PENERAPAN METODE DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING DALAM
MERAMALKAN JUMLAH PENDERITA KUSTA DI KABUPATEN PASURUAN
TAHUN 2014
Nurdina Awwaliyyah, Mahmudah
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga
Jl. Mulyorejo Kampus C Unair, Surabaya 60115
E-mail :
[email protected]
Abstrak
Peramalan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam membuat suatu
perencanaan. Metode double exponential smoothing merupakan salah satu metode peramalan
time series yang dapat digunakan pada data yang relatif sedikit dan tidak mengandung unsur
musiman. Tujuan dari penelitian ini adalah meramalkan jumlah penderita kusta di Kabupaten
Pasuruan dengan menggunakan metode deret berkaladouble exponential smoothing.
Penelitian ini menggunakan 24 titik pengamatan pada data tribulanan jumlah penderita kusta
di Kabupaten Pasuruan mulai tribulan 1 tahun 2007 hingga tribulan 4 tahun 2012. Data yang
diperoleh selanjutnya dianalisis dengan menggunakan aplikasi Zaitun Time Series untuk
mendapatkan model yang cocok berdasarkan metode dari Brown dan Holt untuk meramalkan
jumlah penderita kusta di kabupaten Pasuruan tahun 2014 dan menentukan metode
terbaiknya. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa metode double exponential
smoothing dari Holt dengan α sebesar 0,9 dan γ sebesar 0,1 diperoleh forecast error yang
lebih kecil dibandingkan dengan hasil yang diperoleh menggunakan metode double
exponential smoothing dari Brown menggunakan α = 0,740. Metode terbaik yang diperoleh
untuk data penderita kusta di Kabupaten Pasuruan adalah metode double exponential
smoothing dari Holt. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah model persamaan dari metode
double exponential smoothing dari Holt lebih baik dalam meramalkan jumlah penderita kusta
di Kabupaten Pasuruan.
Kata Kunci: Double exponential smoothing, kusta, Kabupaten Pasuruan
Abstract
Forecasting is a very important thing in making a plan. Double exponential smoothing
method is one of the time series forecasting method that can be used on relatively little data
and no elements of seasonality. The purpose of this study is the predicted number of leprosy
in Pasuruan berkaladouble series using exponential smoothing. This study used a 24-point
observations on the data tribulanan number of leprosy in Pasuruan started tribulan tribulan 1
in 2007 to 4 in 2012. The data were then analyzed using Zaitun Time Series application to
obtain a suitable model based on the method of Brown and Holt to predict the number of
lepers in Pasuruan regency in 2014 and determine the best method. The results obtained from
this study is that the double method of Holt exponential smoothing with α of 0.9 and 0.1 for γ
obtained a smaller forecast error compared with the results obtained using the method of
Brown's double exponential smoothing using α = 0.740. The best method for data acquired
leprosy in Pasuruan is double exponential smoothing method of Holt. The conclusion that can
be drawn is equation models of double exponential smoothing method of Holt is better in
predicting the number of people with leprosy in Pasuruan.
Keywords: Double exponential smoothing, leprosy, Pasuruan
PENDAHULUAN
Peramalan merupakan suatu kegiatan untuk memprediksi apa yang akan terjadi di
masa yang akan datang. Adanya senjang waktu yang terjadi antara kesadaran akan suatu
peristiwa dengan peristiwa itu sendiri membuat peramalan menjadi hal yang sangat penting
dalam membuat suatu perencanaan. Selain dapat dipergunakan dalam perencanaan, informasi
yang diperoleh dari peramalan juga dapat dipergunakan dalam menentukan kebijakan yang
tepat (Makridakis dkk, 1999).
Ada banyak jenis peramalan yang dapat digunakan. Namun, setiap jenis metode
peramalan tersebut akan cocok pada masalah tertentu. Perlu adanya kejelian dari praktisi
untuk menentukan jenis peramalan yang sesuai dengan masalah yang dihadapi (Makridakis
dkk, 1999). Analisis deret berkala dilakukan untuk menemukan pola pertumbuhan atau
perubahan masa lalu, yang dapat digunakan untuk memperkirakan pola pada masa yang akan
datang. Bentuk pola tersebut akan berpengaruh pada pemilihan metode peramalan yang akan
digunakan. Oleh karena itu, perlu adanya pertimbangan yang cermat untuk memilih metode
peramalan agar hasilnya dapat digunakan untuk membantu proses pembuatan keputusan.
