EPP.Vol.5.No.1.2008:8-15
8
STUDI BANDING RESIKO EKONOMI
USAHATANI PEPAYA VARIETAS THAILAND DAN HAWAII
(A Comparative Study of Economic Risk between
Papaya Farming with Thailand Variety and that with Hawaii Variety )
Syarifah Maryam dan Suprapti
Program Studi Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Mulawarman, Samarinda 75123
Telp : (0541) 749130 : E-mail :
[email protected]
ABSTRACT
The purpose of this research was to compare economic risk the papaya farming with Thailand
variety and that Hawaii variety at Lempake Sub-District, North Samarinda District. The research was
conducted from March to May 2005 in Lempake Sub-District, North Samarinda District. The data were
taken from census method to 28 respondents. The data were analyzed by using E-V (expectationvariances).The result of the research showed the production, selling price and revenue risk of papaya
farming with Thailand Variety higher than that with Hawaii variety.
Key words: production, price, revenue.
PENDAHULUAN
Indonesia kaya akan beraneka ragam
jenis buah-buahan, baik yang merupakan jenis
lokal maupun jenis buah impor. Menurut
Rukmana (1995), salah satu jenis buah asal luar
negeri yang telah lama berkembang dan ditanam
di wilayah nusantara adalah pepaya. Menurut
Kalie (1996), buah pepaya tergolong buah yang
populer dan digemari oleh hampir seluruh
penduduk penghuni bumi ini. Daging buahnya
lunak dengan warna merah atau kuning.
Rasanya manis dan menyegarkan karena
mengandung banyak air. Nilai gizi buah ini
cukup tinggi karena mengandung banyak
vitamin A (365 S.I), vitamin C (78 mg), mineral
(86,70 gr) dan kalsium (23 mg). Selain itu,
dengan mengkonsumsi buah ini akan
memudahkan buang air besar. Batang, daun
dan buah pepaya muda mengandung getah
berwarna putih. Getah ini mengandung suatu
enzim pemecah protein atau enzim proteilitik
yang disebut papain. Lalap daun pepaya muda
yang dapat menambah nafsu makan diduga
disebabkan oleh enzim ini.
Varietas pepaya yang banyak ditanam di
Indonesia antara lain varietas Semangka,
Jinggo, Bangkok atau Thailand, Cibinong,
Meksiko, Solo atau Hawaii, Mas, Hijau dan
varietas item. Masing-masing varietas tersebut
memiliki ciri-ciri yang berbeda baik dari bentuk
buah, warna buah, berat serta rasanya (kalie,
1996).
Pengembangan budidaya tanaman pepaya
merupakan alternatif utama dalam usaha
penganekaragaman (diversifikasi) pertanian di
lahan kering. Lahan kering di Indonesia sekitar
150,00 juta ha dan 50,00 juta ha diantaranya
dapat dimanfaatkan sebagai lahan pertanian di
luar kawasan hutan serta 33,30 juta ha dapat
dimanfaatkan untuk pengembangan buahbuahan. Peningkatan kualitas dan kuantitas
produksi pepaya selain dapat memperbesar
ekspor non-migas, juga dapat memberikan
sumbangan cukup besar terhadap pendapatan
petani,
pengembangan
agribisnis
dan
agroindustri, perluasan kesempatan kerja dan
peningkatan gizi masyarakat (Rukmana, 1995).
Pada kegiatan usahatani, para petani
selalu dihadapkan dengan situasi resiko. Sumber
resiko yang penting di sektor pertanian adalah
fluktuasi hasil produksi pertanian dan harga.
Resiko produksi hasil produksi banyak
disebabkan oleh faktor alam seperti iklim, hama
dan penyakit serta kekeringan. Faktor resiko ini
menyebabkan petani cenderung enggan
memperluas usahanya karena khawatir muncul
adanya kemungkinan merugi (Soekartawi, dkk,
1993).
Menurut data BPS (2003), hasil produksi
tanaman pepaya di Samarinda pada tahun 2002
sebesar 7.181,00 ton dan pada tahun 2003 hasil
produksi sebesar 2.244,00 ton yang berarti
mengalami penurunan sebesar 4.937,00 ton.
Menurut data produksi buah-buahan pada
monografi Keluarahan Lempake (2004), luas
lahan yang digunakan untuk usahatani pepaya di
Kelurahan Lempake adalah sebesar 12,50 ha
dengan hasil produksi mencapai 50,31 ton.
Usahatani pepaya di Kelurahan Lempake
merupakan usahatani utama yang diusahakan
selain
menanam
sayur-sayuran
sebagai
Studi Banding Resiko Ekonomi Usahatani Pepaya Varietas Thailand dan Hawaii (Syarifah Maryam dan Suprapti)
usahatani sampingan. Varietas pepaya yang
diusahakan adalah varietas Thailand dan
Hawaii.
Resiko juga dapat ditemukan pada
usahatani pepaya di Kelurahan Lempake.
Pepaya yang diusahakan di Kelurahan tersebut
ada dua verietas, hasil produksi dan harga kedua
varietas tersebut berbeda.
