Academia.eduAcademia.edu

Jurnal suci hidayati 03 173 053

Kebijakan pengendalian dan pengadaan inventory sangat penting bagi pemenuhan permintaan pelanggan di saat diperlukan dengan tepat waktu serta pemanfaatan sumber dana secara hemat dan tepat guna. Oleh karena itu, sistem persediaan harus memiliki performansi yang baik. PT. United Tractors, Tbk Cabang Padang adalah sebuah perusahaan yang bergerak sebagai penyalur penjualan genuine spare part alat-alat berat (heavy equipment) berbagai jenis merek, juga tidak lepas dari masalah persediaan. PT. United Tractors, Tbk Cabang Padang perlu menjaga kelancaran proses bisnis perusahaan, agar tetap mampu bersaing dengan perusahaan sejenisnya. Akan tetapi kebijakan pengendalian persediaan yang telah dilakukan PT. United Tractors, Tbk Cabang Padang masih menimbulkan beberapa persoalan yang terkait dengan fenomena kinerja sistem persediaan. Atas dasar ini, maka perlu dilakukan pengukuran kinerja dan pengendalian sistem persediaan yang mampu menjamin kebutuhan pelanggan dengan tingkat biaya minimum.

Henmaidi1, Suci Hidayati2 1) Dosen Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Andalas 2) Alumni Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Andalas ! # " $ % % & ' ' () *+, - +*, . / % 0 ! *1 21, ! 3 / / -( 1, / Persediaan hampir selalu ada pada setiap perusahaan jasa maupun perusahaan manufaktur. Persediaan berguna mengantisipasi fluktuasi permintaan, langkanya pasokan dan waktu tunggu barang yang dipesan ( ). Keinginan pelanggan akan kualitas dan harga yang sesuai, serta pengiriman yang tepat waktu juga menjadi salah satu kriteria pelanggan dalam memilih barang ke produsen. Sebagaimana halnya dengan perusahaan jasa atau jenis perusahaan lainnya, PT. United Tractors, Tbk Cabang Padang tidak dapat lepas dari masalah persediaan. PT. United Tractors, Tbk Cabang Padang merupakan sebuah perusahaan yang menyediakan jasa dan penjualan alat+alat berat ( # ) berbagai jenis merek. Perusahaan ini menerima pesanan baik berupa maupun unit alat berat dari sejumlah perusahaan yang memiliki alat berat. Dalam pemenuhan pesanan atau permintaan pelanggan, PT. United Tractors, Tbk Cabang Padang memerlukan perencanaan persediaan yang tepat Alasan utama perusahaan sangat memfokuskan perhatian terhadap masalah pengendalian persediaan adalah karena persediaan merupakan salah satu bagian pengeluaran perusahaan yang menyerap investasi terbesar. Nilai investasi perusahaan dalam bentuk barang persediaan besarnya bervariasi antara 25%+35% dari nilai seluruh aset, [Indrajit dan Djokopranoto, 2003]. Pada dasarnya persediaan juga merupakan sumber daya yang menganggur ( ), yang berarti jika persediaan berlebih menyebabkan investasi sia+sia, akan tetapi bila tidak ada persediaan akan sulit mengantisipasi fluktuasi permintaan atau hal+hal lain yang menyebabkan terjadinya kekurangan. Kedua permasalahan tersebut sangat ekstrim, karena itu keputusan perlu dilakukan atas dasar minimasi ongkos total dengan teknik optimasi yang dikembangkan. Masalah persediaan muncul jika diperlukan simpanan untuk memenuhi permintaan ( ) dimasa mendatang selama periode waktu tertentu. Keputusan yang menyangkut “berapa banyak dan kapan harus melakukan pemesanan” merupakan hal yang khusus dalam masalah persediaan, terlebih lagi bila kebutuhan persediaan terdiri dari beberapa jenis produk atau , dengan pemasok yang berbeda, waktu penyerahan yang tidak seragam, jumlah pesanan yang berbeda serta anggaran yang terbatas. Persediaan ini diadakan apabila keuntungan yang diharapkan dari persediaan tersebut terjamin kelancarannya. Dengan demikian, perlu diusahakan keuntungan yang diperoleh lebih besar daripada biaya+biaya yang ditimbulkannya. Secara teoritis manajemen persediaan memiliki sasaran untuk mengatur berapa banyak yang harus distok, kapan dan berapa banyak pembelian harus dilakukan. Kelihatannya hal ini cukup sederhana, namun di dalam praktek menjaga persediaan merupakan masalah yang rumit, apalagi melibatkan yang mencapai ribuan. Sangat sulit menyelesaikan persoalan kapan dan berapa banyak yang harus dibeli. Para praktisi sering menyederhanakannya dengan membuat batasan sistem minimum+ maksimum. Tuntutan konsumen terhadap kualitas produk, harga dan ketepatan pengiriman semakin tinggi. Agar dapat bersaing dengan perusahaan lain terutama dengan perusahaan yang sejenis maka setiap perusahaan dituntut untuk mengatur sistem produksinya dengan efektif dan efisien, sehingga tuntutan konsumen tersebut dapat terpenuhi. PT. United Tractors, Tbk Cabang Padang sebagai perusahaan jasa distributor juga tak lepas dari permasalahan tuntutan konsumen ini. Hal ini untuk menjaga kelancaran proses bisnis perusahaan, agar tetap mampu bersaing dengan perusahaan sejenisnya. Selama ini, pengendalian persediaan yang dilakukan PT. United Tractors, Tbk Cabang Padang juga telah menerapkan beberapa kebijakan namun juga tidak menutup kemungkinan bahwa pengendalian persediaan juga dilakukan berdasarkan pengalaman dan intuisi. Seperti aktivitas dalam penentuan waktu pemesanan dan jumlah yang akan dipesan. Dengan intuisi yang dilakukan ini tentu saja dapat berakibat terhadap ketidakoptimalan pengadaan . Beberapa item sering terjadi namun juga tidak tertutup kemungkinan dengan terjadinya . ! "# # #$% %"% % &' ( %)" * " "%+% )% & * ) 1. Bagaimana % %" & " & ) ) pelaksanaan sistem persediaan yang diterapkan PT. United Tractors, Tbk Cabang Padang saat ini dan permasalahan+permasalahan yang masih muncul dalam penerapan 2. sistem tersebut? Usaha apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan performansi sistem persediaan tersebut? , %"% Memperoleh gambaran tentang performansi sistem pengendalian persediaan di PT. United Tractors, Tbk Cabang Padang berdasarkan analisis persediaan efektif, dan mendapatkan solusi mengenai kebijakan manajemen persediaan yang sebaiknya digunakan perusahaan untuk meningkatkan performansi sistem persediaan. $ *- 1. 2. 3. 4. " Data permintaan selama bulan Januari 2006 sampai Desember 2006. Data biaya+biaya persediaan. Data pembelian Data $# $# " $# - . 1. Pengelompokkan data berdasarkan konsep ABC dan 4 5 5 . 2. Menghitung nilai rata+rata persediaan. 3. Menghitung tingkat persediaan 6 (ITO) 4. Perhitungan nilai kekurangan persediaan ( $ dan rasio layanan 1. " " - $# . dengan sistem interval pemesanan tetap atau & 6 (EOI). 