Persyaratan essensial dari peramalan bukan terletak pada metode peramalan dengan proses
matematis yang canggih atau suatu metode paling mutakhir, tetapi metode yang dipilih harus
menghasilkan hasil yang akurat, tepat waktu, dan dapat dimengerti sehingga ramalan tersebut
dapat membantu menghasilkan ramalan yang lebih baik. (Arsyad, 2001) .
Keuntungan atau kelebihan dari metode smoothing adalah dapat menggunakan data
yang relatif sedikit jika dibandingkan dengan metode yang lainnya, parameter yang
digunakan lebih sedikit serta tipe data yang digunakan tidak mengandung unsur musiman dan
mudah dalam pengelolaan data (tidak perlu transformasi data jika data yang digunakan tidak
stasioner dan tidak perlu melakukan analisis autoregresi) dalam meramalkan (Inayah, 2010).
Penyakit kusta menjadi salah satu penyakit menular yang menimbulkan masalah yang
sangat kompleks. Masalah yang dimaksud bukan hanya dari segi medis tetapi meluas sampai
masalah sosial, ekonomi, budaya, keamanan dan ketahanan sosial. Masalah penyakit kusta ini
diperberat dengan banyaknya penderita kusta yang mendapat pengobatan ketika sudah dalam
keadaan cacat. Akibat dari keterlambatan pengobatan penderita ini adalah penularan berjalan
terus dan banyak kasus baru yang bermunculan (Depkes RI, 2007).
Kusta merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi salah satu masalah
kesehatan masyarakat dan Indonesia menjadi negara penyumbang kusta terbesar ketiga di
dunia. Di Indonesia pada tahun 2009, dilaporkan terdapat kasus baru tipe Multi basiler
sebanyak 14.227 kasus dan tipe Pausi basiler sebanyak 3.033 dengan Newly Case Detection
Rate (NCDR) sebesar 7,49 per 100.000 penduduk. Penemuan kasus baru sejak tahun 20052009 menunjukkan kecenderungan penurunan. Sedangkan tingkat kecacatan akibat kusta
sejak tahun 2002 hingga 2009 cenderung terjadi peningkatan.
Tahun 2008, Kabupaten Pasuruan berada pada urutan ke-11 dari 16 kabupaten daerah
high prevalens. Di Jawa Timur, Kabupaten Pasuruan masih menjadi salah satu penyumbang
penderita kusta. Penemuan kasus baru didapatkan dari kegiatan aktif case finding
(pemeriksaan kontak, anak sekolah, kontak intensif dan kegiatan RVS) dan pasif case finding
(pemeriksaan sukarela).
Penemuan kasus baru selama tahun 2010 di Kabupaten Pasuruan sebanyak 224
penderita dengan New Case Detection Rate (NCDR) 14,47 per 100.000 penduduk. Proporsi
kecacatan tingkat 2 sebesar 9% dan proporsi penderita anak sebesar 13%. Angka ini
menunjukkan bahwa masih tingginya angka kecacatan akibat kusta serta masih banyaknya
penderita kusta dari golongan anak-anak. Angka proporsi kecacatan dan proporsi pada anak
ini masih jauh dari target yakni sebesar 5%. Keadaan tersebut di atas, menyebabkan transmisi
penularan kusta masih terus terjadi karena penderita baru yang belum ditemukan masih
sebagai sumber penularan di masyarakat (Dinkeskab Pasuruan, 2011).
METODE PENELITIAN
Desain dari penelitian ini adalah Observasional dengan bidang statistik yakni dengan
menganalisis data sekunder yang ada sehingga dapat diketahui polanya dan dapat digunakan
untuk meramalkan pola dan kondisi di masa yang akan datang. Subyek dalam penelitian ini
adalah jumlah penderita kusta yang ada di Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan tahun 2007
– 2012. Variabel bebas (independent variable) dalam penelitian ini adalah waktu, sedangkan
variabel terikatnya adalah jumlah penderita kusta yang ada di Dinas Kesehatan Kabupaten
Pasuruan setiap tiga bulan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yang pengumpulan datanya dilakukan dengan cara mencatat dari hasil rekapitulasi jumlah
penderita kusta dari laporan tribulanan program pencegahan dan pengendalian kusta Dinas
Kesehatan Kabupaten Pasuruan.
