Academia.eduAcademia.edu

Etika Komunikasi Netizen di Media Sosial

2018, JURNAL ILMU KOMUNIKASI

Media sosial belakangan ini menjadi fenomena media baru yang digemari oleh masyarakat Indonesia, khususnya kaum remaja hingga dewasa. Hal tersebut menjadikan berita dan informasi menyebar dengan begitu cepatnya dan sangat mudah didapatkannya. Bukan hanya itu, masyarakat pun dapat segera memberikan opini dan reaksinya sesaat setelah kejadian tersebut berlangsung, baik opini positif maupun negatif. Peneliti tertarik untuk membahas etika berkomunikasi netizen dalam menerima berita dan informasi pada halaman facebook E100 Radio Suara Surabaya. Penelitian ini bersiat kualitatif dengan studi etnografi virtual. Tinjauan pustaka yang peneliti gunakan antara lain : Komunikasi dan internet, cyber media, khalayak di cyber media, hukum dan etika di cyber media dan etnografi virtual. Informan dalam penelitian ini adalah netizen yang aktif memberikan komentar dalam akun Facebook E100 Radio Suara Surabaya. Hasil penelitian menunjukan ada lima tipe netizen dalam memberikan komentar di akun Facebook...

Jurnal Ilmu Komunikasi UPN Veteran Jatim No 1 Vol. 1 / 2018 Issue 1: Komunikasi dan Budaya Urban ETIKA KOMUNIKASI NETIZEN DI MEDIA SOSIAL (Studi Etnografi Virtual Terhadap Etika Berkomunikasi Netizen Dalam Menerima Berita dan Informasi Pada Halaman Facebook E100 Radio Suara Surabaya) Syafrida Nurrachmi F, S.Sos., M.Med.Kom., Ririn Puspita T., S.I.Kom., M.Med.Kom Program Studi Ilmu Komunikasi, FISIP UPN Veteran Jawa Timur [email protected] ABSTRAK Media sosial belakangan ini menjadi fenomena media baru yang digemari oleh masyarakat Indonesia, khususnya kaum remaja hingga dewasa. Hal tersebut menjadikan berita dan informasi menyebar dengan begitu cepatnya dan sangat mudah didapatkannya. Bukan hanya itu, masyarakat pun dapat segera memberikan opini dan reaksinya sesaat setelah kejadian tersebut berlangsung, baik opini positif maupun negatif. Peneliti tertarik untuk membahas etika berkomunikasi netizen dalam menerima berita dan informasi pada halaman facebook E100 Radio Suara Surabaya. Penelitian ini bersiat kualitatif dengan studi etnografi virtual. Tinjauan pustaka yang peneliti gunakan antara lain : Komunikasi dan internet, cyber media, khalayak di cyber media, hukum dan etika di cyber media dan etnografi virtual. Informan dalam penelitian ini adalah netizen yang aktif memberikan komentar dalam akun Facebook E100 Radio Suara Surabaya. Hasil penelitian menunjukan ada lima tipe netizen dalam memberikan komentar di akun Facebook E100 Radio Suara Surabaya, yakni tipe meminta informasi, menyampaikan informasi, menyampaikan argumentasi dengan baik, menyampaikan argumentasi dengan tidak baik, pemberi komentar dari komentator. Kata Kunci : etnografi virtual, etika komunikasi, media sosial, netizen. Jurnal Ilmu Komunikasi UPN Veteran Jatim No 1 Vol. 1 / 2018 Issue 1: Komunikasi dan Budaya Urban PENDAHULUAN Teknologi informasi dan komunikasi (ICT) dari waktu ke waktu semakin berkembang dengan pesat di seluruh penjuru dunia, termasuk di Indonesia. Hal tersebut menjadikan berita dan informasi menyebar dengan begitu cepatnya dan sangat mudah didapatkannya. Hanya melalui akses internet dalam sepersekian detik, masyarakat dapat mengetahui berita terkini dari belahan dunia yang berjarak ratusan mill dari tempatnya. Bukan hanya itu, masyarakat pun dapat segera memberikan