu Makkah karena peperangan Hawazin beliau tetap shalat Qashar82.
Pertanyaan 74: Bagaimanakah cara shalat khusyu’?
Jawaban:
82
Syekh Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu: 2/481-483.
97
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
Inti dari shalat adalah zikir mengingat Allah Swt, sebagaimana firman Allah Swt.
الص َال َة لِ ِ ْ ِي
َوأَقِ ِم اَّل
“Dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku”. (Qs. Thaha *20+: 14).
Oleh sebab itu Allah Swt mengecam orang yang shalat tetapi tidak mengingat Allah:
ِِ ) الاَّل ِ ن ىم عن4( فَػو ل لِْلمصلِّد
)5( اىو َف
َ َ ُ ٌ َْ
ُ ص َالِت ْم َس
َ َْ ُْ َ
“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat. (yaitu) orang-orang yang lalai dari
shalatnya”. (Qs. al-Ma’un *107+: 4-5).
Zikir mengingat Allah Swt dalam shalat tidak dibangun sejak Takbiratul-Ihram, akan tetapi jauh
sebelum itu. Rasulullah Saw sudah mengajarkan kekhusyu’an hati sejak berwudhu’. Dalam
hadits disebutkan:
ِ ضمض واستَػْن َ خ جت خطَا اه ِمن فَ ِم ِو وأَْ ِف ِو فَِذَا َاسل وج و خ جت خطَا اه ِمن وج ِ ِو اَّلَّت َختْ ج ِمن َْحت
ت أَ ْش َفا ِر
َم ْن تَػ َو اَّل
ْ َ ُ َ ْ َ ْ ُ َ َ ْ َ ََ ُ َ ْ َ َ َ
ْ ُ َ َ ْ َ َ َ َ ْ َ َ َ ْ ض َ فَ َم
َ
ِ
ِ
ِ
ِ ِ
ت َخطَا َاهُ ِم ْن َرأ ِْس ِو َ اَّلَّت َختُْ َج ِم ْن أُذُ ػَْي ِو فَِذَا َا َس َل ِر ْجلَْي ِو
ْ ْسوُ َخَ َج
ْ َعْيػنَػْيو فَِذَا َا َس َل َ َد ْو َخَ َج
َ ت َخطَا َاهُ م ْن َ َد ْو فَ ذَا َم َس َح َرأ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ًصالَتُوُ َوَم ْ يُوُ إِ َذل الْ َم ْس ِ ِد َافِلَة
ْ َ ت َخطَا َاهُ م ْن ِر ْجلَْيو َ اَّلَّت َختُْ َج م ْن َْحتت أَظْ َفا ِر ِر ْجلَْيو َوَ ا
ْ َخَ َج
َ ت
“Siapa yang berwudhu’, ia berkumur-kumur dan memasukkan air ke hidung, maka keluar
dosanya dari mulut dan hidungnya. Apabila ia membasuh wajahnya maka keluar dosanya dari
wajahnya hingga keluar dari kelopak matanya. Apabila ia membasuh kedua tangannya maka
keluar dosanya dari kedua tangannya. Apabila ia mengusap kepalanya maka keluar dosanya
dari kepalanya hingga keluar dari kedua telinganya. Apabila ia membasuh kedua kakinya maka
keluar dosanya dari kedua kakinya hingga keluar dari bawah kuku kakinya. Shalatnya dan
langkahnya ke masjid dihitung sebagai amal tambahan”. (HR. Ibnu Majah).
Wudhu’ bukan sekedar kebersihan fisik, tapi juga telah mengajak hati untuk khusyu’ kepada
Allah Swt dan meninggalkan semua keduniawian yang dapat melalaikan hati dari Allah Swt,
meskipun hal kecil, oleh sebab itu Rasulullah Saw melarang menjalinkan jari-jemari dan
membunyikannya setelah berwudhu’ menjelang shalat:
ِ َع ْن َ ْع
ب بْ ِن ُع ْ ََة أ اَّل
اؿ « إِ َذا تَػ َو اَّل
َ َ ق-صلى اهلل عليو وسلم- وؿ اللاَّل ِو
َ َف َر ُس
َضوءَهُ ُُثاَّل َخَ َج َع ِام ًدا إِ َذل الْ َم ْس ِ ِد فَال
ُ ض َ أَ َ ُد ُ ْم فََ ْ َس َن ُو
ِ ِ ِ َ بِّد َك اَّلن بػ أ
. ٍصالَة
َ ِ َُصابعو فَِ اَّلو
َ َ َْ
ُ
98
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
Dari Ka’ab bin ‘Ujrah, sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda: “Apabila salah seorang kamu
berwudhu’, ia berwudhu’ dengan baik, kemudian ia pergi ke masjid, maka janganlah ia
menjalinkan jari jemarinya, karena sesungguhnya ia berada dalam shalat”. (HR. at-Tirmidzi).