2. " - . Keputusan proses stok didasarkan atas total biaya persediaan yang mendekati nilai terkecil sesuai dengan hasil keputusan dari metode perhitungan pengolahan data tahap II. Stok persediaan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: Proses stok yang dilakukan di perusahaan PT. United Tractors, Tbk Padang. Menghitung total biaya persediaan Menghitung total biaya persediaan dengan sistem jumlah pemesanan tetap atau & 7 (EOQ). Proses stok yang dilakukan di perusahaan PT. United Tractors, Tbk cabang lain selain Padang. %)%) )% $# " " - ) % Gambar 1. Skema metodologi penelitian / )% * ) Data yang dikumpulkan untuk pemecahan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Data permintaan selama bulan Januari 2006 sampai Desember 2006. 2. Data biaya+biaya persediaan. 3. Data pembelian 4. Data Data tersebut merupakan data sekunder yang didapatkan langsung dari bagian % PT. United Tractors, Tbk Cabang Padang divisi 8 yang bertanggung jawab dalam penganalisaaan data+data persedian perusahaan. Data yang digunakan adalah data perusahaan dari bulan Januari 2006 sampai Desember 2006. Data permintaan yang diolah terdiri dari 3002 yang memiliki laju permintaan yang bervariasi. Dari data dapat dilihat bahwa terdapat beberapa yang jarang ada permintaan selama periode pengumpulan data. Selain itu terdapat juga yang selalu ada permintaan setiap bulannya. Data pemesanan atau data diperlukan untuk mengetahui masing+masing persediaan, yaitu waktu yang diperlukan dari mulai memesan barang sampai barang diterima di gudang. Data yang digunakan dalam penelitian ini diasumsikan selama 7 hari (0,233 bulan). Nilai ini berlaku untuk seluruh . Untuk menentukan level minimum persediaan bahan baku diperlukan data laju pakai dan . Biaya yang digunakan dalam persediaan adalah biaya pemesanan dan penyimpanan. Biaya pesan ini mencakup biaya+biaya yang timbul selama proses pemesanan berlangsung. Biaya penyimpanan, pada penelitian ini ditetapkan biaya penyimpanan tahunan untuk setiap jenis persediaan berdasarkan fraksi biaya pembelian yaitu sebesar 20%. / $# " - Pengolahan data tahap I ini menghitung nilai rata+rata persediaan, menghitung perputaran persediaan dan perhitungan nilai kekurangan persediaan ( ) dan rasio layanan. / $ #*-# &) % Frekuensi jumlah permintaan tiap dikelompokkan berdasarkan , yaitu pengelompokkan yang dihitung berdasarkan pergerakan tersebut perbulan dalam jangka waktu satu tahun. Terdapat 10 pengelompokkan yang secara umum merupakan bagian dari dan . Pengelompokkan 5 5 Berdasarkan * A B C D E F G 10 – 12 5 8–95 6–75 55 45 35 25 5 5 5 5 5 5 27 35 55 44 99 201 5 534 Pengklasifikasian berdasarkan konsep ABC dilakukan dengan mengelompokkan persediaan berdasarkan nilai pemakaian. Tahap+tahap yang dilakukan dalam pengklasifikasian persediaan berdasarkan konsep ABC adalah: 1. Membuat daftar semua yang akan diklasifikasikan dan harga beli masing+ masing . 2. Menentukan jumlah pemakaian rata+ rata per tahun untuk setiap tersebut. 3. Menentukan nilai pemakaian per tahun setiap dengan cara mengalikan jumlah pemakaian rata+rata per tahun dengan harga beli masing+masing . 4. Menjumlahkan nilai pemakaian tahunan semua untuk memperoleh nilai pemakaian total. 5. Menghitung persentase pemakaian setiap dari hasil bagi antara nilai pemakaian per tahun setiap dengan total nilai pemakaian per tahun. 