opini dan reaksinya sesaat setelah kejadian tersebut berlangsung, baik opini positif maupun negatif. Teknologi komunikasi ini berkembang dengan kecepatan yang mengagumkan. Dalam satu dasawarsa pertama abad 21, jumlah orang yang terhubung ke internet di seantero dunia melesat dari 350 juta ke 2 miliar lebih. Pada tempo yang sama, jumlah pelanggan telepon seluler melambung dari 750 juta hingga 5 miliar (Schmidt and Cohen, 2014, p.12). Pemanfaatan teknologi-teknologi ini merata sampai ke jangkauan terjauh di dunia, bahkan disejumlah kota dan negara, laju pemerataannya makin cepat. Namun dibalik manfaat dan kemudahannya, terdapat sisi negatif yang telah menjadi sorotan dan perbincangan para netizen baik di Indonesia maupun di dunia. Sisi negatif tersebut adalah potensi terjadinya Cyber bullying terhadap seseorang. Berdasarkan pengertian dari Sameer Hinduja dan Justin W. Patchin dari Cyber bullying Research Center (Amerika Serikat), Cyber bullying diartikan sebagai suatu tindakan yang dilakukan secara sadar untuk merugikan atau menyakiti (orang lain) melalui penggunaan komputer, telepon seluler dan peralatan elektronik lainnya termasuk yang terjadi di media sosial (Hinduja and Patchin, 2009, p.34). Hasil penelitian memasukkan kategori seseorang disebut korban Cyber bullying merupakan korban yang dihina, diabaikan, atau digosipkan di dunia maya. Berdasarkan penelitian 91% responden asal Indonesia mengaku telah melihat kasus Cyber bullying . Kemudian data menunjukkan bahwa Cyber bullying paling sering terjadi melalui media sosial, khususnya Facebook. Di Indonesia, 74% responden menunjuk Facebook sebagai biangnya Cyber bullying , dan 44% menyebut media website yang lain. Selain itu, kasus ini juga paling sering dilakukan oleh telepon genggam, chat room, Email, online instant messaging (Kaman, http://www.latitudenews.com/story/what-country-has-the-most-bullies-2/). Bullying yang di lakukan para netizen ini di posting via Facebook dan media sosial lainnya hingga banyak sekali komentar yang dilontarkan para netizen terhadap kasus ini, dari mulai memaki, mengucapkan kata kotor, hingga merendahkan diri si pelaku. Dapat dilihat bahwa fenomena tersebut merupakan salah satu kasus yang terdapat di Indonesia. Dimana semua orang mempunyai akun sosial media untuk berkomentar dari apa yang mereka lihat dan mereka alami, dari sisi etika mereka tidak memilih untuk melakukan etika yang ada di masyarakat dan di turunkan di dunia Cyber. Fenomena tersebut nampak terlihat pada salah satu halaman Facebook dari Radio Suara Surabaya dengan nama akun E100. Radio Suara Surabaya tidak hanya menyampaikan informasi dan berita secara on air lewat udara tetapi lebih dari itu, dengan semangat sebagai radio konvergensi, Suara Surabaya juga menyampaikan informasi dan beritanya lewat berbagai media sosial diantaranya yaitu Twitter dan Facebook. Akun Facebook E100 telah memiliki pengikut hampir lima ratus ribu netizen, dimana setiap harinya akun tersebut memposting antara 80 sampai dengan 100 informasi tentang kondisi lalu lintas, hingga berita terkini yang terjadi di Surabaya, maupun di kota-kota lain. Sejumlah netizen pun terus membanjiri kolom komentar pada setiap postingannya, dan tidak jarang komentar tersebut tidak sesuai dengan etika yang berlaku. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah etika berkomunikasi netizen dalam menerima berita dan informasi pada halaman facebook E100 Radio Suara Surabaya. Jurnal Ilmu Komunikasi UPN Veteran Jatim No 1 Vol. 1 / 2018 Issue 1: Komunikasi dan Budaya Urban METODOLOGI PENELITIAN Pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Pendekatan ini berasumsi bahwa realita merupakan hasil konstruksi mental dari individu-individu. Setiap individu memiliki pengalaman dan latar belakang serta konteks yang berbeda-beda dengan demikian individu dipandang sebagai pribadi yang unik, yang tidak bisa diseragamkan satu dengan lainnya (http://lass.calumet.purdue.edu/cca/gmj/SubmittedDocuments /archivedpapers/Spring2003/moran.htm) Sasaran dalam penelitian ini adalah netizen (pengguna internet) yang aktif memberikan komentar dalam akun Facebook E100 Radio Suara Surabaya. Alasan mengambil akun dari Radio Suara Surabaya karena radio tersebut merupakan media massa mainstream yang lahir sejak tahun 1983 dan berkembang di Surabaya hingga saat ini. Radio Suara Surabaya tidak hanya mengandalkan radio konvensional dalam menyampaikan informasi lebih dari itu radio tersebut juga menggunakan berbagai media sosial diantaranya adalah akun Facebook E100 yang memiliki hampir lima ratus ribu pengikut. Secara prosedural, alur penelitian etnorafi virtual dapat memanfaatkan pola yang dikembangkan oleh Spradley yang dikenal dengan nama siklus penelitian etnografi. Jika digambarkan sebagai berikut : Bagan 1. Alur Penelitian Etnografi Virtual Sumber : (Arif, 2012, p.176) Pertama, pemilihan suatu proyek etnografi. Siklus ini dimulai dengan memilih suatu proyek penelitian etnografi dengan mempertimbangkan ruang lingkup penelitian. Ruang lingkup penelitian dapat berjarak sepanjang satu kontinum dari etnografi makro ke etnografi mikro. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model etnografi yang berorientasi pada topik. Peneliti mempersempit focus pada etika berkomunikasi netizen dalam menerima pesan di halaman facebook E100. Kedua, pengajuan pertanyaan etnografi. Mengajukan pertanyaan etnografi menunjukkan bukti yang cukup referensial ketika hendak melakukan wawancara, termasuk ketika peneliti sedang melakukan observasi dan membuat catatan lapangan. Dalam penelitian etnografi, peneliti Jurnal Ilmu Komunikasi UPN Veteran Jatim No 1 Vol. 1 / 2018 Issue 1: Komunikasi dan Budaya Urban mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan deskripsi tentang konteks, tema-tema utama dan interpretasi perilaku Ketiga, pengumpulan data etnografi. Tahap berikutnya dari siklus penelitian etnografi adalah mengumpulkan data lapangan. Melalui observasi partisipan, peneliti akan mengamati aktivitas orang di media online dan offline, karakteristik fisik situasi sosial dan apa yang akan menjadi bagian dari tempat kejadian. Singkatnya semua data tentang kehidupan sehari-hari subjek penelitian perlu digali dan dipahami oleh seorang peneliti melalui instrument penggali data. Keempat, pembuatan rekaman etnografi. Tahap ini memberikan penekanan kepada kemampuan peneliti untuk mencatat dan merekam semua kegiatan penelitian yang sedang dan telah dilakukan. Mulai dari mencatat hasil wawancara dan observasi, mengambil gambar/foto, membuat peta situasi. Ini semua dilakukan agar tidak terjadi gap antara hasil observasi dengan analisis. Kelima, analisis data etnografi. Dalam penelitian etnografi, analisis data tidak dilakukan diakhir pekerjaan, tapi dilakukan pada saat melakukan pekerjaan. Karena