Menunggu dan menantikan kehadiran shalat dengan persiapan hati untuk
memasukinya. Rasulullah Saw bersabda:
ِ اطتطَا ا و ػ فَع بِِو الداَّلرج
ِِ
َع ْن أََِب ُىَ ْػََة أ اَّل
قَالُوا بػَلَى َا.» ات
َ َ ق-صلى اهلل عليو وسلم- وؿ اللاَّل ِو
َ َف َر ُس
ََ
ُ َْ َ َ َْ اؿ « أَالَ أ َُدلُّ ُك ْم َعلَى َما َيَْ ُحو اللاَّلوُ بو
ِ اؿ « إِسباغُ الْو
ِ اطتطَا إِ َذل الْمس
ِ َ رس
.» الصالَةِ فَ َ لِ ُك ُم الِّدبَا ُط
الصالَةِ بػَ ْع َد اَّل
اج ِد َوا ْتِظَ ُار اَّل
ُ ُ َ ْ َ َ ق.وؿ اللاَّلو
ُْ ُضوء َعلَى الْ َم َكا ِرهِ َوَ ثْػَة
َُ
ََ
Dari Abu Hurairah, Rasulullah Saw bersabda: “Maukah kamu aku tunjukkan perbuatan yang
dapat menghapuskan dosa-dosa dan mengangkat derajat?”. Para shahabat menjawab: “Ya
wahai Rasulullah”. Rasulullah Saw bersabda: “Menyempurnakan wudhu’ pada saat tidak
menyenangkan, memperbanyak langkah kaki ke masjid, menunggu shalat setelah shalat. Itulah
ikatan (dalam kebaikan)”. (HR. Muslim).
Menjawab seruan azan. Rasulullah Saw bersabda:
َ َ ُُثاَّل ق. ُاؿ أَ َ ُد ُ ُم اللاَّلوُ أَ ْ بَػُ اللاَّلوُ أَ ْ بَػ
َ َ فَػ. ُاؿ الْ ُم َذِّد ُف اللاَّلوُ أَ ْ بَػُ اللاَّلوُ أَ ْ بَػ
َ َ « إِذَا ق-صلى اهلل عليو وسلم- وؿ اللاَّل ِو
ُ اؿ َر ُس
َ َق
َاؿ أَ ْش َ ُد أَ ْف ال
اؿ أَ ْش َ ُد أ اَّل
اؿ أَ ْش َ ُد أ اَّل
.ِالصالَة
ُ َف ُػتَ اَّلم ًدا َر ُس
ُ َف ُػتَ اَّلم ًدا َر ُس
َ َ ق.ُإِلَوَ إِالاَّل اللاَّلو
َ َاؿ أَ ْش َ ُد أَ ْف الَ إِلَوَ إِالاَّل اللاَّلوُ ُُثاَّل ق
َ َ ُُثاَّل ق.وؿ اللاَّل ِو
َ َ ق.وؿ اللاَّل ِو
اؿ َ اَّلى َعلَى اَّل
. ُاؿ اللاَّلوُ أَ ْ بَػُ اللاَّلوُ أَ ْ بَػ
َ َ ُُثاَّل ق.اؿ الَ َ ْو َؿ َوالَ قُػ اَّلوَة إِالاَّل بِاللاَّل ِو
َ َ ق.اؿ َ اَّلى َعلَى الْ َفالَ ِح
َ َ ُُثاَّل ق.اؿ الَ َ ْو َؿ َوالَ قُػ اَّلوَة إِالاَّل بِاللاَّل ِو
َ َق
.» َاصتَناَّلة
ْ ِم ْن قَػ ْلبِ ِو َد َخ َل.ُاؿ الَ إِلَوَ إِالاَّل اللاَّلو
َ َ ق.ُاؿ الَ إِلَوَ إِالاَّل اللاَّلو
َ َ ُُثاَّل ق. ُاؿ اللاَّلوُ أَ ْ بَػُ اللاَّلوُ أَ ْ بَػ
َ َق
Rasulullah Saw bersabda:
“Apabila mu’adzin mengucapkan: * ُ ( ] اللاَّلوُ أَ ْ بَػ ُ اللاَّلوُ أَ ْ بَػAllah Maha Besar).
Salah seorang kamu menjawab dengan: [ ُ ( ] اللاَّلوُ أَ ْ بَػ ُ اللاَّلوُ أَ ْ بَػAllah Maha Besar).
Kemudian mu’adzin mengucapkan: * ُ( ]أَ ْش َ ُد أَ ْف الَ إِلَوَ إِالاَّل اللاَّلوaku bersaksi bahwa tiada tuhan selain
Allah). Ia menjawab dengan: [ُ( ]أَ ْش َ ُد أَ ْف الَ إِلَوَ إِالاَّل اللاَّلوaku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah).
( ] أَ ْش َ ُد أ اَّلaku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan
Mu’adzin mengucapkan: * وؿ اللاَّل ِو
ُ َف ُػتَ اَّلم ًدا َر ُس
( ] أَ ْش َ ُد أ اَّلaku bersaksi bahwa Muhammad adalah
Allah). Ia menjawab dengan: [ وؿ اللاَّل ِو
ُ َف ُػتَ اَّلم ًدا َر ُس
utusan Allah).
Mu’adzin mengucapkan: *ِالصالَة
( ] َ اَّلى َعلَى اَّلMarilah melaksanakan shalat).
99
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
Ia menjawab dengan: [( ] الَ َ ْو َؿ َوالَ قُػ اَّلوةَ إِالاَّل بِاللاَّل ِوtiada daya dan upaya selain dengan Allah).
Mu’adzin mengucapkan: *( ] َ اَّلى َعلَى الْ َفالَ ِحMarilah menuju kemenangan).