Data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan metode peramalan double
exponential smoothing. Data yang digunakan dalam peramalan jumlah kasus kusta di
Kabupaten Pasuruan tahun 2014-2015 adalah 24 pengamatan yakni data tribulan 1 2007
hingga tribulan 4 2012. Sedangkan pencocokan nilai hasil peramalan dengan data real
menggunakan data 4 pengamatan yakni data tribulan 1 sampai 4 tahun 2012. Selanjutnya
analisis data dilakukan dengan menggunakan aplikasi zaitun time series, aplikasi minitab serta
spss (paired t-test) pada komputer.
HASIL
Plot Data Asli Kejadian Kusta di Kabupaten Pasuruan
Langkah penting dalam dalam memilih suatu metode deret berkala (time series) yang
tepat adalah dengan mempertimbangkan jenis pola data, sehingga metode yang paling tepat
dengan pola tersebut dapat diuji. Adapun plot data asli dari jumlah penderita kusta di
Kabupaten Pasuruan tercantum dalam gambar 1.
Time Series Plot of jumlah kasus kusta
400
jumlah kasus kusta
350
300
250
200
150
100
2
4
6
8
10
12
14
tribulan ke-
16
18
20
22
24
Gambar 1 Plot Data Asli Jumlah Penderita Kusta di Kabupaten Pasuruan Tribulan 1 tahun 2007 –
Tribulan 4 tahun 2012
Plot data asli pada gambar 1 menunjukkan bahwa pola data jumlah penderita kusta di
Kabupaten Pasuruan adalah pola trend menurun. Pola trend terlihat dari tahun 2009 hingga
tahun 2012. Dengan adanya pengaruh trend pada data penderita kusta maka metode double
exponential smoothing menjadi metode yang tepat untuk digunakan dalam peramalan.
Model Time Series berdasarkan Metode Double Exponential Smoothing dari Brown
Metode double exponential smoothing Brown merupakan salah satu metode
peramalan yang menggunakan satu parameter untuk memuluskan trend yang terdapat pada
data. Data yang digunakan dalam penentuan parameter adalah data tribulan 1 tahun 2007
hingga tribulan 4 tahun 2012. Parameter yang digunakan pada metode double exponential
smoothing Brown yaitu α yang memiliki nilai antara 0 dan 1. Nilai α dapat diperoleh dengan
cara trial and error atau dengan bantuan aplikasi komputer. Nilai parameter yang dipilih
yakni nilai parameter yang meminimalkan nilai MAPE (Mean Absolute Percentage Error).
Nilai MAPE (Mean Absolute Percentage Error) diperoleh dari perhitungan perbedaan
antara data asli dan data hasil peramalan. Perbedaan tersebut diabsolutkan, kemudian dihitung
ke dalam bentuk persentase terhadap data asli. Hasil persentase tersebut kemudian didapatkan
nilai mean-nya. Adapun nilai parameter dan nilai MAPE hasil dari aplikasi Zaitun Time Series
pada komputer akan ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 1 Perbandingan nilai Alpha dan MAPE pada metode double exponential smoothing dari Brown
Parameter Alpha
MAPE (%)
0,520
23,774
0,740
23,3735
0,739
23,375
0,736
23,3739
0,737
23,374
0,744
23,376
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa nilai MAPE terkecil diperoleh dari nilai α =
0,740 dengan nilai MAPE sebesar 23,3735%. Plot hasil perhitungan dengan metode double
exponential smoothing dari Brown dapat dilihat pada gambar 2
.
Gambar 2 Plot Perhitungan dengan metode double exponential smoothing dari Brown
Setelah diperoleh nilai α, maka selanjutnya adalah memasukkan parameter tersebut
pada persamaan yang akan dipakai dalam peramalan dengan double exponential smoothing
satu parameter dari Brown sebagai berikut:
Ft+m = at + btm
S’t = 0,740 Xt + (1 – 0,740)S’t-1 = 0,740 Xt + 0,260 S’t-1
S”t = 0,740 S’t + (1 – 0,740)S”t-1 = 0,740 S’t + 0,260 S”t-1
αt = 2S’t – S”t
bt =
(S’t – S”t)
dimana
Ft+m = ramalan m periode yang akan diramalkan
m = jumlah periode ke muka yang akan diramalkan
S’t = nilai single exponential smoothing
S”t = nilai double exponential smoothing
αt = parameter pemulusan
Pada periode t = 1, besar S’(t-1) dan S”(t-1) tidak diketahui, sehingga nilai S’(t-1) dan S”(t-1)
ditentukan sama besar dengan nilai Xt.
