View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk
brought to you by
CORE
provided by Journal of Nahdlatul Ulama Sidoarjo University
Prosiding Seminar Nasional Teknologi dan Sains (SNasTekS)
18 September 2019
ISBN: 978–623–91277–6–3
STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI WINGKO BABAT
Mohammad Yaskun1*, Akhlis Priya Pambudy1, dan Khoirul Hidayat2
Program Studi Manajemen, Universitas Islam Lamongan, Lamongan1
Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Universitas Trunojoyo, Bangkalan2
*E-mail:
[email protected]
Abstract
Wingko is a typical snack that comes from Babat, Lamongan. In its development,
Wingko was spread in various regions in Lamongan and surrounding areas. The
tripe wingko industry in 2005 was able to produce up to 1,500 wingko/day, while
in 2015 it decreased to 1,000 wingko/day. Competition that occurs make production
unstable, even decreases. Therefore it is necessary to conduct research on the
strategy of developing the Babat wingko industry. This study aims to design a
strategy for the development of Babat wingko industry so that it can develop and
create jobs for the local residents and increase the original income of the Lamongan
Regency. The method used is Fred R David's Strategy Formulation Framework
which combines External Factor Evaluation (EFE) and Internal Factor Evaluation
(IFE) data, then SWOT and Grand Strategy Analysis. The results of this study
indicate that there are several strategies that must be carried out by the Babat
wingko industry; maintain product quality, develop products, administer halal
permits, online marketing, diversify products, improve business management
systems, and collaborate with local governments.
Keywords: Wingko Industry, Strategy, SWOT.
Abstrak
Wingko merupakan jajanan khas yang berasal dari Babat, Lamongan. Dalam
perkembangannya wingko tersebar di berbagai daerah di Lamongan dan
sekitarnya. Industri wingko babat pada tahun 2005 mampu memproduksi hingga
1.500 wingko/hari, sedangkan pada tahun 2015 mengalami penurunan menjadi
1.000 wingko/hari. Persaingan yang terjadi membuat produksi tidak stabil, bahkan
mengalami penurunan. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang strategi
pengembangan Industri Wingko Babat. Penelitian ini bertujuan untuk merancang
sebuah strategi pengembangan Industri Wingko Babat agar dapat berkembang dan
membuka lapangan pekerjaan bagi warga sekitar serta meningkatkan pendapatan
asli daerah Kabupaten Lamongan. Metode yang digunakan adalah Kerangka
Perumusan Strategi (Strategy Formulation Framework) Fred R David yang
menggabungkan data External Factor Evaluation (EFE) dan Internal Factor
Evaluation (IFE), kemudian dilakukan Analisis SWOT dan Grand Strategy. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa ada beberapa strategi yang harus dilakukan
oleh Industri Wingko Babat yaitu: menjaga mutu produk, pengembangan produk,
mengurus ijin halal, pemasaran dengan media online, diversifikasi produk,
perbaikan sistem manajemen usaha, dan menjalin kerjasama dengan Pemerintah
Daerah.
Kata kunci: Industri Wingko, Strategi, SWOT.
357
Prosiding Seminar Nasional Teknologi dan Sains (SNasTekS)
18 September 2019
ISBN: 978–623–91277–6–3
wingko, dan bahkan puncaknya pada tahun
2005 mampu memproduksi hingga 1.500
wingko. Agar tidak tergerus dengan
munculnya industri wingko yang baru
maupun industri pangan lain yang lebih
modern, maka perlu dilakukan penelitian
tentang strategi pengembangan industri
wingko sebagai produk unggulan Kabupaten
Lamongan. Dari latar belakang tersebut,
diperlukan
strategi-strategi
untuk
mengembangkan industri wingko agar
eksistensi industri wingko dapat berkembang
dan membuka lapangan pekerjaan bagi warga
sekitar serta meningkatkan pendapatan asli
daerah
Kabupaten
Lamongan.
Dari
permasalahan tersebut dapat dirumuskan
suatu masalah yaitu bagaimana merancang
strategi pengembangan industri wingko
sebagai produk unggulan Kabupaten
Lamongan.
1.