6. Mengurutkan sedemikian rupa nilai pemakaian tahunan semua persediaan yang memiliki nilai uang yang paling besar sampai yang terkecil agar mempermudah pembagian persediaan atas kelas A, B, atau C sesuai dengan aturan pengklasifikasian yang dipakai, yaitu kelompok A memiliki persentase jumlah barang 10% dan persentase nilai barang 70%, kelompok B memiliki persentase jumlah barang 20% dan persentase nilai barang 20%, dan kelompok C memiliki persentase jumlah barang 70% dan persentase nilai barang 10%. ! Pengelompokan Kelas A, B, C No. 1 2 3 / Kelompok Material Sering digunakan Jarang digunakan Sangat jarang digunakan Total ! &) " % Jumlah Item 300 600 2102 3002 Rp Rp Rp Rp Berdasarkan Total Nilai Permintaan 5,563,064,214 789,212,401 358,413,854 6,710,690,469 % % % Nilai Permintaan 82,9 % 11.76% 5.34% 100 % " 0 " Menghitung tingkat persediaan dilakukan dengan menggunakan tiga pendekatan, yaitu: 1 " "% $ " - &) % *% %* * * )%* * $ * *- & %" $ ( ) ) % $ & 2 Langkah+langkah yang dilakukan dalam penentuan tingkat persediaan pada pendekatan ini adalah sebagai berikut: 1) Menentukan dengan rencana yaitu 95 % sehingga z = 1,65. Penggunaan faktor pada penelitian ini sebesar 95 % dan data diasumsikan terdistribusi dengan normal. Untuk melakukan uji kenormalan data dirasakan tidak memungkinkan dan dirasa tidak perlu mengingat banyaknya jenis persediaan yang digunakan dalam penelitian ini sebagai data dan juga sulit mendapatkan kenyataan untuk mendapatkan data terdistribusi normal di lapangan. Dengan menggunakan persamaan; SS = Z σ LT …….(1) 2) Menentukan jumlah persediaan minimum. Gunakan persamaan; Min = DL + SS ........................(2) 3) Menentukan jumlah persediaan maksimum Gunakan persamaan; Maks = 2DL + SS ....................(3) 4) Menentukan nilai rata+rata persediaan Gunakan persamaan; Persediaan rata+rata =  min imum + maksimum    .......(4) 2   Sehingga untuk nilai persediaan rata+ rata diperoleh berdasarkan perkalian antara persediaan rata+rata dengan harga per unit. Gunakan persamaan; Nilai persediaan rata+rata = ......(5) min imum + maksimum 2 !1 x harga/unit " "% $ " - &) % *% %* * * )%* * $ * " $) $ $ 0 ( Dalam penelitian ini ditetapkan beberapa alternatif sebesar 1.2, 1.5, dan 2. Hal ini dilakukan untuk melihat dampaknya terhadap nilai persediaan rata+rata. 1) Menentukan jumlah persediaan minimum. Menggunakan persamaan; Nilai persediaan minimum = D + L + SF .............................................(6) 2) Menentukan jumlah persediaan maksimum Menggunakan persamaan; Nilai persediaan maksimum = 2 X Minimum .............................................(7) 3) Menentukan nilai rata+rata persediaan Menggunakan persamaan (5) /1 " "% $ " - &) % $ * & # ) *% %* * * )%* * " & $ - &) % ) * $$ # ) - - &) % " & $ - &) % ) Barang persediaan kelas A diatur dengan kebijakan yang lebih ketat daripada kelas B dan C. Kebijakan kelas A diterapkan dengan menerapkan konsep minimum maksimum yang memperhitungkan adanya sesuai dengan rencana guna mengatasi fluktuasi pemakaian selama . Perhitungan tingkat persediaan barang kelas B dan C dengan penerapan model membutuhkan perhitungan kuantitas pemesanan optimal dan interval pemesanan optimal. Persediaan kelas B dan C ini masing+masing dikelompokkan lagi berdasarkan frekuensi pemakaian menjadi pertama dan kedua. pertama adalah untuk persediaan dengan frekuensi permintaan yang kecil atau sama dengan 6 bulan dan kedua lebih besar dari 6 bulan. Berdasarkan ketiga model persediaan diatas maka dapat diambil keputusan bahwa model persediaan dengan menerapkan konsep minimum maksimum untuk barang persediaan kelas A dan menggunakan konsep persediaan arang persediaan kelas B dan C lebih baik. Karena telah mempertimbangkan