Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
…
4 pages
1 file
2006
Setiap orang sejak dia dilahirkan, sudah memiliki bakat dasar sebagai seorang pemimipin. Namun untuk mencapai posisi seorang pemimpin diperlukan proses yang panjang, mulai dari belajar dalam keluarga, dimasyarakat dan dibangku sekolah dari tingkat dasar sampai tingkat yang lebih tinggi. Proses belajar yang dilakukan berbeda-beda antara satu orang dengan orang yang lain, sangat tergantung dari kemampuan pribadi masing-masing Dn motivasi yang menjadi pendorong untuk menggali potensi pribadi kepemimpinan. Ada yang cepat dalam proses belajarnya karena ia sangat potensial dan punya motivasi yang tinggi. Kepemimpinan pada dasarnya adalah proses untuk membawa orang-orang atau organisasi yang dipimpimnya menuju suatu tujuan (goal) yang jelas. Salah satu tujuan (goal) yang harus dicapai dari suatu kepemimpinan adalah visi dari suatu organisasi yang dipimpinnya. Seorang pemimpin bertugas untuk merumuskan visi komunitasnya, dan menciptakan kondisi yang membuat komunitas bergerak mencapai vis...
Illuminare: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen, 2014
Church has a responsibility in creating characterized leaders in answering the decline of leadership nowadays. The decline happens in every aspec, both in nation and church. Concerning that, it is very necessary indeed in having a leader who has goog character of leadership in credibility, integrity, commitment, modesty, good competitive soul, and high discipline. In producing that kind of figure, a good and right education of character is needed to get a qualified character of leadership.
SAPA - Jurnal Kateketik dan Pastoral
Di tengah pandemi COVID-19 dan bahkan jauh sebelumnya, keterlibatan dan ketertarikan kaum muda untuk masuk dalam organisasi Gereja menjadi keprihatinan. Pada gilirannya memang, sulit sekali mencari generasi pemimpin dari kalangan kaum muda. Para pemuda tidak tertarik dengan pekerjaan kepemimpinan bagi masyarakat luas dan Gereja. Bagaimana membuat generasi muda tertarik untuk terlibat dalam kepemimpinan? Namun, nyatanya kepemimpinan tidak lahir begitu saja. Perlu ada usaha dan kerja keras untuk membina dan mempersiapkan generasi pemimpin masa depan. Bagaimana cara? Apa saja yang harus dikerjakan? Beberapa pertanyaan inilah yang akan menjadi pergumulan dalam tulisan kecil ini. Beberapa refleksi yang disajikan pada tulisan ini bukanlah hal baru namun perlu mendapatkan bingkai baru ketika pandemi Covid -19 benar-benar hadir nyata di tahun 2020 yang lalu. Kepemimpinan tidak lagi bisa menunggu. Kepemimpinan harus ditumbuhkan dengan sadar dan tersistem dengan baik. Artikel ini berusaha men...
Kepemimpinan adalah suatu kemampuan pribadi secara spritual yang dimiliki, ditunjukkan melalui peran dan fungsi, diwujudkan dalam bentuk moral yang dapat memberi inspirasi bagi orang lain. Artinya kepemimpinan yang dapat menimbulkan kepercayaan bagi orang lain tidak hanya dibangun oleh faktor otoritas atau rohani semata-mata dalam suatu jabatan dan kekuasaan melainkan dengan adanya keteladanan. Berbicara tentang kepemimpinan dalam konteks orang percaya tentu berkaitan erat dengan pertanggungjawaban moral yang dimiliki. Hal ini tidak saja menjadi standard dalam membangun jati diri sebagai manusia rohani yang terlebih dahulu perlu dicapai dan dapat membangun, membangkitkan orang-orang disekitarnya. Pengembangan kualitas diri menjadi suatu pola yang strategis meningkatkan kemampuan kepemimpinan yang memiliki kesaksian dalam ruang lingkup dan cakupan yang lebih luas. Disatu sisi kepemimpinan yang dapat meningkatkan kualitas diri akan bergerak secara dinamis baik secara internal maupun eksternal. Hal ini dapat terjadi karena manfaat yang ditimbulkan,menembus ruang dan waktu sesuai dengan kapasitas yang dimiliki. Dalam merekonstruksi kepemimpinan yang berkualitas perlu diwujudkan