Harga pepaya
varietas Thailand lebih murah dibanding
varietas Hawaii tetapi produksi pepaya varietas
Thailand lebih besar dibanding varietas Hawaii.
Harga jual buah pepaya varietas Thailand yang
berlaku di tingkat petani di Kelurahan Lempake
yaitu mulai Rp 600,00/kg-Rp 1.000,00 kg/kg
sedangkan varietas Hawaii mulai Rp
1.200,00/kg-Rp 1.500,00/kg. Perbedaan harga
dan produksi menyebabkan resiko ekonomi
yang dihadapi juga berbeda. Oleh sebab itu
diteliti resiko ekonomi dari usahatani pepaya
varietas Thailand dan Hawaii.
Dengan
diketahui resiko ekonomi tersebut maka petani
dapat
mengambil
keputusan
untuk
memprioritaskan varietas mana yang potensial
untuk diusahakan mengingat keputusan tersebut
akan berpengaruh terhadap penerimaan yang
diperoleh.
Tujuan penelitian adalah membandingkan
resiko ekonomi (hasil produksi, harga dan
penerimaan) dari melakukan usahatani pepaya
varietas Thailand dan Hawaii.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan selama 3
bulan mulai bulan Maret sampai Mei 2005.
Lokasi penelitian di Kelurahan Lempake
Kecamatan
Samarinda
Utara,
Propinsi
Kalimantan Timur.
Data yang dikumpulkan merupakan data
primer dan data sekunder.
Data primer
diperoleh melalui wawancara langsung kepada
responden
dengan
menggunakan daftar
pertanyaan yang telah disusun sesuai dengan
tujuan penelitian. Data sekunder yang
dikumpulkan antara lain data luas lahan dan
produksi dari hasil laporan instansi atau
lembaga-lembaga yang ada hubungannya
dengan penelitian ini.
Pengambilan sampel dalam penelitian
ini akan dilakukan secara sensus. Hal ini
dilakukan karena petani pepaya yang ada di
lokasi penelitian hanya berjumlah 28 orang.
Kartono (1980), menyatakan jika jumlah
populasi antara 10-100 orang maka sebaiknya
diambil secara sensus atau 100%.
Metode analisis data yang digunakan
untuk
membandingkan
resiko
ekonomi
9
usahatani pepaya varietas Thailand dan Hawaii
adalah dengan analisis E-V (harapan-varians).
Resiko hasil produksi, harga jual dan
penerimaan dapat dihitung dengan cara
membandingkan :
1. Hasil produksi (Q), harga jual (P) dan
penerimaan (TR).
Hasil produksi dapat ditentukan dengan
menghitung jumlah panen petani pepaya
setiap panen. Harga jual dapat diketahui dari
harga yang berlaku ditingkat petani pepaya
di Kelurahan Lempake. Menurut Mubyarto
(1994),
untuk
mengetahui
besarnya
penerimaan yang diterima petani pepaya
digunakan rumus sebagai berikut :
TR = P . Q
keterangan :
TR : penerimaan (Rp/ha);
P
: harga jual (Rp/kg);
Q
: hasil produksi (kg/ha).
2. Hasil produksi, harga jual dan penerimaan
yang diharapkan (Qi).
Perkiraan besarnya hasil produksi yang akan
diperoleh dapat diketahui dari produksi ratarata. Hasil produksi, harga jual dan
penerimaan rata-rata dapat dihitung dengan
rumus :
Q
Qi
n
keterangan :
Qi: rata-rata hasil produksi (kg/ha); harga
jual (Rp/kg), penerimaan (Rp/kg);
Q: hasil produksi (kg/ha); harga jual (Rp/kg),
penerimaan (Rp/kg);
n: lama waktu pengamatan.
3. Resiko
Menurut Hernanto (1993), untuk mengukur
resiko secara statistik, dipakai ukuran ragam
(varians) atau simpangan baku (standar
deviation). Ragam dapat dihitung dengan
rumus :
Q Qi
V
2
n 1
2
keterangan :
V2: ragam;
Q: hasil produksi (kg/ha), harga jual (Rp/kg),
penerimaan (Rp/kg);
Qi: hasil produksi rata-rata (kg/ha), harga
jual rata-rata (Rp/kg), penerimaan rata-rata
(Rp/kg);
n: lama waktu pengamatan.
Simpangan baku dapat dihitung dengan
rumus :
V
Q
n
Qi
1
2
keterangan :
V: simpangan baku;
Q: hasil produksi (kg/ha), harga jual (Rp/kg),
penerimaan (Rp/kg);
EPP.Vol.5.No.1.2008:8-15
10
Qi: hasil produksi rata-rata (kg/ha), harga
jual rata-rata (Rp/kg), penerimaan rata-rata
(Rp/kg);
n: lama waktu pengamatan.
Semakin tinggi nilai ragam (v2) dan
simpangan baku (V), maka semakin tinggi
pula tingkat resiko hasil produksi.
4. Koefisien Variasi (KV)
Menurut Hernanto (1993), koefisien variasi
merupakan perbandingan dari resiko yang
harus ditanggung dengan besarnya produksi.