tingkat pemakaiannya dan memiliki nilai persediaan rata+rata yang optimal. Berikut ini adalah tabel rekapitulasinya: / Rekapitulasi Nilai Persediaan Metode Kebijakan Perusahaan Usulan 1 Usulan 2 (SF = 1,2) Usulan 3 (SF = 1,5) Usulan 4 (SF = 2) Usulan 5 (MinMak & Join Order ) / / &) " % Nilai Persediaan Rata-Rata (Rp) 10.737.104.751 6.039.546.047 2.818.489.997 3.523.112.496 14.763.519.033 5.466.628.283 )%# &- " & Performansi sistem persediaan sekarang dinilai berdasarkan dua ukuran yaitu (TOR) dan tingkat persediaan (ITO). digunakan sebagai ukuran performansi sistem persediaan karena menunjukkan perputaran barang persediaan selama periode tertentu, sedangkan tingkat persediaan merupakan bentuk lain dari TOR yang menunjukkan lamanya persediaan dapat memenuhi pemakaian. Berikut ini adalah contoh perhitungan rasio perputaran persediaan yang dapat dilihat pada tabel 4.9. 3 Contoh Perhitungan Rasio Perputaran Persediaan Metode Kebijakan Perusahaan Usulan 1 Usulan 2 (SF = 1,2) Usulan 3 (SF = 1,5) Usulan 4 (SF = 2) Usulan 5 (MinMak & Join Order ) Rata-Rata TOR ITO 2,55 1,60 3,35 1,07 9,72 0,42 7,77 0,53 5,83 0,70 13,01 1,36 dapat ditentukan dengan melihat data dari sistem persediaan. Total transaksi tahun 2006 = 8792 transaksi Transaksi yang bisa terpenuhi = 6632 transaksi Transaksi yang tidak bisa terpenuhi = 2160 Rasio layanan yang bisa terpenuhi = = 75,43 % Rasio layanan yang tidak bisa terpenuhi = Perhitungan performansi sistem persediaan dilakukan untuk mengetahui performansi persediaan masing+masing persediaan selama tahun 2006 dengan menggunakan data nilai permintaan dan data nilai persediaan. / 3 % 4 % & 1 $ )%# &) ( % Perhitungan nilai kekurangan persediaan dilakukan berdasarkan data yang telah dikumpulkan. Untuk mendapatkan data ini, pada tahap awal semua transaksi yang terjadi pada tahun 2006 direkap, dan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah transaksi yang tidak dapat dipenuhi sama sekali pada saat transakai terjadi karena sama sekali tidak ada di gudang PT. United Tractors, Tbk Cabang Padang. Nilai kekurangan persediaan berdasarkan transaksi yang mengalami MOS selama tahun 2006 adalah sebesar Rp. 9.173.658.318,00. Nilai ini setara dengan senilai 8,34%. Jika dibandingkan dengan nilai persediaan yang ada di Gudang PT. United Tractors, Tbk saat itu sebesar Rp Rp 109.965.926.512,00. Rasio layanan merupakan salah satu parameter untuk mengukur tingkat efektivitas dari persediaan barang. Artinya semakin tinggi rasio layanan, maka persediaan semakain mampu untuk memenuhi permintaan yang datang berarti pengelolaan persediaan semakin efektif. Penentuan rasio layanan per menggunakan formulasi; Rasio Layanan = Jumlahtransaksiterpenuhi x100% ...(8) Jumlahseluruhtransaksi Rasio layanan untuk keseluruhan transaksi yang terjadi tahun 2006 juga 6632transaksi x100% 8792transaksi 2160transaksi x100% 8792transaksi = 24,57 % /! $# " Tujuan dari pengolahan data tahap II ini adalah untuk menghitung total biaya persediaan, yang dilakukan dengan tiga pendekatan yaitu: 1 $ %" $ "#" % ( - &) % $ )%)" * % " &' - * ) " " - " 4 1 Langkah+langkah yang dilakukan dengan menggunakan metode EOI adalah: 1) Menentukan interval pemesanan ekonomis (T*) dengan menggunakan persamaan; Jumlah pemesanan per tahun = m = R = HR ..............(9) Q 2C 2) Menentukan frekuensi pemesanan optimal Gunakan persamaan; frekuensi pemesanan yang dilakukan dalam satu tahun adalah: m* = 1 = PFR ...