ISSN : 2407 – 1846
e-ISSN : 2460 – 8416
TK - 021
Website : jurnal.ftumj.ac.id/index.php/semnastek
PERMODELAN DAN SIMULASI PID KONTROL PADA ALAT
PENUKAR PANAS
1
Eko Ariyanto1*, Cekmas Cekdin2
Program Studi Teknik Kimia, 2 Program Studi Teknik Elektro
Universitas Muhammadiyah Palembang
Jln. A. Yani 13 Ulu Palembang
*
[email protected]
ABSTRAK
Alat penukar panas secara luas digunakan untuk memindahkan panas dari fluida panas ke
fluida dingin, sehingga pengendalian temperatur fluida aliran keluar dari alat penukar panas menjadi
sangat penting. Pengendali PID secara konvensional dapat digunakan untuk mengoptimalkan suhu
keluar dari alat penukar panas. Untuk pengendali PID alat penukar panas, nilai parameter tuning
dihitung dengan metode tangent. Perancangan pengendali mengatur suhu fluida keluar pada pada set
point yang diinginkan dalam waktu sesingkat mungkin tanpa memperhatikan massa aliran dan proses
gangguan, ketidakstabilan peralatan dan tidak linier. Pengendali IMC Model memberikan hasil yang
sangat baik pada overshoot dari kurva proses dibandingkan dengan pengendali klasik.
Kata kunci: PID Kontrol, temperatur, tangent
ABSTRACT
Heat exchanger is widely used to transfer heat from a hot fluid to a cooler fluid, so
temperature control of outlet fluid is very importance. A conventional PID controller can be used to
optimize the outlet temperature of heat exchanger. For the PID controller in the heat exchanger, the
values of tuning parameters obtained were calculated by tangent method. The designed controller
regulates the temperature of the outlet fluid to a desired set point in the shortest possible time
irrespective of load and process disturbances, equipment saturation and nonlinearity. The developed
internal model based PID controller was demonstrated to gives satisfactory performance in the
overshoot as compared to the classical controller.
Keywords: PID Control, temperature, tangent
pada industri tesebut. Menjaga kestabilan
PENDAHULUAN
Heat exchanger merupakan unit proses
yang banyak dibutuhkan dalam industri proses
kimia. Peralatan ini digunakan untuk
melakukan pertukaran panas (enthalphy)
antara dua fluida atau lebih, antara permukaan
padatan yang memiliki beda temperature (Shah
R.K., dkk. 2003).
Ada beberapa peristiwa fisik yang dapat
merubah karakteristik proses pertukaran panas
sehingga menyebabkan kestabilan sistem
terganggu, seperti perubahan temperatur fluida
yang masuk dan jumlah massa fluida, untuk itu
diperlukan system pengendali yang dapat
mengatasi perubahan parameter proses tersebut
(Najim K, 1989). Menjaga kestabilan heat
exchanger harus dapat dipertahankan demi
kelangsungan proses secara keseluruhan, dan
juga sangat menentukan hasil produk akhir
temperature diperlukan pengendali PID
(Proporsional, Integral, dan Diferensial)
(Malleswararou, Y.S.N dan Chidambaran
M., 1992).
Pengendali PID terdiri dari tiga proses
pengendalian yaitu : Proporsional (P), Integral
(I) dan Diferensial (D) (Trikha dkk., (2012).
Dalam operasinya ketiga parameter pengendali
itu memerlukan penalaan yang baik, agar dapat
memberikan tanggapan keluaran yang baik dan
cepat.
Kebanyakan
operator
dalam
menentukan parameter pengendali PID dengan
menggunakan rule of thumb (cara uji coba).
Cara ini mengandung resiko yang berbahaya
karena tidak bisa diprediksi proses yang
sedang
berjalan
selanjutnya,
hanya
berdasarkan perkiraan. Disamping itu juga
Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2015
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 17 November 2015
1
ISSN : 2407 – 1846
e-ISSN : 2460 – 8416
TK - 021
Website : jurnal.ftumj.ac.id/index.php/semnastek
pekerjaan melakukan penalaan kembali
pengendali
adalah
pekerjaan
yang
membutuhkan waktu dan sangat mengganggu
proses yang sedang berjalan. Untuk itu
diperlukan suatu teknik yang mampu
mengadaptasi perubahan parameter proses
yang terjadi, dan sekaligus melakukan
penalaan kembali perameter pengendali secara
otomatis. Untuk menentukan model proses,
banyak metode telah diperkenalkan dalam
identifikasi
sebagai
setting
parameter
pengendali PID, seperti metode identifikasi :
Tangent, Tangent plus satu titik, C.L. Cecil,
Broida, dan De Srejc (Riggs J.B., 2001).