melalui tatanan nilai-nilai moralitas yang terukur bagi orang lain. Dengan kata lain kuasa yang menggerakkan kepemimpinan yang bersumber dari Roh Kudus dapat dimaknai pada pendekatan melalui pola dan tingkah laku yang bertanggung jawab terhadap mandat yang diberikan oleh Kristus untuk menjadi saksi. Implementasi kepemimpinan adalah merepresentasikan Kristus dengan nilai-nilai dan karakteristik Kerajaan Sorga. Pengembangan kualitas diri pemimpin akan dibahas dalam penelitian ini, diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi kualifikasi kepemimpinan. Kemampuan yang dimiliki dalam memberikan kesaksian pada Diterima :
Abstrak Tulisan ini terfokus pada keadaan krisis kepemimpinan yang terjadi di Indonesia saat ini dimana bangsa yang memiliki kebhinekaan dalam segala aspek baik, sosial, budaya, suku, golongan dan agama ikut menjadi penyebab krisis kepemimpian atau bahkan tersandera oleh kekuasaan kepemimpinan, untuk itu perlu keterpanggilan untuk menjadi pemimpin yang membebaskan dengan visi atau ide yang membawa perubahan. Penulisan ini menggunakan pendekatan kualitatif serta membandingkan pengaruh Modernisme terhadap kepemimpinan yang ada di Indonesia, dan pentingnya melihat kembali karya teolog Teologi Sosial Liberatif mengenai presensia Ebed Yahwaeh (kehadiran Hamba Tuhan) yang membebaskan. Pendahuluan Kepemimpinan merupakan suatu seni yang usianya setua umur manusia di bumi dimana orang telah mempraktekkannya dalam waktu yang cukup panjang. Selain itu kepemimpinan selalu ada dalam setiap budaya dari segala bangsa di seluruh dunia1. Kepemimpinan telah menjadi topik yang sangat menarik dari para ahli sejarah dan filsafat sejak masa dahulu. Kepemimpinan adalah salah-satu fenomena yang paling banyak diamati, bahkan diberi perhatian khusus di berbagai belahan dunia2, tidak ada satupun bidang yang tidak terlepas dari kepemimpinan, baik dalam bidang politik dan pemerintahan, bidang bisnis, pendidikan, sosial, dan religius. Bahkan yang terpenting ialah bahwa begitu banyak orang yang berlomba-lomba menduduki kursi kepemimpinan, tentu dengan motivasi yang berbeda-beda. Akan tetapi permasalahannya saat ini begitu banyak masalah akut dan kronis yang melumpuhkan berbagai jenis organisasi dalam berbagai bidang disebabkan atau terkait dengan krisis kepemimpinan. Terlalu banyak pemimpin yang tidak memiliki atau kurang diperlengkapi dengan kompetensi kepemimpinan yang mapan, cacat karakter, bahkan integritas seringkali dikorbankan demi sebuah ambisi pribadi. Lampu sorot riset dibidang kepemimpinan saat ini sedang mengarah ke topik kepemimpinan yang buruk. Bahkan seorang profesor kepemimpinan di Harvard University, dalam bukunya menulis bahwa semua jenis pemimpin saat ini mengalami kejatuhan karena cacat karakter. Bahkan yang disebut saleh/berhati mulia, cinta Tuhan, rendah hati, dan berprinsip tegas pun tidak sedikit yang mengalami kejatuhan.3 Masalah karakter sesungguhnya lebih esensial ketimbang masalah kompetensi. Penelitian ilmiah kepemimpinan berulang kali mengkonfirmasi bahwa tanpa karakter yang kuat dan baik, pemimpin yang sangat efektif pun akan tergelincir dan terjatuh4. Indonesia sebagai bangsa yang memiliki kebhinekaan dalam segala aspek, baik sosial, budaya, suku, golongan, dan agama. Tentu membutuhkan kepemimpinan yang kapabel secara moral dan teknis. Kepemimpinan di Indonesia saat ini, tanpa sadar sesungguhnya mengalami krisis kepemimpinan. Krisis kepemimpinan adalah masalah yang krusial. Namun, masalah yang lebih krusial sekaligus urgen ialah masalah kepedulian. Banyak orang yang tidak peduli terhadap fakta bahwa, kita tidak memiliki figur dan sistem kepemimpinan yang baik. Bahkan kenyataan yang terjadi, kepemimpinan di Indonesia rupanya tidak sedikit yang bersifat nepotisme, bukan lagi memperlihatkan kepemimpinan dalam masyarakat yang plural, mengedepankan kemampuan dan kualitas seseorang.