analisis data tidak perlu menunggu data terkumpul banyak. Analisis data yang diilakukan pada saat penelitian akan memperkaya peneliti untuk menemukan pertanyaan baru terkait data yang diperoleh, sehingga dengan munculnya pertanyaan baru ini, akan memperkaya dan memperdalam penelitian yang dilakukan. Keenam, penulisan sebuah etnografi. Sebagai akhir dari pekerjaan etnografi, menjadi kewajiban peneliti menyampaikan atau memaparkan hasil penelitiannya. Mengingat sifat etnografi yang natural, maka pemaparan yang dilakukan harus dilakukan secara natural. HASIL DAN PEMBAHASAN Radio Suara Surabaya : Mengudara dari Frekuensi hingga Virtual Suara Surabaya FM (SSFM) adalah sebuah stasiun radio terkenal di Kota Surabaya, Indonesia. SSFM mengudara pertama kali bersamaan dengan gerhana matahari total pada tanggal 11 Juni 1983. Radio ini mengklaim sebagai radio pertama di Indonesia yang menerapkan format radio news interaktif solutif atau informasi jalan raya. Pada tahun 2000, Suara Surabaya meluncurkan suarasurabaya.net yang memungkinkan penggunanya untuk menikmati radio streaming ( http://www.suarasurabaya.net/about_us/#). Tahun 2012 Suara Surabaya meluncurkan akun jejaring sosial resmi di twitter dengan nama @e100ss dan Facebook dengan nama e100. Materi yang ditampilkan ada hubungannya dengan Siaran Radio. Mengusung semangat transformasi dan Inovasi Media, Suara Surabaya tidak hanya berjaya di udara melalui frekuensi FM 100,55. Lebih dari itu, Suara Surabaya mampu menambah kekuatannya berlipat ganda melalui dunia virtual yang diwujudkan dengan hadirnya website www.suarasurabaya.net serta dua akun jejaring sosialnya di twitter @e100ss dan Facebook E100. Saat ini akun facebook E100 telah memiliki 619.721 (enam ratus sembilan belas ribu tujuh ratus dua puluh satu) pengikut. E100 memposting kurang lebih 30 hingga 50 status setiap hari nya dengan berbagai informasi yang berkaitan dengan siaran radio Suara Surabaya saat itu, seperti : Informasi Lalu lintas (meliputi, kemacetan, kecelakaan, kebakaran, dan lain sebagainya) Berita baik nasional maupun seputar kota Surabaya, Informasi tentang program acara yang sedang mengudara di Radio hingga Advetorial (informasi yang memuat iklan). Etika Komunikasi Netizen di Media Sosial Facebook Setiap menit, ratusan juta orang membuat, membaca (dan menonton) serta membagikan konten digital yang tidak terhitung banyaknya dalam dunia online. Komunikasi antar pribadi pun bukan lagi secara langsung dengan tatap muka melainkan melalui new media, kita semakin mudah menyampaikan dan menuangkan pemikiran dan aspirasi kita dalam berbagai bentuk. Melalui akses Jurnal Ilmu Komunikasi UPN Veteran Jatim No 1 Vol. 1 / 2018 Issue 1: Komunikasi dan Budaya Urban internet, masyarakat dapat berkirim pesan bahkan foto dan video secara langsung darimana saja. Ini merupakan suatu terobosan yang terjadi di bidang komunikasi dan informasi, yang membuat seseorang bisa berekspresi tanpa batas dan hambatan. Dari sekian banyak aktivitas netizen dalam menggunakan media sosial, Facebook menduduki peringkat tertinggi dilihat dari pengguna aktifnya. Pada data yang dilansir oleh We Are Social, Singapore, Pengguna Facebook didunia mencapai 1.490.000.000 pengguna. Facebook juga mempunyai karakteristik new media, dengan ciri khas yang agak berbeda. Ia lebih interaktif, karena ia mampu menyambung tali silaturahmi orang-orang dari masa lalu (time-binding) sebagaimana pula dari berbagai tempat (space-binding). Menghubungkan kembali jalinan pertemanan lama ini sepertinya sukar dilakukan dengan new media atau old media.