Ia menjawab dengan: [( ] الَ َ ْو َؿ َوالَ قُػ اَّلوَة إِالاَّل بِاللاَّل ِوtiada daya dan upaya selain dengan Allah).
Mu’adzin mengucapkan: * ُ ( ] اللاَّلوُ أَ ْ بَػ ُ اللاَّلوُ أَ ْ بَػAllah Maha Besar).
Ia menjawab dengan: [ُ ( ] اللاَّلوُ أَ ْ بَػ ُ اللاَّلوُ أَ ْ بَػAllah Maha Besar).
Mu’adzin mengucapkan: *ُ( ] الَ إِلَوَ إِالاَّل اللاَّلوtiada tuhan selain Allah).
Ia menjawab: : [ُ الَ إِلَوَ إِالاَّل اللاَّلو+ (tiada tuhan selain Allah), dari hatinya, maka ia masuk surga”.
(HR. Muslim).
Menjawab ucapan mu’adzin dari hati membimbing hati ke dalam kekhusyu’an shalat.
Menutup dengan doa wasilah. Rasulullah Saw bersabda:
َ ََم ْن ق
َ اؿ ِ َ َ ْس َم ُع
َالنِّدداء
ِ ِ اللاَّل اَّلم ر اَّل
الصالَةِ الْ َ ائِ َم ِة
التاَّلام ِة َو اَّل
اَّلع َوةِ اَّل
ْ ب َى ه الد
َ ُ
ِ ضيلَةَ وابػعثْو م َ اما َػتم
ِ
ِ آت ُػت اَّلم ًدا الْو ِسيلَةَ والْ َف
َ
ً ُْ ً َ ُ َْ َ
ُودا الاَّل ى َو َع ْدتَو
َ َ
اع َِّت ػَ ْوَـ الْ ِ يَ َام ِة
ْ َ لاَّل
َ ت لَوُ َش َف
Siapa yang ketika mendengar seruan azan mengucapkan:
“Ya Allah Rabb Pemilik seruan yang sempurna dan shalat yang didirikan, berikanlah kepada nabi
Muhammad Saw al-Wasilah dan keutamaan, bangkitkanlah ia di tempat yang terpuji yang telah
Engkau janjikan”.
Maka layaklah ia mendapat syafaatku pada hari kiamat”. (HR. al-Bukhari.
Memahami makna lafaz yang dibaca dalam shalat. Pemahaman tersebut mendatangkan
kekhusyu’an di dalam hati. Ketika seorang muslim yang sedang shalat membaca:
100
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
ِ إِ اَّلف صالَتِى وُس ِكى وَْػتياى وؽتََاتِى لِلاَّل ِو ر ِّد
َ ب الْ َعالَم
َ
َ
ََ َ َ ُ َ
“Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah Rabb semesta
alam”. Ia fahami maknanya, maka akan mendatangkan kekhusyu’an yang mendalam, bahkan
dapat meneteskan air mata karena penyerahan diri yang seutuhnya kepada Allah Swt.
Merasakan dialog dengan Allah Swt. Ketika sedang membaca al-Fatihah, seorang hamba
sedang berdialog dengan Tuhannya. Dalam sebuah hadits Qudsi disebutkan:
ِ ِ
اذل
ْ ( اؿ الْ َعْب ُد
َ َص َف ْ ِ َولِ َعْب ِدى َما َس ََؿ فَِ َذا ق
َ َ ق.) َ ب الْ َعالَ ِم
َ َق
َ اؿ اللاَّلوُ تَػ َع
ت اَّل
َ اؿ اللاَّلوُ تَػ َع
اضتَ ْم ُد لِلاَّل ِو َر ِّد
ْ الصالََة بػَْي ِِن َوبػَ ْ َ َعْبدى
ُ اذل قَ َس ْم
َِ
ِ ِاؿ (مال
ِ ِ
اؿ َماَّلًة
ك ػَ ْوِـ ِّد
َ َ ق.)الد ِن
َ َ ق.) اؿ (الاَّل ْزتَ ِن الاَّل ِ ي ِم
َ َزت َدِِّن َعْب ِدى َوإِ َذا ق
َ َ َوق- اؿ َغت َاَّلدِِّن َعْب ِدى
َ اؿ اللاَّلوُ تَػ َع
َ َ َ َوإ َذا ق.اذل أَثْػ َِن َعلَ اَّلى َعْبدى
الصَا َط
َ َ فَِ َذا ق- ذل َعْب ِدى
َ َ فَِ َذا ق.اؿ َى َ ا بػَْي ِِن َوبػَ ْ َ َعْب ِدى َولِ َعْب ِدى َما َس ََؿ
َ َ ق.) ُ ِاؾ َ ْستَع
َ اؾ ػَ ْعبُ ُد َوإِاَّل
َ اؿ (إِاَّل
اؿ ( ْاى ِد َا ِّد
ض إِ َاَّل
َ فَػ اَّلو
ِ
ِ ِ َالْمست
ِ ض
.» اؿ َى َ ا لِ َعْب ِدى َولِ َعْب ِدى َما َس ََؿ
َ َ ق.) َ وب َعلَْي ِ ْم َوالَ الضاَّلالِّد
ُ ْ ت َعلَْي ِ ْم َا ِْري الْ َم
َ يم صَا َط الاَّل َن أَْػ َع ْم
َ ُْ
Allah berfirman: “Aku membagi shalat itu antara Aku dan hamba-Ku menjadi dua bagian, bagi
hamba-Ku apa yang ia mohonkan.