PENDAHULUAN
Pengembangan ekonomi masyarakat
melalui Usaha Kecil Menengah (UKM)
menjadi
sangat
penting
mengingat
keutamaannya
sebagai
urat
nadi
perkonomian nasional. Smith & Watkins
(2012) mengemukakan bahwa di negaranegara maju seperti Amerika, industri skala
kecil dan menengah memainkan peranan
yang sangat penting dalam perekonomian,
karena industri ini mempekerjakan sepertiga
jumlah nasional tenaga kerja. Di negaranegara berkembang seperti Indonesia,
dimana industri kecil dan menengah sangat
mendominasi sistem perekonomian, tidak
dapat disangkal lagi jika kalangan kelompok
industri ini memainkan peranan yang jauh
lebih penting lagi. UKM mempunyai peran
penting dan strategis bagi pertumbuhan
ekonomi negara, baik negara berkembang
maupun negara maju. Pada saat krisis
ekonomi berlangsung di Indonesia, UKM
merupakan sektor ekonomi yang memiliki
ketahanan paling baik. Kemampuan Usaha
Kecil Menengah perlu diberdayakan dan
dikembangkan secara terus menerus dengan
berusaha mereduksi kendala yang dialami
Usaha Kecil Menengah, sehingga mampu
memberikan kontribusi lebih maksimal
terhadap
peningkatan
kesejahteraan
masyarakat (Sutaryo, 2004). Wingko
merupakan jajanan khas yang berasal dari
Babat, Lamongan. Dalam perkembangannya
wingko tersebar di berbagai daerah di
Lamongan dan Semarang. Persaingan yang
terjadi membuat produksi tidak stabil,
bahkan cenderung terjadi penurunan.
Terlebih wingko yang digemari konsumen
merupakan jenis wingko original yang secara
langsung mempersempit pasar. Pada tahuntahun sebelumnya tepatnya 2015 kebawah,
industri ini mampu memproduksi 1.000
2.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan adalah
Kerangka Perumusan Strategi (Strategy
Formulation Framework) Fred R David yang
menggabungkan data External Factor
Evaluation (EFE) dan Internal Factor
Evaluation (IFE), kemudian dilakukan
Analisis SWOT dan Grand Strategy.
Data
yang dikumpulkan adalah
kuantitatif dan kualitatif yang terkait dengan
profil Industri Wingko Babat yang meliputi
aspek manajemen, produksi, dan pemasaran.
Data yang diperoleh dianalisis berdasarkan
tujuan penelitian untuk merancang strategi
pengembangan Industri Wingko Babat.
Pengolahan data dengan pendekatan
Kerangka Perumusan Strategi (Strategy
Formulation Framework), Fred R David,
2011. Terdiri dari beberapa tahap antara lain:
Matriks EFE, pada matriks ini dibuat kriteriakriteria yang menjadi peluang (oportunity)
358
Prosiding Seminar Nasional Teknologi dan Sains (SNasTekS)
18 September 2019
ISBN: 978–623–91277–6–3
dikembangkan. Banyak cara yang dapat
dilakukan agar mampu bertahan dengan
persaingan antar penjual wingko. Cara yang
dapat dilakukan antara lain menjaga rasa,
kemasan yang menarik, kebersihan dan lain
sebagainya.
Terdapat
UMKM
yang
mengalami fluktuasi penjualan karena
persaingan, salah satunya adalah UKM
Kelapa Muda.
UKM Kelapa Muda sebagai salah satu
produsen wingko yang berdiri sejak 1974 dan
saat ini dipimpin oleh generasi kedua dari
pendirinya. Dalam sekali produksi, UKM
Kelapa Muda mampu menghasilkan
sebanyak 800 tas wingko. Persaingan yang
terjadi membuat produksi tidak stabil,
bahkan cenderung terjadi penurunan.
Terlebih wingko yang digemari konsumen
merupakan jenis wingko original yang secara
langsung mempersempit pasar. Pada tahuntahun sebelumnya tepatnya 2015 kebawah
industri ini mampu memproduksi 1.000 tas
wingko, dan bahkan puncaknya pada tahun
2005 mampu memproduksi hingga 1.500 tas
wingko. Agar tidak tergerus dengan
munculnya industri wingko yang baru
maupun industri pangan lain yang lebih
modern.
UKM Kelapa Muda merupakan industri
rumah tangga pengolahan pangan yang
memproduksi wingko. Industri yang berdiri
sejak 1974 ini didirikan oleh Bapak Karsono
(Musa) dan istrinya Ibu Masrukah, dan
termasuk salah satu produsen wingko tertua
yang mampu bertahan sampai sekarang.