KV
V
x 100 %
Qi
keterangan :
KV: koefisien variasi;
V : simpangan baku;
Qi : hasil produksi rata-rata (kg/ha), harga
jual rata-rata (Rp/kg), penerimaan ratarata (Rp/kg).
5. Batas Bawah Hasil Tertinggi (L)
Batas bawah hasil tertinggi merupakan nilai
hasil produksi yang paling rendah yang
mungkin diterima. Apabila nilainya kurang
dari nol, maka kemungkinan besar akan
mengalami kerugian. Batas bawah hasil
tertinggi dapat dihitung dengan rumus :
L Qi 2V
keterangan :
L : batas bawah hasil tertinggi;
Qi: hasil produksi rata-rata (kg/ha), harga
jual rata-rata (Rp/kg), penerimaan rata-rata
(Rp/kg);
VA : varians.
6. Koefisien Korelasi (r)
Menurut Nasarudin (2000), koefisien
korelasi (Pearson) untuk menghitung tingkat
kebebasan antara dua peubah acak. Nilai
koefisien korelasi ada dalam selang -1≤r≤+1.
Jika r = 0 berarti hubungan antara kedua
komoditas adalah bebas/tidak ada hubungan.
Jika r = +1 berarti hubungan positif (searah)
sempurna. Makin rendah nilai r atau
mendekati 0 lebih banyak produksi yang
didapatkan dari diversifikasi.
Koefisien
korelasi dihitung dengan rumus :
Q
Q
Q
Q
Q Q 2 Q Q 2
keterangan :
rAB : koefisien korelasi;
QA : hasil produksi, harga jual dan
penerimaan pepaya varietas Thailand ;
QiA : hasil produksi rata-rata (kg/ha), harga
jual rata-rata (Rp/kg), penerimaan ratarata (Rp/kg) pepaya varietas Thailand;
QB : hasil produksi (kg/ha), harga jual
(Rp/kg), penerimaan (Rp/kg) pepaya
varietas Hawaii (kg/ha);
r AB
A
A
iA
iA
B
B
iB
iB
QiB : hasil produksi rata-rata (kg/ha), harga
jual rata-rata (Rp/kg), penerimaan ratarata (Rp/kg) pepaya varietas Hawaii
(kg/ha);
Kaidah keputusan :
1. Bila V2 dan V varietas Thailand > V2 dan V
varietas Hawaii, maka resiko ekonomi
(produksi, harga jual dan penerimaan) dari
usahatani pepaya Thailand lebih tinggi
dibanding varietas Hawaii.
2. Bila V2 dan V varietas Thailand < V2 dan V
varietas Hawaii, maka resiko ekonomi
(produksi, harga jual dan penerimaan) dari
usahatani pepaya Thailand lebih rendah
dibanding varietas Hawaii.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Resiko Produksi
Produksi pepaya varietas Thailand dan
Hawaii setiap kali panen berfluktuasi. Produksi
pepaya varietas Thailand tertinggi adalah pada
minggu ke 2 yaitu sebesar 30.628,67 kg/ha,
sedangkan produksi terendah adalah pada
minggu ke 8 yaitu sebesar 24.635,00 kg/ha..
Produksi tertinggi pepaya variets Hawaii
diperoleh pada minggu ke 4 yaitu sebesar
7.979,20 kg/ha, sedangkan produksi terendah
diperoleh pada minggu ke 1 sebesar 7.549,25
kg/ha (Tabel 1).
Tabel 1.
Analisis hasil dan resiko produksi
pepaya varietas Thailand dan
Hawaii di Kelurahan Lempake
Minggu ke-
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Keterangan :
a. Produksi rata-rata (Qi)
b. Varians (V2)
c. Simpangan baku (V)
d. Koefisien variasi (KV)
e. Batas bawah produksi
tertinggi (L)
f. Koefisien korelasi (rab)
Produksi
pepaya
varietas
Thailand
(kg/ha)
30.441,00
30.628,67
30.256,17
29.943,00
29.948,33
28.710,83
26.254,17
24.635,00
25.914,33
27.048,17
Produksi
pepaya
varietas
Thailand
(kg/ha)
7.549,25
7.942,00
7.576,30
7.979,20
7.731,00
7.975,90
7.619,00
7.634,25
7.682,50
7.834,50
28.377,00
4.914.862,74
6.650,85
23,44
7.752,39
28.162,13
167,82
2,16
27.047,80
0,25
7.416,75
Resiko usahatani pepaya ditinjau dari
segi produksi sebagai berikut :
1. Nilai varians (V2) produksi pepaya varietas
Thailand lebih tinggi daripada pepaya
varietas
Hawaii
(4.914.862,74
>
28.162,13), sehingga resiko produksi
Studi Banding Resiko Ekonomi Usahatani Pepaya Varietas Thailand dan Hawaii (Syarifah Maryam dan Suprapti)
usahatani pepaya varietas Thailand lebih
tinggi daripada pepaya varietas Hawaii.
2. Nilai simpangan baku (V) produksi pepaya
varietas Thailand lebih tinggi daripada
pepaya varietas Hawaii (6.650,85 >
167,82), sehingga resiko produksi usahatani
pepaya varietas Thailand lebih tinggi
daripada pepaya varietas Hawaii.
