Konflik dan Stres …
Ni Kadek Suryani
KONFLIK DAN STRES KERJA DALAM ORGANISASI
Ni Kadek Suryani(1)
Gede Agus Dian Maha Yoga(2)
(1)
Pascasarjana Universitas Mahasaraswati, Denpasar
(2)
Fakultas Ekonomi Universitas Hindu Indonesia, Denpasar
Email:
[email protected]
Abstrak
Tingginya tuntutan pekerjaan, kompleknya alur kerja, dan semakin
tingginya tujuan organisasi menuntut setiap karyawan harus bekerja dengan cepat,
fokus dan maksimal. Tekanan kerja disini menjadi sisi yang terus di hadapi oleh
para karyawan, dimana tekanan kerja yang tinggi akan dapat mengakibatkan
mereka mengalami stres disamping memunculkan konflik diantara mereka. Hal
ini menjadi masalah serius saat ini yang dihadapai organisasi dalam menghadapi
persaingan global.
Stres jika tidak ditangani dengan segera akan dapat menimbulkan
pengaruh yang merusak jasmani dan rohani disamping dapat berbahaya bagi
kesehatan mereka. Demikian halnya dengan konflik, merupakan keadaan dimana
tidak adanya keserasian antara berbagai hal pada seseorang dengan
lingkungannya, termasuk pekerjaan dan orang-orang disekitarnya. Oleh karenanya
peran serta organisasi dan karyawan diperlukan dalam kaitannya manajemen
penanganan stres dan konflik dalam organisasi
Kata kunci : konflik kerja, stres kerja, kinerja karyawan, kinerja organisasi
PENDAHULUAN
Tidak dapat dipungkiri, seiring perkembangan sebuah organisasi akan
terjadi peningkatan pekerjaan dan membutuhkan dukungan kerja maksimal dari
sumber daya manusia yang dimilikinya. Seiring peningkatan tersebut, banyak
dijumpai karyawan yang tidak sanggup bertahan dalam tekanan pekerjaan dan
tuntutan target yang diberikan. Dalam situasi seperti ini berbagai masalah dapat
Jurnal Widya Manajemen Vol. 1, No. 1, November 2018
99
Konflik dan Stres …
Ni Kadek Suryani
menimpa para individu tersebut atau para anggota organisasi yang salah satunya
adalah masalah stress dan konflik kerja dalam organisasi.
Stres Kerja
Dalam sebuah perusahaan, semakin besar perkembangannya maka
semakin tinggi pekerjaan yang ada didalamnya, kondisi ini menuntut semakin
banyak karyawan yang dibutuhkan bekerja di dalamnya sehingga besar
kemungkinan timbulnya permasalahan, terutama permasalahan manusia yang ada
didalamnya. Kondisi ini menyebabkan semakin tinggi tuntutan pekerjaan semakin
banyak tekanan yang menyertai karyawan dalam pekerjaannya dimana tekanan
kerja tersebut dapat memicu berbagai hal termasuk didalamnya stres kerja bagi
mereka.
Stres merupakan salah satu bidang perhatian utama saat ini dalam
organisasi apapun dan dapat dianggap sebagai sebuah akibat desakan berbagai
permasalahan yang dihadapi manusia yang ada di dalam organisasi. Sehingga
stres dimanifestasikan ketika orang berhadapan dengan begitu banyak tekanan
yang menyebabkan pola perilaku normal mereka menjadi terpengaruh. Dengan
kata laini stres umumnya terjadi karena adanya kondisi ketegangan yang
berpengaruh terhadap emosi, jalan pikiran dan kondisi fisik seseorang (Sondang P
Siagian, 2011).
Rivai Veithzal (2004) menyebutkan stres kerja merupakan sesuatu kondisi
ketegangan yang menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis yang
mempengaruhi emosi, proses berpikir, dan kondisi seorang karyawan terhadap
Jurnal Widya Manajemen Vol. 1, No. 1, November 2018
100
Konflik dan Stres …
Ni Kadek Suryani
lingkungannya . Artinya stres terjadi akibat di picu oleh ketidaknyamanan diri
oleh hal-hal di sekitarnya yang mempengaruhi kestabilan emosi mereka.
Terjadinya stres kerja dapat dipahami sebagai keadaan dimana seseorang
menghadapi tugas atau pekerjaan yang tidak bisa atau belum bisa dijangkau oleh
kemampuannya, contohnya apabila kemampuan seseorang baru sampai angka 5
(lima) tetapi menghadapi pekerjaan yang menuntut kemampuan dengan angka 9
(sembilan), maka sangat mungkin sekali orang itu akan terkena stres kerja (sasono
Eko, 2004). Handoko (2008) menyebutkan bahwa stres kerja merupakan suatu
kondisi ketegangan yang mempengaruhi proses berpikir, emosi, dan kondisi psikis
seseorang, hasilnya stres yang terlalu berlebihan dapat mengancam kemampuan
seseorang untuk menghadapi lingkungan dan pada akhirnya akan mengganggu
pelaksanaan tugas-tugasnya.
Sehingga dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa stres kerja adalah
ketidaknyamanan perasaan yang dialami seseorang yang menekan atau merasa
tertekan dalam menghadapi lingkungan dan pekerjaan mereka. Stres yang muncul
yang berhubungan dengan pekerjaan dapat berupa tanggapan yang dimiliki
seseorang ketika tuntutan dan tekanan kerja yang dihadapi tidak sesuai dengan
pengetahuan dan kemampuan mereka. Dalam hal ini nampak semakin banyaknya
tuntutan dan tekanan kerja yang tidak sesuai dengan pengetahuan dan kemampuan
karyawan maka semakin tinggi kemungkinan mereka mengalami stres kerja,
begitu juga sebaliknya.
Seseorang yang mengalami stres cenderung tidak sehat, tidak termotivasi,
serta kurang produktif dan kurang nyaman di tempat kerja, ini akan berdampak
Jurnal Widya Manajemen Vol. 1, No. 1, November 2018
101
Konflik dan Stres …
Ni Kadek Suryani
pada kurang berhasilnya mereka dalam mendukung kegiatan organanisasi.
Disamping itu akibat stres dapat pula menyebabkan orang-orang menjadi
nerveous dan merasakan kekhawatiran kronis. Mereka sering menjadi marahmarah, agresif, tidak dapat rileks, atau memperlihatkan sikap yang tidak
kooperatif. Agar stres dapat dikelola dan di minimalkan, hendaknya karyawan
secara individu dan manajemen perlu mengetahui faktor-faktor penyebab stres
kerja dalam organisasi.
Menurut Stavroula Leka et al., (2003), dalam kontek pekerjaan sehari-hari,
karyawan yang mengalami stres banyak disebabkan oleh faktor-faktor antara lain:
a. Jenis pekerjaan seperti tugas yang monoton, kurang tantangan, kurangnya
variasi, tugas yang tidak menyenangkan
b. Beban kerja dan kecepatan kerja seperti terlalu sedikit waktu untuk
dilakukan, pekerjaan di bawah tekanan waktu, jadwal kerja yang ketat dan
tidak fleksibel, jam kerja tak terduga, jadwal shift yang dirancang buruk
c. Partisipasi dan control seperti kurangnya partisipasi dalam pengambilan
keputusan, kurangnya kontrol (misalnya, atas metode kerja, bekerja dengan
kecepatan tinggi).
d. Pengembangan Karier, status dan kompensasi seperti keamanan pekerjaan,
kurangnya prospek promosi, skema pembayaran yanglemah, besaran
pembayaran yang minim, sistem evaluasi kinerja yang tidak jelas, Hubungan
interpersonal,
e. Hubungan kerja seperti hubungan yang buruk dengan rekan kerja,
penindasan, pelecehan, dan kekerasan, tidak ada prosedur kerja
Jurnal Widya Manajemen Vol. 1, No. 1, November 2018
102
Konflik dan Stres …
Ni Kadek Suryani
f. Budaya Organisasi seperti komunikasi yang buruk, system kepemimpinan
yang buruk, kurangnya kejelasan tentang tujuan organisasi,
g. Masalah pribadi seperti konflik tuntutan pekerjaan dan rumah, kurangnya
dukungan di tempat kerja, kurangnya dukungan untuk masalah pekerjaan di
rumah.
Disamping itu kebijakan dan strategi administratif, prosedur, struktur dan
desain organisasi, proses organisasi, dan kondisi lingkungan kerja juga ditemukan
sebagai penyebab stres kerja karyawan disamping hal-hal terkait dengan
pekerjaan utama mereka termasuk ambiguitas peran, kelebihan beban,
ketidakamanan pekerjaan, konflik keluarga-kerja, ketidakpastian lingkungan dan
kendala
situasional
pekerjaan.
Banyak
penelitian
telah
dilakukan
dan
membuktikan bahwa seluruh penyebab stres tersebut berhubungan negatif
terhadap kinerja pekerjaan dan kinerja organisasi (Luthan Fred, 2011). Artinya
semakin meningkat tingkat stres yang dialami karyawan maka semakin menurun
kinerja mereka yang akhirnya mempengaruhi kinerja organisasi mereka secara
menyeluruh.
Pada penelitian yang dilakukan Iskandar Muda et al., (2004) di bank
syariah di Indonesia ditemukan stres kerja merupakan faktor yang berpengaruh
signifikan terhadap kinerja yang dihasilkan karyawan. Didapati stres kerja
memiliki pengaruh negatif atau tinggi tingkat stess yang dialami karyawan
semakin menurun kinerja yang dihasilkan begitu juga sebaliknya, sehingga
disarankan
penting
bagi
manajemen
untuk
selalu
memperhatikan
dan
memperbaiki strategi pada penanganan stres dalam organisasi.
Jurnal Widya Manajemen Vol. 1, No. 1, November 2018
103
Konflik dan Stres …
Ni Kadek Suryani
Strategi Menangani Stres Kerja
Stres kerja adalah perasaan yang menekan atau merasa tertekan yang
dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaannya. Stres kerja karyawan
berdampak pada produktifitas dan semangat kerja mereka, oleh karenanya peran
serta organisasi dalam hal ini manajemen dalam penanganannya perlu
mendapatka perhatian serius.Strategi organisasi dalam mengelola stres kerja perlu
dirancang oleh manajemen untuk menghilangkan atau mengontrol stres serta
untuk mencegah atau mengurangi stres yang dirasakan karyawan.
Menurut Jeremy Stranks (2005) pembuatan strategi organisasi akan
mampu membantu dalam penanggulangan stres di tempat kerja. Strategi
organisasi yang dapat diterapka dapat berupa:
a. Penetapan prosedur kesehatan dan kesejahteraan karyawan. Ini termasuk
berbagai bentuk pengawasan kesehatan, kegiatan promosi kesehatan,
konseling tentang isu-isu yang berhubungan dengan kesehatan dan
penyediaan fasilitas kesejahteraan yang memadai dll. Standar-standar ini
mendorong para manajer, karyawan, karyawan dan perwakilan mereka untuk
bekerja sama mengidentifikasi potensi penyebab stres di tempat kerja dan
kemudian mengambil tindakan untuk memperbaiki situasi.
b. Gaya manajemen: disini menyangkut peduli lingkungan sangat penting,
penerapan
sistem komunikasi yang baik dan keterbukaan pada semua
masalah yang di hadapi karyawan.
c. Manajemen perubahan. Manajemen harus menyadari bahwa perubahan yang
akan datang, dalam bentuk apa pun, adalah salah satu penyebab stres yang
Jurnal Widya Manajemen Vol. 1, No. 1, November 2018
104
Konflik dan Stres …
Ni Kadek Suryani
paling signifikan di tempat kerja. Hal ini umumnya terkait dengan
ketidakpastian pekerjaan, ketidakamanan, ancaman pemutusan hubungan
kerja, hilangnya prospek promosi dan sebagainya. Untuk menghilangkan efek
perubahan yang berpotensi menimbulkan stres, tingkat komunikasi yang
tinggi dalam hal apa yang terjadi harus dijaga dan setiap perubahan tersebut
harus dikelola dengan baik pada tahap demi tahap.
d. Kegiatan pelatihan: Kegiatan pelatihan karyawan harus mempertimbangkan
potensi stres dalam aktivitas kerja tertentu. Orang harus dilatih untuk
mengenali unsur-unsur stres dalam pekerjaan mereka dan strategi yang
tersedia untuk mengatasi stres ini. Selain itu, desain pekerjaan dan organisasi
kerja harus didasarkan pada prinsip-prinsip kopetensi dan keahlian mereka.
Strategi menghadapi stres juga dapat dilakukan dari sisi individu itu
sendiri seperti misalnya melalui menjauhkan dari penyebab stres, mengolah
pemikiran dengan mengganti persepsi tentang stres, menghilangkan penyebab
stres, mengontrol peningkatan stres dan meminta dukungan sosial dari orangorang sekitar. Disamping itu juga dapat dilakukan melalui disiplin diri dengan
membuat rencana kerja yang teratur, target kerja atau program-program kerja
yang dapat dijangkau.
Mada Sutapa (2007) menyebutkan stres dalam organisasi tidak selamanya
membahayakan kehidupan organisasi, sepanjang stres yang muncul hanya akan
berada pada tingkat yang rendah atau moderat. Alasannya adalah karena stres
pada tingkat tertentu memang diperlukan karena dapat bersifat fungsional yang
berperan sebagai pendorong peningkatan kinerja anggota organisasi. Tetapi stres
Jurnal Widya Manajemen Vol. 1, No. 1, November 2018
105
Konflik dan Stres …
Ni Kadek Suryani
harus segera dikurangi atau dihentikan apabila gejala yang timbul akan berakibat
pada stres yang berkepanjangan atau berat yang akan bersifat disfungsional dan
menurunkan kinerja yang pada akhirnya akan menimbulkan stres pada tataran
organisasional yang akan membahayakan kelangsungan hidup organisasi.
Manajemen harus mengambil langkah-langkah untuk menghilangkan atau
mengurangi jumlah dan intensitas stres dalam rangka peningkatan efektivitas
organisasi.
Konflik Kerja
Setiap manusia akan selalu memiliki persepsi ketidaksetaraan atau
perbedaan sudut pandang terhadap sesuatu, sehingga perbedaan ini dapat
menimbulkan konflik (Suryani, et al, 2014). Konflik kerja dapat timbul baik pada
organisasi kecilmaupun besar. Konflik kerja biasanya terjadi sebagai hasil adanya
masalah – masalah yang ada dalam lingkungan pekerjaan seperti masalaha
komunikasi, hubungan pribadi, ataupun struktur organisasi.
Sedarmayanti (2000) memberikan difinisi konflik sebagai perjuangan
antara kebutuhan, keinginan, gagasan, kepentingan ataupun pihak yang saling
bertentangan, sebagai akibat dari adanya perbedaan sasaran (goals); nilai (values);
pikiran (cognition); perasaan (affect); dan perilaku (behavior). Disini konfilk yang
terjadi dalam organisasi merupakan sebuah proses interaksi antar anggota yang
ada di dalam organisasi yang lebih bersifat pertentangan karena suatu perbedaan
atau ketidak sepakatan.
Sehingga dapat bahwa munculnya konflik dalam organisasi dikarenakan
adanya ketidaksesuaian antara dua atau lebih anggota-anggota atau kelompok
Jurnal Widya Manajemen Vol. 1, No. 1, November 2018
106
Konflik dan Stres …
Ni Kadek Suryani
dalam organisasi yang timbul karena adanya kenyataan pertentangan atau
ketidaksamaan tujuan, tuntutan, keinginan, atau kebutuhan diantara mereka.
Sehingga dalam sebuah organisasi, konflik dapat terjadi karena adanya tujuan
yang tidak sesuai, gangguan pada lingkungan kerja, ketidaksamaan persepsi dan
perbedaan pandangan atas tujuan bersama. Jadi intinya bahwa konflik muncul dari
adanya ketidaksetujuan atas tujuan yang ingin dicapai atau metode yang
digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.
Pada intinya konflik kerja merupakan sebuah interaksi akibat pertentangan
yang terjadi antara dua atau lebih pihak dalam lingkungan pekerjaan akibat
perbedaan antara apa yang diharapkan oleh seseorang dengan kenyataan yang
dihadapi. Oleh karenanya agar konflik dapat dikelola dengan benar seharusnya
orang-orang yang terlibat dalam organisasi mengetahui penyebab dari terjadinya
konflik.
Menurut Sopiah (2008) dari beberapa penyebab konflik yang ada, tiga
penyebab berikut dipandang sebagai penyebab dasar atas terjadinya konflik dalam
organisasi yaitu :
a. Saling bergantungan. Saling bergantung dalam pekerjaan terjadi jika dua
orang atau dua kelompok dalam organisasi saling membutuhkan satu sama
lain guna menyelesaian tugas namun mereka tidak saling mendukung.
b. Perbedaan tujuan. Perbedaan tujuan yang ada diantara satu bagian dengan
bagian yang lain, seperti unit produksi yang bertujuan semaksimal mungkin
biaya produksi dan mengusahakan sesedikit mungkin kerusakan produk,
sementara
bagian
penelitian
dan
pengembangan
berurusan
Jurnal Widya Manajemen Vol. 1, No. 1, November 2018
dengan
107
Konflik dan Stres …
Ni Kadek Suryani
pengembangan ide-ide baru untuk mengubah dan mengembangkan produk
yang berhasil secara komersial. Hal ini dapat menjadi potensi munculnya
konflik diantara mereka.
c. Perbedaan persepsi. Dalam menghadapi suatu masalah, jika terjadi perbedaan
persepsi maka hal itu dapat menyebabkan munculnya konflik.
Lebih mengkhusus pada konflik kerja Angelina Muganza (2014),
menjelaskan konflik di tempat kerja cenderung terjadi karena dua hal yaitu
konflik antar individu dan konflik antar kelompok. Konflik antar individu terjadi
yang melibatkan rekan kerja, karyawan, dan manajer mereka. Konflik ini dapat
terjadi dalam arah vertikal ataupun horisontal. Misalnya karyawan konflik dengan
rekan kerja, atasan yang konflik dengan bawahan atau sebaliknya, Sementara
konflik yang terjadi diantara kelompok-kelompok yang melibatkan tim atau
kelompok besar karyawan dan manajemen dapat terjadi dalam bentuk persaingan
antar tim; atau mungkin terlihat oleh kurangnya kepercayaan dan kerja sama
antara kelompok besar karyawan dan manajemen. Sehingga disini perlu nya
strategi dari para pengelola usaha atau manajer untuk mencari jalan keluar atas
konflik yang dihadapai karyawan mereka dan mencari prosedur pencegahannya.
Strategi Mengelola Konflik
Terkadang, konflik yang dihadapi tidak bisa dihindari sehingga setiap
anggota organisasi penting untuk mengetahui cara menangani dan mengelola
konflik yang terjadi. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh College of Nurses of
Ontario Toronto (2017) memberikan langkah pencegahan dan pengelolaan konflik
dalam organisasi yang dapat dilaksanakan oleh manajemen yaitu:
Jurnal Widya Manajemen Vol. 1, No. 1, November 2018
108
Konflik dan Stres …
Ni Kadek Suryani
a. Manajemen mengimplementasikan kebijakan yang telah ditetapkan tanpa
memberika toleransi atas tindakan yang menyalahi aturan tersebut
b. Memastikan
bahwa
kebijakan
yang
ditetapkan
tidak
mengandung
diskriminasi
c. Memastikan bahwa manajer memberi contoh yang profesional dalam
mencegah dan mengelola konflik;
d. Mendidik seluruh anggota organisasi dalam berkomunikasi khususnya pada
setiap masalah yang terjadi dan menerapkan strategi untuk mengurangi stres
di antara staf;
e. Membantu sesegera mungkin karyawan yang memiliki masalah, terutama
pada waktu-waktu sibuk dan memastikan lingkungan kerja fisik yang nyaman
dan aman
Disaat konflik sudah terjadi, maka manajemen hendaknya semakin peka
untuk segera menangani dan mencarikan jalan keluar. Untuk penanganan awal,
manajemen dapat melakukan langkah-langkah membantu mereka melalui
menfasilitasi, menkonsiliasi, memediasi dan menegosiasi mereka yang sedang
berselisih (Barrister, et al, 2014).
Perlu disadari bahwa konflik dalam organisasi tidak selalu berdampak
negatif, namun ada kalanya konflik juga dapat pula berdampak positif yang dapat
dipandang sebagai peluang untuk pertumbuhan organisasi dan bahkan penguatan
hubungan antar tim kerja atau individu didalamnya. Beberapa jenis atau tingkatan
konflik mungkin terbukti bermanfaat apabila digunakan sebagai sarana untuk
mendorong kemajuan organisasi pada tahapan perubahan atau inovasi. Dengan
Jurnal Widya Manajemen Vol. 1, No. 1, November 2018
109
Konflik dan Stres …
Ni Kadek Suryani
demikian konflik bukanlah sesuatu yang harus dihindari, namun konflik
merupakan sesuatu hal yang perlu untuk dikelola agar dapat memberikan
kontribusinya bagi pencapaian tujuan organisasi
Disamping berdampak positif, juga perlu diketahui dampak negatif yang
ditimbulkan akibat konflk yang terjadi diantaranya munculnya stres kerja yang
dapat
berupa
hubungan
yang
tidak
harmonis,
produktivitas
menurun,
ketidakamanan pekerjaan, pemborosan waktu kerja dan sumber daya, menurunnya
semangat kerja, hilangnya komitmen untuk bekerja, meningktnya pengunduran
diri, cedera moral, ketidakhadiran yang tidak beralasan,
dan efek hukum
(Angelina Muganza, 2014,). Sehingga dapat disarikan bahwa peran konflik
menjadi positif atau negatif adalah tergantung dari bagaimana kita mengelola dan
menegosiasikan tantangan dan rintangan yang dihadapi, mempengaruhi,
memperkuat, atau berdamai terhadap konflik yang dihadapi tersebut.
KESIMPULAN
Semakin berkembangnya sebuah perusahaan, maka semakin tinggi pula
tuntutan kinerja atau standar target kinerja yang ditentukan oleh perusahaan, hal
ini akan membawa karyawan untuk berusaha mencapai target kinerja yang telah
ditetapkan oleh perusahaan. Karyawan akan memaksimalkan kerja mereka,
beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang terjadi, sehingga kondisi ini akan
rentan terhadap timbulkan konflik kerja dan tekanan kerja yang dapat
menimbukan stres terhadap karyawan mereka. Stres dan konflik tidak bisa
dipisahkah, karena konflik yang berat dan berkepanjangan akan memicu
timbulnya konflik dalam diri individu maupun antar indvidu dalam organisasi.
Jurnal Widya Manajemen Vol. 1, No. 1, November 2018
110
Konflik dan Stres …
Ni Kadek Suryani
Konflik dan stres yang tidak ditangani dengan baik akan dapat berdampak pada
pada kinerja karyawan yang nantinya akan mempengaruhi kinerja organisasi
secara keseluruhan.
Penelitian yang dilakukan Alice dan Wilco (2013) pada industi hotel di
Cina telah membuktikan bahwa konflik dalam organisasi dan stress kerja
mempengaruhi kinerja karyawan. Didapati bahwa konflik dan stres kerja memiliki
pengaruh negatif terhadap kinerja karyawan artinya semakin tinggi karyawan
mengalami konflik kerja dan semakin tingginya stress mereka rasakan maka
kinerja mereka akan menurun signifikan, demikian pula sebaliknya. Dimana
konflik dan stres yang dirasakan karyawan juga mempengaruhi produktifitas dan
kenyamanan mereka dalam bekerja. Pada penelitian tersebut di sarankan kepada
para manajer bahwa konflik tempat kerja tidak dapat dihindari terutama ketika
konflik yang melibatkan penyelesaian tugas atau konflik atas interaksinya dengan
tim kerja. Manajer atau pemimpin harus membantu tim mereka dalam
mendiagnosis jenis konflik yang muncul dan mengajari anggota tim cara
mengelola konflik-konflik tersebut.
Mengetahui penyebab atau sumber pemicu stres dan konflik kerja perlu
segera dipelajari oleh para pimpinan perusahaan agar mereka dapat menyusun
strategi didalam mengantisipasi dan mengelola kedua masalah tersebut dalam
organisasinya.
Organisasi yang professional tentu akan mencari jalan atas
permasalahan yang terjadi tersebut agar karyawan mereka dapat bekerja maksimal
dan berproduktifitas dalam pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Jurnal Widya Manajemen Vol. 1, No. 1, November 2018
111
Konflik dan Stres …
Ni Kadek Suryani
SARAN
1. Untuk mengurangi terjadinya konflik dan stres yang dihadapi karyawan, perlu
dilakukan kegiatan-kegiatan atau program yang bersifat kekeluargaan untuk
mendekatkan hubungan diantara sesama karyawan.
2. Manajemen agar membuat prosedur tugas dan peran serta struktur organisasi
yang jelas agar terjadi kejelasan kerja setiap karyawan, tidak terjadi over load
ataupun tekanan yang berlebihan
3. Membuat skema imbalan, jenjang karir dan training juga perlu mendapat
perhatian manajemen mengingat hal tersebut sensitif di dalam memotivasi
kerja mereka
4. Membuat strategi yang melibatkan karyawan dapat menyebabkan karyawan
memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya dan mereka
bekerja untuk tujuan yang mereka inginkan serta adanya hubungan
interpersonal yang sehat serta perawatan terhadap kondisi fisik dan mental
mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Angelina Muganza, 2014, Causes and Impacts of Conflict at Workplace, Public
Services Commission, Republic of Rwanda, hal : 1 – 113
Alice H. Y. Hon dan Wilco W. Chan, 2013, The Effects of Group Conflict and
Work Stress on Employee Performance, Special Focus on Human
Resources in China Cornell Hospitality Quarterly 54 (2), hal : 174 –18
Barrister Ebe Oi-Oio’ Iyiola, O. O. dan Osibanto, A. O., 2014, Managing
Workplace Conflicts in Business Environment: The Role of Alternative
Dispute Resolution (ADR), European Journal of Business and Management
Vol.6, No.36, 2014, hal : 74 - 82
College of Nurses of Ontario, 2017, Conflict Prevention and Management,
College of Nurses of Ontario, Toronto
Handoko, T Hani. 2008. Manjemen Personalia, Yogyakarta BPFE Yogyakarta
Iskandar Muda, Ahmad Rafiki dan Martua Rezeki Harahap, 2004, Factors
Influencing Employees’ Performance: A Study on the Islamic Banks in
Jurnal Widya Manajemen Vol. 1, No. 1, November 2018
112
Konflik dan Stres …
Ni Kadek Suryani
Indonesia, International Journal of Business and Social Science, Vol. 5 No.
2; February 2014, hal : 73 – 80
Jeremy Stranks, 2005, Stress at Work Management and Prevention, Elsevier
Butterworth-Heinemann, Oxford UK
Luthans, Fred. , 2011, Organizational behavior : an evidence-based approach—
12th editions, Published by the McGraw-Hill Companies, Avenue of the
Americas, New York
Mada Sutapa, 2007, Stres dan Konflik Dalam Organisasi, Jurnal Manajemen
Pendidikan, No. 01/Th III/April/2007, hal : 71 – 77 71
Ni Kadek Suryani, Wayan Gde Sarmawa, Made Wardana, 2014, Work Family
Conflict, Job Stress and Job Performance (Case Study Spa Employee In
Bali), European Journal of Business and Management (EJBM), Vol.6,
No.32, 2014, pp : 189 – 195
Rivai, Veithzal. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan:
Dari Teori Ke Praktik. Jakarta, Raja Grafindo Persfada
Sasono, Eko. 2004. Mengelola Stres Kerja. Semarang, Universitas Pandanaran
Sedarmayanti, 2000, Restrukturisasi dan Pemberdayaan Organisasi untuk
Menghadapi Dinamika Perubahan Lingkungan Ditinjau dari Beberapa
Aspek Esensial dan Aktual, CV Mandar Maju, Bandung
Sondang P Siagian, 2011, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta, Bumi
Aksara
Sopiah, 2008, Perilaku Organisasional, Yogyakarta Andi Offset
Stavroula Leka, Amanda Griffiths dan Tom Cox, 2003, Work Organization &
Stress, Systematic Problem Approaches for Employers, Managers and Trade
Union Representative, Health Series No. 3, Institute of Work, Health &
Organization, University of Nottingham Science and Technology Park,
University Boulevard United Kingdom, hal : 6 – 7
*******
Jurnal Widya Manajemen Vol. 1, No. 1, November 2018
113