Ketika hamba-Ku itu mengucapkan: [ َ ب الْ َعالَ ِم
ْ ] (segala puji bagi Allah Rabb semesta
اضتَ ْم ُد لِلاَّل ِو َر ِّد
َِ ] (hamba-Ku memuji Aku).
alam). Allah menjawab: [زت َدِِّن َعْب ِدى
Ketika orang yang shalat itu mengucapkan: [( ] ال اَّل ْزتَ ِن ال اَّل ِ ي ِمMaha Pengasih lagi Maha Penyayang).
Allah menjawab: [( ] أَثْػ َِن َعلَ اَّلى َعْب ِدىhamba-Ku menghormati Aku).
ِ ِ( ] مالRaja di hari pembalasan). Allah
Ketika orang yang shalat itu mengucapkan: [ الد ِن
ك ػَ ْوِـ ِّد
َ
ِ ( ]فَػ اَّلوض إِ َاَّلhamba-Ku
menjawab: [ اَّلدِِّن َعْب ِدى
َ ( ] َغتhamba-Ku mengagungkan Aku). Dan [ ذل َعْبدى
َ
melimpahkan (perkaranya) kepada-Ku).
Ketika orang yang shalat itu mengucapkan: [
ِ َ اؾ ػَعب ُد وإِاَّل
ِ
ُ اؾ َ ْستَع
َ ُ ْ َ ( ] إ اَّلkepada Engkau kami
menyembah dan kepada Engkau kami meminta tolong).
Allah menjawab: [ َؿ
َ ( ] َى َ ا بػَْي ِِن َوبػَ ْ َ َعْب ِدى َولِ َعْب ِدى َما َسini antara Aku dan hamba-Ku, ia mendapatkan
apa yang ia mohonkan).
101
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
ِ
ِ
ِ ِ َالص ا َط الْمست
ِ ض
Ketika orang yang shalat itu mengucapkan: [ وب
ُ ْ ت َعلَْي ِ ْم َا ِْري الْ َم
َ يم صَا َط الاَّل َن أَْػ َع ْم
َ ْ ُ َ ْاىد َا ِّد
َ ( ] َعلَْي ِ ْم َوالَ الضاَّلالِّدtunjukkanlah kami jalan yang lurus, jalan yang telah Engkau berikan kepada
mereka, bukan jalan orang yang engkau murkai dan bukan pula jalan orang yang sesat).
Allah menjawab: [ َؿ
َ ( ] َى َ ا لِ َعْب ِدى َولِ َعْب ِدى َما َسini untuk hamba-Ku, dan hamba-Ku itu mendapatkan
apa yang ia mohonkan). (HR. Muslim).
Merasakan seolah-olah itulah shalat terakhir yang dilaksanakan menjelang kematian
tiba sehingga tidak ada kesempatan untuk beramal shaleh sebagai bekal menghadap Allah Swt.
Pertanyaan 75: Apakah fungsi shalat?
Jawaban:
Allah Swt berfirman:
ِ ت َعلَْي ِ ُم ال ِّد لاَّلةُ أَْ َن َما ثُِ ُفوا إِاَّلال ِِبَْب ٍل ِم َن اللاَّل ِو َو َ ْب ٍل ِم َن
الناَّلاس
ُ
ْ َض ِب
“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada
tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia”. (Qs. Al ‘Imran *3+: 112). Hubungan
dengan Allah dan hubungan dengan manusia terjalin ketika seorang hamba sedang
melaksanakan shalat.
Dalam shalat seorang hamba merasakan kedekatan dengan Allah Swt, ia mengadukan
semua keluh kesah hidupnya, ia hadapkan semua persoalan hidupnya kepada Dia Yang Maha
Besar Pencipta langit dan bumi, sehingga semua terasa kecil di hadapan-Nya:
ِ و اَّلج ت وج ِ ى لِلاَّل ِى فَطَ اَّل
ض
َ الس َم َوات َواأل َْر
َ
َ َْ ُ ْ َ
“Aku hadapkan wajahku kepada Dia yang telah menciptakan langit dan bumi”. Shalat
mendatangkan ketenangan hati. Karena menyerahkan hati kepada pemiliknya:
ٍ ِ ٍ إِ اَّلف قُػلُوب ب ِِن آدـ ُ لاَّل ا بػ إِصبػع ِ ِمن أَصابِ ِع الاَّل ْزت ِن َ َ ْل
ُ صِّدفُوُ َ ْي
َ
َ ُ ب َوا د
َ ْ ْ َ َْ َ َْ َ َ َ َ َ
ُث َ َ اء
“Sesungguhnya semua hati anak Adam (manusia) berada diantara jari-jemari Allah Yang Maha
Pengasih seperti satu hati, Ia mengarahkannya sesuai kehendak-Nya”. (HR. Muslim).
102
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
Shalat juga mendatangkan kesehatan fisik, jika dilaksanakan dengan gerakan yang benar
dan dengan thuma’ninah yang sempurna.
