LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PUPUK DAN PEMUPUKAN
“PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR DARI LIMBAH BUAH-BUAHAN
DENGAN PENAMBAHAN BIOAKTIVATOR EM4 (Effective Microorganisms)”
Nama
: Nuri Aulya
NIM
: 205040201113023
Kelas
: Agroekoteknologi (A)
Asisten Praktikum
: Muhammad Faathir
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
PSDKU KEDIRI
2022
DAFTAR ISI
COVER
DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
DAFTAR TABEL ..........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................... v
1. PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
1.1
Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2
Tujuan Pengomposan..................................................................................... 2
2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................. 3
2.1
Limbah Buah-Buahan ..................................................................................... 3
2.2
Limbah Air Cucian Beras ................................................................................ 3
2.3
Air Kelapa ....................................................................................................... 4
2.4
Proses Pengomposan .................................................................................... 4
3. METODOLOGI ......................................................................................................... 6
3.1
Waktu dan Tempat Pengomposan.................................................................. 6
3.2
Alat dan Bahan ............................................................................................... 6
3.3
Prosedur Pengomposan ................................................................................. 6
3.4
Timeline Kegiatan Pengomposan ................................................................... 7
4. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................................... 8
4.1
Logbook Kegiatan Harian pada Pengomposan ............................................... 8
4.2
Tabel Pengamatan Pengomposan.................................................................. 9
4.3
Hasil Pengomposan...................................................................................... 10
4.4
Pembahasan ................................................................................................ 16
5. PENUTUP .............................................................................................................. 18
5.1
Kesimpulan ................................................................................................... 18
5.2
Saran ............................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 19
LAMPIRAN................................................................................................................. 15
ii
No.
DAFTAR TABEL
Teks
1
Tabel 1. Alat dan Bahan…………………………………………………………
6
2
Tabel 2. Timeline kegiatan pengomposan limbah buah-buahan……………
7
3
Tabel 3. Logbook Kegiatan Praktikum Pembuatan POC Secara Mandiri….
8
4
Tabel 4. Tabel Pengamatan POC (setiap 3 hari sekali)………………………
9
iii
Halaman
No.
DAFTAR GAMBAR
Teks
1
Gambar 1. Bercak putih pada Bahan Baku Utama……………………………
11
2
Gambar 2. Warna Pupuk Organik Cair (POC)………………………………...
11
3
Gambar 3. Pengukuran Pupuk Organik Cair (POC)………………………….
11
iv
Halaman
No.
DAFTAR LAMPIRAN
Teks
1
Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan Praktikum…….…………………………
v
Halaman
15
1
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Produktivitas lahan pertanian di Indonesia selama beberapa tahun terakhir
cenderung mengalami penurunan. Hal ini dapat terjadi dikarenakan, kurangnya
pemberian unsur hara dan penggunaan pupuk an-organik yang berlebihan.
Pemupukan merupakan salah satu kegiatan dalam budidaya tanaman yang
bertujuan untuk menghasilkan produksi tanaman dengan kualitas yang baik atau
maksimal serta optimal melalui pemenuhan nutrisi berupa unsur hara yang
dibutuhkan oleh tanaman. Atau dengan kata lain, pemupukan merupakan suatu
kegiatan atau langkah dalam memberikan tambahan unsur-unsur hara pada
tanah untuk menambah atau menggantikan unsur-unsur hara yang telah hilang
(Rajiman, 2020).
Dalam aktivitas pertanian, sebagai nutrisi dasar dalam produksi tanaman
yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, pupuk organik merupakan salah satu
jenis pupuk yang direkomendasikan dalam produksi pertanian yang ramah
lingkungan dan berkelanjutan. Pupuk organik merupakan suatu pupuk yang
berbahan dasarkan bahan-bahan organik, seperti kompos organik, kotoran
ternak, kotoran unggas, limbah rumah tangga, dan sebagainya. Hal ini diperkuat
dengan Peraturan Menteri Pertanian No. 70/Permentan/SR.140/10/2011 yang
menyatakan bahwa pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari
tumbuhan mati, kotoran hewan dan/atau bagian hewan, dan/atau limbah organik
lainnya yang telah melalui proses rekayasa, berbentuk padat atau cair, dapat
diperkaya dengan bahan mineral dan/atau mikroba, yang bermanfaat untuk
meningkatkan kandungan hara dan bahan organik tanah serta memperbaiki sifat
fisik, kimia dan biologi tanah.