Model Time Series berdasarkan Metode Double Exponential Smoothing dari Holt
Metode double exponential smoothing dari Holt dalam prinsipnya serupa dengan
metode double exponential smoothing dari Brown kecuali bahwa metode double exponential
smoothing dari Holt tidak menggunakan rumus pemulusan berganda secara langsung. Sebagai
gantinya, Metode double exponential smoothing dari Holt memuluskan nilai trend dengan
parameter yang berbeda dari parameter yang digunakan pada deret yang asli. Ramalan dari
metode double exponential smoothing dari Holt didapat dengan menggunakan dua konstanta
pemulusan (dengan nilai 0 dan 1) yaitu α dan γ. Hasil perhitungan penentuan parameter
pemulusan dengan bantuan aplikasi Zaitun Time Series pada komputer dapat dilihat pada
tabel 2 dan plot hasil perhitungan dengan metode double exponential smoothing dari Holt
dapat dilihat pada gambar 3.
Tabel 2 Perbandingan nilai Parameter Alpha, Gamma dan MAPE pada metode double exponential
smoothing dari Holt
Parameter Alpha
Parameter Gamma
MAPE (%)
0,772
0,100
23,02610
0,797
0,100
22,9147
0,814
0,100
22,83150
0,856
0,100
22,62419
0,883
0,100
22,47796
Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa nilai MAPE terkecil diperoleh dari nilai α =
0,883 dan nilai γ = 0,100 dengan nilai MAPE sebesar 22,47796%. Sedangkan plot
perhitungan dengan metode double exponential smoothing dari Holt dapat dilihat pada
gambar 3.
Gambar 3 Plot Perhitungan dengan metode double exponential smoothing dari Holt
Selanjutnya setelah diperoleh parameter adalah kedua parameter tersebut dimasukkan
ke dalam model persamaan double exponential smoothing dari Holt sebagai berikut :
St = 0,883Xt + (1 – 0,883)(St-1 + bt-1) = 0,883Xt + 0,117(St-1 + bt-1)
bt = 0,100 (St – St-1) + (1 – 0,100)bt-1 = 0,100 (St – St-1) + 0,900 bt-1
Ft+m = St + btm
Dimana Ft+m = ramalan m periode yang akan diramalkan
b = trend,
m = jumlah periode ke depan yang akan diramalkan
St = nilai dasar.
Ramalan Jumlah Penderita Kusta di Kabupaten Pasuruan dengan Metode Double
Exponential Smoothing dari Brown
Langkah selanjutnya setelah menentukan model yang cocok dalam melakukan
peramalan time series dengan metode double exponential smoothing dari Brown adalah
meramalkan data pada peride yang diinginkan. Dengan menggunakan persamaan:
Ft+m = at + btm
S’t = 0,740 Xt + (1 – 0,740)S’t-1 = 0,740 Xt + 0,260 S’t-1
S”t = 0,740 S’t + (1 – 0,740)S”t-1 = 0,740 S’t + 0,260 S”t-1
αt = 2S’t – S”t
bt =
(S’t – S”t)
diperoleh ramalan jumlah penderita Kusta di Kabupaten Pasuruan tahun 2014 dengan metode
Double Exponential Smoothing dari Brown pada tabel 3.