Shalat membentuk kepribadian muslim yang bebas dari penyakit hati, diantaranya
kesombongan. Dalam shalat seorang muslim dilatih melepaskan dirinya dari sifat angkuh dan
sombong, betapa tidak, ia berada dalam satu shaf dengan siapa saja, tidak melihat derajat dan
status sosial. Ia menempelkan tempat yang paling tinggi dan mulia pada tubuhnya, ia
tempelkan ke tempat yang paling rendah, ia menempelkan dahinya ke lantai. Ia sedang
menyelamatkan dirinya dari sifat sombong yang dapat menghalanginya menuju surga Allah
Swt. Rasulullah Saw bersabda:
اؿ ذَ اَّلرةٍ ِم ْن ِ ٍْرب
ْ الَ َ ْد ُخ ُل
ُ َ اصتَناَّلةَ َم ْن َ ا َف ِ قَػ ْلبِ ِو ِمثْػ
“Tidak akan masuk surga, seseorang yang di dalam hatinya ada sombong sebesar biji sawi”. (HR.
Muslim).
Tidak hanya yang batin saja, akan tetapi zahir dan batin, shalat yang diterima Allah Swt
mampu mencegah dari perbuatan yang keji dan munkar. Allah Swt berfirman:
ِ الص َال َة تَػْنػ َ ى َع ِن الْ َف ْح َ ِاء َوالْ ُمْن َك
إِ اَّلف اَّل
“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar”. (Qs. al‘Ankabut *29+: 45).
Pertanyaan 76: Apakah shalat yang tertinggal wajib diganti?
Jawaban:
Ya, wajib. Dalil:
Imam Muslim menulis satu bab khusus dalam Shahih Muslim:
ِ ِ الصالَةِ الْ َفائِت ِة واستِحب
.ضائِ َ ا
ض ِاء اَّل
َ َاب تَػ ْع ِيل ق
َ َباب ق
َْ ْ َ َ
Bab: Qadha’ (mengganti) shalat yang tertinggal dan anjuran menyegerakan shalat Qadha’.
ِ
ِ
ٍ ِس ب ِن مال
ِ َ صالَةً فَػ ْلي
ك أ اَّل
.» ك
َ َ ق-صلى اهلل عليو وسلم- وؿ اللاَّل ِو
َ َف َر ُس
َ اَّلارةَ َعتَا إِالاَّل ذَل
َ اؿ « َم ْن َس َى
ُ
َ ْ ِ َََع ْن أ
َ صلِّد َ ا إذَا ذَ َ َ َىا الَ َ ف
Dari Anas bin Malik, Rasulullah Saw bersabda: “Siapa yang terlupa shalat, maka ia wajib
melaksanakannya ketika ia ingat. Tidak ada yang dapat menebus shalat kecuali shalat itu sendiri”. (HR.
Muslim).
103
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
ِ ِ
ِ
ِ ْ اب جاء ػوـ
ِ ْ َف ُعم بْن
ِ
ٍ ْ َاَّلار قُػ
وؿ اللاَّل ِو َما
َ اؿ َا َر ُس
َ َش ق
ُّ فَ َ َع َل َ ُس، س
َ ْ َ َ َ اطتَطاَّل
ْ اطتَْن َدؽ بػَ ْع َد َما َاَبَت ال
َ ب ُف
َ َ َ َع ْن َجاب ِ بْ ِن َعْبد اللاَّلو أ اَّل
ُ اَّلم
ِ
ِ
ِ
، فَػ ُ ْمنَا إِ َذل بُطْ َحا َف. » صلاَّلْيتُػ َ ا
َ َ ق. ب
ُّ ِ اؿ
ُ ْد
ْ ُصلِّدى الْ َع
َ تأ
َ « َواللاَّلو َما- صلى اهلل عليو وسلم- الناَّلِب
ُ ُ ْ س تَػ
ْ صَ َ اَّلَّت َ َادت ال
ُ اَّلم
ِ
.ب
َوتَػ َو اَّل، ِلصالَة
فَػتَػ َو اَّل
ض َ لِ اَّل
ْ صلاَّلى الْ َع
َ َض ْ َا َعتَا ف
َ ُُثاَّل، س
َ ِ ْ صلاَّلى بػَ ْع َد َىا الْ َم
ْ صَ بػَ ْع َد َما َاَبَت ال
ُ اَّلم
Dari Jabir bin Abdillah, sesungguhnya Umar bin al-Khaththab datang pada perang Khandaq, ia datang
setelah matahari tenggelam. Umar mencaci maki orang-orang kafir Quraisy seraya berkata: “Wahai
Rasulullah, aku hampir tidak shalat ‘Ashar hingga matahari hampir tenggelam”. Rasulullah Saw berkata:
“Demi Allah saya pun tidak melaksanakannya”. Lalu kami pergi menuju lembah Buth-han, Rasulullah Saw
berwudhu’, kemudian kami pun berwudhu’. Rasulullah Saw melaksanakan shalat ‘Ashar setelah
tenggelam matahari. Kemudian setelah itu beliau melaksanakan shalat Maghrib”. (HR. al-Bukhari).