Komponen utama pada pupuk organik adalah senyawa organik atau bahanbahan organik yang diekstraksi dari hewan dan tumbuhan. Pada umumnya,
pupuk organik bersumberkan dari limbah ternak yang nantinya dapat dijadikan
sebagai pupuk kandang. Kemudian, pupuk organik dapat bersumberkan dari
sisa-sisa tanaman (yang masing basah) yang nantinya dapat dijadikan sebagai
pupuk hijau. Dan, pupuk organik dapat bersumberkan dari senyawa organik yang
telah melalui proses dekomposisi oleh mikroba dekomposer yang nantinya dapat
dijadikan sebagai kompos serta limbah industri dan limbah rumah tangga organik.
Pupuk Organik Cair (POC) merupakan salah satu bentuk pupuk organik
berupa cairan yang terdiri dari nutrisi tanaman penting dan mikroorganisme yang
bermanfaat. Memasuki masa pandemic COVID-19, diketahui tingkat konsumsi
buah-buahan di Indonesia mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan
tahun-tahun sebelumnya. Namun, adanya peningkatan ini tidak diiringi dengan
pemanfaatan limbah buah-buahan yang sudah tidak layak makan. Hal ini
dikarenakan, kesadaran masyarakat masih tergolong rendah akan fungsi limbah
yang berada disekitarnya yang padahal memiliki nilai ekonomis tinggi dan dapat
dilakukan pengolahan lebih lanjut untuk dijadikan suatu produk yang bermanfaat.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Nur (2019), diketahui
bahwa limbah buah-buahan memiliki potensi yang tinggi terhadap
penggunannya sebagai bahan baku pembuatan Pupuk Organik Cair (POC) dala
2
meningkatkan kesuburan tanah serta memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Hal ini
dikarenakan, limbah buah-buahan kaya akan unsur-unsur hara yang bermanfaat
bagi tanah maupun pertumbuhan tanaman, seperti Nitrogen (N), Fospor (P),
Kalium (K), Vitamin, Kalsium (Ca), Zat besi (Fe), Natrium (Na), Magnesium (Mg),
dan lain sebagainya. Hal ini diperkuat oleh Bayuseno (2009) yang menjelaskan
bahwa, limbah buah-buahan memiliki potensi yang tinggi sebagai bahan baku
alternatif Pupuk Organik Cair (POC) dikarenakan bubur limbah buah-buahan
atau slurry (air lendir) dapat digunakan sebagai pupuk organik cair dan
ampasnya dapat dijadikan media pertumbuhan serta mengandung senyawasenyawa tertentu seperti protein, selulose, dan lignin yang tidak bisa digantikan
oleh pupuk kimia. Oleh karena itu, pada praktikum Teknologi Pupuk dan
Pemupukan dalam pembuatan Pupuk Organik Cair (POC) secara mandiri,
digunakannya bahan baku utama limbah buah-buahan yang sudah tidak layak
dimakan.
1.2 Tujuan Pengomposan
Tujuan dilaksanakannya praktikum Teknologi Pupuk dan Pemupukan dalam
pembuatan Pupuk Organik Cair (POC) secara mandiri adalah mahasiswa
diharapkan dapat mengetahui proses pembuatan kompos, mengetahui
pengaruh berbagai kombinasi bahan pada pembuatan kompos, serta
mengetahui pengaruh penggunaan EM4 dan molase terhadap kualitas kompos.