Semakin tinggi nilai varians (V2) dan
simpangan baku (V) maka semakin tinggi nilai
resiko, hal ini berarti dalam melakukan
usahatani pepaya varietas Thailand akan lebih
beresiko dibandingkan dengan melakukan
usahatani pepaya varietas Hawaii.
Hasil penelitian menunjukkan produksi
rata-rata (Qi) pepaya varietas Thailand sebesar
28.377,00 kg/ha, sedangkan produksi rata-rata
(Qi) pepaya varietas Hawaii adalah sebesar
7.752,39 kg/ha. Produksi rata-rata pepaya
varietas Thailand lebih besar daripada produksi
rata-rata pepaya varietas Hawaii. Hal ini
dipengaruhi oleh berat buah pepaya varietas
Thailand yang lebih besar daripada Hawaii.
Menurut Kanisius (1987), pepaya varietas
Thailand ukurannya paling besar dibandingkan
jenis pepaya lainnya, beratnya dapat mencapai
3,50 kg/buah, sedangkan pepaya varietas
Hawaii beratnya hanya sekitar 0,50 kg/buah.
Meskipun petani di kelurahan Lempake
mengusahakan pepaya varietas Thailand pada
luas lahan yang sama besar dengan pepaya
varietas Hawaii, tetapi jumlah produksi yang
dihasilkan setiap kali panen akan lebih besar
pepaya varietas Thailand.
Produksi buah
pepaya antara petani yang satu dengan yang lain
relatif berbeda, menurut Soekartawi (1993), ada
beberapa faktor yang mempengaruhi besar
kecilnya tingkat produksi, yaitu lahan pertanian,
sarana produksi dan manajemen usahatani.
Tingkat produksi yang dihasilkan tentunya akan
mempengaruhi tingkat penerimaan yang akan
diperoleh petani.
Nilai koefisien variasi (KV) pepaya
varietas Thailand lebih tinggi dibandingkan
dengan pepaya varietas Hawaii (23,44>2,16).
Hal ini berarti dalam melakukan usahatani
pepaya varietas Thailand petani akan
mengalami masalah resiko produksi di masa
akan datang lebih besar dibandingkan dengan
melakukan usahatani pepaya varietas Hawaii.
Faktor yang menyebabkan fluktuasi produksi
pepaya Thailand lebih besar antara lain karena
setiap varietas mempunyai daya tahan dan
memerlukan perawatan yang berbeda. Pepaya
Thailand perawatannya lebih sulit dibandingkan
dengan pepaya Hawaii. Varietas ini sangat
mudah terserang hama dan penyakit karena
lebih peka terhadap perubahan iklim dan cuaca
11
sehingga akan sangat berpengaruh terhadap
tingkat kematangan buah yang akan dipetik.
Semakin baik kondisi alam dan perawatan maka
akan semakin banyak produksi buah yang
matang sehingga siap untuk dipetik.
Nilai batas bawah produksi tertinggi (L)
yang dapat diartikan sebagai nilai produksi yang
paling rendah yang mungkin diterima oleh
petani yang melakukan usahatani papaya
varietas Thailand adalah sebesar 27.047,80
kg/ha, sedangkan batas bawah produksi
tertinggi (L) pepaya varietas Hawaii sebesar
3.136,56 kg/ha.
Koefisien korelasi produksi antara
pepaya varietas Thailand dan Hawaii bernilai
0,25 berarti bahwa 0,25 adalah cukup kecil,
lebih dekat ke nol. Dengan kata lain antara
kedua varietas tidak berkorelasi, yang berarti
apabila varietas Thailand dan Hawaii
diusahakan secara diversifikasi maka akan lebih
menguntungkan.
Petani
tidak
hanya
mengharapkan hasil produksi dari satu jenis
varietas saja, tetapi juga dari varietas yang
lainnya. Apabila satu varietas mengalami
kegagalan produksi, maka produksi dapat
diperoleh dari varietas yang lain.
Resiko produksi dapat ditanggulangi
oleh petani dengan cara :
1. Intensifikasi pertanian, yaitu dengan
menerapkan panca dan sapta usahatani
yang meliputi penggunaan varietas unggul,
pengolahan tanah yang baik, pemupukan
yang maksimal, pengendalian hama dan
penyakit, irigasi yang baik, penanganan
pascapanen dan pemasaran.
2. Ekstensifikasi, yaitu menambah luas tanam
yang mereka usahakan.
3. Diversifikasi, apabila salah satu varietas
mengalami kegagalan produksi, maka
produksi dapat diperoleh dari verietas yang
lain.
Resiko Harga Jual
Harga jual pepaya setiap kali panen
berfluktuasi, harga jual pepaya varietas
Thailand tertinggi adalah pada minggu ke 10
yaitu Rp 992,86/kg, sedangkan harga jual
terendah adalah pada minggu ke 9 yaitu Rp
937,21/kg. Harga jual tertinggi pepaya varietas
Hawaii diperoleh pada minggu ke 7 yaitu Rp
1.492,86/kg, sedangkan harga jual terendah
diperoleh pada minggu ke 1 sebesar Rp
1.450,00/kg (Tabel 2).