Pendapat Imam an-Nawawi:
ارتع العلماء ال ن عتد م علي اف من ت ؾ صالة عمدا للمو قضاؤىا وخالف م أبو ػتمد على ابن لـ ف اؿ ال در علي قضائ ا
ابدا وال صح فعل ا ابدا قاؿ بل كث من فعل اطتري وصالة التطوع ليث ل ميلا و وـ ال يامة و ست ف اهلل تعارل و توب وى ا ال ى قالو
مع أ و ؼتالف لالرتاع باطل من ج ة الدليل وبسط ىو الكالـ يف االستدالؿ لو وليس فيما ذ داللة أصال
وؽتا دؿ علي وجوب ال ضاء د ث أَب ى ة رضى اهلل عنو اف النِب صلي اهلل عليو وسلم (أم اجملامع يف هنار رمضاف اف صوـ وما
مع الكفارة أي بدؿ اليوـ ال ى افسده باصتماع عمدا) رواه البي ى باسناد جيد وروي أبو داود ؿتوه وال و إذا وجب ال ضاء علي
التارؾ اسيا فالعامد أوذل
Para ulama terkemuka telah Ijma’ bahwa orang yang meninggalkan shalat secara sengaja, maka ia wajib
meng-qadha’nya. Abu Muhammad Ali bin Hazm bertentangan dengan Ijma’ ulama, ia berkata: “Orang
yang meninggalkan shalat itu tidak akan mampu meng-qadha’nya, perbuatannya itu tidak sah. Ia cukup
dengan memperbanyak berbuat baik dan shalat sunnat untuk memberatkan timbangan amalnya pada
hari kiamat serta memohon ampun kepada Allah Swt bertaubat kepada-Nya. Pendapat Ibnu Hazm ini
bertentangan dengan Ijma’ ulama, pendapat ini batil bila dilihat dari dalilnya. Ibnu Hazm membahas
dengan mengemukan dalil-dalil, akan tetapi dalil-dalil yang ia sebutkan itu tidak mengandung dalil
secara mendasar dalam masalah ini.
Diantara dalil yang mewajibkan Qadha’ adalah hadits Abu Hurairah, sesungguhnya Rasulullah Saw
memerintahkan orang yang melakukan hubungan intim di siang Ramadhan agar melaksanakan puasa
dengan membayar kafarat. Artinya, ia mengganti hari puasa yang telah ia rusak secara sengaja dengan
hubungan intim tersebut. Diriwayatkan oleh al-Baihaqi dengan Sanad Jayyid. Abu Daud juga
meriwayatkan yang sama dengan itu. Jika orang yang meninggalkan karena lupa tetap wajib mengqadha’, maka orang yang meninggalkan secara sengaja lebih utama untuk mengqadha’83.
Pendapat Imam Ibnu Taimiah:
83
Imam an-Nawawi, al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab: 3/71.
104
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
ِ
ِ ِ ِ ِ ِ َالْمسارعةُ َإذل ق
ِ ِ ِ
ِِ ِِ
صلاَّلى
ُّ ُضاء
َ َ ضاء الْ َف َوائت الْ َكث َرية أ َْوَذل م ْن اال ْشت َ ِاؿ َعْنػ َ ا بِالنػ َاَّلواف ِل َوأ اَّلَما َم َع قلاَّلة الْ َف َوائت فَػ
َ
فَِ اَّلف ِ اَّل. السنَ ِن َم َع َ ا َ َس ٌن
ََ َ ُ
َ الناَّلِب
ِ
ِ
ِ
ِاطتْن َدؽ
َص َحابُوُ َع ْن اَّل
َولَ اَّلما فَاتَػْتوُ اَّل. َضة
ُّ ض ْوا
َْ الص َالةُ ػَ ْوَـ
َ ِ السناَّلةَ َوالْ َف
َ َ َع َاـ ن ق- ِ ْ ص َالة الْ َف
ْ اللاَّلوُ َعلَْيو َو َسلاَّل َم لَ اَّلما َ َاـ ُى َو َوأ
َ - الص َالة
ِ
ِ
ِ
ِ
{ َم ْن أ َْد َرَؾ َرْ َعةً ِم ْن: اؿ
َ َصلاَّلى اللاَّلوُ َعلَْي ِو َو َسلاَّل َم ق
َ َق
َ ْ وضةُ تُػ
َ ُت الْ َم ْف
ضى ِيف َرتي ِع ْاأل َْوقَات فَِ اَّلف ِ اَّل
ُ َوالْ َف َوائ. ض بِ َال ُسنَ ٍن
َ ضى الْ َفَائ
َ الناَّلِب
. ُخَى } َواَللاَّلوُ أ َْعلَ ُم
ْ ص ِّدل إلَْيػ َ ا أ
َ ُس فَػ ْلي
ْ الْ َف ْ ِ قَػْب َل أَ ْف تَطْلُ َع ال
ُ اَّلم
Menyegerakan diri melaksanakan qadha’ shalat yang banyak tertinggal lebih utama daripada
menyibukkan diri dengan shalat-shalat sunnat. Adapun shalat wajib yang tertinggal sedikit, maka
melaksanakan qadha’ bersama shalat sunnat, itu baik. Karena Rasulullah Saw ketika beliau tertidur
bersama para shahabat sehingga tertinggal shalat Shubuh pada tahun perang Hunain, beliau
melaksanakan shalat Qadha' yang sunnat dan yang wajib. Ketika tertinggal shalat wajib pada perang
Khandaq, beliau meng-qadha’ yang wajib saja tanpa shalat sunnat. Shalat-shalat wajib yang tertinggal
diqadha’ di semua waktu, karena Rasulullah Saw bersabda: “Siapa yang mendapatkan satu rakaat shalat
Shubuh sebelum terbit matahari, maka hendaklah ia menambahkan satu rakaat lagi”. Wallahu a’lam84.