(Gillmore, 2004, p.129-130) Karena itulah banyak sekali reuni dari tingkat SD hingga Universitas dan dari pertemuan seperti itu tentu banyak pembicaraan tentang masa lalu. Namun dibalik manfaat dan kemudahannya, terdapat sisi negatif yang telah menjadi sorotan dan perbincangan para netizen baik di Indonesia maupun di dunia. Sisi negatif tersebut adalah potensi terjadinya Cyber bullying terhadap seseorang. Berdasarkan pengertian dari Sameer Hinduja dan Justin W. Patchin dari Cyber bullying Research Center (Amerika Serikat), Cyber bullying diartikan sebagai suatu tindakan yang dilakukan secara sadar untuk merugikan atau menyakiti (orang lain) melalui penggunaan komputer, telepon seluler dan peralatan elektronik lainnya termasuk yang terjadi di media sosial. Seperti yang terjadi pada Hesti Sundari, seorang perempuan yang memposting foto dirinya berfoto di taman bunga Wonosari, Gunung Kidul dimana taman bunga tersebut rusak terinjak-injak yang diduga akibat dari banyaknya orang yang berfoto selfie untuk diposting di media sosial. Pada bulan September 2015 juga terjadi cyber bullying terhadap Ida Tri Susanti dan juga Idham Madrid yang memposting hasil buruannya berupa kucing hutan yang langka. Postingan tersebut menimbulkan banyak reaksi mulai dari yang pro hingga kontra. Sebagian menganggap hasil buruan tersebut adalah sebuah prestasi dan kebanggaan, namun tidak sedikit yang menghujat atas dasar tidak berperikemanusiaan hingga berkata-kata kotor. Banyak netizen terutama dari kalangan anak muda yang menjadikan Facebook serta media sosial lainnya sebagai ajang eksistensi diri, yang tanpa mereka sadari postingan tersebut akan dibaca oleh seluruh penghuni dunia virtual yang majemuk dan heterogen. Seperti misalkan akun Khusnul Tuban Jatim dibawah ini, netizen tersebut memposting status dengan memuji Jatim dan membandingkannya dengan wilayah lain (Jateng dan Yogyakarta), pada akhirnya postingan tersebut memicu warga Jateng dan Yogyakarta untuk berkomentar dan terjadilah “virtual adu mulut” Fenomena Cyber bullying di Facebook dan media sosial yang lain cukup mengkhawatirkan, dengan berbagai masalah yang terjadi hingga banyaknya kasus pencemaran nama baik yang terjadi antara para netizen dengan publik figur (artis, politisi, pengusaha dll). Hal ini tentunya akan terkait terhadap psikis seseorang, karena kejahatan Cyber bullying lebih menyerang psikis daripada fisik. Psikis satu orang berbeda dengan psikis individu lainnya. Seseorang yang memiliki sifat acuh akan mengabaikan Cyber bullying yang menimpa dirinya, individu tersebut bisa saja menganggap hanya fitnah dan hal yang tidak terlalu penting sehingga dianggap angin lalu. Namun seseorang dengan psikis yang rapuh (anak dan remaja) dan seseorang yang dihina dengan membuka aib dan kehidupan pribadi yang di buka di forum umum, tentunya akan tertekan secara psikologis. Etika Komunikasi Netizen di Wall E100 Suara Surabaya Perbedaan yang paling terasa terhadap respon pendengar radio Suara Surabaya dengan netizen pengikut facebook E100 adalah keberadaan Gatekeepers. Disebutkan oleh Wahyudi (1991, p.54), Gatekeepers adalah orang-orang yang bekerja pada media massa yang fungsinya menyaring dan mengolah berita yang akan disajikan