Resiko usahatani pepaya ditinjau dari
segi harga jual sebagai berikut :
1. Nilai varians (V2) harga jual pepaya
varietas Thailand lebih tinggi daripada
pepaya varietas Hawaii (320,46>152,51),
EPP.Vol.5.No.1.2008:8-15
2.
12
sehingga resiko harga jual usahatani pepaya
varietas Thailand lebih tinggi daripada
pepaya varietas Hawaii.
Nilai simpangan baku (V) produksi pepaya
varietas Thailand lebih tinggi daripada
pepaya varietas Hawaii (17,90>12,35),
sehingga resiko harga jual usahatani pepaya
varietas Thailand lebih tinggi daripada
pepaya varietas Hawaii.
Tabel 2. Analisis hasil dan resiko harga jual
usahatani pepaya varietas Thailand
dan Hawaii di Kelurahan Lempake.
Minggu ke
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Keterangan :
a. Harga jual rata-rata (Qi
b. Varians (V2)
c. Simpangan Baku (V)
d. Koefisien Variasi (KV)
e. Batas bawah harga jual
tertinggi (L)
f. Koefisien korelasi (rab)
Produksi
pepaya
varietas
Thailand
(kg/ha)
955,36
969,64
971,43
985,71
960,71
982,14
985,71
991,07
937,21
992,86
Produksi
pepaya
varietas
Thailand
(kg/ha)
1.450,00
1.483,93
1.491,07
1.487,50
1.487,50
1.489,29
1.492,86
1.483,93
1.487,50
1.478,57
973,18
320,46
17,90
1,84
1.483,22
152,51
12,35
0,83
937,38
0,25
1.458,52
Hasil analisis data menunjukkan bahwa
harga jual pepaya varietas Hawaii atau harga
rata-rata lebih tinggi daripada harga jual pepaya
varietas Thailand. Harga jual rata-rata varietas
Hawaii sebesar Rp 1.483,22/kg. Harga jual ratarata pepaya varietas Thailand sebesar Rp
973,18/kg.
Harga jual pepaya varietas Hawaii lebih
tinggi dibandingkan dengan varietas Hawaii
karena pepaya varietas Hawaii mempunyai
keunggulan dari segi rasa bila dibandingkan
dengan pepaya varietas Thailand. Keunggulan
tersebut adalah daging buahnya berwarna
merah, harum dan rasanya yang lebih enak dan
manis, meskipun pepaya varietas Thailand
rasanya tidak semanis pepaya varietas Hawaii,
namun varietas ini lebih banyak digunakan
sebagai produk olahan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Sunarjono (2003), misalnya untuk
membuat saos pepaya, es buah, manisan dan
lain-lain. Harga jual pepaya varietas Hawaii
lebih tinggi menyebabkan konsumen lebih
memilih untuk menggantikannya dengan pepaya
varietas Thailand. Permintaan akan pepaya
varietas Thailand yang cukup tinggi akan
mendorong petani lebih banyak permintaan
dihipotesiskan bahwa semakin rendah harga
suatu komoditi maka semakin banyak jumlah
komoditi tersebut yang diminta, sebaliknya
semakin tinggi harga suatu komoditi semakin
sedikit komoditi tersebut diminta.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
harga jual yang berlaku di tingkat petani
bervariasi antara petani satu dengan yang lain.
Harga jual pepaya varietas Thailand terendah
yang berlaku di tingkat petani di Kelurahan
Lempake adalah sebesar Rp 600,00/kg,
sedangkan harga jual tertinggi sebesar Rp
1.000,00/kg.
Harga jual terendah pepaya
varietas Hawaii adalah sebesar Rp 1.200,00,
sedangkan harga jual tertinggi adalah sebesar
Rp 1.500,00. Perbedaan harga jual antar petani
disebabkan karena kualitas buah yang
diproduksi oleh petani berbeda. Hal ini sesuai
dengan pendapat Winardi (1998), penetapan
harga dapat berbeda di tempat yang berbeda
karena disebabkan beberapa faktor, salah
satunya adalah kualitas dari barang. Kualitas
buah yang baik dapat diperoleh apabila petani
teknik budidaya yang baik dan benar. Menurut
Rukmana
(1994),
faktor-faktor
yang
mempengaruhi produksi mutu buah pepaya
diantaranya adalah penggunaan varietas unggul
dan benih atau bibit yang bermutu, pengelolaan
tanaman (kultur teknik), kondisi lingkungan
tempat, cara panen dan ketepatan umur panen,
serta pascapanen yang memadai.
Pada umumnya petani pepaya di
Kelurahan Lempake menjual hasil panennya
kepada tengkulak dengan tingkat harga yang
telah disepakati antara keduanya. Kualitas dan
kuantitas produksi sangat mempengaruhi tingkat
harga jual yang akan disepakati. Buah pepaya
yang bentuk fisiknya lebih besar dengan
penampilan kulit yang mulus akan mempunyai
harga jual lebih tinggi dibandingkan dengan
buah pepaya yang bentuk fisiknya lebih kecil
dan penampilan kulit yang tidak mulus lagi.