(10) T* 2C 3) Menentukan jumlah biaya pesan Gunakan persamaan; = C = Cx 1 ............(11) T T 4) Menentukan jumlah biaya simpan Gunakan persamaan Menentukan jumlah total biaya persediaan Gunakan persamaan; ' = PFRT .............(12) 2 $ %" $ "#" % ( - &) % $ )%)" * , * - * ) " " - " 4 51 Langkah+langkah yang dilakukan dengan menggunakan metode EOQ adalah: 1) Menentukan jumlah pesanan optimum Gunakan persamaan; Q* = 2CR .(13) H 2) Menentukan jumlah biaya pesan 3) Menentukan jumlah biaya simpan 4) Menentukan jumlah total biaya persediaan Sama dengan persamaan; 6 Perhitungan Biaya Persediaan dengan Kebijakan Persediaan 9 4 !1 TC (Q ) = PR + CR HQ ................(14) + 2 Q !" $ %" $ "#" % ( - &) % $ # Langkah+langkah yang dilakukan untuk menghitung total biaya persediaan barang persediaan kelas A, sama dengan metode interval pemesanan tetap (EOI) yang telah dijelaskan sebelumnya. Maka dari kelas A didapatkan: Biaya pemesanan = Rp. 15.225.672,00 Biaya penyimpanan = Rp. 5.824.629,00 Total biaya persediaan = Rp. 15.225.672,00 + Rp. 5.824.629,00 = Rp. 21.050.301,00 Biaya persediaan untuk kelas B dan C dihitung dengan menggunakan rumus biaya pada penggantian gabungan ( ). Contoh Perhitungan biaya persediaan untuk kelas B 1: S = biaya untuk satu kali pesan = Rp. 1.292.084,00 si = biaya marjinal untuk menambah i pada pesanan = Rp. 0,00 A = Rp. 765.328.481,00 k = 0.2 Qs* = Rp. 99.441.870,00 n    S + ∑ Si  A i =1  Qs * Biaya pemesanan =  = (Rp.1.292.084 + 0)Rp.765.328.481 Rp.99.441.870 = Rp. 9.994.187,00 Biaya penyimpanan = k Qs * 2 = 0.2 xRp.99.441.870 2 = Rp. 9.994.187,00 Total Biaya persediaan = biaya pemesanan + biaya penyimpanan = Rp. 9.994.187,00 + Rp. 9.994.187,00 = Rp.19.888.374,00 Kelompok Order B1 B2 C1 C2 Total Nilai Nilai Pemesanan Pemakaian Optimal (Qs*) 765.328.481 99.441.870 23.883.921 8.272.444 348.405.327 263.947.172 10.008.527 8.801.636 Rp 1.147.626.256 Rp 380.463.122 T* 47 126 277 321 Biaya Pesan 9.944.187 827.244 26.394.717 880.164 Rp 38.046.312 Biaya Simpan 9.944.187 827.244 26.394.717 880.164 Rp 38.046.312 Total Biaya 19.888.374 1.654.489 52.789.434 1.760.327 Rp 76.092.624 Melalui ketiga pendekatan diatas dapat diambil suatu keputusan sebagai rekomendasi kepada perusahaan sebagai dasar model persediaan sistem pemesanan untuk masa yang akan datang. Maka pemesanan kembali untuk periode yang akan datang sebaiknya dilakukan dengan interval waktu pemesanan yang tetap atau & 6 (EOI) Sehingga total biaya persediaan dapat dikeluarkan dengan biaya yang efektif. 6 Rekapitulasi Biaya Total Persediaan Komponen Biaya Biaya Pembelian Biaya Pemesanan Biaya Penyimpanan Total Biaya Persediaan // $# Kebijakan Biaya Persediaan Sekarang EOI EOQ Rp 6.710.690.469 Rp 6.710.690.469 Rp 6.710.690.469 Rp 30.368.367 Rp 53.047.189 Rp 53.047.189 Rp 552.393.990 Rp 17.456.118 Rp 53.047.189 Rp 582.762.357 Rp 70.503.307 Rp 106.094.378 " Join Replenishment Rp 6.710.690.469 Rp 53.271.984 Rp 43.870.941 Rp 97.142.925 - Tujuan utama pada pengolahan data tahap III ini adalah untuk menentukan sistem pengambilan keputusan proses stok persediaan. Keputusan proses stok didasarkan atas total biaya persediaan yang mendekati nilai terkecil sesuai dengan hasil keputusan dari metode perhitungan pengolahan data tahap II diatas. Keputusan proses stok sangat