melalui media massa tempat mereka bekerja, bisa media massa cetak maupun elektronik. Jurnal Ilmu Komunikasi UPN Veteran Jatim No 1 Vol. 1 / 2018 Issue 1: Komunikasi dan Budaya Urban Pada Radio Suara Surabaya, gatekeeper bertugas untuk menyeleksi atau menyaring dan mengontrol berita atau informasi yang akan disiarkan atau dibacakan oleh penyiar. Tugas ini lebih kepada materi siaran sebelum disiarkan, sebab gatekeeper di Radio Suara Surabaya diadakan dalam sebuah proses pemberitaan di radio. Bahkan menurut Errol Jonathan, gatekeeper merupakan representasi atau citra dari Radio Suara Surabaya karena Gatekeeper lah yang akan pertama kali berhubungan dengan pendengar dan kualitas berita atau informasi yang disiarkan berdasarkan news value dan news judgment yang telah dipertimbangkan oleh gatekeeper (Istiqomah, http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-comm985bbf45fcfull) Hal tersebutlah yang tidak ditemukan pada pengelolaan akun Facebook E100. Keberadaan Gatekeeper atau editor mungkin saja bisa dilakukan oleh admin dari akun E100 namun tentu saja tidak dapat menyaring komentar dari para netizen seperti halnya yang bisa dilakukan oleh gatekeeper di Radio Suara Surabaya. Admin E100 lebih pada memberikan rambu-rambu yang harus dipatuhi oleh netizen serta menghapus komentar yang tidak sesuai. Admin E100 secara tegas memberikan rambu-rambu kepada para netizen untuk menggunakan nama asli dan bukan nama samaran, untuk mengudarakan informasi yang dikirim. Admin E100 juga melarang netizen untuk menampilkan nomor telpon atau data pribadi di wall e100 demi keamanan. Jika anda ingin didata lengkap, tetap hub : (031) 5600000. Setiap komplain hendaknya imbang, disertai hasil konfirmasi. e100 bukan redaksi jadi tidak bisa memfollow-up berita netizen, tapi akan dilink-kan ke Gatekeeper Suara Surabaya. Akun Facebook E100 dan @e100ss diklaim sebagai media penyebaran dan pengumpul berita bukan sebagai portal berita. Hal tersebut dikarenakan kecepatan dan keterbukaan informasi dan feed back sehingga tidak ada saringan yang mampu menyeleksi kebenaran komentar atau informasi yang disampaikan oleh netizen. Admin E100 juga memohon agar netizen tetap menjaga kesantunan dan ketertiban dalam berkomentar, tidak mengandung unsur SARA (Suku, Adat, Ras dan Agama), tidak provokatif, tidak ada pembunuhan karakter, tidak berkata kasar dan jorok, tidak porno dan mengedepankan solusi serta tetap menjaga kebersamaan meski ada perbedaan pendapat. Pada realitanya, selama tiga bulan (Mei sampai dengan Juli 2016) peneliti melakukan pengamatan pada halaman Facebook E100, masih banyak tersebar komentar dari netizen yang tidak sesuai dengan rambu-rambu yang telah dipaparkan oleh admin E100. Berikut beberapa hasil analisa peneliti berkaitan dengan komentar netizen pada berita yang disampaikan oleh E100 Suara Surabaya : Berita tentang Hari Buruh pada tanggal 1 Mei 2016 Pada hari minggu (1/5/2016) E100 memposting berita tentang Hari Buruh, dengan menuliskan harapan semoga aspirasi para pekerja bisa tersampaikan dengan baik, dan menjadi waktu yang tepat bagi pekerja, pengusaha dan pemerintah untuk lebih harmonis. Berita tersebut menyedot perhatian yang cukup banyak dari netizen terlihat dari jumlah netizen yang memberikan like yaitu 2.700, 132 kali berita tersebut dibagikan oleh netizen ke halaman facebook pribadinya serta 165 komentar yang memuat pro dan kontra berkaitan