Kita wajib memperhatikan shalat-shalat kita, karena yang pertama kali dihisab pada hari kiamat
adalah shalat, Rasulullah Saw bersabda:
ِِ
ِِ ِ
ِِ إِ اَّلف أ اَّلَو َؿ ما ُ اس
ِِ ِ
ص ِم ْن
ْ ت فَػ َ ْد أَفْػلَ َح َوأ َْؾتَ َح َوإِ ْف فَ َس َد
ْ صلُ َح
َ صالَتُوُ فَِ ْف
َ ب بو الْ َعْب ُد ػَ ْوَـ الْ يَ َامة م ْن َع َملو
َ ت فَػ َ ْد َخ
َ َ اب َو َخسَ فَ ف ا ْػتَػ
ُ َ َ َ
ِ
ِ
ِ َ ب عاَّلل وج اَّلل ا ْظُ وا ىل لِعب ِدى ِمن تَطَُّوٍع فَػي َك اَّلمل ِ ا ما ا ْػتػ
ك
َ َضتِ ِو َش ْىءٌ ق
َ ض ِة ُُثاَّل َ ُكو ُف َسائُِ َع َمل ِو َعلَى ذَل
َ ِ ص م َن الْ َف
َ ِ َف
َْ ْ َ ُ
ْ
َ َ َ ُّ اؿ الاَّل
َ َ َ َ َ ُ
“Sesungguhnya yang pertama kali dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat dari amalnya adalah
shalatnya. Jika shalatnya baik, maka ia menang dan berhasil. Jika shalatnya rusak, maka ia telah sia-sia
dan rugi. Jika ada kekurangan pada shalatnya, Allah berfirman: “Perhatikanlah, apakah hamba-Ku itu
melaksanakan shalat-shalat sunnat, maka disempurnakan kekurangan itu”. Demikianlah seluruh
amalnya”. (HR. at-Tirmidzi).
Pertanyaan 77: Apakah hukum orang yang meninggalkan shalat secara sadar dan sengaja?
Jawaban:
الكبرية الع وف ت ؾ الصالة متعمدا
{ إف الصالة ا ت على اظت من: إف ال ارع اضتكيم قد أم اظت من ب قامة الصالة وأدائ ا واحملافظة علي ا واالىتماـ ا ف اؿ تعاذل
( أربع ف ض ن: روي عن رسوؿ اهلل صلى اهلل عليو و سلم. { ال ن يموف الصالة } والسنة لك: تابا موقوتا } وقاؿ تعاذل
وروي. اهلل يف اإلسالـ فمن أتى بثالث دل ن عنو شيئا َّت يت ن رتيعا الصالة والل اة وصياـ رمضاف و ج البيت ) رواه أزتد
84
Majmu’ Fatawa Ibn Taimiah: 5/105.
105
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
( من ت ؾ الصالة متعمدا ا ب اهلل عملو وب ئت: قاؿ رسوؿ اهلل صلى اهلل عليو و سلم: عن عم بن اطتطاب رضي اهلل عنو قاؿ
) ( من ت ؾ الصالة ف د ف: وعن ابن عباس رضي اهلل عن ما قاؿ. منو ذمة اهلل َّت اجع اهلل عل و جل توبة ) رواه األصف اين
( من دل صل: ( من ت ؾ الصالة فال د ن لو ) وعن جاب بن عبد اهلل رضي اهلل عن ما قاؿ: وعن ابن مسعود رضي اهلل عنو قاؿ
أف تارؾ الصالة اف و لك اف رأي أىل العلم من لدف النِب صلى اهلل: وقد صح عن النِب صلى اهلل عليو و سلم. ) ف و اف
أف تارؾ الصالة عمدا من اري ع ر َّت ىب وقت ا اف أل و ِت م على ت ؾ أم ه تعاذل وقد وري عن النِب صلى اهلل: عليو و سلم
) ( ب ال جل وب الكف ت ؾ الصالة: عليو و سلم أ و قاؿ
Dosa besar yang kedua puluh adalah meninggalkan shalat secara sengaja.
Pensyariat Yang Maha Bijaksana telah memerintahkan orang-orang yang beriman agar menegakkan
shalat, menunaikannya, menjaganya dan memperhatikannya. Allah Swt berfirman: “Sesungguhnya
shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman”. (Qs. an-Nisa’ *4+:
103). Dan firman-Nya: “Orang-orang yang mendirikan shalat”.
Sunnah juga demikian, diriwayatkan dari Rasulullah Saw: “Empat perkara yang diwajibkan Allah dalam
Islam, siapa yang melaksanakan tiga, maka itu tidak mencukupi baginya hingga ia melaksanakan
semuanya; shalat, zakat, puasa Ramadhan dan haji ke baitullah”. (HR. Ahmad). Diriwayatkan dari Umar
bin al-Khaththab, Rasulullah Saw bersabda: “Siapa yang meninggalkan shalat secara sengaja, maka Allah
menggugurkan amalnya, perlindungan Allah dijauhkan darinya (ia kafir), hingga ia kembali kepada Allah
dengan bertaubat”. (HR. al-Ashfahani). Dari Ibnu Abbas, ia berkata: “Siapa yang meninggalkan shalat,
maka kafirlah ia”. Dari Ibnu Mas’ud, ia berkata: “Siapa yang meninggalkan shalat, maka tidak ada agama
baginya”. Dari jabir bin Abdillah, ia berkata: “Siapa yang tidak shalat, maka ia kafir”.