Tabel 3 Hasil Ramalan Jumlah Penderita Kusta di Kabupaten Pasuruan tahun 2014 dengan metode
Double Exponential Smoothing Brown
Forecasted
Triwulan 1 2014
94,05
Triwulan 2 2014
69,24
Triwulan 3 2014
44,44
Triwulan 4 2014
19,63
Ramalan Jumlah Penderita Kusta di Kabupaten Pasuruan dengan Metode Double
Exponential Smoothing dari Holt
Penentuan parameter dengan menggunakan aplikasi komputer Zaitun Time series
diperoleh nilai nilai α = 0,900 dan nilai γ = 0,100. Selanjutnya kedua parameter tersebut
dimasukkan ke dalam model persamaan double exponential smoothing dari Holt sebagai
berikut :
St = 0,883Xt + (1 – 0,883)(St-1 + bt-1)
bt = 0,100 (St – St-1) + (1 – 0,100)bt-1
Ft+m = St + btm
= 0,883Xt + 0,117(St-1 + bt-1)
= 0,100 (St – St-1) + 0,900 bt-1
Langkah selanjutnya yaitu melakukan peramalan jumlah penderita Kusta di Kabupaten
Pasuruan tahun 2014. Adapun hasil ramalannya dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4 Hasil Ramalan Jumlah Penderita Kusta di Kabupaten Pasuruan tahun 2014 dengan metode
Double Exponential Smoothing Holt
Forecasted
Triwulan 1 2014
187,7344
Triwulan 2 2014
181,2872
Triwulan 3 2014
174,8400
Triwulan 4 2014
168,3928
Metode Terbaik antara Metode Double Exponential Smoothing dari Brown dan Metode
Double Exponential Smoothing dari Holt
Pemilihan metode terbaik dari metode double exponential smoothing Brown dan
metode double exponential smoothing Holt berdasarkan perhitungan nilai MAPE yang
dilakukan pada data tribulan 1 tahun 2007 hingga tribulan 4 tahun 2011. Selain itu pemilihan
metode terbaik juga akan didasarkan hasil uji paired t-test yang dilakukan pada kedua
metode. Metode yang memiliki nilai p yang lebih besar adalah metode yang lebih baik. Data
yang digunakan dalam pengujian adalah data tahun 2012 yang terdiri dari tribulan 1 hingga
tribulan 4. Adapaun hasil pemilihan Metode terbaik dari metode double exponential
smoothing Brown dan metode double exponential smoothing Holt berdasarkan perhitungan
nilai MAPE dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini:
Tabel 5 Model terbaik Metode double exponential smoothing Holt dan Metode double exponential
smoothing Brown berdasarkan hasil perhitungan MAPE
Metode Holt
(α = 0,900 dan γ = 0,100)
26,79
MAPE (%)
Metode Brown
( α = 0,746)
27,478
Tabel 5 menunjukkan bahwa nilai MAPE yang terkecil diperoleh dari metode Holt.
Apabila dilihat berdasarkan rata-rata persentase penyimpangan hasil forecast dengan nilai
aktual, metode double exponential smoothing Brown lebih baik jika dibandingkan dengan
metode double exponential smoothing Holt seperti pada tabel 6.
Tabel 6 Perbandingan Rata-rata Persentase Hasil Forecast metode double exponential Smoothing dari
Holt dan Brown dengan nilai aktual
Aktual
254
258
261
215
Rata-rata
Holt
269,32
267,64
265,95
264,26
Penyimp.angan (%)
6,03
3,73
1,89
22,91
8,64
Brown
254,57
238,89
223,21
207,53
Penyimpangan (%)
0,22
7,40
14,48
3,47
6,28
Berdasarkan tabel 6 di atas, diketahui bahwa metode double exponential smoothing
dari Brown memiliki rata-rata penyimpangan lebih kecil sebesar 6,28% dibandingkan metode
double exponential smoothing Holt yang memiliki rata-rata penyimpangan sebesar 8,64%.
Sedangkan berdasarkan hasil paired t-test yang dilakukan, metode double exponential
smoothing Holt memiliki nilai p = 0,144 dan metode double exponential smoothing Brown
memiliki nilai p = 0,102. Hal ini menunjukkan bahwa metode double exponential smoothing
Holt lebih baik dari pada metode double exponential smoothing Brown karena memiliki nilai
p yang lebih besar.
PEMBAHASAN
Data jumlah kejadian kusta pada Laporan Tribulanan Pelaporan dan Pencatatan Kusta
di Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan dari tahun 2007 hingga 2012 diperoleh 24 periode
(titik pengamatan). Berdasarkan gambar 1 dapat diketahui bahwa dari tahun ke tahun jumlah
kasus kusta di Kabupaten Pasuruan terus mengalami penurunan. Hal ini ditunjang dengan
hasil plot datanya yang menunjukkan adanya trend atau non stasioner pada data kusta
tersebut. Menurut Makridakis,dkk (1999) metode pemulusan eksponensial ganda ini cocok
digunakan pada data dengan pola trend dan data tidak stasioner.
Metode double exponential smoothing merupakan suatu metode peramalan yang
didasarkan pada pembobotan pemulusan nilai pada saat ini dan masa lalu. Bobot yang lebih
besar akan diberikan pada data yang saat ini. Pembobotan ini diberikan secara menurun
membentuk fungsi eksponensial. Pada pemulusan eksponensial, terdapat satu atau lebih
parameter yang ditentukan. Ada dua metode pada pemulusan eksponensial ganda, yakni
metode pemulusan eksponensial ganda Brown dan metode pemulusan eksponensial ganda
Holt. Perbedaan pada kedua metode tersebut terletak pada jumlah parameter yang digunakan.