Resiko harga jual yang dihadapi petani
dalam mengusahakan dan memasarkan pepaya
varietas Thailand lebih tinggi daripada varietas
Hawaii. Berarti dalam mengusahakan pepaya
varietas Thailand petani akan menghadapi
fluktuasi harga jual yang berkisar pada nilai
17,90, sedangkan pepaya varietas Hawaii
berkisar pada nilai 12,35.
Harga jual pepaya setiap kali panen
berfluktuasi, hal ini dipengaruhi karena
fluktuasi permintaan serta kualitas dan kuantitas
produksi yang mudah berubah.
Apabila
permintaan pepaya lebih sedikit daripada
jumlah yang ditawarkan, hal ini akan membuat
produksi di pasar akan menumpuk, akhirnya
membuat harga jual berikutnya menjadi rendah.
Kualitas dan kuantitas produksi yang mudah
berubah juga akan mempengaruhi harga jual,
Studi Banding Resiko Ekonomi Usahatani Pepaya Varietas Thailand dan Hawaii (Syarifah Maryam dan Suprapti)
kalau terjadi surplus produksi harga akan jatuh,
sebaliknya apabila produksi kurang atau defisit
harga akan naik.
Perbandingan dari resiko yang harus
ditanggung oleh petani dengan harga jual
didapat dengan menghitung nilai koefisien
variasi (KV). Resiko yang harus ditanggung
oleh petani dalam melakukan usahatani pepaya
varietas Thailand adalah sebesar 1,84,
sedangkan pepaya varietas Hawaii lebih kecil
yaitu sebesar 0,83.
Harga jual varietas
cenderung fluktuatif bila dibandingkan dengan
varietas Hawaii yang akan menyebabkan petani
akan menghadapi masalah ketidakpastian harga
dimasa yang akan datang. Harga varietas
Thailand di musim panen yang akan datang
akan sangat sulit untuk diperkirakan karena
unsur resiko lebih besar dibandingkan dengan
harga varietas Hawaii yang relatif stabil karena
makin tinggi nilai koefisien variasi, makin
bervariasi (berfluktuatif) harga atau dengan kata
lain bahwa resiko untuk mendapatkan harga
yang tidak stabil makin besar.
Menurut
Nasaruddin (2000), harga hasil pertanian pada
umumnya sangat tidak stabil, penyebabnya
antara lain kualitas dan kuantitas produksi yang
mudah berubah atau sulit dikendalikan.
Kualitas dan kuantitas produksi buah pepaya
varietas Thailand mudah mengalami fluktuasi
karena varietas ini lebih peka terhadap
perubahan cuaca terutama terhadap serangan
hama dan penyakit.
Faktor lain yang
mempengaruhi harga jual adalah fluktuasi
permintaan. Permintaan pepaya varietas
Thailand cenderung lebih fluktuatif sehingga
menyebabkan harga juga akan berfluktuasi.
Nilai harga jual paling tertinggi rata-rata
varietas Thailand yang mungkin diperoleh oleh
petani adalah sebesar Rp 937,38/kg, sedangkan
nilai harga jual varietas Hawaii tertinggi yang
mungkin diperoleh petani adalah sebesar Rp
1.458,52/kg. Koefisien korelasi antara varietas
Thailand dan Hawaii memiliki nilai 0,25 berarti
varietas Thailand dan Hawaii apabila
diusahakan secara diversifikasi tidak ada
korelasi dan tidak akan berpengaruh terhadap
harga jual, sedangkan harga varietas yang lain
mengalami kenaikan maka petani dapat
menutupi kerugiannya dari salah satu varietas.
Harga hasil pertanian pada umumnya
sangat tidak stabil, penyebabnya antara lain
kualitas dan kuantitas produksi yang mudah
berubah atau sulit dikendalikan. Bila terjadi
surplus harga akan jatuh, sebaliknya apabila
produksi kurang atau defisit harga akan naik.
Ketidakpastian bertambah lagi karena banyak
produk pertanian berfungsi sebagai bahan baku
atau input bagi proses produksi pertanian lain.
13
Dalam perencanan produksi selama periode
yang
akan
datang,
petani
perlu
mempertimbangkan
adanya
perubahan
permintaan dan penawaran pasar untuk
memperoleh harga yang paling menguntungkan.
Resiko harga jual dapat ditanggulangi
dengan cara :
1. Petani sebaiknya meningkatkan kualitas
buah, sebab kualitas buah yang baik akan
mempunyai harga jual yang tinggi pula.
Kualitas buah yang baik dapat diperoleh jika
petani dapat menerapkan teknik budidaya
yang baik dan benar. Buah yang akan dijual
hendaknya memiliki kualitas antara lain
tingkat kematangan buah sesuai permintaan
pasar dan penampilan kulit buah yang
menarik.
2. Perlu adanya standar harga untuk setiap
pengelompokkan buah berdasarkan criteria
mutu dan ukurannya.
3. Perlu adanya bantuan dari pemerintah dalam
memberikan
informasi
tentang
perkembangan harga yang terjadi di pasar.
Resiko Penerimaan
Penerimaan
setiap
kali
panen
berfluktuasi, penerimaan dari usahatani pepaya
varietas Thailand tertinggi adalah pada minggu
ke 2 yaitu Rp 29.800.066,67/ha, sedangkan
penerimaan terendah adalah pada minggu ke 9
yaitu Rp 25.248.233,33/ha. Penerimaan dari
usahatani tertinggi pepaya varietas Hawaii
diperoleh pada minggu ke 7 yaitu Rp
11.973.500,00/ha,
sedangkan
penerimaan
terendah diperoleh pada minggu ke 1 sebesar
Rp 10.969.875,00/ha (Tabel 3).
Tabel 3. Analisis hasil dan resiko penerimaan
usahatani pepaya varietas Thailand
dan Hawaii di Kelurahan Lempake.
Minggu ke
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Keterangan :
a. Penerimaan rata-rata (Qi
b. Varians (V2)
c. Simpangan Baku (V)
d. Koefisien Variasi (KV)
e. Batas bawah penerimaan
tertinggi (L)
f. Koefisien korelasi (rab)
1.
Produksi pepaya
varietas Thailand
(kg/ ha)
14.950.000,00
15.300.000,00
15.300.000,00
14.744.000,00
14.866.000,00
14.427.000,00
12.792.500,00
13.225.000,00
12.650.500,00
13.454.000,00
Produksi pepaya
varietas Thailand
(kg/ha)
4.779.000,00
4.906.500,00
4.790.950,00
5.030.250,00
4.883.750,00
4.782.500,00
4.970.750,00
4.826.750,00
5.051.000,00
5.054.000,00
277.381.332,67
2.627.607.325.30
1.620.989,61
5,84
11.569.815,00
104.640.276.56
323.481,49
2,80
24.496.154,05
0,25
11.104.850,02
Resiko usahatani pepaya ditinjau dari
segi penerimaan sebagai berikut :
Nilai varians (V2) penerimaan pepaya
varietas Thailand lebih tinggi daripada
EPP.Vol.5.No.1.2008:8-15
pepaya
varietas
Hawaii
(2.627.607.325.302,29
>
104.640.276.555,56),
sehingga
resiko
penerimaan usahatani pepaya varietas
Thailand lebih tinggi daripada pepaya
varietas Hawaii.
2. Nilai simpangan baku (V) produksi pepaya
varietas Thailand lebih tinggi daripada
pepaya
varietas
Hawaii
(1.620.989,61>323.481,49),
sehingga
resiko penerimaan usahatani pepaya
varietas Thailand lebih tinggi daripada
pepaya varietas Hawaii.
Resiko penerimaan yang dihadapi petani
dalam mengusahakan dan memasarkan pepaya
varietas Thailand lebih tinggi daripada varietas
Hawaii. Besarnya resiko penerimaan pepaya
varietas Thailand disebabkan karena produksi
dan harga jual lebih bervariasi dibandingkan
dengan varietas Hawaii, karena penerimaan
petani sangat dipengaruhi oleh jumlah output
dan harga jual. Hal ini sesuai dengan pendapat
Boediono (1982), penerimaan total yaitu hasil
kali dari output yang dihasilkan dengan harga
jual output. Produksi dan harga jual pepaya
varietas Thailand lebih berfluktuatif bila
dibandingkan dengan pepaya varietas Hawaii,
oleh karena itu menyebabkan penerimaan juga
berfluktiatif lebih besar.
Hasil penelitian menunjukkan besar
penerimaan usahatani pepaya varietas Thailand
yang akan diperoleh atau penerimaan rata-rata
lebih
besar
daripada
Hawaii
(Rp
27.738.133,27,00/ha > Rp 11.569.815,00/ha).
Besarnya penerimaan petani dari mengusahakan
pepaya varietas Thailand dikarenakan produksi
pepaya jauh lebih besar dibandingkan dengan
produksi pepaya varietas Hawaii.
Setiap petani mempunyai penerimaan
yang berbeda, hal ini diperngaruhi oleh
produksi dan harga jual juga berbeda. Petani
dapat meningkatkan penerimaan dengan
menggunakan faktor-faktor produksi yang
efisien dan menerapkan teknik budidaya yang
baik dan benar, sehingga dapat meningkatkan
penerimaan. Menurut Birowo (1974), usaha
peningkatan penerimaan dapat dicapai dengan
meningkatkan produksi pertanian. Produksi
pertanian dapat dinaikkan dengan memperluas,
menambah dan meningkatkan produktivitas
sumber alam maupun tenaga kerja manusia
yang diperlukan. Besar kecilnya penerimaan
dipengaruhi oleh biaya, jumlah produksi,
jumlah penjualan dan harga produksi.
Menurut Kamarudin (1982), ada suatu
cara untuk memperbesar penerimaan yaitu
dengan memperbesar sumber-sumber produksi
yang dapat dicapai, meningkatkan efisiensi
14
utnuk setiap faktor produksi, mengubah
lingkungan sosial dan kultural sehingga sumbersumber produktif dapat ditambahkan dengan
hasil yang memuaskan.
Perbandingan dari resiko yang harus
ditanggung oleh petani dengan besarnya
penerimaan yang didapat dengan menghitung
nilai koefisien variasi (KV). Nilai koefisien
variasi dari mengusahakan varietas Thailand
adalah sebesar 5,84, sedangkan pepaya varietas
Hawaii sebesar 2,80. Hal ini berarti bahwa
penerimaan berusahatani pepaya varietas
Thailand akan diperoleh petani lebih bervariasi
atu berfluktuatif, atau dengan kata lain petani
akan mengalami masalah ketidakpastian
penerimaan di masa akan datang. Besarnya nilai
koefisien variasi pepaya varietas Thailand
dipengaruhi oleh besarnya nilai koefisien variasi
dari produksi dan harga jual.
Nilai batas bawah hasil tertinggi (L)
yang dapat diartikan sebagai nilai penerimaan
yang paling rendah yang mungkin diterima oleh
petani, apabila nilainya kurang dari nol maka
kemungkinan besar akan mengalami kerugian.
Nilai penerimaan melakukan usahatani pepaya
varietas Thailand adalah sebesar 24.496.979,22,
sedangkan batas bawah produksi tertinggi (L)
pepaya varietas Hawaii sebesar 11.104.852,02.
Koefisien korelasi produksi antara
pepaya varietas Thailand dan Hawaii bernilai
0,25 berarti bahwa 0,25 adalah cukup kecil,
lebih dekat ke nol. Dengan kata lain antara
kedua varietas tidak berkorelasi, yang berarti
apabila varietas Thailand dan Hawaii
diusahakan secara diversifikasi maka akan lebih
menguntungkan.
Petani
tidak
hanya
mengharapkan hasil produksi dari satu jenis
varietas saja, tetapi juga dari varietas yang
lainnya. Apabila satu varietas mengalami
penurunan harga dan produksi, maka
penerimaan dapat diperoleh dari varietas yang
lain. Resiko penerimaan dapat ditanggulangi
apabila resiko produksi dan harga jual juga
dapat ditanggulangi oleh petani.
KESIMPULAN
1.
Kesimpulan dari hasil penelitia ini adalah:
Resiko produksi usahatani pepaya varietas
Thailand lebih tinggi daripada varietas
Hawaii yang ditunjukkan oleh nilai varians
(V2) dan simpangan baku (V). Nilai (V2)
papaya
varietas
Thailand
sebesar
4.914.862,74 dan simpangan baku (V)
sebesar 6.650,85. Nilai varians (V2) pepaya
varietas Hawaii sebesar 28.162,13 dan
simpangan baku (V) sebesar 167,82.
Studi Banding Resiko Ekonomi Usahatani Pepaya Varietas Thailand dan Hawaii (Syarifah Maryam dan Suprapti)
2.
3.
Resiko harga jual usahatani pepaya varietas
Thailand lebih tinggi daripada varietas
Hawaii yang ditunjukkan oleh nilai varians
(V2) dan simpangan baku (V). Nilai (V2)
papaya varietas Thailand sebesar 320,46
dan simpangan baku (V) sebesar 17,90.
Nilai varians (V2) pepaya varietas Hawaii
sebesar 152,51 dan simpangan baku (V)
sebesar 12,35.
Resiko penerimaan usahatani pepaya
varietas Thailand lebih tinggi daripada
varietas Hawaii yang ditunjukkan oleh nilai
varians (V2) dan simpangan baku (V). Nilai
(V2) papaya varietas Thailand sebesar
2.627.607.325.302,29 dan simpangan baku
(V) sebesar 1.620.989,61. Nilai varians
(V2) pepaya varietas Hawaii sebesar
104.640.276.555,56 dan simpangan baku
(V) sebesar 323.481,49.
DAFTAR PUSTAKA
Aksi Agraris Kanisius. 1987. Bertanam pohon
buah-buahan. Kanisius, Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik. 2003. Data produksi
buah-buahan di Samarinda. BPS Kaltim,
Samarinda.
Boediono. 1982. Ekonomi makro. BPFE-UGM,
Yogyakarta.
Hernanto, F. 1993. Ilmu usahatani. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Kalie, Moehd. Baga. 1996. Bertanam pepaya.
Penebar Swadaya Jakarta.
Kartono, K. 1980. Pengantar metodologi
research nasional.
Alumni Bandung,
Bandung.
Mubyarto. 1994. Pengantar ekonomi pertanian.
LP3ES, Jakarta.
Nasaruddin.
2000.
Ekonomi produksi.
Universitas Terbuka, Jakarta.
Rukmana, R. 1995. Pepaya dan pasca panen.
Kanisius, Yogyakarta.
Soekartawi, Rusmadi dan Damaijati, E. 1993.
Resiko
dan
ketidakpastian
dalam
agribisnis. Raja Grafindo, Jakarta.
Soekartawi. 1994. Pembangunan Pertanian.
Raja Grafindo Persada, Jakarta.
15
Winardi. 1998. Aspek-aspek bauran pemasaran
(Marketing mix).
Mandar Maju,
Bandung.