Kemudian, tujuan lainnya dalam kegiatan ini adalah untuk mendukung gerakan
zero waste terhadap bahan utama maupun penggunaan peralatan yang
digunakan dalam kegiatan praktikum kali ini.
3
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Limbah Buah-Buahan
Limbah organik merupakan semua bahan yang dapat terurai secara hayati
dan berasal dari tumbuhan atau hewan, seperti sampah hijau, sisa makanan,
kotoran ternak, dan sebagainya. Peranan limbah organik sebagai bahan baku
pembuatan pupuk organik memiliki dampak yang jauh lebih aman jika
dibandingkan dengan pupuk an-organik, hal ini dikarenakan limbah organik
bersifat mudah terurai oleh mikroorganisme di alam. Dengan kata lain, risiko
pencemaran dan kerusakan lingkungan relatif kecil bila menggunakan sampah
organik sebagai bahan dasarnya (Sinaga, 2009). Limbah buah-buahan
merupakan salah satu dari limbah organik yang memiliki potensi yang tinggi
sebagai bahan baku alternatif dalam pembuatan Pupuk Organik Cair (POC).
Hal tersebut diperkuat oleh Friedman (1997) yang menyatakan bahwa, buah,
kulit, dan biji buah-buahan memiliki kandungan yang tinggi sejumlah senyawa
fenolik. Tidak hanya itu, berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
Nur (2019) diketahui bahwa limbah buah-buahan kaya akan unsur-unsur hara
yang bermanfaat bagi tanah maupun pertumbuhan tanaman, seperti Nitrogen
(N), Fospor (P), Kalium (K), Vitamin, Kalsium (Ca), Zat besi (Fe), Natrium (Na),
Magnesium (Mg), dan lain sebagainya (Nur, 2019). Kemudian, dalam limbah
buah-buahan terdapatnya pula bubur atau slurry (air lendir) yang mengandung
senyawa-senyawa tertentu seperti protein, selulose, dan lignin yang tidak bisa
digantikan oleh pupuk kimia yang bermanfaat dalam media pertumbuhan
tanaman dan meningkatkan produktivitas lahan (Bayuseno, 2009).
2.2 Limbah Air Cucian Beras
Limbah air cucian beras merupakan suatu produk sampingan dari limbah
rumah tangga yang berasal dari air berpati yang tersisa setelah beras dimasak
atau dibiarkan terendam yang kaya akan nutrisi dan bermanfaat dalam
menyuburkan tanaman serta meningkatkan kesehatan tanaman. Hal ini
diperkuat oleh hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Wulandari et al. (2011)
yang menjelaskan bahwa, limbah air cucian beras atau leri (dalam bahasa jawa)
mengandung mineral dan vitamin yang dapat menunjang pertumbuhan tanaman
serta diketahui pula bahwa limbah air cucian beras mengandung unsur N
(0,015%), P (16,306%), K (0,02%), Ca (2,944%), Mg (14,252%), S (0,027%), Fe
(0,0427%), dan vitamin B1 (0,043%). Dimana, vitamin B1 memiliki peranan
dalam metabolisme tanaman atau lebih tepatnya dalam hal transformasi
karbohidrat menjadi energi untuk mendorong aktivitas pada tumbuhan.
Lebih lanjut, limbah air cucian beras juga diketahui mengandung unsur fosfor
(P), dimana unsur fosfor merupakan salah satu unsur hara mikro yang
dibutuhkan oleh tanaman yang memiliki peranan dalam peningkatan jumlah
daun dan tinggi tanaman (Yulianingsih, 2017). Dan, berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan oleh Andrianto (2007), pemberian limbah air cucian beras
terhadap bunga adenium menunjukkan hasil yang nyata terhadap pertumbuhan
akar tanaman bunga adenium. Hal ini dikarenakan, limbah air cucian beras
mengandung vitamin B1 yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan dan
metabolisme akar.
4
2.3 Air Kelapa
Air kelapa atau pada umumnya disebut sebagai air kelapa hijau merupakan
suatu cairan bening atau air yang ditemukan di dalam kelapa yang belum matang.