perlu diperhatikan agar tidak keliru dalam melakukan sejumlah pemesanan untuk persediaan. Melalui perhitungan yang demikian diharapkan dapat mengoptimalkan nilai persediaan di gudang, meminimasi biaya total pengadaan persediaan dan dapat memenuhi permintaan pelanggan dengan tepat waktu. Keputusan proses stok didasarkan atas total biaya persediaan. Berdasarkan hasil perhitungan pada bagian bab sebelumnya maka diambil keputusan bahwa pemesanan dilakukan dengan interval pemesanan yang tetap. Stok persediaan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: 1. Proses stok yang dilakukan di perusahaan PT. United Tractors, Tbk Cabang Padang. 2. Proses stok yang dilakukan di perusahaan PT. United Tractors, Tbk cabang lain selain Padang. Proses stok yang dilakukan pada PT. United Tractors, Tbk cabang Padang dipertimbangkan atas biaya total persediaan tiap yang telah ditetapkan pada pengolahan data sebelumnya. Kemudian proses stok yang dilakukan pada PT. United Tractors, Tbk cabang lain selain Padang dipertimbangkan atas frekuensi dan biaya +nya. Penentuan frekuensi dimanfaatkan data . merupakan frekuensi permintaan dari untuk masing+masing Data saat ini merupakan gambaran sistem pada masa yang akan datang. Sehingga untuk melakukan proses stok pada masa yang akan datang, dapat memanfaatkan perkiraan dari data pada saat sekarang. Stok baru dilakukan setelah ada permintaan dari pelanggan. Total biaya persediaan yang terkecil maka disanalah proses stok dilakukan. Berikut ini adalah langkah+langkah yang dilakukan dalam proses pengambilan proses persediaan: 1) Menentukan interval pemesanan ekonomis (T*) dengan menggunakan persamaan; T * = 2C ............(15) PFR 2) Menentukan frekuensi pemesanan optimal dengan menggunakan persamaan (10). 3) Menentukan jumlah biaya pesan dengan menggunakan persamaan (11). 4) Menentukan jumlah biaya simpan dengan menggunakan persamaan (12). 5) Menentukan jumlah total biaya persediaan dengan menggunakan persamaan; PFR C PFRT TC (T ) = PR + mC + = PR + + 2m T 2 ..........................................(16) Langkah diatas adalah diterapkan jika persediaan dilakukan di PT. United Tractors, Tbk Cabang Padang. Untuk yang sama di uji dengan melakukan jika seandainya ini persediaannya dilakukan pada PT. United Tractors, Tbk selain Cabang Padang. Dalam hal ini perhitungan data hanya dipengaruhi oleh total dan biaya . 6) Menghitung jumlah total biaya jika persediaannya dilakukan pada PT. United Tractors, Tbk selain Cabang Padang. Total biaya persediaan = Total + Ongkos sekali pesan ............(17) 7 Rekapitulasi Keputusan Proses Stok Keputusan Jumlah Total Biaya Proses Stok Part Persediaan Padang 471 Rp 14.656.352 Selain Padang 2531 Rp 11.412.471 Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui bahwa proses stok untuk Padang cukup menyediakan sebanyak 471 . Hal ini memperhitungkan biaya yang harus dikelurkan untuk melakukan sejumlah persediaan. 