dengan hari buruh. Informasi orang hilang pada 9 Mei 2016 Pada hari minggu (8/5/2016) E100 memposting tentang informasi orang hilang bernama Iwan Prasetyo (23 tahun) yang mendaki ke Gunung Agropuro Probolinggo pada hari Rabu, 4 Mei 2016 bersama teman-teman kerjanya di WTC. Menurut Yuni seharusnya Minggu, 8 Mei 2016, Iwan sudah pulang ke rumah. Yuni sudah menghubungi teman-teman Iwan yang ikut mendaki, tapi tidak ada yang bisa. 30 jam kemudian, E100 membuat update informasi yang mengatakan Jurnal Ilmu Komunikasi UPN Veteran Jatim No 1 Vol. 1 / 2018 Issue 1: Komunikasi dan Budaya Urban bahwa Iwan telah sudah ditemukan dalam kondisi drop dan telah dibawa turun oleh petugas bersama 11 orang temannya ke Pos Bremi. Informasi ini menarik perhatian lebih dari 400 like dari netizen, 29 kali dibagikan dan 46 komentar yang menanggapi informasi tersebut. Sejumlah besar komentar memberikan doa dan harapannya agar Iwan dapat segera diketemukan dan bersyukur saat Iwan telah diketemukan. Tetapi masih ada juga beberapa netizen yang memberikan komentar negatif seperti berikut ini : Pada hari Senin (27/7/2016) E100 memberitakan tentang kecelakaan yang Bus Tentrem jurusan Malang – Surabaya terguling di desa Blimbing, Purwodadi, Pasuruan pada pukul 14.15. Bus yang melaju dari arah Malang tersebut mengalami rem blong sehingga sopir banting setir ke kiri dan menabrak jembatan lalu terguling ke kanan. Tujuh orang penumpang, sopir dan kernet bus terselamatkan dan hanya menderita luka ringan. Pro-Kontra Pernyataan Menteri Pertahanan Perihal LGBT: E100 memposting berita tentang pernyataan Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu yang mengatakan bahwa fenomena kemunculan lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) di Indonesia adalah bagian dari proxy war atau perang proksi untuk menguasai suatu bangsa tanpa perlu mengirim pasukan militer. Hal tersebut memberikan banyak reaksi pro dan kontra dari masyarakat. Sebagian besar mendukung pemerintah untuk menindak tegas para pelaku LGBT namun ada sebagian kecil bahkan dengan kata-kata yang kasar mengatakan bahwa seharusnya pemerintah tidak perlu ikut campur mengurusi LGBT karena sudah masuk dalam ranah Hak Asasi Manusia. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk mengetahui etika berkomunikasi netizen dalam menerima berita dan informasi di halaman facebook E100 Radio Suara Surabaya dengan menggunakan metode penelitian etnografi virtual maka ditemukan lima tipe netizen yaitu (1) tipe peminta informasi, netizen tipe ini tergolong memiliki etika berkomunikasi yang baik dan netral dengan menggunakan kalimat tanya (2) tipe penyampaikan informasi, tipe ini juga tergolong memiliki etika berkomunikasi yang baik dan netral dan bertujuan untuk menjawab pertanyaan dari netizen lain maupun sekedar menyampaikan informasi (3) tipe argumentator yang baik, tipe ini tidak bersifat netral tetapi memiliki etika yang baik dalam menyampaikan opini yang dia anggap benar (4) tipe argumentator yang tidak baik, tipe ini tidak bersifat netral dan senang menyerang netizen yang lain dengan kata-kata yang kasar dan tidak baik sehingga seringkali memancing netizen lain untuk menanggapi komentarnya (5) tipe pengikut yang mudah terpancing, tipe ini akan muncul apabila ada pro kontra dalam merespon berita atau informasi. Jurnal Ilmu Komunikasi UPN Veteran Jatim No 1 Vol. 1 / 2018 Issue 1: Komunikasi dan Budaya