2015
Dari perspektif teoritis, kepemimpinan merupakan inti dari manajemen, dan manajemen merupakan bagian dar iadministrasi. Itulah mengapa kepemimpinan memiliki posisi strategis dalam tatanan organisasi.Sementaradari perspektif analitikal dan kasus-kasus empiris, peran pemimpin adalah untuk mengarahkan kekuatan, sebagai motivator, pelindung, pelayan dan bertanggungjawab atas setiap aktivitas organisasional. Seorang pemimpin publik harus mengetahui dirinya sendiri, mengetahui aspirasi dan kondisi publik, mengetahui permasalahan pembangunan dan lingkungan strategis, serta sistem administrasi dimana ia memimpin. Seorang pemimpin publik harus mampu menjadi agen perubahan yang memiliki sejumlah kualifikasi dan kompetensi untuk dapat bermanfaat bagi masa depan.Kurangnya perhatian terhadap reformasi pada aspek kepemimpinan aparatur negara menjadikan reformasi administrasi publik selama inibelum mampu memberikan sumbangan yang signifikan. Penggunaan pendekatan kepemimpinanyang memadukan ketiga aspek utama kepemimpinan: kepribadian, perilaku dan konteks keorganisasian secara lebih baik, akan menghasilkan kepemimpinan masa depan yang mampu menjawab tuntutan reformasi kepemimpinan.
Kepribadian (Gordon Allport) adalah organisasi dinamis dalam system psikofisiologis individu yang menentukan caranya untuk menyesuaikan diri secara unik terhadap lingkungannya.
Dalam tulisan ini akan membahas tentang bagaimana membangun Pemimpin masa depan serta pentingnya mentoring dan pembinaan sebagai langkah awal menjadi seorang pemimpin. Pemimpin yang baik ialah seseorang yang mampu untuk bertanggungjawab serta memiliki keteladanan yang baik untuk ditiru. Seorang pemimpin tentu memiliki visi untuk bisa dijalankan sehingga bisa mencapai suatu tujuan. Berjalannya suatu kepemimpinan diperlukan kerja sama antara pemimpin dan bawahan atau dalam mentoring disebut mentor dan mente. Mempersiapkan seorang pemimpin masa depan harus dimulai sejak awal seperti pembinaan dalam hal ini seseorang bisa mengembangkan kemampuannya sehingga terus belajar dan berproses sampai akhirnya menjadi seorang pemimpin yang bisa diharapkan.
2017
Leaders basically is carrying out the mandate and responsibility, either to those who are lead or to God. Therefore a leader must have character. An ideal leader character has been hinted in the Qur’an with few terms, i.e., the caliph, ulu al-amr, and imam. The Caliph, is meant substitute of Allah position as His representative to prosper the earth, as well as a test for the leader. Since the caliph as a representative of God on the earth, a leader must act wisely. Ulu al-amri, means a person who has authority to regulate and control the situation in accordance with the provisions of Allah. Imam means a people you follow and emulate. Therefore the leadership and the exemplary must be based on faith and piety, knowledge, and success in variety of the exams. Thus the leader character in al-Qur'an perspective is the trustworthy, responsible, wise, and prudent leader, and assess his position as the exam from Allah, so as not to abuse the position and office. Key words: Character, le...
Oleh :Anindhita fijhri lestari Prodi : S1-Manajemen Nim : 041211231266 UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA PENDAHULUAN
Studium Ricerca - Filosofia, 2024
EU and comparative law issues and challenges series, 2023
International Journal of Philosophy and Social Values, 2020
Vìsnik Akademìï ekonomìčnih nauk Ukraïni, 2022
Studia Gilsoniana, 2023
COMSERVA, 2022
Journal of Legal Education, 1994
Revista Ciclos, 2013
Handelingen van het Genootschap voor Geschiedenis, 2006
Proceedings of the International Astronomical Union, 2009
2013
Journal of economics, finance and management studies, 2024
Lecture Notes in Computer Science, 2006