Model Time Series berdasarkan Metode Double Exponential Smoothing dari Brown
Metode double exponential smoothing dari Brown adalah perbedaan antara nilai
pemulusan tunggal dan ganda dapat ditambahkan kepada nilai pemulusan tunggal dan
disesuaikan untuk trend. Persamaan yang dipakai dalam implementasi pemulusan
eksponensial linear satu parameter dari Brown adalah sebagai berikut :
Ft+m = at + btm
S’t = α Xt + (1 – α)S’t-1
S”t = α S’t + (1 – α)S”t-1
αt = S’t + (S’t – S”t) = 2S’t – S”t
(S’t – S”t)
bt =
dimana
Ft+m = periode m yang akan diramalkan
m = jumlah periode ke muka yang akan diramalkan
S’t = nilai pemulusan eksponensial tunggal
S”t = nilai pemulusan eksponensial ganda
αt = parameter pemulusan
Penentuan nilai parameter dapat dilakukan dengan cara trial error dan dengan bantuan
komputer. Penentuan konstanta secara trial error membutuhkan waktu yang lama karena
semua nilai konstanta dimasukkan kemudian dipilih mana yang meminimumkan nilai MAPE.
Sehingga dipilih cara dengan bantuan komputer untuk menentukan nilai konstanta yang
meminimumkan nilai MAPE. Menurut Menurut Aritonang (2009) semakin kecil nilai MAPE
semakin akurat tehnik peramalan dan semakin besar nilai MAPE semakin tidak akurat tehnik
peramalannya.
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa melalui perhitungan komputer didapatkan nilai
MAPE terkecil sebesar 23,3735% dengan α=0,740. Nilai MAPE sebesar 23,3735 maksudnya
adalah rata-rata absolut perbedaan nilai asli dan nilai peramalan (error) pada data tribulan 1
tahun 2007 hingga tribulan 4 tahun 2012 adalah sebesar 23,3735%. Sedangkan parameter
pemulusan yang digunakan untuk memuluskan trend yang terdapat pada data adalah 0,740.
Parameter pemulusan bertujuan untuk memuluskan ketertinggalan nilai pemulusan tunggal
dan ganda akan data aslinya.
Dari hasil di atas, selanjutnya dapat dilakukan peramalan dengan menggunakan
persamaan yang diperoleh, misalnya untuk meramalkan jumlah penderita kusta pada tahun
2014 tribulan 1:
F29 = a24 + b24 (5)
= 218,071 + (-24,805) (5)
= 94,047
Model Time Series berdasarkan Metode Double Exponential Smoothing dari Holt
Metode pemulusan linear dari Holt tidak menggunakan rumus pemulusan berganda
secara langsung seperti metode Brown. Metode double exponential smoothing dari Holt
memuluskan nilai trend dengan parameter yang berbeda dari parameter yang digunakan pada
deret yang asli. Ramalan dari pemulusan eksponensial linear dari Holt didapat dengan
menggunakan dua konstanta pemulusan (dengan nilai 0 dan 1) yaitu α dan γ. Berdasarkan
tabel 2, hasil perhitungan dengan komputer didapatkan nilai MAPE terkecil 22,47746%
dengan nilai α = 0,883 dan nilai γ = 0,100 yang selanjutnya parameter tersebut dimasukkan ke
dalam persamaan dari metode double exponential smoothing dari Holt :
St = αXt + (1 – α)(St-1 + bt-1)
bt = γ (St – St-1) + (1 – γ)bt-1
Ft+m = St + btm
Dimana b = trend,
m = jumlah periode ke depan yang akan diramalkan
St = nilai dasar.
Nilai pemulusan yang tertinggal akan data aslinya dapat dihilangkan dengan cara
menyesuaikan nilai St secara langsung dengan cara menanmbahkan nilai trend periode
sebelumnya dan nilai pemulusan yang terakhir. Dalam metode double exponential smoothing
dari Holt ini, peremajaan trend dilakukan untuk membedakan dua nilai pemulusan terakhir.
Kemungkinan masih adanya kerandoman pada data, maka hal ini harus dihilangkan dengan
dengan γ (gamma) trend pada periode terakhir (St-St-1) dan menambahkannya dengan taksiran
trend sebelumnya dikalikan dengan (1-γ). Pada data kusta di Kabupaten Pasuruan ini, nilai γ =
0,100 dan nilai α = 0,883. Berdasarkan peramalan yang telah dilakukan, nilai MAPE yang
diperoleh dari metode double exponential smoothing dari Holt memiliki nilai lebih kecil jika
dibandingkan dengan metode double exponential smoothing dari Brown. Hal ini terjadi
karena secara rumus metode double exponential smoothing dari Holt memiliki dua parameter
yang dapat digunakan untuk memuluskan trend yang terdapat pada data, sehingga peramalan
yang dilakukan akan lebih akurat.
Metode Terbaik antara Metode Double ExponentialSsmoothing dari Brown dan Metode
Double Exponential Smoothing dari Holt
Model terbaik antara metode double exponential smoothing dari Brown dan metode
double exponential smoothing dari Holt berdasarkan tabel 5 dengan nilai MAPE terkecil
diperoleh model terbaik pada metode double exponential smoothing dari Holt dengan
α=0,900 dan γ = 0,100 nilai MAPE sebesar 26,79%. Sedangkan berdasarkan perbandingan
rata-rata penyimpangan terhadap data aktual, metode double exponential smoothing dari
Brown memiliki penyimpangan lebih kecil dibandingkan metode double exponential
smoothing dari Holt yakni sebesar 6,28%. Pada hasil penyimpangan dari metode double
exponential smoothing dari Holt terhadap data aktual, penyimpanagn terbesar terletak pada
hasil peramalan yang terakhir (hasil peramalan untuk tribulan 4). Hal ini menunjukkan bahwa
peramalan dengan metode double exponential smothing dari Holt akan bagus hasilnya jika
digunakan untuk meramalkan periode selanjutnya dalam jangka pendek. Hasil ini sesuai
dengan Makridakis (1997) bahwa jika α semakin jauh dari 0, maka kesalahan pada hasil
ramalan akan semakin besar. Sehingga hasil peramalan akan bagus digunakan untuk
meramalkan dengan periode yang pendek.
Berdasarkan hasil paired t-test yang dilakukan pada data aktual dengan hasil metode
double exponential smoothing dari Brown serta data aktual dengan hasil metode double
exponential smoothing dari Holt, nilai p pada data aktual dengan hasil metode double
exponential smoothing dari Holt lebih besar dibanding nilai p pada data aktual dengan hasil
metode double exponential smoothing dari Brown. Hal ini menunjukkan bahwa metode
double exponential smoothing dari Holt lebih baik daripada metode double exponential
smoothing dari Brown dalam meramalkan jumlah penderita kusta di Kabupaten Pasuruan.
Penentuan metode terbaik dari beberapa metode peramalan, akan ditentukan oleh beberapa
faktor seperti banyaknya data yang digunakan, serta unsur-unsur yang ada pada data tersebut.
Pada data kusta di Kabupaten Pasuruan dengan unsur stasioner dan trend menurun yang ada
di dalamnya, metode double exponential smoothing dari Holt lebih bagus dalam
penerapannya. Hasil ini sesuai dengan Qoyyimah (2007) dalam penelitiannya yang
menunjukkan metode double exponential smoothing dari Holt lebih baik daripada metode
double exponential smoothing dari Brown dalam meramalkan angka kematian bayi di Jawa
Timur karena data angka kematian bayi di Jawa Timur mengandung unsur trend menurun.
Sedangkan dalam penelitian Inayah (2010), metode double exponential smoothing dari Brown
lebih baik dalam meramalkan kasus TB di Jawa Timur karena data kasus TB mengandung
unsur trend naik.
Jumlah penderita kusta di Kabupaten Pasuruan berdasarkan hasil peramalan metode
Holt dan Brown mengalami trend penurunan. Penularan penyakit kusta tergantung dari
jumlah atau keganasan Mocrobakterillm Leprae dan daya tahan tubuh penderita. Penyakit
kusta atau sering disebut penyakit lepra adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium leprae yang menyerang syaraf tepi dan jaringan tubuh lainnya
(Depkes RI, 2007). Cara penularan kusta adalah melalui sekret hidung penderita serta melalui
kontak kulit dengan kulit. Namun, cara penularan melalui kontak kulit dengan kulit ini harus
ada kontak yang lama dan berulang-ulang.
Hasil peramalan yang menunjukkan trend turun ditunjang dengan berbagai kebijakan
pemerintah dalam menanggulangi kasus kusta di Kabupaten Pasuruan seperti pelaksanaan
program pengendalian kusta yang diintegrasikan pada pelayanan dasar di Puskesmas,
pengobatan penderita kusta dengan MDT yang susai dengan WHO, penemuan penderita
secara aktif, penyuluhan intensif serta pengembangan kemitraan yang intensif.
KESIMPULAN DAN SARAN
1.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini didapat kesimpulan sebagai berikut :
1. Model yang cocok untuk data jumlah penderita kusta di Kabupaten Pasuruan tahun 2014
berdasarkan metode double exponential smoothing dari Brown diperoleh dari nilai α =
0,740 dengan nilai MAPE sebesar 23,3735%.
2. Model yang cocok untuk data jumlah penderita kusta di Kabupaten Pasuruan tahun 2014
berdasarkan metode double exponential smoothing dari Holt diperoleh dari α = 0,883 dan
nilai γ = 0,100 dengan nilai MAPE sebesar 22,47796%.
3. Hasil peramalan jumlah kasus kusta di Kabupaten Pasuruan tahun 2014dengan metode
double exponential smoothing dari Brown diperoleh tribulan 1 2014 jumlah kasus sekitar
94 kasus, tribulan 2 tahun 2014 jumlah kasus sekitar 69 kasus, tribulan 3 tahun 2014
jumlah kasus sekitar 44 kasus,dan tribulan 4 tahun 2014 jumlah kasus sekitar 20 kasus.
4. Hasil peramalan jumlah kasus kusta di Kabupaten Pasuruan tahun 2014 dengan metode
double exponential smoothing dari Holt diperoleh tribulan 1 2014 jumlah kasus sekitar
188 kasus, tribulan 2 tahun 2014 jumlah kasus sekitar 181 kasus, tribulan 3 tahun 2014
jumlah kasus sekitar 175 kasus, dan tribulan 4 tahun 2014 sekitar 168 kasus.
5. Metode terbaik untuk peramalan jumlah kasus kusta di Kabupaten Pasuruan adalah
metode double exponential smoothing dari Holt.
2.
Saran
1. Dalam menentukan suatu metode peramalan terhadap suatu data tentang penyakit dalam
kurun waktu tertentu, perlu diperhatikan unsur-unsur yang terdapat dalam data tersebut
seperti, kestasioneran data, adanya unsur trend serta adanya unsur seasonal (musiman).
Data dengan trend turun dan non stasioner , akan lebih cocok jika menggunakan metode
peramalan double exponential smoothing dari Holt. Sedangkan data dengan trend naik dan
non stasioner , akan lebih cocok jika menggunakan metode peramalan double exponential
smoothing dari Brown.
2. Metode terbaik yang telah diperoleh, selanjutnya dapat digunakan sebagai masukan dalam
program penanggulangan dan pencegahan penyakit tersebut.
3. Dalam melakukan peramalan, seharusnya dilakukan secara berkala dengan menggunakan
data yang terbaru.
4. Peramalan yang dapat dilakukan dengan metode double exponential smoothing dari Holt
sebaiknya untuk meramalkan pada periode yang pendek.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad , L. 2001. Peramalan Bisnis, Edisi Pertama. BPFE. Yogyakarta.
Departemen Kesehatan RI., 2007. Buku Pedoman Nasional Pengendalian Penyakit Kusta.
Jakarta : Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Dinkes Provinsi Jawa Timur., 2009. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2008.
Surabaya : Dinkes Jatim
Dinkes Provinsi Jawa Timur., 2010. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2009.
Surabaya : Dinkes Jatim
Dinkes Provinsi Jawa Timur., 2011. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2010.
Surabaya : Dinkes Jatim
Dinkes Kabupaten Pasuruan., 2011. Laporan Tahunan Kesehatan tahun 2010. Pasuruan :
Dinkes Kabupaten Pasuruan
Inayah, Z. 2010. Perbandingan Metode Holt dan Brown pada Double Exponential Smoothing.
Tesis. Surabaya : Universitas Airlangga
Kementrian Kesehatan RI., 2010. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2009. Jakarta : Kemenkes
RI
Makridakis, Spyros dkk., 1999. Metode dan Aplikasi Peramalan jilid 1. Jakarta: Airlangga
Qoyyimah, M., 2007. Perbandingan Analisis Trend dan Smoothing Exponential Ganda Holt
dalam Meramalkan Angka Kematian bayi di Jawa Timur. Skripsi.
Surabaya;Universitas Airlangga
R, Aritonang., 2009. Peramalan Bisnis. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Zulkifli., 2003. Penyakit Kusta dan Masalah yang Ditimbulkannya. Medan: Digital Librari
Universitas Sumatera Utara. Sitasi pada tanggal 10 Maret 2013