6 persediaan yang distok di Padang ini juga adalah yang memiliki jumlah permintaan yang besar. Sehingga tidak diragukan lagi jika harus distok di Padang karena akan segera ada sejumlah permintaan. Sementara untuk yang di stok selain di Padang berarti ini memiliki permintaan yang rata+rata sedikit. Atau sejumlah yang memiliki harga per yang cukup tinggi. Maka pemesanan cukup dilakukan ketika ada permintaan. Pada umumnya, keputusan untuk melakukan stok di Padang atau tidak ini sangat berpengaruh nantinya terhadap yang berada pada . Sehingga tidak terjadi lagi keraguan saat harus menetapkan keputusan jumlah stok untuk Berdasarkan data pemesanan PT. United Tractors, Tbk Cabang Padang saat sekarang, ada beberapa yang dilakukan pemesanan namun tidak ada permintaan pada periode itu. Hal ini hanya akan menambah nilai persediaan dan biaya total persediaan, karena tidak pastinya fluktuasi sehingga menyebabkan keragu+raguan pihak perusahaan dalam menetapkan jumlah pemesanan 3 3 " - )%*Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian pada Tugas Akhir ini adalah : 1. Kinerja sistem persediaan PT. United Tractors, Tbk Cabang Padang saat ini belum optimal. Hal ini diketahui dari beberapa , yaitu: a. Pengelolaan per persediaan selama ini belum optimal, dengan rata+rata yang sebesar 2,55 dan tingkat perputaran selama 1,60 bulan. b. Rasio layanan yang mampu diberikan oleh sistem persediaan PT. United Tractors, Tbk Cabang Padang pada tahun 2006 adalah senilai 75,43 %. c. Terjadi senilai 8,34%. 2. Peningkatan performansi sistem persediaan PT. United Tractors, Tbk dapat dilakukan melalui penentuan kebijakan persediaan yang optimal, yaitu: a. Kebijakan tingkat persediaan untuk kelas A adalah dengan menerapkan model persediaan minimum maksimum yang mempertimbangkan sesui dengan rencana Kebijakan tingkat persediaan untuk kelas B dan C adalah b. c. Penerapan kebijakan persediaan minimum maksimum untuk kelas A dan untuk kelas B dan C memberikan penghematan nilai persediaan rata+ rata sebesar 49,09% atau setara dengan Rp. 5.466.628.283,00 dari nilai persediaan rata+rata sistem saat ini sebesar Rp. 10.737.104.751,00. Penghematan total biaya persediaan dengan kebijakan persediaan interval pemesanan tetap senilai Rp. 70.503.307,00 yang setara dengan 87,9% jika dibandingkan dengan biaya simpan sistem persediaan saat ini sebesar Rp. 582.762.357,00. d. 3! & 6 5 , 2nd . Ohio: South+ Western Publishing Co. Gaspersz, Vincent. 1998. 6 ! 0 / 54 66 96 5 5% <=. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Indrajit, Richardus RichardusDjokopranoto. 5 30 / Jakarta: PT Indonesia. Kusuma, Gramedia Hendra. 3 2002. United Tractors . 2004. : : . Laporan Tahunan Baroto, Teguh. 2002. Jakarta: PT. Ghalia Indonesia. Baskoro, Toto, dkk. 2003. 6 . Jakarta: 5 8 Freddy. 1996. 5 3 % 0 0 , Cetakan kedua. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Tersine, R. J. 1994. 6 5 5 * & Prentice Hal International Editor. Viale, Jurusan Teknik 6 Dwiantara, Lukas & Hadi Sumarto, Rumsari. 2004. 5 ; / / % . Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana Indonesia. Fogarty, Donald W., John H. Blackstone, Jr., and Thomas R. Hoffmann. 1991. 5 Marlisa, Anggit. 2005. & 5 : 5 % > : % 9 Padang: Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Andalas. 6 Aliminsky, Feliana. 2004. & 5 !5 0 / : / Padang: Teknik Industri Fakultas Universitas Andalas. Widiasarana Yogyakarta: Rangkuti, )" Eko, 2003. Andi. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka di sarankan untuk penelitian selanjutnya adalah: 1. Untuk penelitian selanjutnya perlu dipertimbangkan kondisi persediaan perusahaan pada PT. United Tractors, Tbk cabang lain selain Padang yang merupakan vendor, sehingga proses akan lebih cepat. +" & PT J. 5 PPM. David. / 8 2002. , ? 8 !8 : Jakarta: Penerbit