Urban DAFTAR PUSTAKA Arif, Mochamad Choirul. (Oktober 2012). Etnografi Virtual : Sebuah Tawaran Metodologi Kajian Media Berbasis Virtual. Jurnal Ilmu Komunikasi, Vol.2, No.2, ISSN: 2088-981X Anonim, http://lass.calumet.purdue.edu/cca/gmj/SubmittedDocuments/ archivedpapers/ Spring2003/moran.htm, diakses 15 Feb 2016 Anonim, http://www.merriam-webster.com/dICTionary/Cyberbully, diakses 14 Feb 2016 Arif, Mohammad Choirul. Etnografi Virtual, http://kangarul.com/etnografi-virtual/, diakses 15 Feb 2016 Australian Federal Police. Cyber-Bullying - Don’t Start it. Don’t be a Part of it, http://www.afp.gov.au/policing/Cybercrime/~/media/afp/pdf/c/Cyber-bullying -no-crops.ashx, diakses 13 Feb 2016 Berger, Charles R., Roloff , Michael E. Dan Roskos-Ewoldsen David R. (2014). The Handbook of Communication Science. Bandung, Nusa Media. Bungin, Burhan. (2009). Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Crystal, David. (2004). Language and the Internet. Cambridge, UK: Cambridge University Press. Gane, Nicholas and Beer, David. (2008). New media: The Key Concepts. Oxford & New York: Berg. Gillmor, Dan. (2004). We The Media. California : O’Reilly Media Inc. Hinduja, Sameer and Patchin, Justin W. (2009). Cyber bullying - Identification, Prevention, and Desinhibited Behavioral Effects On The Internet. Kowalski. Hine, Christine. (2000). Virtual Ethnography. Thousand Oaks, CA: SAGE Publication. Irwansyah dan Mulyana, Ahmad. (2012). The Reposition of Communication In The Dynamic of Convergence, Jakarta, Kencana Prenada Media Group. John, Stephen W. Little (1999). Theories of Human Communication. California: Wadswort Publising Company. Kaman, Collen, What Country Has The Most Bullies, http://www.latitudenews.com/story/ whatcountry-has-the-most-bullies-2/, diakses 14 Feb 2016 Kayany, Joseph M. (2004). Internet Etiquette (Netiquette). New Jersey: John Willey & Sons, Inc. Levinson, Paul. (2009). New media, 2009, Boston: Pearson. Nasrullah, Rulli dan Anggoboyo, Adi Nugroho (2011) Konstruksi Identitas Diri Melalui Bahasa Alay di Facebook, dalam prosiding Konferensi Nasional Komunikasi Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UI, Jakarta: Puskakom UI Jurnal Ilmu Komunikasi UPN Veteran Jatim No 1 Vol. 1 / 2018 Issue 1: Komunikasi dan Budaya Urban Nasrullah, Rulli. (2014) Teori dan Riset Media Siber. Jakarta : Kencana Prenadamedia Group. Satiawardana, Tri Hardian dan Wl-Qudsy, Zuhaidi. (2008). Exploring The Cyber World, Sidoarjo : MAS Media Buana Pustaka Schmidt, Eric dan Cohen, Jared. (2014), The New Digital Age. Jakarta : Kepustakaan Populer Gramedia Sochoet, Hoeta. (2003). Media Komunikasi. Jakarta : Yayasan Kampis Tercinta IISIP. Sosiawan, Edwi Arief “Kajian Internet Sebagai Media Komunikasi Interpersonal Dan Massa” dalam edwi.dosen.upnyk.ac.id/Internet- %20as%20media.pdf. diakses 14 Feb 2016 Susanto, Astrid S., (1988) Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, 1988, Bandung : Bina Cipta Thurlow, Crispin, dkk. (2004). Computer Mediated Communication Social Interaction and The Internet. Thousand Oaks, CA : SAGE Publication Ltd. Widodo. (2013). Hukum Pidana di Bidang Teknologi Informasi, Cyber-crime Law: Telaah Teoritik dan Bedah kasus. Yogyakarta: Aswaja Wood, Andrew F. and Smith, Matthew J. (2005) Online Communication: Linking Technology, Identity, and Culture. Mahwah, New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates.