Academia.edu no longer supports Internet Explorer.
To browse Academia.edu and the wider internet faster and more securely, please take a few seconds to upgrade your browser.
2021
…
9 pages
1 file
Qiraat merupakan cabang ilmu Al-Qur'an, tetapi banyak orang yang tidak tertarik dengan yah kecuali orang-orang yang tertentu yaitu orang yang berkelas atau yang akademik
AT-TAISIR: Journal of Indonesian Tafsir Studies
Tulisan ini akan memaparkan keautentikan qira’at prespektif Ignaz Goldziher. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui motif apa yang digunakan Ignaz bahwa qira’at itu tidak autentik. Padahal satu-satunya bukti keautentikan qira’at adanya jalur isnad atau periwayatan yang mutawatir dari generasi ke generasi yang tidak berdusta serta kuat hafalannya, sehingga keutuhan dan keaslian al-Qur,an tetap terjaga. Menggunakan penelitian library research (studi kepustakaan) hasil penelitian menunjukkan bahwa problem utama yang mendasari pemikiran Ignaz Goldziher mengenai keautentikan qira’at adalah berawal dari penggunaan harakat dan tanda titik yang menyebabkan perbedaan bacaan. Sehingga pembahasan tersebut menjadi alat tuduhan bahwasannya al-Qur’an tidaklah autentik. Selain itu Ignaz menganggap bahwa qira’at adalah produk manusia.
Ini adalah Tugas Program Magister UIN Syarif Hidayatullah Fakultas Adab dan Humaniora Jurusan "Sejarah Kebudayaan Islam", pada mata kuliah Orientalisme dan Oksidentalisme sebagai tugas untuk ujian tengah Semester.
|| Makalah ini mengkaji framework Orientalis dalam mengkaji Al-Quran. Di dalamnya terdapat kekeliruan orientalis dalam mengkaji Al-Quran. Dan setiap framework orientalis akan dikaji dan diberi kritik secara baik ||
Islam adalah agama murni ajaran Allah SWT yang berpacu pada dua sumber utama, yaitu Al-Qur'an dan As-Sunnah (Hadist Nabi) yang tidak hanya mengandung doktrin-doktrin teologis maupun sosial, tetapi lebih dari itu, Islam juga melahirkan sebuah peradaban. Peradaban yang dilahirkan oleh Islam melalui keintelektualan para filsuf dan cendekiawan tidak hanya berupa pemikiran dan teori saja, namun juga berupa karya arsitektur yang masih dapat kita temui di era ini. Pada zaman keemasaan yang diraih Islam, para filsuf dan cendekiawan telah mengadakan proses transfer ilmu dari berbagai peradaban yang telah ada. Pada saat itu, proses tersebut berjalan dengan lancar karena pemerintah saat itu juga ikut andil dalam mendukung proses intelektual tersebut.
2016
The authenticity of Qur'an is maintained by transmission isnad from generation to generation continuously, the authenticity of Qur’an is preserued. Hence, there’re additional commentary written by the Sahabah or Companions of the Prophet. However, their additional commentaries do not decrease the authenticity of Qur’an in any way, because the text or the writing refers to qirâ’ah, and not to the contrary of the Qur’an. According to Ignaz Goldziher, he said that all problematic discourses about qirâ’ah such as ahruf al-sab’ah, qirâ’ah al-sab’ah, and qirâ’ah syadzah, impact on the various ways of reading or different qirâ’ah implemanted. Thus becoming his reason to question the authenticity of Qur’an. A scientific research is needed to show that Qur’an is absolutely affirmed and beyond in regards to it’s authenticity as a response toward Ignaz Goldziher’s claim.
Secara etimologis qirâât ( تاء ا رق ) --bentuk jama' dari qirâah ( ةء ا رق ) --adalah mashdar dari qara-a-yaqra-u-qirâatan berarti dham al-hurûf wa al-kalimât ba'dhihâ ila ba'dhin fi at-tartil 1 (menggabungkan huruf dan kalimat satu sama lain dalam bacaan). Dalam bahasa Indonesia qirâah berarti bacaan atau membaca.
Takwil: Journal of Quran and Hadith Studies, 2022
This article aims to determine the nature of al-ahruf as-sab'ah and al-qirâ'ât. In addition, this article also refutes some orientalist criticisms and negative accusations against the Qur'an by referring to the opinions of classical and contemporary scholars. This article uses a qualitative research method with the type of library research. The approach used is the interpretation approach and ulum al-Qur'an. This study found that al-ahruf as-sab'ah was originally a rukhsah given to Muslims at that time because many Muslims had difficulty reading the Qur'an with one kind of letter. However, the rukhsah is removed after the loss of excuse. At the time of Caliph Uthman, the Qur'an was written and recorded only qirâ'ât following the Quraish lahjah (dialect) and left other qirâ'ât to avoid disputes in the reading of the Qur'an. The bookkeeping and writing of the Qur'an at the time of Caliph Uthman was carried out very carefully with high accuracy and witnessed by many friends who memorized the Qur'an and were following al-'ardhah al-akhîrah. This refutes the orientalists who doubt the authenticity of the Qur'an by accusing the existence of negligence, political motives, the banishment of some al-ahruf as-sab'ah, different qirâ'ât, and Arabic writing.
Jurnal Suhuf, 2014
Abstrak Islam Indonesia hampir hanya mengenal satu qiraat, yakni qiraat 'Āsim riwayat Hafs. Tulisan ini ingin menjelaskan bahwa ulama Nusantara masa lalu dalam se-jarahnya pernah menulis atau menyalin qiraat lain pada beberapa mushaf kuno Nusantara, satu di antaranya adalah Mushaf Sultan Ternate. Mushaf ini meng-gunakan qiraat Nāfi' riwayat Qālūn. Identifikasi ini dijelaskan melalui perban-dingan sejumlah lafal yang menjadi titik perbedaan antara qiraat 'Āsim riwayat Hafs dengan qiraat Nāfi' riwayat Qālūn. Meskipun terdapat kekurangan, namun secara garis besar dapat dikatakan bahwa Mushaf Sultan Ternate ini menggunakan qiraat Imam Nāfi' riwayat Qālūn. Abstract, The majority of the Muslims in Indonesia almost know only one style of qiraat (the Art of reciting the Quran) namely ¦af¡ 'an 'A¡im qiraat. This writing wants to explain that, historically, the Nusantara Ulama in the past had written and introduced other sytle of qiraat to some ancient Nusantara Mushafs. One of the Mushaf is the Mushaf of the Sultan of Ternate. This Mushaf uses qiraat namely Qālūn 'an Nāfi. This identification is explained by making the comparison of some words which become spot of difference between the qiraat of ¦afs 'an 'Asim and that of Qālūn 'an Nāfi'. Although there are some lacks of the writings, however, in general, it can be said that the of the Mushaf of Sultan of Ternate uses the qiraat