Atau secara ilmiah dapat didefinisikan sebagai cairan endosperm buah kepala
yang mengandung senyawa-senyawa biologi yang aktif (Darlina et al., 2016).
Dalam pertumbuhan tanaman, diketahui bahwa air kelapa berperan dalam
mempercepat dan memperkuat pertumbuhan tanaman. Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan oleh Santosa dan Soekandarsi (2018), penelitian
menunjukkan hasil yang nyata terhadap pertumbuhan bibit Syzygium myrtifolium
(Roxb) Walp atau daun pucuk merah. Dengan pengaplikasian air kelapa
terhadap bibit daun pucuk merah diketahui dapat mempercepat pertumbuhan
bibit daun pucuk merah.
Hal tersebut diperkuat oleh Jayanegara (2010) yang menjelaskan bahwa, air
kelapa mengandung hormon pertumbuhan auksin dan sitokinin yang diketahui
dapat memicui pertumbuhan tanaman. Tidak hanya itu, air kelapa juga
mengandung beberapa unsur hara seperti nitrogen, fosfor, kalium, besi, dan
kalsium (Kiswanto, 2004). Hasil penelitian yang selaras juga ditunjukkan oleh
Marlina dan Anggraini (2002) yang menunjukkan hasil tanaman lada dengan
perlakuan perendaman stek lada selama 6 jam dalam konsentrasi 50% air kelapa
memberikan pengaruh yang paling baik terhadap panjang akar, berat kering akar,
berat kering tunas, dan total luas daun.
2.4 Proses Pengomposan
Pengomposan merupakan suatu proses transformasi humus yang stabil dan
termineralisasi secara biodegradable oleh bakteri serta organisme tingkat mikro
dan makro yang dapat terurai dalam limbah padat yang berfungsi sebagai
perombak tanah atau perbaikan struktur tanah (Argun et al., 2017). Dalam proses
pengomposan, terdapat 4 fase atau tahapan yang terdapat didalamnya, yaitu
fase panas (mesofilik), fase curing (termofilik), fase pendinginan, dan fase
pematangan yang dapat dijelaskan sebagai berikut berdasarkan Meena et al.
(2021), yaitu:
a). Fase Panas (Mesofilik)
Dalam proses pengomposan, dimulai pada suhu sekitar dan dalam
beberapa hari (atau bahkan berjam-jam), suhunya naik sampai 45°C.
Aktivitas metabolisme berbagai kelompok mikroorganisme yang heterogen
menghasilkan peningkatan suhu dikarena mikroba ini memanfaatkan N dan
C dari bahan organik untuk asimilasi tubuh mereka. Dekomposisi dari
senyawa larut, seperti gula, menghasilkan asam organik yang dapat
menyebabkan pH bisa turun (menjadi sekitar 4,0 atau 4,5). Fase panas
berlangsung selama dua sampai delapan hari.
b). Fase Curing (Termofilik)
Ketika suhu bahan organik induk mencapai suhu lebih tinggi dari 45 °C,
mikroorganisme mesofilik digantikan oleh mikroorganisme termofilik yang
memiliki kapasitas untuk tumbuh pada suhu yang lebih tinggi.
Mikroorganisme termofilik ini memfasilitasi degradasi organik kompleks, yaitu
selulosa dan lignin. Konversi nitrogen menjadi amonia oleh termofilik mikroba
menghasilkan kenaikan pH tumpukan kompos selama tahap ini. Secara khus
5
us, lebih dari 60℃, bakteri yang memproduksi spora dan actinobacteria yang
bertanggung jawab untuk memecah lilin, hemiselulosa, dan senyawa
kompleks C lainnya mulai berkembang. Temperatur tumpukan kompos yang
tinggi selama fase ini membantu dalam membunuh kontaminan dan bakteri
yang berasal dari feses, yaitu Escherichia coli, Salmonella sp., spora jamur
fitopatogen, bibit gulma, dan sebainya. Sehingga, fase ini juga dikenal
sebagai fase higienisasi.
c). Fase Pendinginan
Setelah pembuangan sumber karbon dan nitrogen dari bahan
pengomposan, suhu menurun lagi menjadi sekitar 40-45℃. Selama fase
mesofilik, degradasi polimer karena selulosa berlanjut dan beberapa jamur
terlihat dengan mata telanjang muncul. Saat suhu turun di bawah
40℃, aktivitas organisme mesofilik dilanjutkan dan pH tumpukan kompos
sedikit menurun. Sedangkan secara umum, pH tumpukan kompos bersifat
basa. Beberapa jamur dapat berkembang dan bahkan menghasilkan struktur
yang terlihat. Fase pendinginan ini membutuhkan beberapa minggu untuk
mencapai fase pematangan.
d). Fase Pematangan
Selama fase pematangan, suhu tumpukan kompos turun ke tingkat suhu
sekitar 20-30℃ dan selama fase ini terjadinya kondensasi senyawa karbon
dan polimerisasi, yang selanjutnya membantu dalam perumusan asam fulvat
dan humat.
6
3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Pengomposan
Kegiatan pengomposan mandiri ini dilaksanakan pada hari Kamis, 23
September 2021 yang dimulai pada pukul 13.00 WIB sampai dengan selesai.
Kegiatan pengomposan mandiri berlokasi di Perumahan Irigasi Baru yang
beralamatkan di Jl. Irida Timur XIV, Blok D15/No.02, RT02/RW14, Kecamatan
Bekasi Jaya, Bekasi Timur, Kota Bekasi, Jawa Barat. Kota Bekasi berada di
daerah dataran rendah dengan kemiringan antara 0-2% dan dengan ketinggian
antara 11m−81 m di atas permukaan air laut. Kota Bekasi memiliki suhu udara
berkisar antara 24 − 33ºC dan memiliki tingkat kelembaban yang rendah dengan
rata-rata curah hujan 542,08 mm/bulan. Secara astronomi, Kota Bekasi terletak
di antara 106º48’28” - 107º27’29” Bujur Timur dan 6º10’6” - 6º30’6” Lintang
Selatan (Badan Pusat Statistik Kota Bekasi, 2020).
3.2 Alat dan Bahan
Tabel 1. Alat dan Bahan
No
Alat
1
Komposter anaerob
2
Saringan
3
Pengaduk
4
Pisau
5
Talenan
6
Gelas ukur (1000 ml)
Bahan
Limbah buah-buahan (6 kg)
Air cucian beras (9 L)
Air kelapa (4 L)
Gula merah (300 g)
Air panas (250 ml)
Bioaktivator EM4 (15 ml)
3.3 Prosedur Pengomposan
Menyiapkan alat dan bahan
Potong limbah buah-buahan hingga
menjadi potongan kecil
Keringkan limbah buah-buahan
yang sudah dipotong kecil
Potong gula merah hingga menjadi halus
Masukan gula merah (300 g) yang sudah
halus ke dalam gelas ukur (1000 ml) serta
air panas (250 ml) untuk dilarutkan
7
Aduk gula merah dan air panas hingga
merata dan tunggu sampai
campuran menjadi dingin
Masukan limbah buah-buahan yang sudah
dipotong halus dan kering ke dalam
komposter anaerob
Masukan larutan gula merah ke dalam
komposter anaerob
Masukan air kelapa (4 L), air cucian beras
(9 L), dan bioaktivator EM4 (15 ml)
ke dalam komposter anaerob
Aduk media hingga tercampur dengan baik
Tutup komposter anaerob selama
2 minggu untuk proses fermentasi
pada tempat yang teduh
3.4 Timeline Kegiatan Pengomposan
Tabel 2. Timeline kegiatan pengomposan limbah buah-buahan
September (2021)
Meeting FFT (Gmeet)
Literatur review
Refine methodology
Preparation of tools and materials
LOF manufacture
Fermentation
Data analysis
Write and submit report for FFT
Oktober (2021)
8
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Logbook Kegiatan Harian pada Pengomposan
Tabel 3. Logbook Kegiatan Praktikum Pembuatan POC Secara Mandiri
Hari
No
Hari
Tanggal
Kegiatan
Dokumentasi
Ke-
Kamis
23
September
2021
2
1
Pencampuran
Bahan
Sabtu
25
September
2021
3
Pembuangan
Gas
&
Pengecekkan
Suhu
3
Selasa
28,
September
2021
6
Pengecekkan
Suhu
4
Jumat
01,
Oktober
2021
9
Pengecekkan
Suhu
Sabtu
02,
Oktober
2021
10
Pembuangan
Gas
Senin
04,
Oktober
2021
12
Pengecekkan
Suhu
1
5
6
9
7
Kamis
07,
Oktober
2021
15
Pengecekkan
Suhu
8
Minggu
10,
Oktober
2021
18
Pengecekkan
Suhu
9
Selasa
12,
Oktober
2021
20
Pembuangan
Gas
10
Rabu
13,
Oktober
2021
21
Pengecekkan
Suhu
11
Sabtu
16,
Oktober
2021
24
Pengecekkan
Suhu
12
Selasa
19,
Oktober
2021
27
Pengecekkan
Suhu
4.2 Tabel Pengamatan Pengomposan
Tabel 4. Tabel Pengamatan POC (setiap 3 hari sekali):
No
Hari Ke-
Suhu
Warna
Bentuk
Bahan Baku
1
3
Tidak Panas
-
-
2
6
Tidak Panas
-
-
Keterangan
Tidak
muncul
belatung
Tidak
muncul
belatung
10
3
9
Tidak Panas
-
-
4
12
Tidak Panas
5
15
Tidak Panas
-
-
6
7
8
9
18
21
24
27
Tidak Panas
Tidak Panas
Hangat
Tidak Panas
-
-
Tidak
muncul
belatung
Pengamatan
suhu tidak
dapat
dilakukan
secara
maksimal
dikarenakan
bahan
komposter
anaerob
yang tebal
dan sukar
menghantar
panas.
IDEM.
Namun,
pupuk sudah
memiliki bau
seperti
fermentasi.
IDEM
IDEM
IDEM
IDEM
4.3 Hasil Pengomposan
Kegiatan pengomposan mandiri ini dilaksanakan pada hari Kamis, 23
September 2021 yang dimulai pada pukul 13.00 WIB sampai dengan selesai.
Dalam praktikum pembuatan Pupuk Organik Cair (POC) secara mandiri,
dilakukannya fermentasi selama 14 hari dengan bahan baku utama berupa
limbah buah-buahan (6 kg) dan bahan tambahan berupa air cucian beras (9 L)
serta air kelapa (4 L) dengan penambahan bioaktivator berupa EM4. Sedangkan,
alat yang dipergunakan meliputi komposter anaerob, saringan, pengaduk, pisau,
talenan, dan gelas ukur (1000 ml). Kegiatan ini diawali dengan menyiapkan alat
dan bahan. Kemudian, dipotongnya limbah buah-buahan hingga menjadi
potongan kecil yang kemudian dikeringkan. Selanjutnya, dipersiapkannya MOL
berupa gula merah (300 g) yang dipotong menjadi halus, yang kemudian
dilarutkan dengan air panas. Selanjutnya, diaduknya gula merah dan air panas
hingga merata dan tunggu sampai campuran menjadi dingin. Setelah itu,
dimasukkannya limbah buah-buahan yang sudah dipotong halus dan kering ke
dalam komposter anaerob. Kemudian, dimasukkannya air kelapa (4 L), air cucian
beras (9 L), dan bioaktivator EM4 (15 ml) ke dalam komposter anaerob yang
kemudian diaduk hingga tercampur dengan baik. Dan, ditutupnya komposter
anaerob selama 2 minggu untuk proses fermentasi pada tempat yang teduh.