UKM Kelapa Muda memproduksi wingko di
Jl. Langgar wakaf Gg. Kartika RT/RW:
02/01 Ds. Sawo, Kecamatan Babat,
Kabupaten Lamongan. Mulanya Karsono dan
istri hanya menjual wingko di sebuah lapak
kecil sekitar Pasar Lama Babat. Hingga
lambat laun mencoba memasarkan wingko di
angkutan umum dan kereta api melalui jasa
dan ancaman (threatment). Matriks IFE, pada
matriks ini dibuat kriteria-kriteria yang
menjadi kekuatan (strength) dan kelemahan
(weakness). Matriks Kekuatan-kelemahanpeluang-ancaman (SWOT), pada tahap ini
diketahui strategi-strategi alternatif yang
dapat
digunakan
sebagai
lanjutan
perancangan. Matriks Strategic Positioning
and Action Evaluation (SPACE) adalah salah
satu matriks yang digunakan oleh sebuah
perusahaan untuk menentukan strategi apa
yang paling tepat untuk dijalankan. Dalam
matriks ini terdapat empat kerangka kuadran
yaitu agresif, konservatif, defensif, atau
kompetitif yang paling sesuai dengan
organisasi tersebut.
3. HASIL DAN DISKUSI
3.1 Industri Wingko
Wingko termasuk makanan ringan yang
cukup populer di beberapa Wilayah
Indonesia. Wingko berasal dari daerah Babat
Kabupaten
Lamongan.
Dalam
perkembangannya wingko menyebar ke
banyak daerah, dan yang paling populer
adalah di Semarang. Banyak yang
mengatakan bahwa makanan ini berasal dari
Bangsa Tionghoa, mengingat industri
wingko yang tergolong tua di Babat
menggunakan nama Tionghoa. Wingko
merupakan kue berbentuk bulat dengan
ukuran diameter tertentu dan biasa disajikan
dalam keadaan hangat. Kue tersebut biasa
dijual di toko oleh-oleh, stasiun kereta api,
dan di terminal bus. Wingko dijual dalam
bentuk tas berisi kepingan-kepingan kecil
atau yang sudah dipotong-potong. Meskipun
sering dijual di toko oleh-oleh, kue ini hanya
memiliki daya simpan sekitar satu minggu.
Sehingga perlu untuk berhati-hati saat
menjual dan membeli produk olahan kelapa
ini. Sebagai makanan khas, keberadaan
wingko harus tetap dipertahankan dan
359
Prosiding Seminar Nasional Teknologi dan Sains (SNasTekS)
18 September 2019
ISBN: 978–623–91277–6–3
penjual keliling. Saat awal mula berdiri,
industri ini memproduksi wingko di dapur
rumah. Dengan berkembangnya industri dan
meningkatnya permintaan wingko, pada
tahun 1993, Karsono memutuskan untuk
membuat tempat produksi wingko tepat di
belakang rumah. Industri wingko ini di
bangun ditanah seluas 25 x 10 meter.
Bangunan ini memiliki dua pintu dengan
maksud agar masuk bahan dan keluarnya
produk tidak melewati pintu yang sama,
sehingga potensi terjadinya kontaminasi pada
produk jadi dapat dikurangi. Pemanggang
yang digunakan UKM Kelapa Muda
menggunakan bahan bakar kayu karena
dipercaya menambah citarasa khas dari
wingko itu sendiri.
Berkembangnya UKM Kelapa Muda
juga menuntut Karsono untuk menambah
jasa pekerja. Pada puncaknya industri ini
memiliki pekerja sebanyak 20 pekerja
produksi agar permintaan wingko dapat
terpenuhi. Dari 20 pekerja tersebut terdiri
dari 2 pekerja untuk pemindahan barang, 3
pekerja untuk pengupasan kelapa, 3 pekerja
penggilingan, 7 pekerja untuk pembuatan
adonan dan pemanggangan, serta 5 pekerja
untuk pegemasan. Saat itu industri ini
memasok toko-toko besar di sekitar Pasar
Lama Babat, seperti Loe Lang In dan Kelapa
Muda, memiliki mitra dagang sekitar 20
lapak kaki lima di daerah Pasar Lama Babat
dan sekitar 30 penjual keliling di angkutan
umum seperti bus dan kereta.
UKM Kelapa Muda termasuk industri
yang cukup mendominasi pasar wingko
khususnya di kabupaten Lamongan. Industri
ini juga pernah memasok tokoh oleh-oleh
sampai keluar kota seperti Gresik,
Bojonegoro, Tuban, Jombang, dan Ngawi.
Dominasi dan nama besar UKM Kelapa
Muda ternyata hanya mampu bertahan sekitar
22 tahun yakni pada tahun 1990 sampai 2012.
Sebagai industri tua yang mampu bertahan
hingga sekarang, fluktuasi penjualan selalu
dialami oleh industri ini. Namun pasca
larangan pedagang asongan berjualan di
kereta api pada tahun 2012 membuat
industri-industri kecil pemasok pedagang
tersebut mengalami penurunan termasuk
UKM Kelapa Muda. Pada tahun 2011 UKM
Kelapa Muda berganti pemilik menjadi
Bapak Markasan yang merupakan putra dari
Bapak Karsono. Saat ini, industri ini
memasok toko oleh-oleh Kepala Muda,
lapak-lapak kali lima, pedagang keliling yang
ada di daerah Pasar Lama Babat, serta
pedagang asongan di bus yang melewati rute
Babat Lamongan. Jumlah Pekerja saat ini
berjumlah 13 orang. Dari 13 pekerja tersebut
terdiri dari 2 pekerja untuk pemindahan
barang dan pengupasan kelapa, 2 pekerja
penggilingan, 5 pekerja untuk pembuatan
adonan, pencetakan, dan pemanggangan,
serta 4 pekerja untuk pengemasan.
3.2 Analisis Pengembangan Industri
Wingko Babat
Analisis SWOT merupakan identifikasi
berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi perusahaan. Berbagai
situasi yang dihadapi oleh perusahaan baik
internal maupun eksternal harus dijadikan
masukan bagi perusahaan untuk menentukan
rencana strategis dalam menyusun sistem
pemasaran yang relatif tepat.
360
Prosiding Seminar Nasional Teknologi dan Sains (SNasTekS)
18 September 2019
ISBN: 978–623–91277–6–3
Tabel 1. Matrik SWOT
Opportunities
1.Potensi
pasar
semakin
meningkat.
2.Produk tradisional diminati oleh
konsumen.
3.Sebagian teknologi dalam proses
produksi
menggunakan
peralatan modern.
Threads - T
1.Kurangnya modal usaha.
2.Belum bekerjasama dengan
pemerintah.
3.Banyaknya kompetitor produk
serupa.
Strength – S
1. Pelopor usaha wingko.
2. Lokasi industri strategis.
3. Produk berkualitas.
4. Pemasaran yang luas.
5. Memiliki izin usaha dari
dinas koperasi dan UMKM.
SO Strategi
(S2-O2)
1. Penggunaan teknologi yang
cukup modern dalam proses
produksi dapat meningkatkan
kapasitas penjualan.
2. Melakukan pengembangan
produk.
3. Melakukan
diversifikasi
produk.
ST Strategi
(S1-T4)
1. Menjaga kualitas produk,
agar bisa bersaing dengan
kompetitor.
2. Bekerjasama
dengan
perbankan.
Weakness – W
1. Belum memanfaatkan teknologi
dalam aspek pemasaran online.
2. Belum memiliki sertifikat halal.
3. Tidak adanya pelatihan pekerja.
WO Strategi
1. Memanfaatkan teknologi dalam
aspek pemsaran online agar dapat
meningkatkan
permintaaan
terhadap produk.
2. Melakukan pengembangan pasar.
3. Perbaikan sistem manajemen
usaha.
WT Strategi
1. Bekerjasama dengan pemerintah
daerah dalam mengurus sertifikat
halal.
2. Melakukan promosi dengan
bekerjasama dengan pemerintah
daerah.
Threads) ini merupakan strategi yang
menggunakan kekuatan untuk menghadapi
ancaman yang ada. Strategi ST adalah
menjaga kualitas produk agar bisa bersaing
dengan kompetitor, dan bekerjasama dengan
perbankan. Pada strategi WT (WeaknessThreads) ini merupakan strategi dimana
perusahaan memperbaiki kelemahan pada
perusahaan untuk menghadapi ancaman yang
ada. Strategi WT adalah bekerjasama dengan
Pemerintah Daerah dalam mengurus
sertifikat halal, dan melakukan promosi
dengan bekerjasama dengan Pemerintah
Daerah.
Metode analisis SPACE adalah metode
yang mengkombinasikan antara faktor
internal dan eksternal dari sebuah
perusahaan. Faktor internal sendiri terbagi
menjadi dua faktor besar yakni financial
strength dan competitive advantage.
Dari Tabel Matrik SWOT tersebut kita
dapat mengetahui alternatif strategi yang
dapat digunakan oleh perusahaan. Pada
pencocokan SO (Strength-Opportunities)
merupakan strategi yang memanfaatkan
kekuatan perusahaan untuk mendapatkan
peluang. Sehingga SO strateginya yaitu
Penggunaan teknologi yang cukup modern
dalam proses produksi dapat meningkatkan
kapasitas
penjualan,
melakukan
pengembangan produk, dan melakukan
diversifikasi produk. Pada WO (WeaknessOpportunities) merupakan strategi yang
memperbaiki kelemahan perusahaan untuk
mendapatkan peluang. Strategi WO adalah
memanfaatkan teknologi dalam aspek
pemasaran online agar dapat meningkatkan
permintaaan terhadap produk, melakukan
pengembangan pasar, dan perbaikan sistem
manajemen usaha. Pada ST (Srength-
361
Prosiding Seminar Nasional Teknologi dan Sains (SNasTekS)
18 September 2019
ISBN: 978–623–91277–6–3
dapat terus melakukan pengembangan bisnis.
Untuk faktor ini, diberikan nilai +4.
5) Cash Flow
Cash flow dari perusahaan dipastikan
masih belum memiliki cash flow yang sangat
baik. Hal ini dikarenakan UKM Kelapa Muda
masih berupa usaha rumah tangga yang
masih
belum
tertata
rapi
laporan
keuangannya. Untuk faktor ini, diberikan
nilai +1.
6) Ease of Exit from Market
UKM Kelapa Muda masih tergolong
usaha rumah tangga yang masih berupaya
untuk
terus
berkembang
dan
ini
mempermudah UKM jika ingin menarik diri
dari pasar. Untuk faktor ini, diberikan nilai
+3.
7) Risk Involved in Business
Setiap investasi tentu mengandung risiko.
UKM Kelapa Muda termasuk salah satu
pengusaha wingko yang sudah memiliki
banyak kompetitor. Dengan kata lain, risiko
untuk di bidang usaha wingko sudah dapat
dikategorikan sebagai bidang usaha yang
berisiko tinggi. Oleh karena itu, faktor ini
diberikan nilai +3.
Faktor internal yang selanjutnya adalah
competitive
advantage.
Competitive
advantage adalah faktor keunggulan apa saja
yang dimiliki oleh perusahaan dalam
bersaing dengan kompetitor. Berikut adalah
penjabaran
faktor-faktor
competitive
advantage:
1) Market Share
Pangsa pasar wingko masih sangat luas.
Mayoritas dari penduduk Indonesia sangat
gemar mengkonsumsi aneka olahan makanan
terutama wingko. Dengan jumlah kompetitor
yang sudah lumayan banyak, diberikan nilai
-2.
2) Product Quality
UKM Kelapa Muda sangat digemari oleh
masyarakat dan jika dibandingkan dengan
Sedangkan faktor yang termasuk faktor
eksternal adalah environmental stability dan
industry strength.
Faktor internal perusahaan terbagi
menjadi dua, yakni financial strength dan
competitive advantage. Faktor financial
strength secara umum didefinisikan sebagai
kemampuan
keuangan
dari
sebuah
perusahaan untuk survive di dalam pasar.
Berikut ada 7 faktor yang perlu dianalisis:
1) Return on Investment (ROI)
Tidak didapatkan data keuangan secara
detail dari perusahaan sehingga tidak dapat
diketahui dengan pasti seberapa besar ROI
yang didapat oleh perusahaan (dalam angka).
Untuk faktor ini, diberikan nilai +2.
2) Leverage
UKM Kelapa Muda merupakan salah satu
pengusaha wingko di Daerah Babat yang
sudah dikenal oleh kalangan masyarakat.
Sehingga, UKM Kelapa Muda ini telah
menjadi pelopor pengusaha wingko dan
membantu
masyarakat
untuk
dapat
mengembangkan usaha di bidang olahan
makanan. Untuk faktor ini, diberikan nilai
+5.