Identifikasi dengan metode tangent adalah
metode yang paling handal digunakan dalam
menentukan model proses untuk setting
parameter pengendali PID, karena metode ini
cepat penyelesaiannya dan akurat. Metode ini
adalah dengan menganalisa kurva peralihan
dari sebuah proses. Analisa kurva peralihan
ditetapkan pada saat process variabel
mempunyai amplitudo dengan waktu harga
akhir dari keadaan mantapnya yang
diproyeksikan ke sumbu waktu. Hasil proyeksi
ke sumbu waktu akan didapat waktu tunda td
(dead time) dari proses, dan τ adalah konstanta
waktu (time constan) dari proses. Dengan
didapatnya waktu tunda td dan konstanta waktu
τ, maka model proses tersebut akan dapat
ditentukan, sehingga setting parameter
pengendali PID didapatkan (Liu G.P dan
Daley S., 2001).
Pengendali PID (Proporsional Integral
Defferensial) sangat sering digunakan dalam
sistem kendali industri. Dibeberapa literatur
PID dapat secara matematis dinyatakan dalam
pers (1) (Ang dkk., 2005, Åström and
Hägglund, 1995, Mansour, 2011, Alfaro dkk.,
2008):
(1)
dimana Kp adalah penguat proporsional, Ti
adalah waktu integral, dan Td adalah waktu
turunan. Jika e(t) adalah sinyal masukkan
kealat kendali PID, keluaran u(t) dari alat
kendali ini diberikan pers (2)
(2)
dimana Kp adalah penguat proporsional, Ki
adalah penguat integral, dan Kd adalah penguat
turunan (derevatif). Persamaan (2) dapat ditulis
juga sebagai berikut (Astrom K.J. dan
Hagglund T., 2001);
(3)
Untuk menentukan harga peguatan
proporsional Kp, waktu integral Ti, dan waktu
turunan Td adalah didasarkan dengan metoda
Ziegler-Nichols (Riggs 2001). Penentuan
parameter-parameter dari kendali PID disebut
penalaan.
Dari karakteristik kurva dapat
ditentukan tiga konstanta, yaitu Ks sebagai
penguatan statis, waktu tunda t0 dan konstanta
waktu τ. Dengan ditentukannya tiga konstanta
tersebut, maka untuk menentukan harga
peguatan proporsional Kp, waktu integral Ti,
dan waktu turunan Td adalah didasarkan
dengan metoda Ziegler-Nichols seperti pada
Tabel 1 berikut :
Tabel 1. Penalaan Ziegler-Nichols berdasarkan
pada tanggapan undak satuan dari sistem
(Ishak dan Hussain, 2000)
Mode
P, %
I, Time D, time
P
100.Td.RR
PI
111,1.Td.RR 3,33 Td
PID
83,3.Td.RR
2. Td
0,25.Td
Menganalisa kurva peralihan dari
sebuah proses dengan menggunakan metode
tangen, dimana pendekatan model proses yang
diidentifikasi, menurut Rigg (2001) adalah
seperti terlihat pada fungsi alih berikut ini :
(4)
dimana Gp(s) merupakan fungsi alih proses, Ks
adalah penguatan statis dari proses, td adalah
waktu tunda (dead time) dari proses, dan τ
adalah konstata waktu (time constan) dari
proses.
Pemodelan Matematika
Fungsi Transfer Proses
Heat exchanger HE 7-5 digunakan
untuk memanaskan produk bawah dari STRIP
2-5 menggunakan fluida panas yang berasal
dari REB 7-5. Temperatur HE 7-5 dikontrol
oleh TC-8404 yang mengirim signal ke Valve
aliran fluida panas REB 7-5. Lebih detail dapat
dilihat pada Gambar (1). Fungsi transfer
elemen kontrol seperti sensor, controller,
actuator dan heat exchanger yang digunakan
dalam temperature control loop dapat secara
matematis disimulasikan (Mukherjee, 1998).
Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2015
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 17 November 2015
2
ISSN : 2407 – 1846
e-ISSN : 2460 – 8416
TK - 021
Website : jurnal.ftumj.ac.id/index.php/semnastek
(8)
Nilai K dapat dihitung;
(9)
2
dimana A = 90,73 in ; x = 14,28 mm; dan Pd =
15 psi.
(10)
Sehingga nilai K = 95,30 psi/mm
Gambar 1. Heat Exchanger HE 7-5
Fungsi transfer GP (s) adalah
hubungan antara temperature outlet ∆θ dan
jumlah aliran fluida panas pada waktu
pencapaian konstan 20 detik. Adapun
persamaannya dapat ditulis sebagai berikut
(Sharma dkk., 2011):
(5)
dimana temperatur oulet (∆θ) HE 7-5 adalah
217OC dan aliran fluida panas (∆m) dari REB
7-5 adalah 10,4 kg/det, maka pers (10-36)
dapat disederhanakan menjadi pers (5).
(6)
Dinamika Kontrol Valve
Proses
pengendali
HE
7-5
menggunakan type control pneumatic. Adapun
opening atau closing control valve biasanya
dilakukan secara otomatis oleh pneumatik
aktuator. Adapun gaya yang bekerja tersebut
antara lain:
adalah gaya yang diberikan oleh
-
-
udara yang terkompresi pada bagian atas
diafragma.
adalah gaya yang diberikan oleh pegas
-
yang melekat pada stem dan diapragma.
adalah gaya gesekan ke atas dan yang
dihasilkan dari kontak antara stem penutup
valve.
di mana A adalah luas Diafragma, Pd adalah
tekanan yang bekerja pada diafragma, x adalah
jarak, K adalah Hook konstan, C adalah
koefisien gesekan antara stem dan penutup
valve.
Dinamika pneumatic control valve dapat
diperkirakan dengan menggunakan second
order system sebagai berikut:
Control Valve Gain
Dari analisa diatas dapat diperkirakan control
valve gain adalah;
Control
valve
gain
=
Sehingga total transfer function actuator
adalah
(11)
Sensor Transfer Function
Dalam sistem, 3 wire PT-100 RTD
dengan rentang -200 sampai 600°C digunakan
karena dapat menahan suhu tinggi dengan
tetap menjaga stabilitas yang sangat baik.
Gambar 10.3 adalah detail 3-wire PT-100 RTD
sensor probe. Temperatur koefisien kawat
platinum adalah 0,00385 ohm/°C. Sensor ini
memiliki rentang 0 sampai 200OC dan waktu
konstan 1 sampai 2 detik.
Dari deskripsi diatas maka sensor gain dapat
dihitung sebagai berikut;
(12)
Maka sensor transfer function (HS) adalah
(13)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Open-Loop Test
Open-loop
test
dapat
dihitung
menggunakan pers. (6) dan pers. (11). Proses
simulasi dilakukan dengan menggunakan
Simulink Matlab yang ditunjukkan didalam
Gambar 2 dibawah ini,
(7)
dimana diameter diafragma adalah 273 mm.
Nilai K dapat dihitung dengan asumsi bahwa
system pada keadaan steady state;
Gambar 2 Simulink Open-Loop Test HE 7-5
Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2015
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 17 November 2015
3
ISSN : 2407 – 1846
e-ISSN : 2460 – 8416
TK - 021
Website : jurnal.ftumj.ac.id/index.php/semnastek
Hasil simulasi Simulink matlab pada Gambar 2
menghasilkan open-loop test curve (Gambar
3).
adalah perubahan waktu (waktu), dan ∆MV
adalah perubahan output controller (%).
Td dan RR digunakan dalam tuning rule
untuk menghitung optimalisasi PID proses
kontrol. Salah satu open loop tuning rule
adalah Zieglar-Nicolas yang ditunjukkan pada
Tabel 1.
Laju respon proses (RR) dari pers. (14)
dapat di rumuskan kembali dengan
menganalisis Gambar 4.
(15)
Gambar 3. Curva Open-Loop Test
Analisis Tunning PID Menggunakan
Zieglar-Nicolas.
Kurva respon pada Gambar 2 dapat
dianalisa menggunakan Tangen Method.
Gambar 4 adalah analisa dengan menggunakan
Tangen Method.
dimana a adalah faktor skala untuk sumbu y,
(%/panjang), b adalah factor skala untuk
sumbu x (waktu/panjang).
Diketahui bahwa ∆y/∆x = tan θ, dan
mensubstitusikan Pers. (14) dan (15), maka,
(16)
Perhitungan Laju Respon Proses (RR)
dan Dead Time (Td) sebagai berikut;
Garis
Tangent
∆y
Dengan mensubstitusikan perhitungan
diatas kedalam Tabel 2, maka
Tabel 2 Nilai Tunning PID
θ ∆x
Td
Gambar 4. Garis tangen pada Open Loop Test
Curve Respon
Gambar 4 adalah hasil analisis dengan
menggunakan metode tangent. Kurva respon
tersebut dapat menghasilkan dead-time proses
(Td) dan laju respon (RR) dengan
menggambarkan garis tangent (Ishak dan
Hussain, 2000). Dead-time proses (Td)
dihitung berdasarkan perpotongan garis antara
baseline kurva respon open loop dan garis
tangent.
Laju respon proses (RR) didefinisikan
sebagai (Ishak dan Hussain, 2000);
Mode
P
PI
PID
P, %
9,9
10,9989
8,2467
I, Time
D, time
9,99
6
0,75
Nilai tunning PID pada Tabel 2 digunakan
untuk mensimulasikan HE 7-5.
Feedback Control System
Feedback control system merupakan
proses mengukur keluaran dari sistem yang
dibandingkan dengan suatu standar tertentu
(Marlin T.E., 2000).
(14)
dimana RR adalah laju respon (1/waktu), ∆PV
adalah perubahan dalam pengukuran (%), ∆t
Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2015
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 17 November 2015
4
ISSN : 2407 – 1846
e-ISSN : 2460 – 8416
TK - 021
Website : jurnal.ftumj.ac.id/index.php/semnastek
Output dari DPT dikirim ke feedforward
controller. Tindakan pengendalian feedback
dan feedforward controller dijumlahkan dan
dikirimkan ke valve melalui actuator.
Gambar 5 Skema Feedback control untuk heat
exchanger sistem
Gambar 5 menunjukkan skema simulasi
feedback control untuk heat exchanger sistem.
Pengontrol PID digunakan sebagai elemen
pengendali untuk mengontrol suhu outlet heat
exchanger (Ang K.H., 2005)
Gambar 6 menggambarkan feedback
control simulink model dari heat exchanger
sistem. Feedback control dicapai dengan
menggunakan PID controller. Sebuah relay
blok ditempatkan secara paralel dengan PID
controller, yang akan bertindak seperti sebuah
auto tuner. PID controller dan relay blok
terhubung menggunakan saklar manual.
Operator dapat secara manual mengubah
saklar baik PID controller atau auto tuner.
Gambar 6 Unit Step Respon Heat Exchanger
system dengan PID Controller
Feedback Plus Feed Fordward Controller
Pengendalian proses control feedback dan
feedforward dijumlahkan untuk memberikan
sinyal kontrol gabungan. Sinyal kontrol
gabungan dapat meningkatkan kinerja
kontroler. Gambar 7 menunjukkan skema
kombinasi kontrol. Dalam skema kontrol ini
gangguan utama (perubahan volume input
aliran fluida) diukur dan dikendalikan
menggunakan feedforward controller. Untuk
alasan tersebut sebuah orifice plate dan
Differential Pressure Transmitter (DPT)
digunakan untuk mengukur aliran fluida input
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7.
Gambar 7 Skema feedforward plus feedback
control pada HE 7-5
Dalam skema feedback controller, sensor yang
digunakan untuk mendeteksi keluaran proses
dan memberikan nilai error ke controller
kemudian melakukan tindakan pengendalian
yang sesuai. Setelah tindakan pengendalian
tercapai, output proses telah berubah.
Feedforward controller memperkirakan nilai
error dan mengubah manipulating variabel
sebelum gangguan mempengaruhi output
(Martin F.G dan Coelho M.A.N., 200).
Gambar 8 menunjukkan skema feedback dan
feedforward controller.
Gambar 8 Skema Feed-forward plus feedback
control dari Heat Exchanger
Gp(s) menunjukkan fungsi transfer dari proses
dan Gd(s) menunjukkan fungsi transfer dari
gangguan aliran.
dan
Fungsi transfer pada feed-forward controller
adalah;
(17)
Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2015
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 17 November 2015
(18)
5
ISSN : 2407 – 1846
e-ISSN : 2460 – 8416
TK - 021
Website : jurnal.ftumj.ac.id/index.php/semnastek
Gambar 9 menunjukkan representasi Simulink
feedback dan feedforward controller pada heat
exchanger system
Gambar 9 Representasi Simulink feedback
plus feedforward controller pada heat
exchanger
Analisa Kinerja Pengendalian Proses
Evaluasi
kinerja
pengendali
dianalisis
menggunakan step respon dari berbagai
parameter yang berbeda. Parameter penting
tersebut adalah puncak overshoot dan settling
time.
Puncak
overshoot
menunjukkan
perbedaan normalisasi antara puncak waktu
respon dan output yang stabil. Puncak
overshoot didefinisikan sebagai berikut (Riggs
2001);
(20)
Settling Time adalah waktu yang diperlukan
dari respon untuk mencapai dan tetap berada
dalam toleransi garis tertentu pada nilai akhir.
Internal Model Controller (IMC)
Struktur IMC ditunjukkan pada Gambar 10.
Fungsi transfer dari proses ditunjukkan dalam
pers (19);
(19)
Proses IMC meliputi waktu tunda dalam
bentuk
(Riggs, 2001). Pendekatan
persamaan first dan second order dalam fungsi
transfer proses dapat ditulis ulang sebagai
berikut;
(20)
(21)
IMC dapat dirancang dengan melakukan
invers model proses beserta fungsi transfer
filter. Sehingga fungsi transfer IMC ditulis
sebagai berikut (Ho W.K., dkk 2001);
(22)
(23)
Substitusikan nilai λ 17 pada persamaan (25)
dan didapatkan;
(25)
Gambar 11 Perbandingan step respon pada
variasi pengendali konvensional yang berbeda
Gambar
11
menunjukkan
perbandingan step respon pengendali. PID
Feedback controller menunjukkan puncak
overshoot 75,3%, feedback plus feedforward
controller digunakan untuk mengontrol HE 75 dapat mengurangi puncak overshoot 56,1%
dan Internal Model Controller (IMC) dapat
mengurangi
secara
signifikan
puncak
overshoot dan puncak overshoot IMC adalah
6,2%. Hal ini dengan jelas menunjukkan
bahwa IMC memberikan kontrol yang lebih
baik daripada feedback dan feedforward
controller. Pengendali IMC secara signifikan
mengurangi overshoot yang hamper mendekati
0%. Untuk lebih detail hasil output respon dari
perbendaan jenis pengendali dapat dilihat pada
Tabel 3.
Gambar 10. Skema Simulink IMC model
untuk heat exchanger
Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2015
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 17 November 2015
6
ISSN : 2407 – 1846
e-ISSN : 2460 – 8416
TK - 021
Website : jurnal.ftumj.ac.id/index.php/semnastek
Tabel 3 Perbandingan puncak overshoot, settling time dan rise time dari pengendali yang berbeda
Settling Time
Rise Time,
No
Tipe Pengendali
Overshoot (%)
(det)
(det)
1
Feedback
75,3
107,3
9,4
2
Feedback plus feedforward (Tanpa delay)
56,1
104,0
11,9
3
Feedback plus feedforward (Ada delay)
64,8
98,3
11,1
4
IMC
6,2
88,8
59,8
Tabel 3 merupakan hasil identifikasi
pada Gambar 10. Dari Tabel 3 memberikan
analisis perbandingan puncak garis overshoot,
settling time dan rise time hasil output respon
untuk heat exchanger sistem. Feedback
controller (PID controller) memberikan 75,3%
overshoot dan 107,3 detik settling time. Untuk
menghindari puncak overshoot yang tinggi,
pengendali
feedforward
perlu
untuk
ditambahkan
didalam
pengendalian
temperature
heat
exchanger
sistem.
Feedforward
controller
memperkirakan
kesalahan dan memperbaiki proses output
respon yang sesuai dengan setpoint. Dalam
penelitian ini dua bentuk pengendali
feedforward dikembangkan lebih lanjut. Ada
dua kasus permasalah yang dikembangkan
dalam pengendali feedforward, pertama
diasumsikan bahwa tidak ada waktu tunda
(delay time) antara step input ke proses dan
step gangguan (disturbance). Dalam hal ini
kombinasi pengaruh pengendali feedback dan
feedforward memberikan 56,1% overshoot dan
settling time adalah 104,0 detik.
Dalam kasus kedua, diasumsikan bahwa
ada waktu tunda antara antara step input ke
proses dan step gangguan (disturbance).
Dalam kasus kedua meskipun puncak
overshoot naik menjadi 64,8% tetapi settling
time menurun menjadi 98,3 detik, tetapi
setelah menggunakan pengendali feedback
plus feedforward menghasilkan puncak
overshoot yang sangat tinggi 56,1%. Untuk
mengurangi puncak overshoot, pengendali
IMC dikembangkan lebih lanjut. Internal
Model Controller (IMC) dapat mengurangi
puncak overshoot menjadi 6,2% dan
mengurangi settling time 88,8 detik. Dari
Tabel 3 jelas bahwa pengendali IMC
memberikan hasil kontrol yang lebih baik
dibandingkan dengan pengendali feedback dan
feedforward ketika step input digunakan dan
pengendali dievaluasi puncak overshoot dan
settling time.
Kesimpulan
Evaluasi metode proses pengendali pada
Heat Exchanger
HE 7-5 menggunakan
metode pengendali yang berbeda untuk
pengontrolan temperatur fluida. Analisis
Tunning PID menggunakan Zieglar-Nicolas.
Tiga jenis pengendali disimlasikan
untuk mengontrol temperatur. Metode untuk
evaluasi kinerja pengendali adalah analisis
overshoot, settling time dan rise time. Kinerja
pengendali
PID
Feedback
Controller
menghasilkan overshoot yang sangat tinggi.
Pengendali PID Feedback Plus Feedforward
controller dapat menurunkan overshoot
sampai 56,1 %. Pengendali PID IMC
memberikan kinerja proses pengendalian
temperatur yang sangat baik. Pengendali PID
IMC menghasilkan overshoot 6,2 % dan
Settling time 88,8 det.
Daftar Pustaka
Alfaro, V. M., Vilanova, R. & Arrieta, O.
Two-Degree-Of-Freedom Pi/Pid Tuning
Approach For Smooth Control On
Cascade Control Systems. 47th Ieee
Conference On Decision And Control,
2008 Cancun, Mexico. Ieee, 5680 5685.
Ang, K. H., Chong, G. & Li, Y. 2005. Pid
Control System Analysis, Design, And
Technology. Ieee Transactions On
Control Systems Technology, 13, 559 576.
Åström, K. J. & Hägglund, T. 1995. Pid
Controllers: Theory, Design, And
Tuning, United State Of America, Isa.
Astrom K J And T Hagglund, “The Future Of
Pid Control,” Control Engineering
Practice, Vol. 9, 2001, Pp. 1163-1175
Fernando G. Martins, Manuel A.N Coelho,
“Application Of Feed-Forward Artificial
Neural Networks To Improve Process
Control Of Pid Based Control
Algorithms,” Computers And Chemical
Engineering, Vol. 24, 2000, Pp. 853-858
Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2015
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 17 November 2015
7
ISSN : 2407 – 1846
e-ISSN : 2460 – 8416
TK - 021
Website : jurnal.ftumj.ac.id/index.php/semnastek
Ho w k, t h lee, h p han and y hong, “selftuning imc-pid control with interval gain
and phase margins assignment,” ieee
transactions
on
control
systems
technology, vol. 9, no. 3, may 2001, pp.
535-541
Ishak, a. A. & hussain, m. A. Reformulation of
the tangent method for pid controller
tuning.
Tencon 2000, 2000 kuala
lumpur. Ieee, 484 – 488
Kaddour najim, “process modeling and control
in chemical engineering,” new york:
marcel dekker, inc., 1989.
Kiam heong ang, gregory chong and yun li,
“pid control system analysis, design and
technology,” ieee transactions on
control system technology, vol. 13, no.
4, july 2005, pp. 559-576
Liu g. P and s. Daley, “optimal-tuning pid
control for industrial systems,” control
engineering practice, 9, 2001, pp. 11851194
Malleswararao y.s.n and m chidambaram,
“non-linear controllers for a heat
exchanger,” journal of process control,
vol. 2, no. 1, 1992, pp. 17-21
Mansour, t. 2011. Pid control: implementation
and tuning, united state of america,
intech.
Marlin, t. E. 2000. Process control designing
processes and control systems for
dynamic performance, united state of
america, mcgraw-hill science
Rajiv mukherjee, “effectively design shelland-tube heat exchangers,” chemical
engineering progress, feb 1998, pp. 1-17
Riggs, j. B. 2001. Chemical process control,
united state of america, ferret
publishing.
Ramesh k. Shah and dusan p. Sekulic,
“fundamentals of heat exchanger
design,” usa: john willey and sons, 2003
Sharma, c., gupta, s. & kumar, v. Modeling
and simulation of heat exchanger used
in soda recovery. World congress on
engineering, 6 - 8 july 2011 2011
londok. Newswood limited, 1406 1409.
Trikha, m., sharma, n., singhal, m. & pandey,
a. 2012. Heat exchanger system
controlled by fuzzy self-adapting pid
controller. Mit international journal of
electrical
and
instrumentation
engineering, 2, 31 – 36
Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2015
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 17 November 2015
8