Hadits shahih dari Rasulullah Saw: “Sesungguhnya orang yang meninggalkan shalat itu kafir”. Demikian
juga pendapat para ulama dari sejak masa Rasulullah Saw bahwa orang yang meninggalkan shalat secara
sengaja tanpa udzur hingga waktunya berakhir, maka kafirlah ia, karena Allah Swt mengancam orang
yang meninggalkan shalat. Diriwayatkan dari Rasulullah Saw: “Antara seseorang dan kekafiran adalah
meninggalkan shalat”85.
Senarai Bacaan.
1. Al-Qur’an al-Karim
2. Kutub Sittah besarta Syarah-nya
3. Imam Ahmad bin Hanbal, al-Musnad
85
Syekh Abu Bakar al-Jaza’iri, al-Fiqh ‘ala al-Madzahib al-Arba’ah: 5/233.
106
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
4. Imam ath-Thabrani, al-Mu’jam al-Kabir
5. Imam al-Baihaqi, as-Sunan al-Kubra
6. Imam an-Nawawi, Syarh an-Nawawi ‘ala Shahih Muslim
7. -----------------------, al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab
8. ----------------------, al-Adzkar
9. Al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani, Fath al-Bari
10. ------------------------------------------, at-Talkhish al-Habir fi Takhrij Ahadits ar-Rafi’i al-Kabir
11. Imam Ibnu Qudamah, al-Mughni
12. Al-Hafizh al-Haitsami, Majma’ az-Zawa’id wa Manba’ al-Fawa’id
13. Imam ash-Shan’ani, Taudhih al-Afkar li Ma’ani Tanqih al-Anzhar
14. -------------------------, Subul as-Salam
15. Imam asy-Syaukani, Nail al-Authar
16. Imam Taqiyuddin Abu Bakr bin Muhammad al-Husaini al-Hishni ad-Dimasyqi asy-Syafi’i, Kifâyat
al-Akhyâr fi Hall Ghâyat al-Ikhtishâr
17. Imam Ibnu Taimiah, Majmu’ Fatawa Ibn Taimiah
18. Syekh Abu Bakar al-Jaza’iri, al-Fiqh ‘ala al-Madzahib al-Arba’ah
19. Syekh Wahbah az-Zuhaili, al-Fiqh al-Islamy wa Adillatuhu
20. Yusuf al-Qaradhawi, Fatawa Mu’ashirah
21. Hasan as-Saqqaf, Shahih Shifat Shalat Nabi min at-Takbir ila at-Taslim ka Annaka Tanzhur Ilaiha
22. Majmu’ Fatawa wa Maqalat Ibn Baz
23. Majmu’ Fatawa wa Rasa’il Ibn ‘Utsaimin
24. Syekh Ibnu ‘Utsaimin, Liqa’at al-Bab al-Maftuh
25. Syekh Nashiruddin al-Albani, Shifat Shalat an-Nabi min at-Takbir ila at-Taslim ka Annaka Tarahu
26. Fatawa asy-Syabakah al-Islamiyyah
27. Fatawa Islamiyyah Su’al wa Jawab
28. Maktabah Shamela
BIOGRAFI PENYUSUN.
H.Abdul Somad, Lc., MA. Lahir pada hari Rabu, 30 Jumada al-Ula 1397 Hijrah, bertepatan dengan 18 Mei
1977M, menyelesaikan pendidikan atas di Madrasah Aliyah Nurul Falah Air Molek Indragiri Hulu Riau
pada tahun 1996. Memperoleh beasiswa dari Universitas Al-Azhar Mesir pada tahun 1998, mendapat
107
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber
gelar Licence (S1) pada tahun 2002. Pada tahun 2004 memperoleh beasiswa dari AMCI (Agence
Marocaine Cooperation Internationale), mendapat gelar Diplôme d'Etudes Supérieure Approfondi (S2) di
Dar al-Hadith al-Hassania Institute, sebuah insitut pendidikan Islam khusus Hadits yang didirikan oleh
Raja Hasan II Raja Maroko di Rabat pada tahun 1964. Anggota Komisi Pengkajian Majelis Ulama
Indonesia Provinsi Riau periode 2009 – 2013. Anggota Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia Kotamadya
Pekanbaru periode 2012 – 2017. Anggota Komisi Pengembangan Badan Amil Zakat Provinsi Riau periode
2009 – 2013. Dosen Universitas Islam Sultan Syarif Kasim Riau sejak 2008 sampai sekarang. Mengasuh
tanya jawab Islam di blog: www.somadmorocco.blogspot.com, kajian keislaman dalam bentuk mp4 dan
mp3 dapat diakses di www.tafaqquhstreaming.com
108
Dipersembahkan untuk ummat oleh Tafaqquh Study Club | Website: www.tafaqquhstreaming.com
Silakan menyebarluaskan e-book ini dengan menyertakan sumber