3) Liquidity
Setiap peralatan yang dimiliki UKM
Kelapa Muda tentu memiliki nominal yang
lumayan banyak apabila diuangkan. Namun,
investasi tersebut tergolong liquid jika
perusahaan ingin mencairkan investasinya.
Untuk faktor ini, diberikan nilai +4.
4) Working Capital
Pada tahun 1990 hingga tahun 2010
produksi wingko masih menggunakan
peralatan tradisional. Namun seiring dengan
berkembangnya usaha dan permintaan pasar
yang terus meningkat, maka ditahun 2010
pemilik menggunakan alat bantu yang lebih
modern untuk menunjang perkembangan
usahanya. Melihat hal tersebut, dapat
disimpulkan bahwa UKM Kelapa Muda
362
Prosiding Seminar Nasional Teknologi dan Sains (SNasTekS)
18 September 2019
ISBN: 978–623–91277–6–3
kualitas kompetitor, masyarakat lebih
memilih produk dari UKM Kelapa Muda
karena
pendapat
masyarakat
yang
mengatakan bahwa kualitas UKM Kelapa
Muda lebih baik dibandingkan dengan
wingko lainnya. Untuk kategori ini, diberikan
nilai -3.
Faktor eksternal perusahaan terbagi
menjadi dua, yakni environmental stability
dan industry strength. Environmental
stability didefinisikan sebagai kestabilan
lingkungan yang ada di suatu negara, seperti
inflasi, kemajuan teknologi dan kompetitor di
bidang usaha yang sama di negara tersebut.
Berikut adalah penjabaran dari faktor
environmental stability:
1) Technological Changes
Perkembangan teknologi di industri
wingko sendiri masih tergolong sangat
lambat. UKM Kelapa Muda memaparkan
bahwa hampir 40 tahun perjalanan
perusahaan, perusahaan baru satu kali
melakukan pergantian dengan mesin yang
memiliki teknologi lebih canggih yakni di
mesin oven. Untuk faktor ini, diberikan nilai
-3.
2) Rate of Inflation
Iklim perekonomian Indonesia merupakan
10 terbaik di dunia. Dengan pertumbuhan
ekonomi sebesar 6,7% per tahun dan tingkat
inflasi yang tidak pernah di atas 8% dalam 5
tahun terakhir, Indonesia dipastikan menjadi
destinasi tepat untuk pengembangan usaha
tidak terkecuali untuk industri wingko. Untuk
faktor ini, diberikan nilai -2.
3) Demand Variability
Indonesia dikenal sebagai dengan negara
yang berpenduduk konsumtif. Banyak
masyarakat Indonesia yang lebih senang
membeli daripada membuat. Oleh karena
dasar
karakter
masyarakat
tersebut,
perusahaan diyakini mampu mendapatkan
permintaan yang stabil setiap bulannya
dengan pangsa pasar masyarakat semua
kalangan. Untuk faktor ini, diberikan nilai -3.
4) Price Range of Competing Products
Harga menjadi salah satu faktor penting
yang dinilai oleh masyarakat Indonesia.
Perbedaan selisih harga sekecil apapun
dengan kompetitor akan menjadi dasar
3) Product Life Cycle
Produk wingko merupakan sebuah produk
yang memiliki life cycle yang rendah, karena
wingko cepat basi. Sehingga, risiko produk
dengan life cycle sangat tinggi. Untuk faktor
ini, diberikan nilai -4.
4) Customer Loyalty
Produk wingko yang diproduksi oleh
UKM Kelapa Muda merupakan jenis wingko
pada umumnya. Maka dari itu, konsumen
penggemar wingko ini bisa dari kalangan
menengah keatas ataupun kebawah. Dalam
persaingannya, konsumen tetap setia
mengkonsumsi wingko UKM Kelapa Muda.
Untuk faktor ini, diberikan nilai -2.
5) Competition’s Capacity Utilization
Kapasitas produksi UKM Kelapa Muda
masih belum dimaksimalkan. Hal tersebut
disebabkan oleh kurangnya pemasaran.
Untuk faktor ini, diberikan nilai -4.
6) Technological Know-how
Sebagian mesin yang ada di UKM Kelapa
Muda sudah menggunakan teknologi yang
modern. Saat ini, UKM Kelapa Muda sudah
memiliki mesin 10 oven yang digunakan
untuk membantu proses pengeringan. Untuk
kategori ini mendapatkan nilai -3.
7) Control Over Suppliers and Distributors
Faktor terakhir internal perusahaan ini
masih belum dimiliki oleh UKM Kelapa
Muda. Bahan baku berupa kelapa, tepung,
gula masih membeli pada supplier lain.
Begitu juga pada proses distribusi yang
masih belum maksimal. Untuk faktor ini,
diberikan nilai -5.
363
Prosiding Seminar Nasional Teknologi dan Sains (SNasTekS)
18 September 2019
ISBN: 978–623–91277–6–3
pertimbangan bagi masyarakat sebelum
membeli suatu produk. Harga produk UKM
Kelapa Muda hampir sama dengan produk
milik kompetitor. Sehingga konsumen hanya
memilih berdasarkan kesukaan saja. Untuk
faktor ini, diberikan nilai -3.
5) Barriers to Entry
Indonesia merupakan suatu negara yang
mengedepankan demokrasi sehingga hampir
tidak ada monopoli dalam perindustrian di
Indonesia. Indonesia menjadi salah satu
negara yang memberikan keleluasaan
sebesar-besarnya bagi perusahaan untuk
masuk dan mengembangkan produknya
dengan harapan dapat meningkatkan
perekonomian Indonesia. Sedangkan untuk
wilayah pasar di daerah Lamongan, wingko
UKM Kelapa Muda hampir menguasai pasar
sepenuhnya. Hal ini dikarenakan, UKM
Kelapa Muda merupakan salah satu pelopor
wingko untuk daerah sekitarnya. Untuk
faktor ini, diberikan nilai -2.
6) Competitive Pressure
Kompetisi selalu ada di dalam dunia
industri, tidak terkecuali dengan usaha
wingko di Indonesia. Namun, konsumen
lebih memilih wingko UKM Kelapa Muda
karena usahanya yang sudah lama. Untuk
faktor ini, diberikan nilai -2.
7) Price Elasticity of Demand
Masyarakat
Indonesia
merupakan
masyarakat yang sangat sensitif terhadap
perubahan harga. Perubahan harga sedikit
saja dapat membuat konsumen berpindah ke
produk kompetitor yang memiliki harga yang
lebih rendah. Oleh karena hal tersebut,
diberikan nilai -2.
1) Growth Potential
Melihat pangsa pasar yang masih sangat
luas, usaha wingko masih tergolong sangat
menjanjikan. Usaha wingko masih akan
mengalami pertumbuhan yang sangat tinggi
karena kebiasaan masyarakat yang sering
mengkonsumsi makanan ringan/oleh-oleh.
Untuk faktor ini, diberikan nilai +5.
2) Profit Potential
UKM Kelapa Muda sudah menguasai
pasar di daerah Lamongan, namun masih
belum sepenuhnya. Selain itu diperkirakan
usaha wingko masih akan mengalami
peningkatan yang pesat, profit diyakini akan
berbanding lurus dengan hal tersebut. Untuk
faktor ini diberikan nilai +6.
3) Financial Stability
Perekonomian Indonesia tergolong ke
dalam tiga negara yang memiliki
perekonomian stabil setelah Amerika dan
China. Banyak negara di dunia mengakui
bahwa Indonesia memiliki perekonomian
yang cerah di masa yang akan datang. Namun
hal ini belum tentu dapat dipastikan
kebenarannya. Oleh karena hal tersebut,
diberikan nilai +4.
4) Resource Utilization
Indonesia adalah negara yang subur dan
limpah akan sumber daya alam. Bahan baku
berupa kelapa sangat mudah didapat. Untuk
itu, diberikan nilai +6.
5) Capital Intensify
Berdasarkan keempat faktor sebelumnya
yang sangat baik, investor baik dalam negeri
dan luar negeri memiliki kepercayaan untuk
meletakkan investasinya di Indonesia. Hal ini
sangat terlihat dari peningkatan Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG), Indonesia yang
selalu mengalami peningkatan selama 15
tahun terakhir bahkan setelah krisis moneter
melanda Indonesia pada tahun 1998. Untuk
faktor ini, diberikan nilai +3.
Industry strength merupakan salah satu
faktor eksternal yang didefinisikan sebagai
kemampuan perusahaan untuk bertahan dari
persaingan antar kompetitor. Berikut adalah
penjabaran dari masing-masing faktor:
364
Prosiding Seminar Nasional Teknologi dan Sains (SNasTekS)
18 September 2019
ISBN: 978–623–91277–6–3
diagram tersebut menunjukkan posisi
perusahaan berada di kuadran aggressive
yang artinya bahwa perusahaan memiliki
internal dan eksternal yang kuat.
6) Ease of Entry Into Market
UKM Kelapa Muda sudah berhasil
memasuki dan menguasai pasar di wilayah
Lamongan. Untuk faktor ini, diberikan nilai
+5.
7) Productivity
Produktivitas perindustrian di Indonesia
menutut produktivitas yang terbilang tinggi.
Hal ini tidak terlepas dari jumlah penduduk
Indonesia yang menempati jumlah penduduk
terpadat ke-empat di dunia yakni sebesar
253,6 juta lebih warga negara Indonesia.
Untuk faktor ini, diberikan nilai +5.
X = Financial Strenght + Environmental
Stability
= 3,142857143 + ( -2,571428571)
= 0,391428569
Gambar 1. Space Matrix
4.
KESIMPULAN
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
ada beberapa strategi yang harus dilakukan
oleh Industri Wingko Babat yaitu: menjaga
mutu produk, pengembangan produk,
mengurus ijin halal, pemasaran dengan
media online, diversifikasi produk, perbaikan
sistem manajemen usaha, dan menjalin
kerjasama dengan Pemerintah Daerah.
Y = Competitive Advantage + Industry
Strength
= - 2,857142857 + 4,571428571
= 1,714285714
Space
matrix
digunakan
untuk
menentukan kondisi perusahaan dengan
menggunakan diagram kartesius yang terdiri
dari dua dimensi dan empat kuadran. Empat
kuadran tersebut mempunyai skala yang
sama. Serta keempat kuadran tersebut dapat
mengidentifikasi posisi perusahaan. Apabila
hasil perhitungan ada dikuadran conservative
hal ini menunjukkan bahwa internal
perusahaan kuat, sedangkan eksternal
perusahaan lemah. Jika berada pada kuadran
aggressive, maka menunjukkan bahwa
perusahaan meiliki internal dan eksternal
yang kuat. Apabila berada di kuadran
defensive menunjukkan bahwa perusahaan
memiliki internal dan eksternal lemah.
Sedangkan jika berada di kuadran
competitive, maka perusahaan memiliki
internal lemah sedangkan eksternal kuat.
Gambar 1 merupakan gambar diagram
kartesius space matrix UKM Kelapa Muda,
DAFTAR PUSTAKA
F. R. David, Strategic Management Concepts
and Cases, Edisi 10, Pearson Prentice
Hall, Upper Saddle River, New Jersey,
2011
Palamba, S. P. T. 2012. Strategi
Pengembangan UKM Berbasis Kluster
(Studi Kasus: Sentra Industri Batik
Jetis Sidoarjo dan Sentra Sepatu
Wedoro). Program Studi Teknik
Industri Universitas Pelita Harapan
Surabaya.
Prasetyo, V.W.T. 2009. Balanced Scorecard
Sebagai Aplikasi dalam Perencanaan
Strategi Perguruan Tinggi (Studi
Teoritis Program Studi Teknik Industri
Universitas Widya Mandala Madiun).
365
Prosiding Seminar Nasional Teknologi dan Sains (SNasTekS)
18 September 2019
ISBN: 978–623–91277–6–3
dan Keuangan, Vol. 2, No.2 (Juni), pp
290.
Soetrisno, N. 1999. Pengembangan UKM,
Ekonomi Rakyat dan Penanggulangan
Kemiskinan, Publikasi Ilmiah, Jakarta
Tambunan, Tulus. 2001. Industrialisasi di
Negara Sedang Berkembang, Kasus
Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta3.
Jurnal Ilmiah Widya Warta. 33(1): 1628.
Putong, I. 2003. Teknik Pemanfaatan
Analisis SWOT tanpa Skala Industri
(A-SWOT-TSI). Jurnal Ekonomi dan
Bisnis. 2(8): 65-71.
Sutaryo, 2004, Pengaruh Karakteristik
Inovasi terhadap Adopsi Tekonologi
Internet oleh UKM, Jurnal ekonomi
366