Memasuki kegiatan pengamatan, kegiatan pengamatan dilakukan selama
massa pematangan pupuk yang meliputi pengecekkan suhu (kualitatif) dan pemb
11
uangan gas. Selama kegiatan pengamatan, pengamatan pada suhu tidak dapat
dilakukan secara maksimal, dikarenakan bahan komposter anaerob yang tebal
dan sukar menghantar panas. Sehingga, berdasarkan hasil pembuatan Pupuk
Organik Cair (POC) secara mandiri, Pupuk Organik Cair (POC) yang sudah
difermentasi selama 14 hari mengeluarkan bau seperti tape atau mengeluarkan
bau seperti hasil fermentasi. Kemudian, terdapatnya bercak-bercak putih pada
bahan baku utama yang berupa limbah buah-buahan dan memiliki warna kuning
kecoklatan. Dan, berdasarkan hasil pengukuran menggunakan gelas ukur (1 L),
didapatkannya Pupuk Organik Cair (POC) sebanyak 13.20 L.
Gambar 1. Bercak putih pada
Bahan Baku Utama
Sumber: Dokumentasi Pribadi
(2021)
Gambar 2. Warna Pupuk
Organik Cair (POC)
Sumber: Dokumentasi Pribadi
(2021)
Gambar 3. Pengukuran Pupuk Organik Cair (POC)
Sumber: Dokumentasi Pribadi (2021)
4.4 Pembahasan
Dalam praktikum pembuatan Pupuk Organik Cair (POC) secara mandiri,
dilakukannya fermentasi selama 14 hari dengan bahan baku utama berupa
limbah buah-buahan (6 kg) dan bahan tambahan berupa air cucian beras (9 L)
serta air kelapa (4 L) dengan penambahan bioaktivator berupa EM4 (15 ml) serta
MOL berupa larutan gula merah. Proses fermentasi dilakukan bertujuan untuk
menguraikan senyawa kompleks menjasi senyawa yang lebih sederhana dengan
bantuan mikroorganisme. Hal ini selaras dengan Yuliani dan Priantoro (2017)
yang menyatakan bahwa, proses fermentasi bermanfaat dalam memberikan
waktu kepada mikroorganisme untuk menguraikan unsur-unsur organik dalam
pupuk cair agar mudah diserap.
Berdasarkan hasil pembuatan Pupuk Organik Cair (POC) secara mandiri,
Pupuk Organik Cair (POC) yang sudah difermentasi selama 14 hari
mengeluarkan bau seperti tape atau mengeluarkan bau seperti hasil fermentasi.
Kemudian, terdapatnya bercak-bercak putih pada bahan baku utama yang berup
12
limbah buah-buahan dan memiliki warna kuning kecoklatan. Menurut Indriani
(2003), Pupuk Organik Cair (POC) dapat dikatakan telah matang dengan
sempurna memiliki ciri fisik berupa warna kuning kecoklatan, bahan
pembentuknya sudah membusuk dan mengeluarkan bau fermentasi, dan
terdapatnya bercak-bercak putih. Dimana, semakin banyak bercak-bercak putih
yang terdapat pada Pupuk Organik Cair (POC), maka akan semakin bagus pula
pupuknya. Sehingga, berdasarkan perbandingan hasil pengomposan dengan
penjelasan Indriani (2003) mengenai ciri fisik Pupuk Organik Cair (POC) yang
telah matang dengan sempurna. Dapat dikatakan bahwa hasil pengomposan
berhasil dilakukan dengan banyaknya Pupuk Organik Cair (POC) berdasarkan
hasil pengukuran menggunakan gelas ukur (1 L) sebanyak 13.20 L.
13
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pupuk organik merupakan suatu pupuk yang berbahan dasarkan bahan-bahan
organik, seperti kompos organik, kotoran ternak, kotoran unggas, limbah rumah
tangga, dan sebagainya. Salah satu bentuk pupuk organik berupa cairan yang
terdiri dari nutrisi tanaman penting dan mikroorganisme yang bermanfaat disebut
juga sebagai Pupuk Organik Cair (POC). Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan, Pupuk Organik Cair (POC) dengan berbahan baku utama berupa
limbah buah-buahan (6 kg) dan bahan tambahan berupa air cucian beras (9 L)
serta air kelapa (4 L) dengan penambahan bioaktivator berupa EM4 (15 ml) serta
MOL berupa larutan gula merah, diketahui dapat menghasilkan Pupuk Organik
Cair sebanyak 13.20 L berdasarkan hasil pengukuran menggunakan gelas ukur
(1 L).
5.2 Saran
1. Diperlukannya penelitian lebih lanjut agar kandungan pupuk dapat
ditingkatkan.
2. Diperlukannya penambahan variasi bahan organik yang beragam agar
kandungan hara pupuk organik cair dapat ditingkatkan melalui penambahan
variasi campuran bahan organik yang beragam.
14
DAFTAR PUSTAKA
Andrianto, H. (2007). Pengaruh Air Cucian Beras pada Adenium. Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Argun, Y. A., A. Karacali, U. Calisir, dan N. Kilinc. (2017). Composting as a Waste
Management Method. J. Int. Environmental Application & Science Vol.12(3), 244255.
Badan Pusat Statistik Kota Bekasi. (2020). Kota Bekasi Dalam Angka 2020. Bekasi: BPS
kota Bekasi.
Bayuseno, A. (2009). Penerapan dan Pengujian Teknologi Anaerob Digester Untuk
Pengolahan Sampah Buah-buahan dari Pasar Tradisional. Rotasi Vol.11(2), 114.
Darlina, Hasanuddin, dan H. Rahmatan. (2016). Pengaruh Penyiraman Air Kelapa
(Cocos nucifera L.) Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Lada (PIPER NIGRUM L.).
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Biologi Vol.1(1), 20-28.
Nur, M. (2019). Analisis Potensi Limbah Buah-buahan Sebagai Pupuk Organik Cair.
SEMINAR NASIONAL TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2019
(pp. 28-32). Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Peraturan Menteri Pertanian No. 70/Permentan/SR.140/10/ 2011 tentang Pupuk
Organik, Pupuk Hayati, dan Pembenah Tanah.
Rajiman. (2020). Pengantar Pemupukan. Yogyakarta: Deepublish.
Santosa, S. dan E. Soekendarsi. (2018). UTILIZATION OF RICE AND COCONUT
WATER WASTE TO ACCELERATE THE GROWTH OF SYZYGIUM
MYRTIFOLIUM (ROXB) WALP SEEDLINGS ON SEDIMENT MEDIA. Academic
Research International Vol. 9(4), 1-5.
Sinaga, D. (2009). Making Liquid Fertilizer from Organic Waste by Using Biosca as a
Starter. [Thesis] Dep. Tekpar FAPERTA USU.
Wulandari, Muhartini, dan Trisnowati. (2011). Pengaruh Air Cucian Beras Merah Dan
Beras Putih Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Selada (Lactuca sativa L.).
[Skripsi] Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada.
Yulianingsih, R. (2017). Pengaruh Air Cucian Beras Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil
Terung Ungu (Solanum Melongena L.). PIPER, 24(13), 61-68.
Yuliani, P. dan A. T. Priantoro. (2017). Long Fermentation Effect on Liquid Fertilizer for
Spinach, Green Mustard, Watermelon and Banana Peel Waste Toward Nutrient
Ingredients of Phosphor and Potassium with Effective Microorganism4 (EM4)
Bioactivator Addition. Proceeding of the 7th Annual Basic Science International
Conference, (pp. 98-100).
15
LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan Praktikum
Dokumentasi
Keterangan
Persiapan alat dan bahan
Persiapan alat dan bahan
16
Pembuangan gas dan